BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf ·...

66
12 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2004:201) laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Selain sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability, sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 tahun 2007 tentang Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 2, laporan keuangan untuk tujuan umum pada intinya adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan semua pemakai laporan keuangan bagi pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan memperlihatkan kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan tersebut di dalamnya memuat informasi-informasi yang dibutuhkan pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

12

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2004:201) laporan keuangan merupakan

output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan

inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai

salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Selain

sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai

pertanggungjawaban atau accountability, sekaligus

menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam

mencapai tujuannya.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1

tahun 2007 tentang Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 2,

laporan keuangan untuk tujuan umum pada intinya adalah laporan

keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan semua

pemakai laporan keuangan bagi pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa laporan keuangan memperlihatkan kondisi keuangan

perusahaan. Laporan keuangan tersebut di dalamnya memuat

informasi-informasi yang dibutuhkan pihak-pihak yang

berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

13

Laporan keuangan yang disajikan harus memenuhi hal-hal yang

dapat mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan tersebut.

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan, terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu,

dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan.

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan

adalah dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan.

Pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan

tentang aktivitas bisnis, akuntansi dan ekonomi.

2. Relevan

Informasi dalam laporan keuangan dapat dikatakan relevan

apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna.

3. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika informasi tersebut tidak

menyesatkan, kesalahan material, jujur dan wajar.

4. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan sehingga

pegguna dapat mengidentifikasi kecenderungan posisi dan

kinerja keuangan perusahaan.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Harahap (2004:126) adalah

membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

14

terbatas dan untuk menetapkan tujuan, mengarahkan dan

mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor

produksi lainnya, memelihara dan melaporkan pengamanan

terhadap kekayaan dan membantu fungsi dan pengawasan sosial.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1

tahun 2007 tentang Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 5, tujuan

laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi

keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan.

Berdasarkan beberapa tujuan laporan keuangan tersebut dapat

disimpulkan tujuan utama laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi bagi para pemakai informasi keuangan.

Informasi tersebut berisi tentang kondisi keuangan perusahaan

kepada pemakai informasi keuangan yang berkepentingan sebagai

dasar pengambilan keputusan. Informasi keuangan juga dapat

membantu para pemakainya dalam membuat keputusan.

c. Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna laporan keuangan adalah pihak-pihak yang

berkepentingan atas laporan keuangan tersebut. Pengguna laporan

keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan tahun 2007 Paragraf 5, pengguna laporan

keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman,

pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta

lembaga-lembaganya dan masyarakat.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

15

Investor menggunakan laporan keuangan agar mengetahui

kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat mengetahui risiko

dari investasi yang dilakukan. Karyawan menggunakan laporan

keuangan sebagai informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas

perusahaan. Pemberi pinjaman menggunakan laporan keuangan

untuk pertimbangan dalam pembuatan keputusan apakah pinjaman

serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Pemasok dan

kreditur usaha lainnya menggunakan laporan keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Pelanggan

menggunakan laporan keuangan terutama jika mereka terlibat

perjanjian dan bergantung dengan perusahaan. Pemerintah

menggunakan laporan keuangan sehubungan dengan alokasi

sumber daya. Masyarakat dapat tertarik dan mau berinvestasi

dengan melihat informasi mengenai laporan keuangan perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa pengguna laporan keuangan adalah semua pihak yang

berasal dari internal maupun eksternal perusahaan yang

mempunyai tujuan masing-masing atas informasi kondisi keuangan

perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Pengguna laporan

keuangan tersebut meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman,

pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta

lembaga-lembaganya dan masyarakat.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

16

d. Komponen Laporan Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 tahun 2007

Paragraf 7, laporan keuangan yang lengkap terdiri atas neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan

catatan atas laporan keuangan. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Neraca

Neraca menurut Baridwan (1999:18-19) adalah laporan yang

menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal

tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta

yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban

perusahaan yang disebut pasiva atau dengan kata lain aktiva

adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan

sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.

Neraca menurut Harahap (2004:205-206) menggambarkan

posisi keuangan perusahaan dalam suatu tanggal tertentu atau a

moment of time misalnya, per tanggal 31 Desember 1999.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan

perusahaan pada saat periode akuntansi tertentu. Keadaan

keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki

yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang

disebut pasiva.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

17

Komponen neraca menurut Harahap (2004:206-211) yang

pertama adalah harta, yaitu sesuatu yang di masa depan dapat

diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada

perusahaan. Kedua, utang atau kewajiban adalah kewajiban

ekonomis dan saldo kredit dari suatu perusahaan yang harus

diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Ketiga, modal adalah

suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah

dikurangi kewajibannya. Komponen neraca menurut Baridwan

(1999:20) yang pertama adalah aktiva, terdiri dari aktiva lancar,

investasi jangka panjang, aktiva tetap berwujud, aktiva tetap

tidak berwujud dan aktiva lainnya. Kedua, utang terdiri dari

utang lancar, pendapatan yang diterima di muka, utang jangka

panjang dan utang lain-lain. Ketiga, modal terdiri dari modal

saham yang disetor, agio/disagio saham, cadangancadangan,

laba tidak dibagi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

komponen utama neraca adalah harta (aktiva), utang dan modal.

Harta merupakan sesuatu yang di masa depan diharapkan dapat

memberikan net cash inflow yang positif kepada perusahaan.

Utang merupakan kewajiban ekonomis dan saldo kredit dari

suatu perusahaan yang harus diakui. Modal adalah suatu hak

yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi

kewajibannya.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

18

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan

pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu

periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan

laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.

Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan

penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan

laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan

juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan

(Baridwan, 1999:30).

Menurut Harahap (2004:223), laporan laba rugi melaporkan

seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil dan laba (rugi)

perusahaan selama suatu periode tertentu. Kita perlu mengetahui

mana yang termasuk hasil dan mana yang termasuk biaya untuk

menyusun laporan ini. Menurut Baridwan (1999:30-31) unsur-

unsur laporan laba rugi adalah pendapatan (revenue), biaya

(expense), penghasilan (income), laba (gain), rugi (loss) dan

harga perolehan (cost).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan

dikurangi dengan biaya-biaya. Hasil dari pengurangan tersebut

merupakan laba atau rugi. Unsur-unsur yang terdapat dalam

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

19

laporan laba rugi adalah komponen-komponen yang termasuk

pendapatan dan termasuk beban.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Pada akhir periode akuntansi biasanya juga disusun laporan

yang menunjukkan sebab-sebab perubahan ekuitas perusahaan

selain penyusunan neraca dan laporan laba rugi. Menurut

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 tahun 2007

Paragraf 67, perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan

peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama

periode bersangkutan.

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan perubahan

peningkatan atau penurunan modal perusahaan yang disebabkan

oleh adanya laba atau rugi perusahaan tersebut. Peningkatan

atau penurunan modal tersebut didasarkan pada prinsip

pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam

laporan keuangan.

4. Laporan Arus Kas

Menurut Baridwan (1999:43), tujuan utama laporan aliran

kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang

penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama

periode tertentu. Menurut Harahap (2004:243), tujuan

menyajikan Laporan arus kas adalah memberikan informasi

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

20

yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau

setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2

(Reformat 2007) Paragraf 5, arus kas merupakan arus masuk

dan arus keluar atau setara kas. Setara kas (cash equivalent)

adalah investasi yang likuid, berjangka pendek dan cepat dapat

dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko

perubahan nilai yang signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas.

Laporan arus kas sangat berguna untuk pengambilan keputusan

terutama dalam menilai bagaimana perusahaan mengelola dana

dan keuangan dan juga berguna untuk menganalisis laporan

keuangan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2004:219), catatan dan penjelasan

laporan keuangan (notes to financial statement) merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Hal-hal

yang diungkap adalah:

kebijaksanaan akuntansi yang terdiri dari penjelasan

tentang perkara di pengadilan jika ada, kewajiban

kontijensi, laba rugi kontijensi dan komitmen yang tidak

biasa,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

21

rencana penggabungan usaha,

penjelasan tentang saham,

jumlah penyusutan dan biaya riset dan pengembangan,

penjelasan pos penting,

penjelasan tentang pajak penghasilan, komposisi, restitusi

dan perkara majlis perpajakan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1

tahun 2007 Paragraf 69, catatan atas laporan keuangan

mengungkapkan dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi, informasi yang diwajibkan dalam PSAK

tetapi tidak disajikan di laporan keuangan, informasi tambahan

yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan

dalam rangka penyajian secara wajar.

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara

sistematis. Catatan atas laporan keuangan dibuat untuk

memperjelas pemakai laporan keuangan untuk memudahkan

pemakai laporan keuangan tersebut dalam memahami laporan

keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan.

2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori agensi pertama kali dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling

(1976), dalam teori ini dinyatakan bahwa hubungan keagenan muncul

ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

22

(agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Dalam hal ini pemegang saham sebagai principal mempunyai

asumsi bahwa pemegang saham hanya tertarik pada hasil keuangan

yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan.

Sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa

kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang berlaku dalam hubungan

tersebut (Terzaghi, 2012). Hubungan antara agen dan principal

(pemegang saham) harus memiliki kepercayaan yang kuat, dimana

agent melaporkan segala informasi perkembangan perusahaan yang

dimiliki oleh principal melalui segala bentuk informasi akuntansi

karena hanya pihak manajemen yang mengetahui dengan pasti keadaan

perusahaan. Eisenhardt (dalam Sam’ani, 2008) menyatakan bahwa

teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:

(1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self

interest),

(2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality)

(3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Dengan adanya asumsi sifat dasar manusia tersebut maka seorang

manajer akan cenderung bertindak oportunis, yaitu lebih

mengutamakan kepentingan pribadinya dan hal tersebut memicu

terjadinya konflik keagenan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

23

Teori ini memiliki asumsi bahwa setiap individu semata-mata

termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan

konflik kepentingan antara principal dan agent (Gerianta, 2009). Oleh

karena itu, teori keagenan lebih menekankan pada penentuan kontrol

yang efisiensi dalam hubungan pemilik dengan agen. Dengan

demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan kewajiban,

dengan demikian dapat meminimumkan konflik keagenan.

Teori agensi mengasumsikan bahwa seorang manajer sebagai

pengelola perusahaan mengetahui lebih banyak informasi-informasi

internal dan prospek perusahaan pada waktu kedepan dibandingkan

pemilik (pemegang saham), karena pemilik (pemegang saham) tidak

memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, maka pemilik

(pemegang saham) tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti

bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual

perusahaan (Indriyani, 2010). Oleh karena itu, sebagai seorang

manajer mempunyai kewajiban untuk memberikan sinyal mengenai

kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat

dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan

keuangan.

Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal

terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling

besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya ketidakseimbangan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

24

penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang

disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri

antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat

memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan

manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan

pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.

Corporate governance sebagai efektivitas mekanisme yang

bertujuan meminimalisasi konflik keagenan, dan merupakan salah satu

elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi

hubungan antara dewan komisaris, manajemen perusahaan, dan para

pemegang saham. Corporate governance adalah suatu konsep yang

berdasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai

alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka

akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor

yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,

yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau

menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan

berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor,

dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para

manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain corporate

governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau

menurunkan biaya keagenan (agency cost).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

25

3. Good Corporate Governance

a. Pengertian Good Corporate Governance

Corporate governance merupakan salah satu elemen penting

dalam perusahaan yang meliputi serangkaian hubungan antara

manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham, dan

stakeholders lainnya. Isu mengenai corporate governance ini mulai

muncul, khususnya di Indonesia setelah Indonesia mengalami masa

krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang

mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan

oleh sangat lemahnya corporte governance yang diterapkan dalam

perusahaan di Indonesia.

Kausalya et al. (2013: 118), mengungkapkan bahwa corporate

governance mengacu pada sistem, prinsip-prinsip dan proses di

mana sebuah perusahaan diatur. Corporate governance

menyediakan pedoman bagaimana mengendalikan dan

mengarahkan perusahaan sehingga dapat memenuhi tujuan dan

sasaran yang dapat menambah nilai perusahaan dan dapat

bermanfaat untuk seluruh stakeholder dalam jangka panjang.

Stakeholder dalam hal ini, termasuk semua pihak dari dewan

direksi, manajemen, pemegang saham, karyawan dan masyarakat.

b. Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan utama corporate governance seperti yang dinyatakan

dalam OECD (2004: 13) adalah:

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

26

1) Untuk mengurangi kesenjangan (gap) antara pihak-pihak

yang memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan

(pemegang saham mayoritas dan pemegang saham lainnya).

2) Meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam

melakukan investasi.

3) Mengurangi biaya modal (cost of capital).

4) Meyakinkan kepada semua pihak atas komitmen legal

dalam pengelolaan perusahaan.

5) Menciptakan nilai bagi perusahaan termasuk hubungan

antara para stakeholders (kreditur, investor, karyawan

perusahaan, bondholders, pemerintah dan shareholders).

c. Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governanace

Menurut FCGI (2000: 2), terdapat prinsip dasar good corporate

governance yang berlaku secara universal. Gambaran untuk

berhasil dalam bersaing suatu perusahaan harus mempunyai

pengelolaan perusahaan yang inovatif dan bersedia mengambil

risiko yang wajar, serta senantiasa mengembangkan strategi baru

untuk megantisipasi situasi yang berubah-ubah.

Pada tahun 1999 (direvisi pada tahun 2004), Organization for

Economic Co-Operation and Development (OECD), telah

mengeluarkan seperangkat prinsip corporate governance yang

dikembangkan seuniversal mungkin. Hal ini mengingat bahwa

prinsip ini disusun untuk digunakan sebagai referensi di berbagai

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

27

negara yang mempunyai karakteristik sistem hukum, budaya, dan

lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, prinsip yang

universal tersebut akan dapat dijadikan pedoman oleh semua

negara atau perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum,

aturan, atau nilai yang berlaku di negara masing-masing bilamana

diperlukan. Prinsip-prinsip corporate governance yang

dikemukakan oleh OECD (2004) yaitu:

1) Memastikan dasar bagi kerangka corporate governance

yang efektif (Ensuring The Basis for an Effective

Corporate governance Framework).

Kerangka corporate governance harus meningkatkan

pasar yang transparan dan efisien, konsisten dengan aturan

hukum dan secara jelas mengartikulasikan pembagian

kewajiban antara pengawas, regulator dan otoritas

pelaksanaan yang berbeda.

2) Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci

(The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions)

Kerangka corporate governance harus melindungi dan

memfasilitasi penggunaan hak-hak pemegang saham.

3) Persamaan perlakuan bagi pemegang saham (The Equitable

Treatment of Shareholders)

Kerangka coprporate governance harus memastikan

persamaan perlakuan bagi seluruh pemegang saham,

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

28

termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Semua

pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk

memperoleh penggantian kembali secara efektif atas

pelanggaran hak-hak mereka.

4) Peranan shareholder dalam corporate governance (The Role

of Stakeholders in Corporate governance)

Kerangka corporate governance harus mengakui hak-

hak stakeholder yang ditetapkan oleh hukum atau melalui

mutul agreement dan mendorong kerjasama aktif antara

korporat dan stakeholder dalam menciptakan kemakmuran,

pekerjaan, dan perusahaan yang memiliki sustainable.

5) Pengungkapan dan transparansi (Disclosure and

Transparency)

Kerangka corporate governance harus memastikan

bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah

dibuat atas semua hal yang material menyangkut

korporat, termasuk situasi keuangan, kinerja,

kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan.

6) Kewajiban dewan (The Responsibilities of the Board)

Kerangka corporate governance harus memastikan

pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif

terhadap manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan

kepada perusahaan dan pemegang saham.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

29

Menurut Pedoman Umum KNKG (Komite Nasional Kebijakan

Governance) (2006: 3), Good Corporate Governanace diperlukan

untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan

konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu,

penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling

berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator,

dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai

pengguna produk dan jasa dunia usaha.

Menurut KNKG (2006: 5-7), asas good corporate governance

meliputi lima macam yaitu:

1) Transparansi (Transparency)

Objektivitas dalam menjalankan bisnis harus tetap

dijaga sehingga perusahaan harus menyediakan informasi

yang material, relevan, serta mudah diakses dan dipahami

oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Perusahaan harus

mengungkapkan informasi perusahaan yang tidak hanya

disyaratkan oleh peraturan atau undang-undang saja tetapi

perusahaan juga harus mempunyai inisiatif untuk

mengungkapkan informasi yang dapat membantu untuk

pengambilan keputusan oleh para pemegang saham,

kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

2) Akuntabilitas (Accountability)

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

30

Akuntabilitas diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan. Perusahaan harus dikelola secara benar,

terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan

tetap memperhatikan kepentingan pemegang saham.

Perusahaan diharuskan untuk mempertanggung jawabkan

kinerjanya secara transparan dan wajar kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

3) Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan serta

melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan

usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen.

4) Independensi (Independency)

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga

masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi

dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5) Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

31

d. Mekanisme Good Corporate Governance

Menurut Sutedi (2012), mekanisme good corporate governance

mekanisme eksternal dan internal perusahaan diantaranya :

1) Mekanisme eksternal

Mekanisme eksternal dipengaruhi oleh faktor eksternal

perusahaan yang meliputi investor, akuntan publik, pemberi

pinjaman dan lembaga yang mengesahkan legalitas.

2) Mekanisme internal

Mekanisme internal dipengaruhi oleh faktor internal

perusahaan yang meliputi kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen dan

komite audit.

a. Kepemilikan Institusional

Pemegang saham institusional adalah pemegang

saham perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan,

institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana

perwalian dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan

institusional disuatu perusahaan akan mendorong

peningkatan pengawasan agar terhadap kinerja

manajemen.

Semakin besar kepemilikan institusi maka akan

semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi

keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

32

akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar

bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja

perusahaan dan menyelaraskan kepentingan manajemen

dengan pemegang saham atau stakeholder. Cornett et al.,

(2006) menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan dan investor

institusional dapat membatasi perilaku manajer.

Dengan demikian, keberadaan investor institusional

dapat mendorong manajer untuk mendorong perhatiannya

terhadap kinerja perusahaan, sehingga investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme

monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang

diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor

institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis

sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan

manipulasi laba.

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan jumlah saham yang

dimiliki oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan

manajerial dapat diukur dengan menghitung persentase

saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dengan

seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Salah satu

mekanisme corporate governance yang dapat digunakan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

33

untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan

kepemilkan saham oleh manajemen.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Setiwan (2009),

menyatakan bahwa kepemilikan saham perusahaan oleh

manajemen dapat menyetarakan kepentingan pemegang

saham dengan kepentingan manajer sehingga konflik

kepentingan antara pemegang saham dan manajer dapat

dikurangi.

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba

sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan.

Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran

manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang

juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang

tidak sebagai pemegang saham. Kepemilikan seorang

manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan

keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan

dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga persentase

tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen

cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba.

c. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas

dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

34

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good

corporate governance. Namun, dewan komisaris tidak

boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.

Kedudukan masing–masing anggota dewan komisaris

termasuk komisaris utama adalah setara.

Menurut KNKG (2006: 13), agar pelaksanaan tugas

dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu

dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

a. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan

pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan

cepat, serta dapat bertindak independen.

b. Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu

berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga

dapat menjalankan fungsinya dengan baik

termasuk memastikan bahwa direksi telah

memperhatikan kepentingan semua pemangku

kepentingan.

c. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan

komisaris mencakup tindakan pencegahan,

perbaikan, sampai kepada pemberhentian

sementara.

Jumlah dari dewan komisaris dapat disesuaikan dengan

keadaan perusahaan. Dewan komisaris dapat terdiri dari

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

35

komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang

dikenal sebagai komisaris independen dan komisaris yang

terafiliasi. Pihak yang terafiliasi adalah pihak yang

mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan

pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan

komisaris lain, serta dengan perusahaan. Jumlah komisaris

independen harus dapat menjamin agar mekanisme

pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris

independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau

keuangan.

d. Komite audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 dalam Nasution dan

Setiawan (2007), komite audit adalah komite yang dibentuk

oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan

pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat

penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit

merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian

perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai

penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris

dengan pihak manajemen dalam menangam masalah

pengendalian.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

36

Berdasarkan Surat Edaran BEl, SE-008/BEJ/12-2001

dalam Nasution dan Setiawan (2007), keanggotaan komite

audit terdiri dari sekurang–kurangnya tiga orang termasuk

ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari

komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang

berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris

independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua

komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan

komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal

yang independen. Tugas komite audit mencakup menurut

Tunggal 2002 dalam Setiawan (2009):

a) Meningkatkan disiplin korporat dan lingkungan

pengendalian untuk mencegah kecurangan dan

penyalahgunaan.

b) Memperbaiki mutu dalam pengungkapan pelaporan

keuangan.

c) Memperbaiki ruang lingkup, akurasi dan efektivitas

biaya dari audit ekstemal dan independensi dan

obyektivitas dari auditor ekstemal.

4. Rasio Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi

yang memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil

usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan suatu perusahaan.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

37

Dalam rangka memahami informasi tentang laporan keuangan,

analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Analisis laporan

keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan.

Analisis laporan keuangan ini nantinya dapat membantu para pelaku

bisnis, baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya

dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Adapun rasio-rasio

umum keuangan yang sering digunakan antara lain:

a. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan

kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua

kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka

pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan

untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan

yang likuid sedang bila tidak disebut ilikuid. Rasio likuiditas

yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas

suatu perusahaan antara lain:

1. Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang

lancar. Current Ratio memberikan informasi tentang

kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar.

Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek,

persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar

meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

38

hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar

(Sutrisno, 2001:247). Rumus current ratio adalah:

CR =

X 100%

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan

hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan

menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio

lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat

menutupi semua hutang lancar. Jadi, dikatakan sehat jika

rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya

aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar

(Harahap, 2002:301) .

2. Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan

perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi

persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak

dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena

persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling

kecil tingkat likuiditasnya.

Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva

lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan

piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang

jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi, rumusnya:

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

39

QR =

X 100%

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick

ratio dengan current ratio, dimana current ratio meningkat

sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi

yang besar pada persediaan.

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang

paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin

besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus

100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100%

tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap,

2002:302).

3. Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar

yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar.

Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan

di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran.

Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar

yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali,

dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang

menjadi domisili perusahaan bersangkutan.

Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:

CR =

X 100%

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

40

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas

dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar

rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak

harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya

baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan

dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang

cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut

perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable.

Perusahaan yang solvable belum tentu ilikuid, demikian juga

sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid.

Macam-macam rasio keuangan yang berkaitan dengan rasio

solvabilitas yang biasa digunakan adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt

ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal

dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang

yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek

maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai

debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya

menjadi semakin baik (Sutrisno,2001:249). Untuk

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

41

mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

DEBT RATIO =

X 100%

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat

ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman

(solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil

(Harahap,2002:304).

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio)

adalah imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan

dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti

modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.

Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh

melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu

tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya,

semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.

Rumusnya:

DEBT TO EQUITY RATIO =

X 100%

c. Rasio Rentabilitas

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

42

Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan

dalam mendapatkan laba.

Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni:

1. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat

penjualan tertentu. Rasio ini bisa diintepretasikan juga

sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya

(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu

(Hanafi dan Halim, 2000:84). Rasio profit margin bisa

dihitung sebagai berikut:

PM =

X 100%

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase

pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba

cukup tinggi(Harahap,2002:304).

2. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara

laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat

penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio

ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

43

dapat dicapai setiap rupiah penjualan. Semakin besar

rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan

perusahaan (Munawir, 2001:89).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

GPM=

X 100%

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap

atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas

rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap

atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati

laba. Semakin besar rasionya semakin baik (Harahap,

2002:306).

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih

digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang

dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan

mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi,

pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun

manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi

pada tingkat penjualan tertentu.

Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

44

yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau

biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu,

atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan

Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan

rumus:

NPM =

X 100%

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang

dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin

tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi

pada tingkat penjualan tertentu.

4. Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan

digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.

Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah

laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001:255).

Rasio ini dihitung dengan rumus:

ROI =

X 100%

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih

(setelah pajak) yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

45

investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya

semakin baik (Sutrisno, 2001:255).

5. Return On Assets

Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis,

merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum

bunga dan pajak atau EBIT (Sutrisno, 2001:254).

Rasio ini dihitung dengan rumus:

ROA =

X 100%

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari

aktiva yang digunakan. Semakin besar rasionya semakin

baik (Sutrisno,2001:254).

d. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian

menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut

pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada

tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin

besarnya dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva

tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila

ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa

rasio aktivitas yang digunakan adalah:

1. Perputaran Piutang

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

46

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata

piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini

mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan

dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya.

Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan

analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran

seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas.

Angka jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya

suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan).

Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar

pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang

(Prastowo dan Juliaty, 2003:82).

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran Piutang =

Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang.

Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif

pengelolaan piutangnya (Sutrisno, 2001:252).

2. Perputaran Persediaan

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga

menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara

mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

47

menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Perputaran persediaan yang tinggi menandakan

semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun.

Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan.

Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah

menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang

efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80).

Rumus perhitungannya adalah:

Perputaran Persediaan=

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan

persediaan. Semakin tinggi tingkat perputarannya

semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno,

2001:251).

3. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva

tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini

memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan

menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini

berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut.

Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai

proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

48

diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang

lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva

tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting

untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81).

Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Perputaran Aktiva Tetap=

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva

tetap dalam mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi

tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan aktiva

tetapnya (Sutrisno, 2001:253).

4. Perputaran Total Aktiva

Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas

adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya

rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung

efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi

biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya

rasio yang rendah harus membuat manajemen

mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran

investasi atau modalnya (Hanafi dan Halim, 2000:81).

Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:

Perputaran Total Aktiva=

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

49

Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan

aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi

tingkat perputarannya semakin efektif perusahaan

memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).

Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk

meningkatkan profitabilitas. Ketika suatu pengungkit (level) digunakan

dengan tepat, maka tekanan yang diterapkan pada suatu titik akan

dibentuk atau diperbesar menjadi tekanan atau gerakan dititik lain.

Leverage mempengaruhi tingkat dan variabilitas pendapatan setelah

pajak yang selanjutnya mempengaruhi tingkat risiko dan

penegembalian perusahaan secara keseluruhan. Semakin besar tingkat

leverage berarti tingkat ketidakpastian return tinggi, namun disisi lain

jumlah return yang diberikan akan semakin besar pula (Van Horne et

al., 2007: 182). Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa

besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset

perusahaan. Tingkat leverage setiap perusahaan akan berbeda-beda.

Dalam satu perusahaan pun tingkat leverage antar periode satu dengan

periode lainnya.

Menurut Brigham dan Houston (2006: 101) pembiayaan dengan

leverage atau utang memiliki tiga implikasi penting, yaitu:

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

50

a. Memperoleh dana dari utang membuat pemegang saham dapat

mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi

yang terbatas.

b. Kreditur melihat ekuitas atau yang disetor pemilik untuk

memberikan margin pengaman sehingga jika pemegang saham

hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka

risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.

c. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas

investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding

pembayaran bunga maka pengembalian atas modal pemilik akan

lebih besar.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio utang yang relatif

tinggi akan memiliki ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi ketika

perekonomian berada dalam kondisi normal, namun memiliki risiko

kerugian yang lebih tinggi apabila ekonomi mengalami masa resesi,

(Brigham dan Houston, 2006: 103).

Menurut Horne dan Wachowicz (2005: 75), utang dapat

meningkatkan pengembalian bagi pemegang saham dalam masa-masa

baik, dan menguranginya pada masa-masa buruk, sehingga utang

tersebut dikatakan menciptakan leverage keuangan. Pengukuran rasio

leverage keuangan yang dapat digunakan antara lain dengan total debt

to total asset (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER).

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

51

5. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan campur tangan manajemen dalam

proses penyusunan laporan keuangan yang tujuannya untuk

dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan tertentu.

Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas dari laporan

keuangan karena tidak memcerminkan kondisi perusahaan yang

sesungguhnya. Para pemakai laporan keuangan dimungkinkan akan

mengambil keputusan yang salah dikarenakan mereka memperoleh

informasi keuangan yang salah. Menurut Healy dan Wahlen

(1998:6), manajemen laba mengandung beberapa aspek yaitu:

1) Intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat

dilakukan melalui penggunaan judgment, misalnya judgment

yang digunakan untuk mengestimasi peristiwa-peristiwa

ekonomi dimasa depan untuk diungkapkan dalam laporan

keuangan perusahaan.

2) Tujuan manajemen laba adalah untuk menyesatkan stakeholders

mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika

manajemen memiliki informasi lebih yang tidak dapat diakses

oleh pihak lainnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Keiso et al., (2007: 423), menyatakan bahwa kecurangan

pelaporan keuangan biasanya terjadi karena kondisi yang ada dalam

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

52

lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal berkaitan

dengan buruknya pengendalian internal, buruknya perilaku etis

manajemen, dan likuiditas atau profitabilitas perusahaan.

Lingkungan eksternal berkaitan dengan kondisi industri, lingkungan

bisnis secara keseluruhan, atau karena pertimbangan hukum dan

peraturan.

Ada beberapa teori mengenai motivasi manajemen laba. Watts

dan Zimmerman (1986) dalam Belkaoui, (2006: 189),

mengemukakan 3 faktor yang terkait dengan perilaku manajer dalam

pemilihan kebijakan akuntansi. Tiga faktor ini disebut dengan tiga

hipotesis teori akuntansi positif.

1) Bonus Plan Hypothesis (Hipotesis Rencana Bonus)

Hipotesis ini membicarakan tentang hubungan pemilihan

metode akuntansi dengan rencana bonus manajer. Manajer

perusahaan dengan adanya rencana bonus kemungkinan besar

memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya

yaitu bonus yang tinggi. Rencana bonus yang berdasarkan laba

dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk lebih banyak

menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang

dilaporkan.

2) Debt Covenant Hypothesis (Hipotesis Ekuitas Utang)

Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin tinggi utang/ekuitas

perusahaan, yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

53

ketat) perusahaan terhadap batasan-batasan yang terdapat pada

perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas

pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis,

maka semakin besar kemungkinan para manajer menggunakan

metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba.

3) Political Cost Hypothesis (Hipotesis Biaya Politis)

Semakin besar perusahaan semakin besar pula kemungkinan

perusahaan tersebut memilih metoda akuntansi yang

menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang

tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya

mengenakan peraturan nti trust, subsidi pemerintah, pajak dan

tarif, persaingan dengan perusahaan asing, serta regulasi-

regulasi lain. Stice et al. (2007: 421) menjelaskan pendorong

para manajer untuk melakukan manajemen laba yaitu:

1) Memenuhi target internal perusahaan.

2) Memenuhi harapan eksternal.

3) Meratakan atau memuluskan laba (income smoothing).

4) Mempercantik laporan keuangan (window dressing)

untuk keperluan penjualan saham perdana (initioal

public offering-IPO) atau untuk memperoleh pinjaman

dari bank.

Perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik

perusahaan yang dapat menimbulkan tindakan manajemen laba.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

54

Perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat

disejajarkan dengan penerapan mekanisme good corporate

governanance baik mekanisme secara eksternal maupun internal.

Menurut Man dan Wong (2013), mekanisme ekternal

mendukung kepentingan stakeholders, dan termasuk undang-undang

perlindungan hukum dan aturan pengambilalihan. Mekanisme

internal meliputi kepemilikan saham inside struktur dewan komisaris

dan karakteristiknya, proporsi dewan direksi independen, latar

belakang direktur, komite audit, komite remunerasi, dan struktur

kepemilikan perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komite audit independen, dan dewan komisaris

independen.

Peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba bisa

timbul apabila terdapat situasi dimana manajer mempunyai

kesempatan dan upaya untuk mendeteksi sulit dilakukan. Menurut

Keiso et al. (2007: 424), peluang tersebut sering timbul dari:

1) Tidak adanya dewan direksi atau komite audit yang

mengawasi proses pelaporan keuangan.

1) Pengendalian internal yang lemah atau bahkan tidak ada.

3) Terjadi transaksi yang rumit atau tidak biasa, seperti merger

dan penutupan operasi tertentu.

4) Estimasi akuntansi yang memerlukan pertimbangan

subjektif yang

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

55

signifikan oleh manajemen perusahaan, seperti cadangan

atas kerugian piutang.

5) Staf audit internal yang tidak efektif yang disebabkan oleh

jumlah staf audit yang tidak memadai dan lingkup audit

yang amat terbatas.

c. Teknik Manajemen Laba

Stice et al. (2007: 427), menyatakan bahwa konsep akuntansi

akrual yang fleksibel dan standar akuntansi yang telah

disebarluaskan dapat memberikan kesempatan bagi manajemen

untuk mengatur laba perusahaan. Para akuntan menambahkan nilai

informasi dengan menggunkan estimasi dan asumsi-asumsi untuk

mengubah data aliran kas yang masih mentah menjadi data akrual.

Teknik-teknik yang secara umum yang digunakan dalam manajemen

laba adalah sebagai berikut:

1) Penggantian secara strategis.

Laba yang stabil dapat diperoleh perusahaan dengan

memastikan bahwa beberapa transaksi penting telah diselesaikan

dengan cepat atau ditunda sehingga dapat diakui pada kuartal

yang paling menguntungkan.

2) Perubahan pada metode atau estimasi dengan pengungkapan

penuh.

Estimasi akuntansi berhubungan dengan piutang tak tertagih,

retur atau dana pensiun, umur ekonomis asset, dan lain-lain.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

56

Apabila perubahan estimasi di ungkapkan secara menyeluruh

dalam laporan keuangan, maka manajemen laba dapat dideteksi

dengan mudah oleh para pengguna laporan keuangan.

3) Perubahan dalam metode akuntansi atau estimasi dengan

pengungkapan yang minimal atau tanpa pengungkapan sama

sekali.

4) Akuntansi Non-GAAP

Manajemen laba yang secara sopan dapat dilakukan melalui

akuntansi non-GAAP. Akuntansi non-GAAP sebenarnya dapat

juga terjadi akibat kesalahan yang tidak disengaja atau kekurang

hati-hatian.

5) Transaksi fiktif

Contoh dari transaksi fiktif seperti yang dilakukan oleh para

manajer di Xerox Meksiko secara sembunyi-sembunyi menyewa

gudang yang digunakan untuk menyimpan barang-

barangdagangan yang diretur untuk menghindari pencatatan

retur penjualan.

d. Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil

Menurut Roychowdhury (2006:337), manajemen laba melalui

manipulasi aktivitas riil merupakan suatu tindakan manajemen yang

menyimpang praktik bisnis perusahaan secara normal dengan tujuan

utama untuk mencapai target laba yang diharapkan. Akan tetapi,

target laba terpenuhi tidak selalu memberikan kontribusi terhadap

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

57

nilai perusahaan meskipun target telah tercapai. Manajemen laba

melalui manipulasi aktivitas riil dilakukan oleh manajemen melalui

aktivitas sehari-hari perusahaan selama periode berjalan. Sedangkan

manajemen laba melalui manaipulasi akrual dapat dilakukan selama

periode akuntansi berjalan perusahaan. Menurut Roychowdhury

(2006: 340), manajemen laba melalui aktivitas riil dilakukan melalui

arus kas operasi, biaya produksi, dan biaya-biaya diskresioner.

1) Arus Kas Operasi

Arus kas operasi merupakan salah satu jenis aktivitas dari

laporan arus kas yang terdiri dari aktivitas-aktivitas operasional

perusahaan. Metode yang digunakan untuk melakukan

manipulasi aktivitas riil melalui arus kas operasi adalah

manipulasi penjualan. Manipulasi penjualan berkaitan mengenai

manajer yang mencoba menaikkan penjualan selama periode

akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk memenuhi

target laba yang diharapkan. Tindakan oportunis manajer

melalui manipulasi penjualan ini dapat dilakukan dengan

menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau

memberikan persyaratan kredit yang sangat lunak.

Strategi ini tentu dapat meningkatkan volume penjualan dan

laba.Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba

tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas

masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga. Oleh

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

58

karena itu, aktivitas manipulasi penjualan menyebabkan arus kas

kegiatan operasi periode sekarang menurun dibandingkan level

penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang.

Manipulasi aktivitas riil dapat dideteksi melalui arus kas

operasi menggunakan arus kas operasi abnormal (ABN_CFO).

Arus kas operasi abnormal diperoleh dari selisih nilai arus kas

operasi aktual yang diskala dengan total aktiva satu tahun

sebelum pengujian dikurangi dengan arus kas kegiatan operasi

normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi

dari model persamaan regresi sebagai berikut:

CFOt /At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + α2 (St /At-1) + α3 (ΔSt /At-

1) + εt (1)

Keterangan:

CFOt = arus kas operasi perusahaan i pada tahun t

At-1 = aset total perusahaan i pada tahun t-1

CFOt/At-1= Arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala

dengan total aktiva pada tahun t-1.

St = penjualan total perusahaan i pada tahun t

ΔSt = perubahan penjualan perusahaan dari akhir tahun t

dengan tahun t-1

a0 = konstanta.

et = error term pada tahun t

2) Biaya Diskresioner

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

59

Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak

mempunyai hubungan yang akrual dengan output. Biaya-biaya

diskresioner (discretionary expenditures) yang digunakan dalam

melakukan tindakan pemanipulasian antara lain biaya iklan,

biaya riset dan pengembangan (R&D), serta biaya penjualan,

umum, dan administrasi. Perusahaan dapat menurunkan atau

mengurangi biaya diskresioner yang pada akhirnya akan

meningkatkan laba periode berjalan dan dapat juga

meningkatkan arus kas periode sekarang jika perusahaan secara

umum membayar biaya seperti itu secara tunai. Strategi ini

dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun

dengan risiko menurunkan arus kas periode mendatang.

Manipulasi aktivitas riil dapat dideteksi melalui biaya

diskresioner dengan menggunakan biaya diskresioner abnormal

(ABN_DISEXP). Biaya diskresioner abnormal diperoleh dari

selisih nilai biaya diskresioner aktual yang diskala dengan total

aktiva satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan biaya

diskresioner normal yang dihitung dengan menggunakan

koefisien estimasi dari model persamaan regresi sebagai berikut:

DISEXPt/At-1 = a0 + a1(1/At-1) + β(St/At-1) + et (2)

Keterangan:

DISEXPt = biaya diskresioner pada tahun t

At-1 = total aktiva pada tahun t-1

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

60

St = penjualan pada tahun t

a0 = konstanta

et = error term pada tahun

3) Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan segala biaya yang dikeluarkan

atau dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang. Metode yang

digunakan dalam melakukan manipulasi riil melalui biaya

produksi ini adalah produksi berlebih (overproduction). Manajer

perusahaan dapat memproduksi lebih banyak dari pada yang

diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih

tinggi akan menyebabkan biaya tetap (fixed cost) per unit

produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan cost of

goods sold dan meningkatkan laba operasi.

Manipulasi aktivitas riil dapat dideteksi melalui biaya

produksi menggunakan biaya produksi abnormal

(ABN_PROD). Biaya produksi abnormal diperoleh dari selisih

nilai biaya prosuksi aktual yang diskala dengan total aktiva satu

tahun sebelum pengujian dikurangi dengan biaya produksi

normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi

dari model persamaan regresi sebagai berikut:

PRODt/At-1 = a0 + a1(1/At-1) + β1(St/At-1) + β2(DSt/At-1)

+ β3(DSt-1/At-1) + et (3)

Keterangan:

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

61

PRODt = biaya produksi pada tahun t,yaitu: harga pokok

penjualan + perubahan persediaan

At-1 = total aktiva pada tahun t-1

St = penjualan pada tahun t

ΔSt = penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada

tahun t-1

ΔSt-1 = perubahan penjualan pada tahun t-1

a0 = konstanta

et = error term pada tahun

e. Manajemen Laba Akrual

Berbagai alternatif bisa digunakan oleh manajer dalam

melaporkan kinerja dan kesehatan keuangan perusahaan, termasuk

laba. Dechow (1994) menjelaskan bahwa manajemen laba akrual

atau accrual accounting akan lebih baik dalam menggambarkan

posisi keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang karena

proses akrual tersebut akan menghasilkan laba yang lebih smooth,

namun sifatnya kurang persisten dan relatif lebih subjektif jika

dibandingkan dengan manajemen laba riil. Selain itu, ada beberapa

faktor yang bisa memengaruhi manajemen laba akrual termasuk

risked on risked asset dan loan to deposits ratio.

Beaver dan Engel (1996) menyatakan ada beberapa variabel

yang digunakan untuk mengukur manajemen laba akrual, yaitu

charge off/write off, loan outstanding, non performing assets, dan

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

62

selisih non performing assets. Rivai et al. (2007) menyatakan

bahwa charge off merupakan kredit macet yang tidak dapat ditagih

lagi atau dihapusbukukan dari neraca (on balance sheet) dan dicatat

di rekening administratif (off balance sheet). Loan outstanding

merupakan penyediaan uang atas dasar perjanjian pinjam-

meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

peminjam/debitur untuk melunasinya sesuai waktu yang ditetapkan

beserta kewajiban lainnya seperti bunga (Rivai et al. 2007).

Kategori aktiva produktif yang bermasalah atau non performing

assets diambil berdasarkan tingkat kolektibilitasnya yaitu: dalam

perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet (Rivai et al.

2007). Sementara itu, variabel yang menunjukkan selisih antara

non performing assets periode t dengan periode sebelumnya t0

digunakan untuk melihat pengaruh perubahan nilai non performing

assets terhadap manajemen laba akrual (Beaver dan Engel 1996).

Rumus model pengukuran dari Beaver dan Engel (1996) sebagai

berikut:

ALL it = X0 + X1 COit + X2 LOANit + X3 NPAit + X4

CHNPAit + 1 + zit

Keterangan:

ALL: allowances for loan losses;

CO: net charge-off;

LOAN: pinjaman yang diberikan,

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

63

NPA: non-performing asset;

CHNPA: perubahan NPA dari periode t-1 sampai periode t

B. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh Subhan (2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Subhan (2011) ini berjudul

“Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap

Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

mekanisme GCG (kepemilikan institusi, ukuran dewan komisaris,

komposisi komisaris independen, dan ukuran dewan direksi) serta

leverage keuangan terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan

diskresionari akrual. Variabel independen yang digunakan adalah

kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komposisi

komisaris independen, ukuran dewan direksi dan leverage keuangan.

Variabel dependen yang diteliti adalah manajemen laba yang

diproksikan dengan discretionary accrual.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusi,

komposisi komisaris independen, ukuran dewan direksi dan leverage

keuangan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap terhadap

manajemen laba sedangkan ukuran dewan direksi berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap manajemen laba. Belum signifikannya

pengaruh tersebut karena relatif rendahnya kesadaran penerapan GCG

di Indonesia.

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

64

2. Penelitian yang dilakukan oleh Robert Jao dan Gagaring Pagalung

(2011)

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan

Manufaktur di Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh corporate governance yang terdiri dari kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,

komposisi dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap

manajemen laba serta untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan

dan pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Variabel penelitian

terdiri dari variabel independen yaitu kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan

komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan dan leverage.

Variabel dependen yaitu manajemen laba.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

manajerial dapat mengurangi manajemen laba. Kepemilikan

institusional mempunyai pengaruh dapat meningkatkan manajemen

laba. Ukuran dewan komisaris mempunyai berpengaruh terhadap

manajemen laba. Komposisi dewan komisaris independen mempunyai

pengaruh mengurangi manajemen laba. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris,

dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap

manajemen laba. Kepemilikan institusional dan proporsi dewan

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

65

komisaris independen serta leverage berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan. Sedangkan manajemen laba berpengaruh dapat

menurunkan kinerja perusahaan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yudhita Dian Pratiwi dan Wahyu

Meiranto (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Yudhita Dian Pratiwi dan Wahyu

Merianto berjudul “Pengaruh Penerapan Gorporate Governance

terhadap Earning Manajemen melalui Manipulasi Aktivitas Riil pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan corporate

governance terhadap earnings management yang dideteksi melalui

manipulasi aktivitas riil. Variabel yang diuji dalam penelitian ini yaitu

ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi

dewan komisaris independen, ukuran komite audit, jumlah rapat komite

audit, kompetensi komite audit, kualitas audit, ukuran perusahaan, dan

earnings management melalui aktivitas riil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris dan

kompetensi komite audit berpengaruh secara signifikan. Sedangkan

jumlah rapat dewan komisaris, kompetensi dewan komisaris

independen, ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, dan

kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap earnings

management melalui manipulasi aktivitas riil.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Arlita Marcela Sudibyo (2013)

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

66

Penelitian yang dilakukan oleh Arlita Marcela Sudibyo (2013)

berjudul “Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Ukuran

Perusahaan terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada

Perusahaan Jasa Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2009-2011)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh dari corporate governance dan ukuran perusahaan

terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa non keuangan.

Variabel independen yaitu Corporate governance yaitu kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris

independen serta ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan

logaritma natural dari total aset. Variabel dependen yaitu manajemen

laba.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah

kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Semakin tinggi

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, semakin rendah

manajemen laba perusahaan tersebut. Variabel proporsi dewan

komisaris independen dan ukuran perusahaan tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan

perusahaan jasa non-keuangan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Hidayat (2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Hidayat (2017) dengan judul

“Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Leverage

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

67

terhadap Earnings Management (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-

2015)”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai

pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan dan leverage

terhadap earnings management. Variabel yang digunakan adalah

variabel dependen yaitu manajemen laba dan variabel independen

terdiri dari ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen,

komite audit dan leverage.

Penelitian tersebut menjelaskan bahwa ukuran dewan komisaris,

dewan komisaris independen, komite audit, dan leverage tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba sedangkan

ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

earnings management. Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris

independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage

berpengaruh secara bersama-sama terhadap earnings management.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, dkk (2015)

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, dkk (2015) berjudul

“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap

Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh

ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap manajemen

laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

68

Indonesia. Variabel dependen yaitu manajemen laba. Avraiabel

independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan leverage tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap manajemen laba. Secara simultan ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan leverage tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap manajemen laba.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Naftalia dan Marsono (2013)

Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Leverage terhadap

Manajemen Laba dengan Corporate Governance sebagai variabel

pemoderasi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

leverage terhadap manajemen laba dan kemampuan menganalisis

pengaruh corporate governance yang terdiri dari kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit, dan komisaris

independen dalam mempengaruhi earnings management pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar khususnya perusahaan makanan

di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen yaitu manajemen laba.

Variabel independen yaitu leverage. Variabel moderasi yaitu

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, audit kualitas dan

dewan independen.

Hasil penelitiannya variabel leverage berpengaruh terhadap

manajemen laba. Kepemilikan institusional memoderasi pengaruh

hubungan antara leverage terhadap manajemen laba. Kepemilikan

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

69

manajerial, kualitas audit dan komisaris independen tidak memoderasi

terhadap hubungan leverage dan manajemen laba.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Masni ( 2017)

Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Good Corporate

Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manajemen Laba

pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2013-2015”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh good corporate governance, profitabilitas dan

leverage terhadap manajemen laba. Good corporate governance diukur

dengan proporsi komisaris independen dan independensi komite audit.

Profitabilitas diukur dengan return on investment (ROI), leverage

diukur dengan debt to total asset, dan manajemen laba diukur dengan

nilai discretionary accrual menggunakan model modified jones.

Variabel dependen yaitu manajemen laba. Variabel independen terdiri

dari GCG ( proporsi komisaris independen dan independensi komite

audit), leverage dan profitabilitas.

Hasil penelitiannya adalah proporsi komisaris independen,

independensi komite audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Variabel profitabilitas

berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan properti

dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

70

9. Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyatun Fauziah (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyatun Fauziah (2014) berjudul

“Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap

Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Akrual pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

mekanisme good corporate governance yang diukur dengan

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan

komisaris independen, pengaruh leverage secara parsial dan pengaruh

GCG dengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

dan dewan komisaris independen secara simultan terhadap manajemen

laba melalui manipulasi aktivitas riil. Variabel independen yang

digunakan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

dewan komisaris independen dan leverage. Variabel dependen adalah

manajemen laba melalui manipulasi riil yang menggunakan model

pengukuran yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba melalui

manipulasi aktivitas riil. Kepemilikan manajerial, dewan komisaris

independen, dan leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap manajemen laba. Sedangkan secara simultan GCG dengan

proksi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

71

komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap

manajemen laba melalui manipulasi aktivitas rill.

10. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminatus Syafa’ah (2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminatus Syafa’ah (2017)

berjudul “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba

di Industri Perbankan Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh GCG atas praktek manajemen laba dalam industri

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel

independen yang digunakan adalah komposisi dewan komisaris

independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan

ukuran perusahaan. Variabel dependen yang dipakai adalah manajemen

laba.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris

independen dan keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap

manajemen laba sedangkan ukuran dewan dan ukuran perusahaan

komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba

Pujiati & Widanar (2009) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional merupakan proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh

pemilik institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi dan kepemilikan lain kecuali anak perusahaan dan institusi

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

72

lain yang memiliki hubungan istimewa (perusahaan afiliasi dan

perusahaan asosiasi) atas laporan yang dibuat menurut data di Jakarta

Stock Exchange serta kepemilikan saham oleh pihak blockholders

yaitu saham yang dimiliki perseorangan di atas 5% selama tiga tahun

berturut-turut tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan

insider. Para pihak tersebut dapat berpengaruh pada nilai perusahaan

terkait dengan peran mereka sebagai monitoring management atau

bentuk kontrol kepada pihak manajemen.

Agustia (2013) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan saham yang

besar tersebut seharusnya membuat investor institusional mempunyai

kekuatan yang lebih dalam mengontrol kegiatan operasional

perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, kepemilikan institusional tidak

bisa membatasi terjadinya manajemen laba. Hal ini dikarenakan

investor institusional tidak berperan sebagai sophisticated investors

yang memiliki lebih banyak kemampuan dan kesempatan untuk

memonitor dan mendisiplinkan manajer agar lebih terfokus pada nilai

perusahaan, serta membatasi kebijakan manajemen dalam melakukan

manipulasi laba, melainkan berperan sebagai pemilik sementara yang

lebih terfokus pada current earnings. Transient investors justru akan

membuat pihak manajer mengambil kebijakan agar bisa mencapai

target laba yang diinginkan para investor. Oleh karena itu, adanya

kepemilikan institusional belum tentu akan berdampak pada

Page 62: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

73

peningkatan proses pengawasan yang berpengaruh terhadap

berkurangnya tindakan manajemen dalam melakukan manajemen

laba.

Menurut penelitian Tarjo (2008) kepemilikan institusional

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen

laba. Penelitian ini mempunyai hasil yang sama dengan penelitian

Subhan (2011), Arlita Marcela Sudibyo (2013), serta Naftalia dan

Marsono (2013). Tarjo (2008) menyatakan bahwa pemilik

institusional sebagai pemegang saham mayoritas meminta jajaran

manajer untuk meminimalisasi manajemen laba karena jika pemilik

institusional sebagai pemegang saham mayoritas meminta manajer

untuk melakukan rekayasa laba yang menguntungkan pemegang

saham mayoritas dan manajemen, maka pemegang saham minoritas

dan pasar saham akan mendiskon harga saham perusahaan yang justru

akan merugikan pemegang saham mayoritas itu sendiri Berdasarkan

uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen

laba. Rata-rata kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak

manajemen perusahaan adalah 1,99%. Agustia (2013) menyatakan

bahwa jumlah kepemilikan manajerial yang rendah menyebabkan

Page 63: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

74

pihak manajemen perusahaan cenderung mengambil kebijakan untuk

mengelola laba perusahaan, misalnya dengan meningkatkan laba yang

dilaporkan sehingga banyak investor yang tertarik untuk menanamkan

modal dan bisa menaikkan harga saham perusahaan. Kegagalan pihak

manajemen yang juga merupakan pemilik modal perusahaan dalam

meningkatkan kualitas dan proses pelaporan keuangan disebabkan

karena persentase manajer yang memiliki saham relatif sangat kecil

jika dibandingkan dengan keseluruhan modal yang dimiliki investor

umum.

Hal ini sependapat dengan hasil penelitian dari Naftalia dan

Marsono (2013) dan Nuriyatun Fauziah (2014) yang menyatakan

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba ditolak. Sedangkan menurut Arlita Marcela Sudibyo

(2013) kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh signfikan

terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2: Kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

3. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba

Dewan komisaris independen merupakan bagian dari dewan

komisaris, yang secara umum bertugas untuk melakukan pengawasan

terhadap manajemen perusahaan. Dengan adanya komisaris

independen diharapkan dapat melakukan pengawasan lebih efektif,

Page 64: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

75

sehingga dapat mengurangi praktik manajemen laba. Fama dan Jensen

dalam Andayani (2010) menyatakan bahwa komisaris independen

dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi

diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan direksi serta

memberikan nasihat kepada direksi.

Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Hal ini dikarenakan pembentukan pengangkatan

komisaris independen oleh perusahaan hanya memenuhi peraturan

BEJ tanggal 1 Juli 2000 yang menyatakan bahwa perusahaan yang

listed di Bursa harus mempunyai komisaris independen. (FCGI, 2012)

menyatakan bahwa di Indonesia sering terjadi anggota dewan

komisaris hanya bertindak pasif bahkan sama sekali tidak

menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap

dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memiliki

manfaat. Hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak anggota

dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat

menunjukkan independensinya .

Pernyataan tersebut mendukung penelitian Yudhita Dian Pratiwi

dan Wahyu Meiranto (2013), Arlita Marcela Sudibyo (2013), Taufik

Hidayat (2017), Naftalia dan Marsono (2013), Masni (2017),

Nuriyatun Fauziah (2014), dan Siti Aminatus Syafa’ah (2017) yang

menemukan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba. Hal berbeda dijelaskan oleh Subhan (2011),

Page 65: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

76

dan Robert Jao dan Gagaring Pagalung (2011), yang menyatakan

bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap manajemen laba diterima. Berdasarkan uraian

diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3: Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap

Manajemen Laba.

4. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba

Besarnya tingkat hutang perusahaan (leverage) dapat

mempengaruhi tindakan manajemen laba. Leverage yang tinggi yang

disebabkan kesalahan manajemen dalam mengelola keuangan

perusahaan atau penerapan strategi yang kurang tepat dari pihak

manajemen. Oleh karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan

leverage yang tinggi, juga akan meningkatkan tindakan oppurtunistic

seperti manajemen laba untuk mempertahankan kinerjanya di mata

pemegang saham dan publik.

Hal ini mendukung penelitian dari Subhan (2011), Robert Jao dan

Gagaring Pagalung (2011), dan Naftalia dan Marsono (2013) yang

menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.

Tetapi bertentangan dengan pendapat dari Taufik Hidayat (2017),

Gunawan, dkk (2015), Masni ( 2017), dan Nuriyatun Fauziah (2014)

yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Page 66: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4685/4/BAB II.pdf · 2019-02-18 · demikian, dibutuhkan kontrak yang efisien yaitu kontrak yang jelas

77

H4: Leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan

Komisaris Independen dan Leverage secara Bersama-Sama terhadap

Manajemen Laba

Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyatun Fauziah (2014)

menyatakan bahwa secara simultan GCG dengan proksi kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris

independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen

laba melalui manipulasi aktivitas rill.

Berdasarkan hipotesis 1 sampai hipotesis 4 menyatakan bahwa

Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba, Kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba, Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif

terhadap Manajemen Laba, dan Leverage berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba. Berdasarkan hipotesis di atas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Secara simultan GCG dengan proksi kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen serta

leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.