BAB II POROS MARITIM DUNIA DALAM TINJAUAN ...eprints.umm.ac.id/53199/3/BAB II.pdfArman Tjoneng,...
Transcript of BAB II POROS MARITIM DUNIA DALAM TINJAUAN ...eprints.umm.ac.id/53199/3/BAB II.pdfArman Tjoneng,...
48
BAB II
POROS MARITIM DUNIA DALAM TINJAUAN DOMESTIK
2.1 Latar Belakang Visi Poros Maritim Dunia
Poros Maritim Dunia pertama kali muncul dan dipublikasikan pada debat
kandidat calon presiden dan wakil presiden 2014 oleh pasangan calon Jokowi-JK.
PMD menjadi materi kampanye presiden dan selanjutnya dituangkan dalam visi-
misi presiden terpilih periode 2014-2015. Agenda kemaritiman yang menjadi
fokus presiden khususnya pada masa kampanye lahir dari diskusi tim intlektual
pemenangan pasangan Jokowi-Jk seperti Rizal Sukma, Andi Wijayanto dan
Makmur Keliat. 108 Kala itu, pasangan Jokowi-JK agenda kemaritiman yang
dikampanyekan tersebut pada intinya adalah mengajak untuk kembali pada bahari
dan memaksimalkan potensi didalamnya.109
Keputusan pemilihan poros maritim sebagai materi kampaye tidak lain
mengacu pada identifikasi terhadap persoalan bangsa yang muncul dan
mempertimbangkan potensi kekayaan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menyebutkan
setidaknya terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh Indonesia diantaranya
adalah ancaman terhadap wibawa bangsa. Bekaitan dengan ini, negara belum
mampu secara maksimal menjamin rasa aman dari berbagai macam ancaman
108 Poltak Partogi Nainggolan, Op. Cit., hal 16 109 Ibid.
49
bagi negara kedaulatan wilayah negara.110 Diantara permasalahan keamanan yang
dihadapi adalah ancaman terhadap integritas teritorial Indonesia diataranya kasus
IUU Fishing, pembajakan, permasalahan sengketa teritorial di tiga perbatasan
darat dan tujuh perbatasan laut dengan negara tetangga berdasarkan pada Badan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPB).111
Ancaman keamanan diatas diantranya bekaitan dengan geografis Indonesia
yang sangat strategis dan menyimpan potensi kekayaan alam bahari sebagaimana
dipaparkan sebelumnya. Selain itu, terdapat ancaman keamanan eksternal yang
semakin serius akibat persaingan militer baik di Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik serta perselisihan berkaitan dengan klaim di Laut Cina Selatan. 112
Sehingga para ahli khususnya yang berada dibelakang pemenangan kampanye
Jokowi-JK melihat dan merasakan hal ini sebagai ancaman kemanaan. Hal ini
berkaitan dengan eksploitasi asing terhadap keberadaan sejumlah Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI). 113 Kondisi ini berdampak pada menurunnya
wibawa Indonesia dalam lingkungan internasional karena kurang mampu
menghadapi ancaman guna mempertahankan kedaulatan wilayah dan sumberdaya
alam yang dimiliki.
110 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2014, Rancangan Awal: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanl 2015-2019 Buku I Agenda Pembangunan Nasional, Jakarta: Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional, hal. 10. 111 Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah Dan Andrew W. Mantong, Menerjemahkan Visi Poros Maritim Global Ke Dalam Kerangka Diplomasi Pertahanan Maritim Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia Di Era Jokowi, Csis Working Paper Series Wpsint_ 01/2018, Hal.5 daring dalam Https://Www.Csis.Or.Id/Uploaded_File/Publications/Menerjemahkan_Visi_Poros_Maritim_Global_Ke_Dalam_Kerangka_Diplomasi_Pertahanan_Maritim_Dalam_Kebijakan_Luar_Negeri_Indonesia_Di_Era_Jokowi.Pdf, (18/12/2018. 15.26 WIB); dan Caroline Paskarina, Wacana Negara MaritimDan Reimajinasi Nasionalisme Indonesia, Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik, Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 1 – 8. Hal. 4. 112 Evan A. Laksmana (dkk) Op. Cit., hal. 2-3. 113 Ibid
50
Selain itu, sektor ekonomi juga tidak terlepas menjadi persoalan yang
dihadapi Indonesia diantaranya yakni melemahnya sendi perekonomian bangsa.
Lemahnya sendi- sendi perekonomian bangsa dapat dilihat dari beberapa
persoalan kemiskinan yang masih merajalela seperti tingginya angka pengagguran
dan tingkat kesenjangan sosial yang secara tidak langsung berdampak pada
tindakan kriminalitas. Indikator lainnya juga terlihat dari kesenjangan antar
wilayah, kerusakan lingkungan hidup akibat dari eksploitasi sumber daya alam
secara berlebihan, tidak teratur dan terarah.114
Hal lain adalah ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan, dan
teknologi masih menjadi persoalan pokok perekonomian Indonesia. Persoalan
kemiskinan yang marak terjadi di wilayah pesisir dan perbatasan laut sementara
kekayaan laut Indonesia sangat besar dibandingkan dengan negara sekitarnya.
Permasalahan ini sangat berbeda dengan sejarah kejayaan laut dan budaya bahari
Indonesia yang pernah menjadi pusat kebudayaan yang ditunjukan oleh beberapa
kerajaan di wilayah Indonesia sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.115
Indonesia tergolong pada lapisan bawah negara-negara berpenghasilan
menengah yang mengacu pada pendapatan perkapita Indonesia yang rendah.
Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),
pada tahun 2013 pendapatan perkapita Indonesia hanya mencapai USD 3.500.116
Kondisi diatas tidak lain disebabkan diantaranya adalah karena kurang
maksimalnya manajemen sumber daya alam yang dimiliki sehingga kurang
114 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Op. Cit. 115 Caroline Paskarina, Wacana Negara MaritimDan Reimajinasi Nasionalisme Indonesia, Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik, Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 1 – 8. Hal. 4-5. 116 Ibid., hal. 14.
51
memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat. Faktor penghambat dalam
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan kemunduran ekonomi ini akibat
minimnya ketersediaan infrastruktur yang menjadi hambatan sekaligus
menyebabkan mahalnya biaya logistik.117
Sementara itu, jika dilihat dari segi potensinya, Indonesia memiliki posisi
strategis diapit oleh dua benua dan dua samudera didukung dengan kekayaan
sumberdaya alam bahari mampu menjadi lebih sejahtera dari segi perekonomian.
Selain itu, wilayah perairan Indonesia memiliki posisi strategis sebagai
persilangan dunia yang digunakan sebagai jalur pelayaran dan perdaganggan
internasional. 118 Hal ini didukung dengan mulai bergesenya pusat aktifitas
perekonomian (geopolitik ekonomi) dunia menuju wilayah Asia-Pasifik sehingga
jumlah kapal yang melintasi wilayah laut yurisdiksi nasional lndonesia semakin
meningkat.119 Sehingga akan menjadi sebuah visi yang strategis didukung dengan
kondisi alamiah sekaligus sebagai respon terhadap perubahan ekonomi dan
konstelasi kekuasaan yang terjadi di wilayah kawasan ini.120
Namun, telah dijelaskan, pemerintah masih belum banyak
memperioritaskan pembangunan pada sektor kemaritiman yang mengakibatkan
terputusnya identitas kelautan yang diprakarsai pada masa Soekarno melalui
Deklarasi Juanda pada tahun 1957 oleh Perdana Menteri Juanda serta perjuangan
117 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Op. Cit. hal. 15. 118 A Kadar, Op. Cit., hal. 427. 119 Arman Tjoneng, Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia, Jurnal Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Vo.7, No.47 2017 hal. 48-49; dan Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah Dan Andrew W. Mantong, Op. Cit., hal. 2. 120 Caroline Paskarina, Op. Cit., hal. 6.
52
di UNCLOS oleh Mochtar Kusumaatmaja dan Hasyim Djalal. 121 Akan tetapi,
implementasi kebijakan kemaritiman pada masa presiden pertama kurang
mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan fokus kepentingan nasional kala itu
adalah untuk menentang segala macam bentuk kolonialisasi dan mendapatkan
pengakuan kedaulatan dalam lingkup internasional.122
Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, pemerintahan Soeharto lebih
memfokuskan kebiajakan luar negeri pada pembangunan ekonomi dan stabilitas
keamanan politik. sehingga kebijakan luar negerinya adalah berusaha untuk
mendapatkan sebanyak mungkin investasi asing kedalam negeri dengan tidak
jarang mengorbankan aspek pemerataan sosial-politik di daerah dalam
domestik. 123 Sementara itu, sektor kemaritiman mengalami kemunduran yang
tampak pada kondisi keterbelakangan berbagai pulau di berbagai provinsi
terutama pulau-pulau perbatasan, pesisir, dan terluar.124
Sementara itu, pada era reformasi, masa pemerintahan Baharudin Jusuf
Habibie lebih berfokus mengatasi permasalahan domestik. Dalam masa
pemerintahan yang cukup singkat hanya fokus menangani masalah domestik
seperti gerakan separatis dan kepentingan nasional dalam dunia diplomasi lebih
merujuk pada upaya untuk pemulihan perekonomian sehingga kurang menilik
perihal kemaritiman. Hal yang sama juga terjadi pada masa pemerintahan
Abdurrahman Wachid yang tidak memberikan perhatian pada kemaritiman namun 121Probo Darono Yakti dan Joko Susanto, Poros Maritim Dunia Sebagai Pendekatan Strategi Maritim Indonesia: Antara Perubahan atau Kesinambungan Strategi?, Jurnal Global & Strategis, Th. 11, No. 2. hal. 109. 122 Ganewati Wuryandari, et al., 2008, Politik Luar Negeri Indonesia ditengah Pusaran Politik Domestik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 57 dan 63. 123 Ibid., hal. 113 dan Simon W. Sheldon 1984, Indonesia’s Foreign Policy by Michael Leifer Review, Pacific Affairs, Spring, Vol. 57 nomor 1, 171-172, hal. 8. 124 Poltak Partogi Op. Cit. Hal. 168.
53
berfokus untuk memperoleh dukungan mengatasi konflik domestik dengan
kunjungan internasional yang intensif guna memperbaiki citra Indonesia dalam
lingkungan internasional serta mempertahankan integritas territorial.125
Sedangkan era Megawati, Indonesia mendapatkan tekanan dari Amerika
Serikat yang menyeru negara-negara di dunia memerangi terorisme. Hal tersebut
berdampak pada serangkaian kerjasama internasional yang dilakukan dalam
rangka memerangi terorisme juga melanjutkan apa yang telah diperlihatkan
presiden Sukarno.126 Sementara itu, era Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya
ingin mengembalikan peran angkatan darat dengan mengaktifkan kembali peran
teritorial militer.127
Rendahnya perhatian terhadap sektor kemaritiman berdampak pada
pemarginalan laut dan pulau-pulau kecil. Hal ini dapat diindikasikan salah satunya
dari penyebutan ‘pulau terluar’ yang mengandung makna seolah pulau tersebut
berada di luar wilayah Indonesia sedangkan memiliki makna sebenarnya adalah
pulau yang paling luar. Jika dilihat lebih jauh hal ini bertentangan dengan prinsip
deklarasi juanda yang melihat laut sebagai sistem yang mengintegrasikan pulau-
pulau dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan wilayah tersebut.128
Sehingga, melihat dan menganalisa kondisi diatas melalui diskusi intlektual
atau staff ahli dibelakang Jokowi akhirnya menjadikan agenda kemaritiman
dengan bingkai poros maritim dunia sebagai materi kampanye sekaligus menjadi
125 Renne L. Pattiradjawane, 2003, Prioritas Politik Luar Negeri RI, Kompas, 13 november 2003, Hal. 3 dalam Ganewati Wuryandari, et al., 2008, Politik Luar Negeri Indonesia ditengah Pusaran Politik Domestik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hal. 179 126 Ganewati Wuryandari, Op. cit. Hal. 179-180. 127 Poltak Partogi Nainggolan, Op. Cit. Hal. 168-169. 128 Caroline Paskarina, Op. Cit., Hal. 5
54
visi-misi pemerintahan. Rizal Sukma, menegaskan bahwa visi PMD adalah
langkah yang realisits mengacu, pada bahwa hubungan luar negeri 70%
didominasi oleh hubungan ekonomi. Sementara itu, Indonesia berada pada
kawasan yang menguntungkan dalam perekonomian internasional dengan 40%
perdagangan internasional melalui perairan Indonesia.129
Selanjutnya, melalui visi PMD pemerintahan Jokowi secara tidak langsung
menawarkan perubahan cara pandang dari nasionalisme daratan menjadi
nasionalisme maritim atau berbasis kelautan. Tidak hanya berkaitan pemanfaatan
sumber daya juga untuk pertahanan kemanan serta menyokong perekonomian
dengan mempertimbangkan lokasi strategis Indonesia. Visi ini menjadi usaha
pengembangan potensi dengan perekonomian berbasis maritim guna mencapai
kesejahteraan masyarakat sekaligus meninggikan wibawa bangsa.130
Sehingga bentuk penerjemahan pada kondisi diatas visi PMD muncul atas
dasar dua asumsi. Pertama, politik luar negeri suatu negara harus relevan dengan
karakter suatu negara secara geografis atau sesuai dengan latar belakang sejarah
dan dan didukung oleh perspektif geopolitik dan geostratgisnya. 131 Sementara
kedua, penetapan visi tersebut harus dapat menjadi sumber kekuatan negara
berdasarkan pada perubahan lingkungan internasional yang dengan menguatnya
peran aktor non-negara sebagai salah satu aktor politik internasional, dan mulai
129 Adiatmaputra Fajar Pratama, Gagas Poros Maritim Dunia, Jokowi Sadari Masa Depan Ada di Laut, Kompas.com, 5 Juli 2014, daring dalam https://ekonomi.kompas.com/read/2014/07/05/205320526/Gagas.Poros.Maritim.Dunia.Jokowi.Sadari.Masa.Depan.Ada.di.Laut, (19/12/18. 15.52 WIB). 130 Caroline Paskarina, Op. Cit., Hal. 3; dan M. Najeri Al-Syahrin, Op. Cit., Hal. 2. 131 Makmur Supriyanto, 2014, Tentang Ilmu Pertahanan, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, Hal. 361-367 dalam Poltak Paltogi Nainggolan, Op. Cit. Hal.19.
55
bergesernya geo-politik dan geo-ekonomi ke wilayah Asia.132
2.2 Makna Doktrin Visi Poros Maritim Dunia
Visi kemaritiman yang digaungkan pada masa pemerintahan Jokowi
sebagaimana dituangkan dalam kerangka Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Hal ini karena dirasa diperlukan adanya penyesuaian terhadap pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak bangsa yang didasari kesadaran ruang kelautan tempat
bangsa Indonesia berada melalui pembangunan yang berorientasi kelautan.
Sebagaimana jelas tertuang dalam Dokumen Naisonal Kebijakan Kelautan 2017,
ditegaskan bahwa PMD dimaksudkan bahwa Indonesia sebagai negara maritim
yang berdaulat, maju, mandiri, kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif
bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan
nasional.133
Visi PMD sebagaimana dipaparkan sebelumnya memiliki makna yang
komperhensif. Secara umum, visi ini memiliki makna seruan untuk mengajak
seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan Indonesia untuk kembali melihat
dan memahami pentingnya laut bagi pembangunan Indonesia. Melalui visi ini
berusaha menemukan kembali pada pemahaman jati diri sebagai bangsa bahari
dengan melihat laut sebagai kesatuan wilayah territorial Indonesia yang
membentang dari Sabang sampai Merauke. Laut tidak hanya sebagai pemisah
antar pulau akan tetapi sebagai pemersatu antar pulau dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Melalui visi ini dimaksudkan untuk
melanjutkan amanat yang sudah dibangun dengan konsepsi negara kepualuan 132 Poltak Paltogi Nainggolan, Op. Cit., hal. 20. 133 Presiden RI, 2017, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017TentangKebijakan Kelautan Indonesia, Jakarta: Sekertariat Kabinet RI, hal. 4.
56
yang selama ini kurang mendapatkan perhatian pemerintahan sebelumnya.134
Sebagaimana sedikit dipaparkan pada bagian latar belakang Indonesia
memiliki pengalaman sejarah kejayaan dalam bidang kemaritiman. Hal ini mulai
dilirik kembali pada pemerintahan soekarno, namun pada perkembanganya
kurang menadapatkan perhatian terlebih menjadikannya sebagai basis
perekonomian dengan seolah menutup mata akan anugrahNya pada bumi pertiwi.
Sehingga, PMD menggambarkan kebangkitan sekaligus keberlanjutan cita-cita
yang Indonesia sedang lepas landas dari paradigma daratan dan mencari batu
pijakan selanjutnya setelah Deklarasi Kepulauan 1957 oleh Perdana Menteri
Juanda serta perjuangan di UNCLOS melalui diplomasi maritim yang dirintis
Mochtar Kusumaatmaja dan Hasyim Djalal. 135 Berikut, diberikan gambaran
terkait perisiwa penting pijakan kemaritiman Indonesia sehingga munculnya visi
PMD pada pemerintan Jokowi.136
Gambar 2.1, Pristiwa Perjalanan Menuju Visi Poros Maritim Dunia.137
134 Poltak Partogi Nainggolan, (etl). Op. Cit. Hal.16. 135 Probo Darono Yakti & Joko Susanto, Poros Maritim Dunia Sebagai Pendekatan Strategi Maritim Indonesia: Antara Perubahan atau Kesinambungan Strategi?, Jurnal Global & Strategis, Th. 11, No. 2, Hal. 109. 136 Indonesia Poros Maritim Dunia, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta 18 Oktober 2017 daring dalam http://presidenri.go.id/wp-content/uploads/2017/10/20171018-Kemenko-Maritim-3th-Jokowi-JK-cetak.pdf, (30/12/2018, 14.26 WIB). 137 Ibid.
57
PMD memiliki harapan kembali pada jari diri berjiwa bahari mencapai
kejayaan sebagaimana yang pernah dialami masa lampau sebelum menjadi sebuah
negara bangsa. Secara tidak langsung, Indonesia periode Jokowi bermaksud untuk
membawa pada arah yang melihat arti penting Samudera Hindia dengan
memproyeksikan kekuatan Indonesia. Melalui visi ini, Indonesia dengan identitas
sebagai negara kepulauan dapat memanfaatkan serta mengambil keuntungan
ditengah pergeseran konstelasi geopolitik dan geoekonomi global. Pemaksimalan
pembangunan pada sektor kemaritiman melalu visi PMD sekaligus menjadi
jawaban atas keresahan banyak kalangan terkait pembangunan yang selama ini
lebih berbasis darat seolah mengabaikan posisi geografis Indonesia.138
Visi PMD memiliki arti penting untuk meningkatkan wibawa Indonesia
dalam dunia internasional sebagaimana latar belakang munculnya visi ini. Doktrin
visi ini ingin menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritim yang
diperhitungkan di kawasannya antara benua Asia dan Australia serta antara
samudra Hindia dan Pasifik. 139 Untuk mencapai hal ini, pemerintah telah
menempatkan lima pilar kemaritman Indonesia sebagaimana dipaparkan 138 Evan A. Laksmana, (Etl.), Op. Cit., hal. 3. 139 Caroline Paskarina, Op. Cit., hal. 6.
58
sebelumnya. Pilar ini diterjemahkan kedalam seluruh jajaran pemerintah terkait
serta masyarakat dalam bentuk kebijkaan dan program proyek.140
Rizal Sukma, intlektual staf ahli yang berada dibelakang Jokowi
menyatakan bahwa, visi PMD dapat dipahami dalam tiga makna. Pertama, visi
PMD dilihat sebagai cita-cita pembangunan Indonesia sebagai kekuatan maritim
yang bersatu, sejahtera, dan berwibawa. Kedua, dipahami sebagai sebuah doktrin
yang berusaha untuk ditanamakan oleh pemerintah sekaligus sebagai arahan
mengenai tujuan bersama serta mengajak bangsa Indonesia melihat dirinya
sebagai negara berjiwa bahari untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Doktrin ini
juga menekankan pada realitas geografis, geostrategis, dan geoekonomi diamana
masa depan Indoensia bergantung dan tikut memengaruhi, dinamika yang terjadi
pada dua samudra yang mengapit negara ini.141 Ketiga, visi ini tidak berhenti pada
level abstrak semata sebagai cita-cita, tetapi menjadi salah satu prioritas
pembanguan melalui dengan berbagi macam agenda konkret guna pencapaian visi
ini.142
Poros Maritim Dunia sebagai sebuah konsep yang komperhensif dijabarkan
secara luas. Menjadikan Indonesia sebagai PMD bukan hanya sebagai bentuk
realisasi dari identitas negara kepulauan tetapi lebih kompleks yakni menjaga
keutuhan sebagai negara maritim karena keduanya merupakan hal yang berbeda.
Hasyim Djalal menyatakan bahwa negara maritim memiliki artian negara yang
140 Ismah Rustam, Tantangan ALKI dalam Mewujudkan Cita‐cita Indonesia sebagai Poros
Maritim Dunia, Jurnal Indonesian PerspectiveVolume 1 Nomor. 1 (Januari‐Juni): 1‐21. Hal. 5. 141 Rizal Sukma, Gagasan Poros Maritim, Kompas, 21 Agustus 2014, daring dalam https://ekonomi.kompas.com/read/2014/08/21/080000726/Gagasan.Poros.Maritim, (19/12/2018. 15.40 WIB). 142 Ibid.
59
mampu memanfaatkan potensi lautnya didukung oleh kemampuan teknologi, ilmu
pengetahuan, peralatan, kemanan dan yang terkait dengannya. Hal ini berguna
untuk mengelola dan memanfaatkan laut secara keseluruhan mulai dari ruangnya,
kekayaan alam yang terkandung didalamnya maupun letaknya geografis yang
strategis.143
Visi PMD selanjutnya dijabarkan secara komperhensif dalam pelaksanaan
berbentuk kebijakan dalam satuan unit kerja pemerintahan Jokowi yang mana hal
ini ditujukan untuk dua kepentingan besar yakni dalam bidang ekonomi dan
politik-kemanan. Poros maritim sebagai upaya pengembangan ekonomi berbasis
maritim guna kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga didukung dengan
pembangunan infrastruktur guna terjaminnya konektivitas dengsn tujuan
pemerataan pembangunan ekonomi dan terciptanya keamanan maritim di
Indonesia.144
Guna mencapai realisasi visi PMD, menurut Rizal Sukma terdapat tiga
strategi dasar yang difokuskan. Pertama, persiapan sumberdaya manusia (SDM).
SDM menjadi hal yang penting dan dapat dimulai dengan melakukan menguatkan
jati diri bahari diantara melalui wawasan bahari ke dalam proses pendidikan.
Selain itu, Indonesia perlu mempersiapkan keahlian dalam bidang kelautan yang
bersifat teknis, teknologi, strategi dan hukum laut internasional. Lebih jauh juga
perlu memperkuat kesadaran terhadap lingkungan maritim (maritime domain
143 Simela Victor, 2014, Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, Volume, VI, No. I. Hal. 21 dalam Ismah Rustam, Op. Cit., Hal. 5 144 M. Najeri Al-Syahrin, Op. Cit., hal. 2.
60
awareness/MDA).145
Kedua, MDA tidak cukup dan memerlukan dukungan penguatan
infrastruktur maritim. Fokus pada pembangunan infrastruktur ini sudah tertuang
dalam rencana kerja agenda pembangunan Jokowi. Sedangkan yang terakhir
pembangunan maritim perlu biaya yang besar, ketersediaan teknologi yang cukup,
dan waktu yang panjang. Sehingga realisasi ini perlu didukung oleh ketersediaan
dana. 146 PMD akan diterjemahkan oleh satuan unit kerja pemerintahan baik
kementerian ataupun unit terkait guna mencapai ambisi visi poros maritim dunia
dengan mengacu pada lima pilar kemaritiman yang ditetapkan oleh Jokowi.
Sehingga sub-bahasan berikutnya akan membahas yang akan dijelaskan
selanjutnya.
2.3 Poros Maritim Dunia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) Pemerintahan Jokowi 2015-2019
Poros Maritim Dunia merupakan wujud dari visi kemaritiman Indoneisa
masa Jokowi yang terdapat dalam tiga dari 7 poin yakni (poin 1,3 dan 6). 147
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004TentangSistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa visi adalah rumusan
umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi
adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
145 Rizal Sukma, Loc. Cit. 146 Ibid. 147 Bappenas, 2014, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 : Buku I Agenda Pembangunan Nasional, Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, hal. 7-9.
61
mewujudkan visi. 148 Sehingga visi kemaritiman yang dibingkai dalam PMD
merupakan cita-cita bangsa Indonesia pada pemerintahan Jokowi untuk
kesejahteraan bangsa sebagaimana dipaparkan sebelumnya.
Visi-misi memiliki keterkaitan dengan rencana pembangunan untuk
mencapi cita-cita tersebut yang didalamnya memiliki turunan tersendiri. Pada
level negara, hal ini disebut sebagai Rencana Pembangunan Nasional yang
didalamnya memuat beberapa hal turunan secara teknis untuk mencapai visi-misi
tersebut termasuk kebijakan, strategi dan lainnya.149 Perencanaan Pembangunan
Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi
pemerintahan yanag berada diabawah komando dan tanggung jawab presiden
periode yang berlangsung. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
memiliki beberapa turunan salah satunya Rencana Pembangunan jangka
Menengah (RPJMN) dalam periode 5 tahun mengikuti periode pemerintahan yang
sedang berkuasa.150
Sementara itu, dalam RPJMN terdapat beberapa unsur-unsur berikut sebagai
instrumen pencapaiannya. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-
program indikatif guna perwujudan visi dan misi. Kebijakan adalah tindakan
Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan tertentu yang ditargetkan.
Program adalah instrumen kebijakan didalamnya terdapat kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah untuk tercapainya sasaran dan tujuan
dengan adanya alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
148 Presiden RI, 2004, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004TentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 1 point 12-13, Jakarta: DPR RI, hal. 5. 149 Ibid, hal. 3. 150 Ibid, hal. 4.
62
oleh instansi pemerintah. 151 sehingga dapat difahami bahwa kebijakan
merupakan bagian yang tidak terpsahkan dari visi-misi dan berada dibawah visi-
misi itu sendiri.
Pada tahun 2015, Indonesia memasuki tahap ketiga pembangunan dalam
rencana menengahnya yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 yakni dokumen
turunan dari RPJP Nasional. RPJMN ini disesuaikan dengan pemerintahan pada
periode tertentu dalam hal ini yang tertuang dalam Nawa Cita, mengacu pada visi
dan misi yang ingin dicapai oleh pemerintahan presiden Jokowi. Sehingga
RPJMN 2015-2019 dapat dijabarkan sebagai berikut:152
2.2, Alur Visi PMD dalam Pembangunan Nasional 2015-2019.153
Kaitannya dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai
PMD yang dicanangkan pada masa pemerintahan Jokowi ini merupakan salah
satu visi dan misi yang diusung oleh pemerintahan Jokowi. Sehingga dalam hal
ini agenda kemaritiman dalam kerangka PMD bukan merupakan sebuah kebijakan
melainkan perwujudan visi-misi presiden pada periode pemerintahannya. Guna
151 Ibid, 152 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kebijakan Kesehatan Indonesai, daring dalam https://kebijakankesehatanindonesia.net/36-sinkronisasi/2586-sistem-perencanaan-pembangunan-nasional, (21/11/2018. 11.05WIB). 153 Ibid.
63
pencapaiannya diturunkan dalam bentuk RPJMN kinerja kementerian dan
lembaga dalam bentuk kebijakan dan program kebijakan.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
yang merupakan blueprint pembangunan nasional 20 tahun kedepan dengan
beberapa turunan, maka rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) pada era pemerintahan presiden Jokowi-JK, memasuki Agenda RPJMN
ke-3. RPJMN 2015-2019 mencerminkan aspirasi dua arah yakni visi-misi
presiden dan pendekatan praktis-teknokratik. Sebagai sebuah hasil yang
merupakan bentuk kompromi politik-teknokratik, RPJMN dalam setiap periode
pemerintahan menjadi berbeda-beda dan kental dipengaruhi oleh harapan presiden
terpilih yang dituangkan dalam visi-misi.154
Gambar, 2.3, Tahapan RPJPN 2005-2025 dan Posisi RPJMN.155
Sebagai acuan, dalam dokumen RPJMN tertuang visi pembangunan
nasional dalam periode 2015-2019 dibawah pemerintahan presiden Jokowi yakni
154 Muhammad Ryan Sanjaya, Mengurai Sasaran Makro RPJMN Jokowi, Macroeconomic Dashboard FEB UGM, daring dalam https://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/mengurai-sasaran-makro-rpjmn-jokowi/, (26/11/2018. 09.05 WIB). 155 Ibid.
64
“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”. Selanjutnya, upaya encapaian visi tersebut
diwujudkan dalam 7 misi. Diantaranya, terdapat 3 poin yang menjadi landasan
dalam visi PPMD yaitu pada point 1, 3 dan 6. Misi point 1 yakni mewujudkan
keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. Point ke-3
yaitu, Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim. Terkahir pada point ke-6 yakni, Mewujudkan Indonesia
menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional.156
Berdasarkan pada RPJMN 2015-2019 bedasarkan pada visi-misi diatas, visi
PMD dicantumkan dalam arah kebijakan dan pembangunan strategis pada agenda
pembangunan pertama ‘Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi
Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga Negara’
melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, sebagai strategi pertama.157
Agenda kemaritiman dengan kerangka PMD merupakan perwujudan dari visi-
misi sekaligus keseriusan presiden untuk memanfaatkan potensi kemaritim bagi
pembangunan nasional demi kesejahteraan bangsa. Hal ini tertuang dengan jelas
156 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2014, Rancangan Awal: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanl 2015-2019 Buku I Agenda Pembangunan Nasional, Jakarta: Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. hal. 67. 157 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Op. Cit, Hal. 75-76.
65
dan detail dalam sasaran pokok pembangunan nasional RPJMN 2015-2019 dalam
table 5.1.158
Selain itu, hal ini juga ditekankan dalam agenda pembangunan pertama
dicantumkan dalam strategi ke-3 yakni memperkuat jati diri sebagai negara
maritim. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam strategi ke-3 ini adalah
menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan dalam rangka menjamin
kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
mengamankan sumber daya alam dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).159 Secara
jelas dan rinci guna mencapai sasaran tersebut ditegaskan 7 arah kebijakan
pembangunan nasional yang mana hal ini dicapai dengan pelaksanaan strategi
pembangunan mengenai kemaritiman yang terdiri dari 14 poin secara rinci.160
Visi PMD hanyalah sebatas cita-cita tanpa adanya penerjemahan dalam
bentuk kebijakan oleh kementerian melalui beragam program kemaritiman
sebagimana alur yang dijelaskan sebelumnya. Sebagai acuan dalam penyusunan
program dan kebijakan di bidang kemaritiman, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomer 16 tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia. 161 Lampiran dari perpres ini berbentuk dokumen nasional kebijakan
kelautan Indonesia sekaligus menjadi acuan dalam mengkoordinasikan dan
mensiergikan pemangku kepentingan (lembaga terkait di bawah pemerintah) yang
158 Ibid, Hal. 72. 159 Ibid, Hal. 77. 160 Ibid, Hal. 77-78. 161 Admin KKP, Bumikan Visi Indonesia Poros Maritim Dunia, Kemenko Kemaritiman Gelar Rakornas, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 4 mei 2017, daring dalam https://kkp.go.id/artikel/2183-bumikan-visi-indonesia-poros-maritim-dunia-kemenko-kemaritiman-gelar-rakornas, (30/12/2018, 14:57 WIB)
66
diidalamnya juga memuat uraian pedoman umum tentang kebijakan berikut
rencana aksinya.162
Memperkuat jati diri sebagai negara maritim dengan kerangka visi PMD
sebagimana dalam RPJMN memiliki konsekuensi bahwa Indonesia harus mampu
mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut. Artinya,
Indonesia seharusnya mampu untuk memadukan dua hal yang sangat penting
dalam mendukungnya di wilayah laut yakni pengembangan kekuatan militer
sekaligus pertahanan serta sentralitas aktivitas perekonomian. Keduanya saling
terkait yakni kesejahteraan ekonomi kelautan tidak akan bisa dicapai tanpa
dukungan keamanan dan pertahanan wilayah perairan yang menjadi sebagian
besar arena kegiatan.163
Berbagai bentuk kebijakan pembangunan dan pelaksanaan strategi
pembangunan berkaitan dengan agenda kemritiman sebagaimana tertuang jelas
dalam RPJMN 2015-2019 sebagai upaya dalam pencapaian visi PMD. Akan
tetapi dalam upaya pelaksanaanya masih terdapat beberapa kendala yang
menghambat sekaligus sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan serius guna
pencapaian kepentingan nasional Indonesia dan kesejahteraan bangsa. Kendala
yang dihadapi datang dari lingkungan pengelolaan domestik secara internal dan
eksternal (international milieu) mencakup dampak stabilitas kemanan kawasan
dan isu kemanan non tradisoonal seperti IUU Fishing maupun Piracy. Sehingga
penelitian ini melihat bentuk kendala realisasi PMD yang mencapai tahap akhir
162 Presiden RI 2017, Loc. Cit., hal. 3 163 M. Najeri Al Syahrin, Op. Cit.,hal 2.
67
pada RPJMN 2015-2019 sekaligus sejalan dengan tahapan evaluasi ini
sebagaimana juga diterangkan oleh Dunn dalam tahapan evaluasi kebijakan.
2.4 Unit Pemerintahan Pelaksana Pencapaian Visi Indonesia Poros Maritim
Dunia
Guna pencapaian Visi PMD sebagaimana jelas disebutkan sebelumnya
maka diturunkan dalam bentuk kebijakan yang dilaksanakan oleh unit satuan kerja
pemerintah melalui kementerian terkait. Kebijakan kelautan RI jelas menjadi hal
urgen . 164 Sehingga, dokumen nasional kebijakan kelautan Indonesia yang
merupakan Lampiran Perpres No.16 tahun 2017, merupakan arahan dan acuan
kebijakan perlu diimplementasikan oleh pemangku kepentingan terkait dalam
satuan kerja pemerintahan.165
Kebijakan Kelautan Indonesia adalah pedoman umum kebijakan kelautan
berikut langkah pelaksanaannya melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan
oleh kementerian dan lembaga terkait di bidang kelautan disusun dalam rangka
percepatan pencapaian visi PMD. Kebijakan Kelautan RI yang dituangkan dalam
bentuk Perpres setidaknya terdiri dari dua hal yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Dua hal tersebut yakni Dokumen Nasional Kebijakan Kelautan
Indonesia dan Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia. Hal ini berfungsi
sebagai pedoman bagi kementerian ataupun lembaga dan pemerintah daerah untuk
164 NARASI TUNGGAL: Bumikan Visi Indonesia Poros Maritim Dunia, Kemenko Kemaritiman Gelar Rakornas, Kementerian PPN/Bappenas, 4 Mei 2017, Daring Dalam Https://Www.Bappenas.Go.Id/Id/Berita-Dan-Siaran-Pers/Narasi-Tunggal-Bumikan-Visi-Indonesia-Poros-Maritim-Dunia-Kemenko-Kemaritiman-Gelar-Rakornas/, (31/12/2018, 13:08 WIB) 165 Presiden RI, Loc. Cit., Hal. 4.
68
melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi
pembangunan sektor kelautan.166
Perwujudan visi PMD bukan merupakan pekerjaan ringan yang dilakukan
oleh satu kementerian sebagai satuan kerja pemerintah. Namun, hal ini merupakan
pekerjaan besar yang dilakukan oleh beberapa satuan unit kerja kabinet
pemerintahan mengacu pada kebijakan kelautan RI yang disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsi masing-masing.167 Sehingga, koordinasi dan kerjasama
dalam setiap kebijakan menjadi hal utama dalam menjalankan rencana aksi terkait
perwujudan visi ini.168
Adapun sebagaimana tertuang dalam bagian keempat Perpres ini tentang
kaidah pelaksanaan, bahwa Kebijakan Kelautan Indonesia dilaksanakan oleh
kementerian dan lembaga sesuai tugas dan fungsi masing-masing yang berada
dibawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Sementara
Laporan pelaksanaan program dan kegiatan Kebijakan Kelautan Indonesia
disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman kepada presiden.
Laporan ini disampaikan setelah melakukan koordinasi dengan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan.169
166 Ibid., Hal.3-4. 167 Ibid., Hal. 5. 168 Tantangan Dan Peluang Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia, Kementerian Luar Negeri, Kamis, 9 Maret 2017, Daring https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Tantangan-dan-Peluang-Indonesia-sebagai-Poros-Maritim-Dunia.aspx, (31/12/2018, 12:48 WIB) 169 Presiden RI 2017. Loc. Cit., hal. 34.
69
Sementara itu, dalam proses pelaksanaan kebijakan kelautan oleh
kementerian terkait harus dilakukan tidak melenceng dari peraturan peundang-
undangan terkait. Beberapa peraturan yang menjadi acuan dan harus diselaraskan
adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Selain itu juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, dan
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 .170
Sebagaimana telah disebutkan pelaksanaan kebijakan dilakukan oleh satuan
unit kerja kabinet pemerintahan pada beberapa kementerian dan lembaga negara.
Beberapa kementerian tersebut berada dibawah pengawasan dan dikoordinasikan
oleh Kemenko kemaritiman yang disesuaikan berdasarkan pada tupoksi masing-
masing. Masing-masing melaksanakan tugas berdasarkan pada lima pilar
kemaritiman yang dipaparkan sebelumnya yang diturunkan dalam bentuk lima
rencana aksi kebijakan kelautan. Diantara kementerian terkait yang dimaksudkan
jika dipaparkan berdasarkan pada rencana aksi kebijakan dengan kluster program
perioritas dibagi menjadi lima.171
Pertama, disebut juga program perioritas A yakni batas maritim, ruang laut,
dan diplomasi maritim. Program ini diterjemahkan dalam empat kegiatan
prioritas, meliputi; perundingan dan penyelesaian batas maritim; penguatan
170 Ibid. 171 Presiden RI, 2017 Lampiran II Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan Indonesia : Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Idonesia 2016-2017, Jakarta: Sekertariat Kabinet Hal.1
70
diplomasi maritim; penyelesaian toponimi; dan penataan ruang laut. Program ini
dilakukan oleh beberapa kementerian yakni Kementerian Luar Negeri (Kemenlu),
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim), Kementerian
Politik, Hukum dan HAM (Kemenko Polhukam), Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kementerian
Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Selain itu
juga dibantu oleh beberapa lembaga pemerintahan negara seperti Badan Informasi
Geospasial (BIG), Badan Kemanan Laut (BAKAMLA), Tentara Nasional
Indonesia (TNI) Dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).172
Kedua, program perioritas B yakni menyangkut industri maritim dan
konektivitas laut. Hal ini diterjemahkan menjadi lima kegiatan prioritas meliputi
pelayaran, pelabuhan laut, industri perkapalan, keselamatan pelayaran serta
insentif usaha dan iklim investasi. Beberapa kementerian yang menjalankannya
adalah Kemenhub, Kementerian Koordinator Perekonomian (Kemenko
Perekonomian), Kementerian Perindusterian (Kemenperin). Selain itu juga
dibantu oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) serta Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).173
Ketiga, program perioritas C yakni industry sumber daya alam dan jasa
kelautan serta Pengelolan lingkungan laut. kemudian dijabarkan menjadi sembilan
perioritas meliputi; perikanan; pertambangan ofshore dan energi laut; wisata
bahari; pemanfatan sumber daya alam non-konvensional dan sumber daya pesisir
berkelanjutan; konservasi perairan; rehabilitasi; pencemaran laut dan pesisir;
172 Ibid., Hal.3 173 Ibid., hal. 38
71
pengelolan pulau-pulau kecil; insentif usaha dan ikhm usaha; serta pengembangan
kawasan ekonomi kelautan. Hal ini dijalankan oleh Kemenko Maritim, KKP,
Kemenhub, Kemendagri, Kemenhub, Kemenko Perekonomian, Kemenperin,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehitanan (Kemen-LHK), kementerian
pariwisata (Kemenpar), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen-
ESDM). Selain itu juga diabantu oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(BNPP).174
Keempat, program perioritas D berupa pertahanan dan keamanan laut. Hal
ini diturunkan menjadi kegiatan prioritas yakni Pertahanan Laut, Keamanan Laut
dan IUU Fishing. Program periorotas ini selanjutnya diterjemahkan oleh KKP,
Kemenhan. Mereka juga dibantu oleh Kemanan Laut (BAKAMLA), Tentara
Nasional Indonesia (TNI), Kejaksaan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri).175
Kelima sekaligus terakhir yang disebut juga program perioritas E yakni
budaya bahari. Kemudian diturunkan menjadi tiga kegiatan prioritas yaitu nelayan
dan masyarakat pesisir, iptek kelautan serta sumber daya manusia dan tenaga
kerja. Hal ini diterjemahkan untuk dilaksanakan dalam bentuk kebijakan oleh
Kementerian KKP, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kementerian tenaga
Kerja (Kemenaker), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan (Kemendikbud),
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (kemen-PPPA),
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (kemristekdikti). Selain itu
174 Ibid., hal. 66. 175 Ibid., Hal. 137
72
juga dibantu oleh TNI. 176 Selanjutnya secara lebih rinci, pada bagian ini
dijelaskan tugas yang dilakukan oleh beberapa kementerian yang dinilai lebih
berkaitan dengan sisi domestik dan Internasional. Beberapa unit yang akan lebih
banyak dijelaskan dan berkaitan dengan pembahasan berikutnya seperti Kemenlu,
KKP, Kemenko Maritim, Kemenhub, Kemenhan dan TNI.
Kemenlu merupakan salah satu kementerian yang memiiki peran penting
dalam pencapaian visi PMD sebagai instrumen utama dalam mendukung relaisasi
ke lingkungan internasional. Mengacu pada dokumen nasional kebijakan kelautan,
Kemenlu memiliki peran penting dalam diplomasi maritim sekaligus sebagai
salah satu pilar kelautan Indonesia dengan berbagai macam bentuk. Diantara
bentuk diplomasi maritim ditempuh dengan program peningkatan kerjasama
bidang kelautan pada tingkan bilateral, regional maupun Internasional. 177
Kemenlu juga melakukan optimalisasi diplomasi terkait hukum dan perjanjian
termasuk dalam perjanjian kewilayahan dalam berbabagai forum regional maupun
internsional.178
Selain itu, Kemenlu memiliki tanggung jawab dalam perundingan dan
penyelesaian batas maritim. Diantara batas maritim yang diupayakan adalah
dnegan negara tetangga sebagaimana mengacu pada rencana aksi adalah antara RI
dengan Singapura, Philipina, Vietnam, India dan Timur Leste. Kemenlu juga
memiliki peran dalam penetapan eksistensi landas kontinen sesuai dengan hukum
internasional yang bekerjasa dengan BIG. Hal ini ditempuh dengan melakukan
optimalisasi diplomasi terkait dengan perjanjian politik, kemanan kewilayahan 176 Ibid., Hal. 158. 177 Ibid., hal.13-14. 178 Ibid., hal 20-21.
73
dan kelautan.179 Adapun secara lebih rinci terkait kegiatan rinci dalam bidang
diplomasi uyang dilakukan oleh kemenlu akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya.
Selain Kemenlu, dalam ranah domestik yang memberikan implikasi
internasional dalam aksinya adalah KKP. Mengacu pada Kebijakan Kelautan
diantara tugas yang dilakukan oleh KKP antara lain Penetapan Rencana Tata
Ruang Laut Nasional, Penetapan Rencana Zonasi (RZ) Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau keci, RZ kawasan strategis nasional dan RZ antar wilayah.180 Selain
pengelolaan, KKP juga bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya kelautan, pengembangan kerjasama bilateral, regional dan global di
bidang pengelolaan laut dan penataan sistem hukum kelautan.181 Selain itu, dalam
bidang keamanan dan pertahanan KKP juga berkewajiban dalam kegiatan
pemberantasan kejahatan perikanan dilaksanakan oleh pemantauan sumberdaya
kelautan dan perikanan dan peningkatan infrasruktur pengawasan dan
pengoperasian kapal pengawas.182
Kementerian berikutnya yang memiliki peran penting dalam realisasi PMD
adalah Kemenhub yang memiliki tugas penting dalam salah satu pilar kelutan
Jokowi yakni Infrastruktur dan konektivitas maritim. Berkaitan dengan PMD,
mengacu pada Kebijakan Kelautan Kemenhub bertugas dalam pengembangan
sistem konektivitas transportasi kelautan melalui peningkatan pelayaran. Selain
itu, pengembangan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan laut serta pelayaran
179 Ibid., hal. 13. 180 Ibid., hal. 29-30. 181 Ibid., hal. 124. 182 Ibid., hal. 154-155.
74
laut sekaligus penataan pelabuhan lama dan pembangnan pelabuhan baru dalam
rangka menurunkan biaya logistik.183
Selain itu, dalam bidang insentif usaha dan iklim investasi asing, Kemenhub
bekerjasama dengan badan terkait seperti Badan Koordinasi Penananman Modal
(BKPM). Kemenhub juga bertanggung jawab dalam peningkatan sumber
pendanaan nasional mendukun serta iklim investasi pembangunan infrastruktur
(tol laut). Pembangunan infrastruktur memerlukan biaya yang tinggi sementara
APBN tidak hanya dibelanjakan untuk keperluan infrastrukutr sehingga kehadiran
investasi asing menjadi hal yang perlu. Sehingga salah satu program Kemenhub
adalah prningkatan kerjasama investasi pembangunan infrastruktur dengan mitra
asing.184
Sementara itu, dalam bidang pertahnan dan keamanan sebagaimana salah
satu dari lima pilar kelautan menjadi tanggung jawab Kemenhan dibantu oleh
TNI, Polri dan Bakamla. Kemenhan bertanggung jawab dalam menjamin
pembangunan pertahanan dan kemanan laut yang tangguh serta peningkatan
kinerja pertahanan dan kemanan yang terpadu pada seluruh wilayah perairan
yuridiksi sesuai dengan hukum internasional. Selain itu, pentingnya keamanan di
wilayah kelautan merupakan hal kunci pembangunan ekonomi kemaritiman
didukung dengan infrastruktur dan konektivitas. Sehingga, sebagaimana tertuang
dalam kebijakan kelautan realisasi PMD Kemenhan juga bertanggung jawab ntuk
menjamin penegakan dan hukum di wilayah perairan dan yuridiksi. Selain itu,
perihal kemanan laut perlu disinergikan sehingga salah satu program yang
183 Ibid., hal. 45-56. 184 Ibid., hal. 64-65
75
menjadi tugas kemenhan jauga adalah peningkatan peran aktif Indonesia dalam
kerjasama pertahanan dan kemanan laut baik dalam lingkup regional maupun
internsional.185
Selanjutnya dalam bidang pengelolaan dan penataan ruang laut sebagaimana
dalam pilar pertama kelautan menjadi tanggung jawab Kemenko Maritim.
Terdapat banyak pemangku kepentingan sebagimana dipaparkan diatas yang
menjadi satuan unit kerja pemerintah jokowi guna pencapaian visi PMD, maka
perlu adanya koordinasi yang menajdi tugas kemenko maritim. Salah satu
diantaranya dilakaukan melalui rapat koordinasi nasional (rakornas) untuk
mensinergikan gunya pencapaian visi PMD. 186 Kemenko bertanggung jawab
dalam penciptaan keterpaduan lintas program antar sektor di wilayah laut. 187
Beberapa kementerian yang dijelaskan lebih rinci diatas sebagai gambaran
untukkepentingan dalam penjelasan bab berikutnya.
185 Ibid., hal. 142-149. 186 Bumikan Visi Indonesia Poros Maritim Dunia, Kemenko Kemaritiman Gelar Rakornas, Kominfo, daring dalam https://kominfo.go.id/content/detail/9614/bumikan-visi-indonesia-poros-maritim-dunia-kemenko-kemaritiman-gelar-rakornas/0/artikel_gpr, (24/1/19. 11:03 WIB). 187 Presiden RI, Loc. Cit., hal. 26.