BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres
Setiap orang pernah mengalami stres. Menurut Cornelli,
sebagaimana dikutip oleh Brecht (dalam Sunaryo, 2004) bahwa
yang di maksud dengan stres adalah gangguan pada tubuh dan
pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan
yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu
didalam lingkungan tersebut. Menurut Ivancevich, dkk (2007) stres
adalah suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu
yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau
peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap
seseorang. Selain itu, menurut Rasmus (2004), Stres adalah
respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan setiap orang dapat
mengalaminya. stres ini juga memberi dampak secara total pada
individu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual,
serta stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
14
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa stres adalah suatu respon adaptif dari tubuh karena adanya
tuntutan dan perubahan dalam lingkungan.
2. Penyebab Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati dan
Desminiarti (1990), stres dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang
terlalu tinggi atau rendah, suara yang amat bising, sinar
yang terlalu terang atau sengatan listrik.
b) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-
obatan, zat beracun, hormon atau gas.
c) Stres Mikrobiologi, disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit yang menimbulkan penyakit.
d) Stres Fisiologi, disebabkan oleh gangguan struktur,
fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga
menimbulkan fungsi tubuh yang tidak normal.
e) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan,
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dari masa bayi hingga tua.
f) Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, sosial, budaya atau keagamaan.
15
3. Tahapan Stres
Menurut Amberg (1979), ada beberapa tahapan stres,
sebagai berikut :
a. Stess tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang
disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,
mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti
bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat
menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat
rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar,
otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena
cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan
seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot
semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan
sulit tidur kembali (Late Insomnia), koordinasi tubuh
terganggu dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan,
seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas
pekerjaan terasa sulit, dan menjenuhkan, respon tidak
16
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur,
sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat
menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai
dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatkan rasa takut dan
cemas, bingung, dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres
dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak
napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat,
loyo, serta pingsan.
4. Pengertian Stres Kerja
Secara umum, orang berpendapat bahwa jika seseorang
diperhadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui
kemampuan individu tersebut, maka di katakan invididu itu
mengalami stres kerja (Jacinta, dalam Nipsaniasri, 2004). Stres
kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang di
alami oleh karyawan dalam menghadapi pekerjaannya
(Mangkunegara dalam Sihombing, 2007).
Paluppi (2003) menjelaskan bahwa stres kerja adalah
ketegangan yang dengan mudah muncul akibat kejenuhan yang
17
timbul dari beban kerja yang berlebihan. Selain itu, Stres kerja juga
di defenisikan sebagai adanya ketidak seimbangan antara
karaterikstik karwayan dengan karakter tuntutan pekerjaan dalam
lingkungan kerja (Abush & Burkhead dalam Nipsaniasri, 2004).
Stres kerja sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari
situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial
(Smet dalam Effendi, 2005). Sementara itu Cooper (dalam
Wicaksana, 2006) mengatakan bahwa :
“Job Stres is as an unwanted physical, emotional, or psycological response that emanates when your capabilities are not in the line with the job requirements”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka menurut penulis,
stres kerja merupakan suatu kondisi yang terjadi pada individu atau
karyawan yang diperhadapkan pada suatu ketidakseimbangan
sebagai akibat dari tuntutan pekerjaan yang berlebihan.
B. Perawat Unit Gawat Darurat dan Perawat Unit Rawat Inap
1. Pengertian Perawat
Definisi perawat menurut UU Kesehatan tahun 2009,
perawat adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
18
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang
berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan
melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (International Council Of
Nursing), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan
pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di
negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan,
pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perawat adalah seseorang yang memiliki latar
belakang sebagai seorang lulusan pendidikan keperawatan dan
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan.
2. Peran Perawat
Sebagai sebuah profesi, tentunya perawat memiliki peran
dan fungsinya dalam melakukan tugasnya. Menurut konsorsium
ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver)
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar (fisik dan mental) manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian
19
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
b. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien &
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien meliputi :
i. Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
ii. Hak atas informasi tentang penyakitnya
iii. Hak atas privacy
iv. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
v. Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
20
sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
e. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
f. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
g. Sebagai Change of agent
Perawat berperan untuk mengadakan perubahan-perubahan.
Misalnya, mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga
agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan
klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien.
Menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam
Nipsaniasari, 2004) peran dan fungsi perawat sebagai pelaku atau
pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien, dengan
menggunakan proses keperawatan yang meliputi :
21
a. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional
yang meliputi treatment keperawatan, observasi, pendidikan
kesehatan dan menjalankan treatment medikal bedah.
b. Melakukan pengkajian dalam upaya-upaya mengumpulkan
daya dan informasi yang benar.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa
data dari hasil pengkajian
d. Merencanakan intervensi sebagai upaya untuk mengatasi
masalah yang timbul dan membuat langkah atau cara
pemecahan masalah.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang
telah direncanakan.
f. Melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan terhadapnya.
g. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai
penghubung antara klien dengan tim kesehatan yang lain,
membela kepentingan klien dan membantu klien agar
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan oleh tim kesehatan. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat untuk membantu klien atau keluarga
untuk mengambil keputusan berdasarkan pemahaman
informasi yang diberikan oleh perawat.
22
h. Sebagai pendidik klien, perawat memberikan pengetahuan
kepada klien dalam rangka meningkatkan kesehatan,
tindakan keperawatan dan tindakan medik yang diterima,
sehingga klien atau keluarga dapat bertanggung jawab
terhadap hal-hal yang diketahuinya.
i. Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan kemampuan
klien dan sumber-sumber yang ada untuk digunakan secara
maksimal, sehingga tidak ada tumpang tindih tindakan karena
ada koordinasi yang dilakukan oleh parawat.
j. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan anggota
tim kesehatan lain dan keluaga dalam menentukan rencana
atau pelaksanaan asuhan keperawatan.
k. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi agar klien
atau keluarga mempunyai cara berpikir yang benar dalam
mengatasi masalah, sehingga sikap dan tingkah laku menjadi
efektif, serta meningkatkan keterampilan yang diperlukan
untuk hidup lebih sehat.
l. Sebagai pengelola, perawat mengatur kegiatan dalam upaya
mencapai tujuan yang diharapkan sehingga pasien, klien dan
perawat mendapatkan kepuasan karena asuhan keperawatan
yang diberikan.
23
3. Sistem Model Profesional Asuhan Keperawatan
Professional (MAKP)
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefenisikan empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika
perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak
dapat terwujud.
Unsur-Unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu : 1) standar, 2) proses keperawatan, 3)
pendidikan keperawatan, 4) sistem MAKP. Dalam penerapan suatu
model, maka keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan, karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dilepaspisahkan.
24
Gambar 1 : Sistem Model Profesional Asuhan Keperawatan Professional
(MAKP)
4. Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan
Perkiraan jumlah tenaga perawat dapat dihitung
berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk perawatan adalah berkisar antara 4-5 jam/klien/hari. Untuk
Hubungan Antara Keempat Unsur dalam penerapan sistem MAKP
Standar Kebijakan
institusi/ nasional Proses
keperawatan :
Pengkajian,
perencanaan,
intervensi,
evaluasi
Sistem MPKP
- Fungsional
- Tim
- Primer
- Modifikasi
Pendidikan Klien :
- Pencegahan
penyakit
- Mempertahank
an kesehatan
- Informed
Consent
- Rencana
Pulang/komunit
as
25
menentukan perkiraan jumlah tenaga keperawatan, dapat
menggunakan salah satu rumus di bawah ini :
a. Metode Rasio
Metode rasio didasarkan atas Surat Keputusan Menteri
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan dihitung
menggunakan rumus Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1979.
Peraturan Men.Kes.RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979, yaitu :
perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan
seluruh rumah sakit ditentukan berdasarkan perbandingan antara
jumlah tempat tidur di rumah sakit dibandingkan dengan jumlah
perawat. Untuk tiap rumah sakit dengan tipe yang berbeda, berikut
ini adalah perhitungannya :
Rumah Sakit Kelas A = 4 Perawat : 2 Tempat Tidur
Rumah Sakit Kelas B = 3 Perawat : 2 Tempat Tidur
Rumah Sakit Kelas C = 1 Perawat : 1 Tempat Tidur
5. Pengertian Perawat Unit Gawat Darurat dan Perawat
Unit Rawat Inap
a. Perawat Unit Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan
yang ditujukan kepada pasien gawat darurat, yaitu pasien yang
datang tiba- tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya / anggota badan akan
26
menjadi cacat bila tidak mendapat pertolongan yang segera dan
cepat (Musliha, 2010).
Unit gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit
yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan
merupakan bagian dari rangkaian yang perlu diorganisir.
Pengembangan unit gawat darurat harus memperhatikan aspek-
aspek seperti : sistem rujukan penderita gawat darurat dan beban
kerja dalam menanggulangi penderita gawat darurat (Prabowo,
2009). Sedangkan, perawat unit gawat darurat adalah seorang
tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan di unit gawat darurat (Protap RS
Bhayangkari Pontianak, 2008).
Kriteria unit gawat darurat meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) unit gawat darurat harus buka 24 jam, b) unit gawat darurat juga
harus menangani penderita “false emergency” tetapi tidak boleh
mengganggu/mengurangi mutu pelayanan gawat darurat, c) unit
gawat darurat sebaiknya hanya melakukan “primary care”
sedangkan “defenitive care” dilakukan di tempat lain dengan cara
kerja sama yang baik, d) unit gawat darurat harus meningkatkan
mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam
penanggulan penderita gawat darurat, e) unit gawat darurat harus
27
melakukan riset guna meningkatkan mutu/kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 1992).
Mulisha (2010) menjelaskan bahwa dalam menjalankan
tugasnya, seorang perawat yang bertugas di bagian unit gawat
darurat mempunyai peranan sebagai berikut :
1) Melakukan triase, mengkaji dan menetapkan dalam
spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis pada
berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari
ancaman nyawa sampai kondisi kronis.
2) Mengkaji dan melakukan asuhan keperawatan terhadap
individu – individu dari semua umur dan berbagai kondisi.
3) Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.
4) Memberikan dukungan emosional terhadap pasien dan
keluarganya.
5) Memfasilitasi dukungan spiritual
6) Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan
memberikan pelayanan secara multi disiplin.
7) Dokumentasikan dan komunikasikan informasi tentan
pelayanan yang telah diberikan serta kebutuhan untuk
tindak lanjut.
8) Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah
kegawat-daruratan
28
9) Membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan sehari –
hari
10) Memfasilitasi tindak lanjut perawatan dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada di masyarakat.
11) Merespon secara cepat dan memfasilitasi terhadap bencana
yang terdapat di komunitas dan institusi.
b. Perawat Unit Rawat Inap
Menurut Depkes RI (1987), ruang rawat inap adalah ruang
pelayanan kepada pasien masuk rumah sakit yang menempati
tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diganosa terapi,
rehabilitasi medik dan pelayanan medik lainnya. Selain itu menurut
Kuntoro (2010), unit rawat inap atau ruang rawat merupakan sentral
kegiatan pokok dalam proses penyembuhan pasien , dan secara
manajerial kepala ruang rawat/bangsal sangat menentukan
keberhasilan dalam memberikan pelayanan keperawatan bagi
pasien. Sedangkan perawat unit rawat inap adalah seorang
perawat yang diberikan wewenang untuk memberikan pelayanan
atau asuhan keperawatan di ruang rawat inap (Protap RS
Bhayangkari Pontianak, 2008).
Bangsal/ruangan pasien juga merupakan tempat penting
yang tidak dapat dilepaspisahkan dari suatu tatanan rumah sakit.
Dapat dikatakan, bangsal sebagai ujung tombak pelayanan
29
kesehatan rumah sakit dan ikut menentukan baik-buruknya sebuah
rumah sakit atau mutu pelayanan yang diberikan kepada konsumen
rumah sakit (Kuntoro, 2010).
C. Stres Kerja Perawat
1. Pengertian Stres Kerja Perawat
Stres di antara pegawai kesehatan sangat dikenal, seperti
stres diantara para perawat yang bekerja di lingkungan rumah sakit
(Clark dalam Nipsaniasari, 2004). Menurut Suharyati (1994),
dibandingkan dengan profesi yang lain perawat relatif penuh
dengan beban psikologis karena sebagai pemberi layanan
keperawatan membutuhkan kerja sama tidak hanya dengan klien
tetapi juga dengan tim kesehatan yang lain, keluarga, masyarakat
dan lembaga tempat perawat bekerja.
Stres kerja perawat disebutkan sebagai suatu kondisi yang
disebabkan oleh transaksi antara perawat dengan lingkungan kerja
sehingga menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal
dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan
sosial (Smet dalam Effendi, 2005).
2. Sumber Stres Kerja Perawat
Hudak dan Gallo (1997) menyatakan bahwa sumber dari
stres perawat adalah pekerjaan yang di ulang-ulang. Setiap langkah
harus ditulis, perpindahan perawat dari tempat lain, situasi kritis
30
yang sering, bahaya fisik (jarum-jarum, pasien isolasi dan lainnya),
mengangkat berat, pasien tidak sadar, teman sejawat yang
bingung, bunyi-bunyian yang terus-menerus (suara monitor dan
alat-alat penunjang medis lainnya, rintihan dan jeritan pasien).
Menurut Abraham dan Shanley (dalam Sunaryo, 2004) yang
didasarkan pada hasil survei Dewe (1989) menemukan lima
sumber stres keperawatan, yaitu :
a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak
pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan
standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberikan
dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dan menghadapi
keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staff lain, misalnya
mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui
orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan,
dan gagal membentuk tim kerja dengan staff.
c. Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya kesulitan
menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola atau
prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter
yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya
bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan
31
sosial dan emosional pasien, terlibat dalam
ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak
pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien
atau keluarga, merawat pasien sulit atau tidak kerja sama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya
pasien lansia, pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang
meninggal selama proses perawatan.
3. Aspek-Aspek Stres Kerja Perawat
Menurut Robbins dalam Amiranti (2007) ada beberapa
gejala dari stres kerja yang terbagi dalam tiga aspek, yaitu :
a. Gejala fisiologis yaitu perubahan dalam metabolisme,
meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala
dan menyebabkan serangan jantung.
b. Gejala Psikologis, yaitu dapat menimbulkan
ketidakpuasan terhadap pekerjaan, meningkatkan
ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan
menjadi suka menunda-nunda pekerjaan.
c. Gejala Perilaku, gejala stres yang dikaitkan dengan
perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas,
meningkatnya absensi, tingginya tingkat keluar-masuknya
karyawan juga perubahan dalam kebiasaan makan,
32
meningkatnya konsumsi alkohol, berbicara cepat, gelisah
dan gangguan tidur.
Menurut Beehr dan Newman (dalam Sihombing, 2007) ada
beberapa gejala dari stres kerja yang terbagi dalam tiga aspek,
yaitu aspek psikologis, aspek fisik dan aspek perilaku.
a. Aspek Psikologis yang terdiri dari kecemasan, memendam
masalah, komunikasi menjadi tidak efektif, mengurung dan
menarik diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental,
menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi,
kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan
rasa percaya diri.
b. Aspek Fisik yaitu meningkatnya detak jantung dan tekanan
darah, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan lambung,
mudah terluka, mudah lelah secara fisik dan kemungkinan
mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue
syndrome), kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan
pernapasan, sering berkeringat, gangguan pada kulit,
kepala pusing, migrain, Meningkatnya frekuensi dari luka
fisik dan kecelakaan, badan, gemetar, penurunan sistem
imun, ketegangan otot dan probelm tidur.
c. Aspek Perilaku yang tampak dari menunda atau
menghindari pekerjaan, meningkatnya penggunaan
33
minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase,
meningkatnya agressivitas dan kriminalitas, peningkatan
atau penurunan nafsu makan, pola makan berubah, ngebut
di jalan, Mencari-cari kesalahan orang lain, mudah
menyalahkan orang lain, mudah mengingkari janji pada
orang lain, penurunan hubungan interpersonal dengan
keluarga dan teman serta kecenderungan bunuh diri.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan aspek-aspek
dari Beehr dan Newman, yaitu aspek psikologis, aspek psikis dan
aspek perilaku yang akan digunakan sebagai indikator pengukuran
dalam instrumen penelitian.
D. Perbedaan Stres Kerja Perawat Unit Rawat Inap dan Unit
Gawat Darurat
Unit rawat inap merupakan sebuah unit layanan kesehatan
pada sebuah institusi rumah sakit yang digunakan untuk tempat
perawatan pasien. Unit ini merupakan satuan yang tidak dapat
dilepaspisahkan dari unit-unit lainnya karena merupakan bagian
yang terpenting dari sebuah layanan kesehatan. Pada unit ini,
seorang perawat bekerja berdasarkan program-program kegiatan
yang terjadwal setiap harinya, namun kecendurungan untuk
mengalami stres kerja juga dapat di alami oleh seorang perawat
yang bertugas di unit rawat inap. Misalnya, perawat yang bertugas
34
sedikit, kondisi kerja tidak kondusif dan rekan kerja yang tidak dapat
berkerja sama dengan baik. Selain itu pula, di bagian rawat inap
seorang perawat seharusnya ada di samping pasien setiap saat,
apalagi jika pasien yang memerlukan observasi terus-menerus. Hal-
hal seperti inilah yang dapat memicu terjadinya stres kerja pada
perawat di unit rawat inap.
Sedangkan, pada unit gawat darurat yang merupakan
gerbang awal sebagai pintu masuknya pasien, perawat yang
bertugas di tempat ini dituntut harus bersikap cepat, cekatan dan
tepat dalam menangangi pasien-pasien yang datang ke gawat
darurat. Stres kerja pada perawat unit gawat darurat dapat timbul
karena perawat pada bagian unit gawat darurat merupakan bagian
pelayanan yang bersifat segera dan membutuhkan pertolongan
pertama untuk diberikan kepada pasien. Selain itu, stres kerja dapat
dialami oleh perawat gawat darurat juga jika pasien yang ditangani
dalam jumlah banyak dan datang dengan berbagai penyakit yang
berbeda. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka diasumsikan
tingkat stres perawat di unit gawat darurat lebih tinggi daripada
perawat di unit rawat inap.
35
E. Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variable Dependen
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
F. Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan tingkat stres kerja perawat diruang
rawat inap dan perawat unit gawat darurat
H1 : Ada perbedaan tingkat stres kerja perawat unit rawat
inap dan perawat unit gawat darurat.
Perawat Unit Rawat Inap
Tingkat Stress Kerja Perawat Unit Gawat
Darurat