BAB II LANDASAN TEORI...house, pemotongan pita dan grand opening, ulang tahun, pengumpulan dana,...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI...house, pemotongan pita dan grand opening, ulang tahun, pengumpulan dana,...
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
2.1.1 Definisi Humas
Pengertian Humas menurut Frida Kusumastuti dalam Yusmawati (2017:3)
“humas adalah aktivitas komunikasi dua arah dengan publik (perusahaan/organisasi),
yang bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, saling percaya, dan saling
membantu/kerja sama”.
Menurut Moore dalam Mukarom dan Laksana (2015:19) istilah hubungan
dengan masyarakat mencakup hubungan dengan masyarakat luas, baik
melalui publisitas khususnya fungsi-fungsi organisasi dan sebagainya
berkaitan dengan usaha menciptakan opini publik dan citra yang
menyenangkan untuk dirinya sendiri.
Adapun SK Bonar dalam Supratowo (2017:41) mengemukakan bahwa: humas
adalah menjalankan usaha-usaha untuk mencapai hubungan yang harmonis antara
suatu badan atau organisasi dengan masyarakat sekelilingnya.
Menurut Trisnawati dan Syarah (2017:90) “Humas adalah fungsi manajemen
yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi
tersebut”.
14
2.1.2 Fungsi Humas
Menurut Emery dalam Liliweri (2014:250) menyebutkan, “Fungsi public
relations sebagai upaya yang terencana dan terorganisir dari sebuah perusahaan atau
lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan
berbagai publiknya”.
Menurut Liliweri (2014:250) menjelaskan bahwa :
fungsi utama humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan
baik antara lembaga/organisasi dengan publik, internal maupun eksternal,
dalam menanamkan pengerti, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi publik
untuk menciptakan iklim pendapat umum (opini publik) yang menguntungkan
lembaga (organisasi).
Di sisi lain, fungsi utama hubungan masyarakat menurut Edward L Bernays
dalam Liliweri (2014:250) yakni, memberikan penerangan kepada
masyarakat, melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan
masyarakat secara langsung, dan berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan
perbuatan suatu badan atau lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan
masyarakat atau sebaliknya.
2.1.3 Tugas Humas
Menurut Cutlip, Center & Broom dalam Trisnawati dan Syarah (2017:91)
tugas humas yaitu:
1. Menulis dan mengedit.
Menyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau siaran, cerita feature,
newsletter untuk karyawan dan stakeholder eksternal, korespondensi, pesan website
dan pesan media online lainnya, laporan tahunan dan shareholder, pidato, brosur,
film dan script slide show, artikel publikasi perdagangan, iklan institusional, dan
materi-materi pendukung teknis lainnya;
2. Hubungan Media & Penempatan Media.
15
Mengontak media koran, majalah, suplemen mingguan, penulis freelance, dan
publikasi perdagangan agar mereka mempubli-kasikan atau menyiarkan berita dan
feature tentang organisasi, Merespons permintaan informasi oleh media,
memverifikasi berita, dan membuka akses ke sumber otoritas;
3. Riset.
Mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren, isu yang muncul, iklim
politik dan peraturan perundangan, liputan media, opini kelompok kepentingan dan
pandangan-pandangan lain berkenaan dengan stakeholder organisasi. Mencari data
base di internet, jasa online, dan data pemerintah elektronik. Mendesain riset
program, melakukan survei, dan menyewa perusahaan riset;
4. Manajemen dan Administrasi Pe-mograman dan perencana dengan bekerja sama
dengan manajer lain, menentukan kebutuhan, menentukan prioritas,
mendefinisikan publik, seting dan tujuan, dan mengembangkan strategi dan
taktik. Menata personel, anggaran, dan jadwal program;
5. Konseling.
Memberi saran kepada menajemen dalam masalah sosial, politik, dan
peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai cara menghindari atau
merespons krisis, dan bekerja sama pembuat keputusan kunci untuk menyusun
strategi untuk mengelola atau merespons isu-isu yang sensitif dan kritis;
6. Acara Spesial.
Mengatur dan mengelola konferensi pers, lomba-lomba, konvensi, open
house, pemotongan pita dan grand opening, ulang tahun, pengumpulan dana,
mengunjung tokoh terkemuka, program penghargaan, dll;
16
7. Pidato.
Tampil di depan kelompok, melatih orang untuk memberikan kata sambutan
dan mengelola biro juru bicara;
8. Produksi.
Membuat saluran komunikasi seperti multimedia, termasuk seni, tipografi,
fotografi, tata letak, dan computer desktop publishing, perekaman audio visual;
9. Training.
Mengadakan pelatihan untuk publik internal maupun eksternal;
10. Kontak.
Bertugas sebagai penghubung (liaison) dengan mediator antara perusahaan
dengan publiknya dengan sebaliknya.
Lebih lanjut Ruslan (2014:89) menjelaskan ada lima tugas pokok Humas,
yaitu sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara
lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publiknya agar mempunyai
pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan
yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau
masyarakat.
3. Memperbaiki citra perusahaan.
17
4. Citra perusahaan bisa merupakan gambaran dari pimpinan, harapan dan
sebagainya.
5. Komunikasi Humas mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi
timbal balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya.
Dalam menjalankan perannya, Humas memiliki tugas dan kewajiban. Menurut
Dimock dan Koening dalam Yusmawati (2017:4) sebagai berikut:
1. Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat tentang
pelayanan masyarakat (public services), kebijaksanaan serta tujuan yang akan
dicapai oleh pihak pemerintah dalam menyampaikan program kerja
pembangunan tersebut.
2. Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta mengajak masyarakat
dalam partisipasinya untuk melaksanakan program pembangunan di berbagai
bidang, seperti sosial, ekonomi, hukum, politik, serta menjaga stabilitas
keamanan dan ketertiban nasional.
3. Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta pengabdian dari
aparatur pemerintah bersangkutan perlu dijaga atau dipertahankan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing secara konsisten dan
profesional.
18
2.1.4 Tujuan Humas
Menurut Stainberg dalam Andin (2014:34-35) “tujuan humas untuk
menciptakan opini publik yang favourable tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh badan yang bersangkutan”
Kusumastuti dalam Mukarom dan Laksana (2015:55) menyebutkan tujuan
humas, yaitu sebagai berikut:
1. Terpeliharanya saling pengertian.
2. Menjaga dan membentuk saling percaya
3. Memelihara dan menciptakan kerjasama.
Menurut Hairunnisa (2015:28) menyebutkan bahwa secara universal tujuan
public relations adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan citra baik.
2. Memelihara citra baik.
3. Meningkatkan citra baik.
4. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun atau rusak.
2.1.5 Ruang Lingkup Humas
Kegiatan Humas harus dikerahkan kedalam dan keluar. Kegiatan-kegiatan
yang ditujukan kedalam disebut publik internal dan kegiatan-kegiatan yang ditujukan
19
keluar disebut publik eksternal. Ruang lingkup tugas publik relations dalam sebuah
organisasi/lembaga menurut Ruslan (2014:23) yaitu :
1. Membina hubungan ke dalam (publik internal)
Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari
unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR harus mampu
mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di
dalam masyakarat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.
2. Membina hubungan keluar (publik eksternal)
Yang dimaksud publik eksternal adalah publik umum (masyarakat).
Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap
lembaga yang diwakilinya.
Morissan dalam Ishaq (2017:20) juga mengemukakan “Pada awal
perkembangannya, ruang lingkup public relations hanya sebatas menangani
kegiatan yang berhubungan dengan media massa. Bahkan hingga saat ini pun
banyak pihak yang masih beranggapan bahwa public relations hanya
mengurus wartawan dan media massa. Selain itu, pada awalnya ruang lingkup
humas hanya berkisar pada kegiatan publisitas atau propaganda sehingga
orang cenderung memahami public relations sama dengan propaganda dan
publisitas.”
Selanjutnya Ishaq (2017:21) menuliskan pendapat Cutlip, Center, dan Broom
yaitu: “The Contemporary meaning and practice of public relations includes
all of the following activities and specialties (publicity, advertising, press
agentry, public affairs, issues management, lobbying, and investor relations).”
Perkembangan mutakhir humas mencakup seluruh kegiatan terutama adalah
publisitas, iklan, press agentry, public affairs, manajemen isu, lobi, dan
hubungan investor.
20
Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan public relations dapat dibagi
menjadi enam bidang pekerjaan, yaitu:
1. Publisitas
2. Pemasaran
3. Public affairs (Pameran)
4. Manajemen Isu
5. Lobi
6. Hubungan Investor
2.1.6 Peran Humas
Peranan public relations dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori
menurut Dozier & Broom dalam Ruslan (2014:20), yaitu :
1. Penasehat Ahli (Expert prescriber)
Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dan dapat membantu mencarikan solusi dalam
penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (publik relationship).
Hubungan praktisi pakar publik relations dengan manajemen organisasi seperti
hubungan antara dokter dan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak
pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atua usulan
dari pakar publik relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan
21
mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi
bersangkutan.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator)
Dalam hal ini, praktisi publik relations bertindak sebagai komunikator atau
mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa
yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut
mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi
kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut
dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan
toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving fasilitator)
Peranan praktisi publik relations dalam proses pemecahan persoalan public
relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga
mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis
yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Biasanya dalam
menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang
dikoordinir praktisi ahli publik relations dengan melibatkan berbagai departemen
dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan
produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu.
22
4. Teknisi Komunikasi (Communication technician)
Berbeda dengan tiga peranan praktisi publik relations profesional sebelumnya
yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan
communication technician ini menjadikan praktisi publik relations sebagai
journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau
dikenal dengan methode of communication in organization.
Menurut Glen Broom and David Dozier dalam Idris (2014:1150) pada
dasarnya peranan PR terbagi dua yakni sebagai teknisi komunikasi dan
manajer komunikasi, yang terbagi lagi menjadi empat yakni , penasehat ahli
(expert presccriber), fasilitator komunikasi (communication fasilitator),
fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process fasilitator),
teknisi tomunikasi (communication technician).
Selanjutnya Black dan Sharpe dalam El Ishaq (2017:68) yang mengistilahkan
peran humas sebagai “praktik humas”, menyebutkan sebagai berikut:
1. Segala sesuatu yang diperhitungkan untuk meningkatkan saling pengertian antara
sebuah organisasi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi,
baik di dalam atau di luar organisasi.
2. Saran untuk penampilan organisasi demi citranya di masyarakat.
3. Aktivitas untuk menemukan dan menghilangkan sumber-sumber salah
pengertian.
4. Aksi-aksi untuk memperluas bidang pengaruh suatu organisasi dengan publisitas,
iklan, pameran, film, dan sebagainya.
23
5. Segala sesuatu yang dijuruskan (diarahkan) terhadap perbaikan komunikasi antar
manusia atau antar organisasi.
2.1.7 Perencanaan Program Humas
Menurut Mukarom dan Laksana (2015:195) “dalam merencanakan program,
PR harus mengutamakan prioritas utama, misalnya anggaran yang haus direncanakan
dengan pihak manajemen perusahaan. Untuk itu, praktisi public relations harus
memberikan anggaran terperinci dalam programnya kepada klien keuntungan yang
akan didapat.”
Menurut Ruslan (2016:147) menjelaskan bahwa, “pada dasarnya tujuan
umum dari program kerja dan berbagai aktivitas publik relations atau humas adalah
cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi atau perusahaan yang
diwakilinya dengan publiknya atau stakeholeder - sasaran khalayak yang terkait.
Hasil yang diharapkann adalah terciptanya citra positif (good image), kemauan baik
(good will), saling menghargai (mutual appreciation), saling timbul pengertian
(mutual understanding), toleransi (tolerence) antara kedua belah pihak.
Menurut Cutlip, Center & Broom dalam Ruslan (2016:157-158), perencanaan
program publik relations haru didasarkan kepada analisis lingkungan situasi dan
kondisi sebagai berikut :
1. A searching look backward, yaitu penelusuran masa lampau atau sejarah
organisasi untuk menetapkan faktor-faktor yang memegang peranan penting
dalam situasi yang sedang terjadi.
24
2. A deep look inside, yaitu penelaahan terhadap fakta-fakta dan pendapat yang
dipertimbangkan, dipandang dari sudut tujuan organisasi dan kemampuan
internal organisasi.
3. A wide look around, yaitu melihat kecenderungan-kecenderungan yang aada
pada berbagai aspek (politik, sosial, dan ekonomi) disekeliling kita, serta situasi
dan kondisi saat ini untuk rencana mendatang.
4. A long, long looks ahead, (jauh memandang ke depan); tujuan dan pelaksanaan
program organisasi ditentukan berdasarkan misi organisasi yang cukup realistik
dan kemudahan dalam mencapai tujuan. Kesesuaian perencanaan dan program
public relations, serta prospek organisasi di masa mendatang.
2.1.8 Proses Perencanaan Kerja Humas
Secara umum, menurut Mukarom dan Laksana (2015:196) menjelaskan
bahwa, “perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan),
kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program),
taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan) yang diperlukan
untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh”.
Proses kerja publik relations menurut Ruslan (2016:151-152), merupakan satu
kesatuan perencanaan yang secara sirkuler terus-menerus berlangsung. Melalui
observasi yang pernah dilakukan, diketahui bahwa proses analisis-sintesis-
komunikasi-interpretasidari kerja publik relations, merupakan proses yang
berkesinambungan dalam bentuk spiral dan seringkali tumpang tindih antara satu
dengan yang lainnya. Kalau diuraikan dan digambarkan, maka lingkaran dan
langkah-langkah kegiatan publik relations adalah sebagai berikut :
25
1. Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan
2. Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap—tiap kelompok terhadap
organisasi.
3. Menganalisis tingkat opini publik, baik yang intern maupun yang ekstern.
4. Mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan masalah-masalah yang potensial,
kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-kesempatan.
5. Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
6. Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan atau mengubah
perilaku kelompok masyarakat sasaran.
7. Menjalankan dan melaksanakan aktivitas-aktivitas sesuai dengan program yang
telah direncanakan.
8. Menerima umpan balik untuk dievaluasi, kemudian mengadakan penyesuaian-
penyesuaian yang diperlukan.
Definisi perencanaan kerja menurut pakar publik relations Frank Jefkins
dalam Ruslan (2016:153) yaitu, “public relations consist of all forms of planned
communication outwards and inwards between an organization and its publics for
the pupose of achieving specific objectives concerning mutual understanding”.
(Hubungan masyarakat terdiri dari semua bentuk komunikasi yang
direncanakan keluar dan masuk antara organisasi dan publiknya untuk tujuan
mencapai tujuan khusus mengenai saling pengertian)
2.1.9 Humas Pemerintah (Government Public Relations)
1. Pengertian Humas Pemerintah
26
Menurut Supratowo (2018:44) “humas pemerintah atau government public
relations merupakan penggabungan dua kata yaitu hubungan masyarakat (humas) dan
pemerintah. Namun batasannya bukan berarti penggabungan dua pengertian
tersebut.”
Menurut Susanto dalam Supratowo (2018:48) menyampaikan bahwa “humas
pemerintah atau government public relations, menurut tindakan yang ditujukan
kepada menghasilkan pendapat dan iklim pendapat yang mendukung instansi.”
Selanjutnya Black dalam Priansa (2017:152) menyatakan bahwa humas
pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu humas pemerintah pusat dan humas
pemerintah daerah.
a. Humas Pemerintah Pusat
Humas pemerintah pusat umumnya terdapat di departemen-departemen, serta
badan-badan yang termasuk ke dalam kekuasaan pemerintah pusat. Tugas
pemerintah pusat, yaitu:
1) Menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijakan, perencanaan, dan
hasil yang telah dicapai oleh pemerintah.
2) Menerangkan dan mendidik publik mengenai perundang-undangan, peraturan-
peraturan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat sehari-
hari.
b. Humas Pemerintah Daerah
Pada hakikatnya humas pemerintah daerah sama saja dengan humas pemerintah
pusat, dalam rangka pengorganisasian dan mekanisme kerja. Perbedaannya
hanya dalam ruang lingkup.
27
2. Fungsi Humas Pemerintah
Menurut I Gusti Ngurah Putra dalam Suprawoto (2018:67) fungsi Humas
Pemerintah sebenarnya jika dipandang secara khusus ada dua, yaitu:
a. Information release, artinya Humas Pemerintah harus selalu
mengkomunikasikan setiap langkah, tindakan, program dan kebijakan kepada
semua lapisan masyarakat agar dipahami.
b. Information seeking, artinya Humas Pemerintah juga sebagai mata dan telinga
lembaga. Oleh sebab itu, Humas Pemerintah harus dapat mendengar aspirasi
masyarakat sebagai masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan.
Menurut Lattimore dalam Suprawoto (2018:67) fungsi Humas Pemerintah
adalah berfungsi seperti praktisi Public Relations yang lainnya. Berusaha
untuk mencapai saling pengertian antar lembaga dan masyarakat mereka
dengan mengikuti proses Public Relations. Humas Pemerintah juga berfungsi
mengukur opini publik, merencanakan dan mengatur efektifitas humas,
menyusun pesan untuk khalayak internal dan eksternal, dan mengatur
efektifitas dari keseluruhan prosesnya.
3. Tugas Humas Pemerintah
Menurut Cutlip, Center dan Broom dalam Dayanti, Dkk (2015:5.6)
menyatakan bahwa tugas Humas Pemerintahan yang utama sebagai berikut :
a. Menyosialisasikan program-program pemerintah agar mendapat dukungan
penuh dari rakyat (Active cooperation on action programs).
b. Mengkampanyekan Peraturan-Peraturan Pemerintah serta Perundang-
Undangan baru agar diketahui dan dipatuhi masyarakat (Conplience in
regulatory programs).
28
c. Mengupayakan agar pemilih mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah
yang tengah berkuasa (Voter support for the incumbent administration’s
policies).
Menurut F. Rachmadi Suprawoto (2018:63) tugas Humas Pemerintah, yaitu:
a. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang
kebijakan-kebijakan, langkah-langkah, dan tindakan-tindakan pemerintah,
serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa informasi yang
diperlukan secara terbuka, jujur dan objektif.
b. Memberikan bantuan kepada media berita (news media) berupa bahan-bahan
informasi mengenai kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan
pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acara-
acara resmi yang penting. Pemerintah merupakan sumber informasi yang
penting bagi media, karena itu sikap keterbukaan informasi sangat diperlukan.
c. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan yang
telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di dalam negeri, maupun khalayak
di luar negeri.
d. Memonitor pendapat umum tentang kebijakan pemerintah, selanjutnya
menyampaikan tanggapan masyarakat dalam bentuk feedback kepada
pimpinan instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan sebagai input.
4. Ruang Lingkup Humas Pemerintah
29
Menurut Barneys dalam Suprawoto (2018:77) berpendapat bahwa ruang
lingkup Humas Pemerintah lebih ditekankan secara umum, tidak teknis, adapun ruang
lingkup Humas Pemerintah secara umum adalah:
a. Memberi informasi kepada masyarakat.
b. Persuasi yang di maksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
masyarakat terhadap lembaga dan kepentingan kedua belah pihak.
c. Usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antar lembaga dengan
sikap dan perbuatan masyarakat.
5. Peran Humas Pemerintah
Menurut Sam Black dalam Suprawoto (2018:77) menyampaikan bahwa
ruang lingkup Humas Pemerintah itu pada dasarnya ada dua, yaitu ruang lingkup
Humas Pemerintah Pusat dan Humas Pemerintah Daerah. Adapun untuk Pemerintah
Pusat ruang lingkupnya adalah sebagai berikut:
a. Menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijakan, perencanaan dan
hasil yang dicapai.
b. Menerangkan dan mendidik publik mengenai perundang-undangan, peraturan-
peraturan dan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan rakyat sehari-hari.
Menurut Moore dalam Suprawoto (2018:88) mengemukakan bahwa “peran
humas dalam pemerintahan pada dasarnya berlandaskan terhadap dua fakta yang
harus mendapat perhatian”.
30
a. Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui. Oleh karena itu, pemerintah
mempunyai tanggung jawab guna memberikan penjelasan kepada masyarakat
apa saja yang dilakukan dan juga tidak dilakukan.
b. Ada sebuah kebutuhan dari pemerintah untuk menerima masukan dari
masyarakat tentang persoalan baru dan masalah-masalah yang harus
dipecahkan untuk memperoleh partisipasi dan dukungan masyarakat.
6. Perencanaan Program Humas Pemerintah
Menurut Dayanti, Kusumastuti dan Puspo (2015:57) perencanaan program
humas harus segera disusun oleh pihak Humas Pemerintah yang meliputi hal berikut:
a. Membuat perencanaan program humas yang komprehensif agar masyarakat
mendukung program-program, kebijakan, serta peraturan-peraturan
pemerintah.
b. Membuat perencanaan program humas yang komperhensif yang berkenaan
dengan perubahan pemerintah (membiasakan masyarakat dengan pergantian
pemerintah yang terjadi).
c. Membuat program-program humas yang komperhensif untuk
meginformasikan berbagai bentuk pelayanan publik yang disediakan oleh
pemerintah agar masyarakat tahu dan dapat memanfaatkan berbagai pelayanan
tersebut dengan maksimal.
31
d. Membuat program-program humas yang komperhensif dalam upaya
menyediakan berbagai informasi yang dapat diandalkan kebenaran serta
kelengkapannya tentang berbagai kegiatan pemerintah.
e. Menginterpretasi opini publik dengan tepat untuk dijadikan pembuatan
peraturan perundangan-undangan yang realistis dan dapat diterima
masyarakat.
f. Membuat perencanaan program humas dalam upaya untuk menjelaskan
berbagai kebijakan pemerintah.
g. Membuat perencanaan program humas untuk menjalin hubungan dengan
berbagai figur penting yang memiliki aliansi dengan bermacam-macam
kelompok dan elemen yang ada dalam masyarakat agar pemerintah
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
2.2 Study Literatur
Study Literatur adalah sebuah konsep-konsep yang ada didalam judul
sekaligus cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber
tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.
2.2.1 Program Humas
Menurut Mukarom dan Laksana (2015:195) “dalam merencanakan program,
PR harus memprioritaskan prioritas utama, misalnya anggaran yang harus
direncanakan dengan pihak perusahaan.
32
Menurut Prita Kemal Gani yang dikutip dalam sebuah situs (2014), ada tahap
menetapakan program humas, hal pertama yang harus dilaksanakan adalah
menetapkan tujuan. Humas bisa membuatnya lebih dari satu, namun yang
pasti, tujuan tersebut harus dicapai, dan disesuaikan dengan kemampuan, dana
dan sumber daya lain yang dimiliki organisasi tersebut. Suatu hal yang pasti,
penetapan program, berkaitan erat dengan masukan sebagaimana diperoleh
dari tahap analisis situasi, dan bukan berdasarkan perkiraan saja.
Menurut Arikunto (2013:367-368) perencanaan program humas tidak terlepas
dari program kerja secara keseluruhan, yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Perumusan tujuan, analisis, dan seleksi alternatif pemecahan masalah
4. Identifikasi sumber penunjang atau hambatan untuk perumusan masalah,
perumusan tujuan, dan analisis seleksi alternatif pemecahan masalah.
5. Penyusunan program
6. Menyusun jadwal pertemuan dan tahunan.
Menurut Widjaja dalam Kussanti dan Leliana (2017:123), “Program Humas
adalah sesuai peranannya sebagai pengabdi untuk kepentingan umum, sebagai
mediator antara pimpinan dengan publik, dan sebagai dokumenkator”, maka program
humas dititikberatkan pada:
1. Program Pelayanan
33
Program ini berupa pelayanan data/informasi baik secara lisan maupun tertulis,
termasuk penyelenggaraan display tetap dan pameran.
2. Program mediator
Program ini berupa penertiban berbagai media massa, penyelenggaraan
konferensi pers, wisata pers, menjawab surat pembaca, menanggapi tajuk
rencana yang negative dan lain-lain.
3. Program Dokumentator
Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto rekaman (kaset audio dan
video), transkip pidato dan lain-lain.
6.2.1 Sumber Daya Manusia
Menurut Sedarmayanti (2017:11) sumber daya manusia (SDM) adalah “semua
potensi yang dimiliki manusia yang dapat disumbangkan/diberikan kepada
masyarakat untuk menghasilkan barang/jasa.”
Selanjutnya Armstrong dalam Hamali (2018:1) mengemukakan bahwa “…,
sumber daya manusia adalah harta yang paling penting yang dimiliki oleh suatu
organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan
organisasi tersebut.”
Kemudian Simanjuntak dalam Riniwati (2016:162) menuliskan bahwa
pengertian SDM ada dua macam, yaitu:
34
1. Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang atau jasa, dan
2. Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik
barang atau jasa.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi dalam Haikal (2017:250) Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi.
2.2.1 Hubungan Internal (Internal Relations)
Menurut Ardianto (2016:99) menuliskan bahwa internal relations (hubungan
internal) adalah kegiatan public relations (PR) untuk membina hubungan
dengan pihak internal, seperti karyawan, para manajer, top management, dan
para pemegang saham (stockholders) agar citra dan reputasi organisasi atau
perusahaan tetap positif di mata publik internal.
Sedangkan Ishaq (2017:131) mengemukakan hubungan internal perusahaan
dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Hubungan atasan kepada bawahan
Yakni bagaimana pihak pimpinan melakukan komunikasi serta menyikapi dan
memperlakukan.
2. Hubungan bawahan kepada atasan
Yakni bagaimana staff bersikap kepada pimpinan.
3. Hubungan antara sesama pegawai atau karyawan
35
Yaitu bagaimana hubungan antara karyawan satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya El Ishaq (2017:131) juga menambahkan pandangan Jefkins, baik
dan tidaknya hubungan internal ini dipengaruhi oleh tiga hal pokok, yaitu:
1. Keterbukaan pihak manajemen
Kepemimpinan yang terbuka memberikan ruang partisipasi yang lebih tinggi
bagi karyawan. Dengan partisipasi yang tinggi, tentu rasa memiliki karyawan
terhadap perushaan juga lebih tinggi.
2. Kesadaran dan pengakuan pihak manajemen terhadap nilai dan arti penting
komunikasi dengan para pegawai
Pandangan pihak manajemen tentang pentingnya komunikasi yang baik antara
pihak manajemen dengan karyawan serta antara karyawan itu sendiri
memberikan peluang bagi terciptanya ruang komunikasi dalam internal
perusahaan. Dengan demikian, agen-agen informasi dan sistem komunikasi
dalam internal perusahaan dapat terwujud.
3. Keberadaan pihak praktisi public relations
Keberadaan praktisi atau divisi public relations dibutuhkan dalam komunikasi
internal, karena dapat membantu pihak manajemen untuk menciptakan suasana
komunikatif bagi kinerja pegawai.
3.2.1 Pelatihan (Training)
36
Menurut Hickerson dan Middleton dalam Amanah dan Farmayanti (2014:20)
mengungkapkan “pelatihan merupakan proses belajar yang dirancang untuk
mengubah kinerja, orang yang mengerjakan pekerjaan.”
Kemudian Suparyadi (2015:184-185) berpendapat bahwa pelatihan
merupakan suatu proses berkelanjutan atau suatu proses tanpa akhir karena
bahkan karyawan yang telah eksis dalam perusahaan perludilatih untuk
penyegaran atau memungkinkan mereka menguasai metode atau teknik kerja
yang baru. Pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses pembelajaran secara
sistematis yang mencakup pengusaan pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, serta perubahan sikap dan perilaku guna meningkatkan kinerja
karyawan.
Berdasarkan definisi ini, maka pelatihan memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut:
1. Meningkatkan produktivitas.
Karyawan yang menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidang
pekerjaannya akan mampu bekerja dengan lebih baik daripada karyawan yang
kurang menguasai pengetahuan dan tidak memiliki keterampilan di bidang
pekerjaannya.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Penguasaan pengetahuan dan meningkatnya keterampilan yang sesuai dengan
bidang pekerjaannya yang diperoleh karyawan dari suatu program pelatihan,
akan membuat mereka mampu bekerja secara lebih efektif dan efisien.
3. Meningkatkan daya saing.
37
Karyawan yang terlatih dengan baik tidak hanya berpeluang mampu
meningkatkan produktivitas, tetapi juga akan mampu bekerja semakinefektif dan
efisien, sehingga dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Bekerja secara
efektif berarti mampu menghasilkan produk yang standar sesuai dengan
keinginan pelanggan, dan secara efisien berarti dalam menghasilkan jumlah
produk yang sama, karyawan ini menggunakan sumber daya yang sedikit.
Menurut Verra Nitta Turere dalam Hidayat dan Junianto (2017:164)
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan dalam peroleh suatu instansi/organisasi, jika ingin bertahan
dalam persaingan bisnis dewasa ini. Banyak instansi yang mengalami
kegagalan dalam mencapai tujuan yang diharapkan, disebabkan para
karyawan tidak mampu lagi bekerja secara efektif (berhasil guna) dan efisien
(berdaya guna). Pada hakekatnya, program pendidikan dan pelatihan diberikan
sebagai tambahan bagi upaya memelihara dan mengembangkan kemampuan
serta kesiapan karyawan dalam melaksanakan segala bentuk tugas maupun
tantangan kerja yang dihadapinya. Untuk itu, suatu organisasi atau instansi
sebaiknya melakukan evaluasi secara kontinyu terhadap kebutuhan
diselenggarakannya program pendidikan atau pelatihan tertentu bagi
karyawan dalam lingkungan kerjanya.
3.2.2 Informasi
Menurut Hutahaean (2015:9) Informasi adalah “data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya.”
Selanjutnya Davis dalam Hutahaean (2015:9) mengemukakan bahwa
informasi adalah “data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si
penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-
keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
38
Menurut John dalam Prahasta (2014:70) informasi adalah “data yang telah
ditempatkan pada konteks yang penuh arti oleh penerimanya.”