BAB II LANDASAN TEORI...Menurut Sutrisno (2017:33) mendefinisikan perencanaan sumber daya manusia...

17
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Hal ini disebabkan manajemen sumber daya manusia mengatur tenaga kerja yang ada didalam organisasi, sehingga terwujud tujuan organisasi. Menurut Mangkunegara (2015:2) manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Fahmi (2016:1) “manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif” Menurut Sutrisno (2017:5) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bidang strategis dari organisasi. Manajemen sumber daya manusia harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan mengelolanya. Sedangkan menurut Simamora dalam Sutrisno (2017:5) “manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja”

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI...Menurut Sutrisno (2017:33) mendefinisikan perencanaan sumber daya manusia...

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

    Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen

    yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Hal

    ini disebabkan manajemen sumber daya manusia mengatur tenaga kerja yang ada

    didalam organisasi, sehingga terwujud tujuan organisasi.

    Menurut Mangkunegara (2015:2) manajemen sumber daya manusia

    merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

    pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,

    pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan

    tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

    Menurut Fahmi (2016:1) “manajemen sumber daya manusia (human

    resources management) adalah rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan

    untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif”

    Menurut Sutrisno (2017:5) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

    merupakan bidang strategis dari organisasi. Manajemen sumber daya

    manusia harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional

    untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan

    pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan mengelolanya.

    Sedangkan menurut Simamora dalam Sutrisno (2017:5) “manajemen

    sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

    pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok

    pekerja”

  • 8

    2.2. Sumber Daya Manusia (SDM)

    2.2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)

    Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang terpenting

    dalam suatu perusahaan. Dalam menghadapi arus globalisasi, berhasil atau

    tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan, sangat tergantung pada kemampuan

    SDM dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan.

    Menurut Sutrisno (2017:3) mendefinisikan sumber daya manusia

    merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan,

    keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio,

    rasa, dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terghadap

    upaya organisasi dalam mencapai tujuan. Betapapun majunya teknologi,

    perkembangan informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, jika

    tanpa SDM sulit bagi organisasi itu untuk mencapai tujuan.

    Sumber daya manusia diperusahaan perlu dikelola secara professional agar

    terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan

    kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci

    utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar.

    (Mangkunegara, 2015:1)

    Menurut (Suhardoyo, 2017) “Sumber Daya Manusia adalah sumber daya

    utama dalam organisasi, dimana mempunyai potensi berupa kemampuan

    menciptakan, berpikir, mempunyai keahlian dan lain-lain yang sangat dibutuhkan

    dalam pencapaian tujuan”

    2.2.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)

    Menurut Sikula dalam Mangkunegara (2015:4) “perencanaan sumber daya

    manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan

  • 9

    kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar

    pelaksanaanya berintegrasi dengan rencana organisasi”

    Menurut Sutrisno (2017:33) mendefinisikan perencanaan sumber daya

    manusia (PSDM) merupakan fungsi utama yang harus dilaksanakan dalam

    organisasi, guna menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat untuk

    menduduki berbagai posisi, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu

    yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai

    sasaran yang telah dan akan ditetapkan.

    Menurut Jackson dan Schuler dalam Sutrisno (2017:34) perencanaan

    sumber daya manusia yang tepat membutuhkan langkah-langkah tertentu

    berkaitan dengan aktivitas perencanaan sumber daya manusia menurut organisasi

    modern. Langkah-langkah tersebut meliputi:

    1. Pengumpulan dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun

    persediaan sumber daya manusia yang diekspetasikan bagi perencanaan bisnis

    masa depan.

    2. Mengembangkan tujuan perencanaan sumber daya manusia.

    3. Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat

    memudahkan organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan sumber daya

    manusia.

    4. Mengawasi dan mengevaluasi program-program yang berjalan.

    Perencanaan sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai kegiatan

    yang sistematis dan komprehensif yang melibatkan tenaga kerja secara

    menyeluruh dalam perusahaan dalam waktu panjang. Perencanaan turut

    melibatkan rencana pembangunan SDM dan memperkirakan stok SDM tersebut

    dimasa depan. Perencanaan sumber daya manusia bagi perusahaan dapat dilihat

    sebagai proses manajemen yang komprehensif, suatu proses analisis yang

    berkelanjutan. (Erisman dan Arini, 2015:35)

  • 10

    2.3. Disiplin Kerja

    2.3.1. Pengertian Disiplin Kerja

    Menurut Fahmi (2016:65) mendefinisikan “kedisiplinan adalah tingkat

    kepatuhan dan ketaatan kepada aturan yang berlaku serta bersedia menerima

    sanksi atau hukuman jika melanggar aturan yang ditetapkan dalam kedisiplinan

    tersebut.”

    Menurut Rivai dalam (Erlangga, 2017) Disiplin kerja adalah suatu alat

    yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan, agar

    mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku dan sebagai suatu upaya

    untuk meningkatkan kesadaran serta kesediaan seseorang menaati semua

    peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku

    Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2015:129) mengemukakan

    bahwa “disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk

    memperteguh pedoman-pedoman organisasi.”

    Menurut (Yuliantari dan Ulfa, 2016) disiplin adalah suatu hal yang mutlak

    harus ditanamkan pada yang paling dasar dalam kedisiplinan karyawan

    adalah manajemen waktu, dalam hal ini yaitu jam kerja. Apabila waktu

    tersebut sering dilanggar, dapat dikatakan bahwa para karyawan menjadi

    tidak disiplin sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas dan

    kualitas kerja karyawan.

    Taryaman (2016:99) mengatakan “kedisiplinan harus ditegakkan dalam

    suatu organisasi. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit organisasi

    untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu

    organisasi dalam mencapai tujuannya.

    Menurut Asbakhul dalam (Nisyak dan Trijonowati, 2016) disiplin

    merupakan sikap atau perilaku ketaatan seseorang atau sekelompok orang

    yang sesuai prosedur serta terhadap peraturan baik tertulis maupun tidak

    tertulis, yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Disiplin

    kerja merupakan salah satu bagian dari penciptaan pegawai yang

    professional sehingga harus menjadi teladan bagi masyarakat.

  • 11

    Seseorang yang mempunyai kedisiplinan cenderung akan bekerja sesuai

    dengan peraturan dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Jadi Disiplin adalah

    suatu ketaatan yang sungguh-sungguh, didukung oleh kesadaran untuk

    menjalankan tugas dan kewajibannya serta berperilaku yang seharusnya berlaku di

    dalam lingkungan tertentu. (Setiawan, 2013)

    Tingkat kedisiplinan karyawan dapat dilihat dari absensi karyawan dalam

    perusahaan dan bagaimana karyawan berperilaku sesuai norma dan peraturan

    yang ada pada perusahaan. Bila dalam absensi seorang karyawan sering tidak

    masuk atau mangkir dalam jam kerja bisa dikatakan karyawan tersebut kurang

    disiplin begitu pula sebaliknya bila karyawan selalu masuk tepat waktu dan tidak

    sering terlambat berarti karyawan tersebut karyawan yang disiplin. (Suhardoyo,

    2017)

    2.3.2. Macam-Macam Disiplin Kerja

    Ada dua bentuk macam disiplin kerja menurut Mangkunegara (2015:129),

    yaitu:

    1. Disiplin Preventif

    Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti

    dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh

    perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin

    diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap

    peraturan-peratuan perusahaan. Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung

    jawab dalam membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu

    pula pegawai harus dan wajib mengetahui, memahami semua pedoman kerja

  • 12

    serta peraturan-perturan yang ada dalam organisasi. Disiplin preventif

    merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk

    semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik,

    maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.

    2. Disiplin Korektif

    Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam

    menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi

    peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin

    korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai

    dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk

    memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan

    memberikan pelajaran kepada pelanggar.

    2.3.3. Pendekatan Disiplin Kerja

    Ada tiga pendekatan disiplin menurut Mangkunegara (2015:130), yaitu:

    1. Pendekatan Disiplin Modern

    Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau

    kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:

    a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman

    secara fisik.

    b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang

    berlaku.

  • 13

    c. Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka

    harus diperbaiki dengan megadakan proses penyuluhan dengan

    mendapatkan fakta-faktanya.

    d. Melakukan proses terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap

    kasus disiplin.

    2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi

    Pendekatan disiplin tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan

    hukuman. Pendekatan ini berasumsi:

    a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada

    peninjauan kembali bila telah diputuskan.

    b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus

    disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.

    c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar

    maupun kepada pegawai lainnya.

    d. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras.

    e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya

    harus diberi hukuman yang lebih berat.

    3. Pendekatan Disiplin Bertujuan

    Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:

    a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.

    b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan

    perilaku.

    c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik.

  • 14

    d. Disiplin pegawai bertujuan agar bertanggung jawab terhadap

    perbuatannya.

    2.3.4. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja

    Pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin menurut Mangkunegara

    (2015:130), yaitu sebagai berikut:

    1. Pemberian Peringatan

    Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan

    pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai

    bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya. Di samping itu

    pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

    memberikan penilaian kondite pegawai.

    2. Pemberian Sanksi Harus Segera

    Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi sesuai dengan

    peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang

    bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di perusahaan.

    Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada. Di samping

    itu, memberi peluang pelanggar untuk mengabaikan disiplin perusahaaan.

    3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten

    Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini

    bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang

    berlaku pada perusahaan. Ketidakkonsistenan pemberian sanksi dapat

    mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai, ringannya

    sanksi, dan pengabaian disiplin.

  • 15

    4. Pemberian Sanksi Harus Impersonal

    Pemberian sanksi pelanggar disiplin harus tidak membeda-bedakan pegawai,

    tua muda, pria-wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang

    berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku

    untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran sesuai dengan peraturan

    yang berlaku di perusahaan.

    Menurut Fahmi (2016:66) ada beberapa bentuk tindakan sanksi yang

    diterima oleh seorang karyawan akibat tindakan indisipliner yang dilakukannya,

    yaitu:

    1. Teguran lisan

    2. Teguran tertulis

    Bentuk isi teguran tersebut teraplikasi dalam berbagai macam bentuk,

    secara umum berbentuk sebagai berikut;

    1. Penurunan jabatan

    2. Pemindahan posisi

    3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

    4. Termasuk pengaduan kepada pihak berwajib

  • 16

    Sumber : Fahmi (2016:66)

    Gambar II.1 Sistem Pendisiplinan

    2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

    Menurut Sutrisno (2017:89) asumsinya bahwa pemimpin mempunyai

    pengaruh langsung atas sikap kebiasaan yang diperoleh karyawan. Kebiasaan itu

    ditentukan oleh pemimpin, baik dengan iklim atau suasana kepemimpinan

    maupun melalui contoh diri pribadi. Karena itu, untuk mendapat disiplin yang

    baik, maka pemimpin harus memberikan kepemimpinan yang baik pula.

    Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2017:89), faktor yang

    mempengaruhi disiplin pegawai adalah:

    Perusahaan

    (melalui manajer)

    Berusaha mengubah

    perilaku yang tidak tepat atau

    kinerja yang buruk

    Mengukur perilaku dan

    kinerja

    Mengkomuni- kasikan

    peraturan- peraturan dan

    standar tersebut

    Menetapkan peraturan dan

    standar

    Karyawan

  • 17

    1. Besar Kecilnya Pemberian Kompensasi

    Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para

    karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa

    mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah

    dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia menerima kompensasi yang

    memadai, mereka akan dapat bekerja tenang dan tekun, serta selalu berusaha

    bekerja dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, bila ia merasa kompensasi yang

    diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir mendua, dan berusaha

    untuk mencari tambahan penghasilan lain dari luar, sehingga menyebabkan ia

    sering mangkir, sering minta izin keluar.

    2. Ada Tidaknya Keteladanan Pimpinan Dalam Perusahaan

    Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan

    perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan

    dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan

    dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat merugikan aturan

    disiplin yang sudah ditetapkan.

    3. Ada Tidaknya Aturan Pasti yang Dapat dijadikan Pegangan

    Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak

    ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.

    Disiplin tidak mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya

    berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi

    dan situasi.

  • 18

    4. Keberanian Pimpinan Dalam Mengambil Tindakan

    Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada

    keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat

    pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar

    displin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa

    terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal serupa. Dalam

    situasi demikian, maka semua karyawan akan benar-benar terhindar dari sikap

    sembrono, menjadi seenaknya sendiri dalam perusahaan. Sebaliknya, bila

    pimpinan tidak berani mengambil tindakan, walaupun sudah terang-terangan

    karyawan tersebut melanggar disiplin, tetapi tidak ditegur/dihukum, maka

    akan berpengaruh kepada suasana kerja dalam perusahaan.

    5. Ada Tidaknya Pengawasan Pimpinan

    Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan,

    yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan

    dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi

    tabiat manusia pula bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat

    oleh peraturan apapun juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian,

    maka sedikit banyak para karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja.

    6. Ada Tidaknya Perhatian Kepada Para Karyawan

    Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara satu

    dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan

    kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih

    membutuhkan perhatian besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan

    kesulitan mereka ingin didengar, untuk dicarikan jalan keluarnya, dan

  • 19

    sebagainya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada

    karyawan akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik.

    7. Diciptakan Kebiasaan-Kebiasaan yang Mendukung Tegaknya Disiplin

    Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:

    a. Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan perusahaan.

    b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para

    karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.

    c. Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi

    pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.

    d. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja,

    dengan menginformasikan, kemana dan untuk urusan apa, walaupun

    kepada bawahan sekalipun.

    2.3.6. Indikator-indikator Disiplin Kerja

    Menurut Robbins dalam Taryaman (2016:99) mengemukakan bahwa pada

    dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan

    suatu organisasi, diantaranya:

    1. Tujuan dan Kemampuan

    Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplian karyawan.

    Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

    menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

    (pekerjaan) yang dibeorganisasian, agar mereka bekerja bersungguh-sungguh

    dan disiplin dalam mengerjakannya.

  • 20

    2. Kepemimpinan (Teladan Pimpinan)

    Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,

    karena pemimpin dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

    Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil,

    serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,

    kedisiplinan bawahannya pun akan ikut baik.

    3. Balas Jasa

    Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan,

    karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan

    terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik

    terhadap pekerjaan, maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Untuk

    mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, organisasi harus memberikan

    balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik

    apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi

    kebutuhan hidupnya beserta keluarga.

    4. Keadilan

    Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

    sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

    dengan manusia lainnya. Kedisiplinan yang dijadikan dasar kebijaksanaan

    dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang

    terciptanya kedisiplianan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam

    memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan

    keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.

  • 21

    5. Waskat

    Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

    mewujudkan kedisiplinan karyawan organisasi. Dengan waskat berarti atasan

    harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan

    prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir

    ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada

    bawahan yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Waskat

    efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa

    mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari

    atasannya.

    6. Sanksi Hukuman

    Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

    Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut

    melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner

    akan berkurang. Berat ringannya hukuman yang akan diterapkan ikut

    mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus

    diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan

    secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar

    untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat

    motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam organsiasi.

    7. Ketegasan

    Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

    kedisiplinan karyawan orgasnisasi. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak

    untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi

  • 22

    hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas

    menerapkan hukuman bagi karyawan indisipliner akan disegani dan diakui

    kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demikian, pimpinan akan dapat

    memelihara kedisiplinan karyawan organisasi.

    8. Hubungan Kemanusiaan

    Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

    menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu organisasi. Hubungan-

    hubungan baik bersifat vertikal maupun horisontal yang terdiri dari direct

    single relationship, direct group relationship, dan cross relationship

    hendaknya harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan

    kemanusiaan yang serasi serta mengikat. Terciptanya human relationship yang

    serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini

    akan memotivasi kedisiplianan yang baik pada organisasi.

    2.3.7. Pelaksanaan Disiplin Kerja

    Organisasi suatu perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan

    peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi

    oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan

    dengan disiplin itu antara lain:

    1. Peraturan jam masuk, pulang, dan jam istirahat.

    2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.

    3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja

    lain.

  • 23

    4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh

    para pergawai selama dalam organisasi dan sebagainya. (Singodimedjo dalam

    Sutrisno, 2017:94)

    Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap

    anggotanya harus mengendalikan dorongan hatinya dan bekerja sama demi

    kebaikan bersama. Dengan kata lain, mereka harus secara sadar tunduk pada

    aturan perilaku yang diadakan oleh kepemimpinan organisasi, yang ditujukan

    pada tujuan yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan disiplin kerja, peraturan dan

    ketetapan perusahaan hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh

    karyawan. Selain itu, hendaknya peraturan tersebut juga dikomunikasikan

    sehingga para karyawan tahu apa yang menjadi larang dan apa yang tidak.

    (Ranupandoyo dan Masnan dalam Sutrisno, 2017:94)

    Untuk membantu mekanisme kerja yang baik dan meningkatkan kualitas

    karyawan perusahaan perlu melakukan pelaksanaan disiplin kerja terhadap

    karyawan. Karena adanya pelaksanaan disiplin kerja maka suatu perusahaan akan

    mengetahui bagaimana kondisi karyawannya. Seorang karyawan harus

    mengetahui betapa pentingnya suatu disiplin dalam usaha menjamin

    terpeliharanya tata tertib serta kelancaran pelaksanaan setiap tugas karena melalui

    disiplin yang tinggi dapat dicapai tujuan-tujuan yang sejak semula ditetapkan.

    (Irawan dan Handayani, 2018)