BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab...

25
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan unsur yang sangat penting bagi negara, dengan adanya pajak maka pembangunan negara berjalan lancar, karena dari pajaklah kegiatan pemerintahan dibiayai. Melihat betapa pentingnya pajak bagi pembangunan, banyak ahli berusaha memberikan definisi yang berbeda, meskipun begitu, unsur – unsur yang terkandung dalam definisi tersebut hampir sama. Definisi Pajak menurut pasal 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat”. Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro: “pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” 2. Menurut P.J.A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dijelaskan bahwa:

Transcript of BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab...

Page 1: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

7

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Perpajakan

II.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan unsur yang sangat penting bagi negara, dengan

adanya pajak maka pembangunan negara berjalan lancar, karena dari

pajaklah kegiatan pemerintahan dibiayai. Melihat betapa pentingnya pajak

bagi pembangunan, banyak ahli berusaha memberikan definisi yang berbeda,

meskipun begitu, unsur – unsur yang terkandung dalam definisi tersebut

hampir sama.

Definisi Pajak menurut pasal 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007

tentang KUP:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat”.

Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli:

1. Menurut Rochmat Soemitro:

“pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa timbal balik

(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.”

2. Menurut P.J.A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso

Brotodiharjo dijelaskan bahwa:

Page 2: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

8

 

“pajak ialah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh

wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi langsung – kembali, yang langsung dapat ditumjuk, dan

yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Dengan beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat disimpulkan ciri – ciri yang

melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:

1) Pajak dipungut berdasarakan undang – undang serta aturan pelaksanaanya.

2) Sifatnya dapat dipaksakan, hal ini berarti apabila utang pajak tidak dibayar,

maka utang tersebut dapat ditagih dengan kekerasan, seperti surat teguran,

surat paksa, surat sita, dan sandra.

3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

secara langsung oleh pemerintah.

4) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah. pemungutan pajak tidak boleh dilakukan pihak swasta yang

orientasinya adalah keuntungan.

5) Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum

pemerintah.

II.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Erly Suandy (2000) pajak memiliki dua macam fungsi, dua macam

fungsi itu adalah:

1) Fungsi penerimaan (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sunber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan.

Page 3: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

9

 

2) Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan di bidang social, ekonomi, maupun bidang politik dengan tujuan

tertentu.

II.1.3 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan dalam

pelaksanaannya, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Adil dalam mengenakan pajak secara umum dan merata sesuai dengan

kemampuan masing – masing dan adil dalam pemberian hak bagi wajib pajak

untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan

banding.

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)

Pelaksanaan pemungutan pajak di suatu negara atau daerah berdasarkan

undang – undang.

3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

Yaitu pungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan

jangan mengganggu kehidupan ekonomis dari si wajib pajak. selain itu,

pemungutan pajak tidak boleh mengganggu atau menghalangi kelancaran

produksi maupun perdagangan/ perindustrian.

4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

Sesuai dengan fungsi penerimaan (budgetair, biaya pemungutan pajak harus

dapat ditekan, sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5) System pemungutan harus sederhana.

Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan warga

masyarakat untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya, maka harus

Page 4: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

10

 

diterapkan system pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan sehingga

masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit. Karena

hal ini akan membantu masyarakat dalam membayar pajak.

II.1.4 Pengelompokkan Pajak

Pajak dikelompokkan berdasarkan golongan, sifat dan lembaga yang berwenang

melakukan pungutan, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut sifatnya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi bebabn langsung

wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: pajak pertambahan lain.

2. Menurut sasaran/objeknya

a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. contoh: pajak penghasilan.

b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa harus memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

contoh: pajak pertambahan nilai.

3. Menurut pemungutannya

a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Page 5: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

11

 

II.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak

Beberapa tata cara pemungutan pajak menurut Gunadi. Dkk (2001):

1) Stelsel pajak

a. Stelsel nyata (Riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata,

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui.

Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis, karena

pemungutan pajak dilakukan setelah tutup buku. Kelemahannya adalah

pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil

diketahui), padahal pemerintah membutuhkan penerimaan pajak ini untuk

membiayai pengeluaran sepanjang tahun tidak pada akhir tahun saja.

b. Stelsel fiktif (fictive stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang – undang, misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama

dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat

ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,

tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak

yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya, karena

pemungutan pajak dilakukan berdasarkan suatu anggapan bukan

penghasilan yang sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan

Page 6: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

12

 

yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar

daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah

kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil maka

kelebihannya dapat diminta kembali. Kelebihannya adalah pemungutan

pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun pajak, dan besarnya pajak

yang dipungut sesuai dengan besarnya pajak sesungguhnya terutang

karena dilakukan perhitungan kembali pada akhir tahun pajak setelah

penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kelemahannya adalah adanya

tambahan pekerjaan administrasi karena perhitungan pajak dilakukan dua

kali, yaitu pada awal tahun pajak dan akhir tahun pajak.

2) System pemungutan pajak:

a. Official assessment system

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri – cirinya adalah:

• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang pada

fiskus.

• Wajib pajak bersifat pasif.

• Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

(SKP) oleh fiskus.

b. Self assessment system

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus dibayar.

Ciri – cirinya adalah:

• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang pada

wajib pajak sendiri.

Page 7: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

13

 

• Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, melaporkan

sendiri pajak yang terhutang

• Fiskus bertugas mengawasi.

c. Withholding system

Adalah suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terhutang

oleh wajib pajak.

3) Yurisdiksi pemungutan pajak

Dalam memungut pajak, negara mempunyai batas kewenangan yang

didasarkan atas tempat tinggal, kewarganegaraan atau sumber penghasilan

sehingga pemungutan pajak tidak berulang – ulang dan memberatkan wajib

pajak. terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak, yaitu:

a. Asas tempat tinggal

Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan

wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak tanpa memperhatikan

apakah ia seorang warga negaranya atau warga negara asing. Wajib pajak

yang bertempat tinggal di Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan

yang diterima yang diterima atau diperoleh dari Indonesia atau berasal

dari luar negeri.

b. Asas kebangsaan

Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan

negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal.

c. Asas sumber

Negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan yang

bersumber dari suatu negara. Dengan demikian orang atau badan yang

Page 8: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

14

 

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tanpa

memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

II.1.6 Tarif Pajak

Pajak dibedakan menjadi enam macam tarif, yaitu:

1. Tarif pajak proporsional/ sebanding

Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap

jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. sering disebut tarif

tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan persentase tetap.

Contoh: tarif pajak pertambahan nilai.

2. Tarif progresif

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi

lebih

Besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.

Contoh: tarif pajak penghasilan.

3. Tarif degresif

Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin

Menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin

menurun.

4. Tarif tetap

Dalam tarif pajak tetap berupa jumlah yang tetap (sama besarnya)

Berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. oleh karena itu pajak

yang terutang tetap. Contoh: bea materai.

II.1.7 Menurut Lembaga Pemungutannya, Pajak Terdiri Atas:

1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Page 9: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

15

 

Contoh: PPh, PPN & PPNBM, PBB & Bea Materai.

2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Pajak daerah dibagi

menjadi dua jenis yaitu, pajak provinsi dan pajak kabupaten / kota.

II.2. Pajak Daerah

II.2.1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut pasal 1 angka 6 undang – undang Nomor. 34 Tahun 2000,

dijelaskan pengertian pajak daerah sebagai berikut:

Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

II.2.2. Ciri – Ciri Pajak Daerah

Untuk mempertahankan prinsip – prinsip perpajakan, maka menurut Tjip

Ismail (2007) perpajakan daerah harus memiliki ciri – ciri tertentu. Adapun ciri – ciri

yang dimaksud, khususnya yang terjadi di banyak negara sedang berkembang,

adalah sebagai berikut:

1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara

penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.

2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi terlalu besar,

kadang – kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara

tajam.

3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan dan

kemampuan untuk membayar (ability to pay).

Page 10: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

16

 

II.2.3. Pembagian Pajak Daerah

Undang – undang Nomor 34 Tahun 2000 dan peraturan pemerintah

pendukungnya, yaitu peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak

daerah menjelaskan perbedaan jenis pajak daerah yang dipungut oleh provinsi dan

jenis pajak yang dipungut oleh kabupaten / kota. Pajak provinsi ditetapkan sebanyak

4 (empat) jenis, yaitu:

1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dengan tarif maksimal

5%.

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dengan

tarif maksimal 10%.

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dengan tarif maksimal 5%.

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

dengan tarif maksimal 20%.

Sementara itu, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota diberi kewenangan untuk

memungut 7 (tujuh) jenis pajak, yaitu:

1) Pajak Hotel dengan tarif maksimal 10%.

2) Pajak Restoran dengan tarif maksimal 10%.

3) Pajak Hiburan dengan tarif maksimal 35%.

4) Pajak Reklame dengan tarif maksimal 25%.

5) Pajak Penerangan Jalan dengan tarif maksimal 10%.

6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dengan tarif maksimal 20%.

7) Pajak Parkir dengan tarif maksimal 20%.

Page 11: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

17

 

II.2.4. Tolak Ukur Untuk Menilai Pajak Daerah

Prinsip perpajakan yang dikaitkan dengan peraturan daerah menurut Kenneth

Davey yang diterjemahkan oleh Tjip Ismail (2007) ada 5 (lima) prinsip, yaitu:

1) Hasil (yield)

Meliputi memadai tidaknya suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai

layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan

besar hasil itu serta elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan

penduduk, dan sebagainya, juga perbandingan hasil pajak dengan biaya

pungut.

2) Keadilan (equity)

Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang –

wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal, artinya beban pajak

haruslah sama besar antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan

kedudukan ekonomi yang sama, harus adil secara vertikal, artinya kelompok

yang memiliki sumberdaya ekonomi yang lebih besar memberikan

sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak banyak memiliki

sumberdaya ekonomi dan pajak itu harus adil dari tempat ke tempat.

3) Daya Guna Ekonomi (economic efficiency)

Pajak hendaknya mendororng atau setidak – tidaknya tidak

menghambat penggunaan sumberdaya secara berdaya guna dalam kehidupan

ekonomi. Juga

Mencegah agar tidak timbul keengganan bekerja atau menabung. Selain itu

juga memperkecil beban lebih pajak.

4) Kemampuan Melaksanakan (ability to implement)

Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut kemampuan

politik dan kemampuan tata usaha.

Page 12: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

18

 

5) Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah (suitability as a local

revenue source)

Haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan, dan

tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban

pajak. pajak tidak mudah dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak

dari suatu daerah ke daerah lain. Pajak daerah jangan mempertajam

perbedaan – perbedaan antara daerah, dari segi potensi ekonomi masing –

masing. Dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar

dari kemampuan tata usaha pajak daerah.

II.3 Pajak Reklame

Menurut Tjip Ismail (2007) yang dimaksud dengan pajak reklame

adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak

mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.

Agar pajak daerah dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota,

pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah

tentang pajak reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam

teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame di daerah

kabupaten atau kota yang bersangkutan.

Dalam pemungutan pajak reklame terdapat beberapa terminologi yang perlu

diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan

corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk

menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang

Page 13: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

19

 

ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu

tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Penyelenggaraan reklame adalah orang atau badan yang menyelenggarakan

reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak

lain yang menjadi tanggungannya.

3. Perusahaan jasa periklanan/biro reklame adalah badan yang bergerak di

bidang periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

4. Panggung reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame

yang ditetapkan untuk satu atau beberapa buah reklame.

5. Jalan umum adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,

meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

pelengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum

6. Izin adalah izin penyelenggaraan reklame yang terdiri dari izin tetap dan izin

terbatas.

7. Surat permohonan penyelenggaraan reklame yang disingkat SPPR adalah

surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk emngajukan permohonan

penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas pemilik data reklame

sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang.

8. Surat kuasa untuk menyetor yang disingkat SKUM adalah nota perhitungan

besarnya pajak reklame yang harus dibayar oleh wajib pajak yang berfungsi

sebagai ketetapan pajak.

II.3.1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame.

Pemungutan pajak reklame di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar

hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak

Page 14: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

20

 

terkait. Dasar hukum pemungutan pajak reklame pada suatu kabupaten atau kota

adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas

undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi

daerah.

2. Peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah.

3. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak reklame,

contohnya: peraturan daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2004

tentang pajak reklame

4. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang pajak reklame sebagai

aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak reklame pada

kabupaten/kota dimaksud.

Sebagai daerah yang memiliki potensi pajak yang besar di Indonesia, DKI Jakarta

juga memiliki berbagai peraturan untuk membenahi rumahtangga daerahnya, berikut

ini tabel peraturan yang dibuat oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, untuk

diketahui oleh instansi terkait dan masyarakat.

Tabel 1

Peraturan yang mengatur tentang Pajak Reklame

NO I. UNDANG-UNDANG PERIHAL TENTANG

1. UU No. 18 Tahun 1997 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

2. UU No. 34 Tahun 2000 Perubahan atas UU RI No. 18 Tahun 1997 tentang PDRD.

NO. II PERATURAN DAERAH/SK. GUBERNUR PERIHAL TENTANG

1. SK. Gub No. Ib.3/1/7/1971 Tahun 1980

Pengenaan uang jaminan untuk pembongkaran reklame kepada setiap pemegang izin pemasangan reklame di DKI Jakarta.

Page 15: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

21

 

2. SK. Gub. No. 128 Tahun 1980

Penetapan kembali pengenaan uang jaminan untuk biaya pembongkaran reklame kepada pemegang izin pemasangan reklame di DKI Jakarta.

3. Perda No. 8 Tahun 1998 Penyelenggaraan reklame dan pajak reklame

4. SK. Gub No. 37 Tahun 2000 Juklak penyelenggaraan reklame

5. SK. Gub No. 112 Tahun 2000 Tata cara pelelangan reklame

6. SK. Gub No. 132 Tahun 2000 Pola penyebaran peletakan reklame di provinsi DKI Jakarta

7. SK. Gub No. 133 Tahun 2000 Penetapan titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota pemda DKI Jakarta

8. SK. Gub No. 270 Tahun 2000 Pemberian izin penyelenggaraan reklame

9. SK. Gub. No. 128 Tahun 2000 Perhitungan sewa titik reklame di dalam dan di luar sarana dan prasarana kota pemda provinsi DKI Jakarta

10. In. Gub No. 281 Tahun 2000 Pemberian pelayanan izin penyelenggaraan reklame di luar sarana dan prasarana kota.

11. In. Gub No 199 Tahun 2000 Pembangunan ornamen kota/patung Jend. Sudirman di jalur Median Jl. Jend. Sudirman, Jakarta.

12. SE kadipenda DKI Jakarta Tata cara perhitungan Pajak Reklame.

13. SKKdis Tata Kota 68/2000 Juknis Pelayanan RTLBR.

14. Perda. No. 2 Tahun 2004 Tentang pajak reklame.

II.3.2. Objek dan Subjek Pajak Reklame.

Menurut peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2004 pasal 3

ayat 1, objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Objek pajak

reklame terdiri dari:

a. Reklame papan / billboard /megatron / videotron / large electronic display

(LED).

b. Reklame kain.

c. Reklame melekat (stiker).

d. Reklame selebaran

e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan

f. Reklame udara

g. Reklame suara

h. Reklame film/ slide

Page 16: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

22

 

i. Reklame peragaan.

Pada pajak reklame, tidak semua penyelenggaraan reklame dikenakan pajak.

ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu:

a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta

mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.

b. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah,

misalnya penyelenggaraan reklame yang diadakan khusus untuk kegiatan

sosial, pendidikan, keagamaan, dan politik tanpa sponsor.

Menurut peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No. 2 tahun 2004 tentang

pajak reklame, seperti yang tertera pada pasal 4 ayat 1 dan 2, bahwa subjek pajak

reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan

pemasangan reklame. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan reklame.

II.3.3. Dasar pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame.

1. Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame atau disingkat

NSR, yaitu nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan

besarnya pajak reklame. Nilai sewa reklame dihitung berdasarkan:

a. Besarnya biaya pemasangan reklame.

b. Besarnya biaya pemeliharaan reklame

c. Lama pemasangan reklame.

d. Nilai strategis lokasi/lokasi penempatan

e. Jenis reklame.

Cara perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan peraturan daerah.

pada umumnya, peraturan daerah akan menetapkan bahwa nilai sewa reklame

ditetapkan oleh bupati / walikota dengan persetujuan DPRD kabupaten / kota yang

bersangkutan dengan berpedoman pada keputusan menteri dalam negeri. Hasil

Page 17: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

23

 

perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan bupati. Walikota. Nilai

sewa reklame dihitung dengan rumus dibawah ini:

NILAI

Nilai jual objek reklame adalah keseluruhan pembayaran / pengeluaran yang

dikeluarkan oleh pemilik atau penyelenggara reklame. Perhitungan Nilai Jual Objek

Reklame (NJOR) didasarkan pada besarnya komponen biaya penyelenggaraan

reklame, yang meliputi indikator sebagai berikut:

a. Biaya pembuatan/ konstruksi.

b. Biaya pemeliharaan.

c. Lama pemasangan.

d. Jenis reklame.

e. Luas bidang reklame.

f. Ketinggian reklame.

Besarnya NJOR dihitung dengan rumus di bawah ini:

Nilai strategis pemasangan reklame yang selanjutnya disingkat (NSPR)

adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame tersebut,

berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek

kegiatan di bidang usaha. Perhitungan nilai strategis didasarkan pada besarnya

ukuran reklame, dengan indicator: nilai fungsi ruang (NFR) dan nilai sudut pandang

(NSP). Besarnya NSPR dihitung dengan rumus dibawah ini:

Nilai Sewa Reklame (NSR)

NSR = Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) + Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR)

NJOR = (ukuran reklame x harga dasar ukuran reklame) + (ketinggian

Reklame x harga dasar ketinggian reklame)

strategisnilaidasarahxNFNSPNFRNSPR arg)( ++=

( ) } ) }({{[ ] +=+== skorxbobotjalanfungsiskorxbobotruangfungsiNSPR ( ) }{[ ] strategisnilaidasarahxskorxbobotpandangsudut arg=

Page 18: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

24

 

Lokasi penempatan reklame adalah lokasi peletakan reklame menurut kelas

jalan dirinci sebagai berikut, sesuai dengan peraturan daerah provinsi DKI Jakarta

No.2 Tahun 2004: besaran nilai kelas jalan untuk jenis

papan/billboard/videotron/large electronic display (LED) sejenisnya, sebagai berikut:

Tabel 2 Besaran nilai kelas jalan untuk jenis reklame papan/billboard/videotron

Dan large electronic display, sebagai berikut:

Jenis Reklame Lokasi penempatan

Ukuran Luas

Reklame (m2)

Jangka Waktu

Pemasangan

Besaran Nilai Sewa

(Rp)

Papan / Billboard / Videotron /

LED

Protokal A 1 m2 1 hari 15000

Protokal B 1 m2 1 hari 10000

Protokal C 1 m2 1 hari 8000

Ekonomi kelas 1 1 m2 1 hari 5000

Ekonomi Kelas II 1 m2 1 hari 3000

Ekonomi kelas III 1 m2 1 hari 2000

Lingkungan 1 m2 1 hari 1000

Tabel 3 Besaran nilai kelas jalan untuk jenis reklame kain berupa umbul – umbul,

spanduk dan sejenisnya, sebagai berikut:

Jenis Reklame Lokasi Penempatan

Ukuran Luas Reklame

(m2)

Jangka Waktu

Pemasangan

Besaran Nilai Sewa

(Rp)

Reklame Kain berupa umbul –

umbul, spanduk dan sejenisnya

Protokal A 1 m2 1 hari 15000

Protokal B 1 m2 1 hari 10000

Protokal C 1 m2 1 hari 8000

Ekonomi Kelas I 1 m2 1 hari 5000

Ekonomi Kelas II 1 m2 1 hari 3000

Ekonomi Kelas III 1 m2 1 hari 2000

Lingkungan 1 m2 1 hari 1000

Page 19: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

25

 

Tabel 4 Nilai Sewa untuk Reklame untuk jenis reklame selain reklame

billboard/papan/megatron/videotron/Large electronic display (LED) dan reklame kain ditetapkan sebagai berikut:

Jenis Reklame Nilai Sewa

Reklame melekat (stiker) Rp. 5/cm2 sekurang-kurangnya Rp.500.000 setiap kali penyelenggaraan

Reklame selebaran Rp.500/lbr, sekurang-kurangnya Rp.5.000.000 setiap penyelanggaraan

Reklame berjalan/kendaraan Rp.5000/m2/hari

Reklame udara Rp.2000.000 sekali peragaan, paling lama satu bulan

Reklame suara Rp.1000/15 detik, bagian-bagian yang kurang dari 15 detik dihitung menjadi 15

detik

Reklame film/slide Rp.5000/15 detik dengan suara, Rp.2000/15 detik tanpa suara. Bagian-

bagian yang kurang dari 15 detik dihitung menjadi 15 detik

Reklame peragaan Rp.12000/hari.

2. Tarif Pajak Reklame

Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%, dan

ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2004,

sedangkan untuk reklame rokok dan minuman beralkohol dikenakan

tambahan pajak sebesar 25% dari pokok pajak. dan setiap penambahan

ketinggian sampai dengan 15 meter dikenakan tambahan pajak sebesar 20%

dari pokok pajak pada ketinggian 15 meter pertama.

3. Perhitungan Pajak Reklame

Besarnya pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. secara umum

perhitungan pajak reklame adalah sesuai dengan rumus berikut:

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak X Nilai Sewa Reklame

Page 20: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

26

 

II.3.4. Masa Pajak, Tahun Pajak, dan Saat Terutang Pajak Reklame.

Masa pajak reklame merupakan jangka waktu yang lamanya sama

dengan satu bulan takwin atau dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan

dihitung satu bulan penuh, sedangkan tahun pajak merupakan jangka waktu

yang lamanya satu tahun takwin kecuali wajib pajak menggunakan tahun

buku yang tidak sama dengan tahun takwin.

Pajak terutang merupakan pajak reklame yang harus dibayar oleh

wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak

menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak reklame yang ditetapkan

oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat.

II.3.5. Pengukuhan, Pendaftaran, Pendataan.

1. Pengukuhan wajib Pajak.

Wajib Pajak Reklame wajib mendaftarkan usahanya kepada bupati/

walikota dalam praktik umumnya kepada dinas pendapatan daerah

kabupaten/ kota dalam jangka waktu tertentu, misalnya selambat-lambatnya

tiga puluh hari sebelum dimulainya kegiatan usaha untuk dikukuhkan dan

diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Jangka waktu ini

sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh bupati atau walikota di

mana pajak reklame dipungut.

Surat Keputusan Pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas

Pendapatan Daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat

terutang Pajak Reklame, tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan

pengawasan bagi petugas Dinas Pendapatan Daerah. Apabila pengusaha

penyelenggara reklame tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu

yang ditentukan, maka Kepala Dinas Pendapatan Daerah akan mentapkan

Page 21: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

27

 

pengusaha tersebut sebagai wajib pajak secara jabatan. Penetapan secara

jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan dan NPWPD dan

bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang. Tata cara pelaporan

dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh bupati/walikota dengan surat

keputusan.

2. Pendaftaran dan Penataan.

Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan

dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan, lalu

diberikan kepada wajib pajak untuk diisi dan setelah itu dikembalikan lagi

kepada petugas pajak untuk dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak

berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan

NPWPD.

II.3.6. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

Wajib Pajak Reklame wajib melaporkan kepada Gubernur, pada

umunya adalah kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah provinsi DKI

Jakarta, tentang penghitungan dan pembayaran Pajak Reklame terutang.

Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib

mengisi SPTPD dan harus diisi dengan jelas, lengkap dan benar serta

ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada

walikota/ bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang

ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya lima

belas hari setelah berakhirnya masa pajak.

II.3.7. Penetapan Pajak Reklame.

1. Cara Pemungutan Pajak Reklame

Seluruh proses kegiatan pemungutan Pajak Reklame tidak dapat

diserahkan kepada pihak ketiga dengan kata lain tidak dapat diborongkan.

Page 22: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

28

 

Walaupun demikian, dimungkinkan adanya keraja sama dengan pihak ketiga

dalam proses pemungutan pajak, namun ada kegiatan yang tidak dapat

dikerjasamakan dengan pihak ketiga yaitu kegiatan penghitungan besarnya

pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.

2. Penetapan Pajak Reklame.

Setelah SPTPD disampaikan oleh wajib pajak maka petugas Dinas

Pendapatan Daerah melakukan pendataan sesuai dengan perintah Gubernur

DKI Jakarta untuk menetapkan pajak reklame yang terutang dengan

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi

oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh

wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh gubernur. Apabila

setelah lewat jangka waktu yang ditentukan, wajib pajak tidak atau kurang

membayar pajak terutang dalam SKPD, wajib pajak akan dikenakan sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan

menerbitkan surat tagihan pajak daerah (STPD).

3. Ketetapan Pajak.

Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, akan

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan

Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat

Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN), Surat Ketatapan Pajak ini

diterbitkan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi DKI Jakarta atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib

pajak.

4. Surat Tagihan Pajak Daerah.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta akan menerbitkan Surat Tagihan

Pajak Daerah (STPD) jika Pajak Reklame dalam tahun berjalan tidak atau

Page 23: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

29

 

kurang bayar. Bila hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran

akibat dari salah tulis atau salah hitung, maka wajib pajak akan dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Sanksi administrasi berupa

bunga dikenakan kepada wajib pajak yang tidak atau kurang membayar pajak

yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda dikenakan bagi wajib

pajak yang tidak memenuhi ketentuan formal.

II.3.8 Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame.

1. Pembayaran Pajak Reklame.

Pembayaran dan penyetoran Pajak Reklame ditetapkan oleh Gubernur

Provinsi DKI Jakarta, pembayaran dilakukan paling lama 30 hari sejak

tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Apabila batas

waktu pembayaran jatuh pada hari libur maka batas waktu pembayaran jatuh

pada hari kerja berikutnya. Pembayaran Pajak Reklame yang terutang

dilakukan ke kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah atau Bank atau tempat

lain yang ditunjuk oleh Gubernur. Pembayaran pajak dilakukan dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

2. Penagihan Pajak Reklame.

Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak

yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih

dahulu memberikan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang

sejenis sebgai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat

peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak

dan dikeluarkan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, bila

Page 24: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

30

 

jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka

waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan maka akan

ditagih dengan Surat Paksa.

II.3.9. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan

atau Pengurangan Sanksi Administrasi.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta karena jabatan atau atas permohonan wajib

pajak dapat melakukan:

1. Pembetulan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD yang dalam

penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan

dalam penerapan peraturan perundang – undangan perpajakan daerah.

2. Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.

3. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan

kenaikan pajak yang terutang jika sanksi tersebut dikenakan karena

kekhilafan dan bukan karena kesalannya.

II.3.10. Keberatan dan Banding.

1. Keberatan.

Bila wajib Pajak Reklame tidak puas atas penetapan pajak yang

dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, maka dapat mengajukan

keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang menerbitkan surat

ketetapan pajak tersebut. Keberatan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam peraturan daerah tentang Pajak Reklame. Setelah melakukan

pemeriksaan dalam jangka waktu tertentu maka Gubernur akan

mengeluarkan keputusan atas pengajuan keberatan tersebut. Gubernur harus

memberikan keputusan atas keberatan dalam jangka waktu paling lama 12

bulan sejak tanggal surat keberatan diterima.

Page 25: BAB II - LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00500-AK Bab 2.pdf · Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli: 1. Menurut Rochmat Soemitro:

31

 

2. Banding.

Apabila keputusan keberatan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta

tidak memuaskan wajib pajak maka, wajib Pajak Reklame berhak

mengajukan permohonan banding kepada pengadilan pajak. permohonan

banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang

jelas dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak keputusan keberatan

diterima dan dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.

Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak

dan pelaksanaan penagihan pajak.