BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1...

33
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Intensitas Belajar a. Pengertian Intensitas Belajar Intensitas berasal dari kata intentio yang artinya derajat kekuatan tertinggi, kekuatan terbesar, meregang sampai batas terjauh, 1 atau dapat diartikan kehebatan. 2 Kaitannya dengan belajar adalah kehebatan atau kesungguhan, giat dalam melakukan belajar baik fisik maupun psikis, sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli: 1) Elizabeth B. Harlock, learning is development that comes from exercise and effort. 3 belajar adalah suatu perkembangan setelah adanya proses (latihan) dan usaha (belajar). 2) Menurut Agus Hardjana, belajar adalah kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal, atau penguasaan kecakapan dalam suatu hal atau bidang hidup tertentu lewat usaha pengajaran dan pengalaman. 4 3) Muhammad Ali, belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. 5 Dari definisi yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat diambil pengertian belajar adalah : 1. Belajar merupakan suatu aktifitas yang disengaja. 2. Aktifitas tersebut menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang baru. 1 Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, tt.), hlm. 1462. 2 John M.E Cholas dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta :Gramedia, 2000), cet.xxiv, hlm.326. 3 Elizabeth B. Harlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1978), hlm. 28. 4 Agus Hardjana, Kiat Sukses Studi di Peruruan Tinggi, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 81. 5 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2000), hlm. 14. 8

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Intensitas Belajar

a. Pengertian Intensitas Belajar

Intensitas berasal dari kata intentio yang artinya derajat

kekuatan tertinggi, kekuatan terbesar, meregang sampai batas terjauh,1

atau dapat diartikan kehebatan.2 Kaitannya dengan belajar adalah

kehebatan atau kesungguhan, giat dalam melakukan belajar baik fisik

maupun psikis, sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

1) Elizabeth B. Harlock, learning is development that comes from

exercise and effort.3 belajar adalah suatu perkembangan setelah

adanya proses (latihan) dan usaha (belajar).

2) Menurut Agus Hardjana, belajar adalah kegiatan untuk

mendapatkan pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal, atau

penguasaan kecakapan dalam suatu hal atau bidang hidup tertentu

lewat usaha pengajaran dan pengalaman.4

3) Muhammad Ali, belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat

interaksi individu dengan lingkungan. 5

Dari definisi yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat

diambil pengertian belajar adalah :

1. Belajar merupakan suatu aktifitas yang disengaja.

2. Aktifitas tersebut menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang

baru.

1 Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, tt.), hlm. 1462. 2 John M.E Cholas dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta :Gramedia,

2000), cet.xxiv, hlm.326. 3 Elizabeth B. Harlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1978),

hlm. 28. 4 Agus Hardjana, Kiat Sukses Studi di Peruruan Tinggi, (Yogyakarta: Kanisius, 1994),

hlm. 81. 5 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo,2000), hlm. 14.

8

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

9

3. Perubahan ini merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan-perubahan itu bersifat permanen dan konstan.

Antara definisi yang satu dengan yang lain saling melengkapi

dan berkaitan sehingga menghasilkan suatu pengertian bahwa pada

dasarnya belajar merupakan aktifitas yang menghasilkan perubahan

tingkah laku yang sedikit banyak perubahan tersebut bersifat konstan.

Maka dalam diri seorang siswa yang belajar akan mendapatkan

pengetahuan baru, pengalaman yang baru serta kecakapan baru dari

hasil belajar. Jadi maksud intensitas belajar adalah kesanggupan,

kesungguhan siswa dalam belajar atau giat belajar yang dilakukan

siswa dalam upaya memperoleh pemahaman, pengetahuan serta

tingkah laku yang lebih baik melalui prosedur latihan dan pengalaman

yang dilakukan baik di sekolah maupun di rumah.

Harus disadari bahwa di dalam kehidupan seseorang dalam

bekerja membutuhkan kesungguhan untuk mengerjakannya.

Kesungguhan seseorang dalam melakukan usaha itulah yang

menentukan seberapa jauh hasil yang dicapai. Begitu pula dalam

belajar baik di rumah maupun di sekolah seorang siswa bila ingin

mendapatkan hasil yang baik dan dapat tercapai cita-citanya maka

harus belajar dengan sungguh-sungguh, rajin, tekun, dan giat. Karena

belajar adalah untuk menjadi pandai dalam segala hal baik dalam

bidang ilmu pengetahuan maupun ketrampilan atau kecakapan. 6 Tanpa

kesungguhan dalam belajar, maka mustahil tujuan belajar akan

tercapai dengan baik.

b. Bentuk-bentuk Intensitas Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan

dari beperapa hal yang dapat mengantarkan keberhasilan dalam

belajar. Kesungguhan atau intensitas dalam belajar merupakan salah

6 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet I, hlm. 48.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

10

satu prinsip belajar agar mendapat hasil yang maksimal. Belajar tanpa

kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan, selain

itu akan bayak waktu dan tenaga yang terbuang percumah, sebaliknya

belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil

yang maksimal dan penggunaan waktu yang efektif.7

Menurut Syaiful Bahri Djamrah, pedoman umum dalam belajar

dapat dilakukan dengan cara belajar dengan teratur, disiplin dan

bersemangat, konsentrasi, pengaturan waktu, istirahat dan tidur yang

cukup.8

Sedangkan menurut Sofchan Sulistiyowati, ada dua konsep

belajar yang utama dalam mencapai keberhasilan, yaitu keteraturan

belajar dan kedisiplinan belajar.9

Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan

intensitas atau kesungguhan dalam belajar dapat dilakukan dalam

bentuk:

1) Kedisiplinan dalam belajar.

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, yang artinya

ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan, tata tertib.10 Tata tertib

yang dimaksud dapat mengatur tatanan kehidupan baik untuk

pribadinya maupun kelompok.11 Disiplin timbul dari dalam jiwa

karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Untuk

itu dalam belajar sangat diperlukan kedisiplinan yang muncul

karena kesadaran diri bukan karena terpaksa. Dengan disiplin

belajar siswa, akan dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan

proporsinya. Kemauan yang keras akan mendorong siswa tidak

lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan. Sedangkan disiplin

7 Ibid.,hlm. 53. 8 Syaiful Bahri Djamrah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm.

10-22. 9 Sofchah Sulistiyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan: Cinta Ilmu,

2001), hlm. 2-3. 10 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 208. 11 Syaiful Bahri Djamroh, op.cit., hlm. 22.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

11

yang tinggi diperlukan supaya siswa selalu belajar sesuai dengan

waktu yang diaturnya sendiri.

Disiplin dalam belajar meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Disiplin dalam menepati jadwal belajar (harus mempunyai

jadwal kegiatan belajar untuk diri sendiri)

b. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-

nunda waktu untuk belajar.

c. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan

kemauan dan semangat belajar baik di rumah maupun di

sekolah.

d. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit

dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolah raga

secara teratur12.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa kedisiplinan dalam

belajar sebagai wujud dari kesungguhan dalam menuntut ilmu

hendaknya dinilai oleh setiap pelajar, yang akhirnya nanti bisa

menjadi kebiasaan dalam setiap aktifitasnya, maka akan

terbentuklah semangat yang tinggi dalam belajar. Apabila sikap

disiplin selalu diterapkan maka kesungguhan pun akan diperoleh

setip siswa.

2) Keteraturan dalam Belajar

Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang

tidak bisa diabaikan oleh seorang siswa dalam menuntut ilmu di

sekolah.13 Hal ini mengingat banyaknya bahan pelajaran yang

harus dikuasai, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan

kedalaman dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua

bahan pelajaran dituntut secara dini, tidak harus menunggu sampai

menjelang ulangan dan ujian. Belajar dengan teratur dapat

dilakukan dengan cara teratur masuk sekolah, karena dengan

12 Sofchah Sulistyowati, op.cit., hlm. 3. 13 Syaiful Bahri Djamrah, op.cit., hlm. 10.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

12

masuk sekolah siswa akan mendengarkan penjelasan dari guru,

yang mana kita tidak cukup dengan hanya membaca buku.

Penjelasan dari guru pun tidak hanya didengar tetapi harus dicatat

secara teratur sesuai dengan bidang studi masing-masing14. Hal-hal

yang perlu dilakukan secara teratur dalam belajar antara lain :

a. Teratur dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan selalu

mengikuti pelajaran dari guru-guru yang mengajar.

b. Teratur dalam belajar di rumah dengan selalu mengulangi

pelajaran yang telah diajarkan di sekolah.

c. Teratur dalam memiliki buku-buku catatan pelajaran, baik

berupa buku terbitan, diktat, dan tulisan tangan.

d. Teratur dalam menyusun perlengkapan yang digunakan untuk

belajar misalnya meja tulis, rak buku, lampu penerangan, ruang

belajar dan alat-alat tulis15.

Penting membiasakan diri dengan sikap teratur dalam

segala hal, yang menyangkut masalah keberhasilan belajar.

Percaya pada diri bahwa dengan sikap teratur itu tidak akan

mendatangkan kegagalan dalam belajar di sekolah.16 Jika sifat

teratur dihayati dan menjadi kebiasaan seorang siswa dalam

perbuatannya, lama kelamaan sifat ini akan mempengaruhi pula

jalan pikirannya. Sedang pikiran yang jernih sangat diperlukan

dalam menuntut ilmu. Belajar secara teratur akan senantiasa

menjadikan tindakan apapun secara teratur dalam kesehariannya.

3) Konsentrasi dalam Belajar

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian dan pikiran pada

hal.17 Menurut Judi Al-Falasani, konsentrasi adalah pemusatan

pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal

14 Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

1994), hlm. 69. 15 Sofchan Sulistyowati, op.cit., hlm. 2. 16 Syaiful Bahri Djamrah, op.cit., hlm. 15. 17 Depdikbud, loc.cit., hlm 456.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

13

lainnya yang tidak berhubungan.18 Dalam belajar konsentrasi

berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan

dengan pelajaran. Sedangkan menurut The Liang Gie mengutip

pendapat Geofrey Pudley mengartikan konsentrasi sebagai berikut:

Concentration is a habit and habits are perfected by practice.19

Konsentrasi adalah suatu kebiasaan dan kebiasaan-kebiasaan

disempurnakan oleh praktek. Sehingga dapat disimpulkan,

konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan

pikiran, perasaan, kemauan dan segenap panca indera ke satu

obyek di dalam suatu aktifitas tertentu, dengan disertai usaha

untuk tidak mempedulikan obyek-obyek lain yang tidak ada

hubungannya dengan aktifitas itu. Perlu diketahui bahwa

kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu memerlukan

kemampuan dalam menguasai diri atau daya penguasaan diri.

Dengan adanya penguasaan diri inilah seorang siswa akan dapat

menguasai pikiran, perasaan, kemauan dan segenap panca indera

untuk dikonsentrasikan atau difokuskan kepada satu obyek yang

dikehendakinya. Seorang siswa yang tidak mempunyai pendirian,

mudah terpengaruh, tidak mempunyai kestabilan mental dan

mempunyai penguasaan diri yang lemah, biasanya akan mengalami

kesulitan dalam mengkonsentrasikan pikirannya.

2. Keberagamaan Siswa

a. Pengertian Keberagamaan

Keberagamaan dari kata dasar agama yang berarti segenap

kepercayaan kepada Tuhan. Beragama berarti memeluk atau

18 Djudi Al-Falasani dan Fauzan Na’if, Kiat Sukses Belajar Bagi Pelajar dan Mahasiswa,

(Semarang: Aneka Ilmu, 1991), hlm. 58. 19 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Jilid 2, (Yogyakarta: Library, 1995), hlm.

138.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

14

menjalankan agama.20 Sedangkan keberagamaan adalah adanya

kesadaran diri individu dalam menjalankan suatu ajaran dari suatu

agama yang dianut.21 Keberagamaan juga berasal dari bahasa Inggris

yaitu religiosity dari akar kata religy yang berarti agama. Religiosity

merupakan bentuk kata dari kata religious yang berarti beragama,

beriman.22

Jalaluddin Rahmat mendefinisikan keberagamaan sebagai

perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada Nash. 23

Keberagamaan juga diartikan sebagai kondisi pemeluk agama dalam

mencapai dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan atau

segenap kerukunan, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

dengan ajaran dan kewajiban melakukan sesuatu ibadah menurut

agama.

Sehingga dapat disimpulkan tingkat keberagamaan yang

dimaksud adalah seberapa jauh seseorang taat kepada ajaran agama

dengan cara menghayati dan mengamalkan ajaran agama tersebut yang

meliputi cara berfikir, bersikap, serta berperilaku baik dalam

kehidupan pribadi dan kehidupan sosial masyarakat yang dilandasi

ajaran agama Islam (Hablum Minallah dan Hablum Minannas) yang

diukur melalui dimensi keberagamaan yaitu keyakinan, praktek agama,

pengalaman, pengetahuan, dan konsekwensi atau pengamalan.

Keberagamaan (religiusity) dalam dataran situasi tentang

keberadaan agama diakui oleh para pakar sebagai konsep yang rumit

(complicated) meskipun secara luas ia banyak digunakan. Secara

subtantif kesulitan itu tercermin terdapat kemungkinan untuk

mengetahui kualitas untuk beragama terhadap sistem ajaran agamanya

20 Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm.

19. 21 Ibid. 22 E. Pino dan T Wittermans, Kamus Inggris-Indonesia , cetakan xii, (Jakarta: Pramudya

Paramita, 1980), hlm. 370. 23 Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah

Pengantar, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1989), hlm.93.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

15

yang tercermin pada berbagai dimensinya.24 Beragama berarti

mengadakan hubungan dengan sesuatu yang kodrati, hubungan

makhluk dengan khaliknya, hubungan ini mewujudkan dalam sikap

batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin

pula dalam sikap kesehariannya.25

Adapun perwujudan keagamaan itu dapat dilihat melalui dua

bentuk atau gejala yaitu gejala batin yang sifatnya abstrak

(pengetahuan, pikiran dan perasaan keagamaan), dan gejala lahir yang

sifatnya konkrit, semacam amaliah-amaliah peribadatan yang

dilakukan secara individual dalam bentuk ritus atau upacara

keagamaan dan dalam bentuk muamalah sosial kemasyarakatan.26

b. Dimensi atau Aspek Keberagamaan

Keberagamaan atau religiositas dapat diwujudkan dalam

berbagai sisi kehidupan manusia. Aktifitas beragama tidak hanya

terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi

juga melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural dan bukan hanya yang berkaitan dengan aktifitas yang

tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktifitas yang tidak

tampak dalam hati seseorang. Sehingga untuk melihat seberapa jauh

keberagamaan seseorang maka dapat dilihat bagaimana ia

melaksanakan dimensi keberagamaan. Karena itu keberagamaan

seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi, Glock and

Stark dalam bukunya Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso,

yang berjudul Psikologi Islam menjelaskan bahwa agama adalah

sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang

24 Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999), cet I, hlm. 14. 25 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), cet I hlm. 210. 26Ridin Sofwan, Penyiaran Islam di Jawa Hubungannya dalam Keberagamaan

Penghayatan Kepercayaan, (Dalam Jurnal Penelitian Walisongo edisi: XXXVII, Agustus 1992), hlm. 9.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

16

terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan

yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning)27

Menurut Glock and Stark ada lima dimensi dalam agama yang

perlu diperhatikan untuk mengembangkan keberagamaan yang bersifat

integralistik yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau

praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan dan

konsekwensi-konsekwensi.28

1. Dimensi Keyakinan (ideologi)

Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana

orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu,

mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut dan mentaatinya.

Walaupun demikian isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi,

tidak hanya diantara agama-agama tetapi sering kali di antara

tradisi-tradisi dalam agama yang sama.29 Dimensi ini berkaitan

dengan seperangkat kepercayaan dan keyakinan seseorang

terhadap realitas mutlak. Semua agama memberikan penekanan

yang penting terhadap dimensi ini, mengingat fungsinya sebagai

pondasi dalam beragama.30

Dalam Islam dimensi ini berisikan tentang keyakinan orang

Islam untuk meyakini keberadaan dan eksistensi Allah serta

mengimani Rukun Iman dan mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjukkan

seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-

ajaran agamanya, terutama ajaran-ajaran yang bersifat fundamental

dan dogmatik.31 Akidah merupakan dimensi agama dari aspek

keyakinan yang menjadi unsur pokok dalam beragama. Sedangkan

27 DJamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam¸(Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), cet. 4, hlm. 76. 28 Ibid., hlm. 77. 29 Roland Robertson (ed), Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, terj.

Achmad Fedyani Saifuddin, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet 4., hlm. 295 30 Syamsul Arifin, Merambah Jalan Baru dalam Beragama, (Yogyakarta: Ittaqa Press,

2000), cet. 1, hlm. Ix-x. 31 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashari Saroso, op.cit. hlm. 80.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

17

akidah Islam menurut Abudin Nata, akidah Islam bukan sekedar

keyakinan dalam hati melainkan pada tahap selanjutnya harus

menjadi dasar bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya

menimbulkan amal shaleh.32 Dengan adanya akidah yang kuat

akan dapat membentuk suatu kepribadian yang kuat, artinya salah

satu dari pembentukan pribadi yang baik itu harus disadari dari

keyakinan yang kuat. Dengan demikian akidah dapat menjadi

modal dasar seseorang dalam melaksanakan hukum-hukum Allah

dan mengikuti petunjuk Rasul Saw.

2. Dimensi Peribadatan atau Praktek Agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-

hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap

agama yang dianutnya.33 Praktek-praktek keberagamaan menurut

Glock and Start terdiri dari dua kelas penting yaitu:

a. Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan

keberagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua

mengharapkan para pemeluk melaksanakan.

b. Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air meski

ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen

sangat formal atau khas publik semua agama yang kenal juga

mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi

personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.34

Dimensi praktek agama dalam Islam disebut juga dimensi

peribadatan atau syari’ah beragama untuk menunjukkan seberapa

taat dan patuh seorang muslim terhadap perintah dan larangan

agama Islam.35 Artinya dimensi ini sebagai manifestasi dari

kepercayaan oleh keyakinan-keyakinan kepada Allahlah yang

32 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2000), cet

4, hlm. 85. 33 Ronald Robertson (ed), op.cit., hlm. 295. 34 Ibid., hlm. 296. 35 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashari Suroso, op.cit., hlm. 77.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

18

diwujudkan dalam bentuk ibadah dan mengabdikan diri secara

utuh, lahir batin kepada Allah swt. Ibadah merupakan aspek

keagamaan yang dapat diamati dan diukur serta merupakan aspek

beragama yang paling mudah diamati perbedaannya antara satu

agama dengan agama lainnya.36 Di dalam agama Islam dimensi ini

dapat berbentuk shalat, zakat, puasa, haji membaca Al-Qur’an,

qurban, i’tikaf di masjid pada bulan Ramadhan, dsb.37

3. Dimensi Pengalaman

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan

pesan-pesan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami

seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan atau

suatu masyarakat yang melihat komunitas, walaupun kecil dalam

suatu esensi ketuhanan yaitu dengan Tuhan, pernyataan terakhir

dengan otoritas transendental38. Pengalaman agama adalah unsur

perasaan dalam kesabaran agama, yaitu perasaan yang membawa

pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.39

Pengalaman keagamaan merupakan bagian dari

keberagamaan yang bersifat efektif, yaitu keterlibatan emosional

dan sentimental pada pelaksanaan ajaran agama. Pengalaman

keagamaan ini bersifat subyektif dan sulit dijelaskan lewat

ungkapan bahasa, tetapi cukup dirasakan oleh individu yang

bersangkutan sebagai realisasi penghayatan dan pengalaman yang

dirasakan individu dalam hubungannya dengan Tuhan. Oleh karena

itu pengalaman dapat juga disebut sebagai perasaan keagamaan

(Religion Feeling).40

36 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. 1,

hlm. 99. 37 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashari, op.cit., hlm. 80. 38 Ronald Robertson (ed)¸ op.cit., hlm. 296. 39 Hafi Ashari, Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991), hlm.

10. 40 Ridin Sofyan, op.cit., hlm. 10-11

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

19

Menurut Jalaluddin Rahmat perasaan keberagamaan

(religion feeling) ini terbagi dalam empat tingkatan yaitu:

a. Konfirmatif, suatu perasaan akan kehadiran tuhan atau apa saja

yang diamatinya.

b. Responsif, merasa bahwa Tuhan menjawab kehendaknya atau

keluhannya.

c. Eskatik, merasakan hubungan yang akrab dan penuh cinta

dengan Tuhan.

d. Partisipatif, merasa menjadi kawan setia, kekasih atau wali

Allah dan menyertai Tuhan dalam melakukan karya Ilahiyah.41

Dimensi penghayatan atau pengalaman menunjuk pada

seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami

perasaan dan pengalaman religius. Dalam agama Islam dimensi ini

tertuju dalam perasaan akrab atau dekat dengan Allah, perasaan

do’a-do’anya sering terkabul, perasaan tentram, bahagia karena

men-Tuhankan Allah, perasaan bertawakkal atau pasrah diri secara

positif kepada Allah, perasaan khusu’ ketika melaksanakan shalat

atau berdo’a, perasaan bersyukur, perasaan mendapat peringatan

atau pertolongan dari Allah.42

4. Dimensi Pengetahuan atau Intelektual

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang

yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal

pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab

suci dan tradisi-tradisi.43 Dimensi pengetahuan atau ilmu

menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman

muslim terhadap ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-

ajaran pokok dari agamanya sebagaimana termuat dalam kitab

sucinya. Dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-

Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan

41 Jalaluddin Rahmat, op.cit., hlm. 97. 42 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashari Suroso, op.cit., hlm. 82. 43 Ronald Robertson, op.cit., hlm. 297.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

20

(Rukun Islam dan Rukun Iman), hukum-hukum Islam, sejarah

Islam, dsb.44

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam berbagai segi

mengenai ajaran agama yang diperlukannya akan menjadi referensi

yang memperluas cakrawala pandangannya dalam bertindak,

dengan kata lain gejala keagamaan yang berkenaan dengan

sejumlah pengetahuan pemeluk agama mengenai ajaran agamanya.

Pengetahuan ini biasanya diperoleh melalui proses intelektual yang

cukup panjang lewat pendidikan agama baik formal maupun

nonformal.45

5. Dimensi Konsekuensi atau Pengamalan

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat

keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan

seseorang dari hari ke hari.46 Dimensi ini juga merupakan pengaruh

agama terutama yang bersifat sosial dalam kehidupan manusia.47

Dimensi ini juga sebagai tolok ukur yang bersifat empirik bagi

kebermaknaan agama seseorang. Hal yang lain penting dengan

adanya dimensi ini, bahwa dalam beragama tidak berhenti pada

tataran keyakinan ritual dan pengetahuan. Dimensi ini menuntut

kepada setiap pemeluk suatu agama untuk menaati segala aturan

agama secara konsekwen, lebih konkrit. Karena dimensi ini

mengacu kepada etika sosial pemilihan perbuatan-perbuatan baik

yang perlu dilakukan dan perbuatan-perbuatan buruk yang perlu

ditinggalkan.48

Dalam Islam dimensi ini menunjukkan kepada seberapa

tingkat muslim berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya

yaitu sebagai mana individu berelasi dengan dunianya, terutama

44 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashari Suroso, op.cit., hlm. 81. 45 Ridin Sofwan, op.cit., hlm.10. 46 Muhaimin (ed), Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), cet. 1, hlm. 294. 47 Syamsul Arifin, loc.cit. 48 Ridin Sofwan, op.cit., hlm. 11.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

21

dengan manusia lain. Meliputi perilaku suka menolong, bekerja

sama, berderma, menyejahterakan dan menumbuh kembangkan

orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur,

pemaaf, menjaga lingkungan hidup, tidak berjudi dan minum

minuman keras, serta mematuhi norma-norma Islam dalam

berperilaku sosial49.

Dari kelima dimensi tersebut di atas tidak berdiri sendiri, tetapi

merupakan satu kesatuan yang utuh. Karena itu, kesempurnaan

pemahaman dan penghayatan terhadap agama tergantung agama

seseorang, tergantung seberapa jauh kelima dimensi di atas diapresiasi

secara integral.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan

Keberagamaan merupakan pola sikap seseorang yang berusaha

menuju kepada pola kehidupan yang sesuai dengan tuntutan ajaran

agama Islam. Perilaku religius seseorang dalam perjalanan hidupnya

tidaklah berlangsung secara baik, tetapi senantiasa diwarnai oleh

perubahan-perubahan yang disebabkan faktor-faktor tertentu.

Perubahan tersebut dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas

perilaku religiusnya. Dari segi kualitas sikap dan perilaku keagamaan

dapat meningkat atau menurun, bermutu atau tidak dipandang dari segi

nilainya. Dari segi kuantitas perubahan terjadi dari sisi banyak

sedikitnya amalan keagamaan atau dari sisi pelaksanaan amalan ibadah

yang hanya sebagian atau pelaksanaannya yang menyeluruh.

Jiwa agama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek

ruhani individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang

didefinisikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat

hablum minallah maupun hablum minannas.50 Maka dari itu faktor

49 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Saroso, op.cit., hlm. 81. 50 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya, 1992), hlm. 136.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

22

yang mempengaruhi keberagaman seseorang terbagi atas dua bagian,

yaitu faktor pembawaan (internal) dan faktor lingkungan (eksternal).51

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri

pribadi manusia itu yakni selektifitasnya sendiri, daya pikirnya

sendiri atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya.52 Pendapat lain

faktor internal berasal dari dalam diri sendiri yang berupa

pembawaan. Pembawaan adalah semua potensi atau kemungkinan

yang dibawa individu sejak hidup.53 Pembawaan yang dimaksud

fitrah yang berarti suci, yang merupakan bakat bawaan sesuai

dengan fitrah Allah dalam surat Ar-Rum ayat 30 sebagaimana yang

tercantum dalam latar belakang.

Setiap anak yang lahir ke dunia, baik yang lahir di negara

komunis maupun kapitalis, baik yang lahir dari orang tua yang

shalih maupun yang jahat, sejak nabi Adam sampai akhir zaman

menurut fitrah terjadinya mempunyai potensi beragama atau

mempunyai keimanan kepada Tuhan serta kepercayaan adanya

Tuhan di luar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam

semesta.54

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar

individu. Faktor pembawaan atau fitrah keberagamaan merupakan

potensi yang mempunyai kecenderungan untuk berkembang,

namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada

faktor luar atau eksternal yang memberikan rangsangan atau

51 Ibid. 52 WA. Gerungan, Psikologi Sosial, (Badung: PT.Refika Aditama, 2000), cet. 14. hlm.

155. 53 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 31. 54 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama (Persepektif Pendidikan Agama Islam),

(Bandung : CV Pustaka Bani Quraisy, 2003), Cet I, hlm. 28.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

23

stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan

sebaik-baiknya.55

Menurut Robert H Thouless bahwa tidak ada seorang pun

yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan kita dalam

keadaan terisolasi dalam masyarakat. Sejak masa kanak-kanak

hingga masa tua, kita menerima perilaku dari apa yang mereka

katakan yang berpengaruh terhadap sikap keberagamaan kita.56

Faktor eksternal tersebut adalah keluarga, sekolah dan

masyarakat.57

a) Lingkungan keluarga

Keluarga adalah unit sosial dalam masyarakat yang

peranannya sangat besar terhadap perkembangan sosial.

Terlebih pada awal perkembangannya yang menjadi landasan

bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Pendidikan

keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa

keagamaan. Keluarga menurut para pendidik merupakan

lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah

kedua orang tua58.

b) Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang

mempunyai program yang sistematik dalam melaksanakan

berbagai pengajaran dan latihan kepada siswa agar mereka

berkembang sesuai dengan potensinya. Dalam upaya

mengembangkan fitrah beragama pada siswa, maka sekolah

dalam hal ini guru agama mempunyai peranan yang sangat

penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman,

pembiasaan, mengamalkan ibadah atau aqidah yang mulia dan

55 Ibid, hlm. 30. 56 Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, terjemahan Machnun Husein,

(Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2000),cet 3, hlm. 37. 57 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, op. cit. hlm. 30. 58 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm., 204.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

24

sikap apresiasif terhadap ajaran agama. Namun demikian tidak

hanya guru agama saja yang harus mempunyai jiwa dan

berakhlak agama, tetapi mencakup semua guru bidang studi

lainnya serta staf pendidikan lain yang terkait. Sehingga anak

didik tertolong untuk mencintai agama dan hidup sesuai dengan

ajaran agama59.

c) Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupan masyarakat dibatasi berbagai norma

dan nilai-nilai yang didukung warganya, karena itu setiap

warga harus bersikap bertingkah laku sesuai dengan norma dan

nilai yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Lingkungan

masyarakat yang agamis akan menciptakan jiwa keagamaan

seseorang atau memperkuat keagamaan. Sedangkan lingkungan

non agamis mungkin akan menghilangkan jiwa keagamaannya.

Fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa

keagamaan akan sangat tergantung pada seberapa jauh

masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan.60

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar PAI

Prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie kemudian dalam

bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.61 Menurut

pendapat lain prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan atau dikerjakan).62 Clifford T. Morgan mengemukakan

bahwa learning may be defined as any relatively permanent change in

behavior which occurs us a result of experience, or practice.63 Belajar

59 Zakiyah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,

1977), hlm. 89. 60 Jalaluddin, op cit, hlm. 209. 61 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1991), hlm. 2. 62 Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), Edisi 3, cet. 3 , hlm. 787. 63 Clifford T. Morgan, Introduction to Psikologi (New York, Mc. Grow-Hill, 1971), hlm.

63.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

25

dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap

yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan.

Menurut Shohih Abdul Aziz belajar adalah :

تغيري ىف ذهن املتعلم يطرأ على خرية سابقة فيحدث فيها ان التعلم هو TP64PT.تغيريا جديدا

Belajar adalah perubahan di dalam diri siswa berdasarkan penyalinan masa lalu, sehingga terciptanya perubahan yang baru.

W. S. Winkel mengemukakan prestasi belajar merupakan hasil

belajar yang di tampakkan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal

yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional65.

Jadi, prestasi belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang

telah dicapai (dilakukan) oleh siswa setelah adanya aktifitas belajar

suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan di sekolah tertentu dalam

waktu yang telah ditentukan pula. Prestasi belajar dapat diketahui

setelah dilakukan evaluasi belajar. Adapun jenis-jenis evaluasi belajar

tersebut antara lain:

1) Tes penempatan, yaitu tes yang disajikan pada awal tahun

pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat

pengetahuan yang telah dicapai

2) Tes formatif (formative test), yaitu jenis tes yang disajikan pada

saat dilangsungkan proses belajar mengajar untuk memantau

kemajuan belajar siswa.

3) Tes diagnostik (diagnostic test), yaitu tes yang bertujuan untuk

mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan

perbaikan.

4) Tes sumatif (summative test), yaitu test yang biasa diberikan pada

akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan dan

64 Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Madjid, Al-Tarbiyah wa Turuqu Al-Tadris

(Mesir: Darul Ma’arif, 1979), Juz I, hlm. 169. 65 WS. Winkel, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 319.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

26

sekarang maknanya telah diperluas untuk dipakai pada tes akhir

semester atau catur wulan. 66

Dalam pelaksanaan tes prestasi belajar, termasuk di dalamnya

tes prestasi belajar PAI, hendaknya tes tersebut dapat mencakup tiga

ranah pendidikan yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah

afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotor

domain).67

Ranah afektif menyangkut masalah pembentukan sikap dan

kepribadian yang tidak mudah untuk diamati dan karena perubahan

sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Ranah kognitif

lebih menekankan pada pengembangan intelektual dan bersifat linier.

Sedangkan ranah psikomotorik lebih menekankan segi pelatihan

ketrampilan motorik. Pengukuran ranah psikomotorik ini dilakukan

terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian

biasanya pengukuran ranah psikomotorik disatukan atau dimulai

dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.

Selanjutnya setelah diadakan tes prestasi belajar, maka tiap

akhir masa tertentu, misalnya tiap catur wulan atau semester sekolah

mengeluarkan rapot tentang kelakuan, kerajinan dan kepandaian siswa.

Rapot tersebut merupakan rumusan akhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu

itu.68

Pendidikan Agama Islam Ditbinpaisun (Direktorat Pembinaan

Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri) yang telah

dikutip oleh Zakiah Darajat:

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam

66 Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo,

1991), hlm. 9-10 67 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru

Algesido, 1995), cet. 3, hlm. 49. 68 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),

hlm. 69.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

27

Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat menjadikan keselamatan di dunia dan akhirat.69

Menurut Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah usaha-

usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik

supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.70

Adapun menurut Muhammad Arifin, Pendidikan Agama Islam

adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan

fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik

maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.71

Sedangkan yang dimaksudkan Pendidikan Agama Islam di sini

adalah sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Hadjar

yaitu sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang

harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan

pendidikannya pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat

untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan72

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa yang dimaksud

dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam adalah hasil yang

telah dicapai oleh siswa karena aktifitas belajarnya dalam bidang studi

Pendidikan Agama Islam yang perwujudannya nilai rapot oleh hasil

belajar berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai

dengan tujuan instruksional.

69 Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm 88. 70 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,

1983), hlm. 27. 71 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. 5, hlm. 22. 72 Chabib Thoha, op. cit, hlm. 4.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

28

b. Dasar dan Tujuan PAI

1) Dasar PAI

Dasar pendidikan merupakan pandangan yang mendasari

seluruh aktifitas pendidikan. Dasar pendidikan yang dimaksud

tidak lain adalah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan

suatu masyarakat atau bangsa dimana pendidikan itu berlaku.

Adapun dasar PAI menurut Zuhairini dibagi menjadi tiga

macam yaitu: dasar yuridis atau hukum, dasar religius dan dasar

psikologis.73

a) Dasar Yuridis atau Hukum

Yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang

berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara

langsung atau pun secara tidak langsung dapat dijadikan

pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-

sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di

Indonesia.74

Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada tiga

macam, yakni:

(1) Dasar ideal, adalah dasar dari falsafah Pancasila sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Dasar struktural atau konstitusional, yakni dasar dari UUD

’45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1)

Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa (2)

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut

agama dan kepercayaannya itu. Setiap warga negara

Indonesia harus beragama dan beribadah menurut agama

dan kepercayaannya masing-masing agar dapat menunaikan

73 Zuhairini, dkk., op.cit., hlm. 21 74 Ibid.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

29

ibadah sesuai dengan ajaran agamanya itu, maka diperlukan

pendidikan agama.

(3) Dasar operasional, adalah dasar yang langsung mengatur

langsung Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah di

Indonesia75. Seperti yang disebutkan dalam UU RI No. 20

tahun 2003 pasal 37 yang pada pokoknya dinyatakan bahwa

Pendidikan Agama secara langsung dimasukkan ke dalam

kurikulum mulai dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah sampai perguruan tinggi76.

b) Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-

dasar yang bersumber dalam agama islam yang terkandung

dalam ayat-ayat al- Qur’an dan Hadist Nabi77.

Ayat al-Qur’an yang menjadi dasar pelaksanaan PAI,

yaitu QS. AT-Tahrim ayat 6.

)6:التحرم... (يآايها الذين امنوا قوآ انفسكم واهليكم نارا Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……(QS. AT-Tahrim: 6).78

Sedangkan Hadits Nabi yang menjadi dasar

pelaksanaan PAI yaitu:

ابن عمر وقال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم بلغوا عين ولواية عن TP79PT)رواه البخارى والترمذى(

“Diriwayatkan dari Ibn Amr, Rasulullah SAW bersabda, sampaikanlah ajaranku kepada orang lain, walaupun hanya sedikit.” (HR. Bukhari dan Turmudzi).

75 Ibid., hlm. 22-23. 76 UU RI No. 20 tahun 2003, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2003), hlm. 19-20. 77 Zuharini, dkk., op.cit., hlm. 23. 78 Depag RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000), hlm. 479. 79 Jalaludin Abdur Rahman bin Abi Bakri As-Suyuti, Al-Jami’ushshaghir, Jus. I, (Darul

Kutub Al-Ilmiyyah, t,th), hlm.126.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

30

c) Dasar Psikologis

Dalam kehidupan masyarakat selalu membutuhkan

suatu pegangan hidup, yaitu agama. Dalam jiwa manusia ada

suatu perasaan yang mengakui adanya suatu kekuatan dirinya

yakni dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan

tempat memohon pertolongan. Mereka akan merasakan

ketenangan dan ketenteraman hati apabila mereka dapat

mengabdi dan mendekatkan kepada dzat Yang Maha Kuasa.

Hal ini sesuai dengan Allah SWT. Dalam QS. Al-Ra’d: 28

sebagai berikut:

بالقلو ئنطم28:الرعد(أال بذكر اهللا ت( …..Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (QS. Al-Ra’d: 28).80

Dari ketiga dasar tersebut di atas menunjukkan bahwa

pelaksanaan PAI mempunyai dasar hukum yang pasti dan kuat.

Sehingga tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan pendidikan

agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.

2) Tujuan PAI

Tujuan adalah suatu yang di harapkan tercapai setelah suatu

usaha atau kegiatan selesai dilakukan. Demikian pula dengan

tujuan pendidikan yaitu suatu yang ingin dicapai dalam

pendidikan, karena pendidikan juga merupakan suatu kegiatan.

Tujuan pendidikan agama Islam pada umumnya untuk

meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa

terhadap agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut M. ‘Athiyah Al-Abrasyi tujuan pokok dan

terutama dari pendidikan islam ialah mendidik budi pekerti dan

pendidik jiwa81.

80 Depag RI., op.cit., hlm. 253.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

31

Sedang menurut Ahmad Tafsir tujuan umum pendidikan

Islam ialah muslim yang sempurna atau manusia yang beribadah

kepada Allah82.Sementara itu Hasan Langgulung berpendapat

bahwa tujuan akhir pendidikan agama Islam ialah :

a. persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

b. persiapan sendiri sesuai dengan pandangan Islam.

c. Persiapan untuk menjadi warga negara yang baik.

d. Perkembangan yang menyeluruh dan berpadu bagi pribadi

pelajar.83

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau

prestasi seorang siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang

diperoleh seorang siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) dari seseorang.

Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam

mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Faktor yang datang dari diri siswa terutama faktor

kemampuan yang dimilikinya. Di samping itu ada faktor lain yaitu

motivasi, minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, keadaan sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis84.

Faktor yang datang dari luar diri siswa yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran

81 Muhammad Atiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa

penerjemah Bustami A. Bani dan Djohar Bahry, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, tt), hlm. 12. 82 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1994), cet 2. hlm. 49. 83 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-

Ma’arif, 1993), hlm. 179. 84 Nana Sudjana, op.cit., hlm. 39.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

32

ialah tinggi rendahnya atau efektifitas tidaknya proses belajar

mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran85.

Menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri), meliputi:

faktor sosial dan faktor nonsosial.

b. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri), meliputi:

faktor fisiologis dan psikologis86.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a. Faktor internal, meliputi faktor jasmaniah atau fisiologis, faktor

psikologis, faktor kematangan fisik maupun psikis

b. Faktor eksternal, meliputi faktor sosial (lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat), faktor budaya (adat-istiadat, ilmu

pengetahuan, teknologi), faktor lingkungan fisik (fasilitas

rumah, fasilitas belajar dan iklim), faktor lingkungan spiritual

atau keagamaan.87

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, penulis dapat

simpulkan bahwa terdapat 2 faktor pokok yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam

diri individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor

biologis dan faktor psikologis.

1) Faktor Biologis (Jasmani)

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan

dengan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan.

85 Ibid., hlm. 40. 86 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

cet.11, hlm. 233. 87 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),

hlm. 130-131.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

33

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan

dengan faktor biologis diantaranya sebagai berikut:

b. Kondisi fisik yang normal, artinya tidak memiliki cacat

sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir, sudah

tentu merupakan hal yang sangat menentukan

keberhasilan belajar seseorang.

c. Kondisi kesehatan fisik, artinya kesehatan fisik yang

sehat dan segar atau fit sangat mempengaruhi

keberhasilan belajar seseorang, untuk itu perlu dijaga.88

2) Faktor Psikologis (Rohaniah)

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan

belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan

kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat

menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang

mantap dan stabil yang nampak dalam bentuk sikap mental

yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal

yang berkaitan dengan proses belajar. Sikap positif dalam

proses belajar yaitu kerajinan dan ketekunan dalam belajar,

tidak mudah putus asa (frustasi) dalam menghadapi

kesulitan dan kegagalan, tidak mudah terpengaruh untuk

lebih mementingkan kesenangan dari pada belajar,

mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya

dan selalu percaya pada diri sendiri.89 Selain berkaitan erat

dengan sikap mental yang positif, faktor psikologis ini juga

meliputi hal-hal sebagai berikut;

a. Intelegensi (Kecerdasan)

Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

88 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspa Swara, 2000), hlm. 11-12. 89 Ibid., hlm. 13.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

34

tepat.90 Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar

seseorang memang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar. Namun ada kalanya orang yang

intelegensinya tinggi namun tidak ditunjang dengan

faktor-faktor lain seperti kemauan, kerajinan, waktu

atau kesempatan dan fasilitas belajar tidak bisa

mencapai prestasi belajar yang baik. Sebaliknya

seorang siswa yang intelegensinya tidak begitu tinggi,

mungkin juga mencapai prestasi belajar yang baik jika

proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain

yang memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar

yang maksimal.

b. Motivasi

Seseorang akan berhasil, kalau pada dirinya

sendiri ada keinginan atau dorongan untuk belajar.

Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang

disebut dengan motivasi.91 Keinginan akan

menimbulkan suatu dorongan, rangsangan kekuatan

atau motivasi dalam diri individu yang bersangkutan

untuk berusaha keras memperoleh atau mencapai apa

yang diinginkan. Semakin kuat motivasi seseorang

untuk meraih suatu prestasi, maka akan semakin kuat

pula potensinya dalam usaha mencapai prestasi yang

didambakan.

c. Bakat

Secara umum bakat (aptitude) adalah

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.92

90 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru), (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2000), cet. 5, hlm. 133. 91 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1993), hlm. 39. 92 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 135.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

35

Bakat dapat berkembang melalui belajar, setiap orang

mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang

telah mempunyai bakat dalam bidang atau ilmu tertentu,

maka tidak akan suka baginya untuk mempelajari

bidang atau ilmu secara mendalam sehingga besar

kemungkinan ia akan memperoleh prestasi yang tinggi

d. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.93 Siswa yang

mempunyai minat atau memusatkan perhatian yang

intensif terhadap materi pelajaran sehingga

memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan

akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e. Daya Ingat

Daya ingat didefinisikan sebagai daya jiwa

untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan

kembali suatu kesan. Perhatian kesan di sini adalah

gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran

atau setelah kita melakukan pengamatan. Sehingga daya

ingat siswa dalam mempelajari sesuatu sangat

mempengaruhi keberhasilan belajar.94

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari

luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan

masyarakat dan faktor waktu.95

93 Ibid, hlm. 136. 94 Thursan Hakim, op.cit., hlm. 15. 95 Ibid., hlm.17.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

36

1) Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan

lingkungan pertama dan utama dalam menentukan

perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja

merupakan faktor pertama dan utama pula dalam

menentukan keberhasilan belajar seseorang. Faktor orang

tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak

dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,

besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian

dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang

tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-

anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu

turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.96

2) Faktor Lingkungan Sekolah

Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah

untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata

tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan

konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara

menyeluruh dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para

guru, para siswa, sampai para karyawan sekolah lainnya.

Untuk menegakkan tata tertib dan disiplin yang konsekuen

dan konsisten tentu saja diperlukan seorang kelapa sekolah

yang baik, karena apabila kepala sekolah tidak mempunyai

kepemimpinan (leadership) yang baik, biasanya akan

sering terjadi masalah-masalah yang menghambat jalannya

proses belajar.97 Kondisi lingkungan sekolah yang juga

dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya

guru yang baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan

jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang

96 M. Dalyono, op.cit., hlm. 59. 97 Slameto., Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta,

1995), cet 3, hlm. 67.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

37

cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi

persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik,

adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan

antara semua personil sekolah.98 Dari kondisi sekolah yang

mempengaruhi belajar harus berjalan saling melengkapi.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat di sekitar kita, ada yang

dapat menunjang keberhasilan belajar, ada pula yang

menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan yang dapat

menunjang keberhasilan belajar adalah lembaga pendidikan

non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu

seperti kursus bahasa asing, ketrampilan tertentu,

bimbingan tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang

belajar di sekolah, sanggar majelis ta’lim, sanggar

organisasi keagamaan dan sanggar karang taruna.

Lingkungan yang dapat menghambat keberhasilan belajar

antara lain tempat hiburan yang lebih mengutamakan

kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-

pusat pembelanjaan yang merangsang kecenderungan

konsumerisme. Karena hiburan juga diperlukan untuk

menyegarkan pikiran atau menghilangkan kelelahan

tentunya yang bersifat positif yaitu hiburan yang dapat

melatih ketangkasan dan daya pikir. Untuk itu seorang

siswa harus mampu memilih lingkungan masyarakat yang

dapat menunjang keberhasilan belajar dan lingkungan

masyarakat yang dapat menghambat keberhasilan belajar.

Selain itu peran pendidik di rumah dan di sekolah harus

98 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja

Rosidakarya 2000), hlm. 137.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

38

lebih ditekankan untuk mengimbangi pesatnya

perkembangan di lingkungan masyarakat99.

4) Faktor Waktu

Waktu (kesempatan) memang berpengaruh

keberhasilan belajar seseorang. Seorang siswa harus bisa

mengatur waktu untuk belajar. Di satu sisi siswa dapat

menggunakan waktunya untuk belajar dengan baik dan di

sisi yang lain mereka juga bisa melakukan kegiatan yang

bersifat rekreasi atau hiburan yang sangat bermanfaat.

Harus ada keseimbangan antara kegiatan belajar dengan

kegiatan yang bersifat hiburan. Tujuannya agar selain dapat

meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa pun tidak

dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang

berlebihan serta merugikan.100

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Dalam rangka mewujudkan penulisan skripsi yang profesional dan

mencapai target yang maksimal, untuk itu penulis mencoba menampilkan

judul skripsi, sebagai bahan perbandingan. Hal ini untuk menghindari terjadi

kesamaan obyek dalam penelitian. Dan juga buku-buku ini yang terkait

dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Judul skripsi tentang “PENGARUH PEMBERIAN TUGAS TERHADAP

INTENSITAS BELAJAR AGAMA SISWA DI SMK NEGERI

PURWODADI KAB. GROBOGAN”, karya NUR JAMALAH (4195118)

tahun 2001. Dalam kajian judul tersebut menekankan pada “Pemberian

tugas yang diberikan guru terhadap siswa pada mata pelajaran PAI akan

menumbuhkan tanggung jawab siswa untuk belajar secara optimal dan

sungguh-sungguh”. Hasil dari penelitian ini yaitu pemberian tugas yang

diberikan guru kepada siswa termasuk kategori yang baik. Begitu juga

99 Thursan hakim,op. cit., hlm.19-20 100 Ibid., hlm. 20.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

39

keadaan intensitas belajar agama siswa termasuk kategori yang baik. Jadi

pemberian tugas berpengaruh terhadap intensitas belajar agama siswa. Hal

ini dibuktikan dengan data statistik yang signifikan, artinya ada korelasi

positif antara pemberian tugas dengan intensitas belajar agama siswa di

SMK Negeri Purwodadi Kab. Grobogan dan ada korelasi yang signifikan

antara pemberian tugas dengan intensitas belajar agama siswa. Sedangkan

skripsi yang penulis bahas adalah intensitas belajar pada pelajaran

Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah maupun di rumah dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

2. Judul skripsi tentang “STUDI KOMPARASI TENTANG

KEBERAGAMAAN SISWA YANG MEMPUNYAI NILAI PAI DI

BAWAH DAN DI ATAS RATA-RATA DI SLTP N I DEMPET KAB.

DEMAK”. Karya QORI’AH (4196095) tahun 2001. Dalam kajian judul

tersebut menekankan pada “Kualitas keagamaan yang dimiliki siswa baik

itu kesadaran diri melakukan ritual keagamaan maupun pengaruh dari luar

dirinya (lingkungan) mempengaruhi nilai PAI. Adanya realita bahwa nilai

merupakan sentral perhatian siswa dalam proses belajar mengajar dan

sekaligus dapat dijadikan indikator keberhasilan belajar PAI, sehingga

kualitas keberagamaan siswa yang mempunyai nilai PAI di atas rata-rata

lebih baik daripada siswa yang mempunyai nilai PAI di bawah rata-rata”.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan keberagamaan siswa yang

mempunyai nilai di atas rata-rata baik dan siswa yang mempunyai nilai di

bawahnya. Nilai merupakan salah satu faktor yang dapat, mempengaruhi

keberagamaan siswa secara tidak langsung, nilai dapat mempengaruhi

keberagamaan siswa bila dalam faktor lingkungan yaitu lingkungan

sekolah. Keberagamaan antara siswa yang mempunyai nilai PAI di bawah

dan di atas rata-rata ada perbedaan yang signifikan di SLTP Negeri I

Dempet Kab. Demak. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah

tingkat keberagamaan siswa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI yang tidak hanya sekedar

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. 1 ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005... · Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli:

40

mempelajari materinya saja tetapi harus di praktikan, untuk meningkatkan

prestasi belajar PAI.

C. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar mungkin juga salah.101

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul.102 Karena hipotesis merupakan dugaan atau jawaban

sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Maka berdasarkan judul

yang peneliti ajukan, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh antara intensitas belajar terhadap prestasi belajar PAI di

SMP Negeri I Pagentan Banjarnegara.

2. Terdapat pengaruh antara tingkat keberagamaan terhadap prestasi belajar

PAI di SMP Negeri I Pagentan Banjarnegara.

3. Terdapat pengaruh antara intensitas belajar dan tingkat keberagaman siswa

terhadap prestasi belajar PAI di SMP Negeri I Pagentan Banjarnegara.

101 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm.

63. 102 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), cet. II, hlm. 67.