BAB II ONIN -...

21
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 1999), sedangkan menurut nettina (2001) kecemasan adalah perasaan khawatir subjektif dan ketegangan yang dimanitestasikan oleh tingkah laku psikofisiologis dan berbagai pola perilaku. Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kakhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi (Kaplan & Sadock, 1999). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah, kekhawatiran atau cemas yang bersifat subyektif dan adanya aktifitas system saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang dimanifestasikan oleh tingkah laku psikologi dan berbaai pola perilaku. 2. Fungsi adaptif dari kecemasan.

Transcript of BAB II ONIN -...

Page 1: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan

gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon

terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 1999),

sedangkan menurut nettina (2001) kecemasan adalah perasaan khawatir

subjektif dan ketegangan yang dimanitestasikan oleh tingkah laku

psikofisiologis dan berbagai pola perilaku.

Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu

respon emosional yang tidak baik dan penuh kakhawatiran. Suatu rasa yang

tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau

pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi

(Kaplan & Sadock, 1999).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari

kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah,

kekhawatiran atau cemas yang bersifat subyektif dan adanya aktifitas

system saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan

tidak spesifik yang dimanifestasikan oleh tingkah laku psikologi dan berbaai

pola perilaku.

2. Fungsi adaptif dari kecemasan.

Page 2: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

8

Kecemasan merupakan tanda akan adanya bahaya bagi ego. Ego

menjaga keseimbangan antara id dan super ego dan antara individu yang

bersangkutan dengan dunia luar. Keseimbangan itu dipertahankan dengan

memuaskan dorongan id, mensublimasikan atau merepresikannya. Represi

merupakan profesi yang automatic. Dorongan atau pikiran yang tidak dapat

diterima oleh ego dasangkal (denial) atau disingkirkan dari kesadaran (alam

sadar) dan di tanam di alam tidak sadar (represi dan supresi). Bila data yang

direpresikan dengan ego yang merepresikan tercantum sehingga timbul

gejala kecemasan (Depkes RI, 1996).

Kaplan & Saddock (1999) menyatakan bahwa kecemasan sebagai suatu

sinyal peringatan, kecemasan dapat dianggap sebagai emosi yang sama

seperti ketakutan. Kecemasan memperingatkan adanya ancaman eksternal

dan internal. Pada tingkat yang lebih rendah kecemasan memperingatkan

ancaman akan cedera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan

hukuman, atau frustasi dari kebutuhan sosial atau tubuh, perpisahan dari

orang yang dicintai, gangguan pada keberhasilan atau status seseorang dan

akhirnya ancaman pada kesatuan atau keutuhan seseorang. Kecemasan akan

mengarah seseorang untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk

mencegah ancaman atau meringankan akibatnya.

Sedangkan menurut Long, B.C (1996) kecemasan terjadi ketika

seseorang merasa terancam, baik secara fisik maupun secara psikologis,

seperti harga diri, gambaran diri. Kecemasan dapat dimanifestasikan yang

ringan sampai dengan tingkatan yang panik. Selain itu Hudak & Gallo

Page 3: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

9

(1997) menambahkan kecemasan dapat terjadi bila ada ancaman

ketidakberdayaan, kehilanagn pertahanan, perasaan terisolasi dan juga takut

mati.

3. Rentang respon kecemasan.

Menurut Stuart & Sundeen (1998), rentang respon kecemasan dapat

digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptive. Reaksi

terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Bersifat

konstruktif seperti motivasi individu untuk belajar, mengajar perubahan

terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman serta berfokus pada

proses perubahan, sedangkan reaksi kecemasan yang bersifat destruktif

seperti menimbulkan tingkah laku maladaptif, disfungsi yang menyangkut

kecemasan berat dan panic. Rentang respon kecemasan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Respon adaptif

Bagan : Rentang Respon Kecemasan.

Sumber :Stuart dan Sundeen (1998)

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan pertumbuhan dan kretivitas.

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon Maladaptif

Page 4: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

10

Respon fisik pada cemas ringan seperti : ketegangan otot ringan,

sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah dan penuh perhatian

rajin. Respon kognitif pada cemas ringan seperti : lapang persepsi luas,

perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal,

mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Respon

afektif pada cemas ringan seperti : perilaku otomatis, sedikit tidak sabar,

aktivitas menyendiri, testimulasi, tenang (Videbeck, 2008).

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah.

Respon fisik pada cemas sedang seperti : ketegangan otot sedang,

tanda-tanda fital meningkat, pupil dilatasi, sering mondar-mandir,

memukulkan tangan, suara berubah menjadi bergetar dan nada suara

tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit

kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung. Respon kognitif pada cemas

sedang seperti : lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif,

fokus terhadap stimulasi meningkat, rentang perhatian menurun,

penyelesaian masalah menurun. Respon afektif pada cemas sedang

seperti : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak

sabar (Videbeck, 2008).

c. Kecemasan berat

Page 5: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

11

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

Respon fisik pada cemas berat seperti : ketegangan otot berat,

hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,

bicara cepat dan nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan

serampangan, rahang meregang dan menggertakkan gigi, kenutuhan

ruang gerak meningkat, mondar-mandir, dan meremas tangan serta

gemetar. Respon kognitif pada cemas berat seperti : lapang persepsi

terbatas, proses berfikir terpecah-pecah, sulit berfikir, penyelesaian

masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi. Respon

afektif pada cemas berat seperti : sangat cemas, agitas, takut, bingung,

merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas

(Videbeck, 2008).

d. Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali, orang yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik

terjadi peningkatan motorik, menurunnya kemampuan untuk

Page 6: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

12

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang rasional.

Respon fisik pada panik seperti : keteganagn otot sangat berat,

agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat

kemudian menurun, tidak dapat tidur. Respon kognitif pada panik seperti

: persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak

dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional,

sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi mungkin terjadi. Respon

afektif pada panic seperti : merasa terbabani, lepas kendali, mengamuk,

marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, dan lelah

(Videbeck, 2008).

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan.

Menurut Kozier (2004) kecemasan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain ;

a. Sifat stressor.

Sifat stressor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan

dapat dipengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan, tergantung

mekanisme koping seseorang.

b. Jumlah stressor yang bersamaan.

Page 7: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

13

Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi

bersama. Semakin banyak stressor yang dialami seseorang, semakin

besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang

kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

c. Lama stressor.

Lamanya waktu terpapar stressor dapat menurunkan kemampuan

seseorang untuk dapat mengatasi masalah dan dapat mempengaruhi

respon tubuh, misalnya : saat orang tua memikirkan tentang biaya

pendidikan sang anak merupakan saat orang tua berada dalam kecemasan

karena mahalnya biaya pendidikan.

d. Pengalaman masa lalu.

Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat

mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena

individu memiliki kemampuan beradaptasi/meknisme koping yang lebih

baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda, dapat menunjukan

tingkat kecemasan yang lebih ringan.

e. Tingkat perkembangan.

Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi

yang semakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan

terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress dan

kecemasan berbeda pula.

Page 8: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

14

5. Gejala klinis kecemasan.

Gejala kecemasan baik yang bersifat akut maupun kronik (menahun)

merupakan komponen utama bagi hamper semua gangguan jiwa atau

psychiatric (Hawari, 2001).

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang

mengalami gangguan kecemasan antara lain: cemas, perasaan khawatir,

firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa

tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada

keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang

menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, serta keluhan-keluhan

somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging

(tinitus), jantung berdebar-debar, gangguan pencernaan, sesak nafas,

gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2001).

Orang dengan kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal-

hal yang sifatnya psikis dengan keluhan-keluhan fisik (somatic) dan juga

tumpang tindih dengan cirri-ciri kepribadian depresif, atau dengan kata lain

batasannya seringkali tidak jelas (Hawari, 2001).

B. Konsep Dasar Pendidikan

1. Pengertian

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan sikap

dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dalam

Dictionary of Education (MKDK IKIP SMG, 1989). Menurut Crow & Crow

Page 9: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

15

pendidikan adalah suatu proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang

cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat

dan budaya serta perkembangan sosial dari generasi ke generasi (MKDK

IKIP SMG, 1989). Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman

Siswa I 1930 pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan

tumbuh anak. Pendidikan adalah rangkaian upaya untuk menelorkan

segenap bakat dan potensi individu dibantu oleh teknik-teknik ilmiah dan

seni pengadilan guna mempengaruhi pribadi dan kelompok untuk

membangun diri sendiri dan lingkungan sekitar (Kartono, Kartini, 1992).

Definisi lain menurut M.J Langevelt, bahwa pendidikan adalah setiap usaha,

pengruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang

tertuju kepada kedewasaan (jasmani dan rohani) atau pendewasaan anak

(Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan.

a. Umur.

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah

umur pendidikan yang didapat akan lebih banyak. Baik itu pendidikan

formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadi

perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya

perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahn

pengetahuan, sikap, atau ketrampilan (Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkat sosial ekonomi.

Page 10: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

16

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan

perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Rata-

rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih

tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu

(Effendy, 1998;Notoatmodjo, 2003).

c. Lingkungan.

Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan

seseorang. Seperti contoh orang yang berada dalam lingkungan keluarga

yang mendukung serta mengutamakan pendidikan mereka akan lebih

termotivasi untuk belajar. Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh

akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak

mendukung untuk merasakan bangku sekolahan (Effendy,

1998;Notoatmodjo, 2003).

3. Ruang lingkup pendidikan.

a. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu seperti di sekolah atau universitas (Satmoko, 1991).

b. Pendidikan non formal adalah meliputi berbagai usaha khusus yang

diselenggarakan secara terorganisasi dan terutama generasi muda, orang

dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak

berkesempatan mengikuti pendidikan formal dapat memiliki pengetahuan

praktis dan ketrampilan dasar yang diperlukan (Satmoko, 1991).

Page 11: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

17

4. Jenis pendidikan formal.

a. Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan peserta didik dengan pengkususan yang

diajarkan pada tahun-tahun akhir masa pendidikan seperti SD, SMP,

SMU.

b. Pendidikan kejuruan adalah jenis pendidikan yang mengajarkan peserta

didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu (Husain, 1995).

C. Keluarga

1. Pengertian

Banyak ahli mendefinisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan

sosial dimasyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga

menurut beberapa ahli.

a. Duvall dan Logan (1896) dalam Murwani (2007)

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,

dan adobsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial

dari setiap anggota keluarga.

b. Bailon dan Maglaya (1978) dalam Murwani (2007)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adobsi. Mereka

saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-

masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Page 12: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

18

c. WHO (1969) dalam Mubarak dkk (2006)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui

pertalian darah, adobsi atau perkawinan.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan

suatu kumpulan anggota keluarga yang saling berhubungan melalui

pertalian darah, adobsi atau perkawinan yang bertujuan untuk menciptakan

mempertahankan budaya keluarga.

2. Fungsi keluarga

Menurut Mubarak dkk (2006) fungsi keluarga dibagi menjadi 5, yaitu

fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan

fungsi pendidikan. Fungsi ekonomi keluarga adalah mencari sumber-sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan dating. Fungsi keluarga

dibidang pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya; mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa yang akan dating dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa;

mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

3. Tugas Keluarga

Dalam Mubarak dkk (2006), dalam sebuah keluarga ada beberapa

tugas dasar didalamnya terdapat delapan tugas pokok sebagai berikut: a)

Page 13: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

19

Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya; b) memelihara sumber-

sumber daya yang ada dalam keluarga; c) Pembagian tugas masing-masing

anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing; d) Sosialisasi

antar anggota keluarga; e) pengaturan jumlah anggota keluarga; f)

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga; g) Penempatan anggota-anggota

keluarga dalam masyarakat yang lebih luas; h) Membangkitkan dorongan

dan semangat para anggota keluarga.

4. Tahapan keluarga sejahtera

a. Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan,

dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau

lebih indikator keluarga sejahtera tahap 1 (Mubarok dkk, 2006).

b. Keluarga sejahtera tahap I

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial

psikologisnya, yaitu kebuthan pendidikan, keluarga berencana (KB),

interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal,

dan transportasi (Mubarak dkk, 2006).

c. Keluarga sejahtera tahap II

Page 14: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

20

Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi

kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh

informasi (Mubarak dkk, 2006).

d. Keluarga sejahtera tahap III

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan seluruh

kebutuhan dasar, sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan

keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (Konstribusi)

yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tetentu)

dalam bentuk : material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan dan

juga berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan (Mubarak dkk,

2006).

e. Keluarga sejahtera tahap III plus

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar,

sosial psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki

keperdulian sosial yang tinggi pada masyarakat (Mubarak dkk, 2006).

D. Status Ekonomi

1. Pengertian

Page 15: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

21

Status ekonomi adalah sebuah komponen kelas sosial, mengacu pada

tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Pendapatan yang

mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga umumnya berasal dari pekerjaan

para anggota keluarga dan sumber-sumber pribadi seperti pensiun dan

bantuan-bantuan (non publik) (Friedman, 1989). Sementara upah atau

penghasilan yang sebagian barasal dari bantuan-bantuan umum atau

pengangguran umumnya bersifat marginal, tidak stabil, atau benar-benar

tidak memadai. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari

pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau

akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan atau

dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh,

termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (BPS

Kota Semarang). Upah Minimum(UM) adalah upah bulanan terendah yang

terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap (BPS Kota Semarang).

Berdasarkan data UMR dari BPS Kota Semarang pada tahun 2009 bahwa

sebesar Rp. 838.500,-/Bulan.

Keluarga yang berfungsi secara tidak adekuat dalam bidang ini

menunjukan karakteristik yaitu

a. Penghasilan seluruhnya berasal dari bantuan umum karena kaum dewasa

dalam keluarga gagal atau tidak mampu bekerja.

Page 16: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

22

b. Penghasilan yang berasal dari bantuan kesejahteraan dengan cara-cara

curang.

c. Jumlah penghasilan yang terlalu rendah atau tidak cukup sehingga

sehingga kebutuhan-kebutuhab pokok tidak terpenuhi.

2. Kelas sosial ekonomi

Adapun pembagian kelas-kelas sosial di keluarga (Friedman, 1989):

a. Keluarga kelas atas

Keluarga-keluarga kelas atas di bagi menjadi dua pengelompokan :

keluarga kelas atas yang telah terbentuk (atas-atas) dan kelas-kelas yang

orang kaya baru (kelas bawah-atas). Keluarga-keluarga yang telah

memiliki kekayaan selama dua generasi digolongkan dalam kelas

kelompok yang terbentuk, sedangkan yang baru saja menjadi kaya

dikelompokan dalam kelompok kedua.

b. Keluarga Kelas Atas-Bawah Baru

Orang kaya baru kekurangan jaminan financial yang disediakan oleh

kelompok yang punya pertalian persaudaraan dalam keluarga kelas atas-

atas. Anggota-anggota mampu hidup dalam suatu gaya hidup yang

menggambarkan gaya hidup kelas atas yang mapan, namun mereka

kurang memiliki sejarah yang panjang tentang kekuasaan dan riwayat

keluarga.

c. Keluarga-keluarga kelas menengah

Kelas menengah dipandang dominan baik dari segi jumlah maupun

sosial, dalam pengertian bahwa mereka yang paling mampu

Page 17: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

23

menyebarkan pandangan-pandangan mereka tentang perilaku apa yang

benar, pantas, dan diharapkan, apakah itu di dalam keluarga, sekolah,

atau lembaga kesehatan. Dominasi ini semata-mata karena posisi-posisi

kunci dari golongan menengah didalam pemerintahan, pendidikan, dan

komunikasi masa.

d. Keluarga kelas menengah-bawah

Kelas menengah bawah ini mewakili beraneka ragam latar belakang

kebangsaan dan etnis. Seperti kelas di atas mereka, keluarga-keluarga ini

relative stabil meskipun ada masalah-masalah ekonomi dan pendidikan

anak. Seringkali para siswa melaporkan konflik-konflik diantara mereka

dengan orang tua. Orang harus bekerja agar dapat menyekolahkan anak,

yang sebaliknya memperkenalkan kepada anak-anak mereka sejumlah

nilai yang sering kali menimbulkan konflik dengan orang tua.

e. Keluarga kelas pekerja

Keluarga-keluarga kelas pekerja umumnya datang dari latar belakang

pedesaan. Keluarga-keluarga pindah ke kota-kota karena kemajuan

teknologi dan dibutuhkan tenaga-tenaga terampil. Kaum dari kelas

pekerja terdiri dari pekerja-pekerja trampil, pekerja-pekerja semitrampil

di pabrik-pabrik, pekerja nelayan, bahkan sejumlah pedagang kecil yang

mempunyai pekerjaan tetap, meskipun seringkali mereka tidak dibayar

dengan baik. Kaum elit dari kelas pekerja tukang listrik, tukang cat, dan

operator-operator terampil kadang-kadang dipandang sebagai anggota

kelompok kelas menengah. Bagi anggota dari kelas ini yang bergerak

Page 18: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

24

dalam bidang perdagangan, dan tergantung kepadan irama siklus bisnis,

stabilitas ekonominya kurang.

f. Keluarga kelas bawah.

Keluarga kelas bawah adalah keluarga yang berada pada garis

kemiskinan, meskipun tingkat kemiskinan tersebut beraneka ragam. Juga

dalam gaya hiduppun terdapat daerah-daerah pedesaan versus perkotaan,

dan dalam komunitas-komunitas regional dan etnis yang berbeda/kelas

sosial bawah. Akan tetapi umumnya karakteristik sosial yang umum dari

keluarga kelas bawah adalah berikut ini :

1) Pendidikan formal 8 tahun atau kurang.

2) Pekerjaan pria hampir selalu membutuh tenaga terampil atau

nonterampil. Pola kerja bersifat sporadis, dengan masa menganggur

yang lama. Juga terdapat kemungkinan besar wanita bekerja dalam

suatu pekerjaan yang tidak membutuhkan ketrampilan atau pekerjaan.

3) Karena pengangguran dan kurangnya lapangan pekerjaan serta

rendahnya gaji, keluarga-keluarga kelas bawah membuat daftar yang

besar pada daftar nama bantuan publik.

4) Jika mereka tinggal di kota, tempat tinggal mereka adalah daerah-

daerah kumuh, biasanya di rumah-rumah tua, bobrok, bangunan-

bangunan diubah menjadi apartemen-apartemen kecil. Perbandingan

jumlah penghuni dalam satu ruangan biasanya adalah tiga hingga

empat per ruangan, seringkali 20 orang menggunakan satu toilet (Bell,

1971).

Page 19: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

25

Berdasarkan hasil penelitian Astuti (2008) tentang sumber masalah

kecemasan masa kini di Jawa Tengah ada 28,2% responden yang memilih

biaya pendidikan anak sebagai kebutuhan termahal yang harus

dikeluarkan orang tua, menyusul biaya kesehatan sebesar 13,3%.

Sedangkan biaya lainnya seperti fasilitas, hiburan dan sejenisnya

dianggap sebagai biaya termahal oleh 4,4% responden. Sebagian besar

responden 75,5% mengatakan terkadang merasakan cemas kalau-kalau

tidak bisa memenuhi kebutuhan anak terutama pendidikannya, sisanya

17,7% mengaku selalu merasa cemas dan hanya sebagian kecil 6,6% yang

menjawab tidak pernah merasakan kecemasan sama sekali.

E. Kerangka Teori

Bagan 1 Kerangka Teori (Kozier, 2004; Stuart & Sundeen, 1998)

Faktor-faktor yang mempengaruhi cemas:

• Sifat Stressor (Status Ekonomi)

• Jumlah Stress yang bersamaan

• Lama Stressor

• Pengalaman masa lalu

• Tingkat perkembangan

Kecemasan orang tua pada kelangsungan pendidikan anak

Tingkatan cemas:

• Ringan

• Sedang

• Berat

• Panik

Page 20: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

26

F. Kerangka Konsep

Bagan 2 Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang menjadi penyebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen. Dalam peneltian ini variabel independennya

adalah status ekonomi.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam

peneltian ini adalah tingkat kecemasan.

Status ekonomi Cemas orang tua yang memiliki anak usia sekolah

Page 21: BAB II ONIN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-oninramale... · Menurut Ki hajar Dewantoro pada Kongres Taman ... karakter), pikiran (intelek),

27

H. Hipotesis

Ada hubungan status ekonomi dengan tingkat kecemasan orang tua yang

memiliki anak usia sekolah.