BAB II Lapsus Bblr Ucup
-
Upload
lalu-bayu-kusuma -
Category
Documents
-
view
71 -
download
8
Transcript of BAB II Lapsus Bblr Ucup
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah hingga saat ini masih merupakan
masalah diseluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada
masa bayi baru lahir1. Bayi BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi dan anak dan secara nasional berdasarkan
analisa lanjut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka bayi BBLR sekitar
7,5 % dari seluruh kelahiran bayi1.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya
kurang atau sama dengan 2500 gram (≤2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi
ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat
badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.1
Menurut survei, demografi dan kesehaan Indonesia 2002-2003 angka kematian
Neonatal 20/1000 kelahiran hidup. Dalam satu tahun sekitar 89000 bayi usia satu hari
meninggal artinya setiap menit ada satu bayi meninggal penyebabutamanya adalah
kematian Neonatal dengan BBLR (29%) dan asfiksia (27%)2.
BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan, BBLR cukup bulan dan BBLR lebih
bulan, BBLR kurang bulan. Khususnya BBLR dengan kehamilan kurang dari 35
minggu, umumnya mengalami penyulit seperti gangguan nafas, ikhterus, infeksi dan
lain-lain2.
BBLR cukup bulan atau lebih bulan umumnya memiliki organ tubuh matur
sehingga perawatannya tidak terlalu bermasalah, mereka hanya membutuhkan
kehangatan, nutrisi dan pencegahan infeksi, ketiga kebutuhan tersebut dapat dipenuhi
dengan perawatan teknologi tepat guna dirumah oleh orang tuanya. Masalah yang
sering timbul pada BBLR adalah hipotermi, hipoglikemi, hiperbilirubinia, infeksi dan
gangguan minum2.
1
1.2 Tujuan
1. Mengetaui etiologi dari dan klasifikasi dari BBLR
2. Mengetahui penegakan diagnosa dan masalah – masalah yang terjadi pada
BBLR
3. Mengetahui penatalaksanaan dari BBLR
4. Mengetahui prognosa dari BBLR
1.3 Manfaat
Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana
mendiagnosis dini, faktor yang mempengaruhi dan penatalaksanaan yang sebaik
mungkin untuk kasus BBLR
2
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1 Identitas Penderita
Nama : By.S I
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Blitar
Tanggal lahir : 1 – 4 – 2013 jam 07.30
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Bayi Berat Lahir Rendah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi baru lahir gmeli (By I) spontan belakang kepala pada tanggal 1 – 4
2013 jam 07.30 di puskesmas. Bayi berjenis kelamin laki – laki dengan berat badan
1400 gram dan panjang badan 44 cm. Pada saat lahir bayi menangis merintih, napas
tidak adekuat, tampak retraksi dinding dada ringan, tidak terlihat biru pada bibir &
ekstremitas.
3. Riwayat Kehamilan Ibu
Bayi ini adalah anak ke-2. Sebelumnya ibu tidak pernah
keguguran/abortus, selama hamil tidak pernah mengalami sakit berat, dan rutin
memeriksakan diri ke bidan secara teratur setiap bulan. Nafsu makan ibu meningkat
selama kehamilan, tetapi berat badan ibu hanya naik ±15 kg selama hamil. Selama
hamil ibu tidak minum jamu-jamuan, merokok, maupun mengkonsumsi obat –
obatan. Riwayat keputihan selama hamil disangkal.
Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 20 – 7 – 2012 (usia kehamilan 34–35 minggu).
Selama kehamilan tidak pernah dilakukan USG, sehingga tidak tahu kalau gmeli.
4. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pada usia 37 tahun. Pada saat datang di Puskesmas sudah
pembukaan lengkap dan dilakukan amniotomi. Bayi lahir dengan letak kepala
dengan APGAR score 5-6 dimana bayi saat lahir merintih, sisa ketuban jernih. BB
bayi 1400 dan PB 44 cm.
3
5. Riwayat Penyakit Ibu
- Riwayat nyeri BAK : disangkal
- Riwayat keputihan : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
6. Riwayat Sosioekonomi keluarga:
Keluarga pasien termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah, ayah
bekerja sebagai wiraswasta (bengkel) dan ibu berjualan di rumah.
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
2. Tanda Vital
Nadi : 150 x / menit
RR : 35 x /menit
Suhu : 36,4 oC
BB : 1,4 kg
PB : 44 cm
Lingkar Kepala : 30 cm
3. Ballard Score : 23 (32-34 minggu)
Skor down : < 4 (tidak ada gawat napas)
4. Kulit
Turgor kulit lambat (-), ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
nevi (-).
4. Kepala
Bentuk normocephal, luka (-), rambut cukup, ubun – ubun besar terpisah, teraba
datar, sutura norma, caput sucendaneum (-), dan cephal hematom (-)
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), atresia choana (-/-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-),palatoschizis (-), makroglossia (-), reflek
menghisap (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-).
9. Tenggorokan
4
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
10. Leher
trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi
pada kulit (-)
11. Dada
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (+) ringan, spider
nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (rh +/+, wh -/-)
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (rh +/+, wh -/-)
12. Status Lokalis Abdomen
Inspeksi : dinding perut soefl, pelebaran pembuluh darah (-), distensi (-), massa
(-), umbilikus tampak basah dan mulai mengering, warna kuning
kehijauan (-), edema (-), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : soefl, hepar tidak teraba, massa (-).
Perkusi : tidak dilakukan
5
13. Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
akral hangat Oedem
+ +
+ +
- -
- -
14. Sistem genetalia
Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus, testis belum turun.
Kurva Pertumbuhan Janin (Lubchenco)
6
Skor New Ballard
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 13,7 gr%
Eritrosit : 3.530.000 mm3
Leukosit : 8.200/mm3
Diff count : -/-/2/40/55/3
LED : -
Trombosit : 308.000/mm3
Hematokrit : 44,6 %
GDS : 64 mg%
7
2.5 Problem List
- BBL gmeli spt B usia kehamilan 34-35 minggu
- BBL:1400 gram; PB: 44 cm
- Skor APGAR 5-6
- Skor Ballard: 23
- Sesuai Masa Kehamilan
- napas tidak adekuat, retraksi dinding dada ringan
- reflek menghisap (-)
- GDS 64 mg/dl
2.6 Working Diagnosa
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + BBLSR
2.7 Planning Terapi
- IVFD D10% 3 tpm (mikro)/ (60cc/kgBB)
- injeksi Ampicilin 3x70 mg (iv)
- injeksi Ranitidin 2x5 mg (iv)
- maintenance Ca glukonas 2cc dalam infus per 24 jam
- 02 2L/menit
- Puasa Sonde terbuka
8
Identitas Penderita
Nama : By.S II
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Blitar
Tanggal lahir : 1 – 4 – 2013 jam 07.35
Anamnesis
1. Keluhan Utama
Bayi Berat Lahir Rendah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi baru lahir gmeli (By II) sungsang bracht pada tanggal 1 – 4 2013
jam 07.35 (5 menit setelah bayi I lahir) di puskesmas. Bayi berjenis kelamin
perempuan dengan berat badan 1200 gram dan panjang badan 43 cm. Pada saat
lahir bayi menangis merintih, napas tidak adekuat, tampak retraksi dinding dada
ringan, tidak terlihat biru pada bibir & ekstremitas.
3. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pada usia 37 tahun. Pada saat datang di Puskesmas sudah
pembukaan lengkap dan dilakukan amniotomi. Bayi lahir dengan letak sungsang (5
menit setelah bayi I lahir) dengan APGAR score 6-7 dimana bayi saat lahir
merintih, sisa ketuban jernih. BB bayi 1200 dan PB 43 cm.
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
2. Tanda Vital
Nadi : 140 x / menit
RR : 36 x /menit
Suhu : 36,4 oC
BB : 1,2 kg
PB : 43 cm
Lingkar Kepala : 30 cm
3. Ballard Score : 22 (32-34 minggu)
Skor down : <4 (tidak ada gawat napas)
9
4. Kulit
Turgor kulit lambat (-), ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
nevi (-).
4. Kepala
Bentuk normocephal, luka (-), rambut cukup, ubun – ubun besar terpisah, teraba
datar, sutura norma, caput sucendaneum (-), dan cephal hematom (-)
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), atresia choana (-/-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-),palatoschizis (-), makroglossia (-), reflek
menghisap (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-).
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
10. Leher
trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi
pada kulit (-)
11. Dada
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (+) ringan, spider
nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (rh -/-, wh -/-)
10
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (rh -/-, wh -/-)
12. Status Lokalis Abdomen
Inspeksi : dinding perut soefl, pelebaran pembuluh darah (-), distensi (-), massa
(-), umbilikus tampak basah dan mulai mengering, warna kuning
kehijauan (-), edema (-), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : soefl, hepar tidak teraba, massa (-).
Perkusi : tidak dilakukan
13. Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
akral hangat Oedem
+ +
+ +
- -
- -
14. Sistem genetalia
Labia mayora dan labia mayora terbentuk, tonjolan labia mayora dan minora sama
besar.
11
Kurva Pertumbuhan Janin (Lubchenco)
Skor New Ballard
12
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 16,1 gr%
Eritrosit : 4.140.000 mm3
Leukosit : 5.400/mm3
Diff count : -/-/2/22/75/1
LED : -
Trombosit : 220.000/mm3
Hematokrit : 52,3%
GDS : 95 mg%
Problem List
- BBL gmeli su bracht usia kehamilan 34-35 minggu
- BBL:1200 gram; PB: 43 cm
- Skor APGAR 6-7
- Skor Ballard: 22
- Sesuai Masa Kehamilan
- napas tidak adekuat, retraksi dinding dada ringan
- reflek menghisap (-)
- GDS 95 mg/dl
Working Diagnosa
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + BBLSR
13
Planning Terapi
- IVFD D10% 3 tpm (mikro)/ (60 cc/kgBB)
- injeksi Ampicilin 3x70 mg (iv)
- injeksi Ranitidin 2x5 mg (iv)
- maintenance Ca glukonas 2cc dalam infus per 24 jam
- 02 2L/menit
2.8 Resume
BBL gmeli, bayi I laki – laki lahir spontan belakang kepala, dengan
BBL: 1400 gram, PB: 44 cm. Pada saat lahir bayi menangis merintih, napas tidak
adekuat, tampak retraksi dinding dada ringan dengan skor APGAR 5-6. Sedangkan Bayi
II lahir 5 menit kemudian berjenis kelamin perempuan spontan bracht, dengan
BBL:1200 gram, PB: 43 cm, skor APGAR 6-7 dan sisa ketuban jernih. Usia kehamilan
34-35 minggu (berdasarkan HPHT).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Bayi I, skor ballard 23 (sesuai usia
kehamilan 32-34 minggu), skor down <4, dan kurva pertumbuhan janin sesuai masa
kehamilan. Sedangkan bayi II skor ballard 22 (sesuai usia kehamilan 32-34 minggu),
skor down <4, dan kurva pertumbuhan janin sesuai masa kehamilan.
14
Follow UP Bayi I
Hari/ tgl
S O A P
1/4/13
11.30
13.00
16.00
- BBL spt B, BB:1400 gram PB:44 cm, Uk: 34-35, A/S 5/6
Bayi merintih
RR: 34 x/m N: 150 x/m Retraksi(+)
dinding dada ringan
Skor ballard 23 Kurva lubchenco:
sesuai masa kehamilan
GDA: 39 mg/dl
GDA: 376 mg/dl
GDA: 170 mg/dl
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- IVFD D10% 3 tpm (mikro)/ (60cc/kgBB)
- injeksi Ampicilin 3x70 mg (iv)
- injeksi Ranitidin 2x5 mg (iv)
- maintenance Ca glukonas 2cc dalam infus per 24 jam
- CPAP modif 4 cmH2O 2L/menit
- Puasa Sonde terbuka
- Injeksi D10% 30 cc iv bolus pelan
- Cek GDA 1 jam lagi
- IVFD D10% 5 tpm- Cek GDA 3jam- Observasi tanda vital
- Tx lanjut
2/4/131 hari
Panas (-) Menangis kuat Puasa (+) BAB (-) ASI belum keluar
RR: 50 x/mN: 140 x/mt°ax: 36,8 °CC/ S1S2 tunggal regAbd/ soefl, BU(+), met (-)
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR + hipoglikemia (teratasi)
- Tx tetap- PASI BBLR 8x2,5cc
per sonde cek retensi- Cek GDA 1x/hari
3/4/132 hari
Menangis kuat Minum PASI BAB normal
RR: 34 x/mN: 124 x/mt°ax: 36,3 °CC/ S1S2 tunggal regP/ simetris ves/ves Rh -/- Wh -/-GDA: 108 mg/dlRo Thorak: kedua paru belum mengembangRetensi 1,5 cc
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- Tx tetap- PASI BBLR 8x5cc per
sonde cek retensi
15
4/3/133 hari
Minum PASIBAB 1x
mekoneal
RR: 34 x/mN: 138 x/mt°ax: 36,1 °CC/ S1S2 tunggal regP/ simetris, ves/ves, Rh -/- Wh -/-Abd/ soefl, BU(+), met (-)
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- Tx tetap- Ca glukonas stop
PASI 8x 5 cc per sonde cek retensi
5/3/134 hari
Nangis kuatPanas (-)
RR: 34 x/mN: 138 x/mt°ax: 36,1 °CA/I/C/D -/+/-/-C/ S1S2 tunggal regP/ simetris, ves/ves, Rh -/- Wh -/-Abd/ soefl, BU(+), met (-)Hb: 14 mg/dlBil total: 5,8Bil direk: 1,46Bil indiek: 4,34
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR + icterik neonatoum
- IVFD D10% 0,18 NS 13 tpm mikro
- Fototerapi 1x24 jam- O2 ganti nasal- PASI 8x 7,5 cc- Cek bilirubin post
fototerapi- Metode kangguru
6/3/135 hari
Tangis kuatMinum ASI/PASI
per sonde
RR: 31 x/mN: 140 x/mt°ax: 36,1 °CA/I/C/D -/+/-/-C/ S1S2 tunggal regP/ simetris, ves/ves, Rh -/- Wh -/-Abd/ soefl, BU(+), met (-) Hb: 14 mg/dlBil total: 2,8Bil direk: 1,46Bil indiek: 1,34
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- Inj gentamicin 2x 8 mg- PASI 8x8 cc
16
Follow UP Bayi II
Hari/ tgl
S O A P
1/4/13
11.30
13.00
16.00
- BBL su Bracht, BB:1200 gram PB:43 cm, Uk: 34-35, A/S 6/7
Bayi merintih
RR: 34 x/m N: 150 x/m t°ax: 36 °C Retraksi(+)
dinding dada ringan
Skor ballard 22 Kurva lubchenco:
sesuai masa kehamilan
GDA: 28 mg/dl
GDA: 475 mg/dl
GDA: 190 mg/dl
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- IVFD D10% 5 tpm (mikro)/ (60cc/kgBB)
- injeksi Ampicilin 3x70 mg (iv)
- injeksi Ranitidin 2x5 mg (iv)
- maintenance Ca glukonas 2cc dalam infus per 24 jam
- CPAP modif 4 cmH2O 2L/menit
- Puasa Sonde terbuka
- Injeksi D10% 30 cc iv bolus pelan
- Cek GDA 1 jam lagi
- IVFD D10% 5 tpm- Cek GDA 3jam- Observasi tanda vital
- Tx lanjut
2/4/131 hari
Panas (-) Menangis kuat Puasa (+) BAB (-) ASI belum keluar
RR: 44 x/mN: 145 x/mt°ax: 36,2 °CC/ S1S2 tunggal regAbd/ soefl, BU(+), met (-)
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR + hipoglikemia (teratasi)
- Tx tetap- PASI BBLR 8x2,5cc
per sonde cek retensi- Cek GDA 1x/hari
3/4/132 hari
Menangis kuat Minum PASI BAB normal
RR: 34 x/mN: 124 x/mt°ax: 36,3 °CC/ S1S2 tunggal regP/ simetris ves/ves Rh -/- Wh -/-GDA: 80 mg/dlRo Thorak: paru kiri belum mengembangRetensi 0,5 cc
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- Tx tetap- PASI BBLR 8x5cc per
sonde cek retensi- Ca glukonas stop
17
4/3/133 hari
Minum PASIBAB 1x
mekoneal
RR: 34 x/mN: 135 x/mt°ax: 36,1 °CC/ S1S2 tunggal regP/ simetris, ves/ves, Rh -/- Wh -/-Abd/ soefl, BU(+), met (-)
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- Tx tetap- PASI 8x 5 cc per
sonde cek retensi
5/3/134 hari
Nangis kuatPanas (-)Muntah (-)
RR: 34 x/mN: 138 x/mt°ax: 36,1 °CA/I/C/D -/-/-/-C/ S1S2 tunggal regP/ simetris, ves/ves, Rh -/- Wh -/-Abd/ soefl, BU(+), met (-)Hb: 16 mg/dlBil total: 2,8Bil direk: 1,46Bil indiek: 1,34
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- IVFD D10% 0,18 NS 13 tpm mikro
- Fototerapi 1x24 jam- O2 ganti nasal- PASI 8x 10 cc- Metode kangguru
6/3/135 hari
Tangis kuatMinum ASI/PASI
per sonde
RR: 31 x/mN: 140 x/mt°ax: 36,1 °CA/I/C/D -/-/-/-C/ S1S2 tunggal regP/ simetris, ves/ves, Rh -/- Wh -/-Abd/ soefl, BU(+), met (-)
Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan + asfiksia sedang + BBLSR
- Tx tetap- ASI/PASI 8xx 12,5 cc- O2 nasal aff
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi BBLR3
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Sebagai patokan, berikut adalah klasifikasi berat
badan lahir dan usia kehamilan:
Berat Badan Lahir
Klasifikasi Berat Badan
Berat badan ekstrim rendah <1000 gram
Berat badan sangat rendah <1500 gram
Berat badan rendah <2500 gram
Berat badan normal ≥2500 gram
Usia Kehamilan
Klasifikasi Usia kehamilan
Prematur <37 minggu
Aterm 37-42 minggu
Postmatur >42 minggu
3.2 Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut3 :
Prematuritas murni (kurang bulan)
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan jika dilihat dari masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering
mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena
masa gestasi yang kurang.
Dismaturitas (pertumbuhan janin terhambat)
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh
terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum
19
ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri. Terdapat 2
macam pola Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), yaitu4:
PJT Simetris
Lingkar kepala, panjang badan, dan berat badan seluruhnya berkurang
secara proporsional untuk usia kehamilan. PJT simetris disebabkan oleh
infeksi kongenital atau kelainan genetic dan terjadi di awal kehamilan.
PJT Asimetris
Berat badan lebih rendah secara tidak proporsional terhadap panjang dan
lingkar kepala. PJT asimetris disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenta
dan nutrisi ibu yang buruk.
3.3 Etiologi4
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Sedangakan
sisanya karena pertumbuhan janin yang terhambat.
Penyebab kelahiran prematur, yaitu4:
Faktor Janin
Gawat janin
Kehamilan kembar (gemeli)
Eritroblastosis
Faktor Plasenta
Plasenta previa
Solusio plasenta
Faktor Uterus
Uterus bikornus
Inkompetensia serviks
Faktor Maternal
Pre eklampsia
Penyakit kronis (misal: penyakit jantung sianotik)
Infeksi (misal: ISK)
Penyalahgunaan obat
Lain-lain
Ketuban pecah dini
Polihiramnion
Iatrogenik
20
Untuk pertumbuhan janin yang terhambat dapat dipengaruhi faktor janin, maternal, dan
plasenta. Berikut adalah faktor-faktor yang berpengaruh5:
Faktor janin
Genetik
Kelainan kromosom (misal: trisomi 13, 18, dan 21)
Kelainan bawaan (misal: anensefali, atresia gastrointestinal, dan sindrom
Potter)
Infeksi bawaan (misal: rubella dan CMV)
Penyakit metabolic saat lahir (misal: galaktosemia dan fenilketouria)
Faktor maternal
Pre eklampsia dan eklampsia
Penyakit renovaskuler kronis
Penyakit vaskuler hipertensif kronis
Malnutrisi
Ibu perokok
Hipoksemia maternal (misal: anemia sel sabit)
Lain-lain meliputi sosio ekonomi rendah, usia ibu yang muda, ibu yang
pendek, anak pertama, dan mutiparitas usia tua.
Faktor plasenta
Insufisiensi plasenta karena pre eklampsia, eklampsia, ataupun
kehamilan lewat bulan
Masalah anatomis meliputi infark multiple dan thrombosis vaskuler
umbilical
Pada kehamilan kembar terkait anastomose vaskuler abnormal
3.4 GEJALA KLINIK5
A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45
cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi
kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan
sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan
labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang
rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang.
Jaringan mamma belum sempurna, puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi
21
kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang
dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah,
pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih hipotonik,
sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam
fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 6,7
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna,
begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas
bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar
bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada
anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat
dan licin serta terdapat ‘pitting edema’. Edema ini seringkali berhubungan dengan
perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum. 6,7
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi
pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan
terjadinya penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan
susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya, misalnya dengan
melakukan pemeriksaan radiologis toraks. 6,7
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan terlihat
gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini
berat badan kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan
mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’. Pada bayi cukup bulan
dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah ‘wasting’, demikian pula pada post
term dengan dismaturitas. 1,8
Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ tersebut, yaitu :
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit,
plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam
amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai
akibat anoksia intrauterin.
3. Stadium ketiga
22
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang
sudah berlangsung lama. 6,8
3.5 Komplikasi
Pada BBLR dapat timbul berbagai masalah, meliputi9:
Pada Prematuritas
Ketidakstabilan suhu tubuh
Bayi prematur memiliki kesulitan mempertahankan suhu tubuh akibat:
Peningkatan hilangnya panas
Berkurangnya lemak subkutan
Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan besar
Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai
dan ketidakmampuan untuk menggigil
Kesulitan bernapas
Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat napas
Risiko aspirasi akibat refleks menelan dan refleks batuk yang buruk,
pengisapan dan penelanan yang tak terkoordinir
Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
Pernapasan periodik dan apnea
Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Refleks isap dan menelan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
Motilitas usus yang menurun
Pengosongan lambung lambat
Absorpsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang
Defisiensi enzim lactase pada jonjot usus
Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam
tubuh
Meningkatnya risiko NEC (Necrotizing enterocolitis)
Imaturitas hati
Gangguan konjugasi dan eksresi bilirubin
Defisiensi vitamin K
Imaturitas ginjal
Ketidakmampuan mengekskresi beban cairan yang besar
Akumulasi asam organik dengan asidosis metabolik
23
Eliminasi obat dari ginjal dapat menghilang
Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hipo/hipernatremi,
hiperkalemi, ataupun glikosuria
Imaturitas imunologis
Berisiko tinggi terkena infeksi karena:
Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga
Fagositosis terganggu
Penurunan berbagai faktor komplemen
Masalah neurologis
Refleks isap dan menelan yang imatur
Penurunan motilitas usus
Apnea dan bradikardi berulang
Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
Pengaturan perfusi serebral yang buruk
Ensefalopati Iskemik Hipoksik
Retinopathy of prematurity
Kejang
Hipotonia
Masalah kardiovaskular
Patent ductus arteriosus
Hipotensi atau hipertensi
Masalah hematologis
Anemia
Hiperbilirubinemia terutama indirek
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Penyakit perdarahan pada neonatus
Masalah metabolisme
Hipokalsemi
Hipoglikemi atau hiperglikemi
Pada Pertumbuhan Janin Terhambat
Kematian fetus
Disebabkan oleh insufisiensi plasenta, hipoksia kronis, sampai kelainan
bawaan.
24
Hipoksia
Disebabkan oleh asfiksia perinatal, persistent pulmonary hypertension of the
newborn, sampai aspirasi mekonium.
Hipotermia
Disebabkan kurangnya lemak subkutan dan meningkatnya luas permukaan
tubuh. Selain itu hipoglikemi dan hipoksia juga dapat mengganggu produksi
panas pada bayi.
Hipoglikemi
Disebabkan menurunnya cadangan glikogen, penurunan glukoneogenesis.
Dapat terjadi pada 3 hari pertama.
Polisitemia
Disebabkan peningkatan kadar eritropoetin yang bersifat sekunder terhadap
hipoksia fetus.
Keterlambatan perkembangan
Disebabkan oleh infeksi intrauterin, malformasi berat, hipoksia kronis,
asfiksia pasca kelahiran, sampai hipoglikemi.
Penurunan kekebalan tubuh
Disebabkan oleh malnutrisi dan hal ini dapat mempengaruhi hitung limfosit
dan kadar immunoglobulin.
3.6 Diagnosis10
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat badan lahir bayi serta
ditunjang anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.10
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk mencari etiologi
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan Fisik
25
Yang dapat diperiksa saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
Berat badan
Tanda-tanda prematuritas (bayi kurang bulan)
Tulang rawan telinga belum terbentuk
Masih terdapat lanugo
Refleks masih lemah
Alat kelamin luar:
perempuan: labium mayora belum menutup labium minora, sedangkan
untuk laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bayi kecil untuk masa kehamilan)
Tidak dijumpai tanda prematuritas
Kulit keriput
Kuku lebih panjang
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
o Pemeriksaan skor ballard
o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
3.7 Penatalaksanaan9,10
Medikamentosa
Pemberian vitamin K9,10 :
Injeksi 1 mg im sekali pemberian, atau per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali
pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau
diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang
kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI
26
yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi
menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak
mendapatkan cairan iv dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang
bayi 2 kali seminggu. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat
badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan agar bayi diberi susu lebih sering
(contoh: setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan iv, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh: gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
- Berikan cairan iv dan ASI menurut umur
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: 3 jam sekali)
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
27
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
iv secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
28
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (misalnya hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
29
Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan
beratlahir <1500)
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan, dan lingkar kepala setiap
minggu.
Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut (lakukan sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan
setiap bulan):
Hitung umur koreksi.
Pertumbuhan meliputi berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala.
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
Awasi adanya kelainan bawaan
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan
lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, dan
30
hipoglikemi. Bila hidup, dapat dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, dan IQ
rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan adalah langkah yang penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau, dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu
Berikan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan, dan perawatan diri selama
kehamilan agar ibu hamil dapat menjaga kesehatannya dan janin yang
dikandungnya dengan baik
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
Tanda Kecukupan Pemberian ASI
BAK minimal 6 kali/ 24 jam
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
BB naik pada 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari
Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari
payudara yg lain.
Indikasi Pulang BBLR
Suhu bayi stabil
Toleransi minum oral baik, terutama ASI
Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
Cara Menghangatkan Bayi
Kontak kulit Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4oC) apabila cara lain tidak mungkin
dilakukan.
KMC Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan
<1.800 g. Metode ini tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
ataupun ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya.
31
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Dilakukan untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan Untuk bayi dengan berat <1.500 g
yang tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan. Metode ini tidak
untuk bayi sakit berat.
Cara menghangatkan bayi
Cara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan.
KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak
dapat merawat bayinya.
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan,
atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.
Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)
Berat (g)Umur (hari)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
32
<1500 80 100 120 140 150
Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499
PemberianUmur (hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)
Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500
Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Bayi Berat Lahir Rendah
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir.6 Pada kasus ini, bayi S berat badan lahirnya 1400 dan 1200 gram, yang
artinya termasuk dalam BBLSR.
33
Penyebab BBLSR dibagi menjadi persalinan kurang bulan/prematur (BKB) dan
bayi lahir kecil untuk masa kehamilan (KMK)1. Dari hasil perhitungan nilai ballard
didapatkan hasil masa gestasi 32-34 minggu. Masa gestasi normal dikatakan cukup
bulan yaitu pada 37-42 minggu. Dengan berat badan 1400 dan 1200 gram dan masa
gestasi 32-34 minggu, lalu dimasukkan ke dalam grafik Lubchenco, maka bayi S I dan
II dikatakan sebagai bayi kurang bulan (BKB) dan sesuai masa kehamilan (SMK).
Dari pemeriksaan fisik yang ditemukan juga menunjang By Suntuk dikatakan
bayi kurang bulan, yaitu :
1. recoil dari daun telinga yang lambat kembali
2. masih terdapat lanugo
3. reflek menghisap masih lemah
4. sedikit lipatan pada plantar
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah: 7
1. Faktor janin
- gawat janin
- kehamilan multipel
- eritroblastosis
- hidrops nonimun
2. Faktor ibu
- preeklamsia
- penyakit medis kronis (misalnya penyakit jantung sianosis, penyakit ginjal)
- Infeksi (misalnya Listeria monocytogenes, streptokokus grup B, infeksi saluran
kencing, korioamniotis)
- usia (angka kejadian prematuritas tertinggi pada usia ibu < 20 tahun dan
primigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat)
- keadaan sosial ekonomi (berhubungan dengan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang)
- penyalahgunaan obat (misalnya kokain)
3. Faktor plasenta : plasenta previa, abrupsio plasenta
4. Faktor uterus : uterus bikornus, serviks tidak kompeten (dilatasi prematur)
5. Faktor lainnya : ketuban pecah prematur, polihidramnion, iatrogenik
Dari anamnesis kasus ini, didapatkan faktor janin yaitu kehamilan kembar yang
menjadi faktor predisposisi terjadinya bayi berat lahir rendah. Riwayat persalinan
sebelumnya yaitu 5 tahun yang lalu tidak ada kelainan, melahirkan secara spontan dan
34
cukup bulan. Kenaikan berat selama hamil ± 15 kg, dan ibu mengaku tidak ada sakit
ataupun minum obat-obatan dan jamu-jamuan selama hamil. Wanita hamil pada negara
yang berkembang lebih terpapar pada polusi udara dan meningkatkan risiko terjadinya
bayi berat lahir rendah.8
Manajemen umum untuk BBLR yaitu sebagai berikut 6 :
• Stabilisasi suhu, menjaga bayi tetap hangat
• Menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
• Menilai segera kondisi bayi tentang tanda vital yaitu pernapasan, denyut jantung,
warna kulit dan aktifitas
• Bila bayi mengalami gangguan napas , dikelola gangguan napas
• Bila bayi kejang, dipotong kejang dengan anti konvulsan
• Bila bayi dehidrasi, dipasang jalur intravena, diberikan cairan rehidrasi IV.
• Dikelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Pada bayi dengan BBLR pertumbuhan dan pematangan (maturasi) organ dan
alat-alat tubuh belum sempurna, akibatnya bayi berat lahir rendah sering mengalami
komplikasi dan infeksi yang dapat berakhir dengan kematian. 6
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
BBLR (bayi baru lahir rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari
2.500 gram tanpa memandang masa gestasi berat lahir adalah bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir.
• Penyebab BBLR
35
a. Persalinan kurang bulan/prematur (pada umur kehamilan 28-36 minggu)
b. Bayi kecil masa kehamilan
• Beberapa faktor predisposisi
a. Faktor ibu
b. Faktor plasma
c. Faktor janin
• Tanda BBLR kurang bulan
Tanda prematuritas
a. Tulang rawan telinga belum terbentuk
b. Masih terdapat lanugo
c. Reflek masih lemah
d. Alat kelamin pada perempuan labium mayora belum menutupi labium minor, pada
laki-laki testis belum turun, testis belum terbentuk.
• BBLR kecil masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat
a. Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas
b. Kulit keriput
c. Kuku lebih panjang
• Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu tubuh
b. Memenuhi kebutuhan O2
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Pencegahan infeksi
e. Melibatkan orang tua
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang.
Jakarta : FKUI, 2004;9-11.
2. Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan
Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
3. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
36
4. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant
During the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York : Medical
Publishing Division, 2002; 120-31.
5. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4. Jakarta
: FKUI, 1985;1051-7.
6. Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
7. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
8. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
9. Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.
10. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu Kebidanan;
edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;771-83.
37