ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI …
Transcript of ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI …
ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAKFASILITAS PRODUKSI KE LOKASI BARU
DI PT.DERISTAMA TEKNINDO MANDIRICIKARANG JABABEKA 2
OlehArif Rohman
NIM. 004201205134
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan AkademikMencapai Gelar Strata Satu
Pada Fakultas TeknikProgram Studi Teknik Industri
2016
ii
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING
Skripsi berjudul Analisis Pemindahan Tata Letak Fasilitas
Produksi Ke Lokasi Baru Di PT. Deristama Teknindo Mandiri
Cikarang Jababeka 2 yang disusun dan diajukan oleh Arif
Rohman sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah ditinjau dan dianggap
memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh karena itu, Saya
merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 04 April 2016
Anastasia Lidya Maukar, ST., Msc., MMT.
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pemindahan
Tata Letak Fasilitas Produksi Ke Lokasi Baru Di PT. Deristama
Teknindo Mandiri Cikarang Jababeka 2 adalah hasil dari
pengetahuan terbaik Saya dan belum pernah diajukan ke Universitas
lain maupun diterbitkan baik sebagian maupun secara keseluruhan.
Cikarang, Indonesia, 04 April 2016
Arif Rohman
iv
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAKFASILITAS PRODUKSI KE LOKASI BARU
DI PT.DERISTAMA TEKNINDO MANDIRICIKARANG JABABEKA 2
Oleh
Arif Rohman
NIM. 004 2012 05 134
Disetujui Oleh,
Anastasia Lidya Maukar, ST., Msc., MMT.
Pembimbing Skripsi
Ir. Andira, MT.
Ketua Program Studi Teknik Industri
v
ABSTRAK
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang cukup ketat.
Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek termasuk aspek produk,
proses dan jadwal. Secara umum industri banyak mengalami kendala dalam hal
jarak pemindahan bahan baku (material handling) yang kurang efisien. seperti
pada proses produksi yang terdapat aliran pemindahan yang berpotongan (cross
movement) dikarenakan tata letak mesin yang kurang teratur. PT. Deristama
Teknindo Mandiri yang bergerak dalam bidang manufaktur Job order dan
Fabrication. Pada saat ini memiliki 2 pabrik yang berjarak antara pabrik 1 dan
pabrik 2 sekitar 1 km dengan satu manajemen. Permasalahan yang terdapat pada
perusahaan ini adalah adanya proses bolak balik (back tracking) pada stasiun kerja
dan panjang nya jarak perpindahan material antar bagian permesinan yang ada,
sehingga berimbas pula pada bertambahnya biaya perpindahan dan jumlah output
produksi yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
algoritma (Computerized Relatfue Allocation Facilities Technique) CRAFT dan
analisis yang dilakukan dengan membandingkan total momen perpindahan antara
tata letak awal dan tata letak usulan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tata
letak usulan lebih baik dari tata letak awal, dimana biaya pemindahan material
layout awal Rp. 198.211,14 /produk/bulan lebih besar dari biaya pemindahan
material layout usulan sebesar Rp. 62.118,50 /produk/bulan. Selain itu juga
didapat persentase efisiensi cost material handling sebesar 69% dari pemindahan
material layout awal, yakni sebesar Rp. 198.211,14 /produk/bulan.
Kata Kunci : Tata Letak Fasilitas, Material Handling, Algoritma CRAFT,
Pemindahan material, Job order, Back tracking.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang cukup ketat.
Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek termasuk aspek produk,
proses dan jadwal. Salah satu yang termasuk dalam perancangan fasilitas adalah
tata letak. Tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat menangani sistem
material handling secara menyeluruh. Sistem material handling yang kurang baik
akan mengganggu kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto,1996).
Secara umum industri banyak mengalami kendala dalam hal jarak pemindahan
bahan baku (material handling) yang kurang efisien, seperti pada proses produksi
yang terdapat aliran pemindahan yang berpotongan (cross movement) dikarenakan
tata letak mesin yang kurang teratur. Tata letak mesin yang tidak teratur dan jarak
antar department produksi yang cukup jauh dapat mengakibatkan proses produksi
terganggu akibat waktu perpindahan yang besar (Supardi, 2006). Penerapan model
atau simulasi tata letak diharapkan dapat membantu manajemen dalam melakukan
analisis terhadap rencana penataan fasilitas produksi di PT. Deristama Teknindo
Mandiri.
PT. Deristama Teknindo Mandiri yang bergerak dalam bidang manufaktur Job
order dan Fabrication. Pada saat ini memiliki 2 pabrik yang berjarak antara
pabrik 1 dan pabrik 2 sekitar 1 km dengan satu manajemen, di pabrik 1 memiliki
fasilitas produksi lathe department, milling department, grinding department, cnc
milling department, fabrication department dan cnc lathe department. Pabrik 2
memiliki fasilitas produksi wire edge department, cnc milling department, dan
drilling department. Proses untuk pembuatan molding, produk lokal secara umum
melewati tahapan proses sebagai berikut:
1. Proses pemesanan raw material (dilakukan di pabrik 2)
2. Proses machine lathe (dilakukan di pabrik 1)
2
3. Proses machine drilling (dilakukan di pabrik 2)
4. Proses machine cnc milling (dilakukan di pabrik 1)
5. Proses hardening (dilakukan di pabrik 2)
6. Proses grinding (dilakukan di pabrik 1)
7. Proses wire edge cutting (dilakukan di pabrik 2)
8. Quality Control (dilakukan di pabrik 2)
9. Proses Assyembly (dilakukan di pabrik 2)
Permasalahan yang terjadi pada proses produksi yaitu aliran proses produksi
antara pabrik 1 dan pabrik 2 yang berjauhan menyebabkan waktu proses produksi
menjadi tidak efisien dan produktivitas proses produksi menjadi delay karena
pada setiap aliran proses memerlukan fasilitas produksi yang berada di pabrik 1
dan fasilitas produksi yang berada di pabrik 2 sehingga mengakibatkan
keterlambatan proses produksi dan keterlambatan delivery. Agar produksi bisa
meningkat maka perlu diupayakan proses produksi bisa mamberikan kontribusi
sepenuhnya terhadap kegiatan-kegiatan produktif yang berkaitan dengan nilai
tambah dan berusaha untuk menghindari atau meminimalkan langkah-langkah
kegiatan yang tidak produktif seperti banyaknya idle/delays, set-up, loading-
unloading, dan sebagainya (Wignjosoebroto, 1996).
Oleh karena itu pemindahan fasilitas produksi yang berada di pabrik 1 akan
dialokasikan ke pabrik 2 karena luas area di pabrik 2 masih terdapat space kosong
untuk menampung fasilitas produksi yang berada di pabrik 1. Beberapa tipe tata
letak mesin yang bisa digunakan dalam merancang tata letak seperti product
layout, process layout, fixed position layout, group technology (GT)-based layout
dan hybrid layout. Salah satu alternatif yang digunakan untuk mendukung sistem
perancangan fasilitas produksi adalah process layout. Tipe process layout dipilih
karena memiliki karakteristik item produk banyak dan quantity produk nya
sedikit. Penyusunan tata letak pabrik tipe ini adalah berdasarkan proses
pengerjaan yang sama, dimana mesin-mesin atau peralatan yang sama terletak
pada suatu daerah, misalnya mesin bubut dipasang pada antar ruang tersebut.
Demikian juga dengan mesin-mesin dan peralatan lainnya ( Heragu 1997).
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah :
a. Bagaimana aliran proses produksi setelah fasilitas mesin yang berada di pabrik
1 dipindahkan ke pabrik 2?
b. Bagaimana memperbaiki tata letak fasilitas mesin di pabrik 2 sehingga dapat
meminimalkan biaya material handling?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menganalisis aliran proses produksi fasilitas mesin pabrik 1 ke pabrik 2 agar
dapat meminimalkan back tracking.
b. Melakukan perbaikan layout fasilitas mesin di pabrik 2 untuk mengurangi
biaya material handling.
1.4 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada,maka perlu adanya batasan masalah yaitu :
a. Penelitian perancangan tata letak hanya dilakukan di PT. Deristama pada
pabrik 2.
b. Data yang dianalisis hanya data material handling.
1.5 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Perhitungan jarak menggunakan jarak rectilinear.
b. Tidak merubah sistem maupun tahapan proses produksi di PT. Deristama.
c. Loading permintaan produk tetap sesuai dengan kapasitas produksi yang
tersedia.
4
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Magang ini dibagi menjadi 6 bagian pembahasan,yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang pemilihan pokok bahasan,
penjelasan pokok permasalahan utama, pencapaian tujuan pelaksanaan penelitian
yang dilakukan, pembatasan-pembatasan yang ada di dalam pembahasan, serta
sistematika penulisan laporan magang secara keseluruhan.
1.1 Latar Belakang
Menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi pada proses produksi yaitu aliran
proses produksi antara pabrik 1 dan pabrik 2 yang berjauhan menyebabkan waktu
proses produksi menjadi tidak efisien dan produktivitas proses produksi menjadi
delay.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aliran proses produksi setelah fasilitas mesin yang berada di pabrik 1
dipindahkan dan memperbaiki fasilitas layout yang berada di pabrik 2.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk meminimalkan waktu aliran proses dan mengurangi biaya material
handling.
1.4 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada,maka perlu adanya batasan masalah yaitu pernacangan tata letak hanya
dilakukan di pabrik 2, penelitian dan pengamatan dilakukan pada barang yang
melalui semua proses mesin , perancangan yang akan dilakukan menggunakan
type process layout dan metode craft.
1.5 Asumsi
Menjelaskan bahwa tidak ada penambahan pada saat melakukan penelitian sepeti
tidak ada penambahan fasilitas produksi, tidak merubah sistem maupun tahapan
5
proses produksi dan loading permintaan produksi sesuai dengan kapasitas
produksi yang tersedia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang menunjang dalam pengolahan data
yang mempengaruhi perancangan tata letak atau tipe tata letak yang sudah
ada.
Berikut komponen-komponen yang dejalaskan :
1.1.Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas
1.2.Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas
1.3.Macam/Tipe Tata Letak Fasilitas
1.4.Peta Proses Operasi (Operation Process Chart )
1.5.Production Routing
1.6.Peta Dari-Ke (From-To Chart)
1.7.Metode Craft
1.8.Ongkos Material Handling
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai langkah langkah sistematis
yang akan dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh pemecahan masalah
selain itu agar tujuan penelitian dapat tercapai.
BAB IV DATA DAN ANALISA
Bagian ini memberikan data-data yang diperlukan untuk kemudian di analisa dari
sisi type tata letak, metode craft, dan teknis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan akhir dari analisa yang dilaksanakan dan
saran saran yang dapat diberikan kepada PT. Deristama Teknindo Mandiri.
Setelah melakukan paparan latar belakang pada bab I maka dibutuhkan teori
teori untuk mendukung penelitian ini yang akan dilakukan pada bab II.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas
Tata letak pabrik atau fasilitas produksi dan area kerja adalah masalah yang
kerap kali kita jumpai dalam teknik industri. Dalam suatu pabrik, tata letak
(layout) dari fasilitas produksi dan area kerja merupakan elemen dasar yang
sangat penting dari kelancaran proses produksi. Perencanaan fasilitas dapat
diartikan sebagai proses perancangan fasilitas, didalamnya termasuk analisis,
perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan phisik, dan manusia yang
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem pelayanan (Purnomo,
2004). Sedangkan menurut (Wignjosoebroto, 1992) mengemukakan bahwa tata
letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi.
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau
fasilitas sebagai penunjang produksi lainnya, gerakan kelancaran perpindahan
material, material baik yang bersifat temporer maupun permanen bisa dijadikan
penyimpanan, personel pekerja dan sebagainya. Pada umumnya tata letak pabrik
yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan menjaga
kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri. Secara skematis
perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber :Tompkins, dkk, 1996 hal 65Gambar 2.1 Sistematika perencanaan fasilitas pabrik
7
2.2 Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas
Fungsi dari sebuah tata letak yaitu menggambarkan sebuah susunan yang
ekonomis dari tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang dapat
diproduksi secara ekonomis. Adapun tujuan dari sebuah susunan tata letak sebagai
berikut :
1. Memudahkan proses manufaktur.
2. Meminimumkan pemindahan barang.
3. Memelihara keluwesan susunan dan operasi.
4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi.
5. Menekan modal tertanam pada peralatan.
6. Menghemat pemakaian ruang bangunan.
7. Meningkatkan kesangkilan tenaga kerja.
8. Memberi kemudahan, keselamatan bagi pegawai, dan memberi
kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan. (Apple,james M., 1990)
2.3 Macam Macam Tipe Tata Letak
Dalam mengembangkan layout langkah yang pertama kali untuk menentukan
pola, maka perancang harus menentukan pola tata letak yang akan digunakan. Ada
5 tipe pola tata letak yang sering digunakan di industri manufaktur antara lain
yaitu :
1.1. Product layout
1.2. Process layout
1.3. Fixed position layout
1.4. Group technology (GT)-based layout
1.5. Hybrid layout
1.1 Product Layout
Tata letak produk dikenal dengan nama nama seperti tata letak garis aliran, tata
letak jalur perakitan, dan tata letak produk. Dalam tata letak produk, mesin dan
stasiun kerja disusun sepanjang rute produk dalam urutan yang disesuaikan
dengan urutan operasi produk yang dilalui. Jika produk yang dilalui oleh milling
8
machine, drilling machine, assembly, and packing operations dalam urutan harus
diatur dalam satu garis. Biasanya, tata letak produk ini digunakan oleh perusahaan
yang memproduksi barang barang tunggal atau dalam jumlah besar. Terlihat
pada gambar 2.2 contoh tipe tata letak product layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 38.Gambar 2.2 Contoh tipe tata letak Product Layout
1.2 Process Layout
Tata letak proses mesin dan stasiun kerja disusun berdasarkan proses yang mereka
lakukan. Dengan demikian, semua mesin milling ditempatkan bersama sama
dalam satu departemen, begitu jugan dengan mesin bubut ditempatkan bersama
sama di tempat lain dan sebagainya. Tata letak proses berguna untuk perusahaan
yang memproduksi berbagai jenis produk atau pekerjaan dalam jumlah skala
kecil, di mana setiap pekerjaan biasanya berbeda dari yang lain. Terlihat pada
gambar 2.3 contoh tipe tata letak process layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 40.Gambar 2.3 Contoh tipe tata letak Process Layout
9
1.3 Pixed position layout
Dalam tata letak posisi tetap, produk tidak berpindah dari satu lokasi ke lokasi
lain. Layout jenis ini tidak diletakan dalam suatu pabrik, melainkan di luar dan
hanya digunakan untuk satu kali proses produksi saja. Tata letak posisi tetap ini
sangat cocok digunakan untuk perusahaan dermaga, gedung, pengaspalan jalan
dan lain lain. Perusahaan Automobile manufaktur (misalnya, Nissan) yang
memproduksi model high-end (misalnya, infiniti) juga telah mengadopsi tata letak
posisi tetap di beberapa bagian pabrik.
1.4 Group technology (GT)-based layout
Group technology (GT)-based layout sejak akhir tahun 1960-an dan terutama
dalam dua decade terakhir, telah diakui bahwa banyak sistem manufaktur
menengah ke atas dapat melakukan kontrol yang lebih baik atas operasi dan
perencanaan dengan membagi sistem dua atau lebih, jauh lebih kecil, independen,
subsistem diperusahaan tersebut , sebagian jumlah produksi yang biasanya dalam
sekala ribuan yang diproduksi pada sejumlah mesin yang biasanya dalam skala
ratusan. Terlihat pada gambar 2.4 contoh tipe tata letak group technology (GT)-
based layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 42.Gambar 2.4 Contoh tipe tata letak Group technology (GT)-based layout
10
1.5 Hybrid layout
Tidak semua perusahaan dapat mengadopsi satu jenis tata letak. Sebagai
perusahaan memperluas dengan meningkatkan lini produk dan volume, mungkin
menemukan bahwa tidak ada jenis tata letak yang dibahas dalam bagian ini untuk
memenuhi kebutuhan seluruhnya. Beberapa item produksi mungkin memerlukan
tata letak produk, sedangkan yang lain mungkin menggunakan tata letak posisi
tetap. Oleh karena itu, sejumlah perusahaan menggunakan Hybrid layout
dikombinasikan dengan tipe layout yang lain untuk memenuhi karakteristik
prosess. Terlihat pada gambar 2.4 contoh tipe tata letak Hybrid layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 42.Gambar 2.5 Contoh tipe tata letak Hybrid Layout
2.4 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart )
Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan tentang
langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku, seperti urutan operasi dan
inpeksi atau pemeriksaan dari awal hingga bahan baku menjadi produk jadi.
Selain itu juga peta operasi memuat tentang informasi-informasi yang diperlukan
untuk menganalisa lebih lanjut, seperti yang dibutuhkan dalam pekerjaan, material
atau bahan yang digunakan, ataupun mesin yang digunakan dan scrap yang
dihasilkan dari pengerjaan. Peta operesi ini menggunakan symbol-simbol dari
ASME (American Society of Mechanical Engineers) sudah menjadi standar untuk
11
mewakili setiap kegiatan produksi. Ada lima kegiatan dasar dalam pembuatan
peta proses operasi yaitu dengan symbol-simbol yang terlihat pada gambar 2.4.
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi
kita bisa memperoleh banyak manfaat.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 18.Gambar 2.6 Symbols for five basic manufacturing activities
Manfaat yang diperoleh antara lain mengetahui akan kebutuhan mesin dan
penganggarannya, bisa memperkirakan akan kebutuhan bahan baku (dengan
memperhitungkan efisiensi ditiap operasi atau pemeriksaan). Selain itu, sebagai
alat untuk melakukan menentukan tata letak pabrik. Terlihat pada gambar 2.5
langkah-langkah sistematis pembuatan peta proses operasi.
Sumber: Purnomo, 2004, hal. 34.
Gambar 2.7 Langkah-langkah Sistematis Pembuatan Peta ProsesOperasi
12
Keterangan :
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu proses operasi atau pemeriksaan
(dinyatakan dalam unit menit atau jam).
O-N = Nomor urut untuk kegiatan operasi.
I-N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan.
M = Nama mesin atau lokasi kerja di mana kegiatan operasi
2.5 Production Routing Sheet
Production Routing merupakan sebuah peta yang menggambarkan tentang
langkah-langkah operasi pembuatan produk. Peta ini akan memberikan
kesimpulan tentang langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk merubah
bahan baku menjadi produk jadi yang dikehendaki, dimana untuk itu beberapa
informasi harus menyertai di dalam langkah ini, yaitu sebagai berikut
(Wignjosoebroto, 2009):
1. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat.
2. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut.
3. Macam operasi kerja dan nomor operasinya.
4. Mesin atau peralatan produksi yang akan dipakai.
5. Waktu standar yang ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja.
Pengurutan produksi menjadi tulang punggung kegiatan produksi yang merupakan
pengumpulan kembali semua data yang dikembangkan oleh rekayasawan proses
dan alat komunikasi pokok antara rekayasawan produk dan orang produksi.
Routing sheet ini ini sering disebut juga dengan lembar proses atau lembar operasi
(Apple, 1990). Berikut data yang harus diisi pada tabel routing sheet :
a. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat.
b. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut.
c. Macam operasi kerja dan nomor operasinya.
d. Mesin atau peralatan produksi yang akan dipakai.
e. Waktu standar yang ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja.
13
Gambaran mengenai Production Routing ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Production Routing Mechanical Jack Stand
PRODUCTION ROUTINGNama BendaKerja : Jack Stand
No.Gambar : 562
Jenis Material: Besi Tuangkelabu
No.Operasi Kerja
Mesin YangDipakai
Tools, Jigs& Fixtures
WaktuOperasi StandarKerja (Jam/Unit)
1
Membuatpermukaanatau membuatlubangcentre drill.
Turret Lathe Chuck 0.019
2
Membubut ataumenghaluskanbagianatas, bawah, dansisi.
820 LogamLathe
Chuck,FromTools
0.064
3
Melebarkanlubang,membuat ulirdalam dancounter bore.
2 L. GisholtLathe
SquareThreadBoring
0.042
Sumber : Wignjosoebroto, 2009 (Ardhianto, 2011)
Rumus pada tabel routing sheet :
(2-1)
(2-2)
(2-3)
(2-4)
Capacity Theority =480 menit
Waktu Operasi
Capacity Actual =Capacity Theority
Machine Efficiency
Bahan yang disiapkan =Bahan yang diminta
1- % scrap
Jumlah Mesin Teoritis =
Waktu proses x Produk permintaanmasuk
480 x efisiensi mesin
14
2.6 Peta Dari-Ke (From-To Chart)
Peta dari-ke (From-To Chart) adalah salah satu teknik yang paling baru yang
dipergunakan dalam pekerjaan tataletak dan pemindahan bahan. Biasanya sangat
berguna jika barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti
misalnya di bengkel, bengkel mesin umum, kantor atau fasilitas lainnya. Juga
berguna jika keterkaitan terjadi antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan
adanya penyusunan kegiatan optimum. Beberapa kegunaan dan keuntungannya
adalah :
1. Menganalisis perpindahan bahan.
2. Perencanaan pola aliran.
3. Penentuan lokasi kegiatan.
4. Perbandingan pola aliran atau tata letak pengganti.
5. Pengukuran efisiensi pola aliran.
6. Menunjukan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya.
7. Menunjukan volume perpindahan antar kegiatan.
8. Menunjukan keterkaitan lintas produksi.
9. Menunjukan maslah kemungkinan pengendalian produksi.
10. Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk , komponen, barang,
bahan dan sebagainya.
11. Menunjukan hubungan kuantitatif antara kegiatan dan perpindahannya.
12. Pemendekan jarak perjalanan selama proses.
Peta dari-ke (From-To Chart) secara umum mempunyai beberapa keuntungan dan
kegunaan yaitu menganalisa perpindahan bahan, perencanaan pola aliran,
mengukur efisiensi pola aliran, menunjukan ketergantungan suatu aktivitas
dengan aktivitass lainnya, merencanakan hubungan antara sejumlah produk,
bagian, item dan lainnya, menggambarkan jumlah hubungan antara aktivitas dan
pergerakan diantaranya, memperpendek jarak perjalanan dalam suatu proses
(Apple , 1990).
15
2.7 CRAFT
Tata letak menggunakan software Computerized Relatfue Allocation Facilities
Technique atau yang sering dikenal dengan CRAFT. CRAFT merupakan
singkatan dari Computerized Relatfue Allocation Facilities Technique pertama
kali diperkenalkan pada Armour, Buff, dan Vollman (1964). CRAFT merupakan
salah satu algoritrna pertama dalam literatur. CRAFT menggunakan from to chart
sebagai input. Biaya layout ditentukan berdasarkan jarak center. Departemen tidak
dibatasi dalam bentuk rectangular. CRAFT menggunakan data aliran barang
sebagai dasar bagi pengembangan hubungan kedekatan, dalam batasan beberapa
satuan ukuran (kg/hari, satuan/tahun, muatan/minggu) antara pasangan-pasangan
kegiatan untuk membentuk suatu matriks bagi program ini.
Data masukan lainnya memberi kemungkinan pemasukan biaya pemindahan tiap
satuan pemindahan, dan tiap satuan jarak. Bila masukan seperti ini tidak tersedia,
atau tidak mencukupi, dapat diatasi dengan memasukkan angka 1 untuk semua
biaya dalam matriks. Kebutuhan ruangan merupakan masukan ketiga. Masukan
ini mengambil bentuk tata letak yang telah ada. Untuk tata letak yang baru, harus
dikembangkan sebuah tata letak kasar. Pada keduanya, nomor identifikasi
kegiatan, dalam jumlah yang mendekati skala ruang yang dibutuhkan, dimasukkan
ke dalam luas keseluruhan dari tatanan yang telah ditetapkan. Lokasi dari sebuah
kegiatan dapat ditetapkan dalam wilayah keseluruhan ini. CRAFT menghitung
hasil kali aliran, biaya pemindahan, dan jarak antar pusat kegiatan. Kemudian
mempertimbangkan pertukaran lokasi dan menguji perubahan dua arah atau tiga
arah.
Dilakukan pertukaran yang menyebabkan pengurangan biaya yang paling besar,
dan menghitung biaya total yang baru. Proses ini diulang sampai tidak ada lagi
pengurangan biaya yang berarti. Program ini berorientasi lintas, sehingga
kemungkinan pertukaran tidak diuji semua. Karenanya, dicapai tata letak yang
disebut hampir optimum. CRAFT mencetak tata letak dalam bentuk dasar persegi.
Setiap kegiatan muncul pada hasil cetakan, seluas meter persegi tetentu. Hasil
CRAFT menunjukkan kegiatan dengan huruf. Sementara gambaran menyeluruh
yang dihasilkan adalah persegi, bangun kegiatan mandiri cenderung tak beraturan
16
dan harus disesuaikan ke dalam bentuk praktis. Biaya total dihitung dan
perbedaaan antara biaya total setelah penyesuaian dengan sebelumnya
menunjukkan penghematan (Wignjosoebroto, 2009):
Keuntungan penggunaan CRAFT:
1. Memungkinkan penetapan lokasi khusus.
2. Bentuk masukan dapat beragam.
3. Waktu komputer pendek.
4. Mempunyai arti matematis.
5. Dapat digunakan untuk tata letak kantor.
6. Dapat memeriksa pekerjaan sebelumnya.
7. Biaya dan penghematan tercetak.
Keterbatasan penggunaan CRAFT:
1. Menuntut penyesuaian oleh tangan (hasil tidak dapat langsung dipergunakan).
ak dapat
menemukan jawaban terbaik dengan hanya mengubah dua atau tiga departemen.
3. Pengubahan departemen harus berukuran sama, berdekatan satu sama lain dan
berbatasan dengan departemen yang sama.
4. Memerlukan kejelasan struktur data masukan.
5. Rancangan huruf sulit.
6. Terbatas maksimal sampai 18 departemen.
Tahap-tahap/prosedur pembentukan metode CRAFT:
1. Pengumpulan data (data aliran bahan, biaya pemindahan, kebutuhan ruangan).
2. Pilih icon , program akan menampilkan sebuah form yang kemudian
digunakan untuk menspesifikasi permasalahan. Pilih tipe permasalahan
functional layout dan tentukan jumlah departemen dan banyaknya baris dan
kolom layout. Tekan OK jika spesifikasi telah sesuai. Sebuah spreadsheet akan
muncul untuk memasukkan permasalahan.
17
3. Masukkan aliran material dan kontribusi per unitnya diantara keseluruhan unit
kedalam spreadsheet. Enter the flow loads and unit contributions between all
departments into the spreadsheet.
4. Enter permasalahan layout. Catatan bahwasanya anda harus menspesifikasi tipe
permasalahan layout terlebih dahulu.
Solve The Problem n permasalahan
tersebut. Program akan menentukan metode terbaik yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
6. Software akan menghitung dan mencari layout yang terbaik dan CRAFT
membuat layout usulan dalam bentuk persegi.
2.8 OMH (Ongkos Material Handling)
Biaya material handling adalah biaya yang timbul akibat adanya perpindahan atau
aktivitas suatu material dari stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya. Dengan
rumus sebagai berikut :
(2-5)
(2-6)
(2-7)
(2-8)
Keterangan :
OMH/m = Ongkos material handling dalam satuan meter
Cost = Biaya material handling /m
d = Jarak (Distance)
r = Jarak material handling
f = Frekuensi
Rumus jarak rectilinear :
(2-9)
Setelah melakukan paparan pada bab II tentang teori teori dari berbagai sumber
untuk menunjang dalam metodologi penelitian yang akan dijelaskan pada bab III.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah merupakan suatu tahapan untuk berfikir secara
sistematis yang akan menggambarkan tahapan-tahapan untuk mengidentifikasi,
merumuskan, menganalisa, memcahkan suatu masalah dan sampai pada akirnya
kita dapat menarik suatu kesimpulan dari masalah yang dijadikan object
pengamatan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan dalam
pengamatan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang akan dilakukan dalam penulisan ini adalah
menentukan topik permasalahan dan mencari sumber-sumber pustaka yang
dapat dijadikan acuan dalam memecahkan masalah tersebut.
2. Langkah kedua adalah melakukan studi literatur serta mengumpulkan
data-data yang diperlukan melalui pengamatan langsung serta wawancara
dengan pihak terkait dari PT. Deristama Teknindo Mandiri untuk
digunakan dalam penganalisaan.
3. Langkah ketiga adalah membuat peta proses operasi (operation process
chart) setelah mengidentifikasi proses-proses yang terjadi untuk membuat
produk, dilanjutkan dengan membuat route sheet untuk mengetahui berapa
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses satu dengan yang lain.
4. Langkah keempat adalah mengukur spesifikasi mesin dan luas area lantai
produksi, dilanjutkan menghitung data c sebagai data input untuk
menghitung from to chart.
5. Langkah kelima adalah membuat layout baru berdasarkan metode craft,
yaitu dengan cara menghitung jarak antar work center secara rectilinear,
lalu menghitung biaya tata letak awal dengan mengalikan biaya
pemindahan material per satuan jarak per satuaan berat dengan matriks
aliran work center.
19
6. Langkah keenam adalah melakukan verifikasi dan validasi design layout
yang baru dengan melihat bentuk ruangannya yang dibandingkan dengan
penempatan mesin-mesin juga dibandingkan dengan layout yang lama.
7. Langkah ketujuh menganalisa perbandingan layout menggunakan metode
craft dengan layout lama lalu mengambil kesimpulan.
Diagram aliran metodologi dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Peneliti
Mulai
Penelitian Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Study Pustaka
Pengumpulan Data
1. Profil Perusahaan2. Cycle time3. Luas lahan di pabrik4. Proses Produksi5. Spesifikasi mesin6. Efisiensi mesin7. Scrap
A
20
Gambar 3.1 (Lanjutan) Flow Chart Metodologi Penelitian
Data DemandMolding PerBulan dariCustomer
Product andProcessanalyis
MachineRequirement
Space Requirement
AnalisaData
LayoutDesign
Finish
Kesimpulandan Saran
20
* Membuat Drawing Product (Menggunakan Autocad)* Membuat List Part and Material Specification* Membuat Peta Operasi (Operation Process Chart )
* Membuat Routing Sheet
* Mengukur spesifikasi mesin* Mengukur luas area lantai produksi pabrik 2
* Membuat Calculation of Material* Menghitung From to chart* Menghitung jarak rectilinear* Menghitung Biaya OMH
* Menggunakan Algoritma CRAFT* Material Handling Cost* membuat Design Layout usulan menggunakan Visio
Gambar 3.1 (Lanjutan) Flow Chart Metodologi Penelitian
22
3.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Tahapan ini
diperlukan untuk mendapatkan informasi-informasi yang mendukung penelitian.
Perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah PT Deristama
Teknindo Mandiri, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang mould, dies and
part precision. Setelah dilakukan peninjauan lokasi bahwa PT Deristama memiliki
2 lokasi pabrik yang antara pabrik 1 dan pabrik 2 saling berkesinambungan dalam
suatu proses, yang mengakibatkan aliran suatu proses produksi antara pabrik 1
dan pabrik 2 yang berjauhan menyebabkan back tracking, waktu proses produksi
menjadi tidak efisien dan produktivitas proses produksi menjadi delay karena
jarak antara pabrik 1 ke pabrik 2 sekitar 1km. Hal ini akan berimbas pada aliran
material handling yang begitu jauh yang mengakibatkan waktu proses menjadi
lama. Hal tersebut menuntut PT Deristama Teknindo Mandiri melakukan
pemindahan mesin yang berada di pabrik 1 di pindahkan ke pabrik 2 karena space
area yang di pabrik 2 masih ada ruang dan ditata ulang dengan metode craft.
3.2 Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan penilitian pendahuluan, Luas area yang berada di pabrik 2
masih bisa menampung mesin-mesin yang berada di pabrik 1. Untuk mengetahui
apakah rencana tersebut layak untuk dilakasanakan, diperlukan aliran proses
produk dan data-data yang menunjang terhadap rencana ini.
3.3 Perumusan Masalah
Dengan melakukan perancangan mengenai tata letak fasilitas produksi,
diharapkan bisa meminimalkan waktu proses dan aliran material (material
handling).
3.4 Studi Pustaka
Pada tahap ini dilakukan studi tentang teori-teori yang berguna sebagai referensi
dalam penyelesaian masalah tentang perancangan tata letak fasilitas produksi.
23
Referensi ini dapat dicari dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-
situs di internet. Output dari studi literatur ini adalah terkoleksinya referensi yang
relefan dengan perumusan masalah. Tujuannya adalah untuk memperkuat
permasalahan serta sebagai dasar teori dalam melakukan studi dan juga menjadi
dasar untuk melakukan tata letak fasilitas produksi.
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara dan pengukuran langsung ke lapangan (luas area lantai produksi).
Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen, operator, dan lain sebagainya
yang dapat memberikan informasi baik secara lisan atau tertulis. Data yang
dibutuhkan dalam pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Profil perusahaan
2. Kapasitas produksi
3. Luas area lantai produksi di pabrik 2
4. Proses produksi
5. Spesifikasi Mesin yang akan dipindahkan dan yang berada di lokasi pabrik 2
6. Cycle time
7. Efisiensi Mesin
8. Scrap
3.6 Kesimpulan dan Saran
Kemudian langkah terakhir yang dilakukan adalah pengambilan kesimpulan dan
pemberian saran. Kesimpulan yang diambil berisikan poin-poin hasil dari
perancangan dan hasil analisa terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kesimpulan ini harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sedangkan saran
berisikan rekomendasi mengenai apa-apa yang dapat dilakukan untuk menutup
kekurangan yang terjadi, apabila tujuan belum sepenuhnya tercapai atau untuk
menyempurnakan hasil penelitian. Saran yang diberikan diharapkan bersifat
membangun untuk tahap perbaikan selanjutnya.
Setelah melakukan metodologi penelitian pada bab III sebagai rencana untuk
mendukung pengolahan data yang akan dilakukan pada bab IV data dan analisa.
24
BAB IVDATA & ANALISA
4.1 Produk Job Shop produk yang paling sering diproduksi
PT. Deristama Teknindo Mandiri memproduksi manufacturing tools seperti jig,
dies, molding plastic, machine parts atau component, maintenance dan
fabrication. Produk yang sering diproduksi yaitu pembuatan cetak plastik
(molding), produk molding ini dalam satu unit nya memiliki direct material dan
indirect material. Secara alur proses untuk pengerjaan suatu molding hampir sama
yang membedakan adalah bentuk prodaknya yang terdapat pada core dan cavity.
4.2 Aliran Proses Produksi
PT. Deristama Teknindo Mandiri yang bergerak dalam bidang manufaktur Job
order dan Fabrication. Pada saat ini memiliki 2 pabrik yang berjarak antara
pabrik 1 dan pabrik 2 sekitar 1 km dengan satu manajemen, di pabrik 1 memiliki
fasilitas produksi lathe department, milling department, grinding department, cnc
milling department, fabrication department dan cnc lathe department. Pabrik 2
memiliki fasilitas produksi wire edge department, cnc milling department, drilling
department, dan surface grinding department. Proses untuk pembuatan suatu
barang dari konsumen diambil dari 1 produk yang sering diorder, untuk OPC
(Operation Process Chart) secara umum melewati tahapan proses yang terletak
pada lampiran 1. Data part order diambil dari bulan Desember sampai dengan
bulan Februari terlihat pada tabel 4.1 data permintaan order dari customer.
Tabel 4.1 Data Permintaan order produk netpot hidroponik dalam 3 bulan terakhir
NoPermintaan
Nama Barang QtyBulan
1 Desember Molding Netpot Hidroponik 2 Set
2 Januari Molding Netpot Hidroponik 2 Set
3 Februari Molding Netpot Hidroponik 2 Set
25
Dari keseluruhan produk yang dibuat di PT. Deristama produk cetak plastik
(Molding) yang paling sering diproduksi. Mulai dari jenis molding elektronik,
automotif, makanan dan minuman, serta budidaya menanam hidroponik yang
dibutuhkan adalah netpot hidroponik sebagai alat pot nya. Dari data bulan
Desember sampai dengan bulan Februari yaitu jenis molding netpot hidroponik,
dalam sebulan hanya bisa membuat 2 set molding karena sesuai kapasitas mesin
yang ada.
4.3 Kondisi Layout Pada saat ini
PT. Deristama Teknindo Mandiri yang bergerak dalam bidang manufaktur Job
order dan Fabrication. Pada saat ini memiliki 2 pabrik yang berjarak antara
pabrik 1 dan pabrik 2 sekitar 1 km dengan satu manajemen, di pabrik 1 memiliki
fasilitas produksi lathe department, milling department, grinding department, cnc
milling department, fabrication department dan cnc lathe department. Pabrik 2
memiliki fasilitas produksi wire edge department, cnc milling department, dan
drilling department.
Permasalahan yang terjadi pada proses produksi yaitu aliran proses produksi
antara pabrik 1 dan pabrik 2 yang berjauhan menyebabkan waktu proses produksi
menjadi tidak efisien dan produktivitas proses produksi menjadi delay karena
pada setiap aliran proses memerlukan fasilitas produksi yang berada di pabrik 1
dan fasilitas produksi yang berada di pabrik 2 sehingga mengakibatkan
keterlambatan proses produksi dan keterlambatan pengiriman terlihat pada tabel
4.2 data pengiriman. Adapun kondisi saat ini tata letak (layout) fasilitas produksi
di PT.Deristama pabrik 1 dan pabrik 2 antar department ditunjukan pada gambar
4.1.
26
Gambar 4.1 Layout pabrik 1 dan pabrik 2
Tabel 4.2 Data pengiriman
4.4 Produk Drawing
Produk drawing yang akan dibuat yaitu produk netpot hidroponik yang dibuat
dalam software Solid Works sebagai alat untuk membuat cetak plastic (Molding).
Solid Works ini sangat pamiliar digunakan di perusahaan job order karena
sebelum melakukan proses machining dari sini lah pertama kali sebuah produk
yang akan dibuat, sehingga bisa menghasilkan sebuah drawing yang berfungsi
untuk melakukan proses machining. Terlihat pada gambar 4.2 gambar cetak
T a r g e tD e l i v e r y
N O . P R N A M A B A R A N G Q T Y U N I TN A M A
C U S T O M E RT g l S e l e s a i
16 Jan2016
PR 2016-315 Mold Hidroponik 1 Unit PT. xxx 22 Jan 2016
30 Mei2016
PR 2016-316 Mold Hidroponik 1 Unit PT. xxxx 6 Jan 2016
Gambar tata letak mesin di pabrik 1 Gambar tata letak mesin di pabrik
27
plastik (Molding) produk Netpot hidroponik dan untuk drawing detailnya terletak
pada lampiran 2.
Gambar 4.2 Gambar Cetak Plastik (Molding) Produk Netpot Hidroponik
Dari gambar 4.2 terdiri dari part direct material dan indirect material, ada 11 item
part direct material yang akan diproses melalui mesin machining dan ada 17 item
part indirect material yang akan dibeli. Dari drawing tersebut dibuatlah parts list
untuk menentukan barang tersebut dibuat atau dibeli. Parts list fungsinya sebagai
alat untuk menyediakan daftar nama komponen-komponen produk. Selain untuk
memberikan keputusan untuk membuat atau membeli, parts list juga akan
memberikan keterangan tentang nama part no, part name, drawing no, qty, jenis
material yang akan digunakan,dimensi dan note untuk memberikan keterangan
tentang dibuat atau dibeli part tersebut. tabel parts list produk cetakan plastik
(Molding) produk netpot hidroponik dapat dilihat pada lampiran 3.
28
4.5 Data Routing Sheet
Routing sheet menghasilkan beberapa informasi yang diperlukan dalam
perancangan tata letak fasilitas yaitu jumlah mesin teoritis yang diperlukan untuk
setiap proses pengerjaan, banyaknya siklus mesin dan bahan baku yang
diperlukan, memperbaiki metode kerja, dengan menurunkan waktu standar, dan
menentukan apakah waktu lembur lebih murah dibanding penambahan mesin,
serta menentukan apakah kerusakan mesin dapat mengganggu seluruh lintasan
produksi. Pembuatan Routing sheet memerlukan data-data sebagai berikut yaitu
kapasitas mesin, persentase, scrap, dan efisiensi mesin. Suatu langkah dasar
dalam pengaturan tata letak pabrik yang baik adalah dengan menentukan jumlah
mesin atau peralatan produksi yang dibutuhkan secara tepat.
Tentu saja di samping penentuan jumlah mesin ini, suatu keputusan yang tepat di
dalam pemilihan jenis atau tipe mesinnya itu sendiri juga merupakan langkah
yang harus diperhatikan benar-benar. Pemilihan alternatif penggunaan tipe mesin
tertentu pada dasarnya akan dilandasi dengan pertimbangan- pertimbangan yang
bersifat teknis dan ekonomis. Untuk keperluan penentuan jumlah mesin yang
dibutuhkan, maka di sini terdapat beberapa informasi yang harus diketahui
sebelumnya, yaitu volume produksi yang dicapai, estimasi, scrap pada setiap
proses operasi, dan waktu kerja standar untuk proses operasi yang berlangsung.
Terlihat pada lampiran 4 data routing sheet part molding netpot hidroponik ada 14
part direct material dari satu set molding, dari 14 part tersebut memiliki
keterkaitan proses machining antara plant 1 dan plant 2. Variabel routing sheet
merupakan suatu lembaran yang terdiri dari beberapa kolom perhitungan. Kolom
1 merupakan nomor operasi, dimana berisi nomor urut operasi - operasi yang
dilakukan dalam menghasilkan suatu produk.
Kolom 2 merupakan deskripsi yaitu nama operasi yang dilakukan pada urutan
nomor urut operasi. Kolom 3 merupakan nama mesin yaitu nama mesin yang
digunakan pada setiap operasi sesuai dengan urutan mesin yang digunakan.
Kolom 4 merupakan waktu operasi. Kolom 5 merupakan efisiensi mesin yaitu
tingkat pemanfaatan mesin. Kolom 6 merupakan capacity theority, produksi
29
mesin/jam dimana berisi banyak unit produk yang dihasilkan dalam waktu 1 jam
atau 60 menit menggunakan rumus (2-1).
Kolom 7 merupakan capacity actual dimana waktu theority dibagi dengan
efisiensi mesin menggunakan rumus (2-2).
Kolom 8 merupakan scrap yaitu jumlah buangan bahan baku atau persentase
kerusakan yang diperkirakan, yang dilakukan dalam satu operasi (dalam %).
Kolom 9 merupakan bahan diminta. Bahan diminta merupakan jumlah bahan yang
diharapkan setelah melalui suatu proses. Perhitungan bahan diminta pertama kali
dilakukan pada proses terakhir dari produk akhir, dimana jumlah produk awal
yang digunakan pada perhitungan bahan diminta, sehingga bahan disiapkan dapat
dihitung menggunakan rumus (2-3).
Kolom 11 merupakan jumlah mesin aktual. Kolom ini berisi tentang jumlah mesin
yang akan digunakan pada proses produksi, dimana diperoleh dari pembulatan
hasil pada jumlah mesinteoritis. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan
efisiensi mesin dan jumlahmesin teoritis dapat menggunakan rumus (2-4).
30
4.6 Data Mesin
Data mesin adalah data yang menjelaskan mengenai nama mesin, ukuran mesin,
kapasitas mesin dan jumlah mesin. Secara keseluruhan terdapat 20 jumlah mesin
yang berada di pabrik 1 dan pabrik 2, dimana setiap mesin dapat dikelompokan
menjadi 4 group dan 4 golongan ukuran sesuai dengan jenis proses setiap masing
masing mesin. Berikut dimensi mesin yang ada berdasarkan pengukuran di
lokasi dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel luas area mesin. Allowance dipakai
300% untuk kecukupan material, operator dan alat material handling.
Pada pabrik yang berada di plant 1 memiliki mesin mesin :
1. Surface Grinding Standart 2550 AH
2. Cylindrical Grinding PALMARY Gu32
3. Lathe Machine TSL-860
4. Lathe Machine PL 1000
5. Miling Machine DL-GH 1500
6. Milining Machine Makino
7. CNC Machining Center YCM - MV 106
8. CNC Machining Center 3 Axis YCM - MV 66
9. CNC Turning Machine YCM - GT 200
Sedangkan mesin yang berada di plant 2 yaitu :
1. Drilling Machine TNW-16
2. CNC Machining Center 3 Axis YCM - XV 560
3. CNC Wire EDM Makino U32j
4. CNC Wire EDM Makino U3 Heat
5. CNC Wire EDM Makino Edge
Dari data mesin ini luas area yang berada di pabrik 2 masih bisa menampung
fasilitas mesin mesin yang berada di plant , karena luas area pabrik yang berada
di plant 2 memiliki luas area 338 m2.
30
Tabel 4.3 Luas Area Mesin
No. Department Machine/EquipmentJumlah Dimensi ( m ) Luas Allowance
TotalLuas
Mesin Length WidthMesin ( m2
)300% ( m2 )
1Grinding
Surface Grinding Standart 2550 AH 2 1.9 1.3 2.47 7.41 14.822 Surface Grinding Froth 3060 1 2.5 1.8 4.5 13.5 13.53 Cylindrical Grinding PALMARY Gu32 2 2.8 1.7 4.76 14.28 28.56
Total Luas Departemen 56.88
4
Manual
Lathe Machine TSL-860 1 2.15 0.7 1.505 4.515 4.515
5 Lathe Machine PL 1000 1 2.15 0.7 1.505 4.515 4.515
6 Band Saw 2 1.3 0.4 0.52 1.04 2.08
7 Miling Machine DL-GH 1500 1 1.7 1.5 2.55 5.1 5.18 Milining Machine Makino 1 1.7 1.5 2.55 7.65 7.659 Drilling Machine TNW-16 2 1.7 1.5 2.55 7.65 15.3
Total Luas Departemen 39.1610
MachiningCenter
CNC Machining Center YCM - MV 106 1 3.9 2.7 10.53 31.59 31.5911 CNC Machining Center 3 Axis YCM - MV 66 1 3.5 2.3 8.05 24.15 24.1512 CNC Machining Center 3 Axis YCM - XV 560 1 2.5 1.5 3.75 11.25 11.25
13 CNC Turning Machine YCM - GT 200 1 3.5 2.3 8.05 24.15 24.15Total Luas Departemen 91.14
15
Wire Cut
CNC Wire EDM Makino U32j 1 2.5 1.5 3.75 11.25 11.25
16 CNC Wire EDM Makino Duo 43 1 3.5 2.3 8.05 24.15 24.1517 CNC Wire EDM Makino U3 Heat 1 3.5 2.3 8.05 24.15 24.1518 CNC Wire EDM Makino Edge 1 2.5 1.5 3.75 11.25 11.25
Total Luas Departemen 70.8
Total luas semua Departemen 257.98
32
4.7 From To Chart
From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan
untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses
produksi. From to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang umumnya
dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat
beban. From to chart (FTC) disebut sebagai trip frequency chart atau Travel
Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan
tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini
sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak item yang mengalir melalui
suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain
(Wignjosoebroto, 2000). Terlihat pada tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 data From To Chart
yang diambil dari data routing sheet dan aggregate of the material yang dapat
dilihat pada lampiran 3 part molding netpot hidroponik. Dari ke tiga tabel from to
chart hanya tabel 4.8 yang di ambil karena pada saat melakukan literasi ke tabel
4.9 nilai total momentnya lebih besar dari nilai total moment tabel 4.8 ini
menunjukan perbaikan yang berarti, karena tujuannya adalah nilai total moment
terendah yang dapat dilaksanakan.
Tabel 4.4 Data pemindahan barang beserta berat dalam (kg/bln)
Departemen Nama Berat
Mesin Barang (Kg/bln)
Storage Milling Raw Material 161.72
Storage Turning CNC Raw Material 66.75
Milling Drilling
Top Base
93.35
Tension Ling
Cavity Hidoponik
Base Spacer Runner
Base Lock Runner
Base Core
Base Bottom Ejectore
Milling Surface Grinding
Spacer Base
40.33Bottom Base
Base Spacer Ejectore
Base Ejectore
Turning Manual Drilling Sprue Bush 3.00
Drilling Harden Sprue Bush 54.34
33
Core Hidroponik
Drilling Surface Grinding
Top Base
55.42
Tension Ling
Base Spacer Runner
Base Lock Runner
Base Core
Base Bottom Ejectore
Drilling Machining Center Cavity Hidoponik 37.00
Drilling Quality Control
Spacer Base
38.87Bottom Base
Base Spacer Ejectore
Base Ejectore
Harden Surface GrindingCore Hidroponik
87.63Cavity Hidoponik
Harden Cyclindrical GrindingSprue Bush
3.43Runner Lock Pin
Surface Grinding Cyclindrical GrindingCore Hidroponik
86.75Cavity Hidoponik
Surface Grinding Machining Center
Top Base
70.09
Spacer Base
Bottom Base
Base Spacer Ejectore
Base Ejectore
Base Core
Surface Grinding Wire cutBase Spacer Runner
19.24Base Lock Runner
Surface Grinding Quality ControlTension Ling
5.45Base Bottom Ejectore
Cyclindrical Grinding Turning CNC Runner Lock Pin 0.46
Cyclindrical Grinding Machining CenterCore Hidroponik
85.89Cavity Hidoponik
Cyclindrical Grinding Wire cut Sprue Bush 2.94
Turning CNC Turning Manual Sprue Bush 3.00
Turning CNC Harden Runner Lock Pin 0.47
Turning CNC Machining Center Core Hidroponik 52.95
Turning CNC Wire cut Runner Lock Pin 0.46
Machining Center Drilling
Spacer Base
91.15
Core Hidroponik
Bottom Base
Base Spacer Ejectore
Base Ejec`tore
34
Tabel 4.4 Lanjutan Data pemindahan barang beserta berat dalam (kg/bln)
Departemen Nama Berat
Mesin Barang (Kg/bln)
Machining Center Harden Cavity Hidoponik 36.26
Machining Center Wire cut Cavity Hidoponik 35.18
Machining Center Edm Edge Core Hidroponik 49.34
Machining Center Quality ControlTop Base
29.56Base Core
Wire Cut Quality Control
Sprue Bush
56.66Runner Lock Pin
Cavity Hidoponik
Base Sapcer Runner
Base Lock Runner
Edm Edge Quality Control Core Hidroponik 48.85
Quality Control AssyemblySemua Part Hidroponik
179.40Indirect Material
Assyembly Ware HouseNetpot HidroponikMolding
155.79
Terlihat pada tabel 4.4 data pemindahan barang dari departemen mesin satu ke
departemen mesin lainnya dengan beban berat dalam satuan kilogram per bulan.
Data ini digunakan sebagai alat untuk menghitung From to chart dengan hasil
yang optimum. Pengukuran yang lebih kuantitatif tentang efisiensi dari susunan
kegiatan dapat diperoleh dengan mengambil torsi (tenaga putar) system. Hal ini
dilakukan dengan menjumlahkan nilai dalam kotak di atas diagonal dengan angka
1, nilai dalam 2 kotak di atasnya dengan angka 2 dan seterusnya. Cara yang sama
diambil untuk nilai dalam kotak di bawah garis diagonal. Jika diinginkan, nilai
dalam kotak di bawah diagonal dapat dikalikan dengan angka 2, untuk
menunjukan bahwa langkah balik 2 kali lebih buruk dari langkah maju.
35
Perhitungan torsi pada From to chart, Awal pada (Tabel 4.4) sebagai berikut :
Tabel 4.5 Perhitungan From to Chart Awal
Forward
1 x (161.72 + 3 + 54.34 + 87.63 + 86.75 + 0.46 + 52.95 + 35.18 + 48.85 + 179.40 +155.79) = 866.072 x (93.35 + 55.42 + 3.43 + 85.89 + 0.46 + 49.34 + 56.66) =689.13 x ( 70.09 + 2.94 + 29.56) =307.784 x ( 40.33 + 19.24) =238.27
5 x ( 37) = 185
6 x ( 5.45) =32.724
7 x ( 66.75 ) = 467.26
8 x ( 38.87) = 310.96
Sub Total =3097.2
Backward
3 x ( 0.47) = 1.40
4 x ( 36.26) = 154.04
5 x ( 3 x 91.15) =470.75Sub Total =617.19
Total Moment =3714.4
Karena Tabel 4.4 menunjukan beberapa masukan dibawah garis diagonal dan
sebagian besar berada jauh di atas garis diagonal maka dilakukan penyusunan
kembali untuk memperoleh susunan yang lebih baik, atau urutan daerah yang
lebih baik. Kenapa harus melakukan literasi, karena data yang diambil pada tabel
from to chart awal adalah data layout dengan kondisi sekarang maka perlu literasi
untuk mendapatkan hasil total movment kecil.
36
Perhitungan kembali torsi untuk menghasilkan perbaikan yang ditunjukan dalam
percobaan ke 1 ( literasi 1) pada Tabel 4.5.
Tabel 4.6 Perhitungan From to Chart literasi 1
Forward
1 x (161.72 + 54.42 + 70.09 + 48.85 + 179.40 + 155.79) = 671.27
2 x (66.75 + 93.35 + 37 + 86.75 + 36.26 + 56.66 ) =753.56
3 x ( 40.33 + 52.95 + 2.94 ) = 288.64
4 x ( 52.34 + 35.18 ) = 358.09
5 x ( 0.47 + 19.24 + 49.34 ) = 345.24
6 x ( 3 + 29.56 ) = 195.37
7 x ( 0.46 + 5.45 ) = 41.378
8 x ( 38.87) = 310.96
Sub Total = 2964.52
Backward
1 x ( 85.89 + 3.43 ) = 89.322
2 x ( 91.15 ) = 182.3
3 x ( 87.63 ) = 262.89
4 x ( 0.46) = 1.847
5 x ( 3 ) = 15
Sub Total = 551.36
Total Moment = 3515.88
Susunan baru ini menunjukan perbaikan yang berarti, karena tujuannya adalah
nilai total moment terendah yang dapat dilaksanakan. Untuk perhitungan pada
Tabel 4.6 percobaan ke dua menghasilkan total moment yang besar maka dari itu
untuk percobaan ke dua literasi 2 tidak dipilih dan yang dipilih yaitu from to chart
hasil literasi ke 1 karena total momentnya lebih rendah.
36
Tabel 4.7 From To Chart Awal (Satuan kg)
Ket Mesin : ST = Storage DR = Drilling CG = Cyclindrical Grinding TC = Turning CNC
ML = Milling MC = Machining Center WC = Wire Cut Assy = Assy
HR = Harden SG = Surface Grinding QC = Quality Control WH = Ware House
EDM = Wire Edge BU = Turning Manual
TOST ML BU DR HR SG CG TC MC WC EDM QC Assy WH Total
From
ST 161.72 66.75 228.47
ML 93.35 40.33 133.68
BU 3.00 3.00
DR 54.34 55.42 37.00 38.87 185.63
HR 87.63 3.43 91.07
SG 86.75 70.09 19.24 5.45 181.54
CG 0.46 85.89 2.94 89.29
TC 3 0.47 52.95 0.46 56.87
MC 91.15 36.26 35.18 49.34 29.56 241.50
WC 56.66 56.66
EDM 48.85 48.85
QC179.4
0179.40
Assy 155.79 155.79
WH 0.00
Total0.00
161.72 3.00 187.50 91.07183.3
890.19 67.21 245.93 57.82 49.34 179.40
179.40
155.791651.7
4
38
Tabel 4.7 Lanjutan From To Chart Awal (Satuan kg)Forward
Distance from diagonal
Tabel 4.7 Lanjutan From To Chart Awal (Satuan kg)Backward
Distance from diagonal
diagonal distance1 866.07
2 689.103 307.78
4 238.275 185.00
6 32.72
7 467.26
8 310.96
9101112131415
Total 3097.18
diagonal distance
1 0.00
2 0.00
3 1.40
4 145.04
5 470.75
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total 617.19Total
Moment
3714.37
37
Tabel 4.8 From To Chart Literasi 1 (Satuan kg)
Ket Mesin : ST = Storage DR = Drilling CG = Cyclindrical Grinding TC = Turning CNC
ML = Milling MC = Machining Center WC = Wire Cut Assy = Assy
HR = Harden SG = Surface Grinding QC = Quality Control WH = Ware House
EDM = Wire Edge BU = Turning Manal
TOST ML TC DR SG MC CG HR BU WC EDM QC Assy WH Total
From
ST 161.72 66.75 228.47
ML 93.35 40.33 133.68
TC 52.95 0.47 3.00 0.46 56.87
DR 55.42 37.00 54.34 38.87 206.95
SG 70.09 86.75 19.24 5.45 181.54
MC 91.15 36.26 35.18 49.34 29.56 241.50
CG 0.46 85.89 2.94 89.29
HR 87.63 3.43 91.07
BU 3.00 3.00
WC 56.66 56.66
EDM 48.85 48.85
QC 179.40 179.40
Assy 155.79 155.79
WH 0.00
Total 0.00 161.72 67.21 187.50 208.01 245.93 90.19 91.07 3.00 57.82 49.34 176.09 179.40 155.79 1673.07
40
Tabel 4.8 Lanjutan From To Chart Literasi 1 (Satuan kg)Forward
Distance from diagonal
Tabel 4.8 Lanjutan From To Chart Literasi 1 (Satuan kg)Backward
Distance from diagonal
diagonal distance
1 671.27
2 753.56
3 288.64
4 358.09
5 345.24
6 195.37
7 41.38
8 310.96
9 0.00
10
11
12
13
14
15
Total 2964.52
diagonal distance1 89.322 182.303 262.89
4 1.855 14.996 0.007 0.008 0.009 0.00
101112131415
Total 551.36
Total Moment
3515.88
37
Tabel 4.9 From To Chart Literasi 2 (Satuan kg)
Ket Mesin : ST = Storage DR = Drilling CG = Cyclindrical Grinding TC = Turning CNC
ML = Milling MC = Machining Center WC = Wire Cut Assy = Assy
HR = Harden SG = Surface Grinding QC = Quality Control WH = Ware House
EDM = Wire Edge BU = Turning Manual
TOST ML HR DR MC SG CG WC QC TC Assy WH EDM BU Total
From
ST161.72 66.75 228.47
ML 93.35 40.33 133.68
HR 87.63 3.43 91.07
DR 54.34 37.00 80.05 35.56 206.95
MC 36.26 91.15 35.18 29.56 49.34 241.50
SG 70.09 86.75 19.24 5.45 181.54
CG 85.89 2.94 0.46 89.29
WC 56.66 56.66
QC 179.40 179.40
TC 0.47 52.95 0.46 3.00 56.87
Assy 155.79 155.79
WH 0.00
EDM 48.85 48.85
BU 3.00 3.00
Total 0.00 161.72 91.07 187.50 245.93 208.01 90.19 57.82 176.09 67.21 179.40 155.79 49.34 3.00 1673.07
42
Tabel 4.9 Lanjutan From To Chart Literasi 2 (Satuan kg)Forward
Distance from diagonal
Tabel 4.9 Lanjutan From To Chart Literasi 2 (Satuan kg)Backward
Distance from diagonal
diagonal distance
1 500.87
2 744.09
3 386.19
4 305.30
5 177.79
6 0.00
7 0.00
8 394.73
9 600.76
10
11
12
13
14
15
Total 3109.73
diagonal distance
1 215.58
2 245.21
3 0.00
4 195.39
5 264.74
6 0.00
7 3.26
8 0.00
9 0.00
10
11
12
13
14
15
Total 924.19
Total Moment
4033.92
43
2541mm 1700mm 2398mm2451mm 2405mm
Up
Wharehouse
Quality Controll
Wire Edge
Compresor
MachiningCenter kecil
Turning
Surface Grinding
Milling
4.8 Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Sekarang
Pada layout awal fasilitas produksi di PT. Deristama Teknindo Mandiri memiliki
2 layout fasilitas produksi yang berada di pabrik 1 dan pabrik 2. Dalam alur proses
kerja dimulai dari raw material sampai ke warehouse yang semua proses
material handling yang digunakan menggunakan 2 jenis material handling yaitu
manusia dengan alat bantu hand truck dan mobil pick up untuk mengirim aliran
barang dari pabrik 2 ke pabrik 1. Pada proses pembuatan Molding netpot
hidroponik terlihat pada OPC (Operation Process Chart) yang dapat dilihat pada
lampiran 1, dimana terdapat jalur lintasan material handling yang relative berjarak
jauh dari stasiun kerja milling, Bubut, Grinding, MachiningCenter, Turning
Center ke stasiun kerja drilling, Wire cut, Wire Edge, Quality Control dan
Assyembly sehingga menyebabkan aliran material handling terjadi bolak balik
yang dapat menghasilkan jarak material handling yang terlalu jauh. Terlihat pada
Gambar 4.3 tata letak fasilitas produksi sekarang terjadinya back tracking aliran
bahan antara pabrik 1 ke pabrik 2.
Gambar 4.3 Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Sekarang
44
4.9 Penentuan Titik koordinat stasiun kerja layout Awal
Sebelum melakukan perhitungan jarak material handling layout awal dengan
menggunakan pengukuran jarak rectilinier yang harus dilakukan adalah
menentukan titik koordinat tiap stasiun kerja. Terlihat pada gambar 4.2 layout
awal antara plant 1 dan plant 2 dengan menggunakan software drawing autoCAD
Mechanichal bahwa untuk menentukan jarak rectilinier bisa dihitung yaitu dengan
cara menarik dimensi yang dibuat dari titik 0,0 bisa terlihat jarak x dan y nya.
Terlihat pada Gambar 4.4 Titik koordinat layout awal antara plant 1 dan plant 2,
dari hasil Gambar 4.4 terlihat pada tabel 4.10 nilai koordinat x dan y dari hasil
menggunakan software AutoCAD Mechanical.
Gambar 4.4 Titik koordinat Layout Awal
Dari hasil Gambar 4.4 Titik koordinat layout awal menghasilkan jarak antara
department plant 1 ke plant 2 yaitu dengan cara menarik dimensi dari titik 0,0 ke
titik centeroid department terlihat pada Tabel 4.10 nilai koordinat layout awal.
45
Tabel 4.10 Nilai Koordinat Layout Awal
No Stasiun KerjaKoordinat (m)
X Y
1 Storage 6.4 5.6
2 Milling 1026 1001.5
3 Turning Center 1015 1005
4 Drilling 11 8.5
5 Surface Grinding 1027 1006
6 Machining Center 1018 1008
7 Cyclindrical Grinding 1035 1003
8 Harden 6 7
9 Turning Manual 1024 1003
10 Wire Cut 3 11.5
11 Edm Edge 2.4 14.5
12 Quality Control 1.8 2.4
13 Assyembly 10 2.5
14 Ware House 5.1 2.4
Perhitungan jarak material handling ini menggunakan rumus jarak rectilinier
yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Cotohnya koordinat stasiun kerja drilling
(11, 8.5) dan koordinat stasiun kerja quality control (1.8 , 2.4), maka jarak stasiun
kerja drilling ke stasiun kerja quality control dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
46
Tabel 4.11 Tabel Jarak Material Handling Layout Awal
No. From ToDistance
FrekuensiTotal
m Distance
1 StorageMilling
2015.5 1 2015.5Turning CNC
2 Milling Drilling 2008 1 2008
3 Milling Surface Grinding 5.5 4 22
4
Turning CNC
Machining Center 6 1 6
5 Harden 2007 1 2007
6 Bubut Manual 7 1 7
7 Wire Cut 2005.5 1 2005.5
8
Drilling
Surface Grinding 2013.5 1 2013.5
9 Harden 6.5 2 13
10 Quality Control 15.3 4 61.2
11
Surface Grinding
Machining Center 7 6 42
12 Cyclindrical Grinding 5 2 10
13 Wire Cut 2018.5 1 2018.5
14 Quality Control 2028.8 1 2028.8
15
Machining Center
Drilling 2006.5 1 2006.5
16 Harden 2013 1 2013
17 Wire Cut 2011.5 1 2011.5
18 Edm Edge 2009.1 1 2009.1
19 Quality Control 2021.8 1 2021.8
20CyclindricalGrinding
Turning CNC 18 1 18
21 Machining Center 12 2 24
22 Wire Cut 2023.5 1 2023.5
23Harden
Surface Grinding 2020 1 2020
24 Cyclindrical Grinding 2025 1 2025
25 Turning Manual Drilling 2007.5 1 2007.5
26 Wire Quality Control 10.3 5 51.5
27 Edm Edge Quality Control 12.7 1 12.7
28 Quality Control Assembly 8.3 15 124.5
29 Assembly Ware House 5 2 10
Total 32636.6
Jumlah jarak perpindahan di seluruh stasiun kerja pada layout awal adalah
32636.6 meter dan jumlah jarak tempuh yang menggunakan mobil adalah 32234.7
sedangkan yang menggunakan manual adalah 401.9 meter. Dari data tabel 4.11
yang diberi warna kuning, menjelaskan perpindahan material handling antara
pabrik 2 ke pabrik 1 yang berjarak 1km dengan alat material handling nya
47
menggunakan mobil pick up, maka perhitungan nya nanti akan menjadi 2 yaitu
perhitungan material handling menggunakan manual dengan alat hand truck dan
perhitungan material handling dengan menggunakan mobil, sehingga total akan
dijumlahkan antara manual dengan mobil. Pada layout awal terdapat aliran balik
atau back tracking setelah beres dari stasiun kerja di plant 1 ke stasiun kerja plant
2 dan setelah finish dari stasiun kerja yg berada di plant 2 harus di proses lagi di
stasiun kerja yang berada di plant 1 pada proses aliran bahan yaitu :
Pada aliran proses dari mesin milling ke mesin drilling
Pada aliran proses dari mesin drilling ke mesin surface grinding
Pada aliran proses dari mesin machining center ke mesin drilling
Pada aliran proses dari mesin cyclindrical Grinding ke mesin wire cut
Pada aliran proses dari mesin turning manual ke mesin drilling
Tabel 4.12 Jarak Back Tracking Layout Awal
Back tracking pada proses pembuatan molding netpot hidroponik pada layout
awal di PT. Deristama terjadi 5 kali dengan jarak back tracking 10059 meter.
4.9.1 Perhitungan Biaya Material Handling Per Meter (Pemindahan
material /m) Layout Awal
Biaya material handling merupakan biaya yang timbul akibat ada nya
perpindahan atau aktivitas suatu material dari suatu stasiun kerja ke stasiun kerja
berikutnya.
P.Material/m =cost
d
Rp 18.322,98.
Proses Produksi Back Tracking (m)
Milling - Drilling 2008
Drilling - Surface Grinding 2013,5
Machining Center - Drilling 2006,5
Cyclindrical Grinding - Wire Cut 2023,5
Turning Manual - Drilling 2007,5
Total 10059
48
Cost didapat dari gaji operator UMR dibagi dengan 23 hari kerja dikali dengan 7
jam kerja dalam sehari sehingga didapat cost sebesar Rp. 18.322,98.
d didapat dari jumlah jarak yang ditempuh dibagi dengan 7 jam dalam sehari
sehingga didapat jarak dalam sehari sebesar 4662,37.
OMH/m didapat dari harga cost operator dalam sehari dibagi dengan jarak yang
ditempuh dalam sehari sehingga didapat harga pemindahan material/m nya
sebesar Rp. 3,93 per meter. Untuk menghitung biaya bahan bakar mobil antara
pabrik 2 ke pabrik 1, hasil observasi bahwa dalam 1liter bahan bakar
membutuhkan jarak tempuh 15 km . Dengan harga BBM sekarang 1 liter yaitu
Rp. 6900, untuk menghitung biaya transportasi kedalam meter yaitu :
15 km = Rp. 6900
15 km di konversikan ke meter yaitu menjadi 15000 meter
Biaya bensin/meter =15000
= Rp 2,176900
Jadi biaya transportasi antara plant 2 ke plant 1 membutuhkan Rp.2,17 /meter.
4.9.2 Perhitungan Total Biaya Material Handling Layout Awal
Berdasarkan jarak antar stasiun kerja pada layout awal, besarnya aliran frekuensi
dan biaya material handling (Pemindahan material /m), maka total biaya material
handling dapat diketahui dengan mengalikan jarak, besarnya frekuensi dan biaya
material handling per meter pada layout awal.
pemindahan material = frekuensi x pemindahan material /m x r (jarak) (2-8)
44
Tabel 4.13 Total Biaya Material Handling Layout Awal Dalam 1 Bulan
No. From ToDistance Frek Total
Biaya Bensin Totalm MHC
1 StorageMilling
2015,5 1 Rp 7.920,92 Rp 4.373,64Turning CNC
2 Milling Drilling 2008 1 Rp 7.891,44 Rp 4.357,36
3 Milling Surface Grinding 5,5 4 Rp 86,46
4
Turning CNC
Machining Center 6 1 Rp 23,58
5 Harden 2007 1 Rp 7.887,51 Rp 4.355,19
6 Bubut Manual 7 1 Rp 27,51
7 Wire Cut 2005,5 1 Rp 7.881,62 Rp 4.351,94
8
Drilling
Surface Grinding 2013,5 1 Rp 7.913,06 Rp 4.369,30
9 Harden 6,5 2 Rp 51,09
10 Quality Control 15,3 4 Rp 240,52
11
Surface Grinding
Machining Center 7 6 Rp 165,06
12 Cyclindrical Grinding 5 2 Rp 39,30
13 Wire Cut 2018,5 1 Rp 7.932,71 Rp 4.380,15
14 Quality Control 2028,8 1 Rp 7.973,18 Rp 4.402,50
15
MachiningCenter
Drilling 2006,5 1 Rp 7.885,55 Rp 4.354,11
16 Harden 2013 1 Rp 7.911,09 Rp 4.368,21
17 Wire Cut 2011,5 1 Rp 7.905,20 Rp 4.364,96
18 Edm Edge 2009,1 1 Rp 7.895,76 Rp 4.359,75
19 Quality Control 2021,8 1 Rp 7.945,67 Rp 4.387,31
20CyclindricalGrinding
Turning CNC 18 1 Rp 70,74
21 Machining Center 12 2 Rp 94,32
22 Wire Cut 2023,5 1 Rp 7.952,36 Rp 4.391,00
45
Tabel 4.13 Lanjutan Total Biaya Material Handling Layout Awal Dalam 1 Bulan
23Harden
Surface Grinding 2020 1 Rp 7.938,60 Rp 4.383,40
24 Cyclindrical Grinding 2025 1 Rp 7.958,25 Rp 4.394,25
25 Turning Manual Drilling 2007,5 1 Rp 7.889,48 Rp 4.356,28
26 Wire Quality Control 10,3 5 Rp 202,40
27 Edm Edge Quality Control 12,7 1 Rp 49,91
28 Quality Control Assembly 8,3 15 Rp 489,29
29 Assembly Ware House 5 2 Rp 39,30
Rp 128.261,84 Rp 69.949,30
Total Rp 198.211,14
Untuk biaya pemindahan material Rp. 3,93/m dan untuk biaya bensin Rp.2,17/m tidak dimasukan kedalam tabel karena untuk
pemindahan antar fasilitas mesin harganya sama dengan rumus sebagai berikut :
Total MHC = Distance x Frekuensi x biaya pemindahan material/m
Total biaya bensin/meter = Distance x Frekuensi x biaya bensin/meter
Karena data from to chart untuk produk netpot hidroponik ini diambil data dalam 1 bulan. Jumlah perhitungan total biaya material
handling (pemindahan material) antar setasiun kerja secara keseluruhan untuk tata letak layout awal adalah Rp.
198.211,14/produk/bulan.
No. From ToDistance Frek Total
Biaya Bensin Totalm MHC
51
Rp-
Rp50.000,00
Rp100.000,00
Rp150.000,00
Rp200.000,00
Rp250.000,00
1
Perbandingan Layout Sekarang Vs Layout Usulan
Layout kondisisekarang
Layout Usulan
4.9.3 Perbaikan Biaya pemindahan material Dengan Menggunakan Metode
CRAFT
Tata letak menggunakan software Computerized Relatfue Allocation Facilities
Technique atau yang sering dikenal dengan CRAFT. CRAFT merupakan
singkatan dari Computerized Relatfue Allocation Facilities Technique pertama
kali diperkenalkan pada Armour, Buff, dan Vollman tahun 1964. CRAFT
merupakan salah satu algoritrna pertama dalam literatur. CRAFT menggunakan
from to chart sebagai input. Biaya layout ditentukan berdasarkan jarak center.
Departemen tidak dibatasi dalam bentuk rectangular. CRAFT menggunakan data
aliran barang sebagai dasar bagi pengembangan hubungan kedekatan, dalam
batasan beberapa satuan ukuran (kg/bulan, satuan/tahun, muatan/minggu) antara
pasangan-pasangan kegiatan untuk membentuk suatu matriks bagi program ini.
Dengan tahap - tahap/prosedur pembentukan metode CRAFT yang dapat dilihat
pada lampiran 6. Terlihat pada gambar 4.7 Production_Facility hasil olah craft
kedekatan antar mesin menghasilkan biaya material handling menjadi Rp
62.118,50, dan aliran backtracking menjadi dekat.
4.9.4 Analisis Hasil
Setelah melakukan perbaikan layout dengan menggunakan Computerized Relatfue
Allocation Facilities Technique (CRAFT), biaya material handling lebih murah
dibandingkan dengan biaya material handling layout awal terlihat pada gambar
4.5 mengalami penurunan signifikan sebesar 69%.
Gambar 4.5 perbandingan Layout Sekarang Vs Lyout Usulan
52
2541mm 1700mm 2398mm2451mm 2405mm
Up
Wharehouse
Quality Controll
Wire Edge
Compresor
MachiningCenter kecil
Turning
Surface Grinding
Milling
Gambar 4.6 Perbandingan Layout Awal dengan Layout Usulan
Aliran material pada layout awal dan back tracking terlihat sangat jauh sehingga
mengakibatkan pengiriman mengalami delay, dan waktu tunggu menjadi lama
karena harus menunggu barang yang dikirim dari pabrik 1 begitupun menunggu
barang dari pabrik 2 yang berjarak 1km. Sedangkan pada layout usulan aliran
material dan back tracking menjadi dekat sehingga dapat mengurangi waktu
pengiriman dan bisa menghilangkan biaya material handling menggunakan mobil.
Layout Awal Layout Usulan
47
Gambar 4.7 Production_Facility hasil craft
48
Gambar 4.8 Tata letak produksi usulan
49
Compresor
Turning
Wire Cut
TurningCNC
Milling CNC
DrillingStorage
In
Out
Assyembly
Gambar 4.9 Layout keseluruhan
56
Perhintungan pemindahan material layout terbaik dengan menggunakan metode
craft didapat dengan cara memasukan nilai hasil perhitungan From To Chart
samapi literasi terbaik ke flow matrix pada software craft. Bahwa biaya material
handling layout usulan setelah dilakukan perbaikan dapat selisihnya yaitu dengan
mengurangkan total biaya material handling layout awal dengan total biaya
material handling layout usulan, yaitu Rp. 198.211,14/produk/bulan Rp.
62.118,50/produk/bulan = Rp. 136.092,64/produk/bulan.
Tabel 4.14 Selisih Total P. Material kodisi sekarang dengan Layout Usulan
No.Layout
pemindahanmaterial /Bulan Selisih
Persentase
1Layout kondisisekarang Rp 198.211,14 Rp 136.092,64 69%
2 Layout Usulan Rp 62.118,50
Terlihat pada Tabel 4.14 selisih total pemindahan material Layout kodisi sekarang
dengan pemindahan material layout usulan. Bahwa pihak manajemen PT. Deristama
harus segera melakukan pemindahan fasilitas produksi yang berada di plant 1 ke plant 2
karena luas area yang berada di plant 2 masih bisa menampung fasilitas mesin yang
berada di plant 1 . Karena bisa saving cost Rp. 136.092,64/produk/bulan, dikarenakan
tidak adanya ongkos material handling antara plant 2 ke plant 1 menggunakan
mobil pick up.
4.9.5 Perencanaan ke depan Plant 1 dikosongkan
Perencanaan ke depan plant 1 dikosongkan untuk memproduksi injection
molding, karena pada saat ini PT. Deristama hanya membuat cetak plastik
(molding). Permintaan pasar tentang produk plastik di industri manufaktur
semakin banyak, injection molding banyak dipilih karena memiliki beberapa
keuntungan diantaranya kapasitas produksi yang tinggi, sisa penggunaan material
(useless material) sedikit dan tenaga kerja sedikit. Dalam hal ini untuk
perancangan produk dan pembuatan cetak plastik (molding) dapat dikerjakan di
pabrik 2, sehingga dapat meminimalkan biaya pembuatan cetak plastik.
Setelah melakukan data dan analisa pada bab IV maka dilanjutkan kesimpulan dan
saran yang akan dijelaskan pada bab V hasil dari rangkuman yang dijelaskan pada
bab IV.
57
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya tentang biaya
material handling untuk mengurangi biaya material handling, maka dapat diambil
kesimpulan :
1. a. Melakukan pemindahan fasilitas mesin pabrik 1 ke pabrik 2 agar dapat
meminimalkan waktu aliran proses.
b. Dengan dilakukannya perbaikan layout fasilitas mesin di pabrik 2 dan
fasilitas lainnya, akan dapat dicapai jarak pemindahan yang lebih dekat.
2. Dengan dicapainya jarak pemindahan yang lebih dekat, yaitu berbeda jauh
dari layout awal, dapat menghemat biaya pemindahan material dari biaya awal
sebesar Rp. 198.211,14/produk/bulan menjadi Rp. 62.118,50/produk/bulan.
Yaitu menghemat sebesar Rp. 136.092,64/produk/bulan penurunan sebesar
69%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa, untuk mengurangi biaya material handling pada
perusahaan maka disarankan perusahaan melakukan pemindahan dan perbaikan
layout sebagai berikut :
1 . Melakukan pemindahan model matematis secepat mungkin karena lebih
lama untuk melakukan pemindahan maka cost material handling akan
semakin besar.
2 . Layout usulan layak diterapkan karena dapat meminimalkan biaya
material handling dan aliran back tracking menjadi lebih dekat.
58
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James M., Plant layout and material handling, third edition. Penerbit ITB
Bandung.Terjemahan Nurhayati M.T.Mardiono.- Bandung, 1977.
Heragu S, Fasilities Design. Boston : PWS Publishing, 1997.
Sritomo Wignjosoebroto S., Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi
Ketiga. Surabaya: Penerbit Guna Widya , 2009.
Tomkins, J.A, . white J.A , Facilities Planning 4th Edition. Wiley, 2010.
Purnomo, Hari., Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2004.