BAB II LANDASAN TEORI...Menurut Sutrisno (2017:33) mendefinisikan perencanaan sumber daya manusia...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI...Menurut Sutrisno (2017:33) mendefinisikan perencanaan sumber daya manusia...
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen
yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Hal
ini disebabkan manajemen sumber daya manusia mengatur tenaga kerja yang ada
didalam organisasi, sehingga terwujud tujuan organisasi.
Menurut Mangkunegara (2015:2) manajemen sumber daya manusia
merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,
pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Menurut Fahmi (2016:1) “manajemen sumber daya manusia (human
resources management) adalah rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan
untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif”
Menurut Sutrisno (2017:5) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
merupakan bidang strategis dari organisasi. Manajemen sumber daya
manusia harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional
untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan
pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan mengelolanya.
Sedangkan menurut Simamora dalam Sutrisno (2017:5) “manajemen
sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok
pekerja”
-
8
2.2. Sumber Daya Manusia (SDM)
2.2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang terpenting
dalam suatu perusahaan. Dalam menghadapi arus globalisasi, berhasil atau
tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan, sangat tergantung pada kemampuan
SDM dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan.
Menurut Sutrisno (2017:3) mendefinisikan sumber daya manusia
merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan,
keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio,
rasa, dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terghadap
upaya organisasi dalam mencapai tujuan. Betapapun majunya teknologi,
perkembangan informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, jika
tanpa SDM sulit bagi organisasi itu untuk mencapai tujuan.
Sumber daya manusia diperusahaan perlu dikelola secara professional agar
terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan
kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci
utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar.
(Mangkunegara, 2015:1)
Menurut (Suhardoyo, 2017) “Sumber Daya Manusia adalah sumber daya
utama dalam organisasi, dimana mempunyai potensi berupa kemampuan
menciptakan, berpikir, mempunyai keahlian dan lain-lain yang sangat dibutuhkan
dalam pencapaian tujuan”
2.2.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Sikula dalam Mangkunegara (2015:4) “perencanaan sumber daya
manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan
-
9
kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar
pelaksanaanya berintegrasi dengan rencana organisasi”
Menurut Sutrisno (2017:33) mendefinisikan perencanaan sumber daya
manusia (PSDM) merupakan fungsi utama yang harus dilaksanakan dalam
organisasi, guna menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat untuk
menduduki berbagai posisi, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu
yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai
sasaran yang telah dan akan ditetapkan.
Menurut Jackson dan Schuler dalam Sutrisno (2017:34) perencanaan
sumber daya manusia yang tepat membutuhkan langkah-langkah tertentu
berkaitan dengan aktivitas perencanaan sumber daya manusia menurut organisasi
modern. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Pengumpulan dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun
persediaan sumber daya manusia yang diekspetasikan bagi perencanaan bisnis
masa depan.
2. Mengembangkan tujuan perencanaan sumber daya manusia.
3. Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat
memudahkan organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan sumber daya
manusia.
4. Mengawasi dan mengevaluasi program-program yang berjalan.
Perencanaan sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai kegiatan
yang sistematis dan komprehensif yang melibatkan tenaga kerja secara
menyeluruh dalam perusahaan dalam waktu panjang. Perencanaan turut
melibatkan rencana pembangunan SDM dan memperkirakan stok SDM tersebut
dimasa depan. Perencanaan sumber daya manusia bagi perusahaan dapat dilihat
sebagai proses manajemen yang komprehensif, suatu proses analisis yang
berkelanjutan. (Erisman dan Arini, 2015:35)
-
10
2.3. Disiplin Kerja
2.3.1. Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Fahmi (2016:65) mendefinisikan “kedisiplinan adalah tingkat
kepatuhan dan ketaatan kepada aturan yang berlaku serta bersedia menerima
sanksi atau hukuman jika melanggar aturan yang ditetapkan dalam kedisiplinan
tersebut.”
Menurut Rivai dalam (Erlangga, 2017) Disiplin kerja adalah suatu alat
yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan, agar
mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku dan sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran serta kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2015:129) mengemukakan
bahwa “disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi.”
Menurut (Yuliantari dan Ulfa, 2016) disiplin adalah suatu hal yang mutlak
harus ditanamkan pada yang paling dasar dalam kedisiplinan karyawan
adalah manajemen waktu, dalam hal ini yaitu jam kerja. Apabila waktu
tersebut sering dilanggar, dapat dikatakan bahwa para karyawan menjadi
tidak disiplin sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas dan
kualitas kerja karyawan.
Taryaman (2016:99) mengatakan “kedisiplinan harus ditegakkan dalam
suatu organisasi. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit organisasi
untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Menurut Asbakhul dalam (Nisyak dan Trijonowati, 2016) disiplin
merupakan sikap atau perilaku ketaatan seseorang atau sekelompok orang
yang sesuai prosedur serta terhadap peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Disiplin
kerja merupakan salah satu bagian dari penciptaan pegawai yang
professional sehingga harus menjadi teladan bagi masyarakat.
-
11
Seseorang yang mempunyai kedisiplinan cenderung akan bekerja sesuai
dengan peraturan dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Jadi Disiplin adalah
suatu ketaatan yang sungguh-sungguh, didukung oleh kesadaran untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya serta berperilaku yang seharusnya berlaku di
dalam lingkungan tertentu. (Setiawan, 2013)
Tingkat kedisiplinan karyawan dapat dilihat dari absensi karyawan dalam
perusahaan dan bagaimana karyawan berperilaku sesuai norma dan peraturan
yang ada pada perusahaan. Bila dalam absensi seorang karyawan sering tidak
masuk atau mangkir dalam jam kerja bisa dikatakan karyawan tersebut kurang
disiplin begitu pula sebaliknya bila karyawan selalu masuk tepat waktu dan tidak
sering terlambat berarti karyawan tersebut karyawan yang disiplin. (Suhardoyo,
2017)
2.3.2. Macam-Macam Disiplin Kerja
Ada dua bentuk macam disiplin kerja menurut Mangkunegara (2015:129),
yaitu:
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti
dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh
perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin
diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan-peratuan perusahaan. Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung
jawab dalam membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu
pula pegawai harus dan wajib mengetahui, memahami semua pedoman kerja
-
12
serta peraturan-perturan yang ada dalam organisasi. Disiplin preventif
merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk
semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik,
maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin
korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk
memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan
memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.3.3. Pendekatan Disiplin Kerja
Ada tiga pendekatan disiplin menurut Mangkunegara (2015:130), yaitu:
1. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman
secara fisik.
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang
berlaku.
-
13
c. Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka
harus diperbaiki dengan megadakan proses penyuluhan dengan
mendapatkan fakta-faktanya.
d. Melakukan proses terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap
kasus disiplin.
2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali bila telah diputuskan.
b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar
maupun kepada pegawai lainnya.
d. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras.
e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya
harus diberi hukuman yang lebih berat.
3. Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan
perilaku.
c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik.
-
14
d. Disiplin pegawai bertujuan agar bertanggung jawab terhadap
perbuatannya.
2.3.4. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin menurut Mangkunegara
(2015:130), yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian Peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai
bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya. Di samping itu
pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
memberikan penilaian kondite pegawai.
2. Pemberian Sanksi Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang
bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di perusahaan.
Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada. Di samping
itu, memberi peluang pelanggar untuk mengabaikan disiplin perusahaaan.
3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini
bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang
berlaku pada perusahaan. Ketidakkonsistenan pemberian sanksi dapat
mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai, ringannya
sanksi, dan pengabaian disiplin.
-
15
4. Pemberian Sanksi Harus Impersonal
Pemberian sanksi pelanggar disiplin harus tidak membeda-bedakan pegawai,
tua muda, pria-wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku
untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran sesuai dengan peraturan
yang berlaku di perusahaan.
Menurut Fahmi (2016:66) ada beberapa bentuk tindakan sanksi yang
diterima oleh seorang karyawan akibat tindakan indisipliner yang dilakukannya,
yaitu:
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
Bentuk isi teguran tersebut teraplikasi dalam berbagai macam bentuk,
secara umum berbentuk sebagai berikut;
1. Penurunan jabatan
2. Pemindahan posisi
3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
4. Termasuk pengaduan kepada pihak berwajib
-
16
Sumber : Fahmi (2016:66)
Gambar II.1 Sistem Pendisiplinan
2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Sutrisno (2017:89) asumsinya bahwa pemimpin mempunyai
pengaruh langsung atas sikap kebiasaan yang diperoleh karyawan. Kebiasaan itu
ditentukan oleh pemimpin, baik dengan iklim atau suasana kepemimpinan
maupun melalui contoh diri pribadi. Karena itu, untuk mendapat disiplin yang
baik, maka pemimpin harus memberikan kepemimpinan yang baik pula.
Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2017:89), faktor yang
mempengaruhi disiplin pegawai adalah:
Perusahaan
(melalui manajer)
Berusaha mengubah
perilaku yang tidak tepat atau
kinerja yang buruk
Mengukur perilaku dan
kinerja
Mengkomuni- kasikan
peraturan- peraturan dan
standar tersebut
Menetapkan peraturan dan
standar
Karyawan
-
17
1. Besar Kecilnya Pemberian Kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para
karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah
dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia menerima kompensasi yang
memadai, mereka akan dapat bekerja tenang dan tekun, serta selalu berusaha
bekerja dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, bila ia merasa kompensasi yang
diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir mendua, dan berusaha
untuk mencari tambahan penghasilan lain dari luar, sehingga menyebabkan ia
sering mangkir, sering minta izin keluar.
2. Ada Tidaknya Keteladanan Pimpinan Dalam Perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan
dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan
dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat merugikan aturan
disiplin yang sudah ditetapkan.
3. Ada Tidaknya Aturan Pasti yang Dapat dijadikan Pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak
ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.
Disiplin tidak mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya
berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
dan situasi.
-
18
4. Keberanian Pimpinan Dalam Mengambil Tindakan
Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat
pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar
displin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa
terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal serupa. Dalam
situasi demikian, maka semua karyawan akan benar-benar terhindar dari sikap
sembrono, menjadi seenaknya sendiri dalam perusahaan. Sebaliknya, bila
pimpinan tidak berani mengambil tindakan, walaupun sudah terang-terangan
karyawan tersebut melanggar disiplin, tetapi tidak ditegur/dihukum, maka
akan berpengaruh kepada suasana kerja dalam perusahaan.
5. Ada Tidaknya Pengawasan Pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan,
yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan
dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi
tabiat manusia pula bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat
oleh peraturan apapun juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian,
maka sedikit banyak para karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja.
6. Ada Tidaknya Perhatian Kepada Para Karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara satu
dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan
kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih
membutuhkan perhatian besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan
kesulitan mereka ingin didengar, untuk dicarikan jalan keluarnya, dan
-
19
sebagainya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada
karyawan akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik.
7. Diciptakan Kebiasaan-Kebiasaan yang Mendukung Tegaknya Disiplin
Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:
a. Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan perusahaan.
b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.
c. Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi
pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.
d. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja,
dengan menginformasikan, kemana dan untuk urusan apa, walaupun
kepada bawahan sekalipun.
2.3.6. Indikator-indikator Disiplin Kerja
Menurut Robbins dalam Taryaman (2016:99) mengemukakan bahwa pada
dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan
suatu organisasi, diantaranya:
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplian karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibeorganisasian, agar mereka bekerja bersungguh-sungguh
dan disiplin dalam mengerjakannya.
-
20
2. Kepemimpinan (Teladan Pimpinan)
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,
karena pemimpin dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil,
serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahannya pun akan ikut baik.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan,
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik
terhadap pekerjaan, maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Untuk
mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, organisasi harus memberikan
balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik
apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya beserta keluarga.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya. Kedisiplinan yang dijadikan dasar kebijaksanaan
dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang
terciptanya kedisiplianan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam
memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan
keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
-
21
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan organisasi. Dengan waskat berarti atasan
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir
ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada
bawahan yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Waskat
efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa
mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari
atasannya.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner
akan berkurang. Berat ringannya hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus
diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan
secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar
untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat
motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam organsiasi.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan orgasnisasi. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak
untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
-
22
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
menerapkan hukuman bagi karyawan indisipliner akan disegani dan diakui
kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demikian, pimpinan akan dapat
memelihara kedisiplinan karyawan organisasi.
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu organisasi. Hubungan-
hubungan baik bersifat vertikal maupun horisontal yang terdiri dari direct
single relationship, direct group relationship, dan cross relationship
hendaknya harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi serta mengikat. Terciptanya human relationship yang
serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini
akan memotivasi kedisiplianan yang baik pada organisasi.
2.3.7. Pelaksanaan Disiplin Kerja
Organisasi suatu perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan
peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi
oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan
dengan disiplin itu antara lain:
1. Peraturan jam masuk, pulang, dan jam istirahat.
2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja
lain.
-
23
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
para pergawai selama dalam organisasi dan sebagainya. (Singodimedjo dalam
Sutrisno, 2017:94)
Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap
anggotanya harus mengendalikan dorongan hatinya dan bekerja sama demi
kebaikan bersama. Dengan kata lain, mereka harus secara sadar tunduk pada
aturan perilaku yang diadakan oleh kepemimpinan organisasi, yang ditujukan
pada tujuan yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan disiplin kerja, peraturan dan
ketetapan perusahaan hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh
karyawan. Selain itu, hendaknya peraturan tersebut juga dikomunikasikan
sehingga para karyawan tahu apa yang menjadi larang dan apa yang tidak.
(Ranupandoyo dan Masnan dalam Sutrisno, 2017:94)
Untuk membantu mekanisme kerja yang baik dan meningkatkan kualitas
karyawan perusahaan perlu melakukan pelaksanaan disiplin kerja terhadap
karyawan. Karena adanya pelaksanaan disiplin kerja maka suatu perusahaan akan
mengetahui bagaimana kondisi karyawannya. Seorang karyawan harus
mengetahui betapa pentingnya suatu disiplin dalam usaha menjamin
terpeliharanya tata tertib serta kelancaran pelaksanaan setiap tugas karena melalui
disiplin yang tinggi dapat dicapai tujuan-tujuan yang sejak semula ditetapkan.
(Irawan dan Handayani, 2018)