BAB II LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Parameter Besaran listrik
Parameter Besaran listrik adalah segala sesuatu yang mencakup mengenai
besaran listrik dan dapat dihitung ataupun diukur. Parameter besaran listrik
bermacam-macam, diantaranya tegangan, arus, cos phi, frekuensi, daya, dll.
2.1.1 Tegangan
Tegangan adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam
rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi
potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik
dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensial listriknya,
suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau
ekstra tinggi. Secara definisi tegangan listrik menyebabkan obyek bermuatan
listrik negatif tertarik dari tempat bertegangan rendah menuju tempat bertegangan
lebih tinggi. Sehingga arah arus listrik konvensional didalam suatu konduktor
mengalir dari tegangan tinggi menuju tegangan rendah.
Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial
listrik . Voltmeter biasanya disusun secara paralel (sejajar) dengan sumber
tegangan atau peralataan listrik. Tetapi didalam alat ini hanya terdapat terminal
yang langsung disambungkan ke beban . Didalam alat ini terdapat pengukuran
tegangan antar phasa dan phasa dengan netral.
Beban
Gambar 2.1Rangkaian voltmeter
V ~
6
2.1.2 Amperemeter
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari
pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap
satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau
Ampere. Alat pengukur arus listrik adalah amperemeter. Amperemeter adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kuat aruslistrik yang ada dalam rangkaian
tertutup.Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemenlistrik.Cara
menggunakannya adalah dengan menyisipkan amperemeter secara langsung ke
rangkaian.
Beban
Gambar 2.2 Rangkaian amperemeter
2.1.3 Daya aktif
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan
energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt.
P = V. I . Cos φ
P = 3 . VL. IL . Cos φ
Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk
kerja.
~
A
7
Gambar 2.3 Rangkaian wattmeter
2.1.4 Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan
medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks
medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor, lampu pijar dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah Var.
Q = V.I.Sin φ
Q = 3 . VL. IL. Sin φ
Didalam daya reaktif dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
- Daya Reaktif (induktif/KVarh.L)
- Daya Reaktif (kapasitif/KVarh,C)
2.1.5 Faktor Daya
Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara
daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau
beda sudut fasa antara V dan I yangbiasanya dinyatakan dalam cos φ . Faktor
Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S) = kW / kVA
= V.I Cos φ / V.I
= Cos φ
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan
dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu. Tan φ =
Daya Reaktif (Q) / Daya Aktif (P) = kVAR / kW
8
karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAR
berubah sesuai dengan
faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ
sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya
sebagai berikut :
Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1
Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2
sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya adalah :
Daya reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 - Tan φ2)
Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya :
- Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan denda jika pf
lebih kecil dari 0,85)
- Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat
- Mengurangi rugi – rugi daya pada system
- Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang
digunakan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus menurun seiring
dengan menurunnya pf sistem kelistrikan. Akibat menurunnya pf maka
akan timbul beberapa persoalan diantaranya :
- Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi
- Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR
- Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops)
Denda atau biaya kelebihan daya reaktif dikenakan apabila jumlah
pemakaian kVARH yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62
jumlah kWH pada bulan yang bersangkutan sehingga pf rata – rata kurang
dari 0,85. sedangkan perhitungan kelebihan pemakaian kVARH dalam
rupiah menggunakan rumus sebagi berikut :
Kelebihan pemakaian kVARH = [ B – 0,62 ( A1 + A2 )] Hk
dimana :
B = pemakaian kVARH
9
A1 = pemakaian kWH WPB
A2 = pemakaian kWH LWBP
Hk = harga kelebihan pemakaian kVARH
Gambar 2.4Hubungan daya aktif, reaktif dan kapasitansi
Seperti terlihat pada gambar 2.5, daya reaktif yang dibutuhkan oleh
induktansi selalu mempunyai beda fasa 90° dengan daya aktif. Kapasitor
menyuplai kVAR dan melepaskan energi reaktif yang dibutuhkan oleh induktor.
Ini menunjukan induktansi dan kapasitansi mempunyai beda fasa 180°. Beberapa
strategi untuk koreksi faktor daya adalah :
- Meminimalkan operasi dari beban motor yang ringan atau tidak bekerja
- Menghindari operasi dari peralatan listrik diatas tegangan rata – ratanya
- Mengganti motor – motor yang sudah tua dengan energi efisien motor.
Meskipun dengan energi efisien motor, bagaimanapun faktor daya
diperngaruhi oleh beban yang variasi. Motor ini harus dioperasikan sesuai
dengan kapasitas rat – ratanya untuk memperoleh faktor daya tinggi.
- Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari
daya reaktif.
Selain itu, pemasangan kapasitor dapat menghindari :
- Trafo kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya
yang tersedia
- Voltage drops pada line ends
Untuk pemasangan Capasitor Bank diperlukan :
10
- Kapasitor, dengan jenis yang cocok dengan kondisi jaringan
- Regulator, dengan pengaturan daya tumpuk kapasitor (Capasitor Bank)
otomatis
- Kontaktor, untuk switching kapasitor
- Pemutus tenaga, untuk proteksi tumpuk kapasitor.
Energi listrik digunakan berbanding lurus dengan biaya produksi yang
dikeluarkan. Semakin besar energi listrik yang digunakan maka semakin besar
biaya produksi yang dibutuhkan. Dengan menggunakan power monitoring system
dapat diketahui pemakaian energi listrik dan kondisi energi listrik dari peralatan
listrik sehingga menigkatkan efisiensi dari energi listrik yang digunakan dalam
pekerjaan dan meminimalkan rugi – rugi pada sistem untuk penyaluran energi
listrik yang lebih efisien dari sumber listrik ke beban.
Gambar 2.5 Kompensasi daya reaktif
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya
“lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti berikut :
11
Faktor Daya “leading”
Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan
“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti
capacitor,generator sinkron, motor sinkron .
Gambar 2.6 faktor daya leading
Gambar 2.7 Segitiga daya untuk beban kapasitif
Faktor Daya “lagging”
Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan
“lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti motor
induksi, AC dan transformator.
Gambar 2.8 Faktor daya “lagging”
12
Gambar 2.9 Segitiga daya untuk beban induktif
2.2 Transformator Arus (CT)
Transformator arus (CT) berfungsi untuk menurunkan arus tinggi/besar ke
arus yang lebih rendah untuk pengukuran dan proteksi. Kumparan primer pada
trafo dihubungkan secara seri dengan beban sedangkan kumparan sekundernya
dihubungkan dengan sirkit arus dari alat pengukur arus (ampere meter) atau alat
pengukur daya (watt meter). Selain itu fungsi Transformator Arus (CT) adalah :
a. Memperkecil besaran arus pada sistem tenaga listrik menjadi besaran arus
untuk sistem pengukuran.
b. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer.
c. Standarisasi rating arus untuk peralatan sisi sekunder.
Gambar 2.10 Transformator Arus
13
Berdasarkan rumus :
I1 N1 = I2 N2
= =
Dimana a,
I1 > I2 sehingga N1 N2
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekunder
Gambar 2.11 Konstruksi Trafo Arus
Ada 2 tipe dari transformator arus, yaitu tipe lilitan dan tipe tusukan.
a b
Gambar 2.12 Konstruksi transformator arus, a) Tipe tusukan b) Tipe lilitan
Pada tipe lilitan, kedua kumparan primer dan sekunder dililitkan melalui
satu inti besi sedangkan tipe tusukan kumparan primernya terdiri atas satu
konduktor tunggal yang ditusukan melalui jendela yang dibentuk dari inti besi.
Disamping tipe lilitan dan tusukan tersebut, masih terdapat tipe lain yang dikenal
dengan tipe jendela dimana lilitan primernya tidak diberikan akan tetapi pemakai
dapat membentuknya sendiri pada saat penggunaannya dengan memberikan
sejumlah lilitan yang diperlukn pada sisi primernya. Tipe lilitan digunakan pada
umumnya bila harga nominal dari arus primer adalah di bawah 1000 A.
Sedangkan tipe-tipe lainnya dipergunakan pada arus-arus primer yang mempunyai
harga nominal lebih tinggi.
14
2.2.1 Karakteristik Transformator Arus (CT)
Gambar 2.13 Diameter Inti Transformator
Arus primer (Ip) membangkitkan fluks magnet di inti besi, makin besar
arus yang mengalir maka semakin besar fluks magnet yang mengalir sehingga
fluks magnet yang dihasilkan tidak tertampung lagi sehingga Es tidak mampu naik
lagi, pada kondisi tersebut transformator arus sudah jenuh. Jika transformator arus
sudah mencapai titik jenuh sedangkan arus primer terus naik, maka kesalahan
rasio (error ratio) akan membesar bahkan sekunder CT akan terjadi kegagalan
(collapse).
Gambar 2.14 Karakteristik transformator arus pengukuran dan proteksi
Jika dilihat dalam gambar karakteristik transformator arus, titik kejenuhan
transformator arus proteksi lebih besar dari transformator arus pengukuran.
15
Kejenuhan transformator arus pengukuran pada sekunder merupakan suatu
manfaat, CT pengukuran lebih cepat jenuh daripada CT proteksi. Hal ini,
diperlukan untuk melindungi alat ukur dikarenakan kemampuan dari alat ukur
adalah terbatas. Transformator arus pengukuran akan tetap menjaga arus di
sekunder di bawah batas ukur dari alat ukur.
2.2.2 Burden (Beban)
A. Beban Pengenal
1. Beban CT dinyatakan dalam VA
2. Nilai beban umum digunakan :2,5; 5 ; 7,5 ; 10; 15; 30 VA
3. Nilai dari beban CT dimana klas ketelitian dinyatakan
B. Arus Pengenal Kontinyu
Umumnya digunakan pada sisi primer, misalnya 1000/1 A, 2000/1 A.
C. Arus Pengenal Waktu Singkat (Short Time Rated Current)
Umumnya dinyatakan dalam batas waktu 0,5 ; 1 ; 2 ; 3 detik. Dinyatakan
pada keadaan sekunder CT hubung singkat. Sehingga tidak akan
menimbulkan kerusakan
D. Pengenal Arus Dinamik
Perbandingan Ipuncak / Ipengenal. Dimana Ipuncakadalah arus maksimum CT yang
diijinkan tanpa menimbulkan kerusakan.
2.2.2 Kelas Ketelitian CT
a. Kesalahan rasio CT
Kesalahan transformator pada pengukuran arus, yang muncul dari
kenyataan bahwa rasio transformasi sebenarnya, tidak sama dengan transformasi
pengenal.
Kesalahan arus dinyatakan dalam persen rumus :
16
Kesalahan arus % = x 100
Dimana, adalah rasio transformasi pengenal, adalah arus primer
sebenarnya, dan adalah arus sekunder sebenarnya pada waktu mengalir,
selama pengukuran.
b. Kesalahan fasa
Gambar 2.15 Kesalahan sudut
Menurut SPLN 55 Tahun 1984 trafo arus yang digunakan untuk pengukuran
adalah trafo arus kelas 1,0 untuk pengukuran tegangan rendah dan trafo arus kelas
0,5 untuk pengukuran tegangan menengah dan tegangan tinggi.
Kesalahan sudut fasa berpengaruh bila pengukuran menyangkut besaran arus
dan tegangan, misalnya pengukuran daya aktif maupun reaktif.
Gambar 2.16 Vektor Arus dan Tegangan
Tabel 2.1 Batas kesalahan arus dan kesalahan sudut untuk kelas 0,1 s/d 1,0 sesuai IEC
60044-1
Kelas
Ketelitian
% Kesalahan rasio arus pada % dari
arus pengenal
Pergeseran fasa pada % dari
arus pengenal
Menit (1/60 derajat)
5 20 100 120 5 20 100 120
0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5
1 = +
2 = -
17
0,2 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10
0,5 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30
1,0 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60
Tabel 2.2 Batas kesalahan arus dan kesalahan sudut untuk kelas 0,2 dan 0,5S sesuai
IEC 60044-1
Kelas
Ketelitian
% Kesalahan rasio arus pada %
dari arus pengenal
Pergeseran fasa pada % dari
arus pengenal
Menit (1/60 derajat)
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120
0,2S 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10
0,5S 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30
2.3 MCB
MCB adalah singkatan dari Miniature Circuit Breaker, fungsi MCB
adalah sebagai peralatan pengaman terhadap gangguan hubung singkat dan beban
lebih yang mana akan memutuskan secara otomatis apabila lebih dari arus
nominalnya.
MCB merupakan sebuah pengaman yang bekerja berdasarkan prinsip Bimetal,
dengan beberapa elemen operasi yaitu :
1. Terminal trip (Bimetal)
2. Elektromagnetik trip (coil)
3. Pemadam busur api
4. Mekanisme pemutusan
Berdasarkan konstruksinya, maka MCB memiliki dua cara pemutusan yaitu :
- Pemutusan bersarkan panas dan berdasarkan elektromagnetik.
- Pemutusan berdasarkan panas dilakukan oleh batang bimetal
18
Pemutusan berdasarkan panas dilakukan oleh batang bimetal, yaitu :
perpaduan dua buah logam yang berbeda koefisien muai logamnya. Jika terjadi
arus lebih akibat beban lebih, maka bimetal akan melengkung akibat panas dan
akan mendorong tuas pemutus tersebut untuk melepas kunci mekanisnya.
Pemutusan berdasarkan elektromagnetik dilakukan oleh koil, jika terjadi hubung
singkat maka koil akan terinduksi dan daerah sekitarnya akan terdapat medan
magnet sehingga akan menarik poros dan mengoperasikan tuas pemutus. Untuk
menghindari dari efek lebur, maka panas yang tinggi dapat terjadi bunga api yang
pada saat pemutusan akan diredam oleh pemadam busur api (arc-chute) dan bunga
api yang timbul akan masuk melalui bilah-bilah arc-shute tersebut.
Keuntungan sebuah pengaman otomatis adalah dapat segera digunakan lagi
setelah terjadi pemutusan, dalam pengaman otomatis terdapat kopeling jalan
bebas karena kopling ini otomatnya tidak bisa digunakan kembali kalau
gangguanya belum diperbaiki. Sifat dari MCB adalah :aasdasdasd
a. Arus beban dapat diputuskan bila panas yang ditimbulkan melebihi dari panas
yang diizinkan
b. Arus hubung singkat dapat diputuskan tanpa adanya perlambatan
c. Setelah dilakukan perbaikan , maka MCB dapat digunakan kembali
Gambar 2.17 bagian MCB
Keterangan gambar :
1. Tuas aktuator operasi On-Off
19
2. Mekanisme Actuator
3. Kontak penghubung
4. Terminal Input-Output
5. Batang Bimetal
6. Plat penahan & penyalur busurapi
7. Solenoid / Trip Coil
8. Kisi-kisi pemadam busur api
Berdasarkan waktu pemutusanya, pengaman otomatis dibagi atas :
a. Type G (General) Biasanya digunakan untuk instalasi motor listrik
b. Type L (Line) Biasanya digunakan untuk instalasi jala-jala
c. Type H (Home) Biasanya digunakan untuk instalasi rumah/gedung
d. Type K&U Biasanya digunakan untuk rangkaian elektronika atau trafo
a. Otomat type G
Pada jenis ini digunakan untuk mengamankan motor-motor kecil AC maupun
DC, mengamankan alat-alat listrik dan juga rangkaian akhir besar untuk alat di
penerangan, seperti penerang pad a bangsal pabrik dll. Pengaman elektro yang
magnetiknya berfungsi pada 8 – 11 x I nominalnya untuk AC dan 14 x I nominal
untuk DC.
b. Otomat tipe L
Pada jenis ini pengaman thermisnya disesuaikan dengan meningkatnya suhu
hantaran, kalau terjadi beban lebih dan suhu hantaranya melebihi suatu nilai
tertentu, maka elemen bimetalnya akan memutuskan rangkaian . Kalau terjadi
hubung singkat, maka arusnya akan diputuskan oleh pengaman elektromagnetik.
Untuk AC adalah : 4 – 6 x In dan DC adalah : 8 x In dimana pemutusan arusnya
akan berlangsung dalam waktu 2 detik.
c. Otomat type H
Secara thermos jenis ini sama dengan otomat type L, tapi pengaman elektro
20
magneriknya akan memutuskan dalam waktu 0,2 detik. Untuk AC 2,5–3 x In dan
DC 4 x In. jenis otomat ini digunakan untuk instalasi rumah, dimana kondisi
gangguan yang relative kecil pun harus diputuskan dengan cepat, jadi kalau terjadi
gangguan tanah, maka bagian – bagian yang terbuat dari logam tidak akan lama
bertegangan.
2.4 Fuse
Fuse adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman dalam suatu
rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus
pendek. Cara kerjanya apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau terjadi
hubungan arus pendek, maka secara otomatis fuse tersebut akan memutuskan
aliran listrik dan tidak akan menyebabkan kerusakan pada komponen yang lain.
2.4.1 Karateristik Fuse
Karakteristik fuse menunjukan hubungan antara arus dan waktu putus
berbanding terbalik, artinya bila arus yang melalui patron lebur makin besar maka
waktu pemutusann semakin singkat, sehingga patron lebur ini merupakan gawai
proteksi arus lebih ( GPAL ) dengan karakteristik waktu terbalik (invers).
Arus penguat sebuah pengaman lebur tidak sama dengan arus yang
menyebabkan pengaman putus. Sebuah proteksi harus dapat dibebani dengan arus
nominalnya secara kontinyu tanpa batas waktu. Arus nominalnya kira-kira 70 %
dari batas arus maksimalnya (Ig). Kalau dibebani dengan batas ini terus-menerus
lamakelamaan pengaman akan putus.
2.4.2 Macam-macam fuse / sekering
Sekering/fuse yang umum digunakan adalah:
1. Sekering lebur
Sekering lebur akan bekerja ketika ada tegangan lebih (overvoltage) sehingga
meleburkan elemen lebur yang memutus aliran arus pada rangkaian
21
Gambar 2.18fuse lebur
2. Sekering suhu (termal fuse)
Sekering suhu bekerja ketika sistem over head atau panas lebih sehingga
mengakibatkan sekering trip (memutus arus)
Gambar 2.19 fuse Thermal
3. Sekering waktu (timer fuse)
Sekering dengan waktu tertentu, bisa menset waktu sesuai dengan program yang
kita tentukan agar sekering tersebut bekerja.
gambar 2.20 Fuse waktu
22
2.5 Supply Network Analyzer
Supply Network Analyzer merupakan sebuah alat ukur yang didalamnya
mencakup besaran-besaran listrik, seperti tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif,
frekuensi dan faktor daya dalam satu perangkat dan juga dapat menyimpan
memori terhadap hasil pengukuran secara responsif.
Gambar 2.21 Supply Network Analyzer ( Circutor CVMK-L )
Gambar 2.22 bagian belakang circutor CVMK-L
23
Gambar 2.23 wiring Circutor CVMk
Keterangan Wiring:
- L1,L2,L3,N : Suply
- P1 : Primer1 CT
- P2 : Primer2 CT
- S1 : Skunder1 CT
- S2 : Skunder2 CT
- 4-13 : Terminal yanG ada di Circutor CVMk
Sistem pembacaan pada Supply Network Analyzer ini terlihat pada suatu monitor
yang mempunyai backlight berwarna hijau dan berbentuk digital yang dapat
memonitor pengukuran 1 phasa dan pengukuran tiga fasa
Spesifikasi teknik Supply Network Analyzer
Spesifikasi alat:
- 230 V a.c. atau 400 V a.c.
- 240 V a.c. atau 480 V a.c.
- Frekuensi 50 hz/60hz
- Supply toleransi +10/--15%
- Koneksi terminal : 1-2-3
- Burden 3 VA