BAB II LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI DAN...

44
BAB II LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI Strategi penyelenggaraan pendidikan yang ada selama ini masih bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang standar (rata-rata) kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Akibatnya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata- rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa lainnya, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar; sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa lainnya, akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa; dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi). Dengan sistem percepatan kelas (akselerasi), siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi di SD kurang dari 6 tahun (misalnya 5 tahun), di SLTP dan SMU masing-masing kurang dari 3 tahun (misalnya 2 tahun), dengan menyelesaikan semua target kurikulum tanpa meloncat kelas. Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI DAN...

BAB II

LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI DAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI

Strategi penyelenggaraan pendidikan yang ada selama ini masih

bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang standar (rata-rata)

kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda.

Akibatnya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-

rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa

lainnya, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar;

sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata,

karena memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa lainnya,

akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under

achiever).

Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan

yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang

disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa; dengan menggunakan

kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi

alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.

Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan

kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan melalui

penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi). Dengan sistem

percepatan kelas (akselerasi), siswa yang memiliki kemampuan dan

kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi di SD

kurang dari 6 tahun (misalnya 5 tahun), di SLTP dan SMU masing-masing

kurang dari 3 tahun (misalnya 2 tahun), dengan menyelesaikan semua target

kurikulum tanpa meloncat kelas.

Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi

12

alternatif yang relevan; di samping bertujuan untuk memberikan pelayanan

pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi

kekurangan yang terdapat pada strategi klasikal-massal.

Hal ini sesuai dengan teori yang Ward, VS. yang dikatakan dalam

bukunya yang berjudul Cifferential Education for the gifted,

"Pursuant to various result of research, pre-eminent potency of educative participant which have extraordinary intellegence and ability will not off hand emerge without appropriate stimulasi. One of the appropriate stimulasi is to give service of education which is diferentiate, that is giftof experience of adapted for education ability and intellegence of educative participant".1

"Berdasarkan berbagai hasil penelitian, potensi unggul peserta didik yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul

tanpa stimulasi yang sesuai. Salah satu stimulasi yang sesuai adalah

memberikan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian

pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan

peserta didik".

1. Sejarah Singkat Accelerated Learning (Program Akselerasi)

Accelerated learning adalah cara belajar alamiah yang akarnya

telah tertanam sejak zaman kuno, accelerated learning telah dipraktekkan

dengan oleh setiap anak yang dilahirkan. Sebagai suatu gerakan modern

yang mendobrak cara belajar didalam pendidikan dan pelatihan terstruktur

dalam kebudayaan barat, accelerated learning muncul kembali akibat

adanya sejumlah pengaruh pada paro kedua abad ke-20.

Pada tahun 1970-an, Lynn Schroeder dan Sheila Ostrander

menerbitkan sebuah buku berjudul Superlearning yang mengemukakan

karya psikiater Bulgaria, Georgi Lozanov. Buku itu mengundang perhatian

banyak pendidik dan guru yang sedang mencari pendekatan belajar yang

lebih efektif. Lozanov mendapati bahwa dengan menenangkan pasien

dengan psikiatri dengan musik barok dan memberi mereka sugesti positif

mengenai kesembuhan mereka, banyak pasien tersebut mengalami

kemajuan besar. Dia merasa menemukan cara untuk melangkah masuk

1 Ward, VS., Differntial Education for the gited, (California: Ventura, 1980), hlm.24.

13

kedalam sesuatu jauh di lubuk jiwa yang lebih dalam daripada kesadaran

rasional. (Dia menyebut ini “cara fikiran yang tersembunyi”).

Lozanov merasa bahwa metode ini juga dapat diterapkan pada

pendidikan. Dengan disponsori pemerintah Bulgaria, dia mulai melakukan

penelitian mengenai pengaruh musik dan sugesti positif pada

pembelajaran, dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa subjek.

Dia mendapati bahwa kombinasi musik, sugesti, dan permainan kanak-

kanak memungkinkan pelajar untuk belajar jauh lebih cepat dan jauh lebih

efektif. Kabar mengenai temuannya menyulut imajinasi guru bahasa dan

pendidik di mana-mana.

Pada 1970-an, Don Schuster dari Lowa State University, dan

pendidik Ray Bordon dan Charles Gritton, mulai menerapkan metode itu

dalam pengajaran di SMU dan universitas dengan hasil positif. Pada 1975,

mereka bersama tokoh-tokoh lain mendirikan SALT (The Society for

Accelerative Learning and Teaching) dan mulai mensponsori konferensi-

konferensi internasional yang menarik minat para profesor perguruan

tinggi, pendidik sekolah umum dan pelatih perusahaan dari seluruh dunia.

SALT kini sudah berdiri selama 25 tahun. Namanya diganti dengan IAL

(The International Alliance for Learning) dan masih mensponsori

konferensi-konferensi tahunan di Amerika Serikat bagi peserta

Internasional.

Inggris mempunyai satu kelompok serupa bersama S.E.A.L

(Society for Effective Affective Learning), dan para praktisi di Jerman telah

membentuk D.S.G.L. (The Jerman Society for Suggestopedic Teaching

and Learning).2

2 Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif dan efektif

merancang program pendidikan dan pelatihan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004), hlm. 49-50.

14

2. Pengertian Accelerated Learning

Accelerated Learning adalah suatu sistem menyeluruh yang

meliputi berbagai cara yang cerdik, muslihat dan teknik untuk

mempercepat dan meningkatkan perancangan dan proses belajar dan juga

merupakan proses pembelajaran yang alamiah, yang didasarkan pada cara

orang belajar secara alamiah. 3

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa Accelerated Learning adalah:

'it's a total system for speeding and enhancing both the design process and the learning processes. Based in the brain research, it as proves again and again learning effectiveness while saving time and money in the process.4

"Accelerated Learning adalah sebuah sistem yang menyeluruh untuk mempercepat dan meningkatkan rancangan dan proses belajar. Berdasarkan pada penemuan / penelitian tentang otak, yang membuktikan dan meningkatkan kembali efektifitas belajar yang menghemat waktu dan biaya dalam proses belajar.

Jadi Accelerated learning hanya mempunyai satu tujuan yakni

mendapatkan hasil. Accelerated learning harus dibedakan dengan

pendekatan-pendekatan “kreatif” berisi kesenangan-kesenangan dan

permainan yang penuh muslihat yang hanya menarik perhatian namun

sering sia-sia.

Accelerated Learning merupakan istilah asing yang kemudian

terjadi alih bahasa, yang dalam bahasa Indonesia disebut percepatan

belajar atau lazim kita sebut dengan program akselerasi.

3. Prinsip Pokok Accelerated Learning

Untuk mendapatkan hasil maksimal dari penggunaan accelerated

learning, sangat penting kita benar-benar memahami prinsip-prinsip yang

melandasinya. Accelerated learning tidak akan memberi manfaat kepada

mereka yang memisahkan metode-metodenya dari fondasi ideologisnya,

yang menganggap accelerated learning semata-mata sebagai muslihat

3 Ibid., hlm. 32. 4 http://www.alcenter.com/alindex.html, 21 January 2006

15

cerdik dan teknik kreatif dengan mengabaikan prinsip-prinsip yang

mendasari teknik tersebut.

Program pelatihan accelerated learning yang paling berhasil

dijalankan mengindahkan secara seksama prinsip-prinsip dasar berikut:

1) Belajar melibatkan seluruh fikiran dan tubuh, belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri dan verbal), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh / fikiran dengan segala emosi, indra dan sarafnya.

2) Belajar adalah berkreasi bukan mengkonsumsi, pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru kedalam struktur dirinya yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru didalam sistem otak / tubuh secara menyeluruh.

3) Kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan diantara pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerjasama diantara mereka mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.

4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang ada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak / tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus.

5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menjual dengan menjual dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan memperhatkan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotesis dan abstrak, asalkan didalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung dan menerjunkan diri kembali.

6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif

16

menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati.

7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar konkret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan diingat.5

4. Pendekatan Dalam Accelerated Learning

Accelerated learning hanya mempunyai satu tujuan yakni

mendapatkan hasil. Accelerated learning harus dibedakan dengan

pendekatan-pendekatan “kreatif” berisi kesenangan-kesenangan dan

permainan yang penuh muslihat yang hanya menarik perhatian namun

sering sia-sia.

Kredo pendekatan Accelerated learning adalah lakukan apa yang

mendatangkan hasil dan teruslah mencari apa yang mendatangkan hasil

lebih baik. Pendekatan ini tidak terikat pada seperangkat teknik, metode

atau media tertentu, baik yang lama maupun yang baru. Kita dapat

memanfaatkan salah satu atau semuanya secara kombinasi, bergantung

pada kemampuan mereka memberikan hasil yang luar biasa.

Penting bagi kita untuk memahami bahwa accelerated learning

memisahkan diri dari berbagai pendekatan pelatihan yang bertujuan

menjadi pandai, menarik, dan menyenangkan demi tujuan-tujuan itu

sendiri. Dengan cara yang sama. Accelerated learning memisahkan diri

dari pendekatan pelatihan yang kaku, sunyi, terlalu serius, dan tanpa

kegembiraan. Kita membutuhkan dua-duanya. Dan accelerated learning

berusaha mencampur keduanya dengan cara-cara yang dapat

meningkatkan pembelajaran dan membuahkan hasil sepositif mungkin.6

5 Ibid., hlm. 54-55. 6 Ibid., hlm. 25.

17

Salah satu alasan mengapa anak-anak bisa belajar dengan begitu

baik adalah bahwa mereka belum mengembangkan pra-konsepsi

bagaimana mereka seharusnya belajar. Mereka juga belum

mengembangkan anggapan bahwa bermain dan bekerja adalah kegiatan

yang masing-masing berdiri sendiri. Bermain adalah bagian penting dari

pengalaman belajar. Ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan

belajar lebih baik.

Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan

berhasil? Caranya antara lain:

- Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks)- lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi.

- Menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan – anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu.

- Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, pada umumnya ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda teratur dan dukungan antusias.

- Melibatkan secara sadar semua indera dan juga fikiran otak kiri dan otak kanan.

- Menantang otak anda untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjek pelajaran.

- Dan mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari, dengan meninjau ulang dalam periode-periode waspada yang relaks.

Semua langkah tersebut dimasukkan dalam program CBC. Akan

tetapi, tidak jadi soal betapa menyenangkan atau merangsangnya proses

balajar itu, namun juga yang sangat penting dilakukan adalah rencana

yang padu, langkah demi langkah.

“Struktur” metode CBC dibagi menjadi enam langkah dasar,

keenam langkah itu dapat diingat dengan mudah dengan menggunakan

singkatan M-A-S-T-E-R sebuah kata yang diciptakan oleh pelatih

terkemuka CBC Jayne Nicholl, penulis Open Sesame.

1) Motivating Your Mind

Anda harus berada dalam keadaan fikiran yang “kaya akal”.

Itu berarti anda harus relaks, percaya diri dan termotivasi jika anda

18

stres atau kurang percaya diri atau tidak melihat manfaat dari yang

anda pelajari, anda tidak dapat belajar dengan baik.

Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu

adalah prasyarat mutlak. Anda harus punya keinginan untuk

memperoleh ketrampilan atau pengetahuan baru. Anda harus percaya

diri bahwa anda betul-betul mampu belajar dan bahwa informasi yang

anda dapatkan akan mempunyai dampak bermakna bagi kehidupan

anda.

Dengan perkataan lain, anda perlu melihat manfaat pribadi

dari investasi waktu dan tenaga anda. Yaitu AGB, “Apa gunanya

bagiku?”. Sebagaimana yang dikatakan oleh Siri Christopher Ball,

Direktur Pembelajaran pada Masyarakat Kerajaan (Inggris) bagi

Pengembangan Seni, Manufaktur, dan Komersial (RSA): “Tiga faktor

terpenting dalam belajar adalah motivasi, motivasi dan motivasi.

2) Acquiring The Information (Memperoleh Informasi)

Anda perlu mengambil dan menyerap fakta-fakta dalam

subjek pelajaran yang anda pelajari melalui cara yang paling sesuai

dengan pembelajaran inderawi yang anda sukai.

Meskipun ada sejumlah strategi belajar yang harus

diimplementasikan oleh setiap orang, namun juga ada perbedaan

pokok sejauh mana kita secara individual perlu melihat, mendengar

atau identifikasi kekuatan visual, auditori dan kinestik, anda mampu

memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan informasi

lebih mudah dari sebelumnya.

3) Searching Out The Meaning (menyelidiki makna)

Menanamkan informasi pada memori menetap mensyaratkan

anda untuk menyelidiki implikasi dan signifikansi-makna seutuhnya-

dengan secara seksama mengeksplorasi bahan subjek yang

bersangkutan. Ada perbedaan besar antara mengetahui dan memahami

benar-benar sesuatu. Semata mengubah fakta kedalam makna

pribadinya adalah unsur pokok dalam proses belajar mengajar.

19

Terlalu sering kita mencoba mengingat informasi dengan

tujuan agar ia dapat dengan mudah di-“munculkan”-kan kembali

dalam tes atau ujian tanpa ada usaha nyata untuk memahami makna

sebenarnya. Fakta tidak banyak membutuhkan interpretasi. Itulah

sebabnya mengapa pilihan berganda adalah metode yang lemah untuk

menguji hasil belajar. Model tes semacam itu hanya untuk menguji

sejauh mana fakta sudah berhasil diperolah (maksudnya, apa yang

diuraikan dalam tahap dua model belajar). Tetapi model itu tidak

menguji apakah anda telah berhasil menginternalisasikan maknanya

bagi anda sendiri dari fakta yang anda ketahui, contohnya anda tidak

harus memahami bahwa Paris adalah ibu kota Perancis, anda hanya

perlu mengingatnya saja. Ini adalah tingkat kinerja belajaar yang relatif

rendah.

Tak seorang pun menghargai tinggi karena anda telah

“menguasai” jenis ketrampilan ini. Demikian pula, mengetahui bahwa

Revolusi Perancis terjadi pada 1789 adalah pengetahuan faktual.

Tetapi, memahami mengapa revolusi Perancis itu penting dan

bagaimana Revolusi tersebut mempengaruhi sejarah Eropa dan

Amerika memerlukan interpretasi. Ini mengharuskan anda merespon

rimba raya informasi, mengerti serta memahaminya. Ketrampilan

seperti itulah yang akan dihargai tinggi dalam masyarakat. Perbedaan

antara penemuan fakta dan “penciptaan makna” adalah yang

membedakan antara pengetahuan yang dangkal dan pengetahuan yang

mendalam.

Menubah fakta menjadi makna adalah gelanggang dimana

kedelapan kecerdasan kita berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan

adalah sumber daya yang bisa anda terapkan ketika mengeksplorasi

dan menginterpretasikan fakta-fakta dari subjek pelajaran.

20

4) Triggering The Memory (Memicu Memori)

Sering sekali, ada banyak hal yang harus diingat dalam suatu

subjek tertentu. Anda kini harus meyakinkan diri anda bahwa materi

subjek itu terpateri dalam memori jangka panjang anda.

Terapkanlah dengan sadar langkah-langkah sebelumnya,

maka anda benar-benar telah mempelajari subjek itu karena anda

memahaminya. Namun, anda juga harus yakin bahwa anda telah

“menyimpan”-nya rapat-rapat dalam memori sedemikian sehingga

anda bisa membuka dan mengambilnya saat diperlukan.

Ada banyak sekali teknik pengingatan, seperti jenis strategi

yang dipakai secara sangat efektif oleh para “ahli memori” profesional

yang mencengangkan khalayak pemirsa di seluruh dunia di layar

televisi atau di atas panggung. Teknik-teknik tersebut meliputi

pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng, akronim, kartu

pengingat, peta konsep, musik dan peninjauan.

5) Exhibizing What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui)

Bagaimana anda mengetahui bahwa anda telah paham apa

yang dipelajari? Pertama-tama, anda bisa menguji diri sendiri-

buktikanlah bahwa anda betul-betul mengetahui suatu subjek,

mempunyai pengetahuan yang mendalam dan bukan hanya kulitnya

saja.

Alangkah baiknya jika anda mencoba berbagi informasi

dengan seorang atau beberapa orang mitra belajar. Coba siapkan dan

latihkan suatu presentasi dari pikiran anda, kemudia ajarkanlah. Sangat

mudah mengira telah memahami sesuatu tetapi ternyata mendapati

bahwa anda tidak dadat menjelaskannya kepada orang lain. Jika anda

bisa “mengajarkan”-nya kepada orang lain, berari anda betul-betul

menunjukkan bahwa anda telah paham. Anda tidak hanya mengetahui.

Anda juga memilikinya.

Menggunakan lima faham ini harus menjadi kebiasaan anda.

Namun, untuk itu anda mempraktikannya terus menerus. Anda perlu

21

aktif mencari situasi dimana anda bisa mengimplementasikan

kelimanya dan menguji diri anda sendiri.

6) Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda

Belajar)

Anda perlu merefleksikan pengalaman belajar anda. Bukan

hanya pada apa yang telah anda pelajari, melainkan bagaimana anda

mempelajari. Pelajaran apa yang anda dapat petik pada waktu

kemudian?

Dalam langkah ini anda meneliti dan menguji cara belajar

anda sendiri. Lalu anda menyimulkan teknik-teknik dan ide-ide yang

terbaik untuk anda. Secara bertahap, anda mengembangkan suatu

pendekatan cara belajar yang paling sesuai dengan otak unik anda.

Dan, anda harus tetap terkendali-anda menjadi seorang pembelajar

yang mandiri.

Langkah terakhir dalam recana belajar adalah berhenti lalu

merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri:

- Bagaimana pembelajaran berlangsung?

- Bagaimana pembelajaran dapat berjalan lebih baik?

- Apa makna pentingnya bagi saya?

Ini adalah langkah terakhir dari “tautan belajar”. Mengkaji

dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu anda

mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu pijak untu

melompat kedepan. Anda mampu menyingkirkan gagasan yang

mustahil diterapkan dan mencoba mengalaman yang baru. Anda bisa

memulai cara belajar lainnya yang dijalankan dengan jalan

memanfaatkan analisis diri anda.

Akibatnya anda akan menemukan metode belajar “familiar”

yang bekerja dengan baik pada sorang individu unik, anda. Bayangkan

bahwa potensi anda yang sebenarnya adalah ibarat sebuah kunci

kombinasi. Sekali anda bisa mempelajari kombinasi personal

22

kecerdasan dan cara belajar yang anda sukai, maka potensi belajar

anda terbuka lebar-lebar.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Brian Tracy: “Teknik-

teknik CBC ibarat program induk sebuah komputer. Teknik-teknik itu

bukanlah program itu sendiri, tetapi anda dapat menjalankan semua

program lain atas dasar program induk tersbut. Teknik-teknik adalah

alat yang anda pakai untuk mencapai tujuan anda dengan lebih cepat

dan dengan kepastian lebih besar”.

Kebanyakan manusia hanya menggunakan sebagian amat

kecil dari kapasitas utuh otaknya. Ini bukan karena kapasitas itu tidak

ada, melainkan hanya karena mereka belum diajar bagaimana memakai

apa yang telah menjadi miliknya.7

Pendekatan yang digunakan dalam accelerated learning selain

MASTER yang dikembangkan oleh Collin Rose dan kawan-kawannya

juga ada pendekatan yang dikembangkan oleh Dave Meier yang

dipaparkan dalam bukunya adalah pendekatan SAVI, yakni belajar

berdasar aktivitas, belajar dengan seluruh kepribadian. Belajar dengan

aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan

memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh /

fikiran terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur dalam pendekatan SAVI

antara lain:

- Somatis: Belajar dengan bergerak dan berbuat

- Auditori: Belajar dengan berbicara dan mendengar

- Visual: Belajar dengan mengamati dan menggambarkan

- Intelektual: Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.8

Pelatihan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif

secara fisik dalam jangka waktu lama. Terjadilah kelumpuhan otak dan

belajarpun lambat layaknya merayap atau bahkan berhenti sama sekali.

Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan

7 Collin Rose & Malcolm J. Nochols, Accelerated Learning for The 21at century (Cara belajar cepat abad XXI), (Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia, 2003), hlm.93-98.

8 Dave Meier, Op Cit., hlm.91-92.

23

menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak dan dapat

berpengaruh positif pada belajar.

Belajar berdasarkan aktifitas secara umum jauh lebih efektif

daripada yang didasarkan presentasi, materi dan media. Dan alasannya

sederhana: Cara belajar itu mengajak orang terlibat sepenuhnya. Telah

terbukti berkali-kali bahwa biasanya orang belajar lebih banyak dari

berbagai aktivitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada jika

mereka belajar dengan duduk di depan penceramah, buku panduan,

televisi atau komputer.

Gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia

yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah

bagian yang digunakan untuk berfikir dan memecahkan masalah. Oleh

karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi fikiran untuk

berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar

cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu menusia sepenuhnya.

Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka

menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Dapatkah

anda membayangkan seorang anak kecil mempelajari sesuatu sambil

duduk di ruang kuliah untuk jangka waktu lama? Yang tidak kita sadari

adalah bahwa hal yang sama berlaku pula bagi kebanyakan orang dewasa.

Belajar akan selalu terhambat jika kita memisahkan tubuh dan fikiran,

mengabaikan tubuh dan menekankan kesadaran rasional saja sebagai pintu

gerbang menuju fikiran.

Bagi banyak orang, fikiran langsung jatuh tertidur jika tidak ada

kesempatan melibatkan gerakan fisik. Saya sendiri begitu dalam Training

’99 di Chicago, saya mengikuti seminar tentang berceramah dinamis. Saya

benar-benar tertidur lelap selama sepuluh menit pertama. Saya jadi

bertanya-tanya, berapa banyak peserta lain yang mengantuk, bukan karena

ceramah itu tidak bernilai, melainkan karena mereka tidak diperbolehkan

menggerakkan badan. Banyak peserta kesulitan berkonsentrasi tanpa

24

melakukan sesuatu secara fisik. (Jika tubuh mereka tidak bergerak, otak

mereka tidak beranjak).9

Otak dan otot bersaudara dekat. Ada yang mengatakan bahwa

otak dan otot bagaikan satu koin dengan dua permukaan (Two side in One

Coin). Keduanya tidak dapat dipisahkan. “Melihat” otak dapat dilakukan

dengan melihat otot. Analogi ini tidak aslah walaupun kurang lengkap.

Karena, menggerakkan otot bukanlah fungsi satu-satunya dari otak. Otak

juga menerima dan memroses informasi yang masuk. Yang perlu diingat,

jika otot terlatih dengan baik, sirkulasi dara dalam tubuh juga berlangsung

baik. Artinya oksigen dan gula darah juga akan beredar secara baik ke

dalam otak sekitar 20 persen aliran darah, 20 persen oksigen, 20 persen

gula darah menuju ke otak. Jika keperluan ini tidak terpenuhi, si pemilik

otak akan mengalami keadaan bingung hingga koma dan akhirnya mati.

Kekurangan oksigen dalam satu menit saja membuat otak kesulitan

menyesuaikan diri. Demikian juga bila kekurangan glukosa. Prinsipnya

adalah bergerak.10

Dalam banyak hal otak tidak begitu berbeda dengan sebuah

komputer, dan kita adalah pemakainya. Sebuah komputer tentunya perlu

di-on-kan untuk bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan

belajar mengajar bersifat pasif maka otak pun tidak akan “on”.11

Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang

berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi menggabungkan gerakan

fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat

berpengaruh besar pada pembelajaran.

1) Somatis

Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh –

soma(seperti Psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti belajar

9 Ibid., hlm.91. 10 Taufiq Pasiak, Membangunkan Raksasa Tidur (Optimalkan Kemampuan Otak Anda

dengan Metode Alissa), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), Hlm.72-73. 11 Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:

Nusamedia dan Nuansa, 2004), hlm.19.

25

dengan indra peraba, kinestis, praktis – melibatkan fisik dan

menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.12

2) Auditori

Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.

Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi

auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara

sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi

aktif.13 Mendengarkan atau mendengar adalah menangkap atau

menerima suara melalui indera pendengaran.14 Auditori adalah cara

belajar belajar dengan berbicara dan mendengar. Berikut beberapa

teknik-teknik dalam melaksanakan pendekatan auditori.

- Bacalah Secara Dramatis, Kita ingat apa yang dramatik itu.

Pakaian warna pastel lembut mungkin cantik, namun mungkin

tidak mudah dikenang atau diingat. Sekuntum bunga merah tua

pada pakaian warna hitam mungkin lebih mudah diingat. Seperti

halnya citra visual, demikian pula suara. Maka jika suatu pesan

kritis atau sulit, coba baca pesan keras-keras dengan dramatis.

Anda dapat menggunakan aksen asing atau membisikkannya. (Kita

sering membisikkan sesuatu yang penting). Memberi tekanan

auditori ini pada suatu bahan yang sedang kita pelajari akan

membantu melekatkannya pada fikiran anda.

- Rangkumlah lalu ucapkan dengan lantang, Apakah anda ingat

statistik yang selama ini kita kutip? Kita cenderung mengingat dua

kali lebih banyak pada apa yang kita ucapkan dengan lantang

daripada hanya kita baca saja. Maka, berhentilah sejenak secara

teratur lalu ucapkanlah dengan lantang rangkuman bahan yang

sudah anda baca dalam buku ini. Suara anda sendiri membantu

menambah tingkat keteringatan bahan. Alat rekam sangat

membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Rekamlah catatan

12 Dave Meier, Op.Cit., hlm.92. 13 Ibid., hlm.95. 14 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm.19.

26

ranguman anda dan putarlah dengan walkman anda ketika anda

berkendaraan, umum atau pribadi. Dr. Win Wenger dari Proyek

Renaisans di Gaithersburg, Maryland, mengamati bahwa kunci

belajar terletak pada apa yang disebutnya artikulasi terinci.

Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi anda akan

mempertajam persepsi dan memori anda tentangnya. Labih terinci

anda menguaknya, lebih banyak perkaitan atau asosiasi yang anda

bentuk dan lebih mudah pula diingat.

Dr. Wenger merekomendasikan bahwa ketika kita membaca

sesuatu yang baru, anda harus menutup mata dan kemudian

mendeskripsikan dan mengucapkan apa yang sudah anda baca tadi

dengan lantang. Alasannya, anda telah membacanya,

memvisualisasikannya (ketika anda mengingat dengan mata

tertutup), dan mendeskripsikannya dengan lantang. Maka anda

otomastis telah belajar dan menyimpannya dalam cara multi-

sensori. Sederhana tetapi efektif.15

3) Visual

Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian

orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa

didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses

informasi visual daripada semua indra yang lain. Adapun teknik yang

dikembangkan dalam melaksanakan strategi visual adalah peta konsep.

Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik utuk

menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka

menggunakan format global atau umum, yang memungkinkan

informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi

dalam pelbagai arah secara serempak.

Penelitian yang dilakuakan oleh Robert Ornstein dan lain-lain

telah menunjukkan bahwa proses berfikir adalah kombinasi kompleks

kata, gambar, skenario, warna dan bahkan suara dan musik. Degan

15 Collin Rose & Malcolm J. Nochols, Op.Cit., hlm.142-143.

27

demikian, prose menyajikan dan mengangkap isi pelajaran dalam peta-

peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir.

Otak dapat dipandang sebagai hutan raya tempat puluhan ribu

pohon dengan ratusan ribu cabang besar, jutaan dahan dan miliaran

ranting. Peta konsep dibuat dengan cara yang sama seperti halnya

informasi disimpan pada cabang-cabang dari tema sentral, meskipun

skalanya jauh lebih kecil. Dalam menyusun peta konsep gaya

pemrosesan belahan kiri dan belahan kanan otak dilibatkan secara

penuh.

Ketika informasi baru diserap dengan menggunakan peta-peta

konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Formatnya banyak

manarik para pembelajar Visual dan pembelajar global dan tentu saja

otak “emosional” lebih banyak dilibatkan atau diikutsertakan melalui

warna. Selanjutnya, informasi tersebut akan bersifat personal, spesifik

bagi anda.

Tentu saja, pencatatan secara visual berlangsung disepanjang

sejarah manusia. Lihatlah lukisan gua manusia primitif dan hieroglif

Mesir kuno. Diserahkan pada gaya mereka sendiri, kebanyakan anak-

anak membuat sketsa dan melukis saat hendak menyajikan gagasan-

gagasan baru.

Seorang artis termasyhur, Nancy Margulies, penulis buku

Mapping Inner space dan Yes, You Can Draw, berkata, “Sebelum kita

belajar bahasa, kita memvisualisasikan gambar dalam fikiran kita dan

mengaitkannya dengan konsep-konsep. Sayangnya, kita sering

menyumbat saluran-saluran kreatif dengan melatih anak-anak untuk

hanya menulis kata, secara monokronologis, diatas kertas bergaris.”

Sesungguhnya, bagi kebanyakan kita, gaya tradisional

menuliskan gagasan secara linier, di kertas bergaris, dengan

menggunakann satu warna, monoton (biasanya biru, hitam, atau abu-

abu) adalah kebiasaan yang sudah sangat dalam tertanam. Ia juga

menjadi monoton.

28

Sang “pengembang” tenik peta konsep yang disebut

“Pemetaan Fikiran” bertanya “Apa yang dilakukan anak ketika jemu?

Ia mendek, mampet dan kemudian “tertidur”. Maka 95% dari populasi

manusia yang melek-huruf membuat catatan dalam cara yang

tampaknya dirancang agar bosan sendiri dan juga membuat orang lain

bingung dan menjadikan sebagian besar darinya dilupakan.

“Kita cukup melihat di perpustakaan sekolah, universitas,

umum, daerah atau kota di seluruh dunia. Apa yang dilakukan oleh

separo dari pengunjung mereka? Tidur. Tempat-tempat belajar kita

menjadi tempat-tempat tidur umum raksasa”.

Melatih kembali otak untuk menarik ide-ide yang memancar

dari citra dan gambaran pusat membutuhkan praktik dan kesabaran.

Triknya adalah mempraktikkan ketrampilan hingga menjadi bersifat

otomatis.

Anda akan menyaksikan bahwa peta konsep memungkinkan

anda mencatat banyak sekali informasi dalam satu halaman dan

memperlihatkan hubungan antar berbagai konsep dan ide.

Penggambaran secara visual membantu anda berfikir tentang suatu

subjek secara global dan memungkinkan keluwesan (fleksibilitas)

pemikiran anda. Pada sebuah peta anda secara harfiah dapat melihat

sturuktur subjek yang bersangkutan dalam cara yang mustahil

dilakukan dengan kerangka yang linear. Anda dapat melihat tema-tema

terpisah namun juga hubungan-hubungan antartema. Pencatatan secara

linear tidak dapat menjaga kita agar tetap sadar akan kompleksitas

pemikiran. Sebaliknya, pencatatan melalui peta konsep dapat

melakukan hal itu.

Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh

Collin Rose:

- Mulai Dengan Topik Ditengah-Tengah Awali dengan menuliskan tema pokok ditengah-tengah halaman. Ini mendorong anda mendefinisikan gagasan inti subjek yang tengah anda pelajari, titik awal pembelajaran yang efektif.

29

Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas sub-subtema di sekelilingnya. Mereka dapat dihubungkan dengan tema pokok memakai garis, seperti jari-jari roda.

- Gunakan Kata-Kata Kunci Sasaran peta konsep adalah hanya menangkap fkta-fakta penting yang ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan terhadap seluruh subjek pelajaran. Anda akan mendapati bahwa ini umumnya menggunakan kata kerja dan kata benda kunci. Hal-hal lainnya adalah informasi “yang diisikan di dalamnya” yang memasok fikiran anda ketika ia telah “disentak” oleh peta-peta konsep.

- Buatlah cabang-cabangnya Berpijaklah pada tema pokok anda keluar ke semua arah. Batasilah cabang utama antara lima dan tujuah.

- Gunakan Simbol, Warna, Gambar, Dan Citra-Citra Lainnya Kombinasi berbagai gaya menjadikan peta konsep lebih mudah diingat. Untuk keragaman tembagan, variasikan ukuran kata di peta tersebut. Tulis kata-kata atau frase-frase kunci dengan huruf kapital tebal. Batasi kata-kata seminimal mungkin. Gunakanlah simbol-simbol yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya, gambar jantung segitiga dan sebagainya.

- Buatlah Seperti Bilbor Gunakan ruang bersih putih antarinformasi sedemikian rupa sehingga semua kata atau gambar / citra jelas terpampang. Buatlah ia setebal mungkin, mencengangkan, dan “mudah diingat”. Buatlah menarik. Buatlah kata-kata yang penting lebih menonjol daripada yang lain.

- Buatlah Berwarna Warni Berilah penekanan pada berbagai butir atau tema pokok dengan menggunakan warna-warna yang padu. Buat sejelas yang anda mau.

- Praktik Menjadikan Lebih Sempurna Jangan harap anda langsung benar untuk pertama kali. Pada kenyataannya, alangkah lebih baik jika anda menggambar ulang peta konsep anda. Melakukannya dua atau tiga kali akan membantu anda mengingat detail-detailnya.

- Melakukannya Sendiri Anda tidak harus menjadi seorang seniman lukis untuk dapat embuat peta konsep. Yang penting yaitu mengembangkan gagasan anda sendiri. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang dapat anda buat. Tony Buzan misalnya, menekankan benar kebutuhan akan penggambaran secara visual. Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri, menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan membantu mencerap informasi ke dalam ingatak jangka

30

panjang anda. Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda gambar.

- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.

- Mengapa Peta Kosep Harus Mudah Dimengerti Anda akan menghemat waktu karena anda hanya mencatat dan selanjutnya membaca dan meninjau, kata-kata kunci saja. Anda tidak harus menelisik bahan-bahan yang tak diperlukan atau bahan sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas. Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.

- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri, memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan setahun kemudian, anda akan mengangkat dan menekankan butir-butir penting informasi baru. Perhatikan tekanan pada kata baru. Banyak orang menyoroti semua gagasan penting dalam suatu paragraf. Itu kedengarannya logis, tetapi sebenarnya tidak. Butir masalah yang penting dalam hubungannya dengan pembelajaran adalah anda memperoleh informasi atau cara baru dalam melihat informasi lama. Maka, untuk menekankan sesuatu yang sudah anda ketahui yaitu dengan meningkatkan usaha anda ketika anda kembali untuk meninjau ulang di kemudian hari. Dan peninjauan yang cepat tentang apa yang anda telah pelajari adalah bagian penting dari “menyimpan rapat-rapat” yang sebenarnya. Hasilnya? Anda dapat meninjau pengetahuan anda tentang keseluruhan isi buku kira-kira hanya dalam waktu lima belas menit.

- Duduklah Dengan Tenang Lalu Visualisasikan Kebanyakan dari kita perlu duduk dan berfikir dengan tenang pada apa yang baru saja dilihat, dibaca atau didengar. Tataplah ia dengan mata fikiran anda dan buatlah “film mental” darinya. Ia mungkin hanya suatu potongan seperti pemutaran ulang sesaat dalam suatu program olahraga. Itu membantu menyimpan informasi dalam memori visual anda. Para pelayan penerbang TWA yang mengikuti tes keamanan penerbangann menggunakan gambar-gambar untuk mengingkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan sekuens berikut ini.

31

1) Mereka mengelilingi pesawat terbang, dengan mencata lokasi-lokasi yang aman

2) Kemudian mereka mengidentifikasi lokasi-lokasi pada diagram yang dapat mereka ingat

3) Mereka mengakurkan lokasi-lokasi itu dengan diagram induk 4) Kemudian mereka duduk, menutup mata, dan menggambarkan

lokaso-lokasi itu dalam mata fikiran mereka. Akhirnya mereka membuat diagram lokasi sekali lagi.

Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda mempelajari sesuatu?

- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau diagram.16

4) Belajar intelektual

Yang dimaksud dengan intelektual menurut Dave Meier

adalah bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak

berhubungan, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak.

Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar

dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan

kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan

hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.

Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan

masalah dan membangun makna.

Intelektual adalah pencipta makna dalam fikiran; sarana yang

digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,

menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Ia menghubungkan

pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat

makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan fikiran

untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan

menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

Ketika sebuah pelatihan belajar tidak dapat menantang sisi

intelektual pembelajar, pelatihan tersebut akan kelihatan dangkal dan

kekanak-kanakan. Inilah yang terjadi dengan beberapa teknik “kreatif”

16 Ibid., hlm.136-142

32

yang mengajak orang untuk bergerak secara fisik (S), mempunyai

auditori (A) dan masukan visual (V), namun tidak memiliki kedalaman

intelektual (I), akhirnya anda akan menjalankan “SAV”-sangat

menjanjikan diawal-awal pembelajaran, namun kemudian musnah

begitu hujan realitas turun.

Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu

peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan

menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih

banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang

berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A),

dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut

pada pekerjaan mereka (I). Atau mereka dapat meningkatkan

kemampuan mereka memecahkan masalah (I) jika mereka secara

simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan piktogram

atau panjang tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang

mereka kerjakan (A).17

5. Teknik-teknik dalam Accelerated Learning

a) Teknik Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar

untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar. Tanpa itu,

pembelajaran akan lambat dan bahkan bisa terhenti sama sekali.

Namun, karena terlalu bernafsu untuk merampungkan materi, kita

sering mengabaikan tahap ini sehingga mengganggu pembelajaran

yang baik.

Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah

untuk ditanami benih. Jika kita melakukanny dengan benar, niscaya

kita menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan sehat.

Tujuan dari mempersiapkan pembelajaran adalah untuk:

17 Dave Meier, Op.Cit., hlm.99-100.

33

1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau

resisten

2) Menyingkirkan rintangan belajar

3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar

4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan

yang bermakna dengan topik pelajaran

5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berfikir,

belajar, mencipta dan tumbuh

6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam

komunitas belajar

Hal-hal yang harus dipersiapkan oleh pembelajar dalam

belajar antara lain:

1) Sugesti Positif

Banyak orang mempunyai sugesti negatif tentang belajar.

Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit,

terhina, terkurung, entah apa lagi. Jika mereka tidak menggantikan

sugesti (asusmsi) negatif ini dengan yang positif, maka proses

pembelajaran akan terhalang.

2) Lingkungan Fisik Yang Positif

Sugesti, baik positif maupun negatif, tercipta oleh lingkungan

belajar itu sendiri. Pengaturan ruang kelas abad ke-19 yang berupa

jajaran meja-kursi dan gang-gang yang dingin sering menimbulkan

sugesti negatif, yang mengingatkan orang akan pengalaman

menyakitkan dan penghinaan yang mungkin pernah mereka alami

dalam lingkungan serupa. Ruang kelas yang khas dapat

menimbulkan sugesti resimentasi militer, kontrol yang berpusat

pada guru, belajar yang mekanistis, kebosanan, pengurungan dan

belajar sebagai menyerap informasi orang lain dan bukannya

menciptakan pengetahuan sendiri.

Jika lingkungan fisik mengilhami timbulnya perasaan negatif dan

mengingatkan orang (secara sadar ataupun tidak sadar) pada

34

pengalaman negatif yang tidak manusiawi, pastilah lingkungan itu

akan mmberi pengaruh negatif pada pembelajaran. Sebaliknya kita

tidak membuat lingkungan belajar yang menyerupai kelas

tradisional, melainkan yang memberi kesan gembira dan positif

dan membangkitkan semangat lingkungan yang dapat

menimbulkan asosiasi positif dan perasaan bahagia dalam hati

setiap orang. Apapun yang kita lakukan agar terbebas dari kesan

dan penampilan ruang kelas yang standar itu pastilah dapat

membantu irang merasa santai dan mendapatkan kembali energi

mereka.

3) Tujuan Yang Jelas dan Bermakna

Pembelajar memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu

pelajaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan sebagai

hasilnya. Kita dapat menjelaskan ini dengan kata-kata, gambar,

contoh, demo atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak

nyata dan konkret bagi pembelajar.

4) Manfaat Bagi Pembelajar

Ada garis halus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung

dikaitkan dengan “apa”, sedangkan manfaat dikaitkan degnan

“mengapa”. Pembelajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu

mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa

pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka

secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi diri

mereka sendiri. Juka mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa

harus belajar?. Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal

menggunakan manfaat agar orang merasa terkati denga topik

pelajaran itu secara positif.

5) Sarana Persiapan Belajar Sebelum Pembelajaran Dimulai

Dalam banyak kasus, persiapan pembelajar dapat dimulai sebelum

dimulainya program belajar. Jika dapat diusahakan, pembelajar

diberi sarana persiapan sembelum belajar yang berisi aneka pilihan

35

peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana

itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan,

menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat,

serta menciptakan rasa positif mengenai pengalaman belajar yang

akan datang.

6) Lingkungan Sosial Yang Positif

Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman

belajar yang optimal, ciptakanlah lingkungan kerja sama sejak

awal. Ajaklah orang keluar dari pengasingan dan masuk kedalam

komunitas belajar yang murni, maka akan sangat membantu

pembelajar dalam belajar. Hubungan adalah inti kecerdasan, baik

itu di dalam otak, ruang kelas, ataupun tempat kerja. Semakin

kerap orang saling menghubungkan wawasan dan pengetahuan

mereka, semakin cerdaslah semua orang jadinya.

7) Keterlibatan Penuh Pembelajar

Penting sekali pembelajar diajak terlibat sepenuhnya. Belajar

bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat

membutuhkan peran serta semua pihak.

8) Rangsangan rasa ingin tahu

Salah satu tujuan penyiapan pembelajar adalah mengajaknya

memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka sehingga

kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang

sendiri. Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan,

kebebasan, tak kenal takut, kegembiraan dan rasa ingin tahu yang

sangat besar.

Merangsang rasa ingin tahu pembelajar sangat membantu upaya

mendorong pembelajar agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran

(dan kehidupan itu sendiri) akan mandek jika tidak ada sesuatu

yang menimbulkan rasa ingin tahu.18

18 Ibid., hlm.109-120..

36

b) Teknik Penyampaian

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan

untuk mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang

mengawali proses belajar secara positif dan menarik

Ketika mendengar kata presentasi, secara otomatis kita

menghubungkan kata ini dengan sesuatu yang dilakukan fasilitator,

bukan pembelajar. Akan tetepi yang dimaksudkan oleh Dave Meier

dalam bukunya ini adalah memcoba untuk mulai menghubungkan

presentasi dengan sesuai yang dilakukan fasilitator maupun pembelajar

dalam berbagai campuran bergantung pada situasinya. Presentasi

berarti pertemuan. Fasilitator dapat memimpin, tetapi pembelajarlah

yang harus menjalani pertemuan itu.

Jika kita memahami presentasi hanya semata-mata sebagai

sesuatu yang dilakukan fasilitator terhadap pembelajar, tahap ini dalam

siklus pembelajaran menjadi tahap paling lemah. Bukankah ironis?

Rancangan pelatihan tradisional memberikan tekanan paling besar

pada presentasi instruktur. Ke sanalah dipusatkan hampir seluruh

usaha dan biaya: ke sesuatu yang berpengaruh paling kecil pada

pembelajaran. Akan tetapi, kita terus saja mencurahkan seluruh usaha

kita untuk mengembangkan materi presentasi, pertunjukkan power

point, bentuan mengajar, selebaran, dan materi lain yang tidak banyak

manfaatnya bagi pembelaja. Kita menempatkan, menurut perkiraan

Dave Meier dalam bukunya 80% sumber daya kita untuk menunjang

hal-hal yang berpengaruh paling-paling 20% pada pembelajaran itu

sendiri.

Harus kita sadari bahwa pembelajaran berasal dari

keterlibatan aktif dan penuh seorang pembelajar dengan pelajaran, dan

bukan dari mendengarkan presentasi yang tak habis-habisnya

mengenai hal itu. (Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan

menelan informasi). Presentasi diadakan semata-mata untuk

mengawali proses belajar dan bukan dijadikan fokus utama.

37

Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang

dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan

pembelajar dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya.19

c) Teknik Pelatihan

Tahap pelatihan merupakan intisari dari accelerated learning.

Tanpa tahap penting ini tidak ada pembelajaran menurut Dave. Tahap

ini dalam siklus pembalajarann berpengaruh terhadap 70% (atau lebih)

pengalaman belajar secara keseluruhan. Dalam tahap inilah

pembelajarann yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang

difikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajarlah yang

menciptakan pembelajaran, dan bukan apa yang difikirkan, dikatakan

dan dilakukan instruktur.

Peranan instruktur hanyalah memprakarsai proses belajar, lalu

menyingkir. Dengan kata lain: tugas instruktur adalah menyusun

konteks tempat pembelajar dapat menciptakan isi yang bermakna

mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Peranan instruktur

adalah mengajak pembelajar berfikir, berkata dan berbuat menangani

materi belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka

memadukannya kedalam struktur pengetahuan, makna dan ketrampilan

yang sudah tertanam didalam diri. Menurut Win Wenger bahwa yang

dikatakan dan dilakukan pembelajar itulah yang lebih penting daripada

apa yang dikatakan dan dilakukan oleh fasilitator bagi pembelajaran

sejati. Fasilitator selalu mengawasi dan menyuapi pembelajar

merupakan ancaram serius terhadap belajar.

Penelitian mengenai otak dan pembelajaran telah

mengungkapkan fakta yang mengejutkan: Jika sesuatu dipelajari

dengan sungguh-sungguh, struktur internal dari sistem saraf kimiawi /

listrik internal seseorang berubah. Sesuatu yang baru tercipta di dalam

diri seseorang jaringan saraf baru - jalur kimiawi / elekris baru,

asosiasi baru, hubungan baru. Secara harfiah pembelajar harus diberi

19 Ibid., hlm.132-133.

38

waktu agar hal ini terjadi. Kalau tidak, tidak ada yang menempel, tidak

ada yang menyatu, tidak ada yang benar-benar dipelajari.

Pembelajaran adalah perubahan. Jika tidak ada waktu untuk berubah

maka berarti tidak ada pembelajaran yang sejati.20

d) Teknik Penampilan

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi

pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi

kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar

terungkap hanya dalam tahap ini ketika pembelajaran diterapkan pada

pekerjaan. Namun banyak rancangan pelatihan mengabaikan tahap ini

atau bahkan menghapuskannya sama sekali. Penting untuk disadari

bahwa tahap ini bukan hanya tambahan, melainkan menyatu dengan

seluruh proses belajar. Tanpa tahap penampilan yang kuat, tiga tahap

sebelumnya dalam siklus pembelajaran bisa jadi sia-sia sama sekali.

Karena setiap keberhasilan bergantung pada kelanjutannya.

Tujuan dari teknik penampilan ini adalah memastikan bahwa

pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah

mengalami tiga tahap sebelumnya dalam proses pembelajaran, kita

perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan

ketrampilan baru mereka pada pekerjaan mereka dengan cara-cara

yang dapat menciptakan nilai nyata bagi diri mereka sendiri,

organisasi, dan klien organisasi. Dalam istilah pertanian, penampilan

hasil sama dengan panen.21

20 Ibid., hlm.145-146.. 21 Ibid., hlm.156.

39

B. KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

a) Pengertian Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik

dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.

Secar detail, dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal ayat (1) Pendidikan

didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional

terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di

perguruan-perguruan tinggi.

b) Pengertian Agama

Arti agama menurut bahasa adalah

نيدتايم “sesuatu yang ditaati”

Sedangkan menurut istilah ada dua macam, yaitu:

ماشرعه اهللا على لسان نبيه من األحكام “Hukum yang disyari’atkan (diperintahkan) Allah melalui lisan Nabi-Nya”. Atau وضع الهي يدعوا لذوى العقول السالمة اىل قبول ما هو عند الرسول لسعادتهم فى

ادهمعمو اشهمعم “Peraturan tuhan yang mengajak kepada setiap yang berakal sehat untuk menerima segala peraturan yang dibawa oleh Rasulullah guna

40

mencapai kebahagiaan mereka ketika hidup didunia dan kembalinya ke alam akhirat kelak.”.22

Dalam buku ensiklopedi Islam di jelaskan bahwa kata agama

dalam bahasa Indonesia berari sama dengan kata din dalam bahasa

Arab dan Semit, atau dalam bahasa Eropa sama dengan religion

(Inggris), la religion (Prancis), de religie (Belanda), die religion

(Jerman). Secara bahasa perkataan “agama berasal dari bahasa

sansekerta yang berarti “tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun

temurun”, sedangkan kata din mengandung arti “menguasai,

menundukkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.”23

c) Pengertian Islam

Islam agama Samawi (langit) yang diturunkan oleh Alla Swt,

melalui utusan-Nya, Muhammad Saw, yang ajaran-ajarannya terdapat

dalam kitab suci al-Qur’an dan sunnah dalam bentuk perintah-perintah,

larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia baik

di dunia maupun di akherat.

Jadi pendidikan agama Islam adalah adalah usaha sadar untuk

menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik

dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka

dalam hal mempelajari tentang nilai-nilai kebenaran yang telah di

turunkan Allah Swt, melalui Nabi-Nya Muhammad Saw.

2. Pengertian Pembelajaran PAI

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut

guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai

dengan rencana yang telah diprogramkan.24

Dan pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara guru

dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

22 Syekh Ibrahim al Bajuri, Tijan Daraari,(Semarang: Thoha Putra, t.th.), hlm.15. 23 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997),

hlm. 63. 24 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:

Rosdakarya, 2004), cet.1, hlm. 117.

41

baik. Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan

tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan kondisi

pembelajaran harus direncanakan dan mengacu pada tujuan pembelajaran

yang dikehendaki.

Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah usaha yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subyek peserta

didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-

ajaran Islam.25 Selain itu PAI bukanlah sekedar proses usaha mentransfer

ilmu pengetahuan atau norma agama melainkan juga berusaha

mewujudkan perwujudan jasmani dan rohani dalam peserta didik agar

kelak menjadi generasi yang memiliki watak, budi pekerti, dan

kepribadian yang luhur, kepribadian muslim yang utuh.26

Sedangkan pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan

untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran

ini akan lebih membantu dalam memaksimalkan kecerdasan peserta didik

yang dimiliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi

secara fisik dan sosial terhadap lingkungan.27 Sebagai salah satu mata

pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam dan tatanan nilai

kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan melalui

perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan

pengembangan kehidupan peserta didik.

Pembelajaran PAI diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah

Islamiyah dalam arti luas, yaitu ukhuwah fi al-ubudiyah, ukhuwah fi al-

insaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab dan ukhuwah fi din al-

Islam. Ini dikarenakan PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang

agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari

(membangun etika sosial). 28

25 Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati dan

Yayasan al-Qalam, 2002), cet.1, hlm. 18. 26 Ibid., hlm. xviii-xix. 27 Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), cet. III, hlm. 14. 28 Departemen Agama, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Madrasah, (Jakarta:

Departemen Agama, 2003), hlm.3-4.

42

3. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI

Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan

yang diinginkan. Didalamnya itu terkandung tujuan yang menjadi target

pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-

pengalaman belajar.29 John Dewey menyatakan bahwa tujuan pendidikan

adalah “is to individuals to continue their education or that object and

reward of learning is continued capacity for growth”.30 (Agar siswa dapat

meneruskan jenjang pendidikannya atau obyek dan penghargaan

pembelajaran dapat diteruskan melalui kapasitas perkembangannya).

Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam mencapai

tujuan pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan siswa, sehingga

dalam proses kegiatan pembelajaran siswa benar-benar dapat mengikuti

dengan sebaik-baiknya. Tingkah laku yang ditunjukkan siswa secara

spesifik harus dapat diamati guru untuk menentukan kemajuan siswa

sesuai dengan tujuan tersebut.

Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Tujuan menyediakan situasi, kondisi untuk belajar

b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku peserta didik yang dapat diukur

dan diamati

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.31

Secara umum, PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama

Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah

dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan

negara. Dari tujuan tersebut ada beberapa dimensi yang hendak dituju dan

ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu32:

29 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. IV,

hlm. 76. 30 John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964),

hlm. 100. 31 Oemar Hamalik, Op.Cit., hlm. 77. 32 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 78.

43

a. Dimensi keimanan peserta didik

b. Dimensi pemahaman atau penalaran atau intelektual serta keilmuan

peserta didik

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman pribadi peserta didik

d. Dimensi pengamalan peserta didik.

Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses

PAI yang dilalui dan dialami oleh peserta didik di sekolah dimulai dari

tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai

ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan sikap, yakni terjadinya

proses internalisasi ajaran nilai-nilai ajaran Islam ke dalam diri peserta

didik, melalui tahapan afeksi ini diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam

diri peserta didik dan bergerak untuk mengamalkan ajaran Islam (tahapan

psikomotorik).

Oleh karena itu berbicara PAI, baik makna maupun tujuannya

haruslah mengacu pada penanaman nilai Islam, ini dalam rangka menuai

keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan mampu membuahkan

kebaikan di akhirat. Betapa pentingnya tujuan harus dirumuskan dalam

setiap pengajaran agar benar-benar dapat mencapai tujuan seperti yang

dikehendaki kurikulum.33

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,-

keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan. Adapun

ruang lingkup bahan pelajaran PAI di sekolah berfokus pada aspek al-

Qur’an, aqidah, syari’ah, akhlak dan tarikh.34

33 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritik dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya,

1998), cet. XII, hlm.40. 34 Departemen Agama RI, Pedoman PAI di Sekolah Umum, (Jakarta: Direjen

Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm.7.

44

4. Karakteristik Kurikulum Islam

Setiap jenis kurikulum akan mempunyai karakteristik tersendiri,

termasuk Pendidikan Agama Islam yang harus memenuhi beberapa

ketentuan. Menurut Abdurahman an-Nahlawi sebagaimana di kutip Abdul

Majid dan Dian Andayani ada beberapa ketentuan yaitu:35

a. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang sesuai fitrah manusia

b. Harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam

c. Harus sesuai dengan tingkatan pendidikan

d. Memperhatikan tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut

penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal.

e. Tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam

f. Harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan

g. Harus memilih metode yang realistis sehingga dapat diadaptasikan

dalam berbagai kondisi, lingkungan dan keadaan tempat ketika

kurikulum ditetapkan.

h. Harus efektif, dalam memberikan hasil pendidikan yang bersifat

behavioristik.

i. Harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia peserta didik

j. Memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang

bersifat aktivitas langsung.

Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan

dalam KBM yang terpenting dalam pelaksanaan dan keberhasilannya

kurikulum itu dilengkapi dengan berbagai aktivitas walaupun hanya

berperan sebagai pelengkap.

35 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep

dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Rosdakarya, 2004), cet.1, hlm. 78-80.

45

5. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI

Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasi prinsip-

prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :

1) Prinsip kesiapan (readiness)

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang

membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara

tertentu terhadap situasi.36 Kondisi ini mencakup setidak-tidaknya tiga

aspek, yaitu : 1. Kondisi fisik, mental dan emosional. 2. Kebutuhan,

motif dan tujuan 3. Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang

telah dipelajari

Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu

sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar dan peserta didik

yang belum siap melaksanakan tugas dalam belajar akan mengalami

kesulitan.

2) Prinsip motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Motivation is a general term. It refers to states within the

organism, to behavior and to the goals toward which behavior is

directed. In other words, motivation has three aspect: 1) a motivating

state within the organism, 2) behavior aroused and directed by this

state, and 3) a goal toward which the behavior is directed. 37 (Motivasi

adalah istilah umum yang menunjukkan kepada keadaan (kondisi)

yang menggerakkan tingkah laku sebagai hasil keadaan yang

mengarahkan pada tujuan atau tingkah laku akhir. Dengan kata lain

motivasi mempunyai tiga aspek: 1) keadaan yang mendorong, 2)

tingkah laku yang didorong dan 3) tujuan yang menjadi arah ringkah

laku.

36 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

1995), cet. III, hlm. 113. 37 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Crow Hill Book

Company, 1971), hlm.187.

46

Perilaku individu yang positif ditandai selalu terarah karena

didorong motivasi. Motivasi ini terdiri atas desakan, motif, kebutuhan

atau keinginan yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan

atau perbuatan untuk mencapai tujuan.38 Motivasi dapat berfungsi

sebagai pendorong timbulnya tingkah laku, pengarah dalam mencapai

tujuan dan sebagai penggerak perbuatan seseorang.

Berdasarkan sumbernya, ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Motivasi yang datang dari dalam peserta didik disebut motivasi

intrinsik. Sedangkan motivasi ekstrinsik datang dari lingkungan diluar

diri peserta didik.

Perwujudan interaksi antara guru dan siswa harus lebih banyak

berbentuk pemberian motivasi dari guru ke siswa agar siswa merasa

memiliki semangat, potensi dan kemampuan dapat dikembangkan

sehingga akan meningkatkan harga dirinya.

3) Prinsip perhatian

Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri

pada tugas dan melihat isi masalah yang diberikan serta untuk

memusatkan pada aspek yang relevan. Secara umum, perhatian

meliputi tiga aktivitas yaitu [1] Kesadaran (consciousness), [2] Seleksi

(selection) yang dipengaruhi mood dan minat, [3] Pemberian arti

(encoding) dimana informasi yang diterima oleh indera ditafsirkan,

dirubah dan dimodifikasi berdasarkan pengetahuan lama yang telah

dimiliki.39 Kedalaman dan makna dari informasi baru bergantung pada

tingkat pengetahuan dan persepsi seseorang.

4) Prinsip persepsi

Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan

atau informasi ke dalam otak manusia. 40 Semua proses belajar selalu

38 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

Rosdakarya, 2003), cet. 1, hlm. 73. 39 Abdul Mukti, “Proses Belajar : Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul

Mukti (eds.,), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan IAIN Walisongo Semarang, 1998), cet.1, hlm. 100-101.

40 Slameto, Op.Cit., hlm. 102.

47

dimulai dengan persepsi, setelah peserta didik menerima stimulus dari

lingkungan. Persepsi dianggap sebagai kegiatan awal struktur kognitif

seseorang yang mempunyai sifat relatif, selektif, teratur serta

dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan penerima rangsangan.

5) Prinsip retensi

Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali

setelah seseorang mempelajari sesuatu. Karena itu, retensi sangat

menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses

pembelajaran.41 Ada cara-cara untuk meningkatkan retensi belajar,

antara lain :

• Usahakan agar isi pembelajaran disusun secara baik

• Pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan keledai (moemonic)

• Berikan resitasi atau tugas untuk meningkatkan aktivitas peserta

didik

• Latihan pengulangan untuk ketrampilan motorik.

6) Prinsip transfer

Transfer berarti ada kaitannya antara pengetahuan yang sudah

dipelajari dengan yang baru dipelajari atau pengetahuan yang diajarkan

di sekolah dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah dalam

kehidupan masa yang akan datang. Cara menstransformasikan dan

menginternalisasikan nilai-nilai agama ke pribadi siswa antara lain

dengan jalan pergaulan, memberi teladan, mengajak dan

mengamalkan.42

6. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI

Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan peserta

didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah

dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang

41 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 143. 42 Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), cet. II,

hlm.155.

48

teraktualisasi dalam kurikulum sebagai kebutuhannya. Dalam

pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh

dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Komponen tersebut

adalah :

1. Kondisi pembelajaran

2. Metode pembelajaran

3. Hasil pembelajaran

Klasifikasi dan hubungan antar komponen yang mempengaruhi

pembelajaran PAI tersebut dapat diuraikan lebih rinci sebagai berikut :

1. Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran adalah semua faktor yang mempengaruhi

penggunaan metode pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil

pembelajaran PAI. Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran:

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya mengacu pada hasil

pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil yang diharapkan,

tujuan pembelajaran harus ditetapkan lebih dahulu sehingga upaya

pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan.

Tujuan umum pembelajaran mengacu pada hasil

keseluruhan isi bidang studi yang diharapkan. Sedangkan tujuan

khususnya mengacu pada konstruk tertentu (misalnya fakta,

konsep, prosedur) dari suatu bidang studi PAI berupa konsep, dalil,

kaidah dan keimanan yang menjadi landasan dalam

mendeskripsikan strategi pembelajaran.

b. Karakteristik bidang studi atau bahan

Bahan pengajaran merupakan bagian yang penting dalam

proses belajar mengajar dan menempati kedudukan yang

menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan

ketercapaian pengajaran.43

43 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2003), cet. II, hlm. 139.

49

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menetapkan bahan atau meteri, yaitu :

1) Sesuai dengan tujuan

2) Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa

pada umumnya

3) Materi hendaknya terorganisasi secara sistematik dan

berkesinambungan

4) Bersifat faktual dan konseptual.44

Dalam suatu pembelajaran bahan bukan sebagai tujuan,

melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu,

penentuan bahan pembelajaran harus didasarkan pada pencapaian

tujuan baik dari segi isi, tingkat kesulitan maupun organisasinya

sehingga mampu mengantarkan siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

c. Karakteristik peserta didik

Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan

peserta didik dipengaruhi oleh karakteristik sebagai individu.

Karakteristik peserta didik merupakan aspek kualitas perseorangan

peserta didik. Dapat juga dikatakan keseluruhan kelakuan dan

kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan

dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas

dalam meraih cita-citanya.45 Sebagai individu, peserta didik

memiliki dua karakteristik utama, pertama individu yang memiliki

keunikan sendiri dan kedua selalu berada dalam proses

perkembangan yang bersifat dinamis.

Karakteristik kemampuan awal peserta didik dapat

dijadikan dasar dalam pemilihan strategi pembelajaran.46

Kemampuan awal sangat penting dalam meningkatkan

44 Saeful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alpa Beta, 2003),

hlm.162. 45 Sardiman, Op.Cit., hlm.118. 46 Muhaimin, Op.Cit., hlm.246.

50

kebermaknaan pembelajaran, sehingga akan memudahkan proses

internal yang berlangsung dalam diri peserta didik.

Untuk mengetahui karakteristik kemampuan awal peserta

didik, teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan dokumen,

tes pra-syarat dan tes awal, komunikasi individual dan

penyampaian angket.47 Untuk mendapatkan informasi yang

berguna guru harus belajar mengobservasi peserta didik dengan

cermat. Mungkin ia harus melupakan kedudukannya sebagai guru

yang berhadapan dengan murid-muridnya dan memandang mereka

masing-masing sebagai individu.48

penyampaian isi pembelajaran kepada peserta didik.49

Pengembangan strategi makro mempunyai cakupan yang luas dan

digunakan untuk menata keseluruhan isi bidang studi sehingga

dapat memberikan gambaran tentang konstruksi kurikulum secara

komprehensif. Strategi mikro digunakan untuk menata urutan

sajian pembelajaran. Cakupannya lebih sempit, hanya pada

kepentingan bagaimana guru mengajar.50 Strategi ini dibagi dalam

kapabilitas belajar, proses belajar dan pengorganisasian

pembelajaran.

a. Strategi penyampaian

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan dalam

pembelajaran yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat

merespon dan menerima pelajaran dengan mudah, cepat dan

menyenangkan. Ada tiga komponen dalam strategi ini :

1) Media Pembelajaran

Secara khusus, media pembelajaran PAI adalah alat,

metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

47 Suryobroto, PBM di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm. 31. 48 W. James Popham & Eva L. Baker, Tehnik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2003), cet. III, hlm. 45. 49 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 250. 50 Abdul Majid, Dian Andayani, Op.Cit., hlm. 32.

51

mengefektifkan komunikasi. Sedangkan secara umum sebagai

sarana prasarana PAI yang dipergunakan untuk membantu

tercapainya tujuan pembelajaran PAI.51

Pertimbangan pemikiran dan kegunaan media

didasarkan pada teknis kemampuan yang akan dicapai siswa

sesuai tujuan dan kegunaan dari media yang dipilih, fleksibel,

keefektifan dan kesanggupan dalam menggunakannya.

Media berfungsi mempertinggi daya serap dan referensi

peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan cara

memberikan pengalaman lebih nyata, menarik perhatian peserta

didik, maupun membangkitkan dunia teori dengan realitasnya.

Dalam proses pembelajaran PAI yang menggunakan

media, diharapkan siswa yang belajar tidak hanya meniru,

contoh, atau melakukan apa yang diberikan tetapi ia secara

aktif berupaya untuk berbuat atas dasar keyakinannya.52

Proses dan hasil belajar peserta didik menunjukkan

perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan

pengajaran dalam media. Oleh sebab itu menggunakan media

dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi

kualitas pengajaran.53

2) Interaksi Peserta didik dengan media

Setiap media yang direncanakan, dipilih, ditetapkan dan

dikembangkan dapat menimbulkan interaksi peserta didik

dengan pesan-pesan yang di bawa media. Kecocokan suatu

media diukur dari tingkat keefektifan, keefesienan, kemudahan

dan kemenarikan peserta didik untuk menampilkan hasil kerja

melalui media yang digunakan.54

51 Mukhtar, Op.Cit., hlm. 103. 52 Ibid., hlm. 117. 53 Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’i, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2001), cet. IV, hlm. 3. 54 Muhaimin, Op.Cit, hlm. 154.

52

3) Struktur belajar mengajar

Media, kegiatan belajar dan bentuk pembelajaran

merupakan komponen yang saling berkaitan. Kalau strategi

penyampaian dimulai dari pemilihan media, maka bentuk

pembelajaran dan kegiatan belajar harus menyesuaikan. Begitu

juga sebaliknya. Skema dari penjelasan tersebut :

Media

Kegiatan belajar Bentuk belajar mengajar

b. Strategi pengelolaan

Strategi pengelolaan terkait dengan bagaimana menata

interaksi antara peserta didik dengan strategi pengorganisasian dan

strategi penyampaian. Langkahnya meliputi penjadualan, KBM,

pengelolaan motivasi, pembuatan catatan kemajuan belajar dan

penetapan kontrol belajar agar sesuai dengan karakteristik peserta

didik.

2. Hasil pembelajaran

Hasil pembelajaran PAI adalah semua akibat yang dapat

dijadikan indicator tentang nilai dari penggunaan metode di bawah

kondisi pembelajaran yang berbeda.55 Dengan metode yang digunakan

dalam setiap pembelajaran diharapkan dapat membawa keberhasilan.

Hasil pembelajaran akan dievaluasi untuk memberikan informasi

mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa. Indikator dari

keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada keefektifan, efisiensi

pembelajaran dan daya tarik siswa untuk berkeinginan terus belajar.

55 Ibid., hlm. 148.

53

C. Implementasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Dalam Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

pendidikan nasional, diantaranya tersirat bahwa salah satu hak peserta didik

adalah mendapatkan pelayanan pendidikan khusus, bagi yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Salah satu wujud pelaksanaan UU

tersebut adalah dibukanya program percepatan belajar, dalam hal ini Kelas

Akselerasi.

Salah satu tujuan program ini adalah memberikan pelayanan kepada

anak berbakat secara intelektual, untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal

sekaligus mensinkronkan kemampuan intelektual yang lebih dengan

kecerdasan emosional maupun spiritual.

Untuk masuk dalam program ini harus diadakan identifikasi kepada

calon-calon akseleran meyangkut tiga kriteria, meliputi Intelligent Quotient

(IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Social Quotient (SQ). Sehingga dalam

pelaksanaannya, program ini dirancang khusus untuk mengasah kemampuan

intelektual, sekaligus memberikan kematangan emosi dan pemantapan

spiritual.

Program ini disambut baik oleh para orangtua siswa yang memiliki

kemampuan lebih dalam hal intelektual. Namun ironis memang, sambutan

kebanyakan masyarakat yang kurang mengerti tentang hakikat Kelas

Akselerasi dirasa kurang mendukung. Tak sedikit yang beranggapan bahwa

akselerasi merupakan salah satu bentuk diskriminasi pendidikan. Pembedaan

antara fasilitas dan pelayanan guru terhadap para akseleran pun memicu

kesenjangan sosial yang cukup mencolok dalamlingkungan sekolah.

Pada hakikatnya, program kelas Akselerasi adalah sama dengan

Sekolah Luar Biasa (SLB). Hanya saja Kelas Akselerasi diperuntukkan bagi

anak-anak yang luar biasa cerdas. Sehingga pembedaan dalam bentuk

perlakukan dan pelayanan memang perlu dilakukan. Mereka memiliki

keunggulan dalam kecepatan berpikir, sehingga berhak mendapatkan

perlakukan yang serba cepat pula.

54

Hal tersebut perlu diperhatikan. Oleh karena dalam kenyataannya,

banyak anak berbakat dalam hal intelektual belum tertangani secara maksimal

banyak dan memiliki banyak masalah di sekolahnya.

Kesenjangan sosial yang timbul hanya dikarenakan adanya program

akselerasi adalah hal yang dibesar-besarkan. Bisa jadi karena program ini

masih baru di Indonesia. Padahal dibanding siswa kelas reguler, siswa Kelas

Akselerasi hanya diajar dengan metode yang berbeda, disesuaikan dengan

kemampuannya.

Akseleran bukanlah robot, yang di dalam kelas harus tegang, berkutat

dengan ilmu fisika dan dalam setiap tindakannya harus berpikir secara

matematis. Sebaliknya para akseleran adalah remaja biasa yang bisa

bersosialisasi dan bermasyarakat