Dermaga - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/68/jbptppolban-gdl-abizaralgi... ·...
-
Upload
hoangduong -
Category
Documents
-
view
259 -
download
2
Transcript of Dermaga - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/68/jbptppolban-gdl-abizaralgi... ·...
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
merapatnya dan menembatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang
dan menaik turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis
ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.
Dibelakang dermaga terdapat halaman yang cukup luas. Di halaman ini
terdapat apron, gudang transit, tempat bongkar muat barang dan jalan.
Apron adalah daerah yang terletak diantara sisi dermaga dan sisi depan
gudang di mana terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) ke
kegiatan angkutan darat. Gudang transit digunakan untuk menyimpan
barang sebelum bisa diangkut oleh kapal atau setelah dibongkar dari kapal
dan menunggu pengangkutan barang ke daerah yang dituju.
Dermaga dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu wharf atau quai dan
jetty atau pier atau jembatan.
Wharf adalah dermaga yang parallel dengan pantai dan biasanya
berimpit dengan garis pantai. Wharf juga berfunsi sebagai penahan tanah
yang ada dibelakangnya. Jetty dan pier adalah dermaga yang menonjol ke
laut. (Bambang Triatmodjo, 1996)
2.2 Pemilihan Tipe Dermaga
Dermaga dibangun untuk melanyani kebutuhan tertentu. Pemilihan
tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani, ukuran
kapal, arah gelombang dan arah angin, kondisi topografi dan tanah dasar
laut, dan paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk memdapatkan
bangunan yang lebih ekonomis. Pemilihan tipe di dasarkan pada tinjauan
berikut:
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
9
1. Tinjauan Topografi daerah pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak
jauh dari darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak
diperlukan pengerukan yang besar. Sedangkan di lokasi dimana
kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan menggunakan
pemancangan tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan
sangat mahal.
2. Jenis kapal yang dilayani
Dermaga yang melayani kapal minyak dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan disbanding dengan dermaga
barang potongan (general cargo), karena dermaga tersebut tidak
membutuhkan peralatan bongkar muat barang yang besar (kran), jalan
kereta api, gudang-gudang dan yang lainnya. Untuk melayani kapal
tersebut penggunaan pier akan lebih ekonomis. Dermaga yang
melayani barang potongan dan peti kemas menerima beban yang besar
di atasnya, seperti kran, barang yang dibongkar-muat, peralatan
transportasi (kereta api,truk). Untuk keperluan tersebut dermaga tipe
wharf akan lebih cocok. (Bambang Triatmodjo, 1996)
2.3 Pier dan Jetty
Pier adalah dermaga yang dibangun dengan membentuk sudut
terhadap garis pantai. Pier dapat digunakan untuk merapat kapal pada suatu
sisi atau kedua sisinya. Pier berbentuk jari lebih efisien karena dapat
digunakan untuk meraoat kapal pada kedua sisinya untuk panjang dermaga
yang sama. Perairan di antara dua pier yang berdampingan disebut slip.
(Bambang Triatmodjo, 1996)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
10
Gambar 2.1 : Pier berbentuk T
Gambar 2.2 : Pier berbentuk L
2.4 Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Dermaga
Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga dapat dibedakan menjadi gaya
lateral dan vertikal. Gaya lateral meliputi gaya benturan kapal pada
dermaga, gaya tarikan kapal dan gaya gempa, sedangkan gaya vertical
adalah berat sendiri bangunan dan beban hidup. (Bambang Triatmodjo, 1996)
2.4.1 Gaya Benturan Kapal
Pada waktu merapat ke dermaga kapal masih mempunyai
kecepatan sehingga akan terjadi benturan antar kapal dan dermaga.
Dalam perencanaan dianggap bahwa benturan maksimum terjadi
apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga pada 10°
terhadap sisi depan dermaga.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
11
Gaya benturan kapal yang harus ditahan dermaga tergantung pada
energy benturan yang diserap oleh system fender yang dipasang pada
dermaga. Gaya benturan bekerja secara horizontal dan dapt dihitung sesuai
dengan energy benturan. Hubungan antar gaya dan energi benturan
tergantung pda tipe fender yang digunakan.(Bambang Triatmodjo, 1996).
2.4.2 Gaya Akibat Angin
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan
mnyebabkan gerakan kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga ,
apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut berupa gaya
benturan ke dermaga sedangkan jika arahnya meninggalkan dermaga akan
menyebabkan gaya tarikan kapal pada alat penambat. (Bambang Triatmodjo,
1996)
2.4.3 Gaya Akibat Arus
Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang
terendam air juga akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang
kemudian diteruskan pada dermaga dan alat penambat. (Bambang Triatmodjo,
1996)
2.5 Alat Penambat
Alat penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk
keperluan berikut ini:
1. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran
atau gerak kapal yang disebabkan oleh gelombang , arus dan angin.
2. Menolongnya berputarnya kapal.
Alat penambat ini bisa diletakkan di darat (dermaga) atau di dalam air.
menurut macam konstruksinya alat penambat terdiri dari tiga macam
(Bambang Triatmodjo, 1996):
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
12
1. Bolder pengikat
2. Pelampung penambat
3. Dolphin (Mooring dolphin dan Breasting dolphin)
Gambar 2.3 : Konstruksi dolphin (Mooring dolphin)
Gambar 2.4 : Konstruksi Dolphin (Breasthing dolphin)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
13
2.6 Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan
gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi
tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan
pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi
(K. Nakazawa, 1983).
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila
tanah yang berada sibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban
yang bekerja padanya (Sardjono HS,1988). Atau apabila tanah yang
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan
seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari
permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles,1991).
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya pondasi
dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga yang dipancangkan
miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya – gaya horizontal yang
bekerja. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat
yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Dalam kenyataannya, fungsi tiang pancang sangat banyak, dan
penerapannya untuk masalah – masalah lain cukup banyak diantaranya:
Untuk mengangkat beban – beban konstruksi diatas tanah kedalam
atau melalui sebuah stratum / lapisan tanah. Didalam hal ini beban
vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat.
Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk
telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau
untuk menopang kaki – kaki menara terhadap guling.
Memampatkan endapan – endapan tak berkohesi yang bebas lepas
melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran
dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
14
Mengontrol lendutan / penurunan bila kaki – kaki yang tersebar atau
telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.
Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan
atau pier, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban – beban diatas
permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air
tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang
ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh beban vertikal
maupun beban lateral (Bowles,1991).
2.6.1 Klasifikasi Pondasi Tiang
Berdasarkan metoda instalasinya, pondasi tiang dapat
diklasifikasikan menjadi:
A. Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang merupakan pondasi tiang yang
dibuat terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tanah hingga
mencapai kedalaman tertentu. Metoda yang paling umum untuk
memasukkan tiang ke dalam tanah adalah dengan memukul kepala
tiang berulang kali dengan sebuah palu khusus yang disebut
sebagai pemancangan tiang. Namun demikian istilah
“pemancangan” tidak hanya terbatas pada pemukulan kepala tiang
dengan palu saja, tetapi juga meliputi metode penggetaran tiang
dan penekanan tiang secara hidrolis. Pondasi tiang yang dipancang
umumnya menyebabkan desakan dalam tanah sehingga mencapai
tegangan kontak antara selimut tiang dengan tanah yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan tiang bor.
B. Tiang Bor
Sebuah tiang bor dikonstruksikan dengan cara membuat
sebuah lubang bor dengan diameter tertentu hingga kedalaman
yang diinginkan. Umumnya tulangan yang telah dirangkai
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
15
kemudian dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan diikuti dengan
pengisian material beton ke dalam lubang bor tersebut.
Kedua jenis tiang di atas dibedakan karena mekanisme
pemikulan beban yang relatif berbeda, sehingga secara empirik
menghasilkan daya dukung yang berbeda, pengendalian mutu yang
berbeda, dan cara evaluasi yang berbeda pula untuk masing –
masing jenis tiang tersebut.
2.6.2 Pondasi Tiang Pancang menurut Pemakaian Bahan dan
karakteristik Strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles,
1991),tetapi yang sering digunakan sekarang antara lain:
a. Tiang Pancang Beton
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti
biasanya. Tiang pancang ini dapat dibagi dalam 3 macam
berdasarkan cara pembuatannya (Bowles, 1991), yaitu:
1) Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang
pancang beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam
acuan beton (bekisting) yang telah cukup keras kemudian
diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton
kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan
berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus
diberikan penulangan yang cukup kuat untuk menahan
momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan
dan pemancangan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih
besar dari 50 ton untuk setiap tiang, hal ini tergantung pada
jenis beton dan dimensinya. Precast Reinforced Concrete
Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat,
segi delapan.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
16
2) Precast Prestressed Concrete Pile
Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile
adalah tiang pancang beton yang dalam pelaksanaan
pencetakannya sama seperti pembuatan beton prestress,
yaitu dengan menarik besi tulangannya ketika dicor dan
dilepaskan setelah beton mengeras. Untuk tiang pancang
jenis ini biasanya dibuat oleh pabrik yang khusus membuat
tiang pancang, untuk ukuran dan panjangnya dapat dipesan
langsung sesuai dengan yang diperlukan.
3) Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor
ditempat dengan cara membuat lubang ditanah terlebih
dahulu dengan cara melakukan pengeboran. Pada Cast in
Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa
baja tersebut ditarik keatas
Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton sedangkan pipa baja
tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
b. Tiang pancang baja
Jenis-jenis tiang pancang baja ini biasanya
berbentuk H yang didigiling atau merupakan tiang pancang
pipa. Balok yang mempunyai flens lebar (wise-flange
beam) atau balok I dapat juga digunakan, tapi balok H
khususnya dibuat sebanding untuk menahan tegangan
pemancangan yang keras yang mungkin dialami oleh tiang-
tiang tersebut. Dalam tiang pancang H, flens dan badan
mempunyai tebal yang sama, benruk WF yang standar dan
bentuk H biasanya mepunyai badan yang tipis dari flens.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
17
Tiang pancang pipa adalah tiang pancang yang terpatri
maupun yang tidak mempunyai sambungan lipat yang dapat
dirancang, baik dengan ujung terbuka maupun ujung yang
tertutup. Tiang pancang pipa sering kali diisi dengan beton
setelah pemancangan, walaupun dalam beberapa hal
pengisian tidak perlu.
Pipa yang pada ujungnya terbuka dan tiang pancang H
melibatkan perpindahan volume yang relatif kecil selama
pemancangan. Mengenai tiang pancang pipa, jika dijumpai
batu-batu kecil, maka batu tersebut dipecahkan dengan mata
bor pemotong (choping bit), atau dengan peledakan dan
dikeluarkan melalui pipa. Jika dijumpai batu-batu besar,
maka kemungkinan untuk mengakhiri tiang pancang pada
batu-batu tersebut harus diselidiki.
c. Tiang pancang komposit
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang
terbuat dari dua macam bahan yang berbeda yang bekerja
secara bersama-sama, sehingga merupakan satu kesatuan
tiang.
2.7 Daya Dukung Axial Tiang Pancang
Kapasitas aksial pondasi tiang pancang ditentukan oleh
kemampuan material tiang untuk menahan beban (kapasitas
struktural) atau daya dukung tanah, dengan daya dukung terkecil yang
lebih menentukan. Untuk menentukan berapa kedalaman tiang
pancang yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan acuan
yaitu besarnya beban aksial yang terjadi. Data yang dibutuhkan dalam
perancangan tersebut yaitu data nilai SPT dan data laboratorium. Hasil
dari perhitungan daya dukung tersebut tidak boleh kurang dari nilai
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
18
reaksi vertikal yang terjadi akibat gaya-gaya luar yang bekerja.
(M.Shouman, 2010)
2.7.1 Persamaan umum daya dukung tiang pancang
Tiang pancang yang dipancangkan masuk sampai lapisan tanah
keras, sehingga daya dukung tanah untuk pondasi ini lebih
ditekankan untuk tahanan ujungnya. Tiang pancang ini disebut end
bearing piles. Yang perlu diperhatikan pada lapisan tanah keras.
Apabila tiang tidak mencapai lapisan tanah keras, maka untuk
menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian
besar ditimbulkan oleh gesekan tiang dengan tanah (skin friction).
Tiang pancang seperti ini disebut friction piles.
Qult = Qe + Qs (2.1)
Qall =
(2.2)
dimana:
Qult = daya dukung maksimum tiang pancang
Qe = daya dukung ujung
Qs = daya dukung friksi
Qal l= daya dukung ijin
SF = faktor keamanan = 2,5 – 4,0
Gambar 2.5 : a) End Bearing Pile ; b) Friction Pile
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
19
2.7.2 Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Data Lapangan
A. Berdasarkan Hasil Sondir
Diantara perbedaan tes dilapangan, sondir atau Cone
Penetration Test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan
berperan cukup penting dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes
yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat
dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus menerus dari
permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga
mengklasifikasikan lapisan tanah dan dapat memperkirakan
kekuatan dan karakteristik tanah. didalam perencanaan pondasi
tiang pancang, data tanah sangat diperlukan dalam
merencanakan kapasitas daya dukung dari tiang pancang.
Kapasitas daya dukung tiang dibedakan menjadi dua, yaitu daya
dukung ujung dan daya dukung geser/friksi (M.Shouman, 2010):
Daya Dukung Ujung
Qe = 10 . Ckd . Ae [Ton] (2.3)
dimana:
Qe = Daya dukung ujung (Ton)
Ae = Luas tiang (m2)
Ckd = nilai tahanan konus qc rata-rata yang diambil dari
kedalaman 1 d dibawah dan 3 d diatas level ujung
tiang
Daya Dukung Friksi
Qs = 0,05 . qc . As [Tanah Homogen] (2.4)
Qs =
∑
[Tanah Berlapis] (2.5)
B. Berdasarkan Hasil SPT
Penentuan daya pondasi tiang dengan menggunakan data SPT
antara lain diberikan oleh Mayerhof dan Schmertmann.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
20
Metode Meyerhof
Untuk jenis tanah dan jenis tiang yang berbeda, Mayerhof
(1956) menganjurkan formula daya dukung untuk ting pancang
sebagai berikut:
(2.6)
dengan:
= Daya dukung ultimit pondasi tiang (ton)
= Nilai NSPT pada elevasi dasar tiang
= Luas penampang dasar tiang (m2)
= Luas selimut tiang (m2)
= Nilai NSPT rata-rata sepanjang tiang
Untuk tiang dengan desakan tanah yang kecil seperti tiang
bordan tiang baja H, maka daya dukung selimut hanya diambil
separuh dari formula di atas, sehingga menjadi:
(2.7)
Nilai Nb disarankan untuk dibatasi sebesar 40 sedangkan fs
(yaitu 0,2.N) disarankan untuk tidak melebihi 10 ton/m2. Tabel 2.1 : Nilai gesekan selimut dan tahanan ujung untuk desain pondasi tiang pancang
(Sumber:Schmertmann, 1967)
Jenis Tanah
Deskripsi
Gesekan
Selimut
(kg/cm2)
Tahanan
Ujung
(kg/cm2)
Pasir bersiha GW ,GP ,GM ,SW
,SP, SM
0,019.NSPT 3,2.NSPT
Lempung lanau bercampur
pasir, pasir kelanauan, lanau
GC, SC, ML CL 0.04.NSPT** 1,6.NSPT
Lempung plastis CH, OH 0.05.NSPT** 0,7.NSPT
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
21
Batu gamping rapuh, pasir
berkarang
- 0,01.NSPT 3,6.NSPT
keterangan:
a : Berlaku untuk di atas maupun di bawah muka air
* : Untuk N > 60, diambil N=60
** :Dianjurkan untuk memberikan reduksi nada lempung teguh
dan lempung pasiran.
Metode Schmertmann
Schmertmann menggunakan korelasi Nspt dengan tahanan
ujung sondir (qc). Untuk menentukan daya dukung gesekan dan
daya dukung ujung pondasi tiang. Tabel 2.2 memberikan
ikhtisar usulan Schmertmann tersebut. Tabel ini berlaku untuk
pondasi tiang pancang dengan penampang tetap.
Berdasarkan Kapasitas Tiang Pancang Tekan
Qu = Qsc + Qe (2.8)
dimana:
Qu = Daya dukung maksimum tiang pancang
Qsc = Daya dukung friksi
Qsc = α . cu . perimeter . I (untuk jenis tanah c-soil)
Qsc = 2 . Nspt . perimeter . I (untuk jenis tanah ф-soil)
Qe = Daya dukung ujung
Qp = 9 . cu . area (untuk jenis tanah c-soil)
Qp = 40 . Nspt . I/D (untuk jenis tanah ф-soil)
≤ 400 . Nspt . area
cu = nilai tahanan konus
Qp = 6,67 x Nspt
I = kedalaman tanah
Berdasarkan Kapasitas Tiang Pancang Tarik
Qu = Qs + Wp (2.9)
dimana:
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
22
Qu = Daya dukung maksimum tiang pancang
Qs = Daya dukung friksi
Qs = 0,7 . Qsc
Wp = Berat tiang pancang
Wp = Area pile x berat pipa x I
2.7.3 Metoda Perhitungan Tahanan Lateral
A. Persamaan Kedalaman Titik Jepit (zf)
Akibat dari kombinasi beban yang bekerja pada tiang pondasi
vertikal yang tertanam sebagian, tiang bisa mengalami lentur dan
tekuk. Kombinasi beban yang dimaksud adalah:
Gaya aksial
Gaya horisontal H
Gaya Momen M
Berikut ini adalah ilustrasi dari beban dan mekanisme lentur
serta tekuk yang ditunjukan pada gambar 2.8
Gambar 2.6 : Tekuk pada kepala tiang akibat beban vertikal dan lateral
a. Jepit sebagian b. Kedalaman jepit ekivalen
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
23
Dalam merencanakan pondasi dermaga, struktur bangunan
diasumsikan sebagai portal tiga dimensi yang mempunyai kedalaman
titik jepit (Zf). faktor yang menentukan untuk mendapatkan panjang
ekivalen tiang yang dianggap berdiri bebas dengan terjepit di dasarnya
adalah modulus elastisitas tanah (E), serta harga faktor-faktor
kekakuan R dan T. Panjang kedalaman jepit ekivalen dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Le = zf + e (2.10)
dimana:
Le = panjang ekivalen
Zf = jarak dari muka tanah ke titik jepit dasar
Zf = 1,4 R (untuk tanah dengan harga modulus konstan)
Zf = 1,8 T (untuk tanah dengan harga modulus naik linear)
e = jarak dari posisi kerja gaya luar dengan muka tanah
Dalam menentukan harga faktor-faktor kekakuan R dan T dapat
ditentukan dengan melihat jenis tanah yang akan digunakan, apabila
tanah bersifat lempung teguh yang terkonsolidasi secara berlebih,
modulus subgrade tanah (coefficient of horizontal subgrade reaction
atau Ks) umumnya diasumsikan konstan terhadap kedalaman tanah.
Dalam hal ini digunakan faktor kekakuan R untuk menentukan
perilaku tiang sebagai berikut:
R = √
(2.11)
dimana:
E = modulus elastisitas tiang (kN/m2)
I = momen inersia tiang (m4)
K = ks/1,5
Ks = modulus of subgrade reaction didapat dari uji beban lapangan
dengan plat bujur sangkar 30 x 30 cm
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
24
ks =
D = diameter tiang (m)
Untuk nilai ks berhubungan dengan kuat geser tak terdrainase
dari tanah lempung seperti diberikan pada tabel 2.2:
Tabel 2.2 : Hubungan antara ks dan cu
Konsistensi Kuat geser tak terdrainase, cu
(kN/m2)
Rentang ks
(MN/m3)
Teguh 100 – 200 18 - 36
Sangat teguh 200 – 400 36 – 72
Keras > 400 > 72
Sedangakan pada tanah lempung lunak yang terkonsolidasi
normal dan tanah berbutir kasar, nilai modulus subgrade tanah
umumnya meningkat secara linear terhadap kedalaman, sehingga
digunakan kriteria lain, yaitu faktor kekakuan T sebagai berikut:
T = √
(dalam satuan panjang) (2.12)
Dimana ηh adalah konstanta modulus subgrade tanah atau
constant of horizontal subgrade reaction. Nilai ηh mempunyai
hubungan dengan modulus subgrade horisontal sebagai berikut:
ks =
(2.13)
dimana x adalah kedalaman yang ditinjau. Untuk tanah lempung
lunak yang terkonsolidasi normal, nilai ηh = 350 – 700 kN/m3
sedangkan untuk tanah lanau organik lunak, ηh = 150 kN/m3. Untuk
tanah nonkohesif nilai ηh dalam (MN/m3) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.3 : Harga ηh pada tanah nonkohesif (MN/m3)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
25
Relative density Loose Med. dense Dense
Tanah kering / lembap 2,5 7,5 20
Tanah jenuh 1,4 5 12
B. Penentuan Kriteria Tiang Pendek dan Panjang
Dalam perhitungan pondasi tiang yang menerima beban
lateral, disamping kondisi kepala tiang umumnya tiang juga perlu
dibedakan berdasarkan perilakunya sebagai pondasi tiang pendek
(tiang kaku) atau pondasi tiang panjang (tiang elastis).
Pada pondasi tiang pendek, sumbu tiang masih tetap lurus
pada kondisi terbebani secara lateral. Kriteria penentuan tiang
pendek dan tiang panjang didasarkan pada kekakuan relatif antara
pondasi tiang dengan tanah.
Untuk menentukan apakah tiang yang dibebani secara lateral
sebagai tiang pendek (kaku) atau tiang panjang (elastis) dapat
ditentukan berdasarkan harga faktor-faktor kekakuan R dan T yang
telah dibahas pada bahasan sebelumnya. Berikut ini adalah tabel
kriteria jenis perilaku tiang:
Tabel 2.4 : kriteria jenis perilaku tiang
Jenis perilaku tiang Kriteria
Pendek (kaku) L ≤ 2.T L ≤ 2.R
Panjang (elastis) L ≥ 4.T L ≥ 3,5.R
C. Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral
Terdapat beberapa macam cara untuk menghitung lendutan
(defleksi) tiang akibat beban lateral. Salah satu cara yang paling
sederhana adalah seperti formula di bawah ini:
Y=
(untuk free head pile) (2.14)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
26
Y=
(untuk fixed head pile) (2.15)
Beban dan mekanisme defleksi ditunjukan pada gambar 2.7:
Gambar 2.7 : Model kantilever sederhana untuk tiang dengan beban lateral
Broms memberikan cara yang sedikit lebih teliti untuk
menghitung defleksi tiang, dan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada Tanah Berbutir Halus
Faktor yang diperlukan untuk mengetahui perilaku
defleksi tiang disebut β (flexibility factor), dan dihitung dengan
formula:
β = √
(2.16)
Short/Rigid pile
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
27
Free head pile dengan harga βL < 1,5 mempunyai defleksi
sebesar:
Y0 =
(2.17)
Fixed head pile dengan harga βL < 0,5 mempunyai defleksi
sebesar:
Y0 =
(2.18)
Dimana kh adalah modulus of subgrade reaction yang
menurut Broms diambil sebesar k1.
Long Pile atau Finite Pile
Free head pile dengan harga βL > 2,5 mempunyai defleksi
sebesar:
Y0 =
(2.19)
Fixed head pile dengan harga βL < 0,5 mempunyai defleksi
sebesar:
Y0 =
(2.20)
Dimana K: modulus of subgrade untuk long pile
K dihitung berdasarkan rumus:
K =
Dimana: α = √
(2.21)
K0 diambil = Kh = K1
Untuk keperluan praktis Broms menyarankan harga α:
α = (2.22) dan menurut Broms harga-harga η1 dan η2 ditampilkan pada
tabel di bawah:
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
28
Tabel 2.5 : nilai η1 dan η2
Shearing strength (kN/m2)
< 27 0,32
27 - 107 0,36
> 107 0,40
Material forming (pile)
Baja 1,00
Beton 1,15
Kayu 1,30
Apabila harga K0 didapat dari hasil percobaan pembebanan
(horizontal subgrade reaction) maka K0 dihitung:
K0 = 1,67 E50 (2.23)
Dimana E50 adalah modulus sekan dari kurva tegangan-
regangan tanah pada 50% tegangan leleh.
b. Tanah Granular (c=0)
Pada tanah granular perilaku tiang dilihat dari harga η
yang diturunkan oleh Broms.
η = √
(2.24)
dimana harga nh bisa dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 2.6 : koefisien modulus tanah nh menurut Reese
Relative density Loose Med. Dense Dense
Tanah kering atau lembab
(Terzaghi) kN/m3
2,50 7,50 20
Tanah jenuh (Terzaghi) MN/m3 1,40 5 12
Tanah jenuh (Reese) MN/m3 5,30 16,30 34
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
29
Defleksi tiang akibat beban lateral bisa dihitung dengan cara
sebagai berikut:
Short Pile (ηL < 2)
Y0 =
free head pile (2.25)
Y0 =
fixed head pile (2.26)
Long Pile (ηL > 4)
Y0 =
free head pile (2.27)
Y0 =
fixed head pile (2.28)
2.8 Load and Resistance Factor Design
SNI 03-1729-2002 mengkombinasikan perhitungan kekuatan batas
(ultimate) dengan kemampuan layan dan teori kemungkinan untuk
keamanan yang disebut juga metode Load and Resistance Factor Design –
LRFD. Dalam metoda LRFD terdapat beberapa prosedur perencanaan dan
biasa disebut perancangan kekuatan batas, perancangan plastis, perancangan
limit, atau perancangan keruntuhan (collapse design).
LRFD didasarkan pada filosofi kondisi batas (limit state). Istilah
kondisi batas digunakan untuk menjelaskan kondisi dari suatu struktur atau
bagian dari suatu struktur tidak lagi melakukan fungsinya. Ada dua kategori
dalam kondisi batas, yaitu batas kekuatan dan batas layan (serviceability).
Kondisi kekuatan batas (strength limit state) didasarkan pada
keamanan atau kapasitas daya dukung beban dari struktur termasuk
kekuatan plastis, tekuk (buckling), hancur, fatik, guling, dll.
Kondisi batas layan (serviceability limit state) berhubungan dengan
performansi (unjuk kerja) struktur dibawah beban normal dan berhubungan
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
30
dengan hunian struktur yaitu defleksi yang berlebihan, gelincir, vibrasi,
retak, dan deteriorasi.
Struktur tidak hanya harus mampu mendukung beban rencana atau
beban ultimate, tetapi juga beban servis/layan sebagaimana yang
disyaratkan pemakai gedung. Misalnya suatu gedung tinggi harus dirancang
sehingga goyangan akibat angin tidak terlalu besar yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, takut, atau sakit. Dari sisi kondisi batas kekuatan, rangka
gedung tersebut harus dirancang supaya aman menahan beban ultimate yang
terjadi akibat adanya angin besar 50-tahunan, meskipun boleh terjadi
kerusakan kecil pada bangunan dan pengguna merasakan ketidaknyamanan.
Metode LRFD mengkonsentrasikan pada persyaratan khusus dalam
kondisi batas kekuatan dan memberikan keluasaan pada perancang teknik
untuk menentukan sendiri batas layannya. Ini tidak berarti bahwa kondisi
batas layan tidak penting, tetapi selama ini hal yang paling penting
(sebagaimana halnya pada semua peraturan untuk gedung) adalah nyawa
dan harta benda publik. Akibatnya keamanan publik tidak dapat diserahkan
kepada perancang teknik sendiri.
Dalam LRFD, beban kerja atau beban layan (Qi) dikalikan dengan
faktor beban atau faktor keamanan (i) hampir selalu lebih besar dari 1,0
dan dalam perancangan digunakan “beban terfaktor“. Besar faktor bervariasi
tergantung tipe dan kombinasi pembebanan.
Struktur direncanakan mempunyai cukup kekuatan ultimate untuk
mendukung beban terfaktor. Kekuatan ini dianggap sama dengan kekuatan
nominal atau kekuatan teoritis dari elemen struktur (Rn) yang dikalikan
dengan suatu faktor resistansi atau faktor overcapacity () yang umumnya
lebih kecil dari 1,0. Faktor resistansi ini dipakai untuk memperhitungkan
ketidakpastian dalam kekuatan material, dimensi, dan pelaksanaan. Faktor
resistansi juga telah disesuaikan untuk memastikan keseragaman reliabilitas
dalam perancangan.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 6.3 SNI 03-1729-2002, untuk
suatu elemen, penjelasan paragraf diatas dapat diringkas menjadi: (jumlah
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
31
faktor perkalian beban dan faktor beban) ≤ (faktor resistansi)
(kekuatan/resistansi nominal).
∑ (2.29)
Ruas sebelah kiri dari pers. Diatas menyatakan pengaruh beban pada
struktur sedangkan ruas sebelah kanan menyatakan ketahanan atau kapasitas
dari elemen struktur. (Sumargo, 2010)
2.9 Profil Baja
Sejarah profil baja struktur tidak lepas dari perkembangan rancangan
struktur di amerika serikat yang kemudian diikuti oleh negara lain. Bentuk
profil yang pertama kali dibuat di Amerika Serikat adalah besi siku pada
tahun 1819. Baja I pertama kali dibuat di AS pada tahun 1884 dan struktur
rangka yang pertama (Home Insurance Company Building of Chicago)
dibangun pada tahun yang sama. William LeBaron Jenny adalah orang
pertama yang merancang gedung pencakar langit dimana sebelumnya
gedung dibangun dengan dinding batu.
Untuk dinding luar dari gedung 10 lantai Jenny menggunakan kolom
cast iron dibungkus batu. Balok lantai 1 s.d. 6 terbuat dari wrought iron, dan
untuk lantai diatasnya digunakan balok baja struktur. Gedung yang seluruh
rangkanya dibuat dari baja struktur adalah Gedung Rand-McNally kedua di
Chicago dan selesai dibangun pada tahun 1890.
Menara Eiffel yang dibangun pada tahun 1889 dengan tinggi 985 ft
dibuat dari wrought iron dan dilengkapi dengan elevator mekanik.
Penggabungan konsep mesin elevator mekanik. Penggabungan konsep
mesin elevator dan ide dari Jenny membuat perkembangan konstruksi
gedung tinggi meningkat hingga sekarang.
Sejak itu berbagai produsen baja membuat bentuk profil berikut
katalog yang menyediakan dimensi, berat, dan properti penampang lainnya.
Pada tahun 1896, Associatoin of American Stell Manufacturers (sekarang
American Iron and Stell Institute, AISI) membuat bentuk standar. Sekarang
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
32
ini profil struktur baja telah distandarisasi, meskipun dimensi eksaknya agak
berbeda sedikit tergantung produsennya.
Baja struktur dapat dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran tanpa
banyak merubah sifat fisiknya. Pada umumnya yang diinginkan dari suatu
elemen adalah momen inersia yang besar selain luasnya. Termasuk
didalamnya adalah bentuk I, T, dan C..
Balok S adalah balok profil pertama yang diproduksi di AS,
mempunyai kemiringan flens sisi dalam 1;6. Perhatikan bahwa tebal flens
profil W yang hampir konstan dibandingkan profil S dapat mempermudah
penyambungan. Sekarang ini produksi wide-flange hampir 50% dari seluruh
berat bentuk profil yang diproduksi di AS, sedangkan di Indonesia hampir
seluruh balok menggunakan profil W. Gambar 2.7 memperlihatkan profil W
dan S serta profil lainnya.
Tentu saja dalam proses manufaktur baja akan terjadi variasi sehingga
besaran penampang yang ada tidak sepenuhnya sesuai dengan yang tersedia
dalam tabel manual tersebut. Untuk mengatasi variasi tersebut, toleransi
maksimum telah ditentukan dalam peraturan. Sebagai konsekuensi dari
toleransi tersebut, perhitungan tegangan dapat dilakukan berdasarkan
properti penampang yang diberikan dalam tabel.
Dari tahun ke tahun terjadi perubahan dalam penampang baja. Hal ini
disebabkan tidak cukup banyaknya permintaan baja profil tertentu, atau
sebagai akibat dari perkembangan profil yang lebih efisien, dll. (Sumargo,
2010)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
33
Gambar 2.8 Beberapa Bentuk Profil Baja
2.9.1 Kelebihan Baja sebagai Material Struktur
Jika kita menyimak bangunan sekitar kita baik berupa jembatan,
gedung, pemancar, papan iklan, dan lainnya akan sependapat bahwa baja
merupakan material struktur yang baik.
Kelebihan dari baja terlihat dari kekuatan, relatif ringan, kemudahan
pemasangan, dan sifat baja lainnya. Kelebihan material baja diantaranya
adalah:
Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggidari baja per satuan berat mempunyai
konsekuensi bahwa beban mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk
jembatan bentang panjang, bangunan tinggi, dan bangunan dengan
kondisi tanah yang buruk.
Keseragaman
Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti
halnya pada struktur beton bertulang.
Elastisitas
Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan
dengan material lain karena baja mengikuti hukum Hooke hingga
mencapai tegangan yang cukup tinggi. Momen inersia untuk penampang
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
34
baja dapat ditentukan dengan pasti dibandingkan dengan penampang
beton bertulang.
Permanen
Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat
panjang, bahkan hasil penelitian menunjukan bahwa pada kondisi
tertentu baja tidak memerlukan perawatan pengecatan sama sekali.
Daktilitas
Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk menahan
deformasi yang besar tanpa keruntuhan terhadap beban tarik. Suatu
elemen baja yang diuji terhadap tarik akan mengalami pengurangan luas
penampang dan akan terjadi perpanjangan sebelum terjadi keruntuhan.
Sebaliknya pada material keras dan getas (brittle) akan hancur terhadap
beban kejut. SNI 03-1729-2002 mendefinisikan daktilitas sebagai
kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi
inelastis bolak-balik berulang (siklis) di luar batas titik leleh pertama,
sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung
bebannya.
Beban normal yang bekerja pada suatu elemen struktur akan
mengakibatkan terjadinya konsentrasi tegangan yang tinggi pada
beberapa titik. Sifat daktil baja memungkinkan terjadinya leleh lokal
pada titik-titik tersebut sehingga dapat mencegah keruntuhan prematur.
Keuntungan lain dari material daktil adalah jika elemen struktur baja
mendapat beban cukup maka akan terjadi defleksi yang cukup jelas
sehingga dapat digunakan sebagai tanda keruntuhan.
Liat (Thougness)
Baja struktur merupakan material yang liat artinya memiliki
kekuatan dan daktilitas. Suatu elemen baja masih dapat terus memikul
beban dengan deformasi yang cukup besar. Ini merupakan sifat material
yang penting karena dengan sifat ini elemen baja bisa menerima
deformasi yang besar selama fabrikasi, pengangkutan, dan pelaksanaan
tanpa menimbulkan kehancuran. Dengan demikian pada baja struktur
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
35
dapat diberikan lenturan, diberikan beban kejut, geser, dan dilubangi
tanpa memperlihatkan kerusakan. Kemampuan materila untuk menyerap
energi dalam jumlah yang cukup besar disebut toughness.
Tambahan pada Struktur yang Telah Ada
Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik
sebagian bentang baru maupun seluruh sayap dapat ditambahkan pada
portal yang telah ada, bahkan jembatan baja seringkali diperlebar.
Lain-lain
Kelebihan lain dari material baja adalah:
Kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku keling, maupun
las
Cepat dalam pemasangan
Dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan
Kekuatan terhadap fatik
Kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran
Masih bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen
struktur
Adaptif terhadap prefabrikasi
2.9.2 Kelemahan Baja sebagai Material Struktur
Kekurangan material baja diantaranya adalah:
Biaya Pemeliharaan
Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi jika
dibiarkan terjadi kontak dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara
periodik.
Biaya Perlindungan Terhadap Kebakaran
Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi kekuatannya menurun
drastis jika terjadi kebakaran. Selain itu baja juga merupakan konduktor
panas yang baik sehingga dapat menjadi pemicu kebakaran pada
komponen lain. Akibatnya, portal dengan kemungkinan kebakaran tinggi
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
36
perlu diberi pelindung. Ketahanan material baja terhadap api
dipersyaratkan dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002.
Rentan Terhadap Buckling
Semakin langsing suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya
terhadap buckling (tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja
mempunyai kekuatan yang tinggi per satuan berat dan jika digunakan
sebagai kolom seringkali tidak ekonomis karena banyak material yang
perlu digunakan untuk memperkuat kolom terhadap buckling.
Fatik
Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam
perancangan perlu dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen
struktur akan terjadi beban siklis.
Keruntuhan Getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan
keruntuhan getas dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan
tinggi. Jenis beban fatik dan temperatur yang sangat rendah akan
memperbesar kemungkinan keruntuhan getas (ini yang terjadi pada kapal
Titanic). (Sumargo, 2010)
2.10 Elemen Mengalami Lentur dan tarik Aksial
Beberapa jenis elemen yang mengalami lentur dan tarik aksial
diberikan dalam Gambar 2.8 Dalam spesifikasi LRFD Section H1 diberikan
persamaan interaksi untuk profil simetris yang mendapat beban lentur dan
aksial tarik. Persamaan interaksi ini juga berlaku untuk elemen dengan
beban lentur dan aksial tekan. Persamaan tersebut adalah (Sumargo, 2010):
a) Jika 2,0n
u
PP
, maka 0,198
nyb
uy
nxb
ux
n
u
MM
MM
PP
(2.30)
b) Jika 2,0n
u
PP
, maka 0,12
nyb
uy
nxb
ux
n
u
MM
MM
PP
(2.31)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
37
dengan :
nxM = adalah kuat lentur nominal terhadap sumbu-x
nyM = adalah kuat lentur nominal terhadap sumbu-y
uxM = adalah kuat lentur perlu terhadap sumbu-x
uyM = adalah kuat lentur perlu terhadap sumbu-y
nP = adalah kuat aksial nominal
uP = adalah kuat aksial perlu
Gambar 2.9 Beberapa Elemen Dengan Beban Lentur dan Tarik Aksial
2.11 Perencanaan Sambungan
Pada konstruksi baja, sambungan merupakan bagian yang sangat
penting, sebab sambungan berfungsi merangkaikan komponen-komponen
batang menjadi sebuah struktur yang kaku dan kuat. Sambungan juga
berfungsi mentransfer gaya yang bekerja pada satu elemen ke elemen yang
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
38
lain. Pada perancangan ini, tipe sambungan yang digunakan yaitu tipe
sambungan baut. (Sumargo, 2010)
2.11.1 Jenis Baut
Ada beberapa jenis baut yang dapat digunakan sebagai sambungan
dalam struktur baja. Beberapa jenis baut tersebut antara lain adalah
„unfinished bolt‟ atau baut biasa. Baut ini dikelompokkan oleh ASTM
dalam A307 yang terbuat dari baja karbon dengan sifat tegangan-
regangan yang hampir sama dengan baja A36. Diameter dari baut ini
bervariasi antara 5/8 s.d. 1½ in dengan interval diameter 1/8 in.
Baut A307 umumnya mempunyai kepala persegi dan „nuts‟ untuk
mengurangi harga, tetapi kepala berbentuk heksagonal juga sering
digunakan karena penampilannya lebih menarik, mudah diputar dan
mudah digenggam dengan alat putar, serta memerlukan lebih sedikit
ruang putar. Baut jenis ini mempunyai toleransi yang cukup besar dalam
dimensi leher dan ulirnya, oleh karena itu kuat rencana baut ini jauh lebih
rendah dari pada baut mutu tinggi. Baut A307 umumnya digunakan pada
struktur ringan dengan beban static dan untuk elemen sekunder seperti
gording, girt, pengaku, platform, rangka kecil, dll.
Perencana umumnya akan menggunakan baut biasa untuk
sambungan dan bukan baut mutu tinggi. Kekuatan dan kelebihan dari
baut biasa telah sejak lama tidak diperhatikan. Analisa dan perencanaan
sambungan dengan baut A307 diperlakukan sama seperti sambungan
rivet kecuali dalam hal tegangan ijin.
Baut mutu tinggi dibuat dari karbon medium baja yang dipanaskan
dan dari baja alloy dengan kekuatan tarik dua kali atau lebih dari baut
biasa. Pada dasarnya ada dua jenis baut mutu tinggi, baut A325 (dari baja
karbon medium yang dipanaskan) dan baut A490 dengan kekuatan yang
lebih tinggi (dari baja alloy yang dipanaskan). Baut mutu tinggi
digunakan pada seluruh jenis bangunan mulai dari bangunan kecil hingga
bangunan tingkat tinggi serta jembatan. Baut jenis ini dikembangkan
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
39
akibat kelemahan tarik pada leher baut biasa setelah proses pendinginan.
Gaya tarik yang dihasilkan tidak cukup kuat untuk membuat baut dalam
posisi semua/diam akibat beban getaran. Baut mutu tinggi harus
dikencangkan lebih kuat hingga mempunyai tegangan tarik bagian yang
disambung terikat kuat antara kepala baut dan „nuts‟, dan beban
ditransfer oleh gesekan.
Kadang-kadang baut mutu tinggi dibuat dari baja A449 untuk
ukuran yang lebih besar dari 1½ in diameter baut A325 dan A490. Baut
dengan ukuran lebih besar digunakan pula sebagai baut angkur mutu
tinggi dan batang berulir dengan diameter yang bervariasi. (Sumargo,
2010)
2.11.2 Macam-macam Sambungan Baut
Sambugan baut dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Sambungan Kaku, yaitu sambungan yang kekakuannya cukup
untuk mempertahankan sudut-sudut antara elemen yang disambung
terhadap beban kerja
Sambungan Semi Kaku, yaitu sambungan yang tidak memiliki
kekakuan yang cukup, tetapi memiliki kapasitas yang cukup untuk
memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya
perubahan sudut-sudut antara elemen struktur.
Sambungan Sederhana, yaitu sambungan yang tidak memiliki
kekakuan untuk mempertahankan perubahan sudut-sudut elemen
struktur. (Sumargo, 2010)
2.11.3 Kelebihan Baut
Kelebihan dari baut adalah:
Pekerja lebih sedikit dibandingkan dalam pemasangan sambungan
dengan rivet.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
40
Dibandingkan sambungan rivet, untuk memberikan kekuatan yang
sama diperlukan baut mutu tinggi lebih sedikit
Sambungan yang baik dengan baut mutu tinggi tidak memerlukan
tenaga yang dilatih terlalu tinggi dibandingkan dengan sambungan
baut atau rivet dengan mutu sambungan yang sama. Cara
pemasangan baut mutu tinggi yang baik dapat dipelajari hanya
dalam beberapa jam.
Tidak diperlukan baut bantu pelaksanaan (erection bolt) dan harus
dilepaskan kembali (tergantung peraturan yang digunakan)
dibandingkan pada sambungan las.
Kebisingan yang ditimbulkan tidak seperti pada sambungan rivet.
Peralatan yang diperlukan untuk membuat sambungan baut lebih
murah.
Tidak menimbulkan bahaya kebakaran atau terlemparnya rivet
yang masih panas.
Sambungan dengan baut mutu tinggi memberikan kekuatan fatik
yang lebih tinggi dibandingkan sambungan rivet dan las.
Jika perlu perubahan bentuk struktur akan lebih mudah hanya
dengan membuat baut dibandingkan dengan sambungan las dan
rivet. (Sumargo, 2010)
2.11.4 Jarak Antara dan Jarak Sisi Baut
Pitch adalah jarak dari pusat-ke-pusat baut dalam arah sejajar
sumbu elemen. Gage adalah jarak dari pusat-ke-pusat baut tegak lurus
terhadap sumbu elemen. Jarak sisi adalah jarak dari pusat baut ke sisi
elemen. Jarak antar baut adalah jarak terpendek antara baut pada gage
yang sama atau berlainan. (Sumargo, 2010)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
41
Gambar 2.10 Notasi Dalam sambungan Baut
2.11.5 Jarak Antara Minimum
Baut harus dipasang pada jarak tertentu untuk mendapatkan
pemasangan yang efisien dan mencegah keruntuhan tumpu dari elemen
diantara bautnya. Spesifikasi LRFD J3.3 memberikan jarak minimum
pusat-ke-pusat untuk lubang standar, lubang diperbesar, atau lubang slot
yaitu diameternya tidak boleh kurang dari 22/3 (dan lebih disarankan
diameter 3 in.). Hasil uji menunjukkan bahwa kekuatan tumpu
berbanding lurus dengan 3d pusat ke pusat hingga mencapai mencapai
maksimum 3d.
Tabel 2.7 (Tabel J3.7 Spesifikasi LRFD) menunjukkan nilai
pertambahan yang harus dijumlahkan pada nilai 3d untuk
memperhitungkan peningkatan dimensi lubang (yaitu lubang besar dan
lubang slot) sejajar dengan garis kerja gaya. (Sumargo, 2010)
Tabel 2.7 : Nilai Pertambahan Jarak Antara C1 untuk menentukan Jarak Antara Minimum dari Lubang yang diperbesar
*Jika panjang slot lebih kecil dari maksimum yang diijinkan dalam Tabel 8.2, C1 boleh dikurangi dengan perbedaan antara panjang slot maksimum dan aktual. Sumber: American Institute of Steel Construction, Manual of Steel Construction Load & Resistance Factor Design, 2nd Ed. (Chicago: AISC, 1994), Table J3.7, p.6-86.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
42
2.11.6 Jarak Sisi Minimum
Baut tidak boleh ditempatkan terlalu dekat dengan sisi elemen
dengan dua alasan. Pertama, membuat lubang terlalu dekat dengan sisi
akan menyebabkan baja melentur keluar bahkan retak. Kedua, pada
ujung elemen akan terjadi tarikan baut yang menyebabkan sobeknya
baja. Dalam praktek diambil jarak minimum 1,5 – 2,0 dari diameter baut
sehingga baja mempunyai kekuatan geser yang cukup setidaknya sama
dengan kekuatan geser dari baut. Untuk mendapatkan informasi yang
lebih pasti harus mengacu pada spesifikasi yang digunakan. LRFD J3.4
menyatakan bahwa jarak dari pusat lubang standar ke sisi bagian yang
disambung tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan dalam Tabel 2.9
(dari Tabel J3.4 manual LRFD).
Pengurangan jarak sisi minimum diijinkan (1¼ in) menurut LRFD
untuk ujung sambungan yang dibaut pada web balok dan direncanakan
hanya terhadap reaksi geser balok saja. Informasi ini diberikan dalam
catatan kaki dari Tabel 2.8.
Jarak sisi minimum dari pusat lubang-besar (oversized hole) atau
lubang slot ke sisi dari bagian yang disambung harus sama dengan jarak
minimum yang disyaratkan untuk lubang standar ditambah suatu
pertambahan C2, dimana nilai C2 diberikan dalam Tabel 2.10 (dari Tabel
J3.8 spesifikasi LRFD). Pada paragraf berikut akan dijelaskan bahwa
kekuatan tumpu dari sambungan harus direduksi jika persyaratan ini
tidak dipenuhi. (Sumargo, 2010)
Tabel 2.8 : Jarak Sisi Minimum
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
43
[a] Diijinkan untuk menggunakan jarak yang lebih kecil yang disesuaikan sebagaimana Spesifikasi LRFD J3.10. [b] Untuk lubang oversize atau lubang dengan slot, lihat Tabel 8.5.
[c] Semua jarak sisi dalam tabel ini dapat dikurangi 1/8 in jika lubang berada pada titik dengan tegangan tidak lebih dari 25% kuat rencana maksimum dalam elemen. [d] Nilai ini mungkin 1 ¼ in pada ujung sambungan balok, siku dan geser pada ujung pelat. Sumber: American Institute of Steel Construction, Manual of Steel Construction Load & Resistance Factor Design, 2nd Ed. (Chicago: AISC, 1994), Table J3.4, p.6-82.
2.11.7 Jarak Maksimum Antar Baut dan Jarak Sisi
Spesifikasi baja struktur mensyaratkan jarak sisi maksimum untuk
sambungan baut. Tujuan dari persyaratan ini adalah untuk mengurangi
kemungkinan terperangkapnya air diantara bagian yang disambung. Jika
baut terlalu jauh dari elemen yang disambung, sisi elemen dapat terpisah
sehingga air dapat masuk. Jika hal ini terjadi maka korosi akan
terakumulasi sehingga menambah separasi. LRFD memberikan jarak sisi
maksimum yang diijinkan (J3.5) yaitu 12 kali tebal bagian yang
disambung, tetapi tidak lebih dari 6 in.
Jarak sisi maksimum dan jarak antar baut yang digunakan pada
baja terkena udara luar harus lebih kecil dari baja yang dicat secara
teratur untuk mencegah korosi. Salah satu persyaratan untuk
menggunakan baja untuk udara luar adalah kontak antara baja dan air
secara kontinu. Oleh karena itu spesifikasi LRFD mensyaratkan bahwa
bagian dari baja built-up yang kontak dengan udara luar (weathering
steel) harus tersambung dengan kuat dengan interval cukup dekat untuk
mencegah terjadinya kantung air. Spesifikasi LRFD J3.5 menyatakan
bahwa jarak maksimum antar baut pusat-ke-pusat untuk elemen yang
dicat atau elemen tanpa cat yang tidak akan mengalami korosi adalah 24
kali tebal pelat paling tipis, dan tidak melebihi 12 in. Untuk elemen yang
terdiri dari baja yang ada kontak dengan udara luar dan tidak
memungkinkan terjadi korosi, jarak maksimum adalah 14 kali tebal pelat
paling tipis dan tidak boleh lebih dari 7 in.
Lubang tidak boleh dibuat terlalu dekat dengan pertemuan flens
dan web dari suatu balok atau pertemuan kaki dari profil siku. Lubang
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
44
dapat dibor, tetapi cara ini terlalu mahal dan hanya perlu dilakukan
kecuali pada kondisi khusus. Meskipun lubang dibor, akan sulit untuk
menempatkan dan mengencangkan baut dengan keterbatasan ruang yang
ada. (Sumargo, 2010)
Tabel 2.9 : Nilai Pertambahan Jarak Sisi C2
[a] Jika panjang slot kurang dari maksimum yang diijinkan (lihat Tabel 8.2), C2 dapat dikurangi separuh dari beda antara jarak slot maksimum dan aktual. Sumber: American Institute of Steel Construction, Manual of Steel Construction Load & Resistance Factor Design, 2nd Ed. (Chicago: AISC, 1994), Table J3.8, p.6-86.
2.11.8 Kekuatan Geser Baut
Pada sambungan tipe tumpu diasumsikan bahwa beban yang
ditransfer lebih besar dari pada tahanan geser yang ditimbulkan oleh
pengencangan baut, dimana elemen akan saling bergeser sedikit dan baut
akan menerima gaya geser dan tumpu. Kuat rencana baut dalam geser
tunggal sama dengan dikalikan dengan kuat geser nominal baut dalam
ksi dan dikalikan kembali dengan luas penampang. Menurut LRFD, nilai
untuk geser pada baut mutu tinggi, rivet dan baut biasa A307 adalah
0,75.
Kuat geser nominal untuk baut dan rivet diberikan dalam Tabel
2.11 (dari Tabel J3.2 spesifikasi LRFD). Untuk baut A325 besar kuat
gesernya adalah 48 ksi jika ulir termasuk dalam bidang geser dan 60 ksi
jika ulir tidak termasuk bidang geser. (Untuk baut A490, nilainya adalah
60 ksi dan 75 ksi). Jika baut menerima geser ganda, kekuatan gesernya
adalah dua kali geser tunggal. (Sumargo, 2010)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
45
2.11.9 Kekuatan Tumpu Baut
Kekuatan tumpu sambungan baut bukan ditentukan dari kekuatan
baut sendiri melainkan didasarkan pada kekuatan bagian yang disambung
dan susunan baut. Secara detail, kekuatan yang dihitung tergantung pada
jarak antar baut dan jarak baut ke sisi elemen, kekuatan tarik Fu elemen
yang disambung, dan tebal elemen.
Kekuatan rencana tumpu dari suatu baut sama dengan (sama
dengan 0,75) dikali dengan kuat tumpu nominal dari bagian yang
disambung (Rn). Rumus untuk Rn diberikan dalam Spesifikasi LRFD
Section J3.10. Dalam rumus tersebut melibatkan diameter baut (d) dan
tebal elemen yang disambung dengan baut (t). Rumus lainnya
mengandung jarak pusat-ke-pusat lubang standar dalam arah kerja gaya.
Jika terdapat lubang slot pendek dan slot panjang dengan slot tegak lurus
pada garis kerja gaya, s adalah jarak dari pusat-ke-pusat lubang. Untuk
lubang ukuran besar (oversized hole) dan untuk lubang slot sejajar garis
kerja gaya, s dijumlahkan dengan pertambahan jarak C1 dalam Tabel 2.9
(dari Tabel J3.7). (Sumargo, 2010)
Tabel 2.10 : Kuat Rencana Penyambung
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
46
[a] Beban statik saja [b] Diijinkan ulir dalam bidang geser [c] Kuat tarik nominal bagian ulir dari batang „upset‟, didasarkan pada luas penampang pada diameter ulir terbesar, AD harus lebih besar dari luas nominal batang sebelum dilakukan „upsetting‟ dikalikan dengan Fy. [d] Untuk baut A325 dan A409 dengan beban tarik fatik, lihat Apendik K3. [e] Jika digunakan sambungan tipe tumpu untuk menyambung batang tarik dengan susunan alat penyambung (baut, rivet,dll) yang panjangnya diukur sejajar garis kerja gaya, melampaui 50 in., nilai dalam tabel harus dikurangi 20%. Sumber: American Institute of Steel Construction, Manual of Steel Construction Load & Resistance Factor Design, 2nd Ed. (Chicago: AISC, 1994), Table J3.2, p.6-81.
Jika Le ≥ 1,5d dan s ≥ 3d, dan jika ada dua baut atau lebih dalam
garis kerja gaya. Jika deformasi sekitar lubang baut menjadi
pertimbangan desain (yaitu jika kita menginginkan deformasi ≤ 0,25 in)
Rn = 2,4dtFu (LRFD Pers. J3-1a) (2.32)
Jika deformasi sekitar lubang baut tidak menentukan (yaitu jika
deformasi > 0,25 in diperbolehkan) Untuk lubang baut dekat sisi.
Rn = Le tFu ≤ 3,0dtFu (LRFD Pers. J3-1b) (2.33)
Untuk baut lain
(
) (LRFD Pers. J3-1c) (2.34)
Untuk lubang baut slot panjang tegak lurus pada garis kerja gaya
R = 2,0dtFu (LRFD Pers. J3-1d) (2.35)
Jika Le < 1,5d atau s < 3d, atau jika hanya ada satu baut dalam
garis kerja gaya Untuk baut tunggal atau baut terdekat dengan sisi jika
ada dau baut atau lebih dalam garis kerja gaya
R = Le tFu ≤ 2,4dtFu (LRFD Pers. J3-2a) (2.36)
Untuk baut lainnya
(
) (LRFD Pers. J3-2b) (2.37)
2.12 Konsep Desain
Konsep Desain Tugas Akhir ini, yaitu :
1. Menentukan kedalaman jepit pondasi
Metoda Davisson dan Robinson
2. Pemodelan struktur atas dermaga
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Abizar Algifari, Hafidh Baequnie, Perencanaan Pada Struktur......
47
3. Analisa pembebanan
SNI 03-1727-1989 Peraturan Muatan Indonesia
RSNI t 03 2005
SNI 03-1726-2003 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung
4. Perencanaan Balok dan Pelat
Load and Resistance Factor Design (LRFD) yang mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI)
5. Perencanaan struktur rangka penopang
Load and Resistance Factor Design (LRFD) yang mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
6. Perencanaan kedalaman pemancangan pondasi
metoda daya dukung axial berdasarkan uji SPT (Standart
Penetration Test) yang ditemukan oleh Meyerhof
metoda penentuan kriteria tiang pendek dan tiang panjang.