BAB II Stres Oksidatif

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BELIMBING WULUH Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing (Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman ini tumbuh baik di negara asalnya sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di pekarangan dan kadang-kadang tumbuh secara liar di ladang atau tepi hutan (Thomas, 2007). Gambar 2.1. Buah Belimbing Wuluh Fisiologi tanaman ini secara umum adalah pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran

Transcript of BAB II Stres Oksidatif

Page 1: BAB II Stres Oksidatif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BELIMBING WULUH

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Belimbing wuluh merupakan salah satu

spesies dalam keluarga belimbing (Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah

Amerika tropik. Tanaman ini tumbuh baik di negara asalnya sedangkan di Indonesia banyak

dipelihara di pekarangan dan kadang-kadang tumbuh secara liar di ladang atau tepi hutan

(Thomas, 2007).

Gambar 2.1. Buah Belimbing Wuluh

Fisiologi tanaman ini secara umum adalah pohon kecil, tinggi mencapai 10 m

dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm.

Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran rendah sampai

500 m dpl. Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit,

yang cenderung mengarah ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya

coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun,

pucuk daun berwarna coklat muda. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur

sampai lonjong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3

Page 2: BAB II Stres Oksidatif

cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok,

keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang

warnanya ungu kemerahan. Buahnya berbentuk bulat lonjong bersegi hingga seperti torpedo,

panjangnya 4-10 cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga menempel

pada ujungnya. Apabila buah sudah masak, maka buah berwarna kuning atau kuning pucat.

Daging buahnya berair banyak dan rasanya asam (bervariasi hingga manis sebetulnya). Kulit

buahnya berkilap dan tipis. Biji bentuknya bulat telur, gepeng. Perbanyakan dengan biji dan

cangkok (Iptek, 2007; Anonymous, 2007a)

Klasifikasi ilmiah buah belimbing wuluh adalah (Anonymous, 2007a)

Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Oxalidales

Familia : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi

Tedapat dua varietas dari tumbuhan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yaitu

yang menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning muda atau sering pula dianggap

berwarna putih (Thomas, 2007). Pemeliharaan tanaman ini cukup mudah yang terpenting,

ditanam ditempat terbuka, kelembaban tanah selalu dijaga, dan pohon diberi cukup air (Salsa,

2007).

Page 3: BAB II Stres Oksidatif

Kandungan Kimia Buah Belimbing Wuluh

Komposisi dan kandungan kima serta efek farmakologis dalam buah belimbing

wuluh dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 sebagai berikut:

Adapun kandungan energi dan zat gizi dalam belimbing wuluh per 100 gram berat

bersih yaitu:

Komposisi pangan Kadar

Kelembaban 94,1 gEnergi 21 kalProtein 0,7 gLemak 0,2 g

Karbohidrat 4,7 gSerat 0,6 gAbu 0,3 g

Kalsium 7 mgFosfor 11 mg

Zat besi 0,4 mgSodium 4 mg

Potassium 148 mgVitamin A 145 I.UThiamin 0,01 mg

Riboflavin 0,03 mgNiasin 0,3 mg

Asam askorbat 9 mgSumber: Subhadrabandhu (2001)

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Belimbing Wuluh

Sedangkan kandungan kimia dan efek farmakologis dalam belimbing wuluh

adalah sebagai berikut :

Kandungan Kimia Efek Farmakologis

Ascorbic-Acid Anti-Oxidant, Cancer-preventive, Detoxicant

Niacin Cancer-preventive, Hepatoprotective

Beta-Carotene Anti-Oxidant, Cancer-preventive, Anticancer

Fiber, Thiamin, Iron Cancer-preventive

Riboflavin Anti-Oxidant, Cancer-preventive

Tabel 2.2 Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis (Duke, 2011)

Page 4: BAB II Stres Oksidatif

Buah belimbing wuluh mengandung banyak vitamin C alami yang berguna

sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit. Belimbing

wuluh mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut asam oksalat dan kalium (Iptek,

2007). Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing wuluh

yang dilakukan Herlih (1993) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung

golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, flavonoid dan pektin. Flavonoid diduga

merupakan senyawa aktif antibakteri yang terkandung dalam buah belimbing wuluh (Zakaria

et al., 2007). Hasil identifikasi Wong and Wong (1995) menunjukkan bahwa 47,8% total

senyawa volatil yang terdapat dalam buah belimbing wuluh merupakan asam alifatik, asam

heksadekanoat (20,4%), dan asam yang paling dominan adalah (Z)-9-oktadekanoat.

Sedangkan senyawa ester yang dominan adalah butil nikotinat (1,6%) dan heksil nikotinat

(1,7%). Menurut Pino et al. (2004) dalam buah belimbing wuluh terkandung sekitar 6 mg/kg

total senyawa volatil.

Aroma khas buah belimbing wuluh varietas hijau merupakan interaksi antara

senyawa nonanal, asam nonanoat, dan (E)-2-Nonenal. Sedangkan senyawa yang bertanggung

jawab terhadap rasa pada buah belimbing wuluh adalah (Z)-3-heksenol (Pino et al., 2004).

Manfaat Buah Belimbing Wuluh

Perasan air buah belimbing wuluh sangat baik untuk asupan kekurangan vitamin

C. Ada yang memanfaatkan buah belimbing wuluh untuk dibuat manisan dan sirup, sebagai

obat untuk sariawan, sakit perut, gondongan, rematik, batuk rejan, gusi berdarah, sakit gigi

berlubang, memperbaiki fungsi pencernaan, untuk membersihkan noda pada kain,

menghilangkan karat pada keris, membersihkan tangan yang kotor, mencuci botol,

Page 5: BAB II Stres Oksidatif

menghilangkan bau amis, sebagai bahan kosmetika serta mengkilapkan barang-barang yang

terbuat dari kuningan (Anonymous, 2007a).

Menurut Abdur Rahman dalam Zakaria et al. (2007) di Malaysia, buah

Averrhoa bilimbi dikenal sebagai manisan atau pemertinggi rasa dalam masakan tradisional

Malaysia. Ada juga yang memanfaatkan buah Averrhoa bilimbisebagai obat jerawat,

hipertensi dan diabetes. Daun, buah dan bunga juga digunakan untuk obat batuk. Sementara

di Indonesia buah belimbing wuluh digunakan sebagai obat demam, batuk, inflamasi

(radang), untuk menghentikan perdarahan rektal dan meredakan sembelit.

B. RADIKAL BEBAS

Radikal bebas adalah spesies kimia yang memiliki satu atau lebih elektron yang

tidak berpasangan pada orbital terluarnya, sehingga dapat menyerang senyawa-senyawa lain

seperti DNA, membran lipid, dan protein. Radikal ini akan merebut elektron dari molekul

lain yang ada disekitarnya untuk menstabilkan diri, sehingga spesies kimia ini sering

dihubungkan dengan terjadinya kerusakan sel, kerusakan jaringan, dan proses penuaan

(Halliwell and Gutteridge, 1999).

Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak

terkontrol,menghasilkan ikatan silang (cross-link) pada DNA, protein, lipida, atau kerusakan

oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul ini. Perubahan ini akan

menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari

berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak

(Silalahi, 2006).

Page 6: BAB II Stres Oksidatif

Oksigen dijumpai dalam bentuk diatomic molecule. Pada keadaan normal pada

rantai pernafasan (respiratory chain), oksigen berperan sebagai akseptor terakhir dari

electron. Kemudian bersama-sama 2H+ akan membentuk satu molekul H2O. Selain itu,

oksigen dapat menjadi toxic mutagenic gas yang kemudian dikenal sebagai ROS (Reactive

Oxygen Species). ROS merupakan senyawa oksigen yang bersifat reaktif. Senyawa ini pada

dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu senyawa oksigen reaktif yang bersifat

radikal seperti radikal superoksida (O2-), radikal hidroksil (OH·), radikal peroksil (RO2·),

radikal hidroperoksil (HO2·), dan senyawa oksigen reaktif yang bersifat nonradikal (oksidan)

seperti hydrogen peroksida (H2O2), asam hipoklorat (HOCl), ozon (O3), singlet oksigen (-

O2) dan peroksinitrit (ONOO) (Sudiana, 2008).

Secara fisiologi tubuh memang menghasilkan ROS (radikal bebas atau oksidan),

adapaun sumber penghasil ROS, antara lain mitokondria, fagosit, xanthine oksidase,

peroksisome, iskemi/reper fusi, jalur pada pembentukan asam arakhidonat, dan sebagainya.

Bahan tersebut dihasilkan oleh tubuh untuk membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh.

Namun bila radikal bebas atau oksidan dihasilkan oleh tubuh secara berlebihan, maka bahan

tersebut akan dinetralisir oleh anti radikal bebas atau antioksidan yang dikenal Scavenger

enzyme, seperti superoksida dismutase (SOD), katalase atau glutation peroksidase. Apabila

rasio antara radikal bebas atau oksidan lebih besar daripada antiradikal bebas atau

antioksidan, maka keadaan ini dikenal sebagai stress oksidatif. (Sudiana, 2008)

Keberadaan radikal bebas juga bermanfaat bagi tubuh, yaitu untuk menbunuh

komponen pathogen yang menginvasi tubuh. Meskipun demikian, keberadaaan tidak

diharapkan melebihi jumlah antioksidan dalam tubuh. Tubuh diperlengkapi dengan sel-sel

inflamasi seperti sel granulosit, monosit, dan makrofag, yang apat memproduksi senyawa-

Page 7: BAB II Stres Oksidatif

senyawa yang bersifat oksidan seperti H2O2, O2·-, ·OH, ClO-, dan O2. Senyawa-senyawa

ini selain dapat menghancurkan mikroorganisme dapat pula merusak sel-sel jaringan tubuh.

Ketika dalam tubuh terjadi peradangan hebat, hal itu dapat melibatkan sel-sel radang

(inflammatory cells) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan

C. ANTIOKSIDAN

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih

elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Antioksidan

didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses

oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah

terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid (Dalimartha dan

Soedibyo, 1999).

Untuk kehidupannya, manusia maupun hewan tergantung pada oksigen. Oksigen

yang esensial berguna untuk kehidupan, bekerja melalui mekanisme reaksi berurutan di

dalam sel-sel tubuh, mempunyai batasan fungsi dan kemudian dapat memberikan efek

samping. Reaksi oksidasi yang lebih kompleks akan menghasilkan radikal bebas, yang

apabila tidak terdapat system antioksidan, akan menghancurkan elemen vital sel-sel tubuh.

Nampaknya secara praktis, semua penyakit yang menimpa manusia melibatkan oksidasi pada

tingkat subseluler dari sel, apakah sebagai penyebab atau sebagai reaksi lanjutan. Selanjutnya

kerusakan jaringan akan merupakan bagian atau keseluruhan gejala patologi

(Muchtadi, 2009).

Hidup dapat menimbulkan perubahan di dalam sel misalnya karena konsumsi

pangan yang tidak seimbang, konsumsi lemak hewani secara berlebihan, makanan diasap

Page 8: BAB II Stres Oksidatif

atau alkohol, kurang mengkonsumsi sayuran, atau karena kontaminasi pada lingkungan

(pekerja tambang, polisi lalu lintas, perokok). Beberapa macam penyakit degeneratif di mana

radikal bebas (reaksi oksidasi) berperan sebagai faktor penyebabnya antara lain : penyakit

ginjal, diabetes, kardiovaskuler dan kanker (Sunarni, 2005).

Banyak bukti yang mendukung terdapatnya efek protektif dari konsumsi sayuran

dan buah-buahan dalam jumlah banyak terhadap risiko timbulnya kanker dan penyakit akibat

penuaan lainnya. Konsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah tinggi, telah terbukti

dapat mencegah timbulnya osteoporosis dengan cara menjaga densitas tulang tetap baik,

menurunkan risiko timbulnya penyakit kardio-vaskuler, serta mencegah kanker prostat dan

kanker paru-paru (De Pooter, 1985).

Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan

alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan buatan (sintetik)

merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia(Kochhar dan Rossell,

1990).

Aktivitas antioksidan yang berasal dari makanan di dalam tubuh, sangat

tergantung pada ketersediaan hayatinya. Pada Tabel 1 disajikan beberapa macam bahan

pangan yang merupakan sumber antioksidan zat gizi. Senyawa-senyawa ini dapat berperan

dalam pencegahan timbulnya berbagai reaksi patologis. Di dalam bahan pangan terdapat pula

senyawa-senyawa antinutrisi, misalnya fitat yang dapat mengkelat mineral, lipoksigenase

yang dapat merusak vitamin A, asam askorbat oksidase yang dapat mengoksidasi vitamin C,

oligosakarida (ikatan alfa-galaktosidik) yang dapat menimbulkan flatulensi, asam lemak tidak

jenuh yang merupakan substrat peroksidasi lipid. Perlu diketahui bahwa komponenkomponen

Page 9: BAB II Stres Oksidatif

tersebut dapat mempunyai sifat antioksidan pada suatu konsentrasi tertentu, akan tetapi dapat

pula bertindak sebagai pro-oksidan pada konsentrasi lain (Belleville-Nabet, 1996).

Sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, herbal dan beberapa jenis minuman

(misalnya teh, saribuah, anggur merah), merupakan bahan pangan yang kaya akan

antioksidan. Dalam buah-buahan, anggur misalnya, terkandung senyawa polifenol seperti

asam kaftarat, ester asam kafeat dengan asam tartarat, katekin flavon 3-ol dan antosianin.

Beri (berry), termasuk blueberry, strawberry, blackberry dan crowberry, mengandung

sejumlah besar senyawa fenolik seperti asam benzoat hidroksilasi dan asam sinamat; serta

flavonoid termasuk antosianin, pro-antosianin, flavonol dan katekin. Buah jeruk mengandung

polifenol asam hidroksinamat, termasuk p-koumarat dan asam ferulat, limonoid dan naringin.

Bahkan di dalam kulit dan biji buah jeruk terkandung senyawa yang mempunyai aktivitas

antioksidan. Tomat, kacangkacangan, brokoli, bit, jamur, jagung, kubis putih, kale, bunga

kol, bayam, bawang putih, bawang merah dan kedelai, adalah contoh sayuran yang

mengandung antioksidan. Kunyit, bangle, jahe, kencur, serai, lengkuas, merupakan contoh

rempahrempah dan herbal yang mengandung antioksidan (Sahidi, 1997).

Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan dan sering digunakan untuk

makanan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tetra-

butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan

antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial. Antioksidan

alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu

atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi

selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan

ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Rohdiana, 2001) .

Page 10: BAB II Stres Oksidatif

D. STRES OKSIDATIF

Terminologi stress oksidatif didefinisikan sebagai kondisi gangguan

keseimbangan antara oksidan dan antioksidanyang berpotensi menimbulkan kerusakan. Stres

oksidatif dapat timbul karena konsumsi alcohol, pengobatan, trauma, kedinginan, polusi

udara, asap rokok, toksin, dan radiasi.

Apabila oksidan yang ada lebih besar daripada antioksidan, maka oksidan tersebut

dapat menurunkan sistem antioksidan yang berakibat pada kerusakan komponen-komponen

seluler yang penting seperti membrane lipid, protein, karbohidrat, dan DNA. Konsekuensi

patofisiologis ini akan berujung pada inflamasi serta kerusakan jaringan.

E. CARBON TETRACHLORIDA

Karbon tetraklorida (CCL4) adalah cairan yang mudah terbakar, jernih,

tidak berwarna, sifat pelarutnya sama dengan kloroform. Dapat bercampur dengan alkohol,

eter, benzen, dan pelarut organik lainnya, tetapi praktis tidak larut dalamair. Harus disimpan

dalam wadah tertutup dan kedap cahaya (Doerge, 1982). CCl4 banyak digunakan sebagai

bahan pelarut senyawa kimia lainnya. Zat ini berbahaya bila dihirup, ditelan dan diserap

kulit (Meyers et al, 1993). CCl4  dihimpun secara besar-besaran dalam lemak tubuh, hepar,

dan sumsum tulang belakang. (Klassen, 2001).

Efek toksik dapat timbul pada manusia setelah pemaparan kronis maupun akut.

Pada keracunan akut, efek yang segara timbul adalah mual, muntah, depress pada sistem

saraf pusat. Berkisar antara kejang sampai koma dan depresipernafasan. Setelah dua hari

sampai dua minggu tanda kerusakan hepar dan ginjal mungkin akan terlihat (Fauci et al,

1998). Gejala pada saluran pencernaan termasuk hemetemesis dan nyeri abdomal dan

Page 11: BAB II Stres Oksidatif

mungkin terjadinya kerusakanhepar yang lebih hebat jika diberikan secara oral (Klassen,

2001).CCl4 diaktifkan oleh sitokrom P-450 menjadi radikal bebas yangreaktivitasnya tinggi.

Pertama, CCl4 diubah menjadi bentuk radikal triklorometil(CCl3●) dan kemudian menjadi

radikal triklorometil peroksi (CCl3O2●) yangsangat reaktif. Maka dari itu CCl4 dapat

menyebabkan nekrosis yang hebat dalam sentrobuler hepar yang mengandung enzim

sitokrom P-450 dengan konsentrasi tertinggi (Hudgson and Levi, 2000).

Dampak racun CCl4 adalah pada konversi molekulnya menjadi radikal bebas.

Konversi ini tergantung pada aktivitas metabolik CCl4 yang berlangsungdalam retikulum

endoplasma sel hepar melalui interaksi dengan transport elektronNADPH-sitokrom P-450.

Aktivasi CCl4 ini menghasilkan zat antara yang reaktif yaitu radikal bebas triklorometil

(CCl3●). Radikal bebas CCl3●akan bereaksidengan oksigen membentuk radikal

triklorometil peroksi (CCl3O2●) yang lebihreaktif . CCl3O2●bersifat sangat reaktif

terhadap biomolekul seperti protein,lemak, karbohidrat, dan nukleotida. Akibatnya fungsi

biologis molekul tersebutakan terganggu. Radikal bebas CCl3O2●dalam hepar akan

bereaksi dengan asamlemak tidak jenuh (PUFA) untuk membentuk produk akhir terutama

aldehidayang bersifat toksik (Hudgson and Levi, 2000).Produk utama dari peroksidasi

PUFA diproduksi melalui mekanisme radikalbebas. Proses ini diawali dengan inisiasi yang

meliputi pengambilan atom H dari PUFA oleh oksigen bebas yang terdapat pada CCl3O2•.

Stabilitas bentuk dariproduk awal ini ditentukan oleh energi disosiasi ikatan antara C-H.

Ikatan gandametilen pada PUFA lebih mudah teroksidasi daripada ikatan pada

monosaturated fatty acid . Reaksi selanjutnya adalah propagasi antara pentadienil radikal

denganatom oksigen. Hasil dari reaksi ini akan menjadi inisiator baru untuk bereaksidengan

PUFA yang lain sehingga menghasilkan produk radikal baru. Langkah selanjutnya adalah

Page 12: BAB II Stres Oksidatif

reaksi terminasi, yaitu mengkombinasikan dua radikal menjadi suatu produk non radikal.

Peroksidasi PUFA tidak berhenti sampai disini, menurut penelitian masih ada metabolit

sekunder yang dihasilkan setelah peroksidasi PUFA. Salah satunya adalah malondialdehyde

(malonaldehyde, propanedial MDA) yang merupakan hasil akhir  dari peroksidasi asam

arakidonat dan beberapa PUFA yang lain.

Mekanisme peroksidasi PUFA oleh radikal bebas CCl3 ditunjukkan pada gambar

1.

Gambar 3. Mekanisme Peroksidasi PUFA Oleh Radikal Bebas CCl3 

 Pengukuran kinetika peroksidasi lipid secara in vitro dapat dilakukandengan

mengukur berapa banyak oksigen yang dibutuhkan. Ada beberapa metodeyang dapat

digunakan, salah satunya TBA (Thiobarbituric acid) reactivity test ,yang dapat dilakukan

baik secara in vivo maupun in vitro. Tes ini didasarkan padareaksi kondensasi antara satu

molekul MDA dengan dua molekul TBA padakondisi asam. Hasilnya adalah pigmen

berwarna merah yang dapat diukur padapanjang gelombang 532 nm. Jumlah MDA yang

terdeteksi menggambarkanbanyaknya peroksidasi lipid yang terjadi ( Josephy, 1997 ).

Page 13: BAB II Stres Oksidatif

Mekanisme reaksi antara MDA dengan TBA menghasilkan senyawa kompleks

MDA-TBA berwarna merah muda ditunjukkan pada gambar 2.

Mekanisme Reaksi antara MDA dengan TBAMenghasilkan Senyawa Kompleks MDA-TBA Berwarna Merah Muda ( Josephy, 1997 )

Page 14: BAB II Stres Oksidatif

F. MALONDIALDEHYDE (MDA)

Malondialdehyde (MDA) merupakan produk hasil peroksidasi lipid dalam tubuh

dan terdapat dalam bentuk bebas atau terkompleks dengan jaringan di dalam tubuh. Reaksi

ionisasi senyawa-senyawa radikal bebas juga dapat membentuk MDA dan MDA juga

merupakan produk samping biosintesis prostaglandin. Senyawa senyawa aldehida dan keton

seperti hidroksialkenal dan tentunya MDA terbentuk dari bereaksinya molekul lemak dengan

asam lemak tak jenuh yang karbon metilennya telah teroksidasi, selanjutnya senyawa

senyawa ini telah diketahui bersifat toksik terhadap sel. Konsentrasi MDA dalam material

biologi telah digunakan secara luas sebagai indikator dan kerusakan oksidatif pada lemak tak

jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas. Rantai asam lemak tak jenuh

jamak pada lapisan fosfolipid membran diserang oleh radikal hidroksil menyebabkan

terjadinya peroksidasi lipid. ( Endang, 2005)

Proses peroksidasi dimulai dengan terbentuknya carbon centered radica pada

lapisan fosfolipid dan selanjutnya bereaksi dengan oksigen membentuk radikal bebas baru

yaitu radikal bebas peroksil. Radikal peroksil cukup reaktif untuk menyerang asam lemak di

sekitarnya sehingga dapat terbentuk lipid hidroperoksida dan carbon centered radikal yang

baru. Cukup satu radikal hidroksil untuk merusak ratusan asam lemak tak jenuh jamak.

Penimbunan hidroperoksida lipid pada membran akan menyebabkan gangguan pada fungsi

sel dan sel menjadi runtuh. Hidroperoksida lipid kemudian dapat berubah menjadi senyawa

toksik yaitu aldehid, MDA, dan hidroksi nonenal. Senyawa-senyawa antioksidan dapat

mencegah teroksidasinya asam lemak jenuh agar tidak membentuk lipid peroksida dan

mencegah berlangsungnya reaksi berantai senyawa radikal ( Endang, 2005)

Page 15: BAB II Stres Oksidatif

G. KERANGKA KONSEP

Belimbing Wuluh(Averrhoa bilimbi)

Anti OksidanAsam Askorbat

RiboflavinBetakarotin

Hepatoprotektif

Niasin

Anti Kanker, Pencegah Kanker

Asam AskorbatRiboflavin

NiasinThiaminZat besi

SeratBetakarotin

Induksi Karbon Tetraklorid (CCl4)

Radikal Bebas - Peroksidasi Lipid

Hepatotoksisitas

Stres Oksidatif

MDA

Penuaan dini, Kanker, Penyakit Degenaratif

Kerusakan Sel, molekul protein, komponen lemak,

dan lisosom

Page 16: BAB II Stres Oksidatif

H. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)

dapat menurunkan efek radikal bebas akibat induksi CCl4 dilihat dari perubahan kadar MDA

serum darah.