BAB II LANDASAN TEORI Tata Letak Produksi
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI Tata Letak Produksi
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tata Letak Produksi
2.1.1 Definisi Tata Letak Produksi
Layout menurut Zulian Yamit (2003: 130) “Pengaturan tata letak pabrik
adalah rencana pengaturan semua fasilitas produksi guna memperlancar proses
produksi yang efektif dan efisien.”
Menurut Sritomo Wignojosubroto (2003: 67) mengemukakan dalam
bukunya “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Plant Layout adalah: “Tata
cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran produksi.”
Sedangkan menurut Pangestu Subagyo (2000: 9) “Layout pabrik adalah tata
letak atau ruang. Artinya cara penempatan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam
pabrik. Fasilitas-fasilitas tersebut misalnya mesin, alat produksi, alat pengangkutan
barang, tempat pembuatan sampah, kamar kecil, dan alat pengawasan.”
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tata letak (layout)
produksi merupakan pengaturan fasilitas-fasilitas produksi yang digunakan dalam
pabrik untuk menunjang kelancaran kegiatan produksi agar efektif.
2.1.2 Prinsip-prinsip Dasar di dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik
Berdasarkan aspek dasar, tujuan, dan keuntungan-keuntungan yang bisa
didapatkan dalam tata letak pabrik yang direncanakan dengan baik, maka bisa
disimpulkan 6 tujuan dasar dalam tata letak pabrik, yaitu sebagai berikut
(Wignjosoebroto; 2003):
a. Integrasi total dari semua faktor yang mempengaruhi proses-proses
produksi
b. Pemindahan jarak yang seminimal mungkin
II-2
c. Aliran kerja berlangsung secara lancar
d. Pemanfaatan ruangan
e. Keselamatan kerja
f. Fleksibilitas
2.1.3 Tipe Tata Letak Produksi
Tata letak produksi ditentukan oleh susunan mesin-mesin produksi yang
membentuk suatu alur produksi. Berdasarkan beberapa literatur, terdapat 4 tipe tata
letak produksi yaitu:
1. Tata letak berdasarkan aliran produk (product layout)
Product layoutadapatadidefinisikanasebagai metode atau cara pengaturan
danapenempatanasemuaafasilitasaproduksiayang diperlukanake dalam suatu
departemenatertentua atau khusus. Bahanabakuadipindahkanadariastasiun
kerja ke stasiun kerjaalainnya diadalamadepartemenatersebut danatidak
perlu dipindahkan ke departemen yang lain.
Dalamaproduct layout, mesin-mesinaatau alatabantuadisusunamenurut
urutan proses dari suatu produk. Product layout akan digunakan bila volume
produksi yang kontinyu.iTujuan dariitatailetak iniiadalahiuntukimengurangi
prosesipemindahanibahan danimemudahkanipengawasanidi dalamiaktivitas
produksi, sehinggaipadaiakhirnyaiterjadiipenghematanibiaya.
Gambar II.1 Tata letak berdasarkan aliran produksi
GU
DA
NG
BA
HA
N B
AK
U (
MA
TER
IAL)
Mesin Bubut
Mesin Press
Mesin Perata
Mesin Bubut
Mesin Drill
Mesin Pelengkung
Mesin Drill
Mesin Perata
Mesin Perata
Mesin Perata
Mesin Gerinda
Mesin Drill
PR
OSE
S P
ERA
KIT
AN
(A
SSEM
BLY
)
GU
DA
NG
PR
OD
UK
JA
DI
II-3
2. Tata letak berdasarkan fungsi (process layout)
Dalamaprocess layout semua operasi dengan sifat yang sama
dikelompokkan dalam departemen yang sama pada suatu industri. Mesin
dan peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan menjadi
satu, misalnya semua mesin bubut dijadikan satu departemen, mesin bor
disatukan menjadi satu departemen, dll.
Dengan kata lain material dipindah menuju departemen-departemen
sesuai denganiurutan proses yang dilakukan. Process layout dilakukan bila
volume produksi kecil dan terutama untuk jenis produk yang tidak standar,
biasanya berdasarkan order. Kondisi ini disebut sebagai job shop. Tata letak
tipe-tipe process layout banyak dijumpai pada sektor industri manufaktur
maupun jasa.
Gambar II.2 Tata letak berdasarkan fungsi
3. Tatailetakiberdasarkanikelompok (group technology)
Tipeitatailetak ini biasanya komponen yang tidak sama dikelompokkan
dalam satu kelompok berdasarkan kesamaan bentuk komponen, mesin atau
perlatan yang dipakai. Pengelompokkan bukan didasarkan pada kesamaan
II-4
penggunakan. Mesin-mesin dikelompok dalam satu kelompok dan
ditempatkan dalam sebuah manufacturing cell.
Gambar II.3 Tata letak berdasarkan kelompok produk
4. Tata letak berposisi tetap (fixed layout)
Gambar II.4 Tata letak berposisi tetap
Layout yang berposisi tetap ditunjukkan bahwa mesin, manusia serta
komponen-komponen bergerak menuju lokasi material untuk menghasilkan
produk. Layout ini biasanya digunakan untuk memproses barang yang relatif
besar dan berat, sedangkan peralatan yang digunakan mudah untuk
dilakukan pemindahan. Contoh dari industri ini adalah industri pesawat
terbang dan penggalangan kapal.
GU
DA
NG
BA
HA
N B
AK
U
Mesin
Bubut
Mesin
Bubut
Mesin
Perata
Mesin
Bubut
Mesin
Bubut
Mesin
Perata
Mesin
Drill
Mesin
Bubut
Mesin
Gerinda
Mesin
Lasan
Penge
catan
Pera-
kitan
Mesin
Lasan
Penge
catan
Mesin
Perata
Mesin
Gerind
Pera-
kitan
GU
DA
NG
PR
OD
UK
JA
DI
Mesin
Las
GU
DA
NG
BA
HA
N B
AK
U
Mesin
Gerinda
Mesin
Keling
Mesin
Gergaji
Mesin
Gerinda
Penge-
catan
GU
DA
NG
BA
HA
N B
AK
U
II-5
Dalam penelitian ini, tipe tatailetakiyangidigunakaniadalahitipeitatailetak
berdasarkanifungsiiatauiprocess layout. Tipe ini dipilih karena dinilai paling baik
digunakan pada produksi tower karena memiliki beberapa jenis produk yang tidak
standar dan PT. Bukaka Teknik Utama menggunakan sistem job order untuk
keperluan produksinya.
2.2 Aliran Material
Perencanaan aliran material merupakan hal yang mendasari dalam
perencanaan atau perancangan tata letak produksi. Untuk itu aliran material harus
direncanakan dengan baik demi mendapatkan tata letak produksi yang baik.
Keuntungan perencanaan aliran material:
a. Menambah efisiensi dari proses produksi
b. Aktivitas-aktivitas pemindahan material berlangsung lebihisederhana
c. Pendayagunaan seluruh fasilitas_produksi_lebih_baik yang dapat
mengurangi waktuimenganggur
d. Mengurangi waktu pengerjaan
e. Pendayagunaanitenagaikerjailebihiefisien
f. Mengurangiikemungkinaniterjadinyaikerusakaniproduk
g. Mengurangi_jarak_perpindahan bahan dan_kemacetan pada lintasan
produksi
h. Memudahkaniaktivitasipengawasan
i. Mempermudahiprosesipenjadwalan
j. Mengurangiiterjadinyaikecelakaanisaatioperasiiberlangsung
Analisis aliran material berfungsi untuk menentukan nilai aliran material
yang nantinya nilai ini akan digunakan untuk perbandingan antara tata letak awal
dengan rancangan tata letak baru.
II-6
2.2.1 Pola Aliran Material
Polaialiranimaterial dibedakan menjadi 2 macam, yaituipolaialiran material
untukiprosesiproduksi dan pola aliran material untukiprosesiperakitan. Pada
penelitian ini, pola aliran material yang digunakan adalah pola aliran material untuk
proses produksi. Hal ini disebabkan karena PT. Bukaka Teknik Utama hanya
melakukan prosesiproduksiidariibahanibakuihingga_menjadi_produk sub assy.
Proses perakitannya sendiri dilakukan oleh perusahaan yang melakukan order dan
dirakit di luar dari perusahaan.
Pola aliran material untuk proses produksi mempunyai 5 jenis yang biasa
digunakan dalam industri, kelima jenis tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah:
1. Straight Line
Gambar II.5 Pola aliran straight line
Terdapat beberapa karakteristik dari pola aliran straight line, yaitu:
a. Umumnya terdiri dari beberapa komponen
b. Proses atau aktivitas produksi berlangsung dari mesin nomor satu
sampai ke mesin yang terakhir
c. Jarak perpindahan bahan bahan secara total kecil
2. Serpentine atau Zig-Zag Line
Gambar II.6 Pola aliran zig-zag line
II-7
Terdapat beberapa karakteristik dari pola aliran zig-zag line, yaitu:
a. Digunakan bila proses produksi berlangsung panjang dibandingkan dengan
area yang tersedia
b. Secara ekonomik dapat mengatasi keterbatasan area, bentuk, dan
ukuran dari bangungan pabrik.
3. U-Shaped Line
Gambar II.7 Pola aliran u-shaped line
Terdapat beberapa karakteristik dari pola aliran u-shaped line, yaitu:
a. Bila produk akhir dari proses produksi berada pada lokasi yang sama
dengan awal proses produksi
b. Mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi
c. Sangat mempermudah pengawasan keluar masuknya bahan dari dan
menuju pabrik
4. Circular Line
Gambar II.8 Pola aliran circular line
II-8
Terdapat beberapa karakteristik dari pola aliran circular line, yaitu:
a. Apabilaidikehendakiiuntukimengembalikan bahan atauiprodukipada
titikiawalialiraniproduksi
b. Apabilaidepartemen penerimaanidan pengirimanibahan atauiproduk
jadiidirencanakaniberadaipadailokasiiyangisamaidalamipabrik
5. Odd-Angle Line
Gambar II.9 Pola aliran odd-angle line
Terdapat beberapa karakteristik dari pola aliran odd-angle line, yaitu:
a. Untuk area yang kecil apabila pabrik mempunyai kondisi tertentu
b. Apabila tujuaniutamanyaiuntukimemperolehigarisialiraniyang pendek
di antara kelompokikerjaidariiareaiyangisalingiberkaitan
c. Apabila proses pemindahan bahan dilaksanakanisecara mekanik
d. Apabila keterbatasan ruang menyebabkanipolaialiraniyangilainitidak
diterapkan
e. Apabila dikehendakiiadanya polaialiranibahan yangitetapidariifasilitas
produksi yang ada
Jenis polaialiran material yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
straight line. Pola aliran ini dipilih atas pertimbangan material yang mempunyai
dimensi panjang yang besar dan dimensi lebar yang kecil.
II-9
2.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara langsung di
perusahaan, dokumentasi perusahaan, dan wawancara dengan staff produksi.
Kegiatan ini dilakukan pada periode bulan Februari hingga Maret 2018.
2.3.1 Produk dan Material
Produk tower transmisi listrik 150kV komponen siku dikerjakan berdasarkan
profilnya. Produk komponen siku dibagi menjadi beberapa profil dari proses
pemesanan bahan baku hingga proses produksi selesai. Untuk pembagian profil
disesuaikan berdasarkan drawing rancangan desain tower transmisi 150kV
komponen siku yang didapatkan dari Divisi Engineering PT. Bukaka Teknik
Utama. Pembagian profil dapat dilihat pada Tabel II.1 di bawah ini:
Tabel II.1 Pembagian profil
Data produk diperoleh dari dokumentasi perusahaan berupa lembar BQ.
Lembar BQ memuat data tentang spesifikasi produk di antaranya kode marking,
jumlah produk, material, dimensi, dan macam & jumlah proses. Untuk lebih
jelasnya, lembar BQ dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.3.2 Pengukuran Waktu Proses Produksi
Proses yang dibutuhkan untuk membuat tower transmisi 150kV komponen
siku dikategorikan menjadi 2 jenis, yaituiprosesiumumidaniprosesikhusus. iProses
No. Profil (L) Bahan Baku
1 50x50x5 SS540
2 60x60x5 SS541
3 65x65x5 SS542
4 70x70x5 SS543
5 75x75x5 SS544
6 90x90x6 SS545
7 90x90x8 SS546
8 100x100x8 SS547
II-10
umum meliputi proses shearing, stamping, dan pierching. Sedangkan proses khusus
meliputi proses notching, bending, dan chamfering.
Pengukuran waktu proses dilakukan dengan mengambil sampel waktu
proses saat proses produksi berlangsung. Alat yang digunakan adalah stopwatch
digital. Hasil yang didapatkan selanjutnya digunakan untuk mencari waktu standar
dan waktu proses yang dibutuhkan untuk produksi tower.
2.3.3 Pengukuran Area Mesin dan Area Kerja
Pengukuran area mesin dilakukan menggunakan meteran rol secara langsung
di lapangan. Data yang diukur meliputi area kerja di antaranya mesin, peralatan,
operator, dan material. Hasil data yang telah didapat dapat dilihat pada Tabel III.7
yang terdapat di Bab III.
Pengukuran area kerja dilakukan pada Shop A1, A2, D, dan E menggunakan
meteran rol secara langsung di lapangan. Area kerja ini meliputi semua proses
produksi antara lain proses umum dan proses khusus. Hasil data area kerja dapat
dilihatipadaiTabel III.8 di Bab III.
2.3.4 Pembuatan Gambar (drawing) Tata Letak Awal
Pembuatan tata letak awal mempunyai 2 tahap yaitu pengumpulan data dan
proses pembuatan drawing di software CAD. Data yang dibutuhkan adalah data
mesin, area kerja, dan urutan proses. Proses menggambar menggunakan bantuan
software AutoCAD untuk pembuatan drawing. Drawing ini digunakan untuk
mempermudah dalam pembacaan data dan analisis aliran material.
2.4 Metode Pengolahan Data
2.4.1 OPC
OPC produk dibuat berdasarkan data dari lembar BQ yang diperoleh dari
perusahaan. Di dalam lembar BQ terdapat jenis proses dan jumlah proses yang
II-11
dilakukan terhadap setiap komponen. OPC dibuat menggunakan bantuan software
Microsoft Visio 2010. OPC ini berguna untuk mengetahui waktu proses yang
dibutuhkan untuk membuat suatu produk.
2.4.2 Jumlah Proses
Jumlah proses dihitung berdasarkan data pada lembar BQ yang diperoleh
dari perusahaan. Proses dihitung pada setiap quantity komponen yang diproduksi
dan disusun menjadi Tabel III.9 yang terdapat di Bab III.
2.4.3 Waktu Standar dan Waktu Normal
Waktu standariadalahiwaktuiyangisebenarnya_digunakan_operator_untuk
memproduksi suatu produk. Nilai ini adalah nilai waktu yang dipengaruhi_oleh
faktor-faktoriallowanceiyaitu_kebutuhan_personal, faktor_lelah, dan_waktu_yang
tidakiterhindarkan.Waktu standar didapatkan dari perhitungan waktu normal
dengan besar allowance yang digunakan sesuai dengan rumus:
Waktu standar = �����������
���%�%��������� ................................................................... (2.1)
Waktu-normal adalah waktuikerja_yang-telah-mempertimbangkan_waktu
kerja yang telah mempertimbangkan faktor penyesuaian pekerja. Waktu normal
didapatkan dari waktu observasi rata-rata dengan nilai performance rating yang
digunakan sesuai dengan rumus:
Waktu normal = waktu observasi rata-rata x performance rating ....................... (2.2)
Performance rating adalah kinerja operator yang dinilai saat melakukan
proses produksi. Penelitian menggunakan metode Westing House System’s Rating
dimana penentuan nilai meliputi kecapakan (skill), usaha (effort), kondisi kerja
(working condition), dan konsistensi (consistency). Nilai dari keempat aspek
tersebut didapatkan berdasarkan tabel tabel Westing House System’s Rating, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.2 Ratings Performance of Westing House
System di bawah ini:
II-12
Tabel II.2 Ratings Performance of Westing House System
Skill Effort
Superskill + 0,15 A1
Superskill + 0,13 A1
+ 0,13 A2 + 0,12 A2
Excellent + 0,11 B1
Excellent + 0,10 B1
+ 0,08 B2 + 0,08 B2
Good + 0,06 C1
Good + 0,05 C1
+ 0,03 C2 + 0,02 C2
Average 0,00 D Average 0,00 D
Fair - 0,05 E1
Fair - 0,04 E1
- 0,10 E2 - 0,08 E2
Poor - 0,16 F1
Poor - 0,12 F1
- 0,22 F2 - 0,17 F2
Condition Consistency
Superskill + 0,06 A Superskill + 0,04 A
Excellent + 0,04 B Excellent + 0,03 B
Good + 0,02 C Good + 0,01 C
Average 0,00 D Average 0,00 D
Fair - 0,03 E Fair - 0,02 E
Poor - 0,07 F Poor - 0,04 F
Nilai yang digunakan pada penelitian ini adalah Fair untuk penilaian terhadap
kinerja operator PT. Bukaka Teknik Utama. Fair dipilih berdasarkan kegiatan observasi
langsung ke lapangan saat proses produksi berlangsung.
2.4.4 Kebutuhan Waktu Total Proses Produksi
Kebutuhan waktu total proses dihitung berdasarkan jumlah proses yang
terjadi pada setiap profil dikalikan dengan waktu standar setiap proses. Perhitungan
dilakukan sesuai dengan rumus:
Kebutuhan waktu total proses = jumlah proses x waktu standar proses ............... (2.3)
II-13
2.4.5 Jumlah Produksi Tower per-bulan
Jumlah produksi tower per-bulan dihitung dengan pertimbangan kapasitas
target yang telah ditentukan, besar kandungan komponen siku, dan berat 1 tower
transmisi listrik 150kV sesuai dengan rumus:
Jumlah produksi per-bulan = ���������������������������������.����
����������� ...... (2.4)
2.4.6 Waktu Produksi yang Tersedia
Waktu produksi yang tersedia dihitung dengan pertimbangan jam kerja
Departemen Produksi, jam kerja per-hari, dan hari kerja per-bulan sesuai rumus:
Waktu produksi = jam kerja per-hari x hari kerja per-bulan x 3600 ..................... (2.5)
2.4.7 Efektivitas Mesin
Mesin produksi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu konvensional dan mesin
CNC. Mesin pemesinan konvensional untuk proses shearing, stamping, pierching,
dan notching diasumsikan sebesar 60%. Sedangkan mesin gas konvensional untuk
proses gas bending dan chamfering diasumsikan sebesar 80%. Asumsi ini
merupakan saran dari pembimbing perusahaan selaku Kepala Produksi Departemen
Produksi. Efektivitas mesin CNC didapatkan dari data dokumentasi perusahaan
yang dapat dilihat pada Tabel III.12.
2.4.8 Kebutuhan Jumlah Mesin
Nilai perhitungan kebutuhan jumlah mesin dipertimbangkan dari waktu
proses, jumlah produksi tower, waktu produksi yang tersedia, dan efektivitas mesin
sesuai dengan rumus:
Kebutuhan jumlah mesin = ��������������������������
������������������������� .............................. (2.6)
II-14
2.4.9 Kebutuhan Luas Area Sub Total
Kebutuhan luas area yang baru didapat dari perhitungan sub total area
ditambah dengan nilai allowance yang digunakan. Nilai allowance mempunyai
range nilai sebesar 20% hingga 100% (Purnomo; 2004). Perhitungan kebutuhan
luas area sub total dihitung sesuai dengan rumus:
Kebutuhan luas area sub total = sub total x (100% + % allowance) ..................... (2.7)
2.5 Analisis Area Kerja
Analisis area kerja material berfungsi untuk mengukur seberapa besar luas
area yang dibutuhkan pada suat tata letak produksi. Nilai yang didapat bergantung
pada jumlah mesin yang dibutuhkan, luas area kerja (mesin, peralatan, operator, dan
material). Nilai yang didapat akan dijumlahkan hingga mendapatkan total area kerja
yang dibutuhkan. Nilai area kerja ini nantinya akan digunakan untuk pertimbangan
luas area workshop yang dibutuhkan untuk membangun suatu tata letak produksi.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran total area kerja yang
dibutuhkan sebagai area tata letak produksi tower transmsi 150kV komponen siku.
Pengukuran dilakukan terhadap area kerja tata letak awal dengan area kerja tata
letak hasil rancangan. Hasil dari pengukuran area kerja pada kedua tata letak akan
dibandingkan sehingga didapatkan nilai perbedaan antara area kerja pada tata letak
awal dengan tata letak rancangan.
Pengukuran area kerja tata letak awal dilakukan dengan mengukur secara
langsung pada lapangan. Sedangkan area kerja tata letak usulan diukur dengan
menggunakan dimensi di software AutoCAD dengan perbandingan skala yang
sama antara tata letak awal dengan tata letak rancangan.
2.6 Analisis Aliran Material
Analisis aliran material berfungsi untuk mengukur nilai aliran material yang
didapatkan dari suatu tata letak produksi. Nilai aliran material ini digunakan untuk
II-15
menilai apakah suatu aliran material tersebut baik atau tidak. Aliran material begitu
penting karena aliran material merupakan hal yang mendasari suatu tata letak
produksi berjalan.
Padaipermasalahanitatailetak produksi, titikiyang_dijadikan_acuan_dalam
pengukuran biasa menggunakan_titik_dari_proses_input-output. Cara_ini_lebih
mendekatiikondisiiyangisebenarnyaidi lapangan. Terdapatikelemahanidariicaraiini
yaituiterkadangiinformasiititikiiniitidakidiketahuiisecarailengkap. Cara_lain_yang
biasa digunakan adalah mengukur jarak dari titik pusat (centroid) fasilitas. Cara
mengukur jarak dari titik pusat fasilitas lebih mudah dilakukan, namun
kelemahannya adalah sulit untuk mencari titik tengahnya. Maka dari itu pada
penelitian ini menggunakan bantuan software AutoCAD untuk mencari titik pusat
(centroid) fasilitas.
Pengukuran aliran material pada penelitian ini menggunakan metode
rectilinear. Jarak Rectilinear atau jarak Manhattan adalah jarak yang diukur tegak
lurus dari titik pusat (centroid) fasilitas ke fasilitas yang lain. Caraiiniibanyak
digunakanisebabimudahidalamiperhitungan, imudahidimengerti, idanicocokiuntuk
beberapaipermasalahanipadaibidangi tatailetakifasilitas. Misalnyaiuntukimenentukan
jarakiantarifasilitasiyangimengggunakanisistemipemindahan_material_yang_hanya
bisaibergerakitegakilurus. Metode untuk mengukur jarakirectilinear dapat dilihat
pada Gambar II.10 di bawah ini:
Gambar II.10 Jarak rectilinear
II-16
Metode ini dinilai cocok digunakan untuk menghitung aliran material tata
letak produksi di PT. Bukaka Teknik Utama karena material handling yang
digunakan adalah OHC dan kereta dorong yang keduanya mempunyai jalur
pergerakan lurus. Formulasi dari jarak rectilinear sebagai berikut:
dij = |xi - xj| + |yi-yj| ................................................................................................ (2.7)
Nilai aliran material yang didapat dari hasil perhitungan pada tata letak awal
dan tata letak akhir akan dilakukan perbandingan. Hasil dari perbandingan ini dapat
menunjukkan perbedaan nilai aliran material antara tata letak awal dengan tata letak
rancangan. Semakin kecil nilai aliran material, semakin baik pula suatu tat letak
produksi.
2.7 Penggunaan Software
2.7.1 AutoCAD
AutoCAD adalah sebuah software CAD yang digunakan untuk menggambar
dan merancang model serta ukuran dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi.
Software ini sudah umum digunakan untuk membuat data drawing suatu model
dalam engineering. Penelitian ini menggunakan AutoCAD untuk membuat drawing
tata letak awal serta tata letak rancangan.
Drawing dibuat untuk memudahkan dalam penyusunan laporan dan analisis
data. Data yang digunakan dalam pembuatan drawing didapat dari hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan. Data dari drawing ini selanjutnya
digunakan dalam pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang akan dibahas pada
BAB IV. Tampilan AutoCAD dapat dilihat pada Gambar II.10 di bawah ini:
II-17
Gambar II.11 Tampilan AutoCAD
Selain digunakan untuk menggambar dan merancang suatu model,
AutoCAD juga digunakan mencari nilai centroid untuk menentukan titik pusat dari
suatu area kerja. Langkah mencari nilai centroid dapat dilihat di bawah ini:
1. Menentukan area kerja yang akan dianalisis.
Gambar II.12 Area kerja yang dipilih.
2. Membuat region pada area kerja yang dipilih dengan cara mengetik perintah
REGION dan pilih obyek pada suatu area kerja.
II-18
Gambar II.13 Input perintah REGION.
Gambar II.14 Memilih obyek area kerja.
3. Mencari titik pusat (centroid) dengan cara mengetik perintah MASSPROP dan
pilih obyek pada suatu area kerja.
Gambar II.15 Input perintah MASSPROP.
4. Hasil analisis MASSPROP untuk mencari nilai centroid pada suatu area kerja.
Gambar II.16 Hasil analisis MASSPROP untuk mencari nilai centroid.
II-19
2.7.2 BLOCPLAN90
Algoritma_BLOCPLAN__adalah__model__perancangan__fasilitas__yang
dikembangkan oleh Charles E. Donaghey dan Vanina F. Pire pada tahun 1991 di
Universitas Houston. BLOCPLAN merupakan algoritma hybrid (campuran) karena
algoritma ini dapat membentuk (construction) dan memperbaiki (improvement)
suatu tata letak.
BLOCPLAN90 merupakan software berbasis komputer untuk menunjang
pekerjaan yang menggunakan algoritma BLOCPLAN. Software ini mempunyai
basis ARC sebagai data input yang digunakan untuk pertimbangan hasil rancangan
tata letak fasilitas. Data masukan BLOCPLAN90 antara lain jumlah departemen,
nama-nama departemen, luas area masing-masing departemen, dan nilai ARC untuk
hubungan antar departemen. Tampilan BLOCPLAN90 dapat dilihat pada Gambar
II.17 di bawah ini:
Gambar II.17 Tampilan awal BLOCPLAN90
2.7.2.1 ARC (Activity Relationship Chart)
Software BLOCPLAN90 ini menggunakan metode ARC sebagai data
masukan untuk pertimbangan rancangan tata letak fasilitas yang baru. ARC sendiri
merupakan diagram yang digunakan untuk mendapatkan nilai hubungan antar
II-20
departemen sehingga dapat ditentukan departemen mana yang harus berdekatan dan
departemen mana yang harus berjauhan dalam suatu perancangan tata letak fasilitas.
Untuk lebih jelasnya, contoh diagram ARC dapat dilihat pada Gambar II.13 di
bawah ini:
Gambar II.18 Activity Relationship Chart
ARC mempunyai simbol-simbol yang menunjukkan derajat kedekatan
beserta alasan hubungan antar seluruh kegiatan di suatu tata letak fasilitas. Simbol-
simbol tersebut dapat dilihat pada Tabel II.3 di bawah ini:
Tabel II.3 Simbol-simbol derajat kedekatan pada ARC
No. Simbol Derajat kedekatan Sifat
1 A Absolutely necessary Mutlak
2 E Especially important Sangat penting
3 I Important Cukup penting
4 O Ordinary Biasa saja
5 U Unimportant Tidak penting
6 X Undesirable Tidak diinginkan
II-21
Tabel II.4 Simbol-simbol alasan pada ARC
No. Simbol Alasan
1 1 Same dock
2 2 Flow of material
3 3 Service
4 4 Convenience
5 5 Inventory control
6 6 Communication
7 7 Same personnel
8 8 Cleanliness
9 9 Flow of parts
Simbol-simbol ARC pada Tabel II.3 digunakan sebagai data masukan pada
diagram ARC di software BLOCPLAN90 untuk selanjutnya diolah menjadi
rancangan tata letak produksi yang baru.
Diagram ARC pada software BLOCPLAN90 dapat dilihat pada Gambar II.18 di
bawah ini:
Gambar II.19 Diagram ARC software BLOCPLAN90
Perancangan tata letak produksi yang baru dari hasil perhitungan software
BLOCPLAN ini selanjutnya akan digunakan sebagai tata letak usulan yang akan
dibahas di BAB IV.