BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang...

152
28 BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data Berikut ini disajikan data yang telah dikumpulkan meliputi : a.) Struktur naskah wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem yang meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapir objek, lapis dunia, dan lapis metafisis. b.) resepsi pembaca tentang ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon. c.) resepsi intensitas penghayatan pembaca yang terdiri atas : tema, kondisi social, relevansi konflik, amanat, bahasa, tokoh, karakter, imajinasi, ironi, ketegangan cerita, dan keseluruhan cerita. 1. Struktur naskah wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem Serat Kresna Kembang berbentuk tembang macapat (puisi Jawa lama). Roman Ingarden (dalam Wellek, 1968: 151) menyebutkan norma-norma dalam puisi terdiri atas lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis. 1.1 Lapis Bunyi Puisi berupa satuan-satuan suara: suara suku kata, kata, dan berangkai merupakan seluruh bunyi/suara sajak: suara frasa dan suara kalimat. Analisis puisi lapis bunyi ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Berikut beberapa lapis bunyi dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Transcript of BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang...

Page 1: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

28

BAB II

Sajian Data dan Pembahasan

A. Sajian Data

Berikut ini disajikan data yang telah dikumpulkan meliputi : a.) Struktur

naskah wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem yang meliputi lapis bunyi,

lapis arti, lapir objek, lapis dunia, dan lapis metafisis. b.) resepsi pembaca tentang

ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon. c.) resepsi intensitas penghayatan

pembaca yang terdiri atas : tema, kondisi social, relevansi konflik, amanat, bahasa,

tokoh, karakter, imajinasi, ironi, ketegangan cerita, dan keseluruhan cerita.

1. Struktur naskah wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem

Serat Kresna Kembang berbentuk tembang macapat (puisi Jawa lama).

Roman Ingarden (dalam Wellek, 1968: 151) menyebutkan norma-norma dalam

puisi terdiri atas lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis.

1.1 Lapis Bunyi

Puisi berupa satuan-satuan suara: suara suku kata, kata, dan

berangkai merupakan seluruh bunyi/suara sajak: suara frasa dan suara

kalimat. Analisis puisi lapis bunyi ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola

bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu yang dipergunakan

untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Berikut beberapa lapis

bunyi dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Page 2: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

29

a. Kutipan:

…/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh

Dhandhanggula bait 1)

Terjemahan:

…contoh cerita lama yang utama… (pupuh Dhandhanggula

bait 1)

Baris ke-8 dan ke-9 pupuh Dhandhanggula pada 1 ini

mengandung asonansi a, asonansi a dalam puisi ini dipergunakan

untuk memperindah bahasa atau estetika sastra.

b. Kutipan:

/ wus pinacang sang rêtna / nênggih dhaupipun /kalawan

Pandhita Drona/

Terjemahan:

sudah dijodohkan sang wanita canti yaitu pernikahannya

dengan Pandhita Drona

Baris di atas menunjukkan asonansi a, asonansi a dalam

kutipan di atas juga digunakan untuk memperindah bahasa dan untuk

memenuhi konvensi tembang.

c. Kutipan:

// kagyat sang wiku umulat / praptaning wayah sang pêkik /

karuna kalara- lara / kadya patraping pawèstri / nungkêmi

suku kalih / marma sang wiku agupuh / andangu krananira /

aris dènira sang rêsi / atatanya

ing wayah kang lagya

prapta // ( pupuh v sinom pada 1)

Page 3: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

30

Terjemahan:

kaget sang resi melihat, kedatangan cucunya yang tampan,

tampak tersakiti, seperti datangnya wanita, menghimpit

kedua kaki, sang resi segera menyapa,bertanya perihal

kedatangannya, halus sang resi, bertanya kepada cucunya

yang baru datang(pupuh V sinom, bait 1)

Bait di atas menggunakan asonansi a untuk menunjukkan sauna

penuh keterkejutan, dalam hal ini kalimat kagyat sang wiku umulat

ditandingkan dengan kalimat karuna kalara-lara dan kadya praptaning

pawestri. Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan bentuk keterkejutan

tokoh melihat apa yang ada di hadapannya dimana cucunya datang

dengan tampak tersakiti dan bertingkah layaknya perempuan menangis.

d. Kutipan:

// kadya obah kang pratala / sing gêtêring swara kagiri-

giri / nanging tan arsa ru biru / sikara marang janma /

datan nana tumbak kang arsa tumanduk / brahala kinèn

dhingina / wus tita dadya abali // (pupuh pangkur, bait ke-

52)

Terjemahan:

seperti bergeraknya tanah, yang bergetar swara menyeramkan,

tetapi tidak segera berlari, bertindak kasar kepada mahkluk

tidak ada tombak yang akan mengenai, raksasa diminta,

sudah menjadi (pupuh pangkur, bait ke-52)

Page 4: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

31

Asonansi a pada bait pertama, keempat dan kelima yang

kemudian ditandingkan dengan kalimat setelahnya dipergunakan untuk

memperkuat suasana seram untuk menumbuhkan rasa takut.

e. Kutipan:

sirna dèning wak mami /sukuné sun sêmpal / bauné ingsun

pokah(pupuh Durma, bait ke-34, baris ke 2-3)

Terjemahan:

hilang olehku, kakinya aku putus , pundaknya aku

patahkan. (pupuh Durma, bait ke-34, baris ke 2-3)

Kutipan di atas terdapat aliterasi s untuk menguatkan

perkataan sebelumnya dan diperjelas lagi di baris selanjutnya. Hal

ini digunakan untuk menunjukkan sebuah kesungguhan atau untuk

menumbuhkan kepercayaan lawan bicara.

Lapis bunyi juga terdapat dalam pola persajakan atau

konvensi dari tembang-tembang yang ada di dalam karya sastra ini.

Berikut sajian pola persajakan pada setiap pupuh dalam karya

sastra ini:

a. Pupuh Dhandhanggula

Pupuh Dhandhanggula memiliki konversi tembang berupa 10i, 10a,

8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a, artinya pada setiap baris memiliki

aturan yang berbeda. Tembang Dhandhanggula terdiri atas sepuluh

baris. Baris pertama terdiri atas 10 suku kata dan vocal terakhir

berupa huruf (i), baris kedua juga memiliki 10 suku kata dengan

Page 5: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

32

huruf vocal akhir (a), baris ketiga terdiri atas 8 suku kata dan huruf

vocal terakhir (e), baris ke-empat memiliki 7 suku kata dengan

huruf vocal akhir (u), baris kelima terdiri atas 9 suku kata dan

huruf vocal akhir (i), baris ke-enam mempunyai jumlah suku kata 7

dan huruf vocal akhir (a), baris ke-tujuh memiliki 6 suku kata

dengan dan huruf vocal akhir (u), baris kedelapan mempunyai 8

suku kata dengan huruf vocal akhir (a), baris kesembilan

mempunyai julah suku kata sebanyak 12 dan huruf vocal akhir (i),

baris terakhir mempunyai 7 suku kata dan vocal akhir (a). Berikut

ini kutipan tembang Dhandhanggula yang terdapat dalam Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem.

Kutipan:

// Lir brêmara dènira mangungsir / amarsudi maduning

kusuma / lumrèng kisma panuruté / mangkana dènya

ngapus / ing kintaka mawa kakawin

/ mrih jênak kang

nupiksa / nênggih critanipun / tuladha carita kuna / kang

utama pinèt lupiyani mangkin / pinirit prayoganya // (Pupuh

I Dhandhanggula, bait 1)

Terjemahan:

Seperti kumbang ketika berburu, mencari madunya bunga,

sampai lelah menuruti, seperti itu caranya mengikat, di dalam

surat sebagai kakawin, agar nyaman yang membaca, contoh

cerita jaman dulu, yang baik supaya menjadi contoh nanti,

dicontoh sebaik-baiknya. (Pupuh I Dhandhanggula, bait 1)

Page 6: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

33

b. Pupuh Pangkur

Pupuh pangkur memiliki konsversi tembang berupa 8a, 11i, 8u, 7a,

12u, 8a,8i. Artinya pada setiap bait pupuh pangkur akan terdiri atas

7 baris dengan aturan, baris pertama terdiri atas 8 suku kata dan

vocal akhir (a), baris kedua memiliki 11 suku kata dengan huruf

vocal akhir (i), baris ketiga terdiri atas 8 suku kata dengan huruf

vocal akhir (u), baris ke-empat mempunyai jumlah suku kata

sebanyak 7 dan vocal akhir (a), baris kelima memiliki 12 suku kata

dengan vocal akhir (u), baris ke-enam terdiri atas 8 suku kata

dengan vocal akhir (a), baris terakhir ata ketujuh memiliki jumlah

suku kata 8 dan huruf vocal akhir (i)

Kutipan:

// ingkang kapungkur wus lama / Sri Naréndra Madura

Narapati / dupi miyarsa ing dangu / Kumbina wartanira /

putri nata among sajuga sang ayu/ Dyah Rugmini parabira /

kalangkung èndah kang warni // (pupuh pangkur, bait ke-1)

Terjemahan:

Yang dahulu telah lama sang Raja Madura ketika melihat

berita dari negara Kumbina, putri raja hanya satu-satunya

sang ayu Dyah Rukmini namanya, terlalu indah rupanya.

(pupuh pangkur, bait ke-1)

Page 7: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

34

c. Pupuh Mijil

Pupuh mijil memiliki 6 baris di setiap baitnya dengan aturan

penulisan 10i, 6o,10e,10i,6i,6u. Bait pertama mempunyai 10 suku

kata dan huruf vocal akhir (i), bait kedua terdiri atas 6 suku kata

dengan huruf vocal akhir (o), bait ketiga memiliki 10 suku kata dan

huruf vocal akhir (e), bait ke-empat mempunyai 10 suku kata

dengan vocal akhir (i), bait kelima memiliki jumlah suku kata

sebanyak 6 dengan huruf vocal akhir (i), bait terakhir terdiri atas 6

suku kata dengan huruf vocal akhir (u)

Kutipan:

// aturira sang rêtna anangis / anglês ingkang batos / dhuh

kakang mas wau ngandikané / sru jumurung lamun amba

panggih / kalawan sang rêsi / sulaya ing kayun // (pupuh

mijil, bait ke-1)

Terjemahan:

Katanya si cantik sambil menangis, lega di hati, duh kakak

tadi berkata tegas jika aku bertemu dengan sang resi, tidak

damai di hati. (pupuh mijil, bait ke-1)

d. Pupuh Pocung

Pupuh pocung memiliki 5 baris di setiap baitya, aturan penulisan

tembang pocung adalah 4u, 8u,6a,8i,12a. intinya pada setiap bait

ada aturan berupa baris pertama mempunyai 4 suku kata dengan

huruf vocal akhir (u), baris kedua harus berisi 8 suku kata dengan

huruf vocal akhir (u), baris ketiga terdiri atas 6 suku kata dengan

Page 8: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

35

huruf vocal akhir (a), baris selanjutnya berisi 8 suku kata dan huruf

vocal akhir (i), bait terakhir memiliki 12 suku kata dengan huruf

vocal akhir (a).

Kutipan:

// kang tinutur / lêmah bang sanggrahanipun / Madura

Dyan Arya / Narayana miwah ari / Dyah Sumbadra

ingadhêp lawan Udawa // (pupuh pocung, bait ke 1)

Terjemahan:

Yang diceritakan tanah merah tempat tinggalnya Madura

Raden Narayana dan adiknya Dyah subadra dihadap oleh

Udawa. (pupuh pocung, bait ke 1)

e. Pupuh Sinom

Pupuh sinom mempunyai aturan penulisan 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a,

8i, 12a. Baris dalam satu bait tembang sinom berjumlah 9. Baris

pertama sampai dengan ke-empat terdiri atas 8 suku kata dengan

huruf vocal akhir (a) dan (i). Baris kelima mempunyai 7 suku kata

dengan vocal akhir (i). Baris ke-enam jumlah suku katanya 8 dan

vocal akhirnya (u). Baris ke-tujuh memiliki 7 suku kata dan vocal

akhir (a). Baris kedelapan mempunyai jumlah suku kata sebanyak

8 dengan vocal akhir (i). Baris terkahir terdiri atas 12 suku kata

dengan vocal akhir (a). Pupuh sinom memiliki keunikan lain yaitu

di setiap baris genap mempunyai suku kata sebanyak 8. Berikut

Page 9: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

36

satu kutipan tembang sinom dalam Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem:

Kutipan:

// kagyat sang wiku umulat / praptaning wayah sang pêkik /

karuna kalara- lara / kadya patraping pawèstri / nungkêmi

suku kalih / marma sang wiku agupuh / andangu krananira /

aris dènira sang rêsi / atatanya

ing wayah kang lagya

prapta // (pupuh sinom, bait ke-1)

Terjemahan:

kaget sang resi melihat, kedatangan cucunya yang tampan,

tampak tersakiti, seperti datangnya wanita, menghimpit kedua

kaki, sang resi segera menyapa,bertanya perihal

kedatangannya, halus sang resi, bertanya kepada cucunya

yang baru datang. (pupuh sinom, bait ke-1)

f. Pupuh Durma

Pupuh Durma mempunyai aturan penulisan baitnya berupa 12a, 7i,

6a, 7a, 8i, 5a, 7i. Baris pertama terdiri atas 12 suku kata dengan

vocal akhir (a). Baris kedua memiliki jumlah suku kata sebanyak 7

dan huruf vocal akhir (i). Baris ketiga mempunyai 6 suku kata

dengan vocal akhir (a). Baris ke-empat memiliki jumlah suku kata

7 dengan huruf vocal akhir (a). Baris kelima berisikan 8 suku kata

dengan huruf vocal akhir (i). Baris ke-enam mempunyai suku kata

sebanya 5 dan huruf vocal akhir (a). baris terakhir terdiri atas 7

Page 10: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

37

suku kata dengan vocal akhr (i). Berikut salah satu bait tembang

Durma dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem:

Kutipan:

// Brataséna wus cakêt pan adu muka / lawan brahala nuli

/ mancêrêng tumingal / andik ing nétranira / mung nganti

dipundhingini / ing yudanira / nging lumuh andhingini //

(pupuh Durma, bait ke-1)

Terjemahan:

Bratasena sudah dekat sekali saling berhadapan, lalu segera

menyembah, terlihat menyeramkan,dekat dengan matanya,

waspada jika diawali, dalam pertarungannya, tetapi tidak mau

memulainya(pupuh Durma, bait ke-1)

g. Pupuh Asmaradana

Tembang asmaradana terdiri atas 7 baris di setiap bait dengan

susunan 8i, 8a, 8e, 8a, 7a, 8u, 8a. Baris pertama sampai dengan

baris ke-empat terdiri atas 8 baris dengan urutan huruf vocal akhir

(i), (a), (e), (a). Baris kelima merupakan baris dengan jumlah suku

kata 7 dan huruf akhir (a). Baris ke-enam dan ke-tujuh juga terdiri

atas 8 suku kata dengan vukal akhir (u) dan (a). Berikut salah satu

bait pupuh asmaradana dalam Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem:

Kutipan:

// kunèng gantya kang winilis / nênggih nagari Ngamarta /

Dyan Kunthi pinarêk mangké / lan putra sang Arya Parta /

Page 11: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

38

déné piniji têngga / umèntar sing ngêndi kulup / têka daléya

ing karya // (pupuh VIII Asmaradana, bait ke 1)

Terjemahan:

berganti yang diceritakan yaitu Negara Ngamarta, Dewi

Kunti duduk di singgasana, dan putranya Arya Parta, sedang

melakukan tugas untuk menunggu negara, yang mana anakku,

sampai pada tugas. (pupuh VIII Asmaradana, bait ke 1)

h. Pupuh Kinanthi

Pupuh Kinanthi memiliki 6 baris disetiap baitnya, aturan

penulisannya adalah 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i. ada keunikan tersendiri

dari pupuh kinanthi daripada tembang macapat lainnya yaitu dalam

setiap barisnya memiiki 8 suku kata dengan urutan huruf vocal

akhir (u), (i), (a), (i), (a), (i). Keunikan lainnya disetiap baris yang

genapa atau baris 2, 4, dan 6 mempunyai huruf vocal yang sama

yaitu (i). berikut salah satu kutipan bait pupuh Kinanthi:

Kutipan:

// mung raka ingayun-ayun / Dyanira wisatèng ratri /

sabênira byar rahina / kondurira sang apêkik / déné ing

mangkya alama / kongsi nyipêng tigang ratri // (Pupuh IX

Kinanthi bait ke-1)

Terjemahan:

Hanya kakak (laki-laki) yang diharapkan, lalu ia pergi di

waktu malam, setiap tiba di pagi hari, pulangnya sang

Page 12: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

39

kekasih, adapun di waktu beikutnya, sampai menginap

selama tiga malam. (Pupuh IX Kinanthi bait ke-1)

1.2 Lapis Arti

Satuan terkecil arti disebut dengan fonem. Satuan fonem berupa

kata serta suku kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat,

alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Kesemuanya merupakan satuan arti.

Lapis arti dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem diantaranya

sebagai berikut:

a. Kutipan:

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh /

sajatining priya ing yêktiné / iya priya kang among ing èstri

/ kang bisa ngayomi / karya sukèng kalbu //. (pupuh mijil bait

ke-11)

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa mengarahkan

dan membimbing istrinya, mengayominya, dan membuat hati

istrinya senang.

Suami yang mampu mengarahkan dan membimbing

istrinya adalah laki-laki yang menempatkan dirinya sebagai kepala

keluarga, dimana ia mengarahkan keluarganya menjadi keluarga

yang baik intinya keluarga yang tahu adat istiadat di lingkungan

tempat tinggalnya, pada dasarnya suami harus mampu mendidik

keluarganya menjalani kehidupan sesuai dengan norma yang

berlaku di masryakat, selain itu, juga menjadi keluarga religius

Page 13: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

40

sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang dianut. Seorang suami

juga harus mengayomi keluarganya (istri dan anak-anaknya)

maksudnya seorang suami itu mampu memberikan rasa nyaman

kepada keluarganya sehingga merasa aman dan terlindungi jika

berada di sampingnya atau di rumah tinggalnya. Suami juga harus

mampu membuat keluarganya bahagia intinya bertanggungjawab

dan mampu memberi nafkah lahir batin, kehidupan harmonis, serta

keluarga yang hangat penuh kasih sayang.

b. Kutipan :

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing galih /

gumati nlgadѐni / marang kakungipun //. (pupuh Mijil bait ke-

12)

Terjemahan:

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti kepada

Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci hatinya,

serta perhatian terhadap suaminya. (pupuh Mijil bait ke-12)

Wanita itu seharusnya menjadi pribadi yang taat kepada

Tuhan dan memiliki kepribadian sesuai dengan ajaran agama yang

dianutnya. Wanita juga harus berbakti kepada laki-laki (suaminya)

layaknya ia berbakti kepada Tuhan sebagai simbol bahwa suami itu

adalah wakil Tuhan di dunia ini, harus patuh pada apa dikatakan

suami yang menuju pada kebaikan, tetapi jika perintah itu merujuk

Page 14: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

41

pada pelanggaran norma-norma sebagai seorang istri haruslah bisa

menasehati suami agar kembali ke jalan yang sesuai dan tidak diikuti

keinginan yang menjerumuskan itu, selain itu juga harus bisa

mendidik putra dan putrinya. Seorang istri juga tidak boleh

berbohong harus suci hatinya intinya dia memiliki sifat santun dan

terbuka terhadap keluarganya apapun itu. Istri juga harus perhatian

dan mampu melayani suaminya baik secara lahir maupun batin.

c. Kutipan :

// kadya gulêt mangun yuda / sang Sangkuni réwa-réwa kasêlip

/ grêgêtên sajro tyasipun / wong tuwa luru karya / arsa

krama wanudya yu kênya tulus / têmahan dadya drawala /

karya gègèring para ji // (pupuh pangkur, bait ke-42)

Terjemahan:

seperti bertempur dalam peperangan/ sang Sangkuni dibuat

sibuk/jengkel di dalam hatinya/ orang sudah tua mencari

masalah/ ingin menikahi wanita cantik jelita/ sehingga menjadi

masalah/ sehingga ramai para raja// (pupuh pangkur, bait ke-42)

Cuplikan di atas menunjukkan keinginan yang berdasarkan

nafsu kemudian dituruti itu akan membuat masalah, bukan hanya

kepada diri sendiri tetapi juga orang sekitar. Seperti keinginan Drona

yang sudah tua tetapi mengharapkan istri yang cantik dan muda, yang

kemudian malah membuat suasana ricuh. Sebagai orang tua atau

sesepuh harusnya dapat menahan nafsunya dan menjadi tauladan yang

baik bagi generasi dibawahnya.

Page 15: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

42

1.3 Lapis Objek

Lapis yang ketiga berupa objek-objek yang dikemukakan, latar,

pelaku, dan dunia pengarang. Pelaku atau tokoh misalkan si aku. Latar

waktu contohnya malam terang bulan. Latar tempat seperti laut yang

terang (tidak berkabut), berangin kencang (angin buritan). Dunia

pengarang yang dimaksudkan adalah ceritanya, yang merupakan dunia

yang diciptakan oleh pengarang. Hal ini merupakan gabungan dan jalinan

antara objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, serta struktur cerita

(alur). Lapis objek dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem diantara

lain sebagai berikut :

Pelaku atau tokoh yaitu Narayana dan Dewi Rukmini, salah

satunya dapat diambil dari kutipan berikut:

a. Kutipan:

// yata Raden Narayana / duk umulat solahira kang rayi /

ing driya wêlas kalangkung / miwah nandhang asmara /

dadya madêg samana suraning kalbu / dènirarsa nanggêl

lampah / angalap sang Dyah Rukmini // (Pupuh II Pangkur,

bait ke 12)

Terjemahan:

raden Narayana, ketika melihat tindakan adiknya, hatinya

merasa kasihan, dan juga jatuh cinta, menjadi tekad dalam

hatinya, dirinya memutuskan, menculik Dyah Rukmini.

(Pupuh II Pangkur, bait ke 12)

Page 16: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

43

b. Kutipan:

// Dyah Rukmini wanudya linuwih / lantip ing pasêmon /

tajêm limpat nênggih graitané / susila rum parigêl ing kardi

/ wuwusé mrak ati / patitis ing tanduk // (pupuh III Mijil, bait

ke 22)

Terjemahan:

Dyah Rukmini wanita yang memiliki kelebihan, lantip cara

berpikirnya, tajam tanggap hatinya, kelakuannya penuh tata

karma, kata-katanya menyenangkan hati, tepat dalam

perbuatan. (pupuh III Mijil, bait ke 22)

Selain menyebutkan tokoh juga dijelaskan karakter dari tokoh

tersebut misal Raden Narayana dikatakan ketika melihat saudranya,

hatinya merasa kasihan, dan tengah jatuh cinta, mengebu-gebu perasannya,

ingin sekali memotong jalan untuk menculik sang Dyah Rukmini.

Narayana melihat apa yang terjadi pada saudaranya yaitu Dewi Rukmini

timbul rasa kasihan dan cinta mencerminkan Narayana sebagai pemuda

yang welas asih terhadap sesama, dan timbul keinginannya untuk

menolong walau pada akhirnya yang terlintas adalah ingin menculiknya.

c. Kutipan:

// kunèng gantya kang winilis / nênggih nagari Ngamarta /

Dyan Kunthi pinarêk mangké / lan putra sang Arya Parta /

déné piniji têngga / umèntar sing ngêndi kulup / têka daléya

ing karya // (pupuh VIII Asmaradana, bait ke 1)

Page 17: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

44

Terjemahan:

berganti yang diceritakan yaitu Negara Ngamarta, Dewi

Kunti duduk di singgasana, dan putranya Arya Parta (Arjuna),

sedang melakukan tugas untuk menunggu negara, yang mana

anakku, sampai pada tugas. (pupuh VIII Asmaradana, bait ke

1)

Kutipan di atas menunjukkan salah satu objek yaitu tokoh di dalam

cerita. Tokoh tersebut adalah Dewi Kunti dan Arya Parta atau Arjuna.

Kutipan tersebut menunjukkan adegan yang dilakoni oleh Dewi Kunti dan

Arjuna di Negara Ngamarta sebagai latar tempat.

Latar juga dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

a. Kutipan:

// sinigêg wau lampahnya / samana jroning wanadri / ana

ditya sasomahan/ yèku rasêksa rasêksi / marma mangkya

kang margi / tan kambah janma asêrung / gawat kaliwat-

liwat / samana wau rasêksi / asasambat mring priya

aminta têdha //. (Pupuh V Pangkur, bait ke 20)

Terjemahan:

singkat cerita, begitulah yang ada di dalam hutan, ada

sepasang raksasa, yaitu rasaksa laki-laki dan rasaksa

perempuan, begiulah yang ada di jalan, tidak terjamah oleh

manusia, sangat berbahaya, ketika itu raksasa perempua,

Page 18: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

45

mengeluh kepada laki-lakinya meminta makan. (Pupuh V

Pangkur, bait ke 20)

Latar tempat yang diutarakan adalah di dalam hutan, selain tempat

dalam kutipan di atas pengarang juga menunjukkan latar suasana di dalam

hutan seperti hutan sebagai tempat tinggal rasaksa maupun raseksi yang

ada di dalamnya tidak pernah terjamah manusia, keadaannya gawat

menyeramkan, rasaksi merintih pada suaminya meminta makan. Suasana

yang tergambar jelas dalam kutipan adalah bagaimana menyeramkannya

keadaan hutan yang akan dilewati Arjuna, sudah tidak pernah terjamah

manusia yang ada suara raseksi (raksaksa perempuan) yang terus-terusan

meminta makan pada suaminya.

b. Kutipan:

// agêtêr sasambatira / ing jro puri ana kang gigiris

/

rupa dudu rupanipun / lir ditya Sang Hyang Kala / saprabata

gêngira dahana murub /kagyat wau duk miyarsa / Dyan

Rukmara angèndhangi // (pupuh VI pangkur, bait ke 34)

Terjemahan:

bergetar tangisannya, di dalam puri yang menakutkan, rupa

bukan rupanya, seperti raksasa Bathara Kala, sebegitu besarnya

api menyala, kaget ketika melihat, Raden Rukmara yang

menyambangi. (pupuh VI pangkur, bait ke 34)

Page 19: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

46

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat dan latar suasana dimana

latar tempat adalah puri dan suasananya mencekam. Diceritakan suasana

dalam puri begitu menyeramkan karena adanya raksasa serupa dengan

Bathara Kala (Dewa Raksasa) besar menyala-nyala seperti api yang

membara membuat kaget yang melihat.

c. Kutipan:

// kunèng gantya kang winilis / nênggih nagari Ngamarta

/ Dyan Kunthi pinarêk mangké / lan putra sang Arya Parta /

déné piniji têngga / umèntar sing ngêndi kulup / têka daléya

ing karya // (pupuh VIII Asmaradana, bait 1)

Terjemahan:

berganti yang diceritakan yaitu Negara Ngamarta, Dewi

Kunti duduk di singgasana, dan putranya Arya Parta (Arjuna),

sedang melakukan tugas untuk menunggu negara, yang mana

anakku, sampai pada tugas. (pupuh VIII Asmaradana, bait 1)

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat yaitu Negara Ngamarta,

dimana diceritakan bahwa yang ada disana adalah Dewi Kunti dan Arjuna

yang sedang menunggui kerajaan.

d. Kutipan:

//ingiring parêpat katri /datan winarna ing marga

/Kumbina kocap ing mangka/ sadangunya ngarsa-arsa /

Page 20: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

47

marang Sang Dananjaya / samana pêpak pra ratu

/alênggah anèng pandhapa // (pupuh VIII Asmaradana, bait

ke 9)

Terjemahan:

menggiring seperempat malam, tanpa diduga di jalan,

Kumbina yang diceritakan, selamanya mengharap, kepada

Dananjaya, ketika itu lengkap para raja, duduk di pendhapa.

(pupuh VIII Asmaradana, bait ke 9)

Bait di atas menunjukkan latar waktu seperempat malam, dan juga

latar tempat di jalan dan di pendhapa kerajaan Kumbina.

Dunia pengarang merupakan cerita yang diungkap oleh pengarang.

Dunia pengarang dapat tercermin dalam berbagai aspek di intensitas

penghayatan pembaca seperti tema, amanat, karakter, alur, bahasa, ironi,

kekompleksan cerita, tokoh, keterlibatan emosi pembaca, dan imajiasi.

Tema dalam karya sastra ini dapat diambil dari kesimpulan setelah

membaca isi karya sastra. Tema karya sastra ini,diungkapkan repsonden

diantaranya seperti berikut:

Kutipan:

Dari segi tema ya, kalau menurut saya tema karya sastra yang

berjudul Kresna Kembang itu temanya itu lebih menitikberatkan

pada perjuangan dalam pencarian pasangan hidup seperti itu..

(Ghonimatul B, 19 April 2015)

Page 21: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

48

Ghonimatul mengungkapkan tema dari karya sastra ini adalah

pencarian pasangan hidup antara Naryana dengan Dewi Rukmini.

Kutipan:

Tema di dalam karya sastra yang berjudul Serat Kresna Kembang

ini menceritakan tentang perjodohan. (Syafirilla Sari M, 19 April

2016)

Syarilla menyampaikan tema tentang perjodohan.

Kutipan:

Dari segi tema naskah yang berjudul Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem ini umumnya menggambarkan tentang percintaan

yaitu percintaan tentang Narayana atau Prabu Kresna dengan

Dewi Rukmini. (Purwanti, 15 April 2016).

Purwanti mengutarakan tema berupa percintaan.

Disimpulkan tema yang diangkat oleh pengarang dalam karya

sastranya antara lain berupa pencarian pasangan hidup, perjodohan,

dan percintaan.

Alur yang digunakan dalam karya sastra ini sama dengan alur

cerita pewayangan pada umumnya dengan menggunakan alur spiral

dimana suatu kejadian diceritakan berkelanjutan tetapi dikatakan

terjadi bersamaan, hal ini dibuktikan dengan penggunakan kata-kata

bergantilah yang diceritakan ataupun sementara itu. Kata-kata tersebut

menunjukkan bahwa kejadian itu berada dalam kurun waktu yang

hampis bersamaan tetapi diceritakan dalam kurun waktu yang

bekelanjutan.

Page 22: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

49

Amanat utama dalam karya sastra ini tersurat dalam pupuh mijil

bait ke-11 dan ke-12, sebagai berikut:

Kutipan;

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh /

sajatining priya ing yêktiné / iya priya kang among ing èstri

/ kang bisa ngayomi / karya sukèng kalbu //. (pupuh mijil bait

ke-11)

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa mengarahkan

dan membimbing istrinya, mengayominya, dan membuat hati

istrinya senang. (pupuh mijil bait ke-11)

Kutipan:

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing galih /

gumati nlgadѐni / marang kakungipun //.(pupuh mijil bait ke-12)

Terjemahan:

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti kepada

Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci hatinya,

serta perhatian terhadap suaminya. (pupuh mijil bait ke-12)

Ajaran ini memberikan penjelasan mengenai kwajiban antara laki-

laki dan perempuan dalam sebuah rumah tangga.

Page 23: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

50

Pandangan pengarang lainnya juga tercermin dari aspek

penggunaan bahasa di mana bahasa yang digunakan adalah bahasa

tembang yang menyesuaikan dengan konversi tembang yang dipakai.

Kutipan:

Untuk bahasanya mungkin kebanyakan karya satra jawa memang

menyisipkan bahasa arkais yaitu sebuah diksi yang diperuntukkan

bagi karya satra agar menambah estetikanya. (Purwanti, 15 April

2016)

Penggunaan kata-kata arkais menurut Purwanti diperuntukkan

untuk menambah estetika suatu karya sastra

Untuk kekompleksan cerita dapat dilihat dari konflik-konfil yang

diangkat oleh pengarang seperti yang diungkapkan oleh Ghonimatul

berikut ini:

Kutipan:

Kalau menurut saya cerita ini kompleks mengapa? Konflik dalam

cerita tersebut, banyak konflik-konflik kecil yang muncul. Bagian

akhir ceritanya terselesaikan dengan baik sehingga menurut saya

sangat kompleks cerita tersebut. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Menurut Ghonimatul cerita ini kompleks dengan konflik-konflik

yang dimunculkan serta adanya penyelesaian cerita yang baik dari

pengarang.

Tokoh utama dalam naskah ini adalah Raden Narayana (Kresna)

dan Dewi Rukmini, karena naskah ini bentuk wayang maka ada beberapa

tokoh dengan nama lain seperti Narayana yaitu Kresna, Arjuna yang

Page 24: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

51

disebut dengan Janaka atau Arya Parta. Informan masih tetap dapat

memahaminya dengan bantuan kamus dan juga terjemahan sinopsisnya.

Keterlibatan emosi pembaca juga menjadi dunia pengarang

tersendiri dimana pengarang mengemas cerita itu dan membuat pembaca

merasakan atau terbawa emosi. Pembaca memiliki keterbawaan emosi

sendiri-sendiri saat membaca, contohnya seperti berikut ini:

Kutipan:

Ya saya terbawa perasaan saat itu, si Narayana atau Kresna itu,

seolah-olah saya itu kalau melihat hal yang seperti itu saya juga ingin

melakukan seperti Narayana, melihat wanita yang cantik pintar tapi

kok dijodohkan sama orang tua yang dia itu nggak dicintai oleh

Rukmini gitu lho. Terus saya mikirnya kaya merasa ingin sekali, saya

itu seperti Narayana ya saya akan menjadi seperti dia, apa yang dia

lakukan. (Kusuma W, 20 April 2016)

Kusuma terbawa suasana atau lebih tepatnya terbawa emosi atau

perasaannya dengan apa yang dilakukan oleh tokoh Narayana di dalam

cerita.

Kutipan:

Iya saya ikut merasakan alurnya, seperti rasa sebal, kecewa, marah,

sedih, campur aduk pokoknya. (Anita Retno M, 18 Mei 2015)

Anita lebih terbawa pada alur cerita yang membuatnya merasakan

rasa sebal, kecewa, marah, dsb.

Ironi merupakan suatu yang berkebalikan dengan dugaan dari

pembaca. Biaasanya saat membaca pembaca akan menduga atau

memprediksi kisah selanjutnya, namun apa yang diduga tersebut ternyata

berbeda dengan yang ditampilkan pengarang maka saat itu pembaca

mendapatkan ironi di dalam karya sastra yang dibacanya. Berikut salah

Page 25: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

52

satu contoh ironi dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem yang

dirasakan oleh pembaca:

Kutipan:

Naskah ini mengandung unsur ironi. Ada pemikiran bahawa akhir

cerita Rukmini menikah dengan Janaka, tetapi ternyata Narayana

yang saya pikir itu sudah meninggal itu kemudian hidup lagi dan bisa

menikah dengan Rukmini.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla menduga Rukmini akan menikah dengan Janaka di akhir

cerita tetapi nyatanya Narayana tidak meninggal dan menikah dengan

Rukmini. Hal ini merupakan salah satu bentuk ironi

Imajinasi juga merupakan salah satu dunia pengarang yang ada

dalam karya sastra. Sering kali pengarang mengimajinasikan sesuatu yang

sangat berbeda dengan apa yang ada di kehidupan pembaca. Bagaimana

pengarang memulai cerita menunjukkan konflik dan mengakhiri cerita

dengan imajinasinya menjadi salah satu daya tarik pembaca untuk

membaca karya sastra tersebut. Berikut penuturan salah satu pembaca

terhadap imajinasi yang ada dalam Serat Kresna Kembang waosan

Pakem:

Kutipan:

Cukup imajinatif karena ini kan cerita wayang, dan disitu banyak hal-

hal yang terkadang dalam kehidupan sehari-hari itu itu diluar nalar

tapi kan yang namanya wayang pasti disitu ada filosofinya tidak secra

langsung diungkapkan seperti itu.(Binti Nur K, 27 April 2016)

Page 26: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

53

Binti menunjukkan bahwa karya sastra ini memiliki penggambaran

hal-hal di luar nalar dan tidak ada di kehidupan nyata, tetapi dalam wujud

kisah pewayangan hal-hal tersebut tentunya memiliki sebuah filosofi.

1.4 Lapis Dunia

Lapis dunia yang tak usah dinyatakan atau dikemukakan, tetapi

sudah implisit ada di dalam cerita sebagai berikut :

Jika dicermati lebih dalam naskah wayang Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem ini tidak hanya berisi tentang kisah perjodohan antara

Dewi Rukmini dengan Narayana (Kresna) saja tetapi juga ada beberapa

nilai lain misalkan:

a.) adanya hubungan antar negara seperti yang ada pada pupuh

Dhandhanggula bahwa Prabu Bismaka menyuruh Rukmara untuk

mengantarkan surat ke Ngamarta, Mandura, dan Lesanpura yang

kemudian diadakannya pertemuan membahas pernikahan Rukmini yang

entah kapan terselenggaranya karena mengajukan pertanyaan.

Kutipan:

nênggih Radyan Rukmara

/ nêmbé praptanipun / saking

dinuta ing rama / mring Ngamarta kinèn angulêm ulêmi /

Sang Prabu Yudhisthira // (pupuh dhandhanggula, bait ke-5)

Terjemahan:

Yaitu Raden Rukmara, baru saja datang setelah diutus

ayahnyake Ngamarta untuk memberikan undangan kepada

Prabu Yudhistira. (pupuh dhandhanggula, bait ke-5)

Page 27: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

54

b.) ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon pada pupuh

mijil sebagai syarat yang diajukan Dewi Rukmini sebagai salah satu

bentuk nilai moral yang ada dalam karya sastra ini, tidak hanya ajarannya

saja yang sangat bermanfaat tetapi tindakan Rukmini ini juga

menunjukkan bahwa sebagai seorang wanita harus memiliki kriteria

tersendiri dalam menentukan pasangan.

Kutipan:

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh / sajatining

priya ing yêktiné / iya priya kang among ing èstri / kang bisa

ngayomi / karya sukèng kalbu //. (pupuh mijil bait ke-11)

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing galih /

gumati nlgadѐni / marang kakungipun //.(pupuh mijil bait ke-12)

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa mengarahkan

dan membimbing istrinya, mengayominya, dan membuat hati

istrinya senang. (pupuh mijil bait ke-11)

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti kepada

Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci hatinya,

serta perhatian terhadap suaminya. (pupuh mijil bait ke-12)

Nilai moral lain yang disampaikan seperti saat Narayana

mengatakan kepada Dewi Rukmini jika telah mengajukan persyaratan

dan ada yang bisa menjawabnya siapapun itu harus menepati janjinya

untuk melayani atau mau dipersunting orang yang menjawab, ini

menunjukkan pada kita bahwa kita harus menepati janji yang diucapkan.

Page 28: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

55

Kutipan:

// yèn sang rêsi ambatang tumuli / kumudu linakon / tan

amêksa iku salawasé / ing uripé jumênêng pribadi / walaka

mandhiri / lir suksma linuhung //( pupuh mijil bait ke 13)

Terjemahan:

Jika sang resi bisa menjawab, harus dijalani, tidak memaksa itu

selamanya, di hidupnya pribadi, jujur mandiri, seperti sukma

yang luhur. (pupuh mijil bait ke 13)

Tindakan Arjuna yang ketika bertemu dengan Kresna juga

menunjukkan nilai moral yang baik diman sebagai seorang ksatria dia

harus memenuhi janji yang telah dianggupinya, jika tidak cacatlah gelar

ksatria yang dimilikinya.

Kutipan:

// kalamun ulun sêdani / amba priyôngga kécalan / lamun

ulun ladosaké / nama wiring amba barang / amba katut

awirang / among tapa ngungun ulun / kadi / paran karsa

tuwan //

// dènè karsa anglampahi / alampah dhusta lir kumpra /

dènè satriya wataké / saking kondhênging tyas amba / kadi

paran ing mangkya / luhung kawula kang lampus èwêting

driya kawula //

// mangkana dupi miyarsi / Narayana aturira / ari makatên

aturé / nulya angrangkul karuna / pêgat-pêgat ngandika /

adhuh yayi ariningsun / satuhu satriya tama // (pupuh

asmaradana, bait ke 60-62)

Terjemahan:

Jika aku bunuh, aku sendiri yang kehilangan, jika aku lanjutkan,

namaku juga yang akan tercoreng, aku ikut malu, hanya berdoa

harapanku seperti apa keinginanmu

Page 29: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

56

Jika bersedia menjalani, berlaku dusta, tetapi watak ksatriya

berdasarkan pemikiran yang matang, bagaimanapun saat ini,

lebih baik aku yang mati menjaga diriku sendiri

Begitu melihat adiknya seperti itu, Raden Narayana segera

merangkut dengan erat, sambil berkata, dhuh adikku, kau

memang ksatriya sejati. (pupuh asmaradana, bait ke 60-62)

1.5 Lapis Metafisis

Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca

berkontemplasi/merenung. Berikut contoh lapis metafisis yang ada dalam

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem:

a. Kutipan:

// tanpa rangu / kalihira wus sarujuk / kênthêl

ciptanira / sang kalih pratignyèng galih / labuh pati tan

mawi aringa-ringa // (pupuh IV Pocung, bait ke 27)

Terjemahan:

tanpa ragu, keduanya telah sepakat, kuat tekadnya, keduanya

teguh hatinya, rela mati tanpa takut. (pupuh IV Pocung, bait

ke 27)

Kutipan di atas menunjukkan lapis metafisis yang membuat kita

merenung tentang labuh pati atau rela mati tanpa takut. Bagaiman

seseorang rela menyerahkan nyawa demi orang yang dicintai.

b. Kutipan:

// datan nyana kakang sira sarèh arja / ingsun miyarsa

warti / lamun sira sirna / campuh lawan brahala / tan étung

Page 30: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

57

ingsun labuhi / samangkya panggya / ing mau ana ngêndi //

(pupuh 7 Durma, bait ke 7)

Terjemahan:

tanpa terduga kakak engkau sabar, aku melihat berita, jika

kau tiada, bertarung dengan raksasa, tanpa berkikir aku

membela,sekarang juga bertemu, di mana tadi. (pupuh 7

Durma, bait ke 7)

Cuplikan bait di atas menunjukkan kita bagaimana seorang tanpa

takut membela saudaranya ketika mendengar saudaranya menderita

bahkan telah dikabarkan mati. Hal ini membuat kita merenung bagaimana

ikatan saudara itu penting, saudara yang menjaga kita, dan saudara pula

yang rela berkorban untuk kita.

Berdasarkan apa yang ditemukan penulis mengenai lapis bunyi, lapis arti,

lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem terdapat semua unsur itu di dalamnya. Unsur-unsur yang ada menunjukkan

bahwa karya sastra ini mampu memenuhi norma-norma puisi berdasarkan teori

Roman Ingarden.

2. Resepsi Pembaca Tentang Ajaran Sejatining Lanang lan Sejatining

Wadon

Kutipan:

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh / sajatining

priya ing yêktiné / iya priya kang among ing èstri / kang bisa

ngayomi / karya sukèng kalbu //

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon / marang

priya anggusti patrapé / ora cidra kang suci ing galih / gumati

ngladèni / marang kakungipun //(pupuh III mijil bait ke 11 dan 12)

Page 31: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

58

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa mengarahkan dan

membimbing istrinya, mengayominya, dan membuat hati istrinya

senang. Lalu sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti

kepada Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci hatinya, serta

perhatian terhadap suaminya. (pupuh III mijil bait ke 11 dan 12)

Berikut ini penjabaran dari tugas atau kewajiban suami sejati yaitu:

a. Kutipan:

priya kang among ing èstri (pupuh III mijil bait ke 11)

Terjemahan:

Laki-laki yang membimbing perempuan. (pupuh III mijil bait ke 11)

Artinya suami yang dapat mendidik dan membimbing istri, pria

yang berperan sebagai seorang kepala rumah tangga bertugas

memberikan penjelasan dan pengarahan kepada sang istri dalam

membina kehidupan rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya.

b. Kutipan:

priya kang bisa ngayomi (pupuh III mijil bait ke 11)

Terjemahan:

Laki-laki yang bisa mengayomi (pupuh III mijil bait ke 11)

Artinya suami yang dapat mengayomi istri. Dalam hal ini seorang

suami sebagi tempat perlindungan serta selalu menolong istrinya baik

dalam keadaan suka maupun duka.

Page 32: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

59

c. Kutipan:

priya kang karya sukèng kalbu (pupuh III mijil bait ke 11)

Terjemahan:

Laki-laki yang bisa membuat hati senang (pupuh III mijil bait ke 11)

Artinya suami yang dapat menyenangkan hati istri. Seorang suami

harus dapat membahagiakan hati istri dengan menyayangi serta

mengasihi sang istri, serta membuat hatinya bersuka cita baik secara

moril maupun fisik. (Estuningsih, 2010)

Berikut ini penjabaran dari tugas atau kewajiban istri sejati yaitu:

a. Kutipan:

pawèstri kang bêkti Hyang Manon (pupuh III mijil bait ke 12)

Terjemahan:

Perempuan yang berbakti kepada Tuhan (pupuh III mijil

bait ke 12)

Artinya istri yang berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang

istri taat beribadah dan selalu memohon petunjuk kepada Tuhan YME

dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya, dengan melakukan

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan agama dan

keyakinan yang dianut.

b. Kutipan

pawèstri kang bêkti marang priya anggusti patrapé (pupuh III

mijil bait ke 12)

Page 33: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

60

Terjemahan:

Perempuan yang berbakti kepasa laki-laki (suami) seperti

layaknya Berbakti kepada Tuhan. (pupuh III mijil bait ke 11)

Artinya istri yang berbakti kepada sang suami, sama halnya ketika

seorang istri berbakti kepada Tuhan YME. Seorang istri harus

hormat dan memiliki sifat setia kepada sang suami, mematuhi dan

menaati perintahnya dalam bergai keadaan. Hal tersebut tidak ubahnya

dengan bakti seorang istri terhadap Tuhan YME.

c. Kutipan:

pawèstri ora cidra kang suci ing galih (pupuh III mijil bait

ke 11)

Terjemahan:

Perempuan tidak berbohong yang suci hatinya (pupuh III mijil

bait ke 11)

Artinya istri yang tidak berbohong, selalu jujur serta suci hatinya.

maksudnya seorang istri harus selalu tulus dan jujur dalam berbakti

kepada sang suami.

d. Kutipan:

pawèstri gumati ngladèni marang kakungipun (pupuh III mijil

bait ke 11)

Terjemahan:

Perempuan yang cekatan dalam melayani suaminya (pupuh III

mijil bait ke 11)

Page 34: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

61

Artinya istri yang dapat merawat, memberikan perhatian serta dapat

melayani sang suami. Maksudnya seorang istri harus dapat

mengetahui bagaimana caranya merawat diri sendiri, suami, maupun

merawat anak-anaknya, dan selalu memperhatikan segala kebutuhan

suami dan anak-anaknya, serta mengetahui bagaimana caranya dapat

melayani suami baik secara moril maupun fisik. (Estuningsih,2010)

Ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon dalam karya sastra

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini terdapat pada pupuh III berupa

tembang Mijil. Berikut ini disajikan data resepsi informan mengenai ajaran

sejatining lanang dan sejatining wadon :

Informan memiliki beragam pendapat mengenai ajaran sejatining

lanang dan sejatining wadon dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Berikut pendapat-pendapat informan tentang ajaran tersebut :

Kutipan:

Menurut saya perlu karena sekarang cowok eh pria sekarang tuh agak

tidak paham mengenai sejatining pria ya kalau dari cerita di atas kan

pria itu harus bisa menafkahi, melindungi, mengayomi, terus menjadi

panutan istri, dan sabar. Hal itu sangat perlu dicontoh oleh pria-priya

jaman sekarang karena pria jaman sekarang malah yang matre itu

bukan cewek tapi malah pria itu sendiri, cari cewek yang harus gini-

gini. Wanita sendiri ya seperti karya diataskan wanita itu memang

harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ketaatan itu, taatnya

kepada pria itu harus sesuai dengan sama seperti patuh kepada Tuhan

Yang Maha Esa, terus sabar dalam menghadapi suami tapi wanita itu

juga harus berani, menurut saya wanita itu juga harus berani. Berani

yang saya maksud adalah berani mengingatkan jika suami itu salah.

(Kharisma P., 13 April 2016)

Informan di atas berpendapat bahwa ajaran seperti ini perlu karena si

informan melihat realita banyak laki-laki yang menurutnya tidak paham

mengenai sejatinya laki-laki yang harus menafkahi, melindungi, mengayomi,

Page 35: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

62

menjadi panutan istri, dan sabar. Secara langsung informan membeberkan apa

yang dianggapnya sebagai kwajiban seorang pria dalam berumah tangga.

Menurutnya keadaan saat ini tidak lagi wanita yang matre tetapi si prialah

yang matre dan terlalu menuntut kepada perempuan dalam berbagai bentuk.

Dapat disimpulkan informan dalam memahami ajaran ini, ia

cerminkan langsung dengan apa yang ada di masyarakat kemudian

membandingkannya. Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan tentang

bagamanakah laki-laki yang bisa membimbing dalam rumah tangga, berikut

jawaban Kharisma :

Kutipan:

Menurut saya lelaki yang bisa memberi rasa nyaman ya jadi kita tidak

khawatir seumpama kita bakal hidup sama dia nggak perlu khawatir

walaupun besok itu kita akan hidup susah tapi kan karena nyaman

jadi susah itu hilang. Kenyamanan dulu. (Kharisma , 13 April 2016)

Informan menyampaikan satu kriteria sederhani tentang laki-laki yang

menurutnya bisa mengayomi ialah laki-laki yang bisa memberi rasa nyaman,

mampu menghilangkan segala rasa khawatir ketika kita memutuskan untuk

dengan laki-laki itu. Menurutnya, bahkan ketika susah jika laki-laki mampu

memberi rasa nyaman, susah atau musibah yang dialami itu terasa ringan atau

hilang. Intinya kenyamanan yang menjadi prioritas utama.

Berbeda dengan Kharisma, informan berikutnya manjabarkan ajaran

sejatining lanang dan sejatining wadon berdasarkan dua perbedaan pendapat

Page 36: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

63

yang ditemukannya dalam karya sastra, yaitu pendapat antara Pandhita Drona

dan Narayana.

Berikut tanggapan oleh Syafirilla :

Kalau mengomentari cerita yak an ada satu pertanyaan yang diajukan

oleh Dewi Rukmini. Apasih sejatinya lanang dan sejatinya wadon?

Terus kemudian dua orang menjawab yaitu Panditha Drona dan

Narayana. Nah Pandhita Drona itu menjawab seperti kayu jati,

ibaratnya kayu jati yang utuh dan yang memiliki lubang. Nah kemudian

untuk yang Narayana itu menjawab bahawa laki-laki itu harus ysng bisa

mengayomi, kemudian bisa menjaga seorang peremuan, nah untuk yang

untuk perempuan sendiri itu sejatinya perempuan adalah berbakti

kepada Tuhan dan juga kepada suaminya. Itu kalau menurut saya dua-

duanya itu benar, ya pendapatnya antara Pandhita Drona dan

Narayana tapi beda pendapat gitu lho. Kalau yang pendapatnya Drona

itu lebih ke fisik, mungkin penggambaran secar fisik dan realitas gitu.

Kalau yang pandangan jawaban Narayana itu lebih ke fisik lagi

melainkan sifat batiniyah seorang laki-laki dan perempuan seperti itu.

(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Pendapat Syafirilla, berdasarkan apa yang diperolehnya dari membaca

karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan pakem bahwa dua pendapat

antara Pandhita Drona dan Narayana itu sama-sama benar.

Tanggapan:

Kalau menurut saya mengarahkan dan membimbing istri itu lebih kepada

bagaimana dia itu bisa berperan dalam statusnya. Kan dalam kehidupan

ini, berumah tangga ya berarti, dalam kehidupan rumah tangga itu

seorang istri kemudian seorang suami itu memiliki perannya masing-

masing kemudian juga tugasnya masing-masing dan kwajibannya masing-

masing. (Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Menurut Syafirilla yang dinamakan dengan mengarahkan dan

membimbing itu lebih kepada peran dalam statusnya dalam kehidupan rumah

tangga dimana ada tugas dan kwajiban masing-masing anggota keluarga.

Pendapat berikutnya datang dari Siti Amanah sebagai berikut :

Sejatining lanang yang mampu menjadi imam yang baik mampu menuntun

istrinya juga selain itu bisa memenuhi lahir dan batin, sejatining wadon

Page 37: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

64

mampu berbakti kepada suami itu seperti dia bakti pada Tuhan yang

dipaparkan disini selain itu juga sama bisa memenuhi kebutuhan lahir

dan batin. (Siti Amanah, 27 April 2016)

Berdasarkan Siti Amanah, sejatining lanang ialah imam yang baik

mampu menuntun istrinya dan juga bisa memberi nafkah lahir dan batin.

Sejatining wadon menurut Siti Amanah adalah wanita yang berbakti kepada

suami seperti berbakti kepada Tuhan dan bisa memenuhi kebutuhan lahir dan

batin keluarganya. Lebih lanjut informan mengatakan naskah ini perlu

disebarluaskan melihat kondisi sosial dan moral yang menurut informal dalam

tahap miris atau kritis.

Kutipan tanggapan Siti Amanah:

Ya perlu banget soalnya ya kondisi sekarang ini miris kondisi soasialnya,

moralnya seperti itu. (Siti Amanah, 27 April 2016)

Menanggapi tentang ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon

Purwanti memaparkan naskah ini berisikan bagaimana cara dan pentingnya

memiliki pendamping hidup dengan ajaran utama sejatining lanang dan

sejatining wadon. Ajaran yang sepengetahuannya telah dianggap kolot oleh

generasi muda saat ini padahal ajaran ini mengandung suatu kebenaran

bahwasannya seorang perempuan harus memenuhi kodratnya sebagai

pendamping laki-laki dalam artian menjadi seorang istri yang kepribadiannya

selalu menuruti keinginan suami dalam hal kebaikan, dan seorang laki-laki

harus bisa memberikan perlindungan, pengayoman, dan keadilan bagi seorang

istri. Fenomena sekarang banyak yang lebih mementingkan karir tetapi

informan berharap walaupun karir itu penting tetap mempunyai kwajiban

Page 38: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

65

untuk mendidik anak, mengasuh anak, dan menjaga kepercayaan agar

keharmonisan rumah tangga tetap terjaga.

Berikut tanggapan Purwanti:

Naskah ini memang mengisahkan tentang gimana sih cara dan pentingnya

memiliki pendamping hidup yang baik biar rumah tangganya romantis

dengan ajaran utamaya yaitu sejatining lanang dan sejatining wadon .

dalam budaya jawa sejak dahulu mungkin kalau generasi sekarang

menganggapnya ajaran itu kolot tetapi memang benar bahwa seorang

perempuan itu harusnya memenuhi kodratnya sebagai perempuan sebagai

pendamping laki-laki terutama seorang istri itu harusnya menuruti

keinginan laki-laki atau suaminya dalam hal kebaikan, dan seorang laki-

laki harus bisa memberikan perlindungan pengayoman dan keadilan bagi

seorang istri. Ya mungkin kalau sekarang jaman sekarang wanita karir

lebih penting tetapi ingat bahwa wanita karir sekalipun mempunyai

kwajiban untuk mendidik anaknya, mengasuh anaknya dan menjaga

kepercayaan suaminya agar rumah tangganya tetap berjalan

harmonis.(Purwanti, 15 April 2016)

Selaras dengan Purwanti, Nila Purwani juga mengatakan kwajiban

individu-indivdu dalam rumah tangga.

Berikut tanggapan yang diberikan Nila :

Kalau menurut saya, saya setuju dengan penjelasan tentang Narayana

mengenai sejatining lanang dan sejatining wadon itu karena memang

seperti itu kwajiban seorang istri selayaknya dalam rumah tangga ya

seperti itu dan begitu juga dengan seorang suami harus membimbing

dalam keluarga.(Nila Purwani, 20 April 2016)

Nila mengungkapkan bahwa penjabaran sejatining lanang dan

sejatining wadon sesuai yang diungkapkan Narayana merupakan kwajiban

seorang istri dan seorang suami dalam rumah tangga. Perilaku seorang istri

harusnya sesuai dengan apa yang ditulis dalam ajaran tersebut, begitu pula

seorang suami harus mampu membimbing keluarganya. Lebih lanjutnya

Page 39: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

66

ketika diberi pertanyaan masih perlukah ajaran ini untuk dilestarikan,

jawabannya sebagai berikut :

Kutipan:

Kalau saya masih perlu ini karena memang ajarannya kan baguss jadi

kalau diterapkan pada era sekarangpun masih relevan masih sesuai,

mungkin juga karena memang banyak kasus-kasus yang ada dalam

keluarga mengenai perceraian dan sebagainya mungkin dengan ajaran-

ajaran seperti ini bisa untuk menimalisir konflik-konflik permasalahan

dalam rumah tangga. (Nila Purwani, 20 April 2016)

Menurutnya ajaran ini sangat perlu dilestarikan dan diterapkan,

melihat bagaimana saat ini banyak kasus-kasus rumah tanggaseerti perceraian

dan sebagainya. Ajaran ini dapat digunakan untuk mengurangi ataupun

mencegah terjadinya konflik rumah tangga dengan mengetahui bagaimana

individu-individu dalam rumah tangga itu bersikap.

Tanggapan Binti Nur K:

Kalau saya sangat setuju juga dengan apa yang disampaikan dalam

naskah Kresna Kembang karena dalam agamapun ajaran agama juga

disampaikan kalau laki-laki itu sebagai suami juga harus mengarahkan

dan membimbing istrinya, melindungi dan membuat istrinya senang nah

yang perempuan juga harus berbakti kepada Tuhan, berbakti kepada

suami dan harus bersih hatinya nah itukan apa istilahnya menurut saya

pribadi juga sangat-sangat bagus gitu lho dan ajaran agama pun di

kehidupan sehari-hari juga begitu. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Binti menganggap ajaran ini sesuai dengan ajararan agama yang

dianutnya, menurutnya laki-laki sebagai suami itu juga harus mengarahkan

dan membimbing istrinya, melindungi dan membuat istrinya senang. Begitu

pula dengan seorang perempuan juga harus berbakti kepada Tuhan, berbakti

kepada suami, dan harus bersih hatinya. Ajaran-ajaran seperti ini sangat bagus

apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 40: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

67

Kutipan:

Yang mengayomi ya yang seperti melindungi lah biasanya kan yang tidak

lepas dari tanggungjawabnya sebagaimana suami itu tanggung jawabnya

seperti apa, menafkahi lahir batin. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Binti menambahkan yang disebut dengan mengayomi itu seperti

melindungi dan tidak lepas dari tanggung jawab. Tanggung jawab suami itu

juga termasuk memberi nafkah lahir dan batin.

Selanjutnya adalah tanggapan dari Kusuma:

Menurut saya ini sangat bagus karena memberikan ajaran sejatining

lanang, bagaimanakah menjadi seorang laki-laki yang sesungguhnya dan

menjadi sejatining wadon juga menjadi wanita yang sesungguhnya itu

bagaimana. Sebagai laki-laki saya sangat setuju emang kwajiban laki-laki

harus menjadi imam yang baik untuk istrinya dan keluarganya, anak-

anaknya, dia itu harus menjadi pemimpin yang bagus atau yang baik dan

itu akan menjai suri tauladan bagi anak-anaknya. Jadi laki-laki itu harus

menjadi pemimpin keluarga itu yang adil, kalau dalam islam itu harus

yang sholeh, untuk shalatnya itu harus juga. Jadi pemimpin sesungguhnya

itu harus yang apa-apa itu serba yang baik.

Ya menurut saya tidak salah menjadi wanita karir tapi dia juga harus

ingat dia itu kodratnya adalah sebagai wanita dan nantinya harus menjai

ibu. Jadi dia itu harus seimbang antara mengurus karirnya dan mengurus

keluarganya karena memang kodratnya wanita itu nantinya akan menjadi

seorang ibu dan mengurus rumah tangga. Kalau pilihan dia menjadi

wanita karir itu juga tidak karena emang kan setelah terjadinya

emansipasi wanita kan wanita bisa bekerja, maksunya derajatnya sama

seperti laki-laki. Tapi wanita itu tidak bisa melawan kodratnya sebagai

seorang wanita itu sendiri an sebagai seorang ibu. Jadi kalau wanita

karir di juga harus mengimbangi bisa mengurus rumah tangganya dengan

baik seperti itu.

Menurut saya ini sangat bermanfaat sekali ya karya sastra ini,.

Contohnya Kresna Kembang ini kan karena emang untuk jaman sekarang

ini banyak terdapat kekerasan dalam rumah tangga karena emang nggak

tau tentang ajaran kalau mereka itu membaca ini pasti mereka tahu

bagaimana sejatinya seorang laki-laki itu harus bersikap bagaimana

menjadi seorang peminpin. Mungkin karena sudah tergerus jaman jadinya

banyak terpengaruh budaya-budaya luar akhirnya mereka itu menjadi

kekerasan rumah tangga seperti ini. Seharusnya emang kalau ingin

belajar itu membaca karya sastra lama. Terus kalau untuk perempuan

menurut saya itu seharusnya mereka juga tahu ya menjadi perempuan itu

Page 41: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

68

bagaimana tapi kalau perempuan sekarang itukan kadang-kadang

melupakan kodratnya sebagai wanita, mereka malah sibuk bekerja

kadang-kadang anaknya itu udah kaya terlantar nggak diurusin, nggak

banyak diawasin orang tua, jarang mendiik anak kadang-kadang malah

anaknya itu diberikan kepada babysitter atau dititipkan neneknya seperti

itu. Mereka itu sibuk dengan pekerjaan dan mereka itu melupakan sebagai

seorang istri jadinya menurut saya sebaiknya generasi sekarang itu

marilah kita membaca karya sastra Jawa karena karya sastra Jawa

banyak sekali mengandung ajaran-ajaran norma-norma untuk kita

terapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Kusuma Wardana, 20 April 2016)

Kusuma memberi penjelasan tentang sejatining lanang dan sejatining

wadon lebih pada ajaran ini dikaitkan dengan kwajiban dalam rumah tangga.

Suami atau laki-laki dianggap harus menjadi pemimpin yang baik sesuai

dengan ajaran agama yang diyakini. Kusuma juga merelevansikan apa yang

ada di dalam naskah dengan kehidupan nyata dimana banyak fenomena-

fenomena rumah tangga yang terjadi, misalkan wanita karir yang kadang

meninggalkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, pengaruh budaya luar yang

menyebabkan adanya kekerasaan, kesibukan orang tua yang membuat

anaknya tidak terurus kehidupannya.

Sejalan dengan Binti, Anita Retno juga menjabarkan sejatining lanang

dan sejatining wadon melihat dari ajaran agama yang dianutnya.

Berikut pemaparan dari Anita :

Seperti yang saya ungkapkan tadi, seorang suami itu harus mengarahkan

dan membimbing istrinya apalagi mengayomi dan yang paling penting itu

membuat istrinya senang. Kalau saya berlandaskan islam jadi kalau

mengarahkan dan membimbing itu mungkin dari segi keagamaan dia

dapat membimbing kita untuk jadi lebih baik, kemudian melaksanakan

shalat, pokoknya yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan

Tuhan. Kalau mengayomi dia bisa memberikan rasa aman untuk kita.

Kalau konsep suami istri itu biasanya workshop, suami yang work kita

yang shopping.(Anita Retno M, 18 Mei 2016)

Page 42: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

69

Informan di atas mengungkapkan sejatining lanang dan sejatining

wadon apa yang seperti diungkapkan dalam karya sastra Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem. Berdasarkan pada keyakinan yang dianutnya, yang

disebut dengan mengarahkan dan membimbing itu dapat membimbing kita

menjadi lebih baik, melaksanakan kwajiban agama dan yang berhubungan

dengan Tuhan. Kriteria mengayomi menurutnya bisa memberikan rasa aman

untuk kita, konsep suami istri yang diinginkannya ialah suami yang bekerja

untuk kebutuhan rumah tangganya dan istri membelanjakan hasil kerja suami

untuk keperluan rumah tangganya, yang artinya adanya tanggung jawab dari

kedua belah pihak.

Anita juga menjelasakan istri yang baik dalam rumah tangga seperti

berbakti kepada Tuhan itu sebagai hasil bimbingan atau pengarahan dari

suami, tidak berbohong berusaha terbuka, suci hatinya, hamper sama dengan

suami hanya saja dalam kapasitas yang berbeda.

Berikut apa yang diungkapkan Anita Retno:

Kalau untuk sejatinya perempuan istri yang berbakti kepada Tuhan itu

hasil dari bimbingan atau pengarahan dari suami tadi sehingga menjadi

istri yang berbakti kepada suami layaknya berbakti kepada Tuhan

kemudian tidak berbohong, suci hati, perhatian, hampir sama cuma

porsinya yang berbeda.Saya sangat setuju dengan apa yang diutarakan

dalam naskah dan sangat perlu untuk dishare, soalnya kurang kan

nasihat-nasihat jaman dulu dilupakan jadi adanya naskah ini serat ini,

dan adanya nasehat yang ada disini juga perlu dipublikasikan ke

masyarakat luas supaya dapat menjadi pelajaran bagi mereka yang akan

berumah tangga ataupun yang sudah berumah tangga. (Anita Retno, 18

Mei 2016)

Anita menambahkan apa yang ada ada di dalam naskah ini perlu

dibagikan kepada masyarakat luas karena di masyarakat pepatah-pepatah

Page 43: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

70

jaman dulu masih sering dilupakan dan dengan di publisasikan ke masyarakat

dapat menjadi pelajaran untuk mereka yang akan atau telah berumah tangga.

Pendapat selanjutnya datang dari Veris Doni yang menjelaskan sejatining

lanang dan sejatining wadon berdasarkan dua persepektif yaitu sebagai

pasangan suami istri dan muda-mudi.

Berikut tanggapan Veris Doni:

Menurut saya sejatining lanang sejatining wadon ini ya apa itu seperti

kalau keluarga sejatining lanang juga harus memimpin keluarga dengan

baik kemudian menasehatinya dengan baik, tidak keras kepala sendiri

sebagai kepala keluarga. Contohnya kemudian membimbing anaknya

pada saat shalat, pada saat mengaji, sinau, belajar diingatkanlah

dibimbinglah, diajaklah. Ajak dengan halus bagaimana caranya supaya

anaknya, istrinya itu kejalan yang baik. Oh, ini nggak baik harusnya gini

tetapi mengingatkan dengan bahasa yang sopan dan yang santun.

Sejatining lanang ya seperti itu menurut saya, dan sebagai kepala

keluarga ya harus menafkahi. Sejatining lanang untuk para pemuda

itukan harusnya banyak mencari ilmu dan bertindak yang baik, kalau

dijaman dulu kana da istilah sapa nandur bakal ngunduh. Kalau

pemudanya sekarang baik-baik insyaalah ke depannya akan ngunduh atau

akan menuai hasilnya juga, baik nanti walaupun sekarang belum nampak

insyaallah nanti pas saat keluarga pas saat itu insyaallah hasilnya akan

datang sendiri.(Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Sejatining lanang menurut Veris Doni dalam konteks keluaraga atau

suami harus bisa memimpin keluarga dengan baik, memberikan nasehat-

nasehat yang baik, tidak keras kepala ketika masalah menghampiri rumah

tangganya. Hal lain yang harus dilakukan suami sebagai kepala keluarga

seperti membimbing anaknya melaksanakan kwajiban agama, mengajaknya

secara halus, mengingatkan dengan bahasa yang sopan apa yang harus

dilakukan anggota keluarganya., selain itu juga harus memberi nafkah.

Sejatining lanang untuk konteks remaja harusnya menjadi pemuda yang

banyak menuntut ilmu dan bertindak baik dimana kebaikan itu akan dituai

Page 44: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

71

hasilnya nanti ketika dia berumah tangga, mungkin tidak saat itu juga manfaat

atau timbal baliknya ada tapi mungkin pada masa-masa selanjutnya.

Kutipan:

Untuk sejatining wadon untuk perempuan. Perempuan itu kan sebagai

kalau keluarga kan pasangan yang harus bisa mensuport, bisa memberi,

saling kepada keluarga saling memberi ya masukan, memberi bimbingan

kepada anaknya. Sejatining wadon itu kan harus bagaimana ya? Kalau

wadon itu harusnya ya seperti orang perempuan yang harus sopan santun

gitulah intinya. (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Untuk sejatining wadon, perempuan dalam keluarga itu sebagai

pasangan suami harus bisa memberi dukungan, saling memberi masukan,

saling memberi bimbingan kepada anak. Sejatining wadon ya seorang

perempuan itu harus bertingkah sopan dan santun. Selanjutnya Informan 9

memberikan ulasan perlunya ajaran ini.

Berikut kutipan pendapat dari Veris Doni:

Perlu, karena apa? Banyak malah anak-anak muda sekarang itu

kan sejatining lanang sejatining wadon itukan hilang karena globalisasi

masuk budaya-budaya luar. Budaya-budaya luar masuk sehingga

memasuki sejatine orang Indonesia, kan orangnya baik-baik, sopan

santun masuk budaya luarcontoh minuman, contoh kenakalan remaja,

tawuran itukan budaya luar yang masuk kedalam di negara ini, harusnya

itu kita perlu disampaikn kepada kalangan-kalangan muda. Perlu juga

tingkatan SD, tingkatan SMP perlu diberkan suatu eskstra atau tambahan

pelajaran atau waktu yang mengangkat nilai-nilai moral, nilai-nilai sopan

santun, nilai-nilai kebaikan sehingga nanti pertumbuhan, perkembangan

anak itu oh dia baik terhadap sesama manusia , orang tuanya, baik

terhadap ibunya. Itu kan perlu juga di SD dan SMP dikasihkan suatu

tambahan waktu mengenai pendidikan tentang moral karena moral

sekarang menurun. (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Ajaran ini dianggap perlu karena Veris Doni melihat banyak anak-

anak muda saat ini hilang kepribadiannya karena arus globalisasi dimana

masuknya budaya-budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa

Indonesia. Contoh-contoh dampak negatif dari globalisasi disampaikan oleh

Page 45: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

72

Veris adalah kenakalan remaja seperti tawuran. Perlu juga di tingat pendidikan

dasar dan pendidikan menengah diberi tambahan pelajaran tentang nilai-nilai

moral, nilai-nilai sopan santun, dan nilai-nilai kebaikan. Hal ini perlu

dilakukan agar perkembangan menjadi pribadi yang baik kepada sesama dan

orang tuanya dan melihat menurunnya moral generasi muda saat ini.

Tanggapan terakhir dari Ghonimatul Badriyah yang mengatakan sebagai

berikut:

Menurut saya perlu dilestarikan. Mengapa? Karena kita kan sudah

melihat bahwa di era sekarang banyak orang yang tidak mengetahui

tentang wayang, bahasa wayang, dan juga kurang minat kalau ada pesta

rakyat wayangan kaya di UNS sendiri itu. Jadi kita perlu mengembangkan

bagaimana menambah daya tarik bagaimana wayang tersebut bisa

menjadi nilai plus masyarakat dan semuanya juga menyukainya.Menurut

saya yang sejatining lanang dan sejatining wadon itu saya sependapat

dengan Kresna. Mengapa? Karena sebagai seorang laki-laki yang akan

mempersunting perempuan harus memiliki apa ya membimbing istri,

mengayomi, dan juga tanggung jawab kepada istrinya, nah itu perlulah

sesuai dengan keadaan sekarang juga. Nah yang dari seginya istri, sisi

perempuan itu harus manut kepada laki-laki sesuai dengan ajaran islam.

(Ghonimatul B, 19 April 2016)

Menurut Ghonimatul karya sastra ini perlu dilestarikan mengingat

sudah berkurangnya masyarakat yang mengetahui tentang wayang, bahkan di

kampus UNS yang berada di Surakarta sebagai pusat budaya Jawa pesta

rakyat wayangan masih kurang diminati. Untuk sejatining lanang dan

sejatining wadon informan 10 sependapat dengan apa yang dijelaskan oleh

Narayana dalam karya sastra. Sebagai laki-lakiyang akan mempersunting

wanita harus bisa membimbing, mengayomi, dan tanggung jawab, dan itu

sangat perlu dilakukan. Seorang perempuan juga harus patuh kepada laki-laki

yang menjadi suaminya.

Page 46: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

73

Berdasarkan pengumpulan data melalui wawancara diperoleh penilaian

terhadap informan yang menangkap ajaran tentang sejatining lanang dan

sejatining wadon dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

3. Intensitas Penghayatan

Intensitas penghayatan pembaca terhadap Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem karya Jayasuwignya ini meliputi tema, kondisi sosial, relevansi konflik,

bahasa, amanat, karakter, tokoh yang terdiri atas tokoh utama dan tokoh

protagonis, aktualisasi tokoh utama, keterlibatan emosi pembaca, makna,

imajinasi, ironi dan ketegangan cerita. Pembahasan bagian ini juga ditambah

dengan norma penilaian responden terhadap keseluruhan cerita.

3.1 Tema

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara terhadap

10 responden dari mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2012 dan 2013

ditemukan tema yang berbeda-beda. Berdasarkan wawancara 4 responden

mengatakan tema dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini adalah

percitaan, 2 lainnya mengatakan temanya berupa perjodohan, 1 responden

mengatakan tema dalam karya sastra ini berupa percintaan atau pernikahan,

1 orang responden lagi mengungkapkan tema berupa keteguhan hati dalam

mempertahankan keinginan, 1 responden mengatakan tema berupa

percintaaan dan perjuangan , dan 1 orang responden menjelaskan bahwa

tema dari karya sastra yang dibacanya adalah perjuangan pencarian

pasangan hidup. Berikut pemaparan dari beberapa informan mengenai

tema dalam karya sastra Serat kresna Kembang Waosan Pakem ini :

Kutipan Tanggapan Syafirilla Sari:

Page 47: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

74

Tema di dalam karya sastra yang berjudul Serat Kresna Kembang ini

menceritakan tentang perjodohan. Tema itu saya berpikiran

perjodohan karena cerita itu mengandung perbedaan pendapat antara

keinginan orang tua, anak, dan hati nurani yang ada pada anaknya

sehingga tema tersebut masih relevan dengan jaman sekarang.

(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Informan di atas mengutarakan bahwa tema dalam Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem ini adalah perjodohan dimana ada pertentangan

dari anak yang akan dijodohkan sehingga membuat tema itu masih relevan

dengan lingkungan kehidupan saat ini, dimana jarang sekali anak mau

dijodohkan oleh orang tuanya.

Tanggapan selanjutnya dari Purwanti, berikut kutipannya:

Dari segi tema naskah yang berjudul Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem ini umumnya menggambarkan tentang percintaan yaitu

percintaan tentang Narayana atau Prabu Kresna dengan Dewi

Rukmini yang pada saat itu Prabu Kresna ini sudah beristrikan

Jembawati. Dalam serat ini atau cerita ini Dewi Rukmini sebagai

tokoh utamanya dan Dewi Jembawati sebagai tokoh protagonis, lalu

kenapa temanya percintaan, mungkin tema percintaan ini popular ya

dalam karya sastra Jawa dan topiknya tentang cara mendapatkan

kebahagiaan dalam menjalani cinta dalam kehidupan sehari-hari

dalam berumah tangga. (Purwanti, 15 April 2016)

Menurut penulis informan di atas mengutarakan tema dalam karya

sastra ini adalah percintaan seseorang dengan orang yang telah beristri

(antara Dewi rukmini dengan Narayana yang telah beristrikan Dewi

Jembawati). Tema yang seperti ini popular di masyarakat dimana topiknya

berupa cara mendapatkan kebahagiaan dalam mengarungi hidup berumah

tangga.

Tanggapan berbeda diutarakan oleh Binti, berikut ini :

Saya sih temanya setelah membaca Serat Kresna Kembang itu

menunjukkan kepada kita semacam keteguhan hati. Jadikan si Dyah

Rukmini itu dijodohkan tetapi dia tidak mau nah tapi dia itu istilahnya

Page 48: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

75

mencari cara untuk mempertahankan keinginannya itu. Sebagai

manusia jugakan dia ingin bahagia dengan pilihannya sendiri.

Temanya ya cukup menarik tetapi itu tadi penyampaiannya kurang

bisa memahami. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Informan di atas memberikan tema lain yaitu keteguhan hati

dimana disitu seorang dewi Rukmini mempertahankan keinginannya

karena dia juga ingin bahagia dengan pilihannya sendiri. Ditangkap dari

pendapat tersebut bahwasannya kita harus memperjuankan apa yang kita

anggap benar dan itulah jalan kebahgiaan yang ingin ditempuh. Tema

tersebut dianggap menarik walaupun informan sendiri menganggap kurang

bisa memahami penyampaiannya.

Kutipan pernyataan Veris Doni:

Temanya kalo gak salah percintaan atau pernikahan Rukmini yang

dijodohkan dengan pemuda atau distilahkanlah pemuda atau laki-laki

pilihannya bapaknya yaitu Bismaka. (Veris Doni, 13 Mei 2016)

Veris Doni memberi gambaran tema sedikit bingung antara

percintaan atau pernikahan namun jika dilihat dari alasannya temanya

lebih merujuk pada perjodohan yang dilakukan oleh ayah Rukmini yaitu

Prabu Bismaka.

Kutipan:

Dari segi tema ya, kalau menurut saya tema karya sastra yang

berjudul Kresna Kembang itu temanya itu lebih menitikberatkan pada

perjuangan dalam pencarian pasangan hidup seperti itu. Mengapa

demikian? Ini itu merupakan tema yang sangat menarik karena untuk

pencarian pasangan hidup haruslah sesuai dengan harapan dan dapat

menjadi pemimpin, pengayom, serta menentramkan jiwa pasangan

apabila syarat-syarat untuk menjadi pasangan hidup seperti itu yang

tadi itu terpenuhi dengan segala kelebihannya nah itu akan muncullah

Page 49: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

76

kebahagiaan yang akan dicapai dalam hidupnya seperti itu.

(Ghonimatul B, 19 April 2016)

Melihat apa yang diungkapkan oleh informan di atas informan

menunjukkan kriteria-kriteria yang sesuai dari ajaran sejatining lanang

yang berupa laki-laki harus menjadi pemimpi, pengayom serta

menentramkan jiwa pasangan di dalam kehidupan rumah tangga yang

akan dijalani oleh tokoh dalam cerita.

Berdasarkan hasil wawancara, tema-tema yang ditemukan oleh

informan kemudian diresepsi kembali oleh penulis untuk mengetahui

tertarik atau tidaknya informan tema yang ada dalam Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem. Berdasarkan dari hasil wawancara 8 informan

mengatakan tema itu menarik tetapi 1 informan mengatakan tidak menarik.

1 informan lainnya tidak berkomentar tentang ketertarikannya.

Kutipan tanggapan Kharisma:

Karya sastra ini menurut saya menarik karena dari temanya sendiri

kan perjodohan, dilingkungan kita sendiri kan banyak tuh anak yang

harus anak yang dijodohin sama orang tuanya pokoknya perjodohan

itu sesuai karakter orang tuanya itu, menarik kok. (Kharisma P, 13

April 2016)

Informan di atas berpendapat bahwa Serat Kresna Kembang itu

menarik dan menghubungkannya dengan realitas yang ada di

kehidupannya, dimana ia melihat banyak anak yang dijodohkan oleh orang

tuanya agar mendapatkan kriteria pasangan hidup yang sesuai dengan

kehendak orang tuanya.

Page 50: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

77

Tanggapan berikutnya dari Siti Amanah, berikut kutipannya:

Ya menurut saya sulit ya mbk mbulet-mbulet gak paham, tentang kisah

percintaan dan perjuanggan, nggak, ceritanya mbulet. (Siti Amanah,

27 April 2016)

Informan 3 mengutarakan bahwa karya sastra Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem ini tidak menarik karena sulit untuk dipahami

dan tidak begitu jelas dengan tema kisah percintaan dan perjuangan ini

tidak menarik menurutnya.

Berbeda dengan Siti Amanah, Nila Purwani mengutarakan bahwa

karya sastra ini menarik dari segi temanya.

Kutipan pernyataan Nila:

Kalau menurut saya tema dari karya sastra Kresna Kembang ini

menarik, menurut saya temanya percintaan dan hal seperti ini seperti

hal percintaan itu merupakan bahasan yang tidak akan pernah habis

untuk dibahas atau diperbincangkan. (Nila Purwani, 20 April 2016)

Informan di atas mengungkapakan ketertarikannya berdasarkan

ceritanya yang berisi tentang kisah percintaan dan menurut informan dunia

percintaan dengan segala apa yang ada didalamnya menjadi sebuah bahsan

yang selalu dan akan terus menjadi perbincangan hangat.

Senada dengan Nila, Kusuma dan Anita juga mengungkapkan

ketertarikannya berdasarkan tema yang diusung dalam karya sastra,

menurutnya temanya adalah percintaan. Kusuma juga menganggap tema

Page 51: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

78

percintaan masih menjadi hal yang hangat dan menarik untuk

diperbincangkan.

Berikut tanggapan dari Kusuma:

Temanya itu menarik yak arena tema percintaan itu masih banyak

menarik pembaca soalnya kan cinta itu masil menjadi hal yang hangat

dan menarik untuk diperbincangkan, tak akan pernah orang bosan

membahas percintaan.(Kusuma W, 20 April 2016)

Tanggapan lainnya datang dari Anita sebagai berikut:

Temanya saya pikir percintaan ya soalnya disini banyak dibubuhi

intrik-intrik yang berhubungan dengan perjodohan kemudian

pernikahan, perkawinan, ada adegan yang katanya itu bermesraan

jadi saya pikir temanya percintaan, emm sangat menarik apalagi

cinta anak muda. (Anita Retno, 18 Mei 2016)

Ada perbedaan dari Anita yakni Anita lebih menyoroti isi di dalam

karya sastra dimana percintaan yang dipenuhi intrik-intrik seperti

perjodohan, pernikahan, bermesraan, dan sebagai seorang remaja tema

yang diusung berupa percintaan ini sangat menarik terutama percintaan di

kalangan anak muda.

Tanggapan lain datang dari Binti, berikut tanggapannya :

Sebenarnya menarik sih mbk, tapi saya sendiri kan pengetahuan

wayang itu masih terbatas juga, jadi untuk memahami itu lebih sulit,

tetapi kalau kita udah masuk keceritanya itu ajarannya itu sangat

bagus mungkin butuh lebih banyak apa istilahnya? Lebih banyak

membaca lagi kayak gitu. Cukup menarik ya cuma ya itu tadi

penyampaiannya kurang bisa memahami. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Page 52: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

79

Ketertarikan Binti lebih kepada ajaran yang ada dalam karya sastra.

Binti merasa tidak terlalu memahami karena penyampaiannya dalam

bentuk cerita wayang sebab pengetahuan wayang yang dimilikinya

terbatas sehingga untuk memahami karya sastra ini sedikit sulit. Dari yang

disampaikan Binti menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berada

atau tumbuh di budaya Jawa tahu akan kisah pewayangan yang menjadi

cerita khas atau warisan budaya nenek moyangnya.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh informan-informan di atas

dapat disimpulkan bahwa tema dalam karya sastra ini adalah percintaan,

perjodohan, dan perjuangan pencarian pasangan hidup. Tema tersebut

menarik karena apa yang dibahas di dalamnya diminati banyak orang

serta ajaran yang ada di dalamnya jika diterapkan dalam kehidupan

sangatlah berguna.

3.2 Kondisi sosial

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dapat

diperoleh hasil resepsi informan atau pembaca mengenai kondisi sosial

dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini. Dari 10

informan sebagian besar menyatakan bahwa tidak memiliki kedekatan

dengan kondisi sosial dalam karya satra ini. 4 informan mengtakan tidak, 3

informan mengatakan tidak mengalami tetapi ada dilingkungannya, 2

informan mengatakan ya, dan 1 informan tidak berkomentar mengenai

kondisi sosial dalam karya sastra ini. Berikut tanggapan-tanggapan dari

informan mengenai kondisi sosial yang ada dalam karya sastra Serat

Krena Kembang Waosan Pakem :

Page 53: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

80

Kutipan tanggapan Syafirilla:

Kondisi sosial tidak. Untuk perjodohan ada walaupun bukan saya

yang mengalami tetapi untuk sama dengan naskah ini belum

pernah terjadi.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengatakan kondisi sosial yang ada dalam karya sastra

ini tidak memiliki kedekatan dengan kehidupannya. Untuk hal perjodohan

seperti yang ada dalam karya sastra itu terjadi meskipun bukan dia yang

mengalami tetapi untuk sama persis kasusnya seperti yang terjadi dalam

karya sastra sepengetahuannya belum pernah terjadi. Informan lainnya

yang mengatakan tidak adalah Siti Amanah, Nila Purwani dan Binti Nur K.

Siti Amanah hanya mengatakan tidak tanpa memberi penjelasan apapun

dati pernyataannya.

Kutipan:

Nggak.(Siti Amanah, 27 April 2016)

Berbeda dari Siti Amanah, Nila mengungkapkan seperti Kharisma

dimana sepengetahuannya kondisi sosial yang ada dalam karya sastra tidak

ada atau belum pernah terjadi dalam kehidupannya.

Berikut tanggapan Nila :

Dari kondisi sosial yang tercermin dalam Serat Kresna Kembang ini

tidak ada atau belum pernah terjadi dalam kehidupan saya. (Nila

Purwani, 20 April 2016)

Page 54: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

81

Sama seperti informan sebelumnya Binti juga mengatakan tidak

memiliki kedekatan dengan kondisi sosial yang tercermin dalam karya

sastra.

Kutipan:

Untuk sekarang mungkin sih tidak karena berbeda ya mbk, karena

sekarang itu udah jaman udah beda. Jadi untuk orang tua sama anak

itu mungkin tidak ada unsur kawin paksa, dijodohkan itu mungkin

kalaupun ada ya jarang. Kan kalau untuk urusan seperti inipun bisa

dikomunikasikan lagi, jadi tidak terlalu melihat seperti itu. (Binti Nur

K, 27 April 2016 )

Binti mengatakan berdasarkan apa yang ia ketahui bahwa jaman

sekarang itu sudah berbeda, antara orang tua dan anak itu tidak ada lagi

yang namanya kawin paksa, kalapun ada yang dijodohkan itu jarang. Binti

menambahkan untuk urusan seperti itu bisa diperbincangkan atau

didiskusikan, tidak seperti yang ada dalam karya sastra.

Informan lainnya yang menyatakan kondisi sosial ini berdekatan

dengan kehidupannya adalah Purwanti dan Kusuma.

Berikut adalah kutipan tanggapan dari Purwanti :

Hal ini sesuai dengan kondisi sosial saya yang berlatar belakang

jawa. (Purwanti, 15 April 2016)

Singkat adalah kata yang tepat untuk menggambarkan penjelasan

Purwanti, menurutnya kondisi sosial karya sastra sesuai dengan

kehidupannya yang berlatar belakang budaya Jawa. Untuk Kusuma sedikit

lebih banyak memberikan penjabaran tentang kondisi sosial yang

berdekatan dengan kehidupannya.

Page 55: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

82

Berikut ini tanggapan dari Kusuma:

Ya kalau kondisi sosial masih banyak ya terdapat. Di tempat saya itu

masih ada perjodohan, maksudnya kalau masih ada anak yang kalu

mereka itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi mereka itu kaya

mencari pasangan itu agak terlambat jadi orang tuanya itu ikut

campur dan akhirnya mencarikan jodoh seperti itu karena kebanyakan

masyarakat di tempat saya itu kan wanita karir jadi ya mereka ada

yang banyak dijodohkan dengan orang tuanya. (Kusuma W, 20 April

2016)

Kedekatan kondisi sosial yang dialami oleh Kusuma bukan berasal

dari pengalamannya pribadi melainkan dia melihat apa yang terjadi di

lingkungan sekitarnya, dia merasa kondisi sosial ini dekat karena dia

tinggal di lingkungan itu. Salah satu bentuk kedekatan itu berupa

banyaknya wanita yang mngejar karir sehingga terlambat menikah

kemudian dijodohkan oleh orang tuanya.

Anita mengatakan kalau kondisi sosial dalam karya sastra ini tidak

dekat dengan dirinya tetapi memberikan alasan yang hampir sama dengan

Kusuma dengan melihat apa yang ada di lingkungannya ada kondisi sosial

yang sama yaitu perjodohan dan bermesraan di tempat umum.

Berikut ini adalah kutipan penjelasan dari Anita:

Kalau dari saya sendiri belum ada, tetapi orang-orang di sekitar

mungkin banyak misalnya perjodohan kemudian bermesraan di tempat

umum sebelum menjadi pasangan suami istri seperti itu.(Anita Retno

M, 18 Mei 2016)

Seperti Anita, Veris Doni dan Ghonimatul juga menyatakan hal

yang sama, dimana kondisi sosial yang ada pada karya sastra tidak secara

langsung dialaminya tetapi terjadi di lingkungan sekitarnya dengan

Page 56: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

83

persektif yang berbeda. Di bawah ini pemaparan dan pernyataan dari Veris

Doni dan Ghonimatul.

Kutipan pernyataan Veris Doni:

Kalau dilingkungan saya itu belum, saya Cuma cerita-cerita dari

orang tua itu ada tapi saya belum menjumpai pada saat saya besar ini.

Belum menjumpai kenyataannnya orang ini dijodohkan dengan orang

ini tetapi orang ini tidak mau tetapi harus dijodohkan, itu belum saya

ketahui. Tetapi cerita-cerita di jaman dahulu, jaman orang tua saya,

simbah saya itu pernah ada, apalagi laki-laki yang mempunyai istri 2

istri 3 itu ada. (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Veris Doni mengatakan kondisi sosial yang ada pada naskah itu

menurut cerita dari orang tua maupun sesepuh keluarganya ada.

Kenyataannya ada orang yang dijodohkan namun menolak perjodohan itu.

Laki-laki yang mempunyai istri 2 ataupun 3 juga ada. Sementara itu,

Ghonimatul mengatakan ada kedekatan tetapi dalam latar yang berbeda.

Pencarian pasangan hidup itu ada tepai untuk peperangan dan kasta-kasta

itu tidak ada.

Kutipan tanggapan Ghonimatul:

Memiliki kedekakatan akan tetapi gimana ya? Beda settingan, kalau

dalam cerita itu settingnya dalam kerajaan-kerajaan akan tetapi

dalam kehidupan nyata itu, benar ada pencarian pasangan hidup

bagaimana caranya, akan tetapi berbeda tidak ada peperangan, tidak

ada perjodohan juga kasta-kasta yang seperti ada dalam karya sastra

tersebut. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Berdasarkan apa yang disampaikan informan-informan di atas

kondisi sosial dalam karya sastra ini tidak semuanya ada di lingkungan

pembaca. Hanya beberapa saja yang sama seperti perjodohan,

percintaan, perjuangan. Tetapi bentuk perjuangan sampai adanya

Page 57: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

84

perang, kehidupan kerajaan itu tidak ada dalam kondisi sosial pembaca.

Kalaupun ada yang hampir sama tetap memiliki perbedaan setting.

3.3 Relevansi konflik

Berdasarkan data wawancara yang dilakukan dengan informan,

karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem masih dianggap ada

relevansinya dengan kehidupan saat ini. Berikut beberapa tanggapan

beberapa informan tentang relevansi konflik Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem dengan keadaan saat ini :

Tanggapan pertama dari Syafirilla yang menyatakan konfliknya

masih relevan alsannya dalam kehidupan pasti selalu ada halangan,

rintangan, dan masalah. Jika dalam karya sastra ada raksasa sebagai slah

satu bentuk halangannya, maka relevansinya untuk saat ini bukan raksasa

sebenarnya tetapi manusia yang memiliki watak seperti raksasa.

Berikut yang diungkapkan oleh Syafirilla :

Dalam kehidupan pasti ada halangan, rintangan kemudian juga

masalah tetapi tidak berupa raksasa tetapi bentuk manusia yang

sifatnya seperti raksasa.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Purwanti menanggapi lebih berdasar pada amanatnya. Berikut

tanggapannya :

Ada dalam budaya jawa itu memang ditekankan untuk seorang istri

untuk mematuhi perintah suami dengan amanat utama yang ada pada

karya sastra ini. (Purwanti, 15 April 2016)

Page 58: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

85

Menurut Purwanti, relevansi konflik dalam karya sastra ini lebih

pada relevansi amanatnya, baik dulu maupun sekarang seorang istri itu

dituntut untuk mematuhi perintah suami.

Berbeda dengan sebelumnya menurut Nila, konflik yang diangkat

relevan karena sebagian pasti pernah dialami oleh orang-orang. Jika

disimpulkan Nila ini melihat apa yang terjadi dalam karya sastra

merupakan cerminan yang dialami oleh banyak orang.

Berikut komentar dari Nila Purwani:

Ya menurut saya masih relevan karena sebagian hal tersebut pernah

dialami oleh kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari.(Nila

Purwani, 27 April 2016)

Bagi Kusuma konflik yang diangkat juga masih relevan setelah

melihat apa yang ada di lingkungan sekitarnya contohnya teman-temannya

sesama mahasiswa yang lebih meminta untuk dijodohkan setelah pusing

memikirkan skripsi, ada juga yang menolak walaupun memikirkan karir

tetap ingin mencari pasangan hidupnya sendiri tanpa lewat perjodohan.

Disimpulkan Kusuma ini menangkap konflik-konflik yang terjadi di

sekitarnya dan membandingkannya dengan apa yang ada dalam karya

sastra.

Berikut kutipan tanggapan dari Kusuma:

Kalau untuk relevansi konflik ada ya di lingkungan saya, tetapi itu

khususnya pada teman-teman saya contohnya kalangan

mahasiswawalaupun bercanda tapi kan kadang mereka pusing

memikirkan skripsi, karena mereka pusing akhirnya mereka jodohkan

saja kepada siapa. Jadinya masih ada sih terus di masyarakat juga

mereka kadang-kadang dijodohkan nggak mau, walaupun mereka itu

wanita karis tapi kalau dijodohkan tetap mereka itu nggak mau,

Page 59: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

86

pinginnya mencari sendiri walaupun disibukkan menjadi wanita

karir.(Kusuma W, 20 April 2016)

Anita menganggap beberapa part saja yang masih relevan. Di

bawah ini pendapat dari Anita:

Mungkin masih Cuma di beberapa bagian saja, tidak semua part-part

relevan seperti itu. Perjodohan masis, terus adegan saling membunuh

nggak, peperangan juga nggak.(Anita Retno M, 18 Mei 2016)

Bentuk relevansi yang diungkapkan Anita yang masih sesuai

dengan kehidupan saat ini adalah perjodohan, sedangkan untuk saling

membunuh ataupun peperangan di dalam cerita sudah tidak relevan

dengan saat ini. Ghonimatul juga menjelaskan bahwa masih ada relevansi

konflik dengan masa sekarang.

Berikut tanggapan yang diberikan oleh Ghonimatul:

Kalau relevansi itu sangat ada dalam kehidupan sekarang karena

cerita itu secara sepintas kan temanya pencarian pasangan hidup, itu

kan pasti semua orang kan mencari pasangan hidup dan harus ideal

sesuai dengan keinginan. Dan juga yang kedua relevansinya adalah

perjuangan dalam pencapaian tujuan, nah dalam perjuangan

kehidupan dalam mencari pasangan hidup kita membutuhkan

pengorbanan sudah kita lakukan akan mencapai tujuan. (Ghonimatul

B, 19 April 2016)

Berdasarkan apa yang diungkapkan informan 10 relevansi

konfiknya yaitu proses pencarian pasangan hidup yang pasti dilakukan

oleh semua orang, dimana yang akan dicari adalah pasangan yang ideal

sesuai keinginan. Selain itu, relevansi lainnya berupa perjuangan untuk

mencapai tujuan, terutama perjuangan untuk mencari pasangan hidup.

Page 60: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

87

1.4 Bahasa

Berdasarkan data penelitian yang terkumpul, unsur bahasa yang

dinilai berdasarkan pada mudah atau sulitnya bahasa dalam karya sastra

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem diperoleh data sebagai berikut: 7

informan mengatakan bahasanya sulit dipahami berdasrkan tingkat

kesulitan tertentu, 2 informan memberikan tanggapan lain, dan 1 informan

menganggap bahasa dalam karya sastra ini mudah untuk dipahami. Berikut

sajian data berupa tanggapan dari informan untuk bahasa dalam Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem:

Kutipan tanggapan Syafirilla:

Bahasanya lumayan sulit karena bahasa yang digunakan ada

percampuran bahasa kuna yang tidak digunakan dalam keseharian

masyarakat hanya dipakai pada konteks estetika satra, misal

pertunjukan wayang, mantra upacara adat, dan sebagainya.(Syafirilla

Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengatakan bahasa dalam karya ssatra ini lumayan sulit

karena menggunakan bahasa campuran bahasa jawa kuna yang tidak

digunakan dalam keseharian. Konteks penggunaan bahasa yang seperti ini

biasanya hanya untuk estetika sastra terutama seperti pertunjukkan wayang

dan mantra upacara adat. informan lainnya yaitu Siti Amanah menganggap

bahasa dalam karya sastra ini sedikit sulit dipahami.

Berikui ini alasan yang diberikan oleh Siti Amanah:

Sedikit sulit sih kan bahasanya bahasa tembang ya bahasa sastra tapi

ya masih bisa dipahami. (Siti Amanah, 27 April 2016)

Page 61: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

88

Siti Amanah mengalami kesulitan memahami bahasa dalam karya

sastra ini dikarenakan bahasanya merupakan bahasa tembang, meskipun

demikian Amanah masih bisa memahaminya. Jika dilihat Siti Amanah ini

juga mulai menyinggung bentuk dari karya satra yang tentunya

mempunyai ciri penggunaan bahasa tersendiri dari karya sastra lain.

Selanjutnya Kharisma mengatkan bentuk bahasa yang berbeda dari

informan sebelumnya.

Berikut ini ucapan dari Kharisma:

Bahasanya, saya sendiri kan kurang paham jawa klasik. Jadi kan

kalau menggunakan terjemahan atau trasletenya itu saya sedikit

paham, jadi lebih menarik kalau ada terjemahan bahasa jawanya

sendiri. (Kharisma P, 13 April 2016)

Kharisma menyimpulkan penggunaan bahasa dalam karya sastra

ini adalah bahasa jawa klasik, yang mana bahsa jawa seperti ini kurang

dipahami oleh informan. Untuk membaca karya sastra ini Kharisma sangat

membutuhkan terjemahan dan juga kamus bahasa jawa. Tanggapan yang

berbeda juga diberikan oleh Purwanti yang menganggap bahwa bahasa

dalam karya sastra Jawa seperti ini sudah lazim menggunakan bahasa

arkais untuk menambah estetikanya.

Tanggapan dari Purwanti dapat dilihat di bawah ini:

Untuk bahasanya mungkin kebanyakan karya satra jawa

memang menyisipkan bahasa arkais yaitu sebuah diksi yang

diperuntukkan bagi karya satra agar menambah estetikanya.

(Purwanti, 15 April 2016)

Page 62: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

89

Tingkat pemahaman bahasa cukup sulit dialami oleh Nila Purwani

dan Binti Nur K, alasannya sama dengan Siti Amanah yakni teks yang

berbentuk tembang memiliki diksi tersendiri.

Berikut apa yang diutarakan oleh Nila Purwani:

Kalau menurut saya cukup sulit karena bahasa dalam teks berbentuk

puisi atau tembang sehingga ada diksi yang sulit dipahami.(Nila

Purwani, 20 April 2016)

Selanjutnya adalah tanggapan dari Binti Nur K:

Kurang bisa memahami kalau saya, karena inikan bentuknya tembang

saya tidak paham. Jadi saya membaca terjemahnnya untuk bisa

memahami lagi. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Binti secara terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak paham

dengan tembang dan untuk memahaminya perlu terjemahan. Lain halnya

bagi Kusuma bahasanya agak sulit dipahami karena menggunakan bahasa

Jawa kuna.

Berikut apa yang dikatakan Kusuma:

Agak sulit ya soalnya kan menggunakan bahasa jawa kuna, terus

bahasa jawa kuna itu sulit, kalau nggak mempelajari dulu nggak bakal

tahu artinya itu apa. Jadi ya sulit untuk dipahami.(Kusuma W, 20

April 2016)

Kusuma juga mengatakan untuk memahami bahasa dalam karya

sastra ini terlebiha dahulu harus mempelajari bahasa jawa kuna, kalu

belum mempelajari ya tidak bisa.

Page 63: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

90

Tanggapan Anita:

Nggak. Saya harus baca dari bausastra jawa atau dari kata-kata, oh

ini maksudnya apa sih, ini maksudnya apa seperti itu. (Anita Retno M,

18 Mei 2016)

Informan di atas tidak bisa memahami dan membutuhkan bausastra

jawa (kamus bahasa jawa) untuk mengerti maksud dari kata yang tertulis

di dalam karya sastra. Berikutnya Veris mengungkapkan bahasanya

kurang dapat dipahami jika hanya sekali dibaca tetapi jika sering membaca

akan cepat memahami, selain itu dalam pewayangan biasanya tokoh-

tokohnya tidak hanya memiliki satu nama sehingga harus sering membaca

untuk mengetahui itu.

Di bawah ini pendapat dari Veris Doni:

Bahasanya itu kalau dibaca sekali itu pemahamannya ya gak kurang

cepat paham, tapi kalau sering-sering membaca insyaallah cepat

paham dan karena pada tokoh-tokohnya itukan nama-namanya itu

banyak contohnya kaya Pandhita Drona diganti sama pandhita

Sokalima kalau nggak sering-sering membaca banyakannya lupa. Jadi

intinya yang tercantum di dalam kisahnya itu kalau nggak sering-

sering membaca artinya, akan lupa. (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Berbeda dari informan-informan lain, informan 10

mengungkapkan secara pribadi bahwa mudah mengerti dan paham

mengenai bahasa yang ada dalam karya sastra Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem, berikut alasan yang diberikan oleh Ghonimatul:

Kalau saya pribadi mudah mengerti dan paham seperti itu

mengapa?karena saya kan pernah mempelajari bahasa kuna sehingga

pelajaran bahasa kuna tersebut bisa membantu pemahaman dan

pengartian karya sastra dan mungkin bagi orang yang awam dan

belum pernah belajar bahasa kuna masih memerlukan terjemahan

untuk memahami karya sastra tersebut. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Page 64: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

91

Informan Ghonimatul mengatakan mudah mengerti dan paham

karena dia pernah mempelajari bahasa kuna dan dari itulah membantu

pemahamannya terhadap karya sastra ini yang bagi orang-orang awam

sulit dipahami dan memerlukan terjemahan untuk pemahamannya.

1.5 Amanat

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari wawancara kepada

informan ditemukan amanat-amanat dari sudut pandang yang berbeda dari

setiap informan. Informan mengatakan amanat dapat ditangkap dengan

baik karena ada yang tersurat dan untuk mencari amanat tersiratnya dapat

diambil dari jalan ceritanya. 3 informan menyimpulkan ajaran sejatining

lanang dan sejatining wadon yang ada dalam cerita sebagai amanatnya,

sedangkan sisanya menyimpulkan secara berbeda. Melalui tanggapan yang

berbeda-beda itu dapat disimpulkan amanat yang terkandung dalam Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem sebagai berikut:

a. Ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon yang

mengungkapkan bahawa kwajiban suami dan kwajiban istri

yang tertera pada pupuh mijil bait ke 11 dan 12, sebgai berikut:

Kutipan pupuh mijil bait ke 11 dan 12:

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh /

sajatining priya ing yêktiné / iya priya kang among ing

èstri / kang bisa ngayomi / karya sukèng kalbu //. (pupuh

mijil bait ke-11)

Page 65: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

92

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa

mengarahkan dan membimbing istrinya, mengayominya, dan

membuat hati istrinya senang. (pupuh Mijil bait ke-11)

Kutipan:

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing

galih / gumati nlgadѐni / marang kakungipun //. (pupuh

Mijil bait ke-12)

Terjemahan:

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti

kepada Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak

berbeda dengan baktinya kepada Tuhan YME, tidak

berbohong dan suci hatinya, serta perhatian terhadap

suaminya. (pupuh Mijil bait ke-12)

b. Perlu mengetahui bibit, bebet, dan bobot yang jelas untuk

menentukan masa depan, seperti yang diucapkan Kharisma

Pratidina berikut ini:

Kutipan:

kita perlu adanya bibit, bebet, bobot dalam menentukan

masa depan, sehingga, pada karya sastra itu kan

memberikan pertanyaan pada suami mengenai sejatinya

lelaki dan sejatinya wanita, jawaban dari pertanyaan itu

akan mencerminkan sifat atau intelektual dari sang

penjawab(Kharismma P, 13 April 2016)

Page 66: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

93

c. Ketika memilih atau menjatuhkan pilihan harus berserah diri

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan harus berbakti kepada orang

tua dan saudara tua seperti yang diungkapkan oleh Syafirilla

Yang pertama itu, seorang manusia itu dalam memilih,

dalam menjatuhkan pilihannya harus berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa, kemudian juga kita itu berdoa

meminta pertolongan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Kemudian yang kedua itu kepada orang tua harus berbakti

seperti apa yang dilakukan Rukmini kepada ayahnya. Terus

yang ketiga berbakti kepada saudara yang lebih tua karena

yang dilakukan saudara yang lebih tua itu pastinya yang

terbaik untuk adik-adiknya. (Syafirilla Sari M, 19 April

2016)

d. Harus menepati janji yang diucapkan.

Terdapat pada kutipan berikut:

Kutipan:

// yèn sang rêsi ambatang tumuli / kumudu linakon /

tan amêksa iku salawasé / ing uripé jumênêng pribadi /

walaka mandhiri / lir suksma linuhung // (pupuh mijil bait

ke 13)

Terjemahan:

Jika sang resi bisa menjawab, harus dijalani, tidak memaksa

itu selamanya, di hidupnya pribadi, jujur mandiri, seperti

sukma yang luhur. (pupuh mijil bait ke 13)

e. Tanggung jawab, kesetiaan, perjuangan, dan pengorbanan

adalah nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti

yang diungkapkan Nila Purwani berikut ini:

Page 67: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

94

Kutipan:

menyampaikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari

misalnya seperti tanggung jawab, kesetiaan, perjuangan

dan pengorbanan seperti yang dilakukan Kresna. (Nila

Purwani, 20 April 2016)

f. Antara anak dan orang tua harus saling memahami, seperti

yang diungkapkan Binti Nur K berikut ini:

yang pertama, antara orang tua sama anak itu harus saling

memahami (Binti Nur K, 27 April 2016)

g. Jika menyukai seseorang hendaknya diungkapkan secara baik-

baik, seperti yang diungkapkan oleh Siti Amanah sebagai

berikut:

Amanatnya ya jika suka dengan seseorang hendaknya

disampaikan dengan baik tidak dengan cara kasar dengan

menculik gitu, semua itu memang butuh perjuangan (Siti

Amanah, 27 April 2016)

h. Jangan merendahkan dan menganggap remeh kemampuan

orang lain, usaha maksimal akan menghasilkan apa yang

diharapkan, perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan,

pernikahan harus dilandasi dengan rasa sayang, seperti apa

yang diungkapkan oleh Ghonimatul berikut ini:

pertama jangan merendahkan dan menganggap remeh

kemampuan orang lain. Yang kedua usaha maksimal akan

menghasilkan harapan yang diinginkan, yang ketiga

Page 68: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

95

perjuangan membutuhkan pengorbanan, dan yang terakhir

pernikahan harus dilandaskan rasa sayang. (Ghonimatul B,

19 April 2016)

Tanggapan-tanggapan dari informan mengenai amanat dalam karya

sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem antara lain sebgai berikut :

Tanggapan dari Purwanti:

Di dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini juga ada

amanat yang disampaikan melalui pemilihan kata-katanya

langsung di dalam teksnya itu. Ada . Amanat utamanya yaitu

sejatining lanang dan sejatining wadon. Jadi, seorang wanita itu

sudah kodratnya menuruti apa kata laki-laki yang konteksnya

dalam cerita ini adalah suami. Tapi seorang suami itu memerintah

istrinya bukan untuk dijadikan budak ataupun wanita yang bisa

diperlakukan seenaknya tetapi juga harus adil dan mengayomi

supaya kehidupan rumah tangganya dapat berjalan harmonis.

Kalau dalam kehidupan rumah tangga kan saya belum berumah

tangga jadi ya belum bisa merasakan manfaat dari karya sastra ini,

tetapi melihat dari kehidupan-kehidupan rumah tangga yang

harmonis itu biasanya memang seorang istri harusnya patuh pada

perintah suami dalam hal kebaikan. (Purwanti, 15 April 2016)

Purwanti menyampaikan amanat dalam karya sastra ini adalah

ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon. Sebagai contoh sudah

kodrat seorang wanita menuruti apa yang dikatakan suami, suami juga

harus mengayomi istrinya agar kehidupan rumah tangga berjalan harmonis.

Lebih lanjutnya Purwanti belum bisa merasakan manfaat dari amanat ini

karena belum berumah tangga, sebagai tambahan perintah yang harus

dipatuhi adalah perintah dalam hal kebaikan.

Senada dengan Purwanti, Kusuma juga mengungkapkan ajaran

sejatining lanang dan sejatining wadon sebagai amanat tersurat dalam

karya sastra.

Page 69: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

96

Berikut ini pemaparan yang disampaikan oleh Kusuma:

Amanatnya banyak ya ada yang disampaikan secara tersurat juga ada

secara tersirat. Tersuratnya itu tentang ajaran pertanyaan yang

diajukan Rukmini tentang sejatinya wong lanang dan sejatinya wong

wadon, itukan pertanyaan bagaimana sejatinya laki-laki dan sejatinya

perempuan. Kalau amanat tersirat itu seperti Rukmini kan

memberikan persyaratan kalau menjadi suaminya itu harus bisa

menjawabpertanyaan, lha yang bisa menjawab itu Narayana atau

Kresna berarti dia harus menepati janjinya.(Kusuma W, 20 April

2016)

Berdasarkan pemahaman Kusuma selain amanat tersurat berupa

ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon, juga ada amanat tersurat

ketika Rukmini mengajukan persyaratan itu sudah selayaknya dia

menepatinya, dan Rukmini benar-benar menepatinya dengan memilih

Krena sebagai pendamping hidupnya.

Selanjutnya tanggapan yang seirama juga dibeberkan Anita:

Amanatnya tersampaikan, seperti yang diutarakan keinginan Rukmini

terkait dengan pertanyaan sejatining lanang dan sejatining wadon.

Saya kira ini sesuai dengan keadaan saat ini. Misalnya sejatinya

orang laki-laki yang diutarakan Narayana adalah suami yang bisa

mengarahkan dan membimbing istrinya, mengayomi dan membuat

hati istrinya senang. Sejatinya seorang perempuan adalah istri yang

berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbakti kepada suami tidak

berbeda dengan baktinya kepadaTuhan Yang Maha Esa, tidak

berbohong, suci hatinya, terus perhatian terhadap suami, namun

disini yang saya tidaka sukai Rukmini merasa lega dan berbahagia

kemudian mereka bermesraan layaknya suami istri padahal mereka

belum menikah.(Anita Retno M, 18 Mei 2016)

Tidak hanya amanat yang disampaikan dalam ajaran sejatining

lanang dan sejatining wadon, Anita juga menyoroti tindakan tokoh yang

seharusnya tidak dilakukan ketika belum sah menjadi suami istri berupa

kegiatan bermesraan.

Page 70: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

97

Tanggapan yang berbeda muncul dari Nila yang meringkas

amanatnya berdasrkan apa yang telah dibacanya.

Berikut tanggapan yang diberikan oleh Nila:

Kalau dari amanat Kresna Kembang cukup baik menurut saya karena

hal ini dapat menyampaikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari

misalnya seperti tanggung jawab, kesetiaan, perjuangan dan

pengorbanan seperti yang dilakukan Kresna. (Nila Purwani, 20 April

2016)

Singkat dan jelas bahwa Nila berharap pembaca dapat mencontoh

Kresna dalam kehidupan sehari-hari seperti sikap tanggung jawab, setia,

perjuangan, dan juga pengorbananya.

Kharisma lebih memandang amanat yang ada dalam karya sastra

berdasarkan pada fungsinya sesuai dengan kehidupan sekarang dan dapat

digunakan untuk menentukan masa depan. Bibit, bebet, dan bobot itu perlu

dipertimbangkan, selain itu jawaban dari pertanyaan juga memcerminkan

intelektual dari orang yang menjawab tersebut.

Berikut apa yang diungkapkan Kharisma:

Untuk amanat, amanat ini bagus karena kan sesuai dengan apa ya,

sesuai dengan keadaan pada masa sekarang. Jadi kita tuh, amanatnya

bisa untuk menentukan masa depan kita gitu lho. Kita itu perlu adanya

bibit, bebet, dan bobot dalam menentukan masa depan sehingga pada

karya sastra itu kan memberikan pertanyaan pada suami mengenai

sejatining lelaki dan sejatining wanita. Lha itu tuh jawaban dari

pertanyaan itu tuh akan mencerminkan apa namanya ya mbk?

Mencerminkan sifat atau intelektual dari sang penjawab itu sendiri,

makanya perlu, amanat itu sangat bagus. (Kharisma P, 13 April 2016)

Page 71: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

98

Tanggapan berbeda diutarakan oleh Siti Amanah sebagai berikut:

Cukup. Amanatnya ya jika suka dengan seseorang hendaknya

disampaikan dengan baik tidak dengan cara kasar dengan menculik

gitu, semua itu memang butuh perjuangan. Ya ada manfaatnya. (Siti

Amanah, 27 April 2016)

Menurut Siti Amanah yang diharapkannya dari karya sastra ini

pembaca menyimpulkan bahwa jika menyukai seseorang harus

disampaikan atau diutaraka secara baik-baiktidak dengan cara kasar

dengan menculik karena semua itu butuh perjuangan. Selanjutnya Binti

mengatakan butuh memahami berulang –ulang untuk menangkap amanat

yang ada dalam karya sastra.

Hal ini dapat diketahui dari pernyataan dari Binti sebagai berikut:

Ya bisa tapi ya itu butuh memahami berulang-ulang lagi. Amanat

yang saya dapat dari Kresna Kembang itu kayak : yang pertama,

antara orang tua sama anak itu harus saling memahami begitu lho,

nah jadi keinginan orang tua seperti apa, keinginan anak itu seperti

apa jadi kan sekarang itu kan tidak ada jarak gitu lho mbk. Kemudian

kalau kita punya keinginan itu ya sebisa mungkin ya kita mencoba

usahakan tapi ya dengan cara yang baik. Ya bermanfaat karena setiap

karya sastra itu kana da sesuatu yang disampaikan itu pasti ada hal

baik yang bisa diambil dari cerita tersebut. (Binti Nur K, 27 April

2016)

Binti menanggapi bahwa amanat dalam karya sastra ini adalah

antara orang tua dan anak harus saling memahami, lalu jika kita memiliki

keingian sebisa mungkin berusaha untuk mendapatkannya. Amanat ini

bermanfaat menurut Binti karena setiap karya sastra yang disampaikan

pasti ada hal baik yang bisa diambil darinya.

Page 72: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

99

Hampir selaras dengan Binti, Ghonimatul juga menyinggung tentang

perlunya usaha untuk mencapai tujuan, yang disampaikan sebagai berikut:

Ya tersampaikan dengan baik dalam karya sastra. Dan menurut saya

dalam karya sastra tersebut antara lain yang pertama jangan

merendahkan dan menganggap remeh kemampuan orang lain. Yang

kedua usaha maksimal akan menghasilkan harapan yang diinginkan,

yang ketiga perjuangan membutuhkan pengorbanan, dan yang

terakhir pernikahan harus dilandaskan rasa sayang. Dalam tokoh itu

ada secara implisit ada ini saya kerucutkan sebagai berikut atau

sebagai tadi. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Ghonimatul mengemukakan empat amanat yang ada dalam karya

sastra yaitu: jangan merendahkan dan menganggap remeh kemampuan

orang lain, usaha maksimal akan menghasilkan harapan yang diinginkan,

perjuangan membutuhkan pengorbanan, pernikahan harus dilandaskan

rasa sayang. Amanat ini diperoleh dari hasil simpulan pembaca dari jalan

cerita karya sastra yang dibacanya. Sama halnya dengan Ghonimatul,

Syafirilla juga memberikan banyak simpulan sebagai amanat dari karya

sastra yang dibacanya.

Berikut yang diungkapkan oleh Syafirilla:

Karena amanat yang disampaikan melalui cerita relevan dengan

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan bagaimana cara

seorang perempuan memutuskan suatu pilihan untuk kehidupan masa

depannya. Yang pertama itu, seorang manusia itu dalam memilih,

dalam menjatuhkan pilihannya harus berserah diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa, kemudian juga kita itu berdoa meminta pertolongan

kepada Tuhan yang Maha Esa. Kemudian yang kedua itu kepada

orang tua harus berbakti seperti apa yang dilakukan Rukmini kepada

ayahnya. Terus yang ketiga berbakti kepada saudara yang lebih tua

karena yang dilakukan saudara yang lebih tua itu pastinya yang

terbaik untuk adik-adiknya. Kemudian yang keempat itu menepati janji

yang sudah diucapkan.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla memahami amanatnya dari cerita yang disampaikan itu

relevan dengan kehidupan sekarang. Amanat dari informan 2 terdiri atas:

Page 73: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

100

ketika memilih atau menjatuhkan pilihan harus berserah diri kepada Tuhan

dengan ters berdoa, harus berbakti kepada orang tua dan saudara tua, dan

yang terakhir harus menepati janji. Ulasan tentang amanat yang terakhir

dipaparkan oleh Veris Doni, menurutnya orang tua harusnya merestui dan

mendoakan yang terbaik atas jodoh yang dipilih oleh anaknya,bukan

memaksanya untuk menikah dengan orang yang tidak disukai anak nanti

akan menyebabkan anak itu membantah orang tuanya.

Berikut pemaparan dari Veris Doni:

Amanatnya kan pada jaman dahulu kan banyak raja-raja, raja-raja itu

kan kemungkinan sebagai pokok utama, siapa yang menentang pasti

aka nada sangsinya, ada hukumannya, walaupun yang melaksanakan

itu ya nggak enak hainya untuk melaksanakannya. Menurut saya

amanat ini ambil yang positifnya ajayang enaknya aja seumpama ini

kan perjodohan kiranya putinya sudah mempunyai calon ya sebagai

orang tua ya sebagai sesepuh cuma merestui dan mendoakannya saja

semoga putrinya mendapat jodoh ini dengan baik, berkeluarga dengan

baik, mendapat anak yang baik gitu aja kalu menerpkan seperti jaman

raja ya kemungkinan banyak nanti putri-putrinya tau anak-anaknya

itu akan apa maksudnya nggak suka sama orang tuanya, akan

membantah seperti itu kalau menurut saya. (Veris Doni L, 13 Mei

2016)

Veris Doni dinilai lebih memberikan masukan-masukan kepada

masyarakat dalam hubungan antara anak dan orang tua. Orang tua

dianggap sebagai sesepuh diharapkan mampu mendukung keinginan

baik anaknya, dan berdoa untuk kebahagiaan anak dengan apa yang

dipilih anaknya.

1.6 Kekompleksan Cerita

Hasil pengumpulan data melalui wawancara mengenai

kekompleksan cerita wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem dapat

disimpulkan bahwa 7 responden mengatakan bahwa cerita ini kompleks, 2

Page 74: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

101

responden mengatakan cerita ini sederhana, sedangkan 1 lainnya

mengatakan ceritanya rumit. Berikut tanggapan beberapa informan

mengenai kekompleksan cerita :

Kutipan pemaparan Kharisma:

Ini menarik sekali, kekompleksan dulu kan dia itu sangat kompleks

dari karya satra ini tokoh-tokohnya unik, tidak terduga alur

ceritanyaitu tidak di duga oleh pembaca. (Kharisma P, 13 April 2016)

Kharisma mengatakan cerita ini kompleks ditambah dengan tokoh-

tokoh yang unik, dan alur cerita yang tidak terduga. Senada dengan

Kharisma, Siti Amanah juga mengatakan bahwa cerita ini kompleks dilihat

dari babak-babak yang ada dalam ceritanya dengan kata lain alur cerita

tersebut.

Berikut tanggapan dari Siti Amanah:

Ya kompleks babak-babak ceritanya itu jelas. (Siti Amanah, 27

April 2016)

Sama seperti informan sebelumnya, Veris Doni juga menyatakan

cerita ini kompleks karena konflik yang diangkat terjadi sejak dimulainya

yaitu saat rencana perjodohan Rukmini dan Pandhita Drona, konfliknya

ketika Rukmini ingin menolak perjodohan tersebut karena tidak menyukai

pilihan orang tuanya.

Ada. Ceritanya ini agak rumit dan sekali membaca mungkin nilainya,

klimaksnya atau konfliknya itu nggak bisa kita ambil. Kalau sering-

sering membaca itu ada. Pertama dari pupuh pertama tadi ya

mungkin langsung ada antara Rukmini sama ayahnya yaitu Bismaka,

kan dicalonkan atau dijodohkan dengan ini tetapi Rukmininya nggak

mau karena pandhitanya sudah tua pikun. Kan itu sudah mulai ada

konflik, jadi intinya ini cerita cukup menarik cukup kompleks tetapi

Page 75: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

102

ada agak rumit kalau tidak sering-sering membaca. (Veris Doni L, 13

Mei 2016)

Ghonimatul juga mengungkapkan kekompleksan cerita karena

munculnya konflik-konflik lainnya disamping konflik utama dan untuk

bagian akhir cerita itu terselesaikan dengan baik.

Kutipan percakapan Ghonimatul:

Kalau menurut saya cerita ini kompleks mengapa? Konflik dalam

cerita tersebut, banyak konflik-konflik kecil yang muncul. Bagian akhir

ceritanya terselesaikan dengan baik sehingga menurut saya sangat

kompleks cerita tersebut. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Pandangan berbeda datang dari Anita yang menyatakan ceritanya

sederhana, namun sayangnya informan tidak mengulas lebih lanjut

alasannya mengapa cerita ini dikatakan sederhana.

Tanggapan Anita:

Ceritanya sederhana tapi tokoh-tokohnya sangat kompleks.(Anita

Retno M, 18 Mei 2015)

Sama seperti Anita, Purwanti juga mengatakan cerita ini sederhana

dengan menampilkan gambaran cerita dimana dalam cerita itu karakter

dalam tokoh dijelaskan dalam jalan ceritanya.

Berikut pendapat dari Purwanti:

Dalam cerita ini tergambar sangat sederhana dirangkum menyatu

dalam jalan cerita yang ada dengan karakter para tokoh yang

tergambar dalam kutipannya.(Purwanti, 15 April 2016)

Page 76: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

103

Dapat disimpulkan dari tanggapan-tanggapan di atas bahwa cerita

ini kompleks dari segi alur ceritanya dan konflik-konflik yang ada di

dalamnya.

1.7 Karakter

Hasil wawancara informan mengenai pemaparan karakter dalam

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem dapat dikatakan 7 informan

mengatakan jelas, 1 informan mengatakan tidak jelas, dan 2 informan

tidak dimintai pendapatnya tentang karakter, tentunya informan-informan

tersebut memberikan tanggapan-tanggapan yang berbeda. Berikut

tanggapan-tanggapan dari beberapa informan :

Kutipan pemaparan dari Syafirilla:

Karakter dari tokoh itu tidak dipaparkan secara jelas, namun di awal

cerita itu sudah dijelaskan bahwa Dewi Rukmini itu menikah, akan

dinikahkan dengan Pandhita Drona yaitu yang digambarkan secara

fisik yaitu pandhita tua seperti itu.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengatakan karakter tokoh tidak dipaparkan secara jelas,

namun masih ada pemaparan mengenai fisik tokoh di awal cerita. Berbeda

dengan Syafirilla, Kusuma mengatakan sebaliknya.

Berikut kutipan pernyataan Kusuma:

Kalau untuk karakter itu di karya sastra ini dijelaskan secara tersurat

tentang karakter tokoh yaitu di sebelum dimulainya adegan. Jadi itu

sudah dipaparkan secara jelas.(Kusuma W, 20 April 2016)

Page 77: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

104

Menurut Kusuma karya sastra ini memberikan pemaparan tokoh

yang jelas, informan menangkap karakter tokoh dari apa yang dilakukan

oleh tokoh dengan kata lain tindakan tokoh. Sama halnya dengan Nila,

Purwanti menganggap cerita ini tergambar sederhana dengan jalan cerita

yang menampilkan yang menampilkan karakter tokohnya secara jelas.

Berikut kutipan tanggapan dari Purwanti:

Dalam cerita ini tergambar sangat sederhana dirangkum menyatu

dalam jalan cerita yang ada dengan karakter para tokoh yang

tergambar dalam kutipannya. Misal : //Dyah Rukmini wanodya

linuwih/ lantip ing pasepmon/ limpat neggih graitane/ susila rum

prigel ing kardi/ wuwuse merak ati/ patitis ing tanduk//. Ya watak baik

dari Dewi Rukmini adalah wanita yang memiliki kelebihan,

kepandaian, dia itu cerdik sekaligus tanggap, limpat. (Purwanti, 15

April 2016)

Purwanti ini sangat baik dalam menangkap karakter tokoh salah

satunya dia memberi contoh karakter Dewi Rukmini yang tertulis dalam

cerita, seperti wanita yanag pandai, cerdik dan tanggap. Informan juga

menyatakan karakter tokoh terlihat secara jelas karena ada penjelasan

mengenai tokoh-tokoh dalam cerita sebelum dimulainya adegan.

Pendapat tentang karakter yang tergambar jelas juga datang dari

Ghonimatul Badriyah yang menyatakan karakter tokoh tercantum di dalam

cerita dan diperkuat oleh perilaku dan tindak tutur tokoh.

Tanggapan dari Ghonimatul B:

Dan juga karakter, karakter tokoh tercantumkan dengan jelas karena

didukung oleh perilaku dan tindak tutur tokoh, sehingga karakter

tokoh dapat terbaca dengan jelas. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Page 78: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

105

1.8 Tokoh

Hasil dari wawancara dengan informan mengenai tokoh dalam

cerita terdiri atas tokoh utama dan tokoh protagonis. Berikut hasil dari

wawancara mengenai siapa tokoh utama dan tokoh protagonis dalam cerita

wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem :

a. Tokoh Utama

1. Raden Narayana (Kresna)

2. Dewi Rukmini

3. Raden Narayana dan Dewi Rukmini

b. Tokoh Protagonis

1. Raden Arjuna (Janaka)

2. Dewi Rukmini

3. Raden Narayana

4. Prabu Bismaka

5. Prabu Baladewa

1.9 Aktualisasi tokoh utama

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang aktualisasi

tokoh utama, responden mengatakan ada aktualiasi dari tokoh utama.

Bentuk aktualisasinya beragam seperti yang disebutkan beberapa informan

di bawah ini :

Tanggapan Syafirilla:

Aktualisasi tokoh utama berupa Dewi Rukmini memberikan

pertanyaan kepada laki-laki yang ingin melamarnya itu berupa

pertanyaan sejatinya lanang dan sejatinya wadon. Tokoh utama itu

memberikan pertanyaan itu benar-benar serius seolah menanyakan

Page 79: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

106

visi dan misi untuk menjalani pernikahan seperti itu.(Syafirilla Sari M,

19 April 2016)

Menurut Syafirilla salah satu bentuk aktualisasi tokoh utama yang

dilakukan oleh Dewi Rukmini adalah adanya syarat berupa pertanyaan

yang diajukannya, ini menunjukkan bahwa tokoh utama tidak serta merta

menerima perjododohan yang dilakukan oleh orang tuanya tetapi dia juga

ingin melihat bibit, bebet, dan bobot calonnya. Pertanyaan yang diajukan

seolah merujuk pada visi dan misi seorang laki-laki yang akan dijodohkan

dengannya, hal ini juga dapat dipai untuk melihat keseriusan pasangan.

Sama halnya dengan Syafirilla, Kusuma juga menyatakan bentuk

aktualisasi tokoh utama yaitu Rukmini adalah memberikan syarat berupa

pertanyaan yang sulit dijawab.

Kutipan jawaban Kusuma:

Ada yaitu kan Rukmini tokoh utamanya, dia itukan mau djodohkan

tapi dia tidak tinggal diam untuk pasrah dijodohkan maka dia itu

memberikan syarat yaitu pertanyaan itu yang sulit dijawab oleh laki-

laki yang ingin menjadi suaminya itu,(Kusuma W, 20 April 2016)

Bentuk aktualisasi Rukmini menurut Kusuma adalah karena dia

ingin menolak perjodohan ia memberikan pertanyaan yang sulik dijawab

oleh mempelai laki-laki.

Pandangan lain datang dari Purwanti yang menyatakan salah satu

bentuk aktualisasi tetapi bukan yang dilakukan tokoh melainkan apa yang

harus dilakukan tokoh. Purwanti salah satu bentuk aktualisasai yang harus

dilakukan tokoh dalam hal ini adalah Dewi Rukmini yaitu dengan

Page 80: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

107

mengikuti ajaran atau nasehat yang disampaikan Narayana untuk

melakukan kegiatan yang baik.

Berikut kutipan pernyataan Purwanti:

Aktualisasi dalam serat ini tergambar jelas bahwa seorang perempuan

yang dalam hal ini Dewi Rukmini seharusnya melakukan kegiatan

atau apapun yang baik sebagai seorang wanita melalui ajaran atau

nasehat-nasehat dari Narayana atau Kresna. (Purwanti, 15 April

2016)

Tanggapan yang senada dilontarkan oleh Binti dan Ghonimatul

yang menyatakan bahwa tokoh utama itu bisa mencari solusi dari masalah

yang dihadapinya.

Berikut tanggapan dari Binti:

Ya ada. Tokoh utama itu kan dia punya masalah bisa mencari solusi

untuk memecahkan masalahnya itu. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Binti hanya menanggapi secara singkat bahwa tokoh utama

memiliki masalah dan dapat menemukan solusi dari masalahnya. Pendapat

lebih detail disampaikan oleh Ghonimatul.

Berikut ini pendapat dari Ghonimatul:

Ya mampu dari awal hingga akhir ceritanya tergambarkan dengan

baik dan kiprah tokoh utama tersebut menjadi sebuah jalinan alur

yang sangat baik. Bentuk aktualisasi tokoh utama menurut saya itu,

memutuskan persoalan dalam hidup, nah itu tercermin dalam cerita,

yang kedua adalah cara untuk menghadapi konflik yang mengampiri

tokoh utama tersebut itu sangat baik. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Ghonimatul menunjukkan bahwa dari awal sampai akhir cerita

tokoh utama mampu menunjukkan kiprahnya. Beberapa bentuk aktualisasi

Page 81: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

108

yang dilakukan tokoh utama antara lain cara tokoh utama dalam

memutuskan persoalan yang dihadapinya dan cara tokoh utama tersebut

menghadapi konflik yang terjadi.

1.10 Keterlibatan Emosi Pembaca

Hasil wawancara informan mengenai keterlibatan emosi ketika

membaca karya sastra menunjukkan 6 informan mengatakan terbawa

suasana ketika membaca, 3 informan mengatakan tidak bisa merasakan

keterlibatan emosi ketika membaca, dan 1 informan tidak berpendapat

tentang keterlibatan emosi ini. Berikut tanggapan-tanggapan informan

mengenai keterlibatan emosi ketika membaca karya sastra Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem:

Kutipan tanggapan Purwanti tentang kererlibatan emosi:

Dan karya satra ini melibatkan emosi pembaca yaitu dengan adanya

diksi yang dirangkum pengarang dalam naskah yang begitu elok dan

bermakna sesuai dengan horizon harapan pembaca dengan makna

yang mudah dipahami karena kata-katanya memang arkais tetapi

sudah lazim didunakan dalam karya sastra jawa. (Purwanti, 15 April

2016)

Menurut Purwanti karya sastra ini melibatkan emosi pembaca

degan diksi yang digunakan pengarang melalui kata-kata arkais (bahasa

sastra) yang sudah lazim digunakan dalam karya sastra seperti ini. Berbeda

dengan sebelumya 3 informan lain Siti Amanah, Nila Purwani, dan Binti

Nur K tidak merasakan adanya keterlibatan emosi ketika membaca.

Tanggapan Siti Amanah:

Nggak.(Siti Amanah, 27 April 2016)

Page 82: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

109

Singkat sekali yang dilontarkan oleh Siti Amanah bahwa informan

sama sekali tidak merasakan keterlibatan emosi ketika membaa karya

sastra ini.

Kutipan penjelasan dari Nila:

Sebenarnya cukukup menarik Cuma mungkin karena kendala bahasa

saya kurang memahami dalam hal itu jadi ya cukup sulit juga tetapi

menarik juga untuk dibahas. (Nila Purwani, 20 April 2016)

Menurut Nila karya sastra ini sebenarnya cukup menarik tetapi

karena informan terkendala pemahaman bahasa belum bisa menikmati alur

cerita yang disampaikan. Binti belum merasa belum terlalu terbawa emosi

ketika membaca karena menurutnya pengemasan karya sastra ini sulit

untuk dipahami.

Tanggapan dari Binti:

Sejauh ini belum terlalu itu mbak, soalnya cara pengemasan dari

karya sastra itu masih sulit untuk dipahami jadi ya belum bisa

terbawa. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Tanggapan lainnya datang dari Kusuma, Anita Retno , dan

Ghonimatul yang merasakan adanya keterlibatan emosi ketika membaca

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Berikut ini tanggapan dari Kusuma:

Ya saya terbawa perasaan saat itu, si Narayana atau Kresna itu,

seolah-olah saya itu kalau melihat hal yang seperti itu saya juga ingin

melakukan seperti Narayana, melihat wanita yang cantik pintar tapi

kok dijodohkan sama orang tua yang dia itu nggak dicintai oleh

Rukmini gitu lho. Terus saya mikirnya kaya merasa ingin sekali, saya

itu seperti Narayana ya saya akan menjadi seperti dia, apa yang dia

lakukan. (Kusuma W, 20 April 2016)

Page 83: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

110

Kusuma merasakan terbawa emosi dengan tindakan-tindakan

Narayana untuk menolong Dewi Rukmini, sebagai seorang laki-laki

Kusuma juga akan melakukan hal yang sama jika melihat keadaan yang

menimpa Rukmini. Seperti Kusuma, Anita juga merasakan keterlibatan

emosi tetapi bukan kepada tindakan satu orang tokoh melainkan segala

rasa seperti marah, sedih, kecewa, semuanya.

Kutipan tanggapan Anita

Iya saya ikut merasakan alurnya, seperti rasa sebal, kecewa, marah,

sedih, campur aduk pokoknya. (Anita Retno M, 18 Mei 2016)

Ghonimatul juga merasakan emosi ketika menurutnya karena cerita

yang kompleks dan jalan ceritanya juga sulit ditebak serta kepiawaian

pengarang dalam mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

adegan cerita.

Kutipan tanggapan dari Ghonimatul:

Ya ikut terbawa ke dalam suasana karena cerita jawa itukan memang

sangat kompleks juga susah ditebak juga alurnya. Dan dalam cerita

tersebut pengarang itu sangat piawai dalam mendeskripsikan rentang

peristiwa yang terjadi dan penggambarannya juga seperti kejadian

aslinya seperti itu. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Pada intinya dapat diimpulkan bahwa cerita wayang Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem ini mampu membuat pembaca terbawa suasana

yang digambarkan dengan diksi yang digunakan dan kepiawaian

pengarang dalam mengatur jalan ceritanya.

Page 84: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

111

1.11 Makna

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 informan mengenai

pemahaman menangkap unsur makna yang ada dalam karya sastra Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem dapat disajikan data 3 informan

mengatakan mudah untuk menangkap makna dalam karya sastra, 4

informan mengatakan sulit untuk menangkap makna karya sastra, dan 3

informan tidak dimintai keterangan mengenai makna. Berbagai pendapat

muncul tentang makna yang terdapat dapam karya sastra Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem. Berikut beberapa tanggapan dari informan

mengenai unsur makna:

Tanggapan Syafirilla:

Makna yang terkandung itu agak susah, bukan tidak ada tapi agak

susah. Karena saya baru memahami setelah beberapa kali

membaca.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengungkapakan untuk mendapatkan atau menangkap

makna yang terkandung dalam karya sastra Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem ini susah karena untuk memahaminya informan perlu

berkali-kali membaca. Begitu pula yang di ungkapkan oleh Siti amanah.

Berikut tanggapan dari Siti amanah:

Nggak. Harus baca berulang-ulang. Cuma satu kali makanya nggak

paham. (Siti Amanah, 27 April 2016)

Page 85: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

112

Siti Amanah merasa perlu berulang kali membaca akan tetapi

karena hanya satu kali membaca informan tidak bisa menangkap makna

yang terkandung di dalam karya sastra ini.

Pendapat di atas berbanding terbalik dengan pendapat Purwanti

yang mengutarakan pembaca akan sangat mudah menangkap makna serat

ini berupa karya sastra bertemakan percintaan dengan ajaran yang bagus.

Untuk ajarannya sendiri lebih merujuk pada sejatining lanang dan

sejatining wadon.

Kutipan tanggapan dari Purwanti:

Pembaca itu mudah menangkap makna bahwasannya serat ini

bertemakan percintaan dengan suatu ajaran yang bagus.(Purwanti, 15

April 2016)

Begitupun Kusuma juga mengatakan bahwa makna dalam karya

sastra ini mudah dipahami karena kata-kata ajarannya jelas tercantum di

dalam karya sastra.

Kutipan:

Ya ini maknanya dapat kita jumpai dengan cukup mudah karena kata-

kata yang terdapa tdi dalamnya maksudnya wejangan-wejangan ada

dalam karya sastra ini.(Kusuma W, 20 April 2016)

Ghonimatul mengatakan untuk memahami makna dalam karya

sastra ini setidaknya memerlukan 2 kali membaca namun jika membaca

terjemahannya langsung bisa menangkap maknanya.

Page 86: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

113

Berikut tanggapan dari Ghonimatul :

Secara sepintas utamanya dalam bahasa kunanya itu saya perlu baca

mungkin 2 kali baru menangkap maknanya karena membutuhkan

pemikiran yang lebih daripada terjemahannya, kalau terjemahannya

langsung bisa dipahami.(Ghonimatul B, 19 April 2016)

1.12 Imajinasi

Hasil wawancara dengan informan mengenai unsur imajinasi

dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem, diperoleh data

7 informan mengtakan karya sastra ini memiliki imajinasi yang tinggi, 1

informan bingung akan tingkat imajinasinya, dan 2 informan tidak

memberikan komentar tetang unsur imajinasi. Berikut beberapa tanggapan

informan mengenai unsur imajinasi dalam Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem:

Kutipan pernyataan Syafirilla:

Karya sastra ini memiliki imajinasi yang tinggi? Menurut saya iya.

Karena cerita pewayangan atau cerita wayang terkesan sebagai cerita

yang imajinatif dibuktikan dalam karya sastra ini yaitu dengan

bertemunya manusia dengan dewa atau raksasa.(Syafirilla Sari m, 19

April 2016)

Syafirilla menangkap kesan yang ada pada masyarakat

bahwasannya karya sastra dalam bentuk cerita wayang selalu imajinatif,

misalnya bertemunya manusia dengan deta atau rakasasa. Syafirilla

mampu menunjukkan contoh bentuk imajinasi yang menurutnya tidak

mungkin terjadi di dunia nyata.

Page 87: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

114

Tanggapan Siti Amanah:

Imajinasinya cukup tinggi pada umumnya wayang banyak dewa terus

raksasa, hal-hal yang tidak ada dalam kehidupan nyata.(Siti Amanah,

27 April 2016)

Purwanti juga mengatakan karya sastra ini menggunakan imajinasi

yang tinggi. Informan juga memaparkan fungsi dan dampak digunakannya

imajinasi yang tingi dalam karya sastra diantara dengan imajinasi yang

diungkapkan dengan bahasa yang luwes memudahkan pembaca untuk

menangkap hal lain dalam karya sastra seperti tema dan ajarannya.

Berikut ini kutipan tanggapan dari Purwanti:

Dengan imajinasi yang tergolong tinggi sih, karena memang imaji

yang apik itu dengan bahasa yang luwes sehingga pembaca itu mudah

menangkap makna bahwasannya serat ini bertemakan percintaan

dengan suatu ajaran yang bagus.(Purwanti, 15 April 2016)

Kusuma memberikan alasan lain yang lebih merujuk pada salah

satu tokoh penting dalam karya sastra. Tokoh yang dimaksud adalah

Narayana yang mampu merubah wujudnya menjadi raksasa. Sama seperti

Syafirilla, Kusuma juga dianggap mampu menunjukkan hal-hal imajinatif

yang menurutnya menarik dan tidak masuk akal di dunia nyata.

Berikut pemaparan Kusuma:

Ya imajinasinya tinggi, soalnya ada imajinasi yang tidak masuk akal

contohnya Narayana saat dia itu merubah dirinya menjadi raksasa, itu

kan kalau di kehidupan nyata tidak ada. Jadi tingkat imajinasina ya

cukup tinggi di sini.(Kusuma W, 20 April 2016)

Page 88: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

115

Tanggapan selanjutnya dari informan Ghonimatul:

Selanjutnya dari segi imajinasi, menurut saya cerita ini memiliki

imajinasi yang sangat tinggi. Mengapa? Karena banyak kejadian

dalam cerita itu mempergunakan setting kerajaan sehingga kita juga

ikut berimajinasi bagaimana keadaan kerajaan jaman dahulu dan

pertikaian, peperangan jaman dahulu seperti itu. (Ghonimatul B, 19

April 2016)

Tanggapan lainnya dari Ghonimatul ini lebih menitikberatkan

pada setting yang dipaparkan dalam karya sastra. Informan menunjukkan

bahwa setting kerajaan yang diangkat dalam cerita mampu membuat

pembaca membayangkan bagaimana kehidupan jaman kerajaan termasuk

juga pertikaian dan peperangan antar kerajaan yang pada masa ini sudah

tidak ada lagi masa itu. Ghonimatul ini secara tidak langsung

mengungkapkan fungsi social dari penggunaan imajinasi dalam suatu

karya sastra.

Lain halnya dengan Binti yang mengutarakan karena bentuknya

berupa cerita pewayangan sudah pasti banyak hal-hal di luar nalar atau

tidak mungkin terjadi di kehidupan sehari-hari, tetapi apa yang

disampaikan dalam wayang memiliki filosofi-filosofi sebagai gambaran

atau pengibaratan dari tingkah laku manusia di kehidupan sehari-hari.

Tanggapan Binti Nur K:

Cukup imajinatif karena ini kan cerita wayang, dan disitu banyak hal-

hal yang terkadang dalam kehidupan sehari-hari itu itu diluar nalar

tapi kan yang namanya wayang pasti disitu ada filosofinya tidak secra

langsung diungkapkan seperti itu.(Binti Nur K, 27 April 2016)

Page 89: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

116

Menyangkut unsur imajinasi dalam Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem, Nila mengungkapkan bahwa untuk membayngkan

imajinasi dalam karya sastra ini tidak rumit tetapi juga tidak sederhana,

tetapi dapat dipahami lewat alur ceritanya. Pembaca mengungkapkan

ketika membaca langsung bisa mengimajinasikan gambaran konflik yang

diangkat.

Kutipan pernyataan Nila:

Kalau menurut saya kalau terlalu rumit untuk membayangkan itu juga

tidak tetapi ya sederhana tapi mudah untuk dipahami alur ceritanya

juga pada saat saya membaca Serat Kresna Kembang ini saya

langsung bisa mengimajinasi bagaimana gambaran kejadian

konfliknya seperti itu. (Nila Purwani, 20 April 2016)

Nila Purwani ini menurut penulis tidak dapat menentukan tingkat

imajinasi dalam karya sastra ini namun secara langsung informan hampir

sependapat dengan Ghonimatul yang bisa mengimajinasikan konflik-

konflik yang terjadi di dalam karya sastra.

1.13 Ironi

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui

tentang unsur ironi dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem. 6 informan mengatakan ada unsur ironi dalam karya sastra ini, 1

informan mengatakan ironinya biasa saja, dan 3 lainnya tidak menanggapi

unsur ironi. Berikut beberapa tanggapan informan mengenai unsur ironi:

Tanggapan dari Kharisma:

Page 90: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

117

Biasanya kan kalau karya satra cuma monoton-monoton aja tapi

kalau ini itu sasya sudah menebak jalan ceritanya akan tetapi tuh

ternyata beda gitu lho. Ironinya sangat tinggi terus intensitas ironinya

tinggi juga.(Kharisma P, 13 April 2016)

Menurut Kharisma unsur ironi dalam karya sastra ini memiliki

intensitas yang tinggi alasannya karena informan sebagai pembaca saat

membaca karya sastra membayangkan jalan ceritanya seperti apa,

nyatanya jalan cerita yang disampaikan berbeda dengan apa yang

dibayangkan informan sebelumnya.

Pendapat informan satu tentang adanya unsur ironi dalam karya

sastra ini juga disetujui Syafirilla, akan tetapi Syafirilla memberikan

contoh konkrit bagian yang tidak terduga olehnya.

Berikut pemaparan dari Syafirilla:

Kemudian ironi, naskah ini mengandung unsur ironi. Ada

pemikiran bahawa akhir cerita Rukmini menikah dengan Janaka,

tetapi ternyata Narayana yang saya pikir itu sudah meninggal itu

kemudian hidup lagi dan bisa menikah dengan Rukmini.(Syafirilla

Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengatakan bahwa ada unsur ironi ketika membaca

karya sastra ini. Sebelumnya infororman menyangka Rukmini akan

menikah dengan Arjuna setelah Arjuna membunuh Narayana, nyatanya

Narayana masih hidup dan kemudian menikahi Rukmini. Bisa ditangkap

bahwa Syafirilla jeli dalam memberikan informasi kepada penulis, hal ini

Page 91: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

118

terlihat dari informan mampu memberikan contoh bagian yang

menurutnya menunjukkan unsur ironi seperti apa yang diminta penulis.

Beberapa informan lain juga memberikan contoh bagian atau

adegan yang tidak terduga saat membaca, salah satunya adalah Siti

Amanah. Siti Amanah menduga setelah Narayana menculik Dewi

Rukmini cerita itu akan berakhir ternyata masih ada konflik lain diman ada

keterlibatan Arjuna di dalamnya.

Kutipan penyataan Siti Amanah:

Ya ada. Saat Narayana menculik itu saya kira udah, terus hidup,

ternyata masih ada keterlibatan Arjuna dalam karya sastra.

Sedang.(Siti Amanah, 27 April 2016)

Contoh lain juga diungkapkan Binti:

Ada semacam hal-hal yang tidak terduga kayak si Kresna padahal

biasanya happy ending menurut saya tpi ternyata dia malah terbunuh

oleh Arjuna. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Contoh ironi atau hal yang tidak terduga dialami oleh informan 6

ketika informan merasa cerita itu berakhir bahagia begitu saja ternyata ada

babak baru dimana Kresna malah terbunuh oleh Arjuna.

Kesan lain tentang ironi disampaikan oleh Ghonimatul:

Ironi dalam sebuah cerita, cerita Kresna Kembang ini sangat bagus

dan tidak mudah ditebak sehingga kita kalau membaca itu pengen

lanjut dan lanjut terus, nah itu bagaimana akhirnya seperti itu.

Intensitas ironi menurut saya tinggi karena dilihat dari kekompleksan

cerita alurnya itu membuat ceritanya sulit ditebak. (Ghonimatul B, 19

April 2016)

Page 92: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

119

Menurut Ghonimatul ironi dalam cerita ini sangat bagus, karena

cerita yang tidak mudah ditebak membuat pembaca semakin penasaran

dengan akhir ceritanya, dan rasa penasaran itu menuntun pembaca untuk

terus lanjut membaca sampai akhir. Tanggapan berbeda datang dari

Purwanti yang menyatakan unsur ironi dalam karya sastra ini biasa saja.

Berikut tanggapannya:

Akan tetapi naskah ini mungkin unsur ironinya biasa saja karena

Kresna Kembang Waosan Pakem ini sama jalan ceritanya dengan

pertunjukan wayang yang sering berjudul Narayana dadi Ratu. Dan

teks ini sangat popular sehingga tidak hanya tersimpan dalam satu

tempat saja tetapi beberapa tempat dengan koleksi naskah lebih dari

satu eksemplar.(Purwanti, 15 April 2016)

Purwanti menganggap unsur ironi dalam naskah ini bisa saja

karena setelah membaca informan tidak asing dengan ceritanya. Jalan

cerita dari Serat Kresna Kembang waosan Pakem ini mirip dengan lakon

pertunjukkan wayang yang pernah ditontonnya dengan judul Narayana

Dadi Ratu.

1.14 Ketegangan Cerita

Hasil pengumpulan data melalui wawancara terhadap 10 responden

mengenai unsur keteganyan cerita dapat diperoleh beberapa pendapat dari

informan sebagai berikut:

Kutipan pendapat Kharisma:

Untuk ketegangan ya lumayan tegang soalnya kan awalnya sedikit

tidak tertarikakan tetapi waktu mulai pembahasan mengenai perang-

perang itu mengangkat saya untuk wow ternyata ceritanya bagus juga

gitu.(Kharisma P, 13 April 2016)

Page 93: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

120

Kharisma menganggap karya sastra ini memiliki ketegangan cerita

yang lumayan baik. Sebelumnya informan kurang tertarik pada karya

sastra dalam bentuk seperti ini namun setelah membaca dan melihat

adegan-adegan peperangan yang membuatnya merasakan ketegangan

cerita, informan lantas menganggap bahwa cerita ini menarik.

Informan selanjutnya adalah Syafirilla. Berikut kutipan tanggapan

Syafirilla:

Kemudian ketegangan cerita, menurut saya cerita ini cukup

menegangkan tetapi berhubung dengan cerita yang menggunakan

bahasa lama, ejaan lama itu jadi sedikit mengurangi ketegangan

dalam naskah karena perlu berpikir juga gitu untuk

menikmatinya.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengutarakan bahwa sebenarnya cerita ini menegangkan

hanya saja karena kendala bahasa yang menggunakan bahasa lama

membuat informan berpikir lebih keras untuk memahami dan berefek pada

kurang bisa untuk menikmati ketengangan dari cerita. Informan lain yang

mengatakan bahwa cerita ini memiliki unsur ketegangan cerita yang kuat

adalah Ghonimatul, berikut komentar dari Ghonimatul:

Kutipan:

Selanjutnya dari segi ketegangan cerita menurut saya cerita memiliki

ketegangan cerita yang kuat. Mengapa? Karena ada proses

peperangan juga antara dua kerajaan seperti itu, nah itu menambah

gentingnya peristiwa. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Page 94: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

121

Menurut Ghonimatul ketegangan cerita dalam karya sastra ini

diperkuat dengan adanya peperangan antara kerajaan. Ghonimatul lebih

terkesan merasakan ketengangan cerita melalui adegan yang ditampilkan.

Berbeda pendapat dengan informan sebelumnya Purwanti dan Binti

mengutarakan ketegangan cerita ini biasa saja.

Berikut tanggapan dari Purwantii:

Kalau untuk ketegangan ceritanya biasa aja sih karena memang

budaya jawa itu sejak jaman dulu di kenal dengan budaya yang gitu-

gitu aja, sudah ditata sedemikian rupa sehingga kalau ada perubahan

itu dari masa ke masa tidak terlalu signifikan begitu.(Purwanti, 15

April 2016)

Purwanti memandang ketengangan cerita ini biasa saja alasannya

karena informan melihat bahwa yang terjadi dalam cerita sudah umum ada

di dalam budaya Jawa dimana ia berada, informan juga merelevansikan

bahwa ada perubahan di dalamnya tetapi tidak signifikan atau masih

diterima oleh masyarakat. Walaupun berpendapat sama dengan Purwanti,

Binti mengutarakan alasan yang berbeda, ketegangan cerita ini tidak

terlalu bisa dirasakan karena informan kurang bisa memahami karya sastra

ini dari berbagai aspek.

Tanggapan dari Binti:

Ketegangan cerita ya biasa aja mbk karena kurang paham tadi, masih

sulit untuk memahami. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Page 95: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

122

1.15 Norma Penilaian Responden terhadap Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem Secara Keseluruhan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara diperoleh

penilaian secara keseluruhan oleh pembaca Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem. Hanya ada satu informan yang tidak menanggapi

keselurah dari karya sastra ini yaitu informan 1. Dari semua informan

dapat diambil beberapa parameter yang membuat karya sastra Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem ini bagus, menarik, dan unik sampai

perlu untuk dilestarikan. Berikut parameter yang dapat diambil :

1. Imajinasi. Contohnya pengambaran pertemuan manusia dengan

dewa maupun dengan raksasa yang tidak ada dalam dunia

nyata.

Kutipan:

Cerita pewayangan atau cerita wayang terkesan sebagai cerita

yang imajinatif dibuktikan dalam karya sastra ini yaitu dengan

bertemunya manusia dengan dewa atau raksasa. (Syafirilla

Sari M, 19 April 2016)

2. Amanat yang bermanfaat, seperti yang disampaikan Syafirilla:

Kutipan:

Amanat dalam pewayangan sangat mendidik dan

bermanfaat dalam kehidupan nyata.(Syafirilla Sari M, 19

April 2016)

3. Tokoh utama yang tidak terduga seperti yang diungkapkan Siti

amanah.

Page 96: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

123

Kutipan:

tidak terduga tokoh utamanya bisa jadi apa-apa.(Siti

Amanah, 27 April 2016)

4. Tema percintaan yang kental akan konflik dan relevan dengan

kehidupan sekarang. Seperti dalam kutipan berikut:

kisah percintaan itu kalau di jawa kental akan konflik.(Nila

Purwani, 15 April 2016)

5. Diksi yang digunakan, seperti yang diungkapkan oleh Purwanti

Kutipan:

adanya diksi yang dirangkum pengarang dalam naskah

yang begitu elok dan bermakna (Purwanti, 15 April 2016)

6. Ajaran-ajaran moral atau nilai-nilai yang disampaikan.

Berikut kutipannya:

banyak muatan-muatan atau nasehat-nasehat yang ada di

dalamnya.(Anita Retno M, 18 Mei 2016 )

7. Kisah yang disampaikan bagus untuk diterapkan dalam sebuah

pertunjukan, seperti yang diungkapkan Veris Doni berikut ini:

Kutipan:

cerita sangat bagus atau maksudnya kisah yang bagus

seumpama ini diterapkan kepada suatu teater atau suatu

kethoprak (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

8. Setting yang diambil pada jaman kerajaan dan konfliknya pada

jaman dulu, seperti pernyataan Ghonimayul berikut ini:

Page 97: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

124

Kutipan:

dari segi setting ini mengambil setting kerajaan, sehingga

ini dapat mengimajinasi pembaca mengenai kerajaan-

kerajaan jaman dahulu dan juga(Ghonimatu B, 19 April

2016)

Berikut ini tanggapan 9 informan tentang Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem yang telah dibacanya :

Kutipan tanggapan dari Syafirilla:

Kalau menurut saya secara keseluruhan Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem bagus ya, dengan parameter unsur imajinatif dalam

cerita wayang membuat kita itu harus mampu menyerap makna dan

amanat dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian untuk alasannya

sendiri karena amanat dalam pewayangan sangat mendidik dan

bermanfaat dalam kehidupan nyata. (Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla menganggap cerita ini bagus dengan parameter unsur

imajinasi yang membuat pembaca menyerap makna dan amanat yang

dapat diterapkan dalam kehidup sehari-hari. Amanat dalam karya sastra ini

dianggap sangat mendidik dan bermanfaat. Tanggapan lain datang dari

dari Siti Amanah yang menganggap karya sastra ini unik, tokohnya tidak

terduga dan bisa berubah ke bentuk lain.

Komentar Siti Amanah sebagai berikut :

Ya unik sih bagus, tidak terduga tokoh utamanya bisa jadi apa-apa.

(Siti Amanah, 27 April 2016)

Selanjutnya pendapat lain datang dari Purwanti, berikut ini :

Ya menarik karena kisah percintaan itu kalau di jawa kental akan

konflik seperti misalnya dua orang yang saling jatuh cinta tetapi tidak

bisa disatukan di dunia tetapi konon katanya bersatu di akherat

ataupun ini yang awalnya tidak mempunyai keinginan untuk memadu

Page 98: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

125

cinta atau memadu kasih dengan seseorang tetapi pada akhirnya

karena memang kuasa Tuhan mereka bisa saling menyatu dalam

kehidupan sehari-hari. (Purwanti, 15 April 2016)

Berdasarkan apa yang diungkapkan Purwanti, karya sastra ini

menarik dari segi tema percintaan yang kentah akan konflik. Contoh kisah

percintaan yang menarik menurutnya seperti kisah dua orang yang saling

jatuh cinta tetapi tidak dapat bersatu di dunia kemudian bersatu di akherat,

kisah lainnya seorang yang tidak berkeinginan menjalin cinta malah jatuh

cinta karena itu sudah takdir Tuhan. Senada dengan Purwanti , Anita juga

mengutarakan karya sastra ini bagus karena tema yang diangkat. Tema itu

mengajarkan pembaca tentang kehidupan percintaan dengan nasehat-

nasehat yang ada di dalamnya.

Kutipan tanggapan dari Purwanti:

Secara keseluruhan bagus, karena mengajarkan kita kehidupan

percintaan itu, seperti apa kehidupan asmara itu utamanya, banyak

muatan-muatan atau nasehat-nasehat yang ada di dalamnya. (Anita

Retno M, 18 Mei 2016)

Tanggapan berbeda datang dari Nila Purwani. Berikut tanggapan yang

diberikan oleh Nila:

Kalau menurut saya, Karya sastra Kresna Kembang ini bagus ya. Itu

bisa dilihat dari kalau untuk yang aslinya itu dari diksi yang dipakai

dengan berbagai metrum yang telah dipakemkan, kemudian alasannya

alurnya cukup mudah sehingga mudah pula untuk dipahami. (Nila

Purwani, 20 April 2016)

Page 99: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

126

Menurut Nila, karya sastra ini dinilai bagus dilihat dari diksi yang

digunakan dengan berbagai metrum di dalamnya, selain itu alur yang

mudah dipahami menjadi nilai tersendiri dari karya sastra ini. Hampir

sama dengan Purwanti dan Nila, Ghonimatul juga menggunakan tema,

alur, dan seting sebagai parameter untuk karya sastra ini dinyatakan bagus.

Berikut pemaparan dari Ghonimatul:

Menurut saya secara keseluruhan cerita tersebut bagus. Mengapa?

Karena dilihat dari segi alur nah alurnya itu sangat kompleks dari

awal sampai akhir. Dari segi tema itu sesuai dengan kehidupan

sekarang, dan juga dilihat dari segi setting ini mengambil setting

kerajaan, sehingga ini dapat mengimajinasi pembaca mengenai

kerajaan-kerajaan jaman dahulu dan juga kejadian-kejadian konflik

pada jaman dahulu. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Ghonimatul memberikan pemaparan parameter berdasarkan alur

yang kompleks dari awal sampai akhir cerita, tema yang diangkat juga

relevan dengan kehidupan sekarang, dan dari segi setting karena

mengambil latar belakang kehidupan kerajaan dan juga konflik-konflik

pada jaman dulu membuat pembaca berimajinasi tentang kehidupan

kerajaan pada jaman dulu.

Tanggapan berikutnya dari Binti, berdasrkan pada nilai yang

disampaikan. Untuk nilai-nilainya tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Binti.

Berikut ini adalah tanggapan dari Binti Nur K:

Secara keseluruhan ya cukup bagus karena nilai yang disampaikan itu

juga. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Tanggapan yang menyatakan karya sastra ini bagus juga datang

dari Kusuma. Menurut pendapatnya malah sangat bagus.

Page 100: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

127

Berikut penjelasan Kusuma :

Sangat bagus ya karya sastra ini contohnya kan Kresna Kembang ini

bagus karena di dalamnya itu terdapat ajaran-ajaran moral, amanat-

amanatnya itu bagus, juga terdapat ajaran-ajaran adiluhung di

dalamnya seperti itu. Jadi menurut saya ini adalah karya sastra yang

sangat bagus.(Kusuma W, 20 April 2016 )

Karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini sangat

bagus karena didalamnya terdapat ajaran-ajaran moral atau amanat-amanat

yang adiluhung. Penjelasan yang sangat berbeda dengan yang lain

diungkapkan oleh Veris Doni, menurutnya cerita ini atau kisah ini bagus

jika diterapkan kepada suatu pertunjukkan seperti teater atau kethoprak

penonton akan lebih mudah mengambil amanat atau pesan yang

disampaikan dalam karya sastra.

Di bawah ini adalah tanggapan Veris Doni:

Perlu ini cerita sangat bagus atau maksudnya kisah yang bagus.

Seumpama ini diterapkan kepada suatu teater atau suatu kethoprak

yang serng kali kita jumpai jumpai pada masyarakat jawa kan

kethoprak , itu diterapkan ke kethoprak ditampilkan kan penontonnya

mengetahui, oh harusnya gini,gini,gini. Kan bisa mengambil

amanatnya sendiri, bisa mengambil oh ya harusnya kan ceritanya gini

gini gini. Kemudian konflik-konfliknya, harusnya seorang istri itu

harus bisa begini, seorang suami harus seperti ini. Ya bagus itu kalau

diterapkan sebagai tampilan ke masyarakat. (Veris Doni L, 13 Mei

2016)

Veris mengatakan ajaran dalam cerita ini dapat jika diterapkan

dalam sebuah pertunjukan dan ditampilkan pada masyarakat, masyarakat

akan menilai sendiri bagaimana berperilaku sebagai suami istri yang

seharusnya.

Berdasarkan pada data-data di atas dapat diperoleh gambaran kemampuan

pembaca atau informan dalam menangkap unsur-unsur intensitas penghayatan

Page 101: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

128

karya sastra. Lewat penelitian ini dapat diketahui bahwa mahasiswa sastra daerah

angkatan 2012 dan 2013 mampu menangkap unsur-unsur yang terkandung dalam

karya sastra dan merelevansikannya dalam kehidupan nyata. Mahasiswa Sastra

Daerah angkatan 2012 dan 2013 juga dapat dikategorikan sebagai pemabaca yang

memiliki nilai penghayatan dan pemahaman intensitas baik.

B. Pembahasan

1. Struktur Serat Kresna Kembang Waosan Pakem berdasarkan

Teori Sruktural Roman Ingarden

Berdasarkan apa yang ditemukan penulis mengenai struktur

berdasarkan Terori Roman Ingarden yang terdiri atas: lapis bunyi, lapis arti,

lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis dalam Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem, terdapat semua unsur itu di dalamnya. Unsur-unsur yang ada

menunjukkan bahwa karya sastra ini mampu memenuhi norma-norma puisi

berdasarkan teori Roman Ingarden. Kelengkapan struktur ini menunjukkan

bahwa karya sastra ini bagus.

Struktur-strukur itu juga menunjukkan berbagai macam informasi

bahasa kepada pembaca misal lapis bunyi menunjukkan penggunaan asonansi

dalam karya sastra, lapis arti menunjukkan maksud dari karya sastra, lapis

objek menunjukkan unsur-unsur instrinsik seperti tokoh dan latar, lapis dunia

menunjukkan sisi imajinasi dan penggambaran dunia pengarang, serta lapis

metafisis menunjukkan renungan atau ajaran yang dapat diambil.

Page 102: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

129

Pada lapis bunyi penggunaan asonansi ataupun aliterasi maupun

konversi (tata aturan penulisan) memberikan nilai estetika, memperjelas

sesuatu, dan juga ciri tersendiri sebuah karya sastra. Berikut contoh lapis

bunyi yang ada dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem:

Kutipan:

/ wus pinacang sang rêtna / nênggih dhaupipun /kalawan

Pandhita Drona/ (pupuh Dhandhanggula, bait ke-2)

Terjemahan:

sudah dijodohkan sang wanita cantik yaitu pernikahannya dengan

Pandhita Drona (pupuh Dhandhanggula, bait ke-2)

Baris di atas menunjukkan asonansi a, asonansi a dalam kutipan di atas

juga digunakan untuk memperindah bahasa dan untuk memenuhi konvensi

tembang.

Kutipan:

sirna dèning wak mami /sukuné sun sêmpal / bauné ingsun

pokah (pupuh Durma, bait ke-34, baris ke 2-3)

Terjemahan:

hilang olehku, kakinya kup atahkan, pundaknya saya

putus. (pupuh Durma, bait ke-34, baris ke 2-3)

Kutipan di atas terdapat aliterasi s untuk menguatkan perkataan

sebelumnya dan diperjelas lagi di baris selanjutnya. Hal ini digunakan untuk

menunjukkan sebuah kesungguhan atau untuk menumbuhkan kepercayaan

lawan bicara.

Page 103: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

130

Lapis bunyi juga terdapat dalam pola persajakan atau konvensi dari

tembang-tembang yang ada di dalam karya sastra ini. Contonya tembang

pocung di bawah ini:

Kutipan:

// kang tinutur / lêmah bang sanggrahanipun / Madura

Dyan Arya / Narayana miwah ari / Dyah Sumbadra ingadhêp

lawan Udawa // (pupuh pocung, bait ke 1)

Terjemahan:

Yang diceritakan tanah merah tempt tinggalnya Madura Raden

Narayana dan adiknya Dyah subadra dihadap oleh Udawa. (pupuh

pocung, bait ke 1)

Lapis arti Satuan terkecil arti disebut dengan fonem. Satuan fonem

berupa kata serta suku kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat,

alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Kesemuanya merupakan satuan arti.

Berikut contoh salah satu bait lapis arti dalam Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem diantaranya sebagai berikut:

Kutipan:

// kadya gulêt mangun yuda / sang Sangkuni réwa-réwa kasêlip /

grêgêtên sajro tyasipun / wong tuwa luru karya / arsa krama

wanudya yu kênya tulus / têmahan dadya drawala / karya

gègèring para ji // (pupuh pangkur, bait ke-42)

Page 104: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

131

Terjemahan:

seperti bertempur dalam peperangan,sang Sangkuni dibuat sibuk,

jengkel di dalam hatinya,orang sudah tua mencari masalah ingin

menikahi wanita cantik jelita, sehingga menjadi masalah, sehingga

ramai para raja(pupuh pangkur, bait ke-42)

Cuplikan di atas menunjukkan keinginan yang berdasarkan nafsu

kemudian dituruti itu akan membuat masalah, bukan hanya kepada diri sendiri

tetapi juga orang sekitar. Seperti keinginan Drona yang sudah tua tetapi

mengharapkan istri yang cantik dan muda, yang kemudian malah membuat

suasana ricuh. Sebagai orang tua atau sesepuh harusnya dapat menahan

nafsunya dan menjadi tauladan yang baik bagi generasi dibawahnya.

Lapis yang ketiga berupa objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,

dan dunia pengarang. Latar objek dapat menunjukkan unsur-unsur lain yang

ada di dalam cerita misal, tokoh, latar, alur, karakter, amanat, imajinasi,

kekompleksan cerita, bahasa, ironi, dsb. Berikut contoh latar objek yang

dikemukakan dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem:

Pelaku atau tokoh yaitu Narayana dan Dewi Rukmini, Selain

menyebutkan tokoh juga dijelaskan karakter dari tokoh tersebut, salah satunya

dapat diambil dari kutipan berikut:

Kutipan:

// yata Raden Narayana / duk umulat solahira kang rayi / ing

driya wêlas kalangkung / miwah nandhang asmara / dadya madêg

samana suraning kalbu / dènirarsa nanggêl lampah / angalap sang

Dyah Rukmini // (Pupuh II Pangkur, bait ke 12)

Page 105: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

132

Terjemahan:

Raden Narayana, ketika melihat tindakan adiknya, hatinya merasa

kasihan, dan juga jatuh cinta, menjadi tekad dalam hatinya, dirinya

memutuskan, menculik Dyah Rukmini. (Pupuh II Pangkur, bait ke

12)

Latar menunjukkan tempat, waktu, dan suasana dalam sebuah adegan.

Biasanya penggambaran atau pengimajinasian dari latar inilah yang membuat

pembaca terbawa suasana dalam cerita. Berikut contoh latar yang

dikemukakan dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem:

Kutipan:

// sinigêg wau lampahnya / samana jroning wanadri / ana ditya

sasomahan/ yèku rasêksa rasêksi / marma mangkya kang margi /

tan kambah janma asêrung / gawat kaliwat-liwat / samana wau

rasêksi / asasambat mring priya aminta têdha //. (Pupuh V

Pangkur, bait ke 20)

Terjemahan:

singkat cerita, begitulah yang ada di dalam hutan, ada sepasang

raksasa, yaitu rasaksa laki-laki dan rasaksa perempuan, begiulah

yang ada di jalan, tidak terjamah oleh manusia, sangat berbahaya,

ketika itu raksasa perempuan, mengeluh kepada laki-lakinya

meminta makan. (Pupuh V Pangkur, bait ke 20)

Latar tempat yang diutarakan adalah di dalam hutan, selain tempat

dalam kutipan di atas pengarang juga menunjukkan latar suasana di dalam

hutan seperti hutan sebagai tempat tinggal rasaksa maupun raseksi,

Page 106: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

133

keadaannya gawat menyeramkan, rasaksi merintih pada suaminya meminta

makan. Suasana yang tergambar jelas dalam kutipan adalah bagaimana

menyeramkannya keadaan hutan yang akan dilewati Arjuna, sudah tidak

pernah terjamah manusia. Pembaca akan merasakan sedikit ketegangan ketika

membayangkan apa yang dibaca dalam bait tersebut.

Dunia pengarang merupakan cerita yang diungkap oleh pengarang.

Dunia pengarang dapat tercermin dalam berbagai aspek di intensitas

penghayatan pembaca seperti tema, amanat, karakter, alur, bahasa, ironi,

kekompleksan cerita, tokoh, keterlibatan emosi pembaca, dan imajiasi. Hal-

hal itu dapat diambil dari kesimpulan setelah membaca isi karya sastra.

Disimpulkan tema yang diangkat oleh pengarang dalam karya

sastranya antara lain berupa pencarian pasangan hidup, perjodohan, dan

percintaan. Alur yang digunakan dalam karya sastra ini sama dengan alur

cerita pewayangan pada umumnya dengan menggunakan alur spiral dimana

suatu kejadian diceritakan berkelanjutan tetapi dikatakan terjadi bersamaan.

Amanat utama dalam karya sastra ini tersurat dalam pupuh mijil bait ke-11

dan ke-12. Aspek penggunaan bahasa di mana bahasa yang digunakan adalah

bahasa tembang yang menyesuaikan dengan konversi tembang yang dipakai,

penggunakan kata-kata arkais diperuntukkan untuk menambah estetika suatu

karya sastra. Untuk kekompleksan cerita dapat dilihat dari konflik-konfil yang

diangkat oleh pengarang. Tokoh utama dalam naskah ini adalah Raden

Narayana (Kresna) dan Dewi Rukmini. Keterlibatan emosi pembaca juga

menjadi dunia pengarang tersendiri dimana pengarang mengemas cerita itu

dan membuat pembaca merasakan atau terbawa emosi. Ironi merupakan suatu

Page 107: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

134

yang berkebalikan dengan dugaan dari pembaca. Imajinasi juga merupakan

salah satu dunia pengarang yang ada dalam karya sastra., bagaimana

pengarang memulai cerita menunjukkan konflik dan mengakhiri cerita dengan

imajinasinya menjadi salah satu daya tarik pembaca untuk membaca karya

sastra tersebut.

Lapis dunia yang tak usah dinyatakan atau dikemukakan, tetapi sudah

implisit ada di dalam cerita sebagai berikut :

Jika dicermati lebih dalam naskah wayang Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem ini tidak hanya berisi tentang kisah perjodohan antara Dewi

Rukmini dengan Narayana (Kresna) saja tetapi juga ada beberapa nilai lain

misalkan:

a.) adanya hubungan antar negara seperti yang ada pada pupuh

Dhandhanggula bahwa Prabu Bismaka menyuruh Rukmara untuk

mengantarkan surat ke Ngamarta, Mandura, dan Lesanpura yang

kemudian diadakannya pertemuan membahas pernikahan Rukmini

yang entah kapan terselenggaranya karena mengajukan pertanyaan.

b.) ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon pada pupuh mijil

sebagai syarat yang diajukan Dewi Rukmini sebagai salah satu

bentuk nilai moral yang ada dalam karya sastra ini. Nilai moral lain

yang disampaikan seperti saat Narayana mengatakan kepada Dewi

Rukmini jika telah mengajukan persyaratan dan ada yang bisa

menjawabnya siapapun itu harus menepati janjinya untuk melayani

atau mau dipersunting orang yang menjawab, ini menunjukkan

pada kita bahwa kita harus menepati janji yang diucapkan.

Page 108: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

135

Tindakan Arjuna yang ketika bertemu dengan Kresna juga

menunjukkan nilai moral yang baik diman sebagai seorang ksatria

dia harus memenuhi janji yang telah disanggupinya, jika tidak

cacatlah gelar ksatria yang dimilikinya.

Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca

berkontemplasi/merenung. Berikut lapis metafisis yang ada dalam Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem:

Kutipan:

// tanpa rangu / kalihira wus sarujuk / kênthêl

ciptanira / sang kalih pratignyèng galih / labuh pati tan

mawi aringa-ringa // (pupuh IV Pocung, bait ke 27)

Terjemahan:

tanpa ragu, keduanya telah sepakat, kuat tekadnya, keduanya

teguh hatinya, rela mati tanpa takut. (pupuh IV Pocung, bait

ke 27)

Kutipan di atas menunjukkan lapis metafisis yang membuat kita

merenung tentang labuh pati atau rela mati tanpa takut. Bagaiman

seseorang rela menyerahkan nyawa demi orang yang dicintai.

2. Resepsi Ajaran Sejatining Lanang Dan Sejatining Wadon

Berdasarkan pengumpulan data melalui wawancara diperoleh

penilaian terhadap informan yang menangkap ajaran tentang sejatining lanang

dan sejatining wadon dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2012 dan 2013 mampu menangkap apa

yang terkandung di dalam ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon yang

Page 109: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

136

terdapat dalam karya sastra ini. Seluruh informan memberikan penilaian yang

alasan atau pemaparan yang berbeda. Informan menangkap apa yang

dimaksudkan dalam ajaran ini dan merelevansikan ke kehidupan nyata tentang

pentingnya ajaran dan maksud dari ajaran tersebut. Ajaran sejatining lanang

dan sejatining wadon dalam karya sastra ini dapat dijadikan pedoman

pendidikan bagi mereka yang akan dan telah berumah tangga, ajaran ini

menunjukkan bagaimana individu dalam keluarga (dalam hal ini pihak laki-

laki dan pihak perempuan) seharusnya bersikap, bagaiman kwajiban laki-laki

dan kwajiban perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Berikut ini

pemaparan informan yang mendukung pernyataan penulis:

Kutipan:

Kalau mengomentari cerita yak an ada satu pertanyaan yang

diajukan oleh Dewi Rukmini. Apasih sejatinya lanang dan

sejatinya wadon? Terus kemudian dua orang menjawab yaitu

Panditha Drona dan Narayana. Nah Pandhita Drona itu

menjawab seperti kayu jati, ibaratnya kayu jati yang utuh dan

yang memiliki lubang. Nah kemudian untuk yang Narayana itu

menjawab bahawa laki-laki itu harus ysng bisa mengayomi,

kemudian bisa menjaga seorang peremuan, nah untuk yang

untuk perempuan sendiri itu sejatinya perempuan adalah

berbakti kepada Tuhan dan juga kepada suaminya. Itu kalau

menurut saya dua-duanya itu benar, ya pendapatnya antara

Pandhita Drona dan Narayana tapi beda pendapat gitu lho.

Kalau yang pendapatnya Drona itu lebih ke fisik, mungkin

penggambaran secar fisik dan realitas gitu. Kalau yang

pandangan jawaban Narayana itu lebih ke fisik lagi melainkan

sifat batiniyah seorang laki-laki dan perempuan seperti itu.

Kalau menurut saya mengarahkan dan membimbing istri itu

lebih kepada bagaimana dia itu bisa berperan dalam statusnya.

Kan dalam kehidupan ini, berumah tangga ya berarti, dalam

kehidupan rumah tangga itu seorang istri kemudian seorang

suami itu memiliki perannya masing-masing kemudian juga

tugasnya masing-masing dan kwajibannya masing-masing.

(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Page 110: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

137

Pendapat Syafirilla, berdasarkan apa yang diperolehnya dari membaca

karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan pakem bahwa dua pendapat

antara Pandhita Drona dan Narayana itu sama-sama benar.

Kutipan:

Naskah ini memang mengisahkan tentang gimana sih cara dan

pentingnya memiliki pendamping hidup yang baik biar rumah

tangganya romantis dengan ajaran utamaya yaitu sejatining

lanang dan sejatining wadon . dalam budaya jawa sejak dahulu

mungkin kalau generasi sekarang menganggapnya ajaran itu kolot

tetapi memang benar bahwa seorang perempuan itu harusnya

memenuhi kodratnya sebagai perempuan sebagai pendamping

laki-laki terutama seorang istri itu harusnya menuruti keinginan

laki-laki atau suaminya dalam hal kebaikan, dan seorang laki-laki

harus bisa memberikan perlindungan pengayoman dan keadilan

bagi seorang istri. Ya mungkin kalau sekarang jaman sekarang

wanita karir lebih penting tetapi ingat bahwa wanita karir

sekalipun mempunyai kwajiban untuk mendidik anaknya,

mengasuh anaknya dan menjaga kepercayaan suaminya agar

rumah tangganya tetap berjalan harmonis.(Purwanti, 15 April

2016)

Purwanti memaparkan naskah ini berisikan bagaimana cara dan

pentingnya memiliki pendamping hidup dengan ajaran utama sejatining

lanang dan sejatining wadon.

Kutipan:

Menurut saya ini sangat bagus karena memberikan ajaran

sejatining lanang, bagaimanakah menjadi seorang laki-laki

yang sesungguhnya dan menjadi sejatining wadon juga

menjadi wanita yang sesungguhnya itu bagaimana. Sebagai

laki-laki saya sangat setuju emang kwajiban laki-laki harus

menjadi imam yang baik untuk istrinya dan keluarganya, anak-

anaknya, dia itu harus menjadi pemimpin yang bagus atau

yang baik dan itu akan menjai suri tauladan bagi anak-

anaknya. Jadi laki-laki itu harus menjadi pemimpin keluarga

itu yang adil, kalau dalam islam itu harus yang sholeh, untuk

shalatnya itu harus juga. Jadi pemimpin sesungguhnya itu

harus yang apa-apa itu serba yang baik.

Ya menurut saya tidak salah menjadi wanita karir tapi dia juga

harus ingat dia itu kodratnya adalah sebagai wanita dan nantinya

Page 111: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

138

harus menjai ibu. Jadi dia itu harus seimbang antara mengurus

karirnya dan mengurus keluarganya karena memang kodratnya

wanita itu nantinya akan menjadi seorang ibu dan mengurus

rumah tangga. Kalau pilihan dia menjadi wanita karir itu juga

tidak karena emang kan setelah terjadinya emansipasi wanita kan

wanita bisa bekerja, maksunya derajatnya sama seperti laki-laki.

Tapi wanita itu tidak bisa melawan kodratnya sebagai seorang

wanita itu sendiri an sebagai seorang ibu. Jadi kalau wanita karir

di juga harus mengimbangi bisa mengurus rumah tangganya

dengan baik seperti itu. (Kusuma W, 20 April 2016)

Kusuma memberi penjelasan tentang sejatining lanang dan sejatining

wadon lebih pada ajaran ini dikaitkan dengan kwajiban dalam rumah tangga.

Suami atau laki-laki dianggap harus menjadi pemimpin yang baik sesuai

dengan ajaran agama yang diyakini

Kutipan:

Menurut saya sejatining lanang sejatining wadon ini ya apa itu

seperti kalau keluarga sejatining lanang juga harus memimpin

keluarga dengan baik kemudian menasehatinya dengan baik, tidak

keras kepala sendiri sebagai kepala keluarga. Contohnya

kemudian membimbing anaknya pada saat shalat, pada saat

mengaji, sinau, belajar diingatkanlah dibimbinglah, diajaklah.

Ajak dengan halus bagaimana caranya supaya anaknya, istrinya

itu kejalan yang baik. Oh, ini nggak baik harusnya gini tetapi

mengingatkan dengan bahasa yang sopan dan yang santun.

Sejatining lanang ya seperti itu menurut saya, dan sebagai kepala

keluarga ya harus menafkahi. Sejatining lanang untuk para

pemuda itukan harusnya banyak mencari ilmu dan bertindak yang

baik, kalau dijaman dulu kana da istilah sapa nandur bakal

ngunduh. Kalau pemudanya sekarang baik-baik insyaalah ke

depannya akan ngunduh atau akan menuai hasilnya juga, baik

nanti walaupun sekarang belum nampak insyaallah nanti pas saat

keluarga pas saat itu insyaallah hasilnya akan datang sendiri.

Untuk sejatining wadon untuk perempuan. Perempuan itu kan

sebagai kalau keluarga kan pasangan yang harus bisa mensuport,

bisa memberi, saling kepada keluarga saling memberi ya masukan,

memberi bimbingan kepada anaknya. Sejatining wadon itu kan

harus bagaimana ya? Kalau wadon itu harusnya ya seperti orang

perempuan yang harus sopan santun gitulah intinya.(Veris Doni L,

13 Mei 2016)

Page 112: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

139

Sejatining lanang menurut Veris Doni dalam konteks keluaraga atau

suami harus bisa memimpin keluarga dengan baik, memberikan nasehat-

nasehat yang baik, tidak keras kepala ketika masalah menghampiri rumah

tangganya. Untuk sejatining wadon, perempuan dalam keluarga itu sebagai

pasangan suami harus bisa memberi dukungan, saling memberi masukan,

saling memberi bimbingan kepada anak. Sejatining wadon ya seorang

perempuan itu harus bertingkah sopan dan santun.

Perbedaan pendapat terlihat jelas dari apa yang diungkapkan informan

di atas. Syafirilla dan Purwanti selaku seorang perempuan memandangnya

lebih pada sisi perempuan, dimana Syafirilla melihat apa maksud dari

Rukmini meminta syarat ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon,

sementara itu Purwanti lebih pada tugas seorang suami dan istri. Purwanti juga

lebih menekankan pada sisi perempuan yang seorang wanita karir itu

diperbolehkan dengan syarat tetap memenuhi kodratnya sebagai seorang istri.

Kusuma dan Veris sebagai seorang laki-laki juga memberikan

pengertian berbeda. Kusuma memberikan penjelasan tentang satu presepsi

mengenai sejatining lanang dan sejatining wadon yaitu kwajiban laki-laki dan

perempuan dalam rumah tangga. Veris memberikan penjabaran sejatining

lanang dan sejatining wadon pada dua aspek berbeda yaitu lelaki dan wanita

dalam aspek sebagai suami istri sebuah rumah tangga dan laki-laki serta

perempuan sebagai seorang remaja di lingkungan masyarakat.

3. Intensitas penghayatan

Resepsi sastra yang diberikan kepada Mahasiswa Sastra Daerah

angkatan 2012 dan 2013 dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan

Page 113: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

140

Mahasiswa Sastra Daerah terhadap Serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Resepsi didasarkan atas intensitas penghayatan pembaca ditambah dengan

nilai dan norma penilaian responden terhadap karya sastra secara keseluruhan.

Intensitas penghayatan yang dimaksud disini adalah kemampuan pembaca

dalam menghayati karya sastra dari berbagai unsur. Unsur-unsur yang

digunakan untuk mengetahui intensitas penghayatan diantaranya adalah tema,

kondisi sosial, relevansi konflik, bahasa, amanat,kekompleksan dan

kesederhanaan cerita, karakter, tokoh, aktualisasi tokoh utama, keterlibatan

emosi pembaca, makna, imajinasi, ironi, dan ketegangan cerita. Norma dan

penilaian responden mencakup bagaimana pendapat informan atau pembaca

terhadap keseluruhan cerita dengan parameter informan dapat menangkap

unsur-unsur yang disebutkan dengan tanggapan yang berbeda-beda.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, sebagian besar informan

memiliki penghayatan yang baik, dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

dengan alasan jelas. Informan juga meresepsikan karya sastra dengan

kehidupan nyata atau dapat dikatakan informan merelevansikan apa yang ada

dalam karya sastra dengan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

sekitarnya saat ini. Cara pandang informan dalam hal ini adalah Mahasiswa

Sastra Daerah dapat dikatakan luas karena latar belakang mereka yang

mempelajari dan mendalami kasusastraan Jawa dari berbagai bidang seperti

sastra, linguistik, dan filologi.

Mulai dari segi tema, informan mengemukakan tema dari sudut

pandang yang berbeda. Berikut tanggapan beberapa informan mengenai segi

tema:

Page 114: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

141

Kutipan:

Dari segi tema ya, kalau menurut saya tema karya sastra yang

berjudul Kresna Kembang itu temanya itu lebih menitikberatkan

pada perjuangan dalam pencarian pasangan hidup seperti itu.

menentramkan jiwa pasangan apabila syarat-syarat untuk menjadi

pasangan hidup seperti itu yang tadi itu terpenuhi dengan segala

kelebihannya nah itu akan muncullah kebahagiaan yang akan

dicapai dalam hidupnya seperti itu. (Ghonimatul B, 19 April

2016)

Informan di atas memberi tema pada karya sastra ini adalah

perjuangan pencarian pasangan hidup. Ghonimatul menunjukkan kriteria-

kriteria yang sesuai dari ajaran sejatining lanang yang berupa laki-laki harus

menjadi pemimpin, pengayom serta menentramkan jiwa pasangan di dalam

kehidupan rumah tangga yang akan dijalani oleh tokoh dalam cerita.

Kutipan:

Temanya kalo gak salah percintaan atau pernikahan Rukmini yang

dijodohkan dengan pemuda atau distilahkanlah pemuda atau laki-

laki pilihannya bapaknya yaitu Bismaka. (Veris Doni L, 13 Mei

2016)

Veris Doni memberi gambaran tema sedikit bingung antara percintaan

atau pernikahan namun jika dilihat dari alasannya temanya lebih merujuk pada

perjodohan yang dilakukan oleh ayah Rukmini yaitu Prabu Bismaka.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh informan-informan di atas dapat

disimpulkan bahwa tema dalam karya sastra ini adalah percintaan, perjodohan,

dan perjuangan pencarian pasangan hidup

Page 115: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

142

Berdasarkan dari hasil wawancara 8 informan mengatakan tema itu

menarik tetapi 1 informan mengatakan tidak menarik. 1 informan lainnya

tidak berkomentar tentang ketertarikannya.

Kutipan:

Ya menurut saya sulit ya mbk mbulet-mbulet gak paham, tentang

kisah percintaan dan perjuanggan, nggak, ceritanya mbulet. (Siti

Amanah, 27 April 2016)

Siti Amanah mengutarakan bahwa karya sastra Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem ini tidak menarik karena sulit untuk dipahami dan tidak begitu

jelas dengan tema kisah percintaan dan perjuangan ini tidak menarik

menurutnya.

Kutipan:

Temanya itu menarik ya karena tema percintaan itu masih banyak

menarik pembaca soalnya kan cinta itu masil menjadi hal yang

hangat dan menarik untuk diperbincangkan, tak akan pernah

orang bosan membahas percintaan.(Kusuma W, 20 April 2016)

Kusuma juga menganggap tema percintaan masih menjadi hal

yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan.

Kutipan:

Sebenarnya menarik sih mbk, tapi saya sendiri kan pengetahuan

wayang itu masih terbatas juga, jadi untuk memahami itu lebih

sulit, tetapi kalau kita udah masuk keceritanya itu ajarannya itu

sangat bagus mungkin butuh lebih banyak apa istilahnya? Lebih

banyak membaca lagi kayak gitu. Cukup menarik ya cuma ya itu

tadi penyampaiannya kurang bisa memahami. (Binti Nur K, 27

April 2016)

Page 116: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

143

Ketertarikan Binti lebih kepada ajaran yang ada dalam karya sastra.

Binti merasa tidak terlalu memahami karena penyampaiannya dalam bentuk

cerita wayang sebab pengetahuan wayang yang dimilikinya terbatas sehingga

untuk memahami karya sastra ini sedikit sulit. Dari yang disampaikan Binti

menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berada atau tumbuh di budaya

Jawa tahu akan kisah pewayangan yang menjadi cerita khas atau warisan

budaya nenek moyangnya.

Adanya perbedaan pendapat dari informan seperti ini wajar karena

informan memiliki cara pandang atau selera masing-masing dalam

menghayati sebuah bacaan. Tema-tema percintaan, perjodohan seperti ini bagi

Siti Amanah kurang menarik karena tidak adanya rasa suka pada tema

semacam ini, sedangkan bagi Ghonimatul yang bergender sama dengan Siti

Amanah mengungkapkan hal sebaliknya tema-tema seperti ini dapat

membantu pembaca untuk menentukan pilihan-pilihan yang berkaitan dengan

masa depan, bisa dikatakan sebagai pernikahan. Bagi Kusuma tema ini

menarik karena bahasannya tidak pernah habis di masyarakat. Kusuma lebih

melihat bukan lagi selera pribadi tetapi apa yang ada di masyarakat,

sedangkan Binti lebih tertarik dengan ajaran yang ada di dalamnya. Di tengah

kesulitannya dalam membaca karya sastra ini, Binti tetap berusaha membaca

karena ketertarikannya pada sebuah ajaran yang dapat diambil dalam karya

sastra.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dapat

diperoleh hasil resepsi informan atau pembaca mengenai kondisi sosial dalam

karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini. Dari 10 informan

Page 117: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

144

sebagian besar menyatakan bahwa tidak memiliki kedekatan, ada juga

informan yang mengatakan tidak mengalami tetapi ada dilingkungannya., da

nada yang memiliki kedekatan. Berikut pemaparan beberapa informan

mengenaia kondisi sosial:

Kutipan:

Untuk perjodohan ada walaupun bukan saya yang mengalami

tetapi untuk sama dengan naskah ini belum pernah

terjadi.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengatakan kondisi sosial yang ada dalam karya sastra ini

tidak memiliki kedekatan dengan kehidupannya. Untuk hal perjodohan seperti

yang ada dalam karya sastra itu terjadi meskipun bukan dia yang mengalami

tetapi untuk sama persis kasusnya seperti yang terjadi dalam karya sastra

sepengetahuannya belum pernah terjadi.

Kutipan:

Hal ini sesuai dengan kondisi sosial saya yang berlatar

belakang jawa. (Purwanti, 15 April 2016)

Singkat adalah kata yang tepat untuk menggambarkan penjelasan

Purwanti, menurutnya kondisi sosial karya sastra sesuai dengan kehidupannya

yang berlatar belakang budaya Jawa. Purwanti menunjukkan hal-hal yang ada

dalam karya sastra itu wajar terjadi di lingkungannya yang berkebudayaan

Jawa.

Page 118: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

145

Kutipan:

Kalau dilingkungan saya itu belum, saya Cuma cerita-cerita dari

orang tua itu ada tapi saya belum menjumpai pada saat saya besar

ini. Belum menjumpai kenyataannnya orang ini dijodohkan dengan

orang ini tetapi orang ini tidak mau tetapi harus dijodohkan, itu

belum saya ketahui. Tetapi cerita-cerita di jaman dahulu, jaman

orang tua saya, simbah saya itu pernah ada, apalagi laki-laki yang

mempunyai istri 2 istri 3 itu ada. (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Veris Doni mengatakan kondisi sosial yang ada pada naskah itu

menurut cerita dari orang tua maupun sesepuh keluarganya ada. Kenyataannya

ada orang yang dijodohkan namun menolak perjodohan itu. Laki-laki yang

mempunyai istri 2 ataupun 3 juga ada

Berdasarkan apa yang disampaikan informan-informan di atas kondisi

sosial dalam karya sastra ini tidak semuanya ada di lingkungan pembaca.

Hanya beberapa saja yang sama seperti perjodohan, percintaan, perjuangan.

Tetapi bentuk perjuangan sampai adanya perang, kehidupan kerajaan itu tidak

ada dalam kondisi sosial pembaca. Kalaupun ada yang hampir sama tetap

memiliki perbedaan setting.

Berdasarkan data wawancara yang dilakukan dengan informan, karya

sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem masih dianggap ada

relevansinya dengan kehidupan saat ini walaupun tidak semua relevan.

Berikut beberapa tanggapan beberapa informan tentang relevansi konflik

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem dengan keadaan saat ini :

Kutipan:

Dalam budaya jawa itu memang ditekankan untuk seorang istri

untuk mematuhi perintah suami dengan amanat utama yang ada

pada karya sastra ini. (Purwanti, 15 April 2016)

Page 119: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

146

Menurut Purwanti, relevansi konflik dalam karya sastra ini lebih pada

relevansi amanatnya, baik dulu maupun sekarang seorang istri itu dituntut

untuk mematuhi perintah suami.

Kutipan:

Kalau untuk relevansi konflik ada ya di lingkungan saya, tetapi itu

khususnya pada teman-teman saya contohnya kalangan

mahasiswawalaupun bercanda tapi kan kadang mereka pusing

memikirkan skripsi, karena mereka pusing akhirnya mereka

jodohkan saja kepada siapa. Jadinya masih ada sih terus di

masyarakat juga mereka kadang-kadang dijodohkan nggak mau,

walaupun mereka itu wanita karis tapi kalau dijodohkan tetap

mereka itu nggak mau, pinginnya mencari sendiri walaupun

disibukkan menjadi wanita karir.(Kusuma W, 20 April 2016)

Disimpulkan Kusuma ini menangkap konflik-konflik yang terjadi di

sekitarnya dan membandingkannya dengan apa yang ada dalam karya sastra.

Perbedaan pendapat antara informan dapat dilihat ketika Purwanti

menjawab lebih memposisikan dirinya sebagai seorang wanita yang nantinya

sebagai seorang istri harus patuh pada suaminya, sementara itu Kusuma

memposisikan dirnya sebagai seorang pemuda yang melihat apa yang ada di

lingkungannya, apa yang terjadi di lingkungannya.

Kutipan:

Kalau relevansi itu sangat ada dalam kehidupan sekarang karena

cerita itu secara sepintas kan temanya pencarian pasangan hidup,

itu kan pasti semua orang kan mencari pasangan hidup dan harus

ideal sesuai dengan keinginan. Dan juga yang kedua relevansinya

adalah perjuangan dalam pencapaian tujuan, nah dalam

perjuangan kehidupan dalam mencari pasangan hidup kita

membutuhkan pengorbanan sudah kita lakukan akan mencapai

tujuan. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Berdasarkan apa yang diungkapkan Ghonimatul relevansi konfiknya

yaitu proses pencarian pasangan hidup yang pasti dilakukan oleh semua orang,

Page 120: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

147

dimana yang akan dicari adalah pasangan yang ideal sesuai keinginan. Selain

itu, relevansi lainnya berupa perjuangan untuk mencapai tujuan, terutama

perjuangan untuk mencari pasangan hidup.

Kutipan:

Mungkin masih cuma di beberapa bagian saja, tidak semua part-

part relevan seperti itu. Perjodohan masih, terus adegan saling

membunuh nggak, peperangan juga nggak.(Anita Retno M, 18 Mei

2016)

Bentuk relevansi yang diungkapkan Anita yang masih sesuai dengan

kehidupan saat ini adalah perjodohan, sedangkan untuk saling membunuh

ataupun peperangan di dalam cerita sudah tidak relevan dengan saat ini

Persamaan antara Anita dan Gonimatul adalah sama-sama

mengungkapkan hal-hal yang relevan dari karya sastra tetapi bentuk

relevansinya berbeda.

Informan mengatakan bahasa dalam Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem sulit dipahami berdasarkan tingkat kesulitan tertentu, 2 informan

memberikan tanggapan lain, dan 1 informan menganggap bahasa dalam karya

sastra ini mudah untuk dipahami. Berikut sajian data berupa tanggapan dari

informan untuk bahasa dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem:

Kutipan:

Kurang bisa memahami kalau saya, karena inikan bentuknya

tembang saya tidak paham. Jadi saya membaca terjemahnnya

untuk bisa memahami lagi. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Page 121: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

148

Binti secara terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak paham

dengan tembang dan untuk memahaminya perlu terjemahan

Kutipan:

Bahasanya itu kalau dibaca sekali itu pemahamannya ya gak

kurang cepat paham, tapi kalau sering-sering membaca insyaallah

cepat paham dan karena pada tokoh-tokohnya itukan nama-

namanya itu banyak contohnya kaya Pandhita Drona diganti sama

pandhita Sokalima kalau nggak sering-sering membaca

banyakannya lupa. Jadi intinya yang tercantum di dalam kisahnya

itu kalau nggak sering-sering membaca artinya, akan lupa. (Veris

Doni L, 13 Mei 2016)

Berbeda dari informan-informan lain, informan 10

mengungkapkan secara pribadi bahwa mudah mengerti dan paham

mengenai bahasa yang ada dalam karya sastra Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem, berikut alasan yang diberikan oleh Ghonimatul:

Kalau saya pribadi mudah mengerti dan paham seperti itu

mengapa?karena saya kan pernah mempelajari bahasa kuna

sehingga pelajaran bahasa kuna tersebut bisa membantu

pemahaman dan pengartian karya sastra dan mungkin bagi orang

yang awam dan belum pernah belajar bahasa kuna masih

memerlukan terjemahan untuk memahami karya sastra tersebut.

(Ghonimatul B, 19 April 2016 )

Informan Ghonimatul mengatakan mudah mengerti dan paham

karena dia pernah mempelajari bahasa kuna dan dari itulah membantu

pemahamannya terhadap karya sastra ini yang bagi orang-orang awam sulit

dipahami dan memerlukan terjemahan untuk pemahamannya.

Jadi secara keseluruhan bahasa dalam karya sastra ini sulit

dipahami karena adanya penggunaan bahasa kuna dan juga bentuk karya

sastra yang berupa tembang sering kali menggunakan kata-kata arkais untuk

memenuhi konversi tembang itu. Di sisi lain karena naskah ini bentuk wayang

Page 122: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

149

maka ada beberapa tokoh yang memiliki banyak nama. Walaupun sulit

dipahami informan masih tetap dapat memahaminya dengan bantuan kamus

dan juga terjemahan sinopsisnya.

Perbedaan pendapat mengenai bahasa hanya pada pemahaman

akan bahasa yang dipakai di dalamnya. Binti kurang memahami bahasa

tembang sehingga mengalami kesulitan, untuk Veris lebih perlu berulang kali

membaca dan menelaah kata-kata yang digunakan, sementara itu Ghonimatul

memiliki pemahaman bahasa jawa kuna lebih daripada informan lain tidak

mengalami kesulitan dalam membaca. Dapat disimpulkan bahwa bukan

bahasanya yang sulit dimengerti tetapi kosa kata bahasa jawa kuna dan klasik

pembacalah yang harusnya ditingkatkan. Ini dibuktikan dengan adanya

pembaca yang bisa memahami bahasa yang digunakan karena pengetahuan

tata bahasanya yang baik.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari wawancara kepada

informan ditemukan amanat-amanat dari sudut pandang yang berbeda dari

setiap informan. Berikut amanat-amanat yang dapat disimpulkan penulis dari

tanggapan-tanggapan informan:

a. Ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon yang

mengungkapkan bahawa kwajiban suami dan kwajiban istri yang

tertera pada pupuh mijil bait ke 11 dan 12, sebgai berikut:

Kutipan :

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh /

sajatining priya ing yêktiné / iya priya kang among ing èstri

/ kang bisa ngayomi / karya sukèng kalbu //.

Page 123: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

150

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing galih

/ gumati nlgadѐni / marang kakungipun //.

(pupuh mijil bait ke-11 dan 12)

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa

mengarahkan dan membimbing istrinya, mengayominya, dan

membuat hati istrinya senang.

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti kepada

Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci

hatinya, serta perhatian terhadap suaminya.

b. Perlu mengetahui bibit, bebet, dan bobot yang jelas untuk

menentukan masa depan, seperti yang diucapkan Kharisma

Pratidina.

Kutipan:

amanatnya bisa untuk menentukan masa depan kita, kita perlu

adanya bibit, bebet, bobot dalam menentukan masa depan,

sehingga, pada karya sastra itu kan memberikan pertanyaan

pada suami mengenai sejatinya lelaki dan sejatinya wanita,

jawaban dari pertanyaan itu akan mencerminkan apa ya mbak,

mencerminkan sifat atau intelektual dari sang penjawab

(Kharisma P, 13 April 2016)

c. Ketika memilih atau menjatuhkan pilihan harus berserah diri

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan harus berbakti kepada orang tua

dan saudara tua seperti yang diungkapkan oleh Syafirilla.

Page 124: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

151

Kutipan:

Yang pertama itu, seorang manusia itu dalam memilih, dalam

menjatuhkan pilihannya harus berserah diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa, kemudian juga kita itu berdoa meminta

pertolongan kepada Tuhan yang Maha Esa. Kemudian yang

kedua itu kepada orang tua harus berbakti seperti apa yang

dilakukan Rukmini kepada ayahnya. Terus yang ketiga berbakti

kepada saudara yang lebih tua karena yang dilakukan saudara

yang lebih tua itu pastinya yang terbaik untuk adik-adiknya.

(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

d. Harus menepati janji yang diucapkan.

Kutipan:

// yèn sang rêsi ambatang tumuli / kumudu linakon / tan

amêksa iku salawasé / ing uripé jumênêng pribadi / walaka

mandhiri / lir suksma linuhung // (pupuh mijil bait ke 13)

Terjemahan:

Jika sang resi bisa menjawab, harus dijalani, tidak memaksa itu

selamanya, di hidupnya pribadi, jujur mandiri, seperti sukma

yang luhur

e. Tanggung jawab, kesetiaan, perjuangan, dan pengorbanan adalah

nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti yang

diungkapkan Nila Purwani berikut ini:

Page 125: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

152

Kutipan:

menyampaikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari

misalnya seperti tanggung jawab, kesetiaan, perjuangan

dan pengorbanan seperti yang dilakukan Kresna. (Nila

Purwani, 20 April 2016)

f. Antara anak dan orang tua harus saling memahami, seperti yang

diungkapkan Binti Nur K berikut ini:

Kutipan:

yang pertama, antara orang tua sama anak itu harus saling

memahami (Binti Nur K, 27 April 2016)

g. Jika menyukai seseorang hendaknya diungkapkan secara baik-baik,

seperti yang diungkapkan oleh Siti Amanah sebagai berikut:

Kutipan:

Amanatnya ya jika suka dengan seseorang hendaknya

disampaikan dengan baik tidak dengan cara kasar dengan

menculik gitu, semua itu memang butuh perjuangan (Siti

Amanah, 27 April 2016)

h. Jangan merendahkan dan menganggap remeh kemampuan orang

lain, usaha maksimal akan menghasilkan apa yang diharapkan,

perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan, pernikahan harus

dilandasi dengan rasa sayang, seperti apa yang diungkapkan oleh

Ghonimatul berikut ini:

Page 126: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

153

Kutipan:

pertama jangan merendahkan dan menganggap remeh

kemampuan orang lain. Yang kedua usaha maksimal akan

menghasilkan harapan yang diinginkan, yang ketiga

perjuangan membutuhkan pengorbanan, dan yang terakhir

pernikahan harus dilandaskan rasa sayang. (Ghonimatul B, 19

April 2016)

Hasil pengumpulan data melalui wawancara mengenai kekompleksan

cerita wayang Serat Kresna Kembang Waosan Pakem dapat disimpulkan

bahwa 7 responden mengatakan bahwa cerita ini kompleks, 2 responden

mengatakan cerita ini sederhana, sedangkan 1 lainnya mengatakan ceritanya

rumit. Kekompleksan cerita dapat dilihat dari konflik yang diangkat dan cara

penyelesaiannya, dengan kata lain bagaimana pengarang mengemas ceritanya

menjadi cerita yang kompleks alurnya.

Kutipan:

Ceritanya ini agak rumit dan sekali membaca mungkin nilainya,

klimaksnya atau konfliknya itu nggak bisa kita ambil. Kalau

sering-sering membaca itu ada. Pertama dari pupuh pertama tadi

ya mungkin langsung ada antara Rukmini sama ayahnya yaitu

Bismaka, kan dicalonkan atau dijodohkan dengan ini tetapi

Rukmininya nggak mau karena pandhitanya sudah tua pikun. Kan

itu sudah mulai ada konflik, jadi intinya ini cerita cukup menarik

cukup kompleks tetapi ada agak rumit kalau tidak sering-sering

membaca. (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

Veris Doni juga menyatakan cerita ini kompleks karena konflik yang

diangkat terjadi sejak dimulainya. Ghonimatul juga mengungkapkan

kekompleksan cerita karena munculnya konflik-konflik lainnya disamping

konflik utama dan untuk bagian akhir cerita itu terselesaikan dengan baik.

Page 127: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

154

Kutipan:

Kalau menurut saya cerita ini kompleks mengapa? Konflik dalam

cerita tersebut, banyak konflik-konflik kecil yang muncul. Bagian

akhir ceritanya terselesaikan dengan baik sehingga menurut saya

sangat kompleks cerita tersebut. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Sebagian besar informan mampu menangkap unsur penggambaran

tokoh dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem. Hal tersebut juga

membuktikan intensitas penghayatan penggambaran karakter cukup baik.

Kutipan:

Dalam cerita ini tergambar sangat sederhana dirangkum menyatu

dalam jalan cerita yang ada dengan karakter para tokoh yang

tergambar dalam kutipannya. Misal : //Dyah Rukmini wanodya

linuwih/ lantip ing pasepmon/ limpat neggih graitane/ susila rum

prigel ing kardi/ wuwuse merak ati/ patitis ing tanduk//. Ya watak

baik dari Dewi Rukmini adalah wanita yang memiliki kelebihan,

kepandaian, dia itu cerdik sekaligus tanggap, limpat. (Purwanti,

15 April 2016)

Purwanti ini sangat baik dalam menangkap karakter tokoh salah

satunya dia memberi contoh karakter Dewi Rukmini yang tertulis dalam cerita,

seperti wanita yanag pandai, cerdik dan tanggap. Informan juga menyatakan

karakter tokoh terlihat secara jelas karena ada penjelasan mengenai tokoh-

tokoh dalam cerita sebelum dimulainya adegan.

Kutipan:

Kalau untuk karakter itu di karya sastra ini dijelaskan secara

tersurat tentang karakter tokoh yaitu di sebelum dimulainya

adegan. Jadi itu sudah dipaparkan secara jelas.(Kusuma W, 20

April 2016)

Page 128: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

155

Menurut Kusuma karya sastra ini memberikan pemaparan tokoh yang

jelas, informan menangkap karakter tokoh dari apa yang dilakukan oleh tokoh

dengan kata lain tindakan tokoh

Kesimpulan yang dapat diambil dari tanggapan-tanggapan di atas

adalah karakter tokoh yang ada dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem

ini tergambar secara jelas baik melalui perilaku ataupun pemaparan yang

disampaikan sebelum dimulainya adegan di dalam cerita.

Tokoh utama dalam Serat Kresna Kembang Waosan Pakem adalah

Raden Narayana (Kresna) dan Dewi Rukmini. Untuk tokoh protagonis antara

lain Raden Arjuna, Raden Narayana, Dewi Rukmini, Prabu Bismaka, Prabu

Baladewa.

Aktualisasi tokoh utama adalah bagaiman tokoh utama dalam ceria itu

mampu mengaktualkan dirinya dengan tindakan yang dilakukan untuk

mengatasi masalah yang dihadapinya. Tokoh utama dalam Serat Kresna

Kembang Waosan Pakem menurut informan dianggap mampu mengaktualkan

dirinya. Berikut tanggapan beberapa informan:

Kutipan:

Ada yaitu kan Rukmini tokoh utamanya, dia itukan mau djodohkan

tapi dia tidak tinggal diam untuk pasrah dijodohkan maka dia itu

memberikan syarat yaitu pertanyaan itu yang sulit dijawab oleh

laki-laki yang ingin menjadi suaminya itu,(Kusuma W, 20 April

2016)

Page 129: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

156

Bentuk aktualisasi Rukmini menurut Kusuma adalah karena dia

ingin menolak perjodohan ia memberikan pertanyaan yang sulik dijawab

oleh mempelai laki-laki.

Kutipan:

Ya mampu dari awal hingga akhir ceritanya tergambarkan dengan

baik dan kiprah tokoh utama tersebut menjadi sebuah jalinan alur

yang sangat baik. Bentuk aktualisasi tokoh utama menurut saya itu,

memutuskan persoalan dalam hidup, nah itu tercermin dalam

cerita, yang kedua adalah cara untuk menghadapi konflik yang

mengampiri tokoh utama tersebut itu sangat baik. (Ghonimatul B,

19 April 2016)

Ghonimatul menunjukkan bahwa dari awal sampai akhir cerita tokoh

utama mampu menunjukkan kiprahnya.

Perbedaan antara Kusuma dengan Ghonimatul dalam menjawab adalah

Kusuma cenderung merujuk pada tokoh dan satu hal yang dilakukan tokoh di

dalam cerita. Lain halnya dengan Ghonimatul yang menujukkan aktualisasi

tokoh secara umum dalam keseluruhan cerita. Perbedaan ini menunjukkan

adanya pemahaman yang berbeda di antara pembaca walaupun keduanya

sama-sama mahasiswa Sastra Daerah bidang sastra.

Hasil wawancara informan mengenai keterlibatan emosi ketika

membaca karya sastra menunjukkan 6 informan mengatakan terbawa suasana

ketika membaca, 3 informan mengatakan tidak bisa merasakan keterlibatan

emosi ketika membaca, dan 1 informan tidak berpendapat tentang keterlibatan

emosi ini. Berikut beberapa tanggapan informan mengenai keterlibatan emosi

pembaca:

Page 130: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

157

Kutipan:

Dan karya satra ini melibatkan emosi pembaca yaitu dengan

adanya diksi yang dirangkum pengarang dalam naskah yang

begitu elok dan bermakna sesuai dengan horizon harapan

pembaca dengan makna yang mudah dipahami karena kata-

katanya memang arkais tetapi sudah lazim didunakan dalam

karya sastra jawa. (Purwanti, 15 April 2016)

Menurut Purwanti karya sastra ini melibatkan emosi pembaca

degan diksi yang digunakan pengarang melalui kata-kata arkais (bahasa

sastra) yang sudah lazim digunakan dalam karya sastra seperti ini.

Kutipan:

Ya saya terbawa perasaan saat itu, si Narayana atau Kresna

itu, seolah-olah saya itu kalau melihat hal yang seperti itu saya

juga ingin melakukan seperti Narayana, melihat wanita yang

cantik pintar tapi kok dijodohkan sama orang tua yang dia itu

nggak dicintai oleh Rukmini gitu lho. Terus saya mikirnya kaya

merasa ingin sekali, saya itu seperti Narayana ya saya akan

menjadi seperti dia, apa yang dia lakukan. (Kusuma W, 20

April 2016)

Kusuma merasakan terbawa emosi dengan tindakan-tindakan

Narayana untuk menolong Dewi Rukmini, sebagai seorang laki-laki Kusuma

juga akan melakukan hal yang sama jika melihat keadaan yang menimpa

Rukmini.

Binti belum merasa belum terlalu terbawa emosi ketika membaca

karena menurutnya pengemasan karya sastra ini sulit untuk dipahami.

Kutipan:

Sejauh ini belum terlalu itu mbak, soalnya cara pengemasan dari

karya sastra itu masih sulit untuk dipahami jadi ya belum bisa

terbawa. (Binti Nur K, 27 April 2016)

Page 131: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

158

Kelerlibatan emosi ini meuncul adanya perasaan terbawa suasana oleh

pembaca ketika membaca sebuah karya sastra. Purwanti terbawa suasana dari

diksi atau keindahan bahasa yang digunakan pengarang untuk bercerita, ini

terjadi secara naluriah sebagai pembaca dan pastinya tahu yang dimaksudkan

di dalam cerita. Sementara itu Kusuma secara naluriah sebagai laki-laki ingin

melakukan seperti yang dilakukan oleh Narayana, ini lebih mengacu adanya

kesamaan gender tokoh dalam cerita dengan si pembaca. Adanya keterbatasan

pemahaman bahasa juga berpengaruh terhadap bagaimana pembaca terbawa

dengan cerita yang disuguhkan, hal ini dialami oleh Binti karena kurangnya

pemahaman Binti tidak terlalu menikmati apalagi untuk jauh terbawa emosi

ketika membaca.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 informan mengenai

pemahaman menangkap unsur makna yang ada dalam karya sastra Serat

Kresna Kembang waosan Pakem dapat disajikan data 3 informan mengatakan

mudah untuk menangkap makna dalam karya sastra, 4 informan mengatakan

sulit untuk menangkap makna karya sastra, dan 3 informan tidak dimintai

keterangan mengenai makna

Ghonimatul mengatakan untuk memahami makna dalam karya sastra

ini setidaknya memerlukan 2 kali membaca namun jika membaca

terjemahannya langsung bisa menangkap maknanya.

Kutipan:

Secara sepintas utamanya dalam bahasa kunanya itu saya perlu

baca mungkin 2 kali baru menangkap maknanya karena

membutuhkan pemikiran yang lebih daripada terjemahannya,

Page 132: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

159

kalau terjemahannya langsung bisa dipahami.(Ghonimatul B, 19

April 2016)

Kutipan:

Makna yang terkandung itu agak susah, bukan tidak ada tapi

agak susah. Karena saya baru memahami setelah beberapa

kali membaca.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

Syafirilla mengungkapakan untuk mendapatkan atau menangkap

makna yang terkandung dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem ini susah karena untuk memahaminya informan perlu berkali-kali

membaca.

Makna dalam karya sastra ini jika disimpulkan dari hasil wawancara

informan dapat dipahami setelah beberapa kali membaca baik dari teks bahasa

jawa maupun teks terjemahannya.

Imajinasi merupakan sesuatu yang tidak mungkin dipisahkan dalam

pembentukan sebuah karya sastra. Pada dasarnya karya sastra adalah imajinasi

pengarang yang dituangkan ke dalam sebuah tulisan untuk dibaca. Hasil

wawancara dengan informan mengenai unsur imajinasi dalam karya sastra

Serat Kresna Kembang Waosan Pakem, diperoleh data 7 informan mengtakan

karya sastra ini memiliki imajinasi yang tinggi, 1 informan bingung akan

tingkat imajinasinya, dan 2 informan tidak memberikan komentar tetang unsur

imajinasi

Kutipan:

Ya imajinasinya tinggi, soalnya ada imajinasi yang tidak

masuk akal contohnya Narayana saat dia itu merubah dirinya

Page 133: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

160

menjadi raksasa, itu kan kalau di kehidupan nyata tidak ada.

Jadi tingkat imajinasina ya cukup tinggi di sini.(Kusuma W, 20

April 2016)

Kusuma memberikan alasan lain yang lebih merujuk pada salah satu

tokoh penting dalam karya sastra. Tokoh yang dimaksud adalah Narayana

yang mampu merubah wujudnya menjadi raksasa. Sama seperti Syafirilla,

Kusuma juga dianggap mampu menunjukkan hal-hal imajinatif yang

menurutnya menarik dan tidak masuk akal di dunia nyata.

Kutipan:

Selanjutnya dari segi imajinasi, menurut saya cerita ini memiliki

imajinasi yang sangat tinggi. Mengapa? Karena banyak kejadian

dalam cerita itu mempergunakan setting kerajaan sehingga kita

juga ikut berimajinasi bagaimana keadaan kerajaan jaman dahulu

dan pertikaian, peperangan jaman dahulu seperti itu. (Ghonimatul

B, 19 April 2016)

Tanggapan lainnya dari Ghonimatul ini lebih menitikberatkan pada

setting yang dipaparkan dalam karya sastra. Informan menunjukkan bahwa

setting kerajaan yang diangkat dalam cerita mampu membuat pembaca

membayangkan bagaimana kehidupan jaman kerajaan termasuk juga

pertikaian dan peperangan antar kerajaan yang pada masa ini sudah tidak ada

lagi masa itu.

Kutipan:

Imajinasinya cukup tinggi pada umumnya wayang banyak dewa terus

raksasa, hal-hal yang tidak ada dalam kehidupan nyata.(Siti Amanah, 27

April 2016)

Page 134: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

161

Dapat dimpulkan bahwa Serat Kresna Kembang Waosan Pakem

memiliki imajinasi yang tinggi apalagi keberadaannya sebagai naskah cerita

pewayangan, sudah layaknya cerita sebagai cerita imajinatif penuh filosofi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui tentang

unsur ironi dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem. 6

informan mengatakan ada unsur ironi dalam karya sastra ini, 1 informan

mengatakan ironinya biasa saja, dan 3 lainnya tidak menanggapi unsur ironi.

Kutipan:

Biasanya kan kalau karya satra cuma monoton-monoton aja

tapi kalau ini itu sasya sudah menebak jalan ceritanya akan

tetapi tuh ternyata beda gitu lho. Ironinya sangat tinggi terus

intensitas ironinya tinggi juga.(Kharisma P, 13 April 2016)

Menurut Kharisma unsur ironi dalam karya sastra ini memiliki

intensitas yang tinggi alasannya karena informan sebagai pembaca saat

membaca karya sastra membayangkan jalan ceritanya seperti apa, nyatanya

jalan cerita yang disampaikan berbeda dengan apa yang dibayangkan

informan sebelumnya.

Siti Amanah menduga setelah Narayana menculik Dewi Rukmini

cerita itu akan berakhir ternyata masih ada konflik lain diman ada keterlibatan

Arjuna di dalamnya.

Kutipan:

Ya ada. Saat Narayana menculik itu saya kira udah, terus

hidup, ternyata masih ada keterlibatan Arjuna dalam karya

sastra. Sedang.(Siti Amanah, 27 April 2016)

Page 135: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

162

Purwanti menganggap unsur ironi dalam naskah ini bisa saja

karena setelah membaca informan tidak asing dengan ceritanya. Jalan

cerita dari Serat Kresna Kembang waosan Pakem ini mirip dengan lakon

pertunjukkan wayang yang pernah ditontonnya dengan judul Narayana

Dadi Ratu. Selain pertunjukan wayang informan juga melihat karya sastra

ini memiliki beberapa versi dalam bentuk karya tulis dan juga tersimpan

tidak hanya dalam satu eksemplar di beberapa tempat. Informan 4 dinilai

kritis dalam mengingat dan melihat, informan dapat menunjukkan bahwa

cerita ini sebenarya popular walaupun dengan judul maupun versi yang

berbeda.

Kutipan:

Akan tetapi naskah ini mungkin unsur ironinya biasa saja

karena Kresna Kembang Waosan Pakem ini sama jalan

ceritanya dengan pertunjukan wayang yang sering berjudul

Narayana dadi Ratu. Dan teks ini sangat popular sehingga

tidak hanya tersimpan dalam satu tempat saja tetapi beberapa

tempat dengan koleksi naskah lebih dari satu

eksemplar.(Purwanti, 15 April 2016)

Melihat tanggapan-tanggapan yang diberikan informan mengenai

unsur ironi dapat disimpulkan informan sebagai pembaca memiliki

pengalaman atau tempat-tempat tersendiri dalam merasakan hal yang tidak

terduga di dalam karya sastra, adapula yang dapat menebak keseluruhan cerita

karena berdasarkan pengalaman pernah melihat sebelumnya.

Ketengangan cerita ini tidak menentu berdasarkan pengalaman pebaca

saat membaca. Ada kalanya pembaca merasakan ketegangan di tempat yang

sama ada kalanya juga tidak.

Page 136: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

163

Kutipan:

Selanjutnya dari segi ketegangan cerita menurut saya cerita

memiliki ketegangan cerita yang kuat. Mengapa? Karena ada

proses peperangan juga antara dua kerajaan seperti itu, nah itu

menambah gentingnya peristiwa. (Ghonimatul B, 19 April 2016)

Menurut Ghonimatul ketegangan cerita dalam karya sastra ini

diperkuat dengan adanya peperangan antara kerajaan. Ghonimatul lebih

terkesan merasakan ketengangan cerita melalui adegan yang ditampilkan

Kutipan:

Kalau untuk ketegangan ceritanyaya biasa aja sih karena memang

budaya jawa itu sejak jaman dulu di kenal dengan budaya yang

gitu-gitu aja, sudah ditata sedemikian rupa sehingga kalau ada

perubahan itu dari masa ke masa tidak terlalu signifikan

begitu.(Purwanti, 15 April 2016)

Purwanti memandang ketengangan cerita ini biasa saja alasannya

karena informan melihat bahwa yang terjadi dalam cerita sudah umum ada di

dalam budaya Jawa dimana ia berada, informan juga merelevansikan bahwa

ada perubahan di dalamnya tetapi tidak signifikan atau masih diterima oleh

masyarakat

Perbedaan antara Ghonimatul dengan Purwanti dalam merasakan

ketegangan cerita adalah pengalaman alasannya Purwanti merasakan pernah

melihat pertujukkan wayang dengan lakon cerita yang alurnya hampir sama

dengan Serat Kresna Kembang Waosan Pakem jadi sudah tidak terkejut lagi

Page 137: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

164

dengan yang ada di dalam cerita, sementara itu Ghonimatul yang baru

mengetahui cerita ini merasakan ketegangan pada adegan peperangan yang

digambarkan oleh pengarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari informan

dapat disimpulkan jika ada beberapa bagian dalam cerita yang mampu

membuat pembaca merasakan ketegangan yang ada, namun karena cerita yang

diangkat sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari

menjadikan ketegangan cerita itu sudah bisa ditebak sebelumnya oleh

pembaca. Untuk bisa memperoleh ketegangan cerita yang ada juga sangat

diperlukan adanya pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca.

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh penilaian secara

keseluruhan oleh pembaca. Informan yang diwanwancarai mnganggap Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem ini bagus dan menarik. Berdasarkan data

yang ada dapat diambil beberapa parameter yang membuat karya sastra Serat

Kresna Kembang Waosan Pakem ini bagus, menarik, dan unik sampai perlu

untuk dilestarikan. Berikut parameter yang dapat diambil :

1. Imajinasi. Contohnya pengambaran pertemuan manusia dengan

dewa maupun dengan raksasa yang tidak ada dalam dunia nyata.

Kutipan:

Karena cerita pewayangan atau cerita wayang terkesan

sebagai cerita yang imajinatif dibuktikan dalam karya sastra

ini yaitu dengan bertemunya manusia dengan dewa atau

raksasa.(Syafirilla Sari M, 19 April 2016)

2. Amanat yang bermanfaat, seperti yang disampaikan Syafirilla:

Page 138: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

165

Kutipan:

Amanat dalam pewayangan sangat mendidik dan bermanfaat

dalam kehidupan nyata.(Syafirilla, 19 April 2016)

3. Tokoh utama yang tidak terduga seperti yang diungkapkan Siti

amanah.

Kutipan:

tidak terduga tokoh utamanya bisa jadi apa-apa.(Siti Amanah,

27 April 2016)

4. Tema percintaan yang kental akan konflik dan relevan dengan

kehidupan sekarang. Seperti dalam kutipan berikut:

kisah percintaan itu kalau di jawa kental akan konflik (Nila

Purwani, 20 April 2016)

5. Diksi yang digunakan, seperti yang diungkapkan oleh Purwanti

Kutipan:

adanya diksi yang dirangkum pengarang dalam naskah yang

begitu elok dan bermakna (Purwanti, 15 April 2016)

6. Ajaran-ajaran moral atau nilai-nilai yang disampaikan. Berikut

kutipannya:

banyak muatan-muatan atau nasehat-nasehat yang ada di

dalamnya.(Anita Retno M, 18 Mei 2016)

7. Kisah yang disampaikan bagus untuk diterapkan dalam sebuah

pertunjukan, seperti yang diungkapkan Veris Doni berikut ini:

Page 139: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

166

cerita sangat bagus atau maksudnya kisah yang bagus

seumpama ini diterapkan kepada suatu teater atau suatu

kethoprak (Veris Doni L, 13 Mei 2016)

8. Setting yang diambil pada jaman kerajaan dan konfliknya pada

jaman dulu, seperti pernyataan Ghonimayul berikut ini:

dari segi setting ini mengambil setting kerajaan, sehingga ini

dapat mengimajinasi pembaca mengenai kerajaan-kerajaan

jaman dahulu dan juga(Ghonimatul B, 19 April 2016)

Perbedaan pandangan parameter tentang keseluruhan cerita karena

salera atau apa yang menjadi hal menonjol dalam cerita itu setiap pembaca

mempunyai kesan sendiri-sendiri. Kebanyakan dari pembaca menentukan

berdasarkan yang dipahaminya.

Penulis dapat memberikan penilaian berdasarkan data yang diperoleh

dari informan dan telah diuraikan berdasarkan penghayatan dan pemahaman

yang telah diberikan informan, meskipun tidak semua tanggapan dari

informan ditampilkan dan dipaparkan. Penulis berkesimpulan Mahasiswa

Sastra Daerah angkatan 2012 dan 2013 Fakultas Ilmu Budaya tergolong

memiliki intensitas penghayatan yang baik.

C. Resepsi Sastra Penulis

Pada bagian ini pembahasan difokuskan pada resepsi sastra berdasarkan

pandangan penulis tentang: a.) Ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon. b.)

intensitas penghayatan terhadap serat Kresna Kembang Waosan Pakem.

Page 140: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

167

1. Resepsi Ajaran Sejatining Lanang dan Sejatining Wadon

Tentang ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon penulis

mempunyai pendapat sebagi berikut:

a. Kutipan:

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh /

sajatining priya ing yêktiné / iya priya kang among ing èstri

/ kang bisa ngayomi / karya sukèng kalbu //. (pupuh mijil bait

ke-11)

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa mengarahkan

dan membimbing istrinya, mengayominya, dan membuat hati

istrinya senang.

Suami yang mampu mengarahkan dan membimbing

istrinya adalah laki-laki yang menempatkan dirinya sebagai kepala

keluarga, dimana ia mengarahkan keluarganya menjadi keluarga

yang baik intinya keluarga yang tahu adat istiadat di lingkungan

tempat tinggalnya, pada dasarnya suami harus mampu mendidik

keluarganya menjalani kehidupan sesuai dengan norma yang

berlaku di masryakat, selain itu, juga menjadi keluarga religius

sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang dianut. Seorang suami

juga harus mengayomi keluarganya (istri dan anak-anaknya)

maksudnya seorang suami itu mampu memberikan rasa nyaman

kepada keluarganya sehingga merasa aman dan terlindungi jika

berada di sampingnya atau di rumah tinggalnya. Suami juga harus

Page 141: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

168

mampu membuat keluarganya bahagia intinya bertanggungjawab

dan mampu memberi nafkah lahir batin, kehidupan harmonis, serta

keluarga yang hangat penuh kasih sayang.

b. Kutipan:

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing galih /

gumati nlgadѐni / marang kakungipun //. (pupuh Mijil bait ke-

12)

Terjemahan:

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti kepada

Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci hatinya,

serta perhatian terhadap suaminya. (pupuh Mijil bait ke-12)

Wanita itu seharusnya menjadi pribadi yang taat kepada

Tuhan dan memiliki kepribadian sesuai dengan ajaran agama yang

dianutnya. Wanita juga harus berbakti kepada laki-laki (suaminya)

layaknya ia berbakti kepada Tuhan sebagai simbol bahwa suami itu

adalah wakil Tuhan di dunia ini, harus patuh pada apa dikatakan

suami yang menuju pada kebaikan, tetapi jika perintah itu merujuk

pada pelanggaran norma-norma sebagai seorang istri haruslah bisa

menasehati suami agar kembali ke jalan yang sesuai dan tidak diikuti

keinginan yang menjerumuskan itu, selain itu juga harus bisa

mendidik putra dan ptrinya. Seorang istri juga tidak boleh berbohong

harus suci hatinya intinya dia memiliki sifat santun dan terbuka

Page 142: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

169

terhadap keluarganya apapun itu. Istri juga harus perhatian dan

mampu melayani suaminya baik secara lahir maupun batin

2. Intensitas penghayatan penulis terhadap Serat Kresna Kembang

Waosan Pakem.

2.1 Tema

Tema dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem ini meurut penulis adalah romance, keluarga, dan perjuangan.

Romance yang dimaksudkan adalah kisah percintaan antara Raden

Narayana dan Dewi Rukmini. Tema keluarga dapat disimpulkan dari

hubungan tokoh-tokohnya yang masih dalam lingkup keluarga atau

saudara, dimana ayah Dewi Rukmini yaitu Prabu Bismaka adalah adik

dari Prabu Basudewa ayah dari Narayana, lalu hubungannya dengan

Pandawa dan Kurawa, dimana Pandawa adalah anak dari Dewi Kunti

dan Prabu Pandu. Dewi Kunti adalah adik dari Prabu Basudewa dan

kakak dari Prabu Bismaka, sedangkan Kurawa adalah adalah anak dari

kakak Prabu Pandu. Sementara itu perjuangan dapat dilihat dari apa

yang dilakukan Kresna untuk Dewi Rukmini yang dicintainya, ia

melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan Dewi Rukmini dari

perjodohan dengan Pandhita Durna yang tidak diinginkannya.

Tema tersebut menarik menurut penulis, konflik yang diangkat

dari hubungan keluarga yang sedikit rumit, lalu ada nilai-nilai yang

disampaikan seperti ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon

yang ada di dalamnya. Tidak hanya sebatas kisah cinta picisan tetapi

penuh nilai-nilai moral semacam hubungan persaudaraan, lalu

Page 143: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

170

keteguhan hati, kebimbangan ketika kita harus memilih keluarga atau

tugas sebagai ksatria untuk memenuhi janji yang sudah diucapkan

seperti yang dialami Arjuna ketika harus memenuhi janjinya kepada

gurunya untuk menangkap maling yang tak lain adalah saudara tuanya,

tetapi disisi lain tidakk ingin nama keluarganya dan kakanya menjadi

buruk mengingat apa yang dilakukan kakaknya juga tidak sepenuhnya

bisa dipersalahkan. Penulis rasa cerita-cerita dengan tema seperti ini

masih menjadi tema yang menarik di masyarakat.

2.2 Kondisi Sosial

Kondisi sosial yang tercermin dalam karya sastra ini tidak

memiliki kedekatan dengan kehidupan saya, ditempat saya tinggal

sudah tidak ada lagi yang namanya dijodohkan. Banyak dari remaja-

remaja itu diberi kebebasan oleh orang tuanya untuk berhubungan

dengan siapapun tetapi tetap dijaga, biasanya anaknya sendiri akan

langsung memperkenalkan calonnya kepada orang tua jika sudah

dirasa cocok.

2.3 Relevansi Konflik

Menurut saya konflik yang diangkat dalam karya sastra ini

masih relevan alasannya konflik tentang percintaan itu masih banyak

ada di masyarakat walaupun bentuknya tidak sama seperti yang ada

pada naskah, begitu pula permaslahan-permasalahan keluarga juga

masih marak ada di masyarakat. Untuk seperti syarat sebelum

pernikahan biasanya orang tualah yang menentukan untuk melihat

Page 144: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

171

bibit,bebet,dan bobot calon menantunya, biasanya lebih pada kejelasan

pekerjaan, asal-usul, pendidikan yang menjadi masalah utama.

2.4 Bahasa

Bahasa dalam karya sastra ini sebenarnya cukup sulit untuk

dipahami karena penggunaannya untuk memenuhi konvensi tembang

yang digunakan, akan tetapi ketika membaca penulis mengerti maksud

dalam bait itu walaupun tidak semua kata pada bait itu diketahui

artinya. Bahasa yang dipakai dalam karya sastra ini campuaran antara

bahasa jawa baru, bahasa jawa tengahan, bahasa jawa kuna, dan

bahasa kawi. Contoh penggunaan bahasa jawa kuna seperti penyebuta

sun untuk menyebut aku, penyebutan bahasa kawi misalnya

penyebutan kusuma untuk bunga.

2.5 Amanat

Amanat dalam karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan

Pakem dapat diketahui secara tersurat maupun tersirat. Contoh amanat

yang tersurat antara lain:

a. Ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon pada pupuh mijil

bait ke 11 dan ke 12, sebagai berikut:

Kutipan:

// wruhanira babatangané yêkti / tan mêksa tinamboh /

sajatining priya ing yêktiné / iya priya kang among ing

èstri / kang bisa ngayomi / karya sukèng kalbu //.

// sajatining pawèstri sayêkti / kang bêkti Hyang Manon /

marang priya anggusti patrabe / ora cidra kang suci ing galih

Page 145: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

172

/ gumati nlgadѐni / marang kakungipun //. (pupuh mijil bait ke-

11)

Terjemahan:

sejatinya seorang lelaki itu adalah suami yang bisa

mengarahkan dan membimbing istrinya, mengayominya, dan

membuat hati istrinya senang.

sejatinya seorang perempuan adalah istri yang berbakti kepada

Tuhan YME, berbakti kepada suaminya tidak berbeda dengan

baktinya kepada Tuhan YME, tidak berbohong dan suci

hatinya, serta perhatian terhadap suaminya. (pupuh mijil bait

ke-11)

b. Jika berjanji harus ditepati.

Kutipan:

// yèn sang rêsi ambatang tumuli / kumudu linakon / tan

amêksa iku salawasé / ing uripé jumênêng pribadi / walaka

mandhiri / lir suksma linuhung // (pupuh mijil bait ke 13)

Terjemahan:

Jika sang resi bisa menjawab, harus dijalani, tidak memaksa itu

selamanya, di hidupnya pribadi, jujur mandiri, seperti sukma

yang luhur. (pupuh mijil bait ke 13)

c. Ketika bertindak tidak boleh gegabah. Seperti yang diungkapkan

pada pupuh X pangkur bait ke-27 sebagai berikut:

Kutipan:

Page 146: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

173

// durung prapta mangsanira / ora wurung têmbê sapa

darbéni / among aywa grusa grusu / nandangi kadang

ingwang / aturira Arjuna aris mu guyu / aywa sandéya

maring wang / dahat rumêksa wak mami // (pupuh X pangkur

bait ke-27)

Terjemahan:

Belum sampai pada waktunya, nantinya siapa juga yang akan

memiliki, hanya jangan terburu-buru, melawan sadaramu,

perkataan Arjuna halus sambil tersenyum, jangan bersembunyi

dariku, sehingga menjaga diri. (pupuh X pangkur bait ke-27)

d. Menghormati dan menyayangi mereka yang lebih tuwa seperti

pada pupuh X pangkur bait ke 43, sebagai berikut:

Kutipan:

// Dyah Rukmini panganggêpnya / marang Sang Dyah

Jêmbawati abêkti / pinindha kadangnya sêpuh / dadya guru

sanyata / amamardi para marta réh rahayu / tamat wuryaning

carita / tuladha laku utami // (pupuh X pangkur bait ke 43)

Terjemahan:

Dyah Rukmini menganggap Dyah Jembawati berbakti seperti

saudara tuanya, menjadi guru yang nyata, menjaga segala

sesuatu agar selamat, selesai akhir cerita, contoh perbuatan

baik. (pupuh X pangkur bait ke 43)

Amanat tersirat dalam karya sastra ini salah satunya dapat diambil

dari adegan Arjuna bertemu dengan Kresna kemudian dilanda

Page 147: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

174

kebimbangan antara memenuhi darma satriya tetapi nantinya akan malu

karena menyerahkan saudaranya sendiri sebagai pencuri yang tentunya

membuat nama keluarganya tercoreng atau tidak menyerahkan Narayana

yang malah membuat darmanya sebagai satriya hilang, sampai akhirnya

memilih untuk mati bersama saja. Ini mengajarkan pada kita bahwa tugas

dan kwajiban, janji yang telah diucapkan itu harus ditepati untuk

membuktikan bahwa kita memiliki jiwa seorang ksatriya.

2.6 Kekompleksan dan Kesederhanaan Cerita

Menurut penulis cerita ini kompleks karena konfliknya yang

rumit tidak hanya sekedar perjodohan tetapi merambat pada hal-hal

lain dan saling berkaitan. Dari ketidakinginan Rukmini dijodohkan

kemudian menumbuhkan jalinan cinta dan rasa sayang dengan

kakaknya Narayana yang menimbulkan kecurigaan saudaranya

Sumbadra dan Baladewa.

Konflik kemudian naik lagi ketika Narayana sampai menjadi

raksasa untuk menyelamatkan Rukmini yang dikejar-kejar oleh

Pandhita Drona. Konflik semakin kuat ketika tidak ada yang mampu

mengalahkan raksasa jelmaan Narayana walaupun sampai Puntadewa

dan Bratasena turun tangan. Kemudian puncak konflik ketika Arjuna

mengetahui bahwa yang menculik Rukmini adalah kakaknya Narayana,

terjadi perbincangan yang menguras emosi, di satu sisi Arjuna tidak

ingin menodai darmanya sebagai seorang ksatriya yang harus menepati

janji, di sisi lain ia juga tak mampu menyalahkan apa yang dilakukan

Narayana karena Rukmini juga mencintainya.

Page 148: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

175

Kemudian ada titik terang dari masalah ketika Arjuna memilih

cara agar tidak menodai sumpah ksatrianya tetapi juga bisa menolong

kakaknya dari Kurawa. Akhirnya Narayana dan Rukmini dapat bersatu

menikah di Mandura atas bantuan Arjuna. Melihat babak-babak yang

ditampilkan penulis rasa cerita ini kompleks.

2.7 Karakter

Karya sastra ini memberikan pemaparan karakter secara jelas

terhadap hampir keseluruhan tokohnya. Penulis berpendapat demikian

berdasarkan apa yang ada dalam naskah wayang Serat Kresna

Kembang Waosan, naskah ini memberikan pemaparan mengenai

karakter fisik maupun watak dari tokoh-tokohnya sebelum adegan

berlangsung, walaupun tidak semua dipaparkan secara fisik maupun

watak pasti ada penjelasan salah satu iantaranya. Berikut contoh bait

yang menerangkan karakter watak dari tokoh Dewi Rukmini.

Kutipan:

// Dyah Rukmini wanudya linuwih / lantip ing pasêmon

/ tajêm limpat nênggih graitané / susila rum parigêl ing

kardi / wuwusé mrak ati / patitis ing tanduk // (pupuh III

Mijil, bait ke 22)

Terjemahan:

Dyah Rukmini wanita yang memiliki kelebihan, lantip

cara berpikirnya, tajam tanggap hatinya, kelakuannya

penuh tata karma, kata-katanya menyenangkan hati, tepat

dalam perbuatan. (pupuh III Mijil, bait ke 22)

Page 149: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

176

2.8 Tokoh

-Tokoh utama dalam karya sastra ini adalah Raden Narayana (Kresna)

-Tokoh Protagonis dalam karya sastra ini adalah Arjuna

2.9 Aktualisasi Tokoh Utama

Aktualisasi yang dilakukan tokoh utama dalam karya sastra ini

adalah Narayana yang berusaha untuk mempertahankan orang yang

disayangi, ingin melindungi sesuai dengan janjinya pada Rukmini. Dia

bahkan berubah menjadi raksasa untuk menyelamatkan Rukmini.

Ketika penyamarannya terbongkar oleh Arjuna, dia tetap berusaha

mencari jalan terbaik agar tetap bersama Rukmini, melepaskan

Rukmini dari perjodohan dengan Pandhita Drona, dan tetap

mempertahankan harga diri keluarganya, serta menghindari adanya

peperangan dengan Kurawa terungkap dialah penculiknya.

2.10 Keterlibatan Emosi Pembaca

Keterlibatan emosi pembaca dirasakan penulis dari awal cerita

dimana ada rasa kaget atau tidak terima jika Rukmini menikah dengan

Pandhita Drona, lalu merasa terbawa suasana ketika Narayana dan

Rukmini bahagia. Emosi ketika dalam peperangan Duryudana

menuduh yang tidak-tidak pada Bratasena padahal dia sendiri yang

kabur dari peperangan. Ikut membayangkan bagaimana penggambaran

suasana di tengah hutan yang Arjuna lewati. Lalu tersentuh ketika

Arjuna dan Narayana bertemu dan harus melewati hal sulit memilih

menyelamatkan keluarganya atau berpegang teguh pada janji yang

Page 150: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

177

diucapkannya. Penulis rasa pada bagian-bagian itu penulis mengalami

keterlibatan emosi yang tinggi daripada bagian-bagian yang lain.

2.11 Makna

Untuk memahami makna dalam karya sastra ini penulis

membutuhkan beberapa kali membaca ulang karya sastranya. Pertama

kali membaca hanya sekedar tahu maksud dari paragraph-paragraf

yang disampaikan tetapi untuk arti dan makna secara keseluruhan

butuh berulang kali membaca.

2.12 Imajinasi

Imajinasi dalam karya sastra ini menurut penulis tergolong

tinggi banyak hal-hal yang tidak ada di dunia nyata digambarkan di

sini dengan jelas dan seolah-olah itu nyata dan ada. Contoh

imajinasinya antara lain manusia berubah menjadi raksasa seperti yang

dilakukan Narayana, Arjuna yang membunuh Narayana dengan

membakar jasadnya nyatanya Narayana masih hidup, dsb. Selain itu

imajinasi pengarang juga tercermin dalam alur dan konflik yang

dirangkai dalam cerita, menurut penulis cerita ini rumit ketika

membayangkan hubungan kekeluargaan antara tokoh-tokohnya, lalu

pemilihan tokoh Drona yang akan mempersunting Rukmini menurut

penulis bagaimana pengarang menghubungkan antara Narayana-

Rukmini-Drona-Arjuna begitu tepat membentuk cerita yang bagus.

2.13 Ironi

Ironi atau hal tak terduga yang penulis rasakan saat membaca

karya sastra Serat Kresna Kembang Waosan Pakem ini pada bagian

Page 151: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

178

akhir cerita ketika Arjuna memilih membantu Kresna tanpa harus

menyebabkan peperangan, malu, dan tanpa mengurangi darmanya

sebagai ksatria. Ketika Arjuna membakar Kresna itu penulis mengira

Rukmini juga akan ikut mati nyatanya Rukmini tetap dibiarkan hidup

meskipun dituntut untuk menjalani hukuman mati. Lebih mengejutkan

lagi ketika Kresna dinyatakan hidup penulis mengira pernikahan akan

dilaksanakan di Kumbina ternyata di Mandura. Intensitas ironi

menurut penulis sedang karena hanya sedikit bagian yang tidak

terduga oleh penulis ketika membaca.

2.14 Ketegangan Cerita

Ketegangan cerita dirasakan penulis pada setiap adegan

peperangan baik itu di Kumbina maupun di tengah hutan ketika Arjuna

bertemu dengan raksasa. Ketengan selanjutnya dirasakan saat

pertemuan Arjuna dan Narayana di taman ketika Arjuna memergoki

bahwa Narayana yang menjadi penculik. Berikutnya saat bagian akhir

Rukmini yang akan dihukum mati kemudian tidak jadi itu juga

menimbulkan ketegangan.

2.15 Serat Kresna Kembang Waosan Pakem Secara Keseluruhan

Secara keseluruhan karya sastra ini bagus dengan parameter

tema yang diangkat cukup menarik judulnya saja membuat pembaca

bertanya maksunya seperti apa, kelengkapan unsur structural yang ada

di dalamnya berupa lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis metafisis,

an lapis dunia yang menunjukkan karya sastra ini banyak mengandung

Page 152: BAB II Sajian Data dan Pembahasan A. Sajian Data · 29 a. Kutipan: …/ tuladha carita kuna / kang utama…(pupuh Dhandhanggula bait 1) Terjemahan: …contoh cerita lama yang utama…

179

diksi sebagai salah satu unsur penting dalam estetika karya sastra.

Parameter lainnya adalah nilai-nilai moral atau amanat yang

disampaikan sangatlah bermanfaat dalam kehidupan sehari-sehari

sebagai contoh yaitu ajaran sejatining lanang dan sejatining wadon

yang diungkapkan Narayana kepada Rukmini, cerita ini juga kompleks

dengan konflik-konflik yang saling terkait sehingga membuat karya

sastra itu menarik. Imajinasi yang digambarkan pengarang juga dapat

menjadi salah satu tolak ukur dari karya sastra ini, pengarang mampu

membangun konflik keluarga yang rumit dan menarik untuk dibaca.