Bab II Proposal
-
Upload
rian-taruna -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of Bab II Proposal
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 1/23
11
Sedangkan pendapat senada dikemukakan oleh Slameto ( 1995 : 105) “Perhatian
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungan nya dengan pemilihan
rangsangan yang datang dari lingkungannya.” Perhatian menurut Sumadi
Suryabrata (1993:14) adalah “pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek.”
Bimo Walgito(1990-56) mengemukakan bahwa perhatian merupakan “pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu
atau sekumpulan obyek.”Kemudian Kartini Kartono (1996:111). menyatakan
bahwa “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang
menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran
terhadap satu obyek”. Dari beberapa pengertian perhatian menurut para pakar
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan atau
kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek tertentu yang memberikan
rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya mempedulikan obyek yang
merangsang itu. Dari pengertian ini, maka perhatian orang tua dapat diartikan
sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam
hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional
maupun material
Berikut ini akan di jelaskan beberapa Jenis Perhatian Sternberg. R.J (2006:
34) menyebutkan bahwa: “faktor yang mempengaruhi persepsi dan ingatan adalah
perhatian (attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam
pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi.” Terdapat 5 jenis
perhatian, yaitu:
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 2/23
12
1. Perhatian selektif (Selective Attention)
Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau
beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu
sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor
yang memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai.
Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi
dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang
paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber
informasi yang paling penting.
2. Perhatian terfokus (Focused Attention)
Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan
beberapa input namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu
tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi
oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus
adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi
akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di
depannya.
3. Perhatian terbagi (Divided Attention)
Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima
informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 3/23
13
4. Perhatian yang terus menerus (Sustained Attention)
Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat
sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini
sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.
5. Kurang perhatian (Lack of Attention)
Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak
berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh
kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan
situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit
membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi
dengan orang lain, motivasi rendah,
Perhatian dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
a. Proses otomatis tidak melibatkan kesadaran, misalkan mengarahkan
pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi. Memperhatikan
secara otomatis dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan suatu hal.
Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga menjadi
otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan
tersebut.
b. Proses terkendali biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan
membutuhkan kesadaran untuk dapat mengarahkan atensi secara terkendali.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 4/23
14
Biasanya proses terkendali membutuhkan waktu lebih lama untuk
dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.
2. Orang tua
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia ( 1995 : 706 ) disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan orang tua adalah orang yang dihormati di kampung, tetua. Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian orang tua dalam
penelitian ini adalah ayah dan ibu dari anak ( jika anak itu tinggal bersama ayah dan
ibu ) atau orang lain yang bertanggung jawab atas pendidikan anak tersebut / wali
siswa / orang tua asuh atau jika anak tersebut tinggal bersama wali.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa perhatian
orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu abjek yang
dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas.
a. Macam-macam Perhatian Orang Tua
Menurut Tim Penulis FIP – IKIP Yogyakarta ( 1993 : 13 ) disebutkan adanya
macam-macam perhatian dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yang pada
prinsipnya meliputi :
1. Macam-macam perhatian orang tua menurut cara kerjanya, dibedakan
menjadi :
a). Perhatian spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak
sekehendak subjek.
b) Perhatian refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 5/23
15
2). Macam-macam perhatian orang tua menurut intensitasnya,
dibedakan
menjadi :
a). Perhatian intensif, yaitu perhatian yang banyak menyertakan aspek
kesadarannya.
b). Perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak banyak menyertakan
aspek kesadaran.
3). Macam-macam perhatian orang tua menurut luasnya,
dibedakan menjadi :
a). Perhatian Terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada lingkup objek
yang sangat terbatas, perhatian ini sering disebut dengan perhatian
Konsentratif.
b) Perhatian Terpencar, yaitu perhatian yang tertuju kepada macam-macam
objek. Sedangkan menurut Patty, dkk ( 1982 : 95 ) membedakan perhatian
menjadi tiga yaitu :
(1). Perhatian spontan dan perhatian paksaan, bila kita senang terhadap
suatu perhatian kita tercurah secara spontan. Sebaliknya apabila kita
tidak senang kepada sesuatu, kita harus memaksakan perhatian
kepadanya.
(2). Perhatian Konsentratif dan perhatian distributif, bila kitamemusatkan perhatian kepada satu hal saja, maka kita
menggunakan perhatian konsentratif. Dan manakala kita
memperhatikan beberapa hal maka kita menamakan perhatian
tersebut distributif.
(3). Perhatian sembarangan ( random attention ) yaitu perhatian
semacam ini tidak tepat, berpindah-pindah dari objek yang satu
kepada yang lain dan tidak tahan lama.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam
perhatian dapat dibedakan berdasarkan objek tertentu yang disertai aktivitas. Dalam
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 6/23
16
penelitian ini perhatian orang tua terhadap anak disimpulkan sebagai pemusatan
tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh orang tua ( ayah,
ibu atau wali ) yang berupa : perhatian spontan, perhatian refleksi, perhatian
intensif, perhatian terpusat dan perhatian terpencar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua
Perhatian tidak selamanya dapat diarahkan dengan baik. Hal ini dikarenakan
bahwa perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Dakir ( 1995 : 114 )
dikemukakan :
1).Ditinjau dari hal-hal yang bersifat objektif, yaitu rangsangan yang kuat
mendapatkan perhatian, kualitas rangsangan mempengaruhi perhatian,
objek yang besar menarik perhatian, begitu pula rangsangan dapat
menarik perhatian
2).Ditinjau dari hal-hal yang secara subjektif, yaitu hal-hal yang bersangkut
paut dengan pribadi subjek, misalnya : beberapa rangsangan yang sesuai
dengan bakatnya lebih menarik perhatian daripada hal yang lain.
Selanjutnya Patty, dkk ( 1982 : 96 ) berpendapat bahwa hal-hal yang
mempengaruhi perhatian ada dua faktor yaitu faktor objektif dan faktor subjektif.
Yang termasuk faktor objektif, adalah :
a. Perangsang yang berubah-ubah menarik perhatian
b. Perangsang yang luar biasa
c. Perangsang yang tiba-tiba
d. Benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu
e. Benda-benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar.
Sedangkan faktor subjektif, adalah :a. Pekerjaan yang sedang kita laksanakan
b. Keinginan yang sedang kita laksanakan
c. Minat
d. Perasaan
e. Mode, dan
f. Kebiasaan
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijabarkan bahwa faktor yang
mempengaruhi perhatian orang tua antara lain :
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 7/23
17
1. Faktor Objektif yang meliputi :
a. Rangsangan yang kuat
Orang tua memiliki perasaan yang sangat peka terhadap anaknya. Apabila
anak dirasa sedang kelihatan lain daripada keadaan biasanya, maka orang tua
dengan mendapat rangsangan yang sangat kuat untuk segera memberikan perhatian
kepada anak dengan tujuan dapat memberikan sesuatu yang sedang dibutuhkan.
Misalnya anak nampak murung, maka orang tua segera memberikan perhatian agar
anak tersebut dapat membebaskan dari kemurungan itu.
b. Kualitas Rangsangan
Orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak tidak bersifat terus
menerus, namun dapat memilih sekiranya anak sedang sangat membutuhkan
perhatian. Hal ini dapat terjadi pada saat anak sedang menghadapi ulangan
misalnya. Maka orang tua memandang bahwa situasi pada saat itu sangat
membutuhkan perhatian agar anak dapat belajar dengan sungguh-sungguh. Situasi
sedang menghadapi ulangan adalah salah satu contoh kualitas rangsangan yang
membuat orang tua memberikan perhatian.
c. Objek yang besar atau perangsang luar biasa
Setiap orang memiliki emosi atau dorongan yang tersimpan dalam hati, hal
ini dapat muncul jika ada objek yang dapat menarik perhatian secara tiba-tiba tanpa
diduga sebelumnya, sehingga perhatian muncul dengan dorongan yang sangat kuat
atau luar biasa. Misalnya orang tua mempunyai keinginan di dalam hati agar
anaknya dapat meraih prestasi yang tinggi, jika benar-benar anak dapat
mewujudkan keinginan orang tua tersebut, maka anak akan mendapatkan perhatian
yang lebih besar.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 8/23
18
d. Rangsangan yang baru
Anak diharapkan dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Jika dalam perkembangannya mempunyai kreatifitas menuju hal-hal yang positif,
maka orang tua akan memberikan perhatian pula untuk mendukung kegiatan
tersebut.
2. Faktor Subjektif yang meliputi :
a. Pekerjaan yang sedang dilaksanakan
Orang tua pada era sekarang cenderung sangat sibuk dengan pekerjaan. Ini
diakibatkan karena keinginan orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarga,
sehingga keluarga sering ditinggal. Anak dibiarkan diasuh oleh pembentu misalnya,
Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang, hal ini dapat berpengaruh
terhadap moralitas keagamaan.
b. Keinginan orang tua
Antara ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya harus bersikap harmonis,
artinya jangan memaksakan keinginannya sendiri-sendiri antara ayah dan ibu,
sehingga menimbulkan konflik, yang jika tidak dapat diselesaikan dengan segera
dapat mengancam keluarga dan menjadi broken home. Ini berakibat anak bingung
dan berpengaruh terhadap prilaku moralitas keagamaan..
c. Minat
Keadaan orang tua suka berlebihan atau tidak sesuai dengan minat dapat
membuat orang tua kecewa, cemas dan sebagainya. Apabila tidak dapat terlaksana,
hal ini akan mengganggu atau mempengaruhi perhatian orang tua terhadap
moralitas keagamaan.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 9/23
19
d. Perasaan
Keadaan perasaaan orang tua sangat berpengaruh terhadap minat belajar
anak. Hal ini dapat terjadi jika orang tua yang bekerja perasaan gembira akan
membuat suasana rumah yang menyenangkan. Sebaliknya, orang tua yang bekerja
dengan perasaan marah membuat suasana rumah menjadi kurang menyenangkan
sehingga moralitas keagamaan pun bagi anak berkurang / menurun.
e. Mode
Keadaan mode sekarang berkembang sangat pesat. Orang tua yang selalu
mengikuti mode akan disibukkan dengan mode-mode baru, baik mode rumah,
perabot, pakaian dan sebagainya. Sehingga orang tua cenderung memikirkan mode
tanpa memperhatikan anaknya, dan menjadikan minat belajar berkurang karena
kurang mendapatkan perhatian orang tuanya.
f. Kebiasaan
Kebiasaaan orang tua yang tidak baik seperti minum-minuman keras,
berjudi, free sex, sangat berpengaruh terhadap moralitas keagamaan. Hal ini
disebabkan keadaan orang tua yang tidak memberikan contoh kehidupan yang baik,
sehingga anak berprilaku yang menyimpang dari aspek keagamaan. Sebaliknya, jika
orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti rajin beribadah,
olahraga, membaca buku, maka akan dapat meningkatkan minat moralitas
keagamaan.
Berdasarkan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perhatian orang tua, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua dapat
dipengaruhi dua faktor yaitu faktor objektif dan subjektif.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 10/23
20
Faktor objektif cenderung timbul karena dorongan dari dalam diri individu,
sedangkan faktor subjektif cenderung timbul dari luar diri individu. Kedua faktor
tersebut bagi orang tua dapat muncul dengan sendiri ataupun bersama-sama
tergantung pada objek yang sedang dihadapi. Perhatian orang tua yang diberikan
kepada anaknya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak khususnya pada
moralitas kegagamaan dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap anak.
3. Peningkatan
Menurut Kamus besar bahasa indonesia (2008:1529) “ peningkatan nyaitu
proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb)” .Berdasarkan teori
tersebut penulis berusaha untuk menelaah bagaimana proses atau cara dalam
meningkatkan moralitas keagamaan di wilayah kecamatan Pangalengan.
4.Moralitas
Menurut W.Poespoprojo, (1998: 18) “Moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik
atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik-buruknya perbuatan manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa moralitas adalah
sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan
santun.
Kata amoral ,non amoral berarti bahwa tidak mempunyai hubungan dengan
moral atau tidak mempunyai arti moral . Istilah Immoral artinya moral buruk ,
(buruk secara moral) .
Menurut W.Poespoprojo, (1998: 118)
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 11/23
21
” Moralitas dapat objektif atau subjektif.Moralitas objektif memandang perbuatan
semata sebagai suatu perbuatan yang telah di kerjakan ,bebas lepas dari segala
pengaruh –pengaruh sukarela pihak pelaku .Lepas dari segala keadaan khusus si pelaku yang dapat mempengaruhi atau mengurangi penguasaan diri dan bertanya
apakah orang yang sepenuhnya menguasai dirinya diizinkan dengan sukarela
menghendaki perbuatan tersebut sedangkanmoralitas Subjektif adalah moralitas
yang memandang perbuatan sebagai perbuatan yang di pengaruhi pengertian dan
persetujuan si pelaku individu .Selain itu juga di pengaruhi ,di kondisikan oleh latar
belakangnya ,pendidikannya ,kemantapan emosinya dan sifat-sifat pribadinya
lainnya”
Yang di tanyakan dalam penelitian ini apakah perbuatan tersebut sesuai
atau tidak sesuai dengan hati nuraninya (concience) sendiri dari si pelaku.Disini
tidak kita perbincangkan apakah moralitas subjektif itu ada.Sebab ini adalah suatu
fakta pengalaman bahwa hat inurani kita menyetujui atau tidak menyetujui apa
yang kita kerjakan .Persoalan yang kita hadapi saat ini hanyalah tentang moralitas
objektif .apakah hakikat dari perbuatan-perbuatan itu sendiri?adakah perbuatan
tersebut telah memiliki kualitas moral ,sifat benar atau salah ,yang hakiki sendiri?
ataukah perbuatan –perbuatan tersebut mempunyai arti moral karena sebab-sebab
dari luar?
Menurut W.Poespoprojo, (1998: 18) “ Moralitas juga dapat intrinsik atau
ekstrinsik .Pembagian ini hendaknya jangan di campuradukkan dengan pembagian
di atas.
a. Moralitas intrinsik memandang suatu perbuatan menurut hakikatnya apakah
perbuatan baik atau buruk pada hakikatnya ,bukan apakah seorang telah
memerintahkannya atau telah melarangnyab. Sedangkan Moralitas ekstrinsik adalah moralitas yang memandang
perbuatan sebagai sesuatu yang di perintahkan atau di larang oleh seseorang
yang berkuasa atau oleh hukum positif ,baik dari manusia asalnya
maupundari tuhan.
Bahwasanya terdapat moralitas eksttrinsik ,semua orang bisa setuju karena
tidak ada orang yang dapat menolak kenyataan bahwa hukum-hukum positif
,bagaimanapun nilai sahnya ,benar-benar ada ,umpamanya hukum negara,hukum
yang tak tertulis ,atau hukum adat.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 12/23
22
Teori yang mengatakan bahwa semua bentuk moralitas itu ditentukan oleh
konvensi dan bahwa semua bentuk moralitas itu adalah resultan dari kehendak
seseorang yang dengan sekehendak hatinya memerintahkan atau melarang
perbuatan-perbuatan tertentu tanpa mendasarkann atas sesuatu yang intrinsik dalam
perbuatan manusia sendiri atau pada hakikat manusia di kenal sebagai aliran
positivisme moral .Di sebut begitu karena ,menurut aliran tersebut ,semua moralitas
bertumpu pada hukum positif sebagai lawan hukum kodrat (natural law).Menurut
Teori tersebut ,perbuatan di anggap benar atau salah berdasarkan:
a. Kebiasaan Manusia
Teori yang mengatakan bahwa semua moralitas itu sekedar kebiasaan
saja,sudah lama tersebar,yakni sejak zaman para sofis dan skeptis pada zaman
yunani purba .Ada yang mengira moralitas itu di paksakan oleh orang-orang yang
pandai dan berpengaruh untuk menundukkan rakyat biasa terhadap tekanan
,pendapat umum,dan tradisi ,orang biasa menerima hukum moral dan mau memakai
rantai belenggu yang telah di buatkan untuknya .dan hanya beberpa pemberani yang
berani berjuang dan dapat merdeka .Adat itu munculya karena perbuatan yang sama
yang di ulang dengan cara yang sama .Mengapa perbuatan di ualng dengan cara
yang sama .Mengapa perbuatan di ulang karena pada permulaan kali menjalankan
perbuatan tersebut ,mereka menemukan bahwa perbuatan tersebut menyenangkan
atau berguna .dan mereka menghendaki hal tersebut kembali.Pada mulanya manusia
mengulang perbuatan-perbuatan tertentu tidaklah karena mereka telah
mengerjakannya sekali-dua kali,tetapi karena keuntungan tertentu sampai adat
tersebut tebentuk.Adat kebiasaan sendiri bukanlah sumber dari perbuatan .Nilai adat
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 13/23
23
dan tradisi adalah sebagai sesuatu yang diwariskan turun- temurun kepada generasi
mendatang dalam bentuk yang sudah ready-made ,yakni suatu kumpulan
pengalaman yang berguna dan profitable dari orang-orang tua.Sebagai Hubungan
sejarah dengan masa lalu ,dan sebagai semen kelangsungan budaya ,adat kebiasaan
adalah tiang penyokong
Setiap bentuk peradaban .Selanjutnya ,terdapat juga beberpaa perbuatan yang tidak
boleh di jadikan adat kebiasaan karena perbuatan tersebut hakikatnya secara
intrinsik,menurut kodratnya adalah buruk dan jahat
b.Hukum Negara
Sebelum manusia mengorganisasi dirinya ke dalam masyarakat politik ,tidak
ada hal yang baik dan buruk,negara sendiri bukanlah masyarakat kodrat
Melainkan hasil dari social contract,persetujuan yang sama sekali konvensional
,yang dengan itu manusia mengorbankan sebagian hak-hak kodratnyauntuk
menyelamatkan kodrat-kodrat lainnya.Pada saat masyarakat sipil terbentuk ,
masyarakat ini memerintahkan dan melarang perbuatan –perbuatan tertentu guna
mencapai terbentuknya common good . Dan inilah saat munculnya hal yang baik
dan hal yang buruk .Jadi ,tidak ada perbuatan yang baik dan yang buruk menurut
hakikatnya,tetapi hanya karena di perintahkan atau di larang oleh negara.
c.Dekrit Tuhan
Bila Moralitas itu bukan hasil konvensi manusia ,sumbernya harus terdapat
pada Tuhan.Tetapi apakah perbuatan itu baik karena Tuhan memerintahkan dan
Buruk karena Tuhan Melarangnya ,Ataukah tuhan memerintahkan karena
perbuatan-perbuatan tersebut baik menurut Hakikatnya dan melarangnya karena
perbuatan tersebut buruk Menurut hakikatnya?Bila alternatif pertama di pilih ,maka
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 14/23
24
tidak terdapat moralitas kodrat atau intrinsik ,dan bahwa semua moralitas
datangnya dari Hukum Positif Illahi .Jadi disini ada positivisme Moral.
Manusia menurut Kodratnya bukanlah sekedar mahluk ciptaan tuhan yang
berbuat dengan sekehedaknya.Manusia diharapkan mampu mengendalikan
perbuatan-perbuatannya dengan intelek dan akal budinya.Pada manusia akal budi
adalah suatu kemampuan untuk memerintah ,menggunakan pengendalian sadar atau
lainnya .Ada dua bagian pada manusia,yaitu bagian yang lebih rendah dan bagian
yang lebih tinggi ,panca indra dan akal budi.Keduanya harus di pertahankan dalam
harmoni dan kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi ,bila tidak akan terjadi
pemberontakan dalam kodrat manusia itu sendiri.
Apabila ada konflik atau pertentangan dan ini vukup sering terjadi antara
yang lebih rendah dan yang lebih tinggi ,kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi
haruslah di menangkan.kemampuan-kemampuan yang lebih rendah haruslah
mendapatkan apa yang mereka butuhkan ,tetapi pertahankan pada tempat mereka
masing-masing.Apabila akal budi diturunkan dari tahtanya,hidup seekor binatang
akan menggantikan tempat hidup seorang mahluk yang berakal budi ,Jadi manusia
tetaplah manusia menurut hakikatnya.
Argumen yang berkata bahwa hakikat manusia di ambil sepenuhnya dalam
bagian-bagian dari nisbahnya adalah moralitas yang benar dan meminjam dari
filsafat tentang tuhan ,tesis bahwa tuhan menciptakan dunia dengan suatu tujuan
,dan Tuhan memerintahnya dengan penyelenggaran Illahi Nya.
Menurut W.Poespoprojo, (1998: 53) “Terdapat faktor –faktor penentu
moralitas :
1.Moralitas terletak dalam kehendak,dalam persetujuan pada apa yang di
sodorkan kepada kehendak sebagai moral baik atau buruk .
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 15/23
25
2.Motif
Motif adalah apa yang dimiliki si pelaku dalam pikirannya ,ketika ia
berbuat , apa yang secara sadar ia sodorkan sendiri untuk dicapai dengan perbuatannya sendiri.
3.Keadaan
Beberapa keadaan dapat mempengaruhi suatu perbuatan sehingga
menyebabkan perbuatan tersebut mempunyai jenis moral yang berbeda
Berdasarkan pendapat di atas ,dalam penelitian ini penulis memfokuskan diri
kepada moralitas ekstrinsik yang berasal dari Tuhan yaitu Allah
Subhanahuwataala ,karena populasi dalam penelitian ini adalah mayoritas
muslim ,maka dalam pembahasan selanjutnya mengenai keagamaan terutama
hukum islam yang berpengaruh terhadap moralitas masyarakat.
5.Agama
a.Pengertian agama
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa sansakerta, yang berasal
dari akar kata gam artinya pergi, kemudian dari kata gam tersebu tmendapat awalan
a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan
mencapai kebahagiaan.
Di samping itu terdapat pendapat yang menyatakan bahwa kata agama
berasal dari bahasa sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya
tidak dan gama artinya kacau. Jadi, arti kata agama adalah tidak kacau atau teratur.
Kata “agama” dalam bahasa Arab diterjemahkan menjadi “ad-dien”. Munjied
mengatakan bahwa arti harfiah dari “ad-dien” cukup banyak, misalnya “pahala,
ketentuan, kekuasaan, peraturan, dan perhitungan”. Fairuzabadi dalam kamusnya,
Al-Muhieth, mengatakan bahwa arti harfiah “ad-dien” adalah “kekuasaan,
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 16/23
26
kemenangan, kerajaan, kerendahan, kemuliaan, perjalanan, peribadatan, dan
paksaan” (Sukardji, 1993: 28).
b.Hubungan Manusia Dengan Agama
Agama sebagai fitrah manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah
satu-satunya cara pemenuhan semua kebutuhan manusia .Posisi ini semakin tampak
dan tidak mungkin dapat di gantikan dengan yang lain .Agama berhubungan erat
dengan Tuhan .Informasi tentang tuhan smdiri adalah suatu kebenaran yang
mutlak,karena datang dari tuhan sendiri .Akan tetapi cara mengetahuinya tidak
dapat di berikan tuhan kepada setiap orang ,walaupun manusia menghendakinya
langsung dari Allah hal ini di lukiskan dalam firman Allah (QS Al-Baqarah :118) :
“Dan orang orang yang tidak mengetahui berkata :mengapa Allah tidak
( langsung) berbicara kepada kami atau datang tanda-tanda kekuasaannya kepada
kami ?demikian pula orang-orang yang sebelum mereka itu,hati mereka serupa
.sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kami kepada kaum
yang yakin”
c. Akhlaq dan Moral
Dalam sistem moralitas ,baik dan buruk dapat di jabarkan secara kronologis
mulai yang paling abstrak.Nilai adalah suatu peringkat keyakinan ataupun perasaan
yang di yakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola
pemikiran ,perassaan,keterikatan dan prilaku .Contoh nilai adalah
ketuhanan,kemanusiaan dan keadilan.Moral Merupakan penjabaran dari nilai ,tapi
tidak seoperasional etika.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 17/23
27
Di lihat dari sumber ,baik nilai ataupun moral dapat di ambil dari wahyu
Illahi ataupun dari budaya .Sementara etika lebih merupakan kesepakatan
masyarakat pada suatu waktu dan di tempat tertentu.Bila suatu masyarakat
bercorak religius ,maka etika yang di kembangkannya akan bercorak religius
pula.Dengan denikian ,moral dan etika dapat sama saja dengan akhlak manakala
sumber ataupun produk budaya sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak akan tetapi
moral dan etika bisa juga bertentangan dengan akhlak manakala produk budaya itu
menyimpang dari fitrah agama yang suci.Islam.
Menurut pandangan islam kriteria moral yang benar adalah memandang
martabat manusia dan mendekatkan manusia dengan Allah..Di bawah ini akan
penulis jabarkan mengenai ruang lingkup akhlak yang sangat berkaitan erat
dengan moralitas dalam keluarga dan masyarakat.
1.Hubungan dengan keluarga ,seperti berbakti kepada orang tua atau birrul
wallidain,baik dengan tutur kata ,memberi bantuan material atau moral kepada
karib kerabat atau aatidzal qurba,suami memberikan nafkah kepada istri,anak dan
anggota keluarga lain,Suami mendidik istri dan anak agar terhindar dari siksa api
neraka.Sebagai mana di Sebutkan dalam Al-qur’an (surat At-Tahrim -6)”Hai
orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”
2.Hubungan dengn masyarkat,dalam konteks kepemimpinan ,pola-pola hubungan
yang perlu di kembangkan adalah menegakkan keadilan ,berbuat ihsan
,menjunjung tinggi musyawarah,memendang kesederajatan manusia ,dan
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 18/23
28
membela orang yang lemah (seperti orang miskin,orang yang tersiksa ,dan
membela orang-orang yang lemah)
6.Moralitas Keagamaan
Moralitas keagamaan adalah sikap manusia yang berkenaan dengan
agama yang di anutnya.Menurut D.Hendropuspito(2000 :45)
“Agama (Instansi ) Merasa ikut bertanggung jawab atas adanya norma-norma
susila yang baik yang di berlakukan atas masyarakat pada umumnya.Agama akan
menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai
kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai
larangan .Agama Juga memberi sangsi yang harus di jatuhkan kepada orang yang
melanggarnya dan mengadakan pengawasan yang ketat atas orang yang
melanggarnya”
Moralitas keagamaan bersifat sosial dalam arti berkenaan dengan sikap
seseorang terhadap orang lain dalam ruang lingkup keagamaan.Dalam moralitas
keagamaan rasa tanggung jawab seorang individu akan mengarah pada rasa
tanggung jawab moral terhadap manusia lainnya atau sosial.
Hablum minannas adalah berhubungan antar sesama manusia. Sebagai umat
beragama, setiap orang harus menjalin hubungan baik antar sesamanya setelah
menjalin hubungan baik dengan Tuhannya. Dalam kenyataan sering kita saksikan
dua hubungan ini tidak padu. Terkadang ada seseorang yang dapat menjalin
hubungan baik dengan Tuhannya, tetapi ia bermasalah dalam menjalin hubungan
dengan sesamanya. Atau sebaliknya, ada orang yang dapat menjalin hubungan
secara baik dengan sesamanya, tetapi ia mengabaikan hubungannya dengan
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 19/23
29
Tuhannya. Tentu saja kedua contoh ini tidak benar. Yang seharusnya dilakukan
adalah bagaimana ia dapat menjalin dua bentuk hubungan itu dengan baik, sehingga
terjadi keharmonisan dalam dirinya.
Yang dimaksud dengan pembinaan akhlak mulia di tengah masyarakat di sini
adalah menjalin hubungan baik yang tidak terfokus hanya pada pergaulan antar
manusia secara individual, tetapi lebih terfokus pada perilaku kita dalam kondisi
yang berbeda-beda, seperti bagaimana bersikap sopan ketika kita sedang bepergian,
ketika dalam berkendaraan, ketika bertamu dan menerima tamu, ketika bertetangga,
ketika makan dan minum, ketika berpakaian, serta ketika berhias.
Salah satu sikap penting yang harus ditanamkan dalam diri setiap Muslim
adalah sikap menghormati dan menghargai orang lain. Orang lain bisa diartikan
sebagai orang yang selain dirinya, baik keluarganya maupun di luar keluarganya.
Orang lain juga bisa diartikan orang yang bukan termasuk dalam keluarganya, bisa
temannya, tetangganya, atau orang yang selain keduanya. Dalam konteks beragama,
orang lain bisa juga diartikan orang yang tidak seiman dengan kita, atau orang yang
tidak memeluk agama Islam.
Terhadap orang lain yang seiman (sesama Muslim), kita harus membina tali
silaturrahim dan memenuhi hak-haknya seperti yang dijelaskan dalam hadits Nabi
Saw. Dalam salah satu haditsnya, Nabi Saw. menyebutkan adanya lima hak seorang
Muslim terhadap Muslim lainnya, yaitu
1) apabila bertemu, berilah salam kepadanya,
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 20/23
30
2) mengunjunginya, apabila ia (Muslim lain) sedang sakit,
3) Mengantarkan jenazahnya, apabila ia meninggal dunia,
4) Memenuhi undangannya, apabila ia mengundang, dan
5) Mendoakannya, apabila ia bersin (HR. al-Bukhari dan Muslim).
6)Terhadap suami atau isteri dan anak-anak kita, kita harus saling menjalin
hubungan kasih sayang demi ketenteraman keluarga kita.
7)Terhadap tetangga, kita harus selalu berbuat baik. Jangan sampai kita
menyakiti tetangga kita (HR. al-Bukhari).
8)Terhadap tamu, kita harus memuliakan dan menghormatinya. Nabi
memerintahkan kepada kita agar selalu memuliakan tamu (HR. al-Bukhari dan
Muslim), dan segera menyambut kedatangannya serta mengantarkan
kepergiannya. Terhadap orang alim (ulama) dan cendekiawan, kita harus
menghormati keluasan ilmunya dan berusaha untuk selalu bergaul dan
mendekatinya. Terhadap para pemimpin, kita harus menaati mereka selama
tidak menyimpang dari aturan agama. “Menaati pemimpin yang benar berarti
menaati Allah Swt. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Jika mampu kita harus
memberikan saran dan nasehat yang baik kepada mereka demi kemajuan yang
dipimpinnya.
“Adapun terhadap orang-orang yang lemah, seperti fakir miskin dan
anak yatim, kita harus berbuat baik dengan menyantuni mereka, memberikan
makanan dan pakaian kepada mereka, dan melindungi mereka dari gangguan
yang membahayakan mereka. Jangan sekali-kali kita berlaku sewenang-
wenang kepada anak yatim dan menghardik orang yang minta-minta (QS. al-
Dluha (93): 9-10)”.
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 21/23
31
Terhadap mereka yang tidak seiman, Islam memberikan beberapa
batasan khusus seperti tidak boleh mengadakan hubungan perkawinan dengan
mereka, tidak memberi salam kepada mereka, dan tidak meniru cara-cara
mereka. Ukuran hubungan dengan mereka yang tidak seiman adalah selama
tidak masuk pada ranah aqidah dan syariah. Di luar kedua hal ini, Islam tidak
melarang kita berhubungan dengan mereka. Terhadap mereka yang
mengancam agama kita, kita harus berbuat tegas (QS. al-Mumtahanah (60): 9).
Dan jika mereka berkhianat, kita pun harus memerangi mereka (QS. al-Anfal
(8): 56-57).
Itulah beberapa cara dalam rangka membina akhlak mulia di tengah-
tengah masyarakat secara umum. Secara khusus bentuk-bentuk akhlak mulia di
masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara
1) menyayangi yang lemah
2) menyayangi anak yatim;
3) suka menolong;
4) bersikap pemurah dan dermawan;
5) melakukan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar);
6) menaati ulama dan ulil amri;
5/14/2018 Bab II Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-proposal 22/23
32
7) bersikap toleran; dan sopan dalam bepergian, dalam berkendaraan, dalam
bertamu dan menerima tamu, dalam bertetangga, dalam makan dan minum,
dan dalam berpakaian.
7. Masyarakat
Menurut Drs.H.Abdul Latif,M.Pd (2009:33) “ Masyarakat bisa di artikan
sebagai sekumpulan orang yang hidup di suatu wilayah yang memiliki aturan atau
norma yang mengatur hubungan satu sama lain” Pola Hubungan antar individu
dalam masyarakat tersebut pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang di akui bersama
dan di abadikan dalam norma dan aturan yang pada umumnya tidak di
verbalkan.Dengan demikian masing-masing individu di haruskan untuk menjunjung
tinggi nilai-nilai tersebut sehingga tercipta suatu hubungan sosial yang relatif stabil.
Hubungan sosial yang relatif stabil tersebut di lakukan dengan cara individu
mengiternalisasikan nilai-nilai yang membentuk keteraturan tersebut sehingga tidak
terjadi konflik sosial.Individu-individu muda,dalam hal ini anak,dalam proese
integrasinya dengan masyarakat akan lambat laun mempelajari dan mengenali pola-
pola hubungan yang ada tersebut untuk mempertahankan eksistensinya di tengah-
tengah masyarakat.dalam konteks ini ,masyarakat adalah wadah di mana individu
mengalami proses Pembelajaran secara langsung.