BAB II PEMAHAMAN TERHADAP - sinta.unud.ac.id II.pdf · objek wisata lainnya yang terdapat pada...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
223 -
download
1
Transcript of BAB II PEMAHAMAN TERHADAP - sinta.unud.ac.id II.pdf · objek wisata lainnya yang terdapat pada...
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
7 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP
WISATA DESA TENUN RANGRANG
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai pemahaman judul perencanaan yang
terbagi atas Wisata Desa, Tenun Rangrang, kajian objek sejenis, dan spesifikasi
umum tentang Wisata Desa Tenun Rangrang.
2.1 Pemahaman terhadap Wisata
Pemahaman terhadap Wisata akan dijabarkan hal-hal yang berkaitan
mengenai definisi, persyaratan,dan lokasi. Uraian-uraian tersebut akan dijelaskan
dibawah ini.
2.1.1 Definisi Wisata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan menyebutkan bahwa Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian
dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata. Dapat disimpulkan bahwa perjalanan
memiliki pengertian berkunjung atau mengunjungi, sehingga dalam hal ini objek
yang akan dikunjungi menjadi vocal point untuk dapat dilihat.
2.1.2 Syarat-Syarat Wisata
Dalam upaya sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang perlu
diperhatikan sebagai syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai bahan acuan dalam
pengadaan perencanaan yaitu :
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
8 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
1. Lokasi Wisata
Persyaratan Lokasi tidak harus strategis dalam artian harus berada di pusat kota
atau pusat keramaian kota, namun mudah untuk dijangkau, baik dapat dijangkau
melalui jalan kaki maupun jalur angkutan umum. Selain itu adanya daya dukung
objek wisata lainnya yang terdapat pada lokasi pengadaan perencanaan wisata,
sehingga pengunjung dapat menikmati keragaman wisata yang ada.
Tabel 2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata Nusa Penida
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
9 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
2. Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana dan prasarana transportasi yang ada secara keseluruhan belum
mendukung untuk pengembangan kegiatan wisata. Namun dengan adanya rute
pelabuhan boat yang cukup banyak seperti Toya Pakeh, Buyuk, dan Sampalan
serta kapal RoRo, dapat menjadi triger pembangunan objek wisata Nusa Penida.
a. Jalan
Prasarana jalan di wilayah Nusa Penida pada umumnya telah menjangkau atau
menghubungkan seluruh desa yang ada, bahkan telah mencapai Banjar-
Banjar. Dilihat dari jenis perkerasan jalan, maka terlihat bahwa panjang jalan
yang beraspal 110,5 km, panjang jalan yang diperkeras 7,5 km, lebar jalan
berkisar antara 4-6 meter dengan kualitas jalan dapat dikategorikan sedang
sampai rusak.
Sumber : RDTR Pariwisata Nusa Penida Kabupaten Klungkung 2006-2015
Lanjutan tabel 2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata Nusa Penida
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
10 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
b. Sistem Angkutan
Sitem angkutan penumpang dan barang yang mengalami wilayah wisata Nusa
Penida adalah jenis pick-up. Angkutan umum tersebut merupakan angkutan
pedesaan yang melayani rute dan waktu operasi yaitu dari pelabuhan ke desa-
desa/banjar, dari pasar Sampalan ke desa antar desa. Terminal angkutan
umum yang terdapat di pelabuhan Buyuk, Mentigi, dan Pasar Sampalan.
c. Penyeberangan Angkutan Laut
Pelayanan angkutan laut di Nusa Penida umumnya menggunakan perahu
motor tempel, speed boat/kapal pesiar lainnya. pelabuhan di Bali daratan
yang melayani perjalanan ke Nusa Penida adalah pelabuhan tradisional Banjar
Bias, Banjar Tribuana dan Kusamba di Kabupaten Klungkung, Pelabuhan
Padang Bai di Karang Asem dan pelabuhan wisata Benoa dan Sanur di
Kabupaten Badung.
Gambar 2.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi Nusa Penida
Sumber : RDTR Pariwisata Nusa Penida Kabupaten Klungkung 2006-2015
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
11 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
3. Jejalur Pergerakan
Jejalur pergerakan dapat member manfaat dan peluang bagi pengunjung apabila
lokasi perencanaan Wisata Edukasi Tenun Rangrang di Nusa Penida antara lain :
a. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan juga suatu
pengalaman perjalanan
b. Atraksi sepanjang perjalanan (dari lingkungan yang dilewati hingga moda
transportasi itu sendiri) menjadi hal yang penting.
c. Jejalur kegiatan wisata dapat dikomposisikan dengan jejalur bagi kegiatan
non wisata guna mendapatkan interaksi wisata dengan penduduk.
Gambar 2.2 Peta Potensi Objek Wisata Nusa Penida
Sumber : RDTR Pariwisata Nusa Penida Kabupaten Klungkung 2006-2015
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
12 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
2.2 Pemahaman terhadap Wisata Desa
Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi dan social budaya yang berlaku. selain
berbagai keunikan, kawasan desa wisata juga harus memiliki berbagai fasilitas
untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata seperti sarana transportasi,
telekomunikasi, kesehatan, dan juga akomodasi. Sehingga para pengunjung turut
merasakan suasana pedesaan. (Nurhayati, Wiendu. 1993. Consept, Perspective and
Challenges. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3)
Dalam hal ini wisata desa ditekankan pada kerajinan Tenun Rangrang sebagai
objek wisata baik dari proses pembuatan, tahapan-tahapan, sampai hasil karya yang
mempunyai ciri khas dari masyarakat setempat.
Fungsi pengadaan wisata desa tenun Rangrang yaitu memberi peluang
pengunjung/wisatawan untuk mempelajari seluk beluk mengenai kerajinan Tenun
Rangrang sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu upaya untuk
pengembangan kain Rangrang dengan cara mengadakan kain tenun sebagai objek
wisata dan pameran temporer yang akan dilaksanakan.
2.3 Pemahaman terhadap Wisata Desa Tenun
Sesuai dengan fungsi wisata desa yaitu warisan budaya berupa kain tenun
sebagai objek wisata yang mengarah pada aspek pelestarian. Wisata desa dalam hal
ini merupakan pengembangan dan pelestarian kain tenun rangrang sebagai ciri khas
demi meningkatkan perekonomian masyarakat desa Karang yang dihasilkan dari
home industry menjadi sekelompok pengerajin yang memperkenalkan hasil
karyanya melalui sebuah pameran. Selain itu memberi kesempatan pengunjung
untuk menambah informasi mengenai proses dan tahapan pembuatan kain
Rangrang dari awal sampai siap untuk dipasarkan.
Penyajian kain tenun untuk para pengunjung/wisatawan, perlu adanya cara
dalam penyajiannya. Terdapat dua bentuk penyajian terhadap pengunjung yang
dibedakan menjadi pengunjung lama dan pengunjung baru, yaitu :
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
13 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
1. Pengunjung lama
Merupakan para kolektor, para perancang, ilmuwan dan mahasiswa yang
seakan-akan mempunyai hubungan tertentu dengan motivasi yang jelas yaitu
untuk wisata sekaligus pembelajaran mengenai kerajinan tenun
2. Pengunjung baru
Merupakan pengunjung yang datang tanpa tujuan yang khusus dan hanya ingin
melihat kerajinan tenun.
Dari kedua jenis pengunjung diatas, terdapat 3 macam motivasi yang dapat
diamati terkait dengan penyajian kain tenun sebagai wisata edukasi yaitu :
a. Ingin melihat nilai keindahan (estetik)
b. Ingin mendapatkan informasi dan pembelajaran yang lebih banyak mengenai
tenun (intelektual)
c. Ingin menempatkan diri dalam suasana lain yang berbeda dari lingkungan
asalnya.
Selain memperkenalkan, perawatan terhadap benda yang akan dilestarikan
sangatlah penting. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik benda
yang dapat menyebabkan kerusakan yaitu faktor lingkungan, dan kondisi iklim.
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat pengadaan perencanaan wisata edukasi merupakan hal utama
yang perlu diperhatikan, karena sabagai tempat untuk pelestarian dan perawatan.
Dari faktor lingkungan yang perlu diperhatikan adalah hewan (serangga) dan
lingkungan sekitar (masyarakat).
a. Hewan (serangga)
Pencegahan terhadap gangguan serangga dilakukan dengan cara
menggunakan jenis kayu yang tidak mudah dimakan rayap, seperti kayu jati.
Kualitas kayu jati sangat terjamin dan kuat sebagai struktur pondasi pada
jaman Bali Aga.
b. Lingkungan Sekitar (masyarakat)
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
14 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Masyarakat sebagai pelaku dalam ikut serta untuk melestarikan benda yang
mereka miliki sebagai warisan budayanya.
2. Faktor Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang terlampau kering dapat menimbulkan kerusakan pada benda-
benda yang akan dilestarikan. Demikian pula kondisi iklim yang terlalu lembab
sangat berpengaruh pada berkembangnya jamur dan bakteri sehingga memberi
keuntungan pada beberapa jenis serangga untuk berkembang. Selain itu faktor
udara juga perlu diperhatikan. Pencemaran udara dapat mengakibatkan proses
pelenturan, pelunakan, dan pelapukan terhadap bahan benda.
2.4 Pemahaman terhadap Wisata Desa Tenun Rangrang
Perkembangan kain tenun Rangrang Nusa Penida sebagai objek dan daya tarik
wisata yang direncanakan, UU No 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan
menyebutkan bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan
memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan nilai-nilai hidup
dalam masyarakat (kelestarian budaya dan lingkungan hidup)
Wisata Desa Tenun merupakan suatu tempat wisata berupa desa pengerajin
kain rangrang yang diproduksi oleh masyarakat setempat yang bersifat home industry
dan terdapat fasilitas yang mewadahi sejumlah pengerajin tenun Rangrang yang
didalamnya terdapat bale tenun sekaligus sebagai pelatihan, tempat pelestarian tenun,
proses pembuatan tenun, hingga motif tenun. Untuk pemesanan kain, pengunjung
dapat langsung memesan pada pengerajin tenun pada desa tersebut dan bagian staf
operasional yang mengatur tenun, baik motif dan kombinasi warna yang diinginkan
oleh pengunjung. Pada fasilitas wisata, bentuk penyajian wisata berupa pameran
temporer yang memamerkan jenis alat tenun yang digunakan, cara membuat kain dari
tahap awal sampai akhir, dan beberapa contoh kain Rangrang yang sudah jadi sebagai
dokumentasi dan informasi yang bertujuan untuk daya tarik wisatawan.
Pameran merupakan suatu kegiatan promosi produk yang dihasilkan oleh
produsen/kelompok organisasi kepada calon pembeli/pengunjung. Adapun jenis
pameran yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
15 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
a. Pameran Temporer
Merupakan pameran yang diadakan dalam jangka waktu tertentu, minimal 10 hari
dan maksimal berlangsung 30 hari.
b. Pameran Tetap (Permanent)
Merupakan pameran yang menyajikan berbagai jenis bahan yang berkaitan dengan
tenun, baik yang akan dijual maupun berupa pajangan. Selain itu juga menyajikan
pelatihan proses tenun dengan waktu penyelenggaraan minimal 1 tahun sekali.
2.5 Tentang Tenun Rangrang
Kain Tenun Rangrang ini merupakan kain tenun yang berasal dari Pulau Bali,
tepatnya adalah Nusa Penida Bali. Kain Rangrang merupakan salah satu kain tenun
dari Bali yang cukup terkenal selain dari kain tenun Gringsing, kain songket, kain
endek dan kain poleng. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
pembuatan kain tenun ini juga untuk melestarikan kebudayaan tradisional serta
sebagai sarana dalam upacara keagamaan dan pakaian adat.
Gambar 2.3 Bentuk pengolahan kain tenun Rangrang
Sumber : www.google.com
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
16 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Kain tenun Rangrang menggunakan teknik penerapan corak ikat tunggal.
Biasanya kain tenun ini memiliki latar berwarna kuning atau merah. Namun beberapa
diantaranya diberikan beragam motif pada bagian tengahnya seperti pohon cemara.
Sedangkan hiasan untuk bagian tepinya biasa menggunakan motif daun bakung
sebagai togog. Pada kain tenun Rangrang ini selalu terdapat garis yang berwarna
putih yang dikenal sebagai pangoh taji, yaitu seperti pisau yang dipakai oleh petarung
ayam dalam acara sabung ayam.
2.6 Jenis Kain Tenun Rangrang
Pada kain tenun Rangrang terdapat beberapa jenis/motif kain sebagai corak
dan ciri khasnya diantaranya pangoh taji, byanglala, silang, wajik, dan MM. Dalam
motif yang ditampilkan terdapat salah satu jenis sebagai symbol kegiatan sosial
budaya dari adat istiadat masyarakat setempat yaitu Pangoh taji. Pangoh taji seperti
pisau yang dipakai oleh petarung ayam dalam acara sabung ayam, masyarakat
setempat menyebutnya “Tajen Gede atau tajen Semer” yang dilakukan setiap 1 tahun
sekali. Jenis kain tenun rang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Rangrang Pangoh Taji
Gambar 2.4 Motif kain Rangrang Pangoh Taji
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Motif Pangoh taji ini dibuat menyerupai pisau
ayam tarung dengan bagian sudutnya dibuat
sangat lancip. Pangoh taji ini sebagai symbol
dari kegiatan sosial budaya masyarakat
setempat yaitu “Tajen Semer”
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
17 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
2. Rangrang Byanglala
3. Rangrang Silang
4. Rangrang Wajik
Gambar 2.5 Motif kain Rangrang Byanglala
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Gambar 2.6 Motif kain Rangrang Silang
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Gambar 2.7 Motif kain Rangrang Wajik
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Motif Byanglala ini dibuat dengan sudut
tumpul/berliku-liku. Kemudian member
pinggiran sudut tumpulnya warna berbeda
dengan tujuan untuk mempertegas bentuk
motif yang dibuat sipenenun.
Motif Silang dibuat tidak jauh dari bentuk motif
lainnya. namun yang membedakan motif silang ini dari
motif lainnya yaitu sistem pewarnaannya pada bagian
tengah dengan selang-seling. Sehingga masyarakat
setempat menyebutnya motif silang.
Motif Wajik dibuat berbentuk wajik yang cukup besar.
Namun beberapa variasi bentuk, penenun membuat
ukuran wajik yang lebih kecil, tergantung dari
pemesanan pembeli.
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
18 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
5. Rangrang MM
2.7 Proses Kerja Kain Tenun Rangrang
Pembuatan kain tenun Rangrang menggunakan 2 alat tenun tradisional (bukan
mesin) yaitu tenun Cag-cag dan tenun Abah yang dimodif. Alat tenun Cag-cag sudah
ada sejak tahun 1990-an di Nusa Penida dan digunakan oleh orang tua “lingsir”
disana, sehingga keberadaan tenun Cag-cag sudah mulai punah, karena
penggunaannya cukup sulit serta adanya tenun Abah yang dimodif dan lebih efektif
digunakan untuk menenun. Selain itu penggunaan tenun Cag-cag yang dominan
digunakan oleh “pelingsir” dengan faktor umur yang tidak kuat duduk dengan
pinggang dijepit oleh por. Sehingga tidak mudah untuk melakukan aktivitas lain
apabila sudah mengerjakan kain tenun. Sedangkan masyarakat setempat sebagian
besar berprofesi sebagai petani.
Gambar 2.9 Tenun Cag-cag
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Gambar 2.8 Motif kain Rangrang MM
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Motif MM dibuat menyerupai bentuk M pada kain.
Cara membedakan bentuk huruf M yaitu dengan warna.
Terlihat pada gambar disamping, bentuk huruf M sangat
jelas dengan kombinasi warna sebagai cirinya.
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
19 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Kain tenun Rangrang saat ini telah berkembang pesat dan diperlukan orang
lain karena dapat diolah menjadi berbagai macam selain sebagai sarana upacara yaitu
bahan baju, tas, sandal dan sepatu, serta mode show lainnya.
Untuk memproleh bahan berupa benang dipesan dari Klungkung tepatnya
Banjar Tagtag Sampalan Kelod. Khusus untuk tenun Abah pemesanan benang dibuat
dalam gulungan benang yang disebut “bum” dengan jumlah kain yang dihasilkan
yaitu 44-54 kain dengan ukuran 2 X 1,6 meter (kamen). Dalam pembuatan kain
tenun, terdapat beberapa tahap yang dilakukan sampai terwujudnya lembaran kain
sebagai berikut. (Wawancara dengan Ni Wayan Wasih, 38 tahun, tanggal 4
September 2014, pengerajin tenun Rangrang).
Gambar 2.11 Detail tenun cag-cag
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Gambar 2.10 Tenun Abah
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
20 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
2.7.1 Tenun Cag-cag
Tenun Cag-cag adalah alat tenun manual yang digunakan oleh satu orang
dengan cara duduk dan posisi kaki menjulur kedepan, kemudian bagian pinggang
dijepit dengan por. Proses ini disebut dengan magohin. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam pembuatan kain Rangrang dengan alat tenun Cag-cag adalah
sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan terdapat pula beberapa proses yang harus dilakukan yaitu
sebagai berikut.
- Ngrerek
Mula-mula benang yang sudah dipesan dikrerek menyerupai gulungan bambu
(buluh), sampai beberapa gulungan yang disebut dengan benang lungsi. Bahan
benang yang digulung digunakan sebagai warna dasar dari pembuatan kain
tenun. Panjang untuk warna dasar biasanya 20-25 meter, sehingga kain tenun
yang dapat dihasilkan mencapai 13-16 kain tenun.
- Ngangining
Langkah selanjutnya adalah nganginin. Pada proses ini benang yang sudah
digulung hasil dari krerekan tersebut, kemudian kemudian dibentangkan
dengan lantihan. Dengan panjang mencapai 20-25 meter sebagai warna dasar.
- Nyuluh atau Nyuntik
Gambar 2.12 Tahap ngrerek
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
21 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Pada bagian ini ujung panen yang dipegang dengan apit, satu-persatu akan
dimasukkan kecelah-celah serat dengan alat penyuntik. Kemudian bagian
pinggir sebagai lis telah diperhitungkan oleh penenun agar kain menjadi lebih
kuat.
- Nyasah
Pada tahap ini benang yang sudah selesai dingangining kemudian bagian
ujungnya dihubungkan dengan pandalan dan apit. Setelah itu pada guun
bandulannya dimasukkan jeriring diantara persilangan benang lungsi yang
berhadapan dengan serat. Benang lungsi dibeberkan sampai Nampak lembar
kain yang akan ditenunnya.
- Magohin
Tahap terakhir adalah magohin yaitu mengencangkan benang lungsi agar
sesuai dengan tempat duduk sipenenun sehingga merasa nyaman dalam
menenun.
Dari tahap persiapan yang dilakukan dapat digambarkan prosesnya dalam
bentuk diagram yaitu sebagai berikut.
b. Tahap Pembuatan Motif
Benang yang digunakan untuk pembuatan motif adalah benang hasil
liduan/ulakan. Liduan/ulakan adalah benang yang dililitkan ke bahan plastik
bekas ember yang dibuat berbentuk persegi panjang yang bagian sudutnya
tumpul. Proses pembuatan motif dengan teknik menyulam/memasukkan benang
ulakan pada benang lungsi sesuai dengan motif yang telah direncanakan. Agar
membuat benang pakan rapat dan hasil kain yang bagus, alat yang digunakan
untuk merapatkan benang disebut belida. Belida adalah sejenis kayu halus yang
NGREREK
NGANGININ
G
NYULUH
NYASAH
MAGOHIN
TENUN
Gambar 2.13 Proses Tahapan tenun Cag-cag
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
22 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
membentang ditengah-tengah persilangan benang lungsi bertujuan untuk sebagai
pembatas antara benang atas dan benang bawah pada saat proses penyilangan.
c. Tahap Finishing
Tahap finishing dilakukan setelah kain tenun selesai ditenun, kemudian
menambahkan bagian pinggir dengan warna benang yang berbeda. Hal ini
bertujuan sebagai pembatas antara kain yang sudah jadi dengan pembuatan kain
baru.
2.7.2 Tenun Abah
Tenun Abah adalah alat manual yang dapat digunakan oleh satu atau dua
orang sekaligus dengan posisi kaki menginjak bagian penyilangan, kemudian
mendorong serat benang agar kain menjadi rapat dan rapi. Proses pembuatan kain
dengan dua alat ini hampir sama yaitu teknik dobel ikat dan menyulam, namun yang
membedakannya hanyalah cara menenun dan posisi serta lama waktu pembuatannya
lebih diunggulkan tenun abah. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
pembuatan kain Rangrang dengan alat tenun Abah adalah sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap pertama pada tenun Abah sangatlah sederhana. Terlebih dahulu benang
gulungan/bum dipasang pda jepitan tenun kemudian ujungnya benang
dimasukkan ke serat dengan proses nyuntik. Bagian tengah benang bum diberi
buluh/tiing untuk mempermudah penyilangan benang. Untuk pelilitan benang
dikaitkan pada bagian bawah tenun yaitu bass.
b. Tahap Pembuatan Motif
Benang yang digunakan untuk pembuatan motif adalah benang hasil
liduan/ulakan. Liduan adalah benang yang dililitkan ke bahan plastik bekas
ember yang dibuat berbentuk persegi panjang yang bagian sudutnya tumpul.
Proses pembuatan motif dengan teknik menyulam/memasukkan benang ulakan
pada benang dasar/bum sesuai dengan motif yang telah direncanakan. Agar
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
23 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
membuat benang pakan rapat dan hasil kain yang bagus, alat yang digunakan
untuk merapatkan benang disebut kelteg. Kelteg adalah serat benang yang tepat
berada didepan penenun yang dilakukan setelah selesai injakan penyilangan.
c. Tahap Finishing
Tahap finishing dilakukan hampir sama dengan tenun Cag-cag yaitu setelah kain
tenun selesai ditenun, kemudian menambahkan bagian pinggir dengan warna
benang yang berbeda. Hal ini bertujuan sebagai pembatas antara kain yang sudah
jadi dengan pembuatan kain baru.
2.8 Fungsi Kain Tenun Rangrang
Kain tenun Rangrang berfungsi sebagai sarana upacara seperti kamen dan
senteng dalam pakaian adat Bali khususnya. Alternatif lain dapat diolah menjadi
hiasan asesoris seperti tas dan sandal/sepatu, bahan pakaian (rock dan baju). Untuk
masyarakat Desa Karang khususnya keberadaan kain Rangrang sangat membantu
perekonomian karena nilai jualnya cukup tinggi.
Gambar 2.14 Proses Pengerjaan Kain Rangrang dengan Tenun Abah
Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
24 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
2.9 Kajian Studi Banding
Studi banding pada umumnya merupakan objek sejenis sebagai bahan
pembanding dalam perencanaan terhadap proyek yang akan direncanakan yaitu
wisata desa tenun rangrang di Nusa Penida
1. Rumah/Bale Tenun Cepuk di Banjar Tagtag, Sampalan Kelod, Klungkung
Pengerajin tenun Cepuk di Banjar Tagtag, Sampalan Kelod, Klungkung sudah
ada sejak tahun 1990-an. Namun dalam proses pengerjaannya dilakukan disetiap
rumah tangga. Melihat perkembangan penenun dan pesatnya perkembangan buruh
dari luar seperti Nusa Penida. Masyarakat desa Sampalan Kelod, Klungkung
membuat Bale/Rumah tenun. Disamping sebagai mata pencaharian, keberadaan bale
tenun cepuk juga memberi pembelajaran dan dapat mengembangkan kreativitas baik
masyarakat setempat maupun luar.
Gambar 2.16 Rumah Tenun Cepuk di Banjar Tagtag, Sampalan Kelod, Klungkung
Sumber : Observasi, 8 September 2014
Gambar 2.15 Bentuk pengolahan kain Rangrang
Sumber : www.google.com
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
25 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Terlihat pada gambar 2.16 di atas, beberapa jumlah tenun dikumpulkan dalam
satu wadah/rumah tenun. Dari beberapa tenun ini terdapat berbagai macam warna dan
ragam hias kain yang dihasilkan. Dalam pembuatan kain tenun cepuk tentu adanya
proses tahapan sebelum dilakukannya menenun. Proses tersebut adalah pewarnaan
dan pengolahan benang. Benang yang digunakan adalah benang bent sebagai benang
lungsi untuk menenun. Pewarnaan benang menggunakan bahan bubuk seperti wantek
kemudian digantung pada bambu agar benang cepat kering (diangin-anginkan).
Setelah itu dilakukan proses susut benang agar tidak melekat antara benang
satu dengan yang lainnya. kemudian proses nganginin benang lungsi sebelum
digulung menjadi bum benang. Proses tersebut dilakukan dibagian belakang
bale/rumah tenun.
Bum
Gambar 2.17 Bubuk warna dan pengeringan benang
Sumber : Observasi, 8 September 2014
Gambar 2.18 Proses penggulungan bum
Sumber : Observasi, 8 September 2014
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
26 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Semua tahapan tersebut dilakukan dengan manual (tanpa mesin). Hal ini
membutuhkan keahlian dan tenaga yang cukup banyak. Para pengusaha tenun pada
umumnya adalah orang-orang yang mempunyai pengalaman yang banyak dalam
dunia tenun. Sebagai objek persaingan dunia perdagangan yang sering terjadi adalah
corak-corak baru yang dikeluarkan oleh setiap pengusaha pengrajin tenun.
2. Museum Bali
Museum Bali terletak di pusat kota Denpasar, tepatnya di jalan Mayor Wisnu.
Pada bagian sebelah utara museum terdapat Pura Jagatnatha, sedangkan lapangan
Puputan Badung berada di depan Museum Bali. Bila menggunakan kendaraan
bermotor, jarak tempuh menuju Museum Bali memerlukan waktu kira-kira kurang
lebih 45 menit lebih kurang 13 km perjalanan dari Bandara Ngurah Rai.
Museum Bali adalah museum penyimpanan peningggalan masa lampau
manusia dan etnografi. Koleksi museum terdiri dari benda-benda etnografi antara lain
peralatan dan prlengkapan hidup, kesenian, keagamaan, bahasa tulisan dan lain-
lainnya yang mencerminkan kehidupan dan perkembangan kebudayaan bali. Museum
Bali ini berdiri pada tahun 1910 yaitu setelah kerajaan Badung diduduki Belanda.
Perencanaan awal berdirinya Museum Bali adalah pejabat Pemerintah Belanda
Asisten Residen bernama W. F. J. Kroon dan dibantu oleh arsitek Jerman bernama
Curt Grundler serta para undagi seperti I Gusti gede Ketut Kandel dari Banjar Abasan
Gambar 2.19 Museum Bali
Sumber : Observasi, 9 September 2014
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
27 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
dan Igusti Ketut Rai dari Banjar Belong. Kemudian dana pembangunan dan material
berasal dari raja-raja yaitu Buleleng, Tabanan, Badung dan Karangasem.
Eksterior dinding, halaman, dan gerbang dirancang dengan gaya khas puri
atau kerajaan di Denpasar. Ada empat paviliun di museum ini yang mewakili
berbagai kabupaten di Bali. Pada bagian utara terdapat paviliun Tabanan. Koleksi-
koleksi yang ditampilkan adalah peralatan tari seperti kostum tari, semua jenis topeng
untuk tarian topeng, wayang kulit, keris (pedang tradisional Bali) untuk tari Calon
Arang, dan juga beberapa patung kuno.
Gambar 2.20 Eksterior dan pentu masuk Museum bali
Sumber : Observasi, 9 September 2014
Gambar 2.21 Benda-benda Koleksi Museum bali
Sumber : Observasi, 9 September 2014
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
28 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Di tengah berdiri paviliun Buleleng. Bangunan tempat menyimpan koleksi
pakaian Bali termasuk kipas tradisional Bali. Paviliun terakhir, yang terletak di pintu
masuk utama di mana terlihat kulkul yang tinggi menjulang (gambar 2.), serta
berbagai koleksi prasejarah lainnya. Sedangkan lantai atas paviliun ini menampilkan
koleksi seni rupa Bali. Museum Bali dibuka setiap :
Minggu – Kamis 08.00-15.00 WITA
Jumat : 08.00-12.30 WITA
Sabtu dan libur resmi : tutup
2.10 Kesimpulan Kajian terhadap Proyek Sejenis
Adapun rincian kesimpulan kajian terhadap beberapa proyek sejenis diatas
dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini :
FASILITAS RUMAH TENUN CEPUK
KLUNGKUNG MUSEUM BALI
Fasilitas Wisata Balai rumah tenun
Tempat menenun
pengembangan motif baru
Gedung Tabanan
Gedung Karangasem
Gedung Buleleng
Benda yang
dipamerkan
Kain Cepuk Klungkung Benda sejarah dan
prasejarah, barang
kesenian, alat pertanian,
patung
Ciri Khas Tenun Cepuk dikerjakan
dengan tenun manual (ATBM)
Memaparkan mengenai
sejarah dan prasejarah
Ruang yang
disediakan dan
luasannya (m2)
balai rumah tenun
(15,90 x 6,65)
gudang (12,65 x 9,56)
khusus ruang pameran
(13,65 x 9)
Tabel 2.2 Kesimpulan Kajian terhadap Proyek Sejenis
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
29 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
2.11 Spesifikasi Umum Proyek
1. Fungsi
Sebagai tempat wisata dan proses pembelajaran tenun serta mewadahi
pelestarian warisan budaya yang mengakomodasi kegiatan wisata serta
pameran temporer guna mengembangkan wawasan mengenai Kain Tenun
Rangrang.
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
- Menjadi tempat wisata baru Nusa Penida
- Memberi informasi terhadap pengunjung mengenai kain rangrang
- Memperkenalkan produk kain tenun Rangrang serta diperjualbelikan
hingga ke luar negeri
Sasaran dari pengdaan wisata desa Tenun Rangrang ini adalah menjadikan
kain Tenun Rangrang sebagai warisan budaya yang diakui dunia
3. Fasilitas
Sesuai dengan fungsi dan sifat kegiatannya, Wisata Edukasi Tenun Rangrang
memilki fasilitas sebagai berikut.
A. Fasilitas Utama
Tempat wisata yang mengarah pada rumah tenun dalam proses
pengenalan dan pembelajaran serta upaya pelestarian Kain tenun yang
mengarah pada museum yang bercerita tentang proses pembuatan kain
tenun mulai dari proses awal hingga siap untuk dipasarkan.
B. Fasilitas Penunjang
Ruang serbaguna yang didalamnya mencakup pemaparan dan pemberian
informasi pembelajaran terhadap pengunjung wisata dan dilain waktu
dapat digunakan sebagai ruang pameran temporer yang menampilkan
kain Tenun Rangrang masyarakat setempat untuk diperjaulbelikan.
C. Fasilitas Pelayanan
Memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengelola dan servis
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
30 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
4. Lingkup Pelayanan
Wisatawan domestik maupun internasional serta masyarakat umum yang
berkunjung ke Nusa Penida, dan di waktu tertentu diadakan pameran hasil
Tenun Rangrang untuk diperjualbelikan.
5. Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan dijalankan oleh Masyarakat Desa atau pihak swasta yang
berbadan hokum yang bertugas menghimpun dana dalam upaya pelestarian
tenun Rangrang dengan partisipasi masyarakat setempat.
6. Ruang Lingkup
Mencakup dibidang pariwisata, pengembangan, serta pelestarian akan nilai-
nilai budaya berupa proses pembuatan Kain Tenun Rangrang.
7. Aktivitas dan Fasilitas
Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
Kegiatan wisata berupa proses pembuatan Kain Tenun Rangrang pada
Rumah/Bale tenun
Produk Kain Tenun Rangrang yang dipamerkan berupa motif dan jenis
kain seperti kamen, selendang, dan dalam pameran temporer yang diadakan
Pelestarian Kain Tenun Rangrang diletakkan terpisah agar tidak rusak.
Alat tenun yang digunakan masih tradisional yaitu tenun Cag-cag dan
tenun Abah serta alat pendukung lainnya.
Adapun fasilitas yang dibutuhkan secara umum yaitu sebagai berikut.
Fasilitas Wisata
Fasilitas Pelestarian dan Informasi
Fasilitas Pengembangan
Fasilitas Pengelolaan dan Servis
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
31 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
8. Persyaratan Lokasi
Persyaratan lokasi yang harus dipenuhi dalam perancangan Wisata Desa
Tenun Rangrang dengan pertimbangan :
1. Lokasi yang dihubungkan dengan nilai dan awig-awig desa tidak
menyalahi peruntukan
2. Lokasi yang termasuk kawasan efektif pariwisata
3. Lokasi yang dikaitkan dengan usaha-usaha pengembangan kerajinan serta
dekat dengan daerah potensi lokal
4. Lokasi yang dituju memiliki daya tarik wisata sepanjang perjalanan.
5. Disekitaran lokasi memiliki fasilitas penunjang wisata seperti penginapan,
transportasi, dan telekomunikasi