BAB II OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK baru.docx
-
Upload
andrianlutfiariftea -
Category
Documents
-
view
17 -
download
3
Transcript of BAB II OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK baru.docx
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Otitis media adalah suatu peradangan telinga pada bagian tengah, otitis media
dapat terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya oleh bakteri streptococus, pneumonia
haemophilus influenza, atau stapilococus aureus. (Elizabeth J Corwin, 2002 dalam
Hetharia, 2011).
Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi
jaringan irreversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media
akut. (Brunner and Suddarth dalam Hetharia, 2011).
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah
dengan perforasi membran tymphani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau
nanah yang biasanya disertai dengan gangguan pendengaran. (Mansjoer, Arif, 2001
dalam Hetharia, 2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI
C. ETIOLOGI
1. OMSK merupakan kelanjutan otitis media akut (OMA)
2. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang lambat
3. Terapi tidak adekuat virulensi kuman tinggi
4. Daya tahan tubuh rendah
5. Kebersihan buruk
6. Bila kurang dari dua bulan disebut subakut
7. Perforasi membran tympani
8. Kuman gram positif aerob
9. Infeksi kronik dari kuman gram negatif dan anaerob
( Arsyad soepardi, Efiati dalam Hetharia, 2011)
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda-tanda Klinis
a. Adanya abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kafum
tympani
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rotgen mastoid adanya gambaran kolestatom)
2. Gejala Klinis
a. Telinga berair (ottorhoe)
1) OMSK Tipe Jinak
Cairan yang keluar mukopus tidak berbau busuk
Reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi
Keluarnya sekret yang hilang timbul
Pada OMSK stadium inaktif tidak ada sekret telinga
2) OMSK Tipe Ganas
Mukoid sekret telinga tengah berkurang atau hilang
Rusaknya lapisan mukosa yang luas
Sekret bercampur darah
Jaringan granulasi dan polip telinga
Adanya kolesteatom yang mendasari
Bila sekret encer berair tanpa nyeri kemungkinan
tuberkulosis
b. Gangguan pendengaran
1) Tuli konduktif dapat pula bersifat campuran
2) Perforasi membran timfani serta keutuhan dan monilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah
3) OMSK tipe maligna biasanya pada tuli konduktif berat
c. Otalgia (Nyeri telinga)
1) Nyeri akibat terbendungnya drainase pus
2) Nyeri berarti adanya komplikasi
3) Hambatan perngaliran sekret
4) Terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis
5) Pembentukan abses otak
6) Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK
(petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis)
d. Vertigo
1) Fistel labirin akibat erosi didnding labirin oleh kolesteatom
2) Perubahan tekanan udara dalam yang mendadak
3) Perforasi membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu
4) Penyebaran infeksi dalam labirin (keluhan vertigo)
5) Komplikasi sereblum (keluhan labirin)
(Hetharia, P dan Sri Mulyani, 2011)
F. KOMPLIKASI
1. Paralisis nervus fasialis
2. Fistula labirin
3. Labirinitis
4. Labirinitis supuratif
5. Petrositis
6. Tromboplebitis sinus lateral
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
I. Komsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas :
Keluhan utama :
Riwayat Kesehatan :
Pola Aktivitas :
Riwayat Psikososial :
Riwayat Perkembangan :
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penunjang :
Terapi dan Diet :
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Rencana Asuhan Keperawatan
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus,
tenggorokan.
3. Riwayat Penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT- Pernah menderita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat spikososiala. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih)b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7. Pola fungsi kesehatana. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
- Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :- Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
hidungc. Pola istirahat dan tidur
- Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri- Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan
konsep diri menurune. Pola sensorik
- Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
8. Pemeriksaan Fisika. Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi
(mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :1) Observasi nafas :
a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinyab. Riwayat pembedahan hidung atau traumac. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,
frekwensinya, lamanya.2) Sekret hidung :
a. Warna, jumlah, konsistensi secretb. Epistaksisc. Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.
3) Riwayat Sinusitis :a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnyab. Hubungan sinusitis dengan musim atau cuaca.
4) Gangguan umum lainnya :a) Kelemahan
Data Obyektif1) Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan
Pucat, Odema keluar dari hidung atausinus yang mengalami radang mukosa
3) Kemerahan dan Odema membran mukosa4) Pemeriksaan penunjung :
a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan.b. Pemeriksaan rongent sinus
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin :
vertigo
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan OMA yang tepat
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
C. Intervensi Keperawatan-Evaluasi
Pre Operasi
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin :
vertigo
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :
- Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing
- Mengembalikan keseimbangan tubuh
- Mengurangi terjadinya trauma
Intervensi :
a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
Rasional : mengetahui intervensi yang akan diberikan selanjutnya
b. Observasi tanda vital
Rasional : mengetahui tanda vital pada pasien dengan normal
c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman
Rasional : memberikan lingkungan aman akan memberikan kenyamanan
pada pasien.
d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
Rasional : memberikan jalan oksigen supaya mengurangi rasa pusing pada
pasien.
e. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian
Rasional : mencegah kejadian yang tidak di inginkan ketika pasien sedang
bepergian.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan OMA yang tepat.
Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga pasien.
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga
pasien
b. Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien
Rasional : memberikan informasi tentang penyakit yang di alami oleh
pasien.
c. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
Rasional : mempermudah pemahaman pada pasien.
d. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya
Rasional : sampai mana pemahaman pasien tentang penyakit, kalau
tidak paham harus menanyakan.
e. Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien
Rasional : supaya mendapat ilmu yang bisa bermanfaat bagi pasien dan
keluarga pasien.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan
pembedahan
Rasional : memberikan pengetahuan tentang prosedur tindakan
pembedahan, supaya kecemasan pada pasien bisa berkurang.
b. Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan
sesudah tindakan pembedahan
Rasional : memberikan informasi tentang pantangan atau larangan
makanan sebelum dan sesudah tindakan pembedahan.
c. Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien
Rasional : memberikan semangat kepada pasien, supaya pasien
termotivasi untuk cepat sembuh.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien
Rasional : karena keluarga yang lebih dekat dengan pasien dan yang
paling penting untuk memberikan semangat kepada pasien.