BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penyelenggaraan Pendidikan
Pendidikan merupakan proses bagi seorang anak untuk menemukan hal
yang paling penting dalam kehidupannya, yakni terbebas dari segala hal yang
mengekang kemanusiaannya. Pada undang-undang sistem pendidikan nasional
nomer 20 tahun 2003 dalam Azzet, (2014: 15) mengatakan bahwa “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”. Pendidikan tidak hanya sebagai transfer
pengetahuan, namun juga merupakan proses pengambangan berbagai macam
potensi yang ada di dalam diri manusia. Pengembangan potensi peserta didik ini
merupakan kunci penting diselenggarakannya sebuah proses pendidikan.
Potensi diri peserta didik sungguh perlu dikembangkan sesuai dengan
yang tertera pada undang-undang sistem pendidikan nasional. Pengambangan
potesi peserta didik dalam hal spiritual keagamaan adalah dasar bagi seseorang
bila ingin merasakan kebahagiaan dalam menjalankan kehidupan. Apabila
spiritual keagamaan seseorang kuat, ia tak mudah putus asa dalam menghadapi
masalah berat apapun. Mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik juga
sangat penting agar peserta didik mampu mengendalikan dirinya dengan baik.
Selama mengikuti proses pendidikan para peserta didik dikembangkan jiwanya
9
agar menemukan kematang. Kepribadian yang kuat juga termasuk dalam
pengembangan potensi yang dilakukan dalam proses pendidikan. Bila sesorang
memiliki pribadi yang kuat maka sesorang akan tidak akan mudah terpengaruh
untuk melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhanya. Pengambangan
potensi peserta didik juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan.
Setidaknya ada tiga macam kecerdasan yang dikembangkan dalam proses
pendidikan, yakni kecerdasan intelektual, kecerdsan emosional, dan kecerdasan
spiritual. Potensi peserta didik diperlukan agar peserta didik memiliki akhlak yang
mulia, persoalan akhlak ini tidak dapat dipandang sebalah mata. Setinggi apa pun
kecerdasan intelektual sesorang, jika akhlaknya buruk maka akan tetap dinilai
buruk oleh masyarakat. Potensi peserta didik juga penting dalam kemampuan di
bidang ketrampilan sehingga bisa menghadapi kehidupan dengan lebih baik.
Pelaksanaan pendidikan terdapat 3 (tiga) jenis kegiatan yang sering kali
dilakukan untuk menunjang terlaksanakanya tujuan pendidikan, yaitu, kegiatan
Intrakurikuler, kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler ketiga kegiatan
ini adalah sebuah kesatuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
peserta didik.
1. Intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan utama persekolahan yang
dilakukan dengan alokasi waktu yang sudah diatur sesuai dengan program
pendidikan yang dilaksanakan. Kegiatan dilaksanakan oleh guru dan peserta didik
pada jam-jam pelajaran setiap hari. Kegiatan ini berupa mata pelajaran yang sudah
diatur oleh sekolah sesuai kurikulum.
10
2. Kokurikuler
Kegiatan kokukurikuler merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperdalam dan menghayati materi yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan diluar kegiatan intrakurikuler
tetapi masih membahas masalah pelajaran yang ada pada kegiatan intrakurikuler.
Biasanya kegiatan ini berbentuk tugas atau kegiatan lain yang masih berhubungan
dengan kegiatan intrakurikuler. Menurut Burhan (1988: 137) pelaksanaanya guru
harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya
a) Permberian tugas harus dimaksudkan untuk lebih memahami dan menghayati
tugas-tugas atau bahan pengajaran intrakurikuler.
b) Tugas kokurikuler tidak merupakan bahan yang berlebihan bagi siswa.
pemberian tugas harus secara wajar baik dari segi taraf kesulitan maupun
frekuensi.
c) Tugas kokurikuler hendaknya tidak menimbulkan tambahan biaya yang
memberatkan orang tua siswa.
d) Pelaksanaan tugas kokurikuler harus disertai dengan sistem adminitrasi yang
teratur, monitoring kegiatan siswa, dan kemudian diberikan penilaian secara
obyektif.
3. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran yang
dilaksanakan untuk mendukung perkembangan siswa dalam bidang tertentu.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada sore hari untuk sekolah yang masuk pagi
11
dan dilaksanakan pada pagi hari untuk sekolah yang masuk sore. Kegiatan
ekstrakurikuler biasanya dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang
pelajaran yang diminati oleh siswa. Kegiatan-kegiatan ini berupa kegiatan
olahraga, kesenian, kepramukaan dan berbagai kegiatan keterampilan lainnya.
“Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kelas dan di luar jam
pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik” (Mulyono, 2008: 187).
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomer 62 tahun 2014,
disebutkan bahwa kegiatan ekstrakulikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama,
kemandirian siswa secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh siswa dibawah
bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pada
dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan ekstrakurikuler wajib, kegiatan
ekstrakurikuler wajib ini berbentuk kegiatan kepramukaan. Kegiatan
kepramukaan wajib diselenggarakan disetiap jenjang pendidikan dan kegiatan
ekstrakurikuler pilihan, kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan berupa kegiatan olahraga, kesenian, kepramukaan dan kegiatan
keterampilan lainnya. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar jam
pelajaran yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan potensi, bakat, minat,
12
kemampuan, kepribadian, kerjasama, kemandirian siswa yang dilaksanakan
dengan bimbingan dan pengawasan guru.
a) Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler
Sebagai kegiatan diluar jam pelajaran yang masih dalam ruang lingkup
pendidikan dan masih dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler
memiliki fungsi dan tujuan. Fungsi dan tujuan ekstrakurikuler menurut Mulyono
(2008: 188) menyangkup kemampuan siswa untuk menjadi anggota masyarakat
yang memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sosialnya. Siswa akan
mampu mengembangkan potensi dan bakat untuk menjadi manusia yang
berkreativitas tinggi, memiliki sikap disiplin, jujur, percaya diri dan bertanggung
jawab. Siswa dapat mengembangkan etika dan akhlak yang mengintergrasikan
hubungan dengan Tuhan, rasul, manusia, alam semesta, dan bahkan diri sendiri.
Siswa menjadi lebih sensitif dalam melihat persoalan sosial sehingga menjadi
lebih proaktif terhadapat masalah sosial disekitarnya. Siswa diberikan bimbingan
serta pelatihan agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil.
Siswa diberik kesempatan untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
baik.
Wahjosumidjo (2010: 264) mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
bertujuan untuk memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan
siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang telah sesuai dengan program
kurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan dalam berbagai macam bentuk seperti lomba-
lomba. Melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan nilai
kepribadaian siswa. Kegiatan semacam ini dapat diusahakan dalam kegiatan baris-
13
berbaris, kegiatan yang berkaitan dengan ketakwaan terhadap Tuhan, dan latihan
kepemimpinan. Kegiatan ekstrakurikuler juga digunakan untuk membina dan
meningkatkan bakat, minat dan ketrampilan. Kegiatan ini mengacu ke arah
kemempuan siswa, percaya diri, dan kreatif.
Fungsi dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler ini sangat menunjang
perkembangan siswa dalam hubunganya dengan lingkungan sosial, budaya,
mampu mengembangkan potensi siswa. Program ekstrakurikuler bertujuan
mengambangkan kemampuan siswa di luar program kurikuler yang ada di
sekolah.
b) Sasaran dan Prinsip Pelaksanaan
Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk seluruh siswa yang ada di
sekolah maupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Kegiatan ektrakurikuler
seharusnya disosialisasikan pada setiap awal tahun pelajaran kepada semua siswa
dan orang tua siswa. Kegiatan ini dikelola oleh siswa dan tidak menutup
kemungkinan guru terlibat dalam pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler.
Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler harus mengacu pada prinsip
partisipasi aktif dan menyenangkan. Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan
minat siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler harus mengikuti beberapa tahap yang harus dilalui.
Seperti yang tertulis pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia nomer 62 tahun 2014.
Tahap pertama berupa, tahap identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat
siswa. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui minat dan bakat siswa dan
14
menentukan ekstrakurikuler apa yang akan dilaksanakan di sekolah. Tahap kedua
yaitu, analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelengaraannya. Tahap ini
untuk menentukan apakah fasilitas satuan pendidikan sudah memenuhi syarat
untuk melaksanakan ekstrakurikuler yang dipilih. Tahap ketiga yaitu, tahap
pemenuhan sumber daya sesuai pilihan siswa atau menyalurkannya ke satuan
pendidikan atau lembaga lainnya. Tahap ini untuk memenuhi kebutuhan siswa
dalam ekstrakurikuler yang telah dipilih. Tahap keempat yaitu, penyusunan
program kegiatan ekstrakurikuler. Tahap ini untuk membuat rancangan
pembelajaran yang akan dilakuakan dalam ekstrakurikuler. Tahap terakhir yaitu,
penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan. Tahap ini penentuan kegiatan
ekstrakurikuler apa yang akan dilaksanakan di sekolah atau satuan pendidikan
lainnya.
Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler satuan pendidikan wajib untuk
menyusun program kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari rencana
kerja sekolah. Program kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah atau
satuan pendidikan harus mencakup tujuan umum kegiatan, deskripsi kegiatan,
pengelolaan, pendanaan dan evaluasi. Semua ini harus disosialisasikan kepada
siswa dan orang tua/wali pada setiap awal tahun pembelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah dan
diluar kelas. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler harus mempertimbangkan
sumberdaya yang tersedia di gugus sekolah. Mulyono (2008: 189) menyatakan
bahwa “bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler perlu dikembangkan dengan
15
mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta tuntutan-
tuntutan lokal dimana sekolah berada”.
c) Macam-macam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar memiliki beberapa macam
kegiatan yang dapat diikuti oleh siswa, seperti yang dinyatakan oleh Mulyono
(2008: 190) kegiatan tersebut berupa:
(1) Organisasi siswa intra sekolah, organisasi siswa di kelas merupakan tanggung
jawab wali kelas masing-masing. Organisasi siswa di kelas umumnya sekedar
disebut pengurus kelas dengan seorang ketua kelas, sekertaris dan bendahara.
Berikutnya melalui pengurus kelas dapat di bentuk pengurusan siswa di
sekolah yang berupa pengurusan organisasi siswa intra sekolah (OSIS).
Pengurusan kelas dan OSIS dalam lingkup masing-masing harus dibina oleh
kepala sekolah agar mampu menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat
bagi siswa.
(2) Pramuka sekolah, kepramukaan sekolah merupakan kegiatan yang dapat
membantu siswa dalam menggunakan dan mengisi waktu senggangnya secara
berdaya dan berhasil guna perkembangan dan pertumbuhan masing-masing.
Kegiatan pramuka merupakan bentuk pendidikan nonformal yang
keanggotaannya bersifat sukarela. Dalam usaha menyadarkan dan mendorong
siswa agar bersedia menjadi anggota pramuka sekolah perlu dukungan kepala
sekolah dan guru untuk melakukan kegiatan pengendalian. Kegiatan
pengendalian ini berupa menunjuk dan mengangkat guru sebagai pembina
pramuka yang bertangung-jawab, mengusahakan para pembina pramuka telah
16
melakukan Kursus Mahir Dasar (KMD) dan Mahir Lanjutan (KML),
melakukan koordinasi dengan kwartil daerah pramuka atau kwartil cabang
untuk membentuk gugus depan di sekolah, membantu mengadakan alat
kelengkapan gugus depan dan alat perlengkapan Pramuka, menyediakan diri
untuk mendiskusikan program pramuka dan secara berkala mengontrol
pelaksanaannya, dan mendorong agar terjadi kerjasama antara gugus depan
dengan sekolah lainnya.
(3) Olahraga, kegiatan ini sebenarnya sudah ada dalam bentuk bidang studi, yang
diselengarakan pada jam khusus. Namun untuk mendukung minat dan bakat
siswa, maka dibentuklah kegiatan olahraga ini menjadi kegiatan
ekstrakurikuler dengan berbagai kegiatan yang lebih spesifik yang mampu
mengembangkan kemampuan motorik, perilaku hidup sehat, keaktifan siswa,
sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Seperti kegiatan ekstrakurikuler sepak
bola, basket, volly dan lain-lain.
(4) Kesenian, kegiatan ini sebenarnya sudah ada dalam bentuk bidang studi, yang
diselengarakan pada jam khusus. Pada kegiatan seni yang memiliki jenis yang
banyak maka untuk mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang
seni harus didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler, ada beberapa jenis
ekstrakurikuler kesenian yang sering ada di sekolah dasar yaitu, seni musik
yang meliputi kegiatan paduan suara, drumband dan lain-lain. Seni tari yang
meliputi seni tari tradisional dan modern.
(5) Majalah sekolah, majalah sekolah di sekolah dasar pada umumnya berbentuk
majalah di dinding, kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk melatih
17
kemampuan jurnalistik siswa dan memuat karya-karya siswa yang berupa
prosa atau puisi dan berita-berita mengenai kehidupan sekolah.
(6) Palang Merah Remaja, merupakan wadah atau organisasi pelajar yang
mempunyai tugas dan tanggung-jawab untuk melakukan pelayanan-
pelayanan kesehatan dan medis terhadap pasien yang membutuhkan.
Kegiatan PMR memiliki tujuan untuk membentuk wadah di sekolah yang
siap untuk melakukan pelayanan kesehatan, membentuk mental dan karakter
siswa sehingga memiliki kepekaan dan solidaritas sosial yang tinggi, dan
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada siswa.
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi sosial
“Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia” (Gillin
dalam Soekanto, 2010: 55). Interaksi sosial terjadi ketika dua orang bertemu,
memberi salam, berjabat tangan, berbicara, dan melakukan interaksi lainnya.
Walau orang-orang bertemu tanpa melakukan interaksi secara langsung, tanpa
sadar orang-orang tersebut juga telah melakukan interaksi yang dapat
menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan orang lain, seperti yang
disebabkan oleh bau keringat, parfum, suara, dan lain-lain yang akan membuat
seseorang merubah prasaannya. seperti jika seseorang mencium bau parfum yang
harum orang tersebut akan merasa senang, sebaliknya jika orang tersebut
mencium bau yang kurang enak orang tersebut akan merasa kurang nyaman.
18
“Interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan” (Setiadi, 2013: 95).
Interaksi sosial juga terjadi didalam proses pendidikan, interaksi ini
disebut interaksi pendidikan dimana terjadi saling pengaruh antara pendidik
dengan siswa. Dalam interaksi ini peran pendidik lebih besar karena pendidik
sebagai orang dewasa dan sudah berpengalaman, dan siswa sebagai penerima
pengaruh dari pendidik.
Interaksi sosial terus terhubung dengan lingkungan sekitar setiap individu.
“Secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan
lingkungannya, yaitu: (a) individu menerima lingkungan, dan (b) individu
menolak lingkungan” (Sukmadinata, 2009: 57). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
setiap individu bisa begitu saja menerima apa yang ada di lingkungannya. Jika
terjadi penolakan dari individu, hal ini dapat menyebabkan terjadinya konflik.
Soekanto, (2010: 57) menyatakan berlangsungnya suatu proses interaksi
didasarkan pada berbagai faktor, yaitu:
a) Faktor Imitasi.
Faktor imitasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
interaksi sosial. faktor ini mampu mendorong seseorang untuk melakukan
hal yang positif maupun yang negatif. Contoh dari segi positif, faktor
imitasi mampu mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku. Dari segi negatif, imitasi mampu membuat
seseorang menirukan tindakan-tindakan yang menyimpang.
19
b) Faktor Sugesti.
Faktor sugesti berlangsung ketika seseorang memberi suatu
pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima oleh orang lain. Sugesti berlangsung karena pihak yang menerima
dilanda emosi, yang menghambat daya berfikir secara rasional. Proses
sugesti terjadi ketika orang yang memberi pandangannya adalah orang
yang berwibawa atau karena sifatnya yang otoriter.
c) Faktor Identifikasi.
Faktor identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-
kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari
pada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar
proses ini.
d) Faktor Simpati
Faktor simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana
seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan
memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja
sama dengannya.
Hal-hal di atas merupakan faktor minimal yang menjadi dasar bagi
berlangsungnya proses interaksi sosial. Pada kenyataannya faktor-faktor ini sangat
komplek dan sangat sulit untuk membedakannya.
20
2. Interaksi Pendidikan
Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang terjadi di lingkungan
pendidikan. Interaksi yang terjadi di lingkungan pendidikan memiliki lingkup
yang cukup luas, pada pendidikan formal interaksi ini melingkupi unsur-unsur
seperti pendidik, adminisrator pendidikan, proses, komunikasi, peserta didik,
pesan-pesan, atau informasi pendidikan, dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
untuk pendidikan dalam keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan lain akan
sangat berbeda ruang lingkupnya.
Pada pelaksanaan pendidikan formal atau lembaga-lembaga pendidikan
sekolah, jelas bahwa proses interaksi atau komunikasi sangat penting
kedudukannya. Pada sektor adminitrasi atau manajemen pendidikan dan sektor
bimbingan dan penyuluhan, proses interaksi merupakan proses yang sangat
penting, sebab jika tidak akan terjadi masalah pada proses manajerial, bimbingan
ataupun penyuluhan.
Proses pendidikan memang sebagian besar hanya bisa dilakukan melalui
adanya proses interaksi dan serapan informasi secara intruksional, manajerial dan
proposional. Seperti yang disampaikan oleh Yusup (2013: 19) “Orang
menyampaikan pesan, mengajar, memberikan data dan fakta untuk kepentingan
pendidikan, merumuskan kalimat yang baik dan benar, semua hanya bisa
dilakukan dengan penggunaan informasi yang komunikatif”. Interaksi yang
digunakan dalam lingkungan pendidikan atau interaksi pendidikan adalah yang
memiliki tujuan langsung untuk pendidikan itu sendiri. Berbeda dengan interaksi
lainya, interaksi pendidikan memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk mengubah
21
perilaku peserta didik menjadi lebih berkualitas ke arah yang posotif. Interaksi
sosial memiliki tanggung jawab pada proses belajar yang terjadi di lembaga
pendidikan, hal ini akan terlihat pada evaluasi hasil pendidikan. Jika hasil
evalusinya menunjukan hasil yang jelak itu bukan semata-mata karena peserta
didik tidak berhasil dalam mengikuti interaksi pendidikan, namun juga
menunjukan kegagalan dalam interaksi pendidikan yang di sampaikan oleh
pendidik.
3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial terjadi jika sudah memenuhi dua syarat yaitu adanya
kontak dan komunikasi. kontak sosial di sini bukan hanya mengenai terjadinya
hubungan badaniyah antar individu. Tetapi sekarang kontak juga sudah bisa
dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon, telegraf, radio, surat, dan
lain-lain. Maka dapat dikatakan hubungan badaniyah bukan-lah syarat utama
terjadinya kontak. Mengetahui dan menyadari kedudukan masing-masing individu
sudah merupakan kontak sosial. Menurut Setiadi (2013: 100) kontak sosial dapat
berlangsung antara orang-perorangan, apabila anak kecil mempelajari kebiasaan
yang ada dalam keluarganya, proses in terjadi ketika anggota masyarakat baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Antara orang-
perorangan dengan kelompok. Kontak ini terjadi bila seseorang merasakan bahwa
tindakan dalam masyarakat bertentangan dengan norma-norma masyarakat.
Antara kelompok dengan kelompok lainya, kontak sosial ini terjadi seperti pada
hubungan kerjasama sebuah perusahaan dengan perusahaan lainya.
22
Kontak sosial juga bisa bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan yang kontak sosial negatif mengarah
pada suatu pertentangan atau bahkan tidak adanya kontak sama sekali. Suatu
kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi secara
langsung tanpa adanya perantara, seperti kontak antara orang yang bertemu,
bersalaman, menyapa, menegur, dan lain-lain. Sedangkan kontak sekunder
merupakan kontak yang menggunakan perantara, seperti kontak yang
menggunakan alat berupa telepon, telegraf, radio, dan alat lain.
Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran perilaku yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniyah atau sikap yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi sikap-sikap dan perasaan suatu
kelompok atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain.
Hal ini akan dijadikan bahan untuk menentukan reaksi apakah yang akan
dilakukan. Dalam komunikasi memiliki banyak kemungkinan untuk menentukan
berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seperti tersenyum
yang dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan seseorang, atau bahkan sikap
sinis. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerjasama antara kelompok
atau perorangan. “Tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu
pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau masing-masing
tidak mau mengalah” (Bogardus dalam Soekanto, 2010: 61).
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, persaingan, dan
pertikaian. Pertikaian mungkin akan mendapatkan penyelesaian, tetapi
23
penyelesaian itu hanya akan diterima untuk sementara waktu, hal ini disebut
akomodasi. Keempat pokok ini merupakan kontinuitas, artinya interaksi ini
dimulai dari kerja sama yang kemudian menjadi persaingan yang memunculkan
pertikaian dan diakhiri dengan akomodasi. Secara luas, dapat dikatakan ada
interaksi yang bersifat positif yaitu mengarah pada kerjasama antara individu atau
kelompok. Interaksi sosial ini bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang
merujuk pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial ini disebut
dengan disosiatif (Herimanto, 2010: 54).
Interaksi sosial yang terjadi antara anak dengan orangtua, anggota
keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, memiliki bentuk-
bentuk tingkahlaku sendiri. Pengaruh dari keluarga dan orang dewasa lain dapat
mendukung anak untuk mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosialnya.
bentuk tingkahlaku sosialnya, yaitu:
a) Pembangkangan, yaitu suatu bentuk tingkah laku yang melawan. Tingkah
laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin, tuntutan orangtua,
atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini
mulai muncul ketika anak berusia 18 bulan hingga memasuki puncaknya saat
berusia 3 tahun. Setelah usia 4 tahun biasanya sikap ini mulai menurun.
Tetapi saat usia 4 sampai 6 tahun, sikap melawan dengan cara fisik beralih
menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata). Sikap orang
tua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini, seharusnya tidak
memandang sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala, atau
sebutah negatif lainnya. Dalam hal ini, seharusnya orang tua mampu
24
memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluri
anak mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent”
(ketergantungan) ke posisi “independent” (bersikap mandiri). Tingkah laku
melawan merupakan salah satu bentuk dari perkembangan tersebut.
b) Agresi, yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun verbal. Agresi ini
merupakan salah satu bentuk reaksi dari rasa kecewa karena tidak
terpenuhinya kebutuhan/keinginan yang dialaminya. Agresi ini mewujudkan
dalam dalam perilaku menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang,
menggigit, marah-marah, dan mencaci-maki. Orang tua yang menghukum
anak yang agresif dapat menyebabkan agresivitas anak meningkat. Oleh
karena itu, sebaiknya orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi
agresivitas anak tersebut dengan cara mengalihkan perhatian anak.
c) Berselisih/bertengkar, terjadi ketika anak merasa tersinggung atau terganggu
oleh sikap dean perilaku anak lain, seperti diganggu ketika mengerjakan
sesuatu atau direbut barang atau mainanya.
d) Menggoda, yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. menggoda
merupakan serangan mental terhadap orang lain secara verbal (kata-kata
ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang
diserangnya.
e) Persaingan, yaitu keingingan untuk melebihi orang lain dan selalu di dorong
(distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia
25
empat tahun, yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia enam tahun,
semangat persaingan ini berkembang dengan lebih baik.
f) Kerja sama, yaitu sikap mau berkerja sama dengan kelompok. Pada anak
yang berusia dua atau tiga tahun sikap kerja samanya belum berkembang,
mereka masih kuat sikap “self-centered” –nya. Mulai usia tiga tahun terakhir
atau empat tahun, anak sudah menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak
lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang
dengan lebih baik. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-
temannya.
g) Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi
sosial, mendominasi atau bersikap “bossiness”. Wujud dari tingkah laku ini,
seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya.
h) Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest
atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila
ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.
i) Simpati, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh
perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya.
Seiring dengan bertambahnya usia anak mulai mengurangi sikap “selfish” –
nya, dan dia mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati
terhadap orang lain.
26
Perilaku sosial ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, jika
lingkungan sosialnya kurang kondusif, seperti perilaku orang tua yang kasar;
sering memarahi; acuh tak acuh; tidak memberikan bimbingan anak akan
memiliki perilaku yang buruk. begitu pula sebaliknya jika lingkungan sosial,
perilaku orang tua baik makan anak akan memiliki perilaku yang baik juga.
Terkait dengan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa
SD, ada banyak interaksi yang mereka lakukan, misalnya seperti kerja sama.
Mereka bekerja sama untuk memecahkan masalah dalam pelajaran. Mereka juga
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Terkadang siswa juga melakukan interaksi disosiatif seperti pertikaian dan
persaingan. Interaksi sosial yang dilakukan oleh sisiwa juga harus diperhatikan
oleh guru, karena interaksi siswa juga akan mempengaruhi proses belajar siswa.
seperti ketika guru sedang melakukan kegiatan belajar mengajar siswa yang suka
berbicara akan cenderung berdiskusi sendiri dan menganggu proses belajar siswa
itu sendir. Jadi penting untuk guru mengetahui interaksi sosial yang dilakukan
oleh siswa, dengan mengetahui interaksi yang dilakukan oleh siswa diharapkan
akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik dan lancar.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini, yang pertama adalah
penelitian Silvana (2015) yang meneliti mengenai hubungan interaksi sosial
dengan hasil belajar siswa. Hasilnya interaksi sosial pada peserta didik tergolong
tinggi yaitu dengan 57% responden memiliki interaksi sosial yang baik.
Sedangkan dari hasil belajar peserta didik tergolong sedang dengan persentase
27
sebanyak 60% atau dengan jumlah peserta didik sebanyak 18. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara interaksi
sosial dengan hasil belajar peserta didik. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Silvana, yaitu ada pada variable penelitiannya yang mengunakan
interaksi sosial dan hasil belajar, sedangkan penelitian ini mengunakan kegiatan
ekstrakurikuler dan interaksi sosial sebagai variable. Penelitian Silvana melihat
hubungan interaksi sosial siswa dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, untuk
mendapatkan kesimpulan hubungan yang terjadi pada interaksi sosial dengan hasil
belajar, sedangkan penelitian ini melihat hubungan interaksi sosial siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Persamaan dengan penelitian ini mengunakan interaksi sosial
siswa sebagai variabelnya.
Penelitian relevan selanjutnya yaitu penelitian Manalu (2016) yang
meneliti mengenai hubungan antara kegiatan ektrakurikuler kepramukaan
terhadap hasil belajar pada mata pelajaran PKn siswa. Pada penelitian yang
dilakukan Manalu mengunakan alat pengumpul data berupa angket dan
dokumentasi dengan jumlah responden penelitian 41 orang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan memiliki hubungan
yang positif terhadap hasil belajar PKn siswa. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Manalu yaitu pada variable yang mengunakan
kegitan ektrakurikuler kepramukaan dan hasil belajar Pkn sebagai variable yang
diteliti, sedangkan penelitian ini mengunakan kegiatan ekstrakurikuler dan
interaksi sosial sebagai variable yang akan diteliti. Penelitian Manalu bertujuan
untuk melihat hubungan kegiatan ektrakurikuler kepramukaan dengan hasil
28
belajar Pkn siswa, sedang penelitian ini melihat dan membandingkan hubungan
interaksi sosial siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler dan yang tidak
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Persamaan dengan penelitian ini ada pada
kegiatan ektrakurikuler yang dijadikan variabel penelitian.
D. Kerangka pikir
HUBUNGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN INTERAKSI
SOSIAL SISWA DI SDN 06 NGUNUT TULUNGAGUNG
Gambar 1 Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka pikir di atas hubungan kegiatan ekstrakurikuler
dengan interaksi sosial siswa yang di harapakan yaitu berupa, kemampuan peserta
didik berbaur dengan peserta didik dari kelas lain, minat peserta didik terhadap
kegiatan ekstrakurikuler, pemilihan peserta didik yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler berdasarkan minat peserta didik, dan interaksi peserta didik dan
pembimbing ekstrakurikuler baik. Peneliti melakukan observasi di SDN 06
1. Peserta didik mampu berbaur dengan, Peserta didik dari kelas lain tanpa membeda-bedakan.
2. Minat peserta didik tinggi terhadapat kegiatan ekstrakurikuler
3. Pemilihan peserta berdasarkan minat peserta didik.
4. Interaksi peserta didik dan pembimbing ekstrakurikuler baik.
Pada kegiataan ekstrakurikuler di SDN 06 Ngunut Tulungagung, minat siswa kelas lima sudah mulai berkurang, Hubungan siswa dengan pembimbing tidak selalui baik, dan masih ada siswa yang bergrup dengan teman satu kelasnya.
Bagaimana interkasi sosial siswa di SDN 06 Ngunut Tulungagung?
Berdasarkan observasi awal maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut
1. Memahami Interaksi sosial siswa yang terjadi di SDN 06 Ngunut Tulungagung. 2. Mengetahui tingkat hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN
06 Ngunut Tulungagung.
Bagaimana hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN 06 Ngunut Tulungagung?
29
Ngunut Tulungagung untuk mengetahui permasalahan sebenarnya terutama pada
kegiatan ekstrakurikuler drum band. Hasilnya peneliti masih melihat minat peserta
didik masih kurang dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hubungan antara
peserta didik dan pembimbing kegiatan ekstrakurikuler juga tidak selalu baik.
Berdasarkan hasil observasi peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut. Bagaimana interaksi sosial siswa di SDN 06 Ngunut Tulungagung? dan
bagaimana hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa di
SDN 06 Ngunut Tulungagung? rumusan masalah ini bertujuan untuk melihat
bagaimana interaksi sosial yang ada di SDN 06 Ngunut Tulungagung dan
mengetahui tingkat hubungan ektrakurikuler dengan interaksi sosial siswa yang
nantinya diharapkan akan menjadi acuan untuk membentuk kegiatan
ekstrakurikuler yang lebih diminati peserta didik dan dapat membimbing peserta
didik berinteraksi dengan baik.
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini yaitu:
1. Ha: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kegiatan
ektrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN 06 Ngunut Tulungagung.
2. Ho: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kegiatan
ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN 06 Ngunut Tulungagung.