BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB...

19
21 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah banyak dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas, ada yang meneliti tentang pemanfaatan media pembelajaran, penerapan metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun teknik pembelajaran. Penelitian tindakan kelas juga berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu, berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Pada kegatan pembelajaran di SMP, khususnya kelas VIII terdapat materi menulis naskah drama. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang menulis naskah drama. Tri Marina (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Video Lagu untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bobotsari Tahun Ajaran 2010-2011.” Dalam penelitian ini, pembelajaran menulis naskah drama dengan memanfaatkan media video lagu mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan menulis naskah drama bagi siswa. Pada saat pre test, nilai rata-rata kelasnya adalah 72 dan yang mencapai nilai tuntas belajar adalah 13 siswa atau 32,5%. Padahal nilai KKM adalah 76. Hasil siklus I menulis naskah drama dengan memanfaatkan media video lagu meningkat. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar menjadi 28 siswa atau 70% dengan nilai rata-rata kelas 84. Sementara itu, hasil siklus II hasilnya sangat maksimal, yaitu jumlah Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah banyak dilakukan. Pada penelitian

tindakan kelas, ada yang meneliti tentang pemanfaatan media pembelajaran,

penerapan metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun teknik

pembelajaran. Penelitian tindakan kelas juga berkaitan dengan materi

pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa

yaitu, berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Pada kegatan pembelajaran

di SMP, khususnya kelas VIII terdapat materi menulis naskah drama.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang menulis

naskah drama. Tri Marina (2011) melakukan penelitian dengan judul

“Pemanfaatan Media Video Lagu untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Naskah Drama pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bobotsari Tahun Ajaran

2010-2011.” Dalam penelitian ini, pembelajaran menulis naskah drama dengan

memanfaatkan media video lagu mempunyai pengaruh yang besar terhadap

peningkatan kemampuan menulis naskah drama bagi siswa. Pada saat pre test,

nilai rata-rata kelasnya adalah 72 dan yang mencapai nilai tuntas belajar adalah 13

siswa atau 32,5%. Padahal nilai KKM adalah 76. Hasil siklus I menulis naskah

drama dengan memanfaatkan media video lagu meningkat. Jumlah siswa yang

mencapai ketuntasan belajar menjadi 28 siswa atau 70% dengan nilai rata-rata

kelas 84. Sementara itu, hasil siklus II hasilnya sangat maksimal, yaitu jumlah

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

22

siswa yang mencapai tuntas belajar adalah 40 siswa atau 100% dengan nilai rata-

rata 89.

Kartini (2011) juga melakukan penelitian dengan judul “Upaya

Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Naskah Drama dengan

Menggunakan Media Video Klip di SMP Negeri 1 Patikraja.” Hasil evaluasi

penelitian dengan menggunakan media video klip dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hasil evaluasi pre test dengan nilai rata-rata 54,55 dengan nilai

tertinggi 88,8 dan nilai terendah 50. Sedangkan, hasil evaluasi pada siklus II

dengan nilai rata-rata 82,81 dengan nilai tertinggi 94,4 dan nilai terendah 66,6.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu antara lain,

pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 3 Purwokerto dan pada penelitian ini, peneliti menggunakan

metode kolaborasi dalam kegiatan pembelajaran menulis kreatif naskah drama.

Sehingga, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Baik dari segi

waktu, subjek, dan metode yang digunakan dalam penelitian. Kelebihan dari

penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang digunakan. Metode

pembelajaran kolaborasi yang digunakan, dapat membuat siswa lebih aktif dan

berinteraksi satu sama lain di dalam kelompok. Selain itu, adanya kolaborasi

siswa dapat mengomentari hasil menulis kreatif naskah drama milik teman satu

kelompoknya. Sehingga, komentar atau saran yang diberikan dapat meningkatkan

kemampuan menulis naskah drama, karena kesalahan atau kekurangannya telah

dikoreksi oleh teman satu kelompoknya.

Dari beberapa penelitian di atas, keterampilan menulis naskah drama dapat

ditingkatkan dengan adanya sebuah perlakuan atau metode yang digunakan dalam

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

23

kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

kolaborasi dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama di SMP

Muhammadiyah 3 Purwokerto.

B. Landasan Teori

1. Naskah Drama

a. Pengertian Naskah Drama

Naskah drama adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Naskah

drama juga dapat diartikan sebagai karangan seseorang yang belum diterbitkan

atau bahan-bahan berita yang siap untuk diset. Berkaitan dengan drama, naskah

drama (lakon) merupakan naskah yang masih ditulis dengam tangan dengan gaya

dialog langsung (cerita sandiwara). Naskah adalah bentuk/rencana tertulis dari

cerita drama. Naskah disebut juga bentuk atau rencana tertulis dari cerita drama

yang berbentuk tanya jawab antar pelaku. Naskah drama (lakon) pada umumnya

disebut skenario, berupa susunan (komposisi) dari adegan-adegan dalam

peluangan sebagai karya tulis.

Dasar naskah drama adalah konflik manusia yang di gali dari kehidupan.

Konflik drama biasanya terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya.

Penulisan naskah ada yang menggambarkan sisi jelek dan ada juga yang

menggambarkan sisi baik kehidupan. Dalam penulisan naskah drama perlu

diperhatkan unsur-unsur yang membangun naskah drama itu sendiri.

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

24

b. Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama

Unsur-unsur intrinsik naskah drama adalah unsur yang membangun naskah

drama dari dalam. Unsur-unsur intrinsik naskah drama menurut Saefudin dkk

(2008: 41) meliputi tema dan amanat, tokoh (pelaku) dan perwatakan, latar

(setting), alur (plot), konflik (pertentangan), dan dialog.

1) Tema

Tema merupakan unsur cerita yang memberi makna menyeluruh

terhadap isi cerita yang telah disampaikan kepada pembaca (Hidayati, 2009:

45). Menurut Stanton (2007: 36), tema merupakan aspek cerita yang sejajar

dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu

pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan

menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa

takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri,

disilusi, atau bahkan usia tua.

Istilah tema menurut Scharbach (dalam Aminuddin, 2010: 91) berasal

dari bahasa Latin yang berarti „tempat meletakkan suatu perangkat‟. Disebut

demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita, sehingga

berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya

fiksi yang diciptakannya. Tema berkaitan dengan hubungan antara makna

dengan tujuan pemaparan cerita (dalam hal ini drama) oleh pengarangnya,

maka untuk memahami tema, pembaca harus terlebih dahulu memahami unsur-

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

25

unsur yang membangun ceritanya, menyimpulkan makna yang dikandungnya,

serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penulisannya.

2) Tokoh dan penokohan

Tokoh cerita adalah (character), menurut Abrams (dalam Aminudin,

2004: 165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilukiskan dalam tindakan.Tokoh adalah pelaku dalam drama. Tiap-tiap tokoh

biasanya memiliki watak, sikap, sifat, dan kondisi fisik yang disebut dengan

perwatakan atau karakter. Dalam drama kita mengenal tokoh protagonis

(menjadi sentral atau pusat penceritaan), tokoh antagonis (lawan \tokoh

protagonis), dan tokoh figuran atau tokoh pendukung cerita (Saefudin, 2008:

41).

Menurut Aminuddin (2010: 79) penokohan adalah cara pengarang

menampilkan tokoh atau pelaku. Dalam upaya memahami watak pelaku atau

tokoh dapat diketahui melalui hal-hal diantaranya: tuturan penulis terhadap

karakteristik pelakunya; gambaran yang diberikan penulis lewat gambaran

lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian; menunjukkan

bagaimana perilakunya; melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya

sendiri; memahami bagaimana jalan pikirannya; melihat bagaimana tokoh lain

berbicara tentangnya; melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu

memberikan reaksi terhadapnya; dan melihat bagaimana tokoh itu dalam

mereaksi tokoh yang lainnya (Aminuddin, 2010: 80-81).

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

26

3) Latar

Stanton (2007: 35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah

peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa

yang sedang berlangsung. Selain itu, menurut Hidayati (2009: 37), latar

mengacu pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam plot. Masih

menurut Hidayati (2009: 9), menguatkan bahwa latar tidak hanya berkaitan

dengan tempat dalam arti geografis saja, tetapi juga sosial, dan historis.

4) Alur

Menurut Hidayati (2009: 97), alur atau plot adalah bagian dari jalan

cerita yang berfungsi memperjelas suatu masalah atau urutan kejadian dan

diatur secara tersusun dan sistematis, serta mengandung hubungan sebab

akibat. Menurut Stanton (2012: 26), alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa

dalam sebuah cerita. Selain itu menurut Hasanudin (2009:24) alur adalah

rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dalam hubungan sebab

akibat.tanpa hubungan sebab akibat suatu rentetan peristiwa tidaklah dapat

disebut suatu alur.

5) Konflik

Konflik merupakan kekutan penggerak drama. Itulah kemungkinan

kedua yang menggerakan hati penonton. Yakni, karena konflik. Nash

(Hamzah, 1985 : 122) menyebutkan bahwa kisah haruslah dipaparkan melalui

penampilan satu atau beberapa masalah yang dihadapi para peran, dan harus

dimenangkan. Atau malah peran itu sendiri terkalahkan. Melalui problem-

problem inilah plot dikembangkan. Jadi tidak mengherankan jika sampai ada

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

27

penonton yang hatinya tergetar menyaksikan pementasan sebuah drama.

Mereka menikmati identifikasi dirinya dengan salah seorang peran.

Mendorongnya memandang persoalan yang dihadapi peran pun sebagai

persoalanya sendiri.

Menurut Hasannudin (2009: 12), konflik kemanusiaan menjadi syarat

mutlak. Bentuk dialoglah yang menuntut konflik tersebut di dalam drama.

Tanpa konflik peristiwa tidak akan bergerak. Satuan-satuan peristiwa baru

dapat berjalan dan menciptakan alur atau plot dalam bentuk dialog, jika satuan-

satuan peristiwa itu dikontroversikan melalui konflik-konflik. Menurut

Saefudin ( 2008: 41), konflik didalam drama ada dua macam, yaitu:

a. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam diri seorang tokoh atau

dalam pikiran seorang tokoh.

b. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antartokoh atau pelaku dalam

drama. Konflik eksternal ini dapat berupa konflik ide atau pikiran

antartokoh (pelaku), dapat juga berupa konflik fisik (bergulat, bertinju,

saling pukul, dan sebagainya).

6) Amanat

Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang, baik tersirat

maupun tersurat. Secara tersurat disampaikan secara langsung melalui dialog

tokoh, sedangkan tersirat yaitu disampaikan melalui penyusunan peristiwa-

peristiwa yang terjadi dalam cerita.

7) Dialog

Menurut Hasanudin (2009:25), dialog memberikan kejelasan watak dan

perasaan tokohatau pelaku. Kalimat-kalimat atau sekadar kata-kata yang

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

28

diujarkan oleh para tokoh atau pelaku akan memberikan gambaran-gambaran

tentang watak, sifat, ataupun perasaan masing-masing tokoh atau pelaku.

Seseorang berwatak bengis, kasaratau sebaliknya,berbudi luhur serta penyabar

dapatdiketahui melalui dialog-dialog. Kondisi psikologis seperti sedih,

senang,cemburu, iri hati ataupun dengki juga diketahui melalui dialog-dialog.

Selain itu Menurut Poerwadarminta (2007: 290), dialog adalah percakapan

(dalam sandiwara, cerita, dsb).

2. Pembelajaran Menulis Naskah Drama

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu

(Tarigan, 2008:22). Kegiatan menulis juga disebut sebagai suatu kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, dan pengalaman-

pengalaman kehidupannya dalam bahasa tulis yang jelas, ekspresif, mudah dibaca,

dan dipahami oleh orang lain.

Menurut Poerwadarminta (2007: 1304-1305), menulis adalah membuat

huruf (angka dsb), dengan pena (pensil, kapur, dsb); melahirkan pikiran atau

perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; menggambar;

melukis; dan membatik (kain). Menulis sangat penting bagi pendidikan karena

memudahkan para pelajar berpikir kritis, mampu mengungkapkan pikiran,

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

29

perasaan, dan pendapat. Menulis juga dapat melatih mencari, menguasai, dan

menangkap informasi tentang topik yang akan kita tulis.

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan

keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan

kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan

oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan

kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan

unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa

maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan

yang runtut dan padu (Iskandarwassid, 2009: 175).

Dalam kegiatan menulis dituntut beberapa kemampuan misalnya:

memiliki suatu pengetahuan yang akan ditulis, mengetahui aspek-aspek

kebahasaan dan teknik penulisan. Semua itu berkaitan dengan proses berpikir

penulisnya. Dapat dikatakan bahwa keterampilan itu secara singkat termasuk

kemampuan yang kompleks. Ketika akan menggunakan bahasa untuk menulis,

penulis harus menyadari bahwa bahasa Indonesia memiliki kaidah-kaidah yang

harus ditaati. Jika tidak ditaati akan terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam

penggunaan kalimat tersebut dan akan mengakibatkan tulisan tidak dapat

dipahami oleh pembacanya.

b. Menulis Naskah Drama

Menurut Jingga (2012: 112), menulis naskah drama merupakan proses

kreatif. Proses kreatif yang berangkat dari dorongan bawah sadar untuk

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

30

melahirkan sebuah karya sastra. Perjalanan sebuah proses kreatif menulis naskah

drama dimulai dari keinginan penulis dan angan-angan dalam hatinya hingga

mewujudkan satu bentuk karya.Malraux (dalam Jingga, 2012: 112-116)

menyebutkan bahwa, perjalanan proses kreatif untuk mewujudkan suatu karya

sebagai proses melihat, mendalami, dan mewujud. Hal tersebut perlu fase-fase

proses pola berikut 1) Merasakan, 2) Menghayati, 3) Menghayalkan, 4)

Mengejawantahkan, 5) Memberi bentuk, 6) Menciptakan konflik, 7) Menciptakan

tokoh, 8) Menciptakan dialog, 9) Menciptakan simbol, 10) Menciptakan naskah

berbobot. Fase-fase tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Merasakan

Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia. Segala

sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase merasakan. Merasakan diartikan

sudah melewati proses melihat dan mendengar dan menyerap. Melihat dan

mendengar apa yang ada, siapa yang melakukan, apa yang terjadi, bagaimana

kejadiannya, kapan terjadinya, dan dimana kemudia merasakan dan

menyerapnya hingga muncul sensasi tertentu dalam diri (Malraux dalam

Jingga, 2012: 112-116).

2) Menghayati

Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul temuan-

temuan yang telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator menghayati

adalah sampai pada kesadaran pribadi terhadap sensasi yang diperolehnya

(Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

31

3) Menghayalkan

Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang telah

dirasakan dan apa yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan

memperoleh khayalan-khayalan lain yang baru. Pembebasan proses berfikir

atau membuka keliaran-keliaran berfikir menjadi pendukung dalam fase

mengkhayalkan. Semakin liar akan semakin berkembang daya imajinasi kita

dalam melewati fase mengkhayalkan (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).

4) Mengejawantahkan

Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses sebelumnya.

Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar curahan-curahan hasil fase

sebelumnya lebih bernilai. Filter estetis ini juga diharapkan dapat

memunculkan kreativitas yang bukan hanya peniruan, pengulangan, ataupun

pencocokan dan pembenaran yang sudah ada atau terjadi (Malraux dalam

Jingga, 2012: 112-116).

5) Memberi bentuk

Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan proses

alamiah, mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan metafora,

sehingga keinginan dan angan-angan dapat menjadi sebuah karya (Malraux

dalam Jingga, 2012: 112-116).

6) Menciptakan konflik

Kreativitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari

kemampuan pengarang menciptakan konflik dengan surprise atau kejutan-

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

32

kejutan, menjalin konflik-konflik tersebut, dan memberikan empati dalam

penyelesaian konflik (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).

7) Menciptakan tokoh

Kehadiran tokoh atau pelaku dalam sebuah drama menjadi penting.

Tokoh atau pelaku akan menjadi penentu gerak alur cerita. Berdasarkan

perannya teradap jalan cerita terdapat tokoh protagonis yaitu tokoh yang

mendukung cerita, tokoh antagonis yaitu tokoh penentang, dan tokoh tritagonis

atau tokoh pembantu, baik terhadap tokoh antagonis maupun pada tokoh

protagonis. Sedangkan, berdasarkan fungsinya terdapat tokoh sentral (tokoh

yang menjadi fokus gerak alur cerita), tokoh utama (tokoh pendukung dan atau

penentang tokoh sentral), dan tokoh pembantu (tokoh pelengkap atau tambahan

dalam alur cerita) (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).

8) Menciptakan dialog

Dialog merupakan salah satu aspek esensial yang ada dalam naskah

drama. Namun bukan berarti bahwa naskah drama hanya tergantung pada

dialog, melainkan banyak hal yang menjadikan dialog menjadi ciri penanda

naskah drama. Dalam naskah drama, bahasa yabg diwujudkan dalam bentuk

dialog, dapat diadikan penanda memahami siapa dan bagaimana tokoh atau

pelaku dalam naskah drama tersebut ) (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-116).

9) Menciptakan simbol

Pada dasarnya seluruh naskah drama tersaji dalam bentuk yang

simbolis. Ada sesuatu yang disembunyikan penulis naskah. Segala sesuatu

dikatakan tidak secara terus terang, karena bagaimapun naskah drama sebagai

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

33

karya sastra merupakan proses kreatif individu pengarang yang berbicara

tentang dirinya yang disajikan secara tidak langsung atau dengan menggunakan

simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi (Malraux dalam Jingga, 2012: 112-

116).

10) Menciptakan naskah berbobot

Menurut Malraux (dalam Jingga, 2012: 112-116), naskah drama dapat

dikategorikan berbobot jika naskah drama tersebut ditulis dengan dilandasi

proses penciptaan antara lain:

a) menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imainatif: merasakan,

menghayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran kehidupan dengan

proses melihat, mendalami, dan mewujudkan.

b) memiliki konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, kaya suspense atau

ketegangan sehingga memikat untuk dibaca maupun dipentaskan.

c) menghadirkan tokoh atau pelaku sebagai penentu gerak alur cerita.

d) memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh

disertai dengan lakuan.

e) menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.

f) menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan

mengandung nilai-nilai pendidikan

Noor (2004: 27) menyatakan bahwa, pada umumnya naskah drama

memuat sepuluh struktur, antara lain: (1) susunan nama pelaku; (2) sinopsis; (3)

urutan nomor cakapan (dialog) dengan nama pelaku; (4) mencantumkan tanda

baca yang jelas; (5) memberi penjelasan sebagai keterangan dalam tanda kurung;

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

34

(6) memberi tanda bagian ilustrasi musik; (7) menyusun urutan kata dan kalimat

yang jelas; (8) mengemukakan pokok pikiran yang jelas dalam cakapan (dialog);

(9) memberi tanda pergantian babak dengan jelas; (10) mengakhiri cerita dengan

kalimat yang padat.

c. Pembelajaran Menulis Naskah Drama di SMP

Pembelajaran menulis naskah drama di SMP Muhammadiyah 3

Purwokerto diajarkan di kelas VIII semester 1. Materi naskah drama terdapat pada

Standar Kompetensi 8. Memahami teks drama dan novel remaja, Kompetensi

Dasar 8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan

keaslian ide. Indikatornya adalah mampu menyusun kerangka naskah drama yang

mengandung keaslian ide, mampu mengembangkan kerangka cerita menjadi teks

drama satu babak yang mengandung keaslian ide.

Pembelajaran menulis naskah drama sebagai proses belajar menulis

naskah drama yang didukung oleh serangkaian komponen pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran menulis naskah drama.Drama adalah komposisi

syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak

pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Drama sering disebut

dengan teater, yaitu sandiwara yang dipentaskan sebagai ekspresi rasa keindahan

atau seni. Sebagai karya seni, drama perlu diapresiasi. Salah satu cara apresiasi

drama ialah dengan menemukan unsur-unsur drama.

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

35

3. Metode Kolaborasi

a. Pengertian Metode Kolaborasi

Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.Pada pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan

kerangka menyeluruh tentang proses belajar mengajar. Proses ini tersusun dalam

rangkaian kegiatan sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai

landasan. Adapun sifat metode adalah prosedural (Iskandarwassid dan Sunendar,

2009: 40-41).

Menurut Suryaman (2012: 85), metode pembelajaran bahasa Indonesia

merupakan suatu cara untuk merealisasikan strategi. Senada dengan pendapat

Sanjaya (2006: 147) yang menyatakan bahwa, metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk

merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.Dengan demikian, metode dalam

rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

Sementara itu, kolaborasi adalah suatu pengajaran menulis dengan

melibatkan sejawat untuk saling mengoreksi. Sejawat yang diajak berkolaborasi

itu disebut kolaborator (Alwasilah dan Suzzana, 2007: 21). Menurut Ronis (2011:

119), pembelajaran kerjasama atau kolaborasi adalah metode pengajaran yang

disitu kelompok kecil siswa dari berbagai tingkat kemampuan menggunakan

berbagai macam kegiatan untuk menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

36

Penggunakan metode kolaborasi, siswa dibentuk menjadi beberapa

kelompok. Di dalam metode kolaborasi, tiap siswa dalam setiap kelompok akan

bertukar karya atau tulisannya. Dengan demikian, hasil karya atau tulisan tersebut

akan dilihat dan dikoreksi kekurangan serta kesalahannya oleh teman sejawat.

Teman satu kelompok sebagai kolaborator akan langsung menyampaikan

kekurangan dalam tulisan tersebut kepada pemiliknya agar diperbaiki. Tulisan

atau hasil karyanya akan semakin baik. Panduan kolaborasi reading-writing

connection menurut Alwasilah dan Alwasilah (2007: 26-29) sebagai berikut:

1) Berbagi diri ke dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas tiga atau empat

orang. Pada kelompok besar, kolaborasi cenderung tidak efektif.

2) Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelompok tidak terganggu oleh

kelompok lainnya.

3) Masing-masing anggota membaca karangan orang lain dalam kelompoknya.

4) Sewaktu membaca, perhatikanlah mekanik tulisan. Tandailah dengan

menggarisbawahi kesalahan kecil. Gunakan tinta warna-warni agar nampak

variasi.

5) Baca setiap kalimatnya.

6) Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala Anda menemukan hal-hal

yang tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar.

7) Kembalikanlah karangan yang sudah dikomentari itu kepada penulisnya

untuk ditulis ulang.

8) Selanjutnya, melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan

yang sudah direvisi oleh penulisnya.

9) Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali.

10) Karangan yang telah direvisi

b. Menulis Naskah Drama dengan Metode Kolaborasi

Panduan kolaborasi reading-writing connection menurut Alwasilah dan

Alwasilah (2007: 26-29) yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah

drama adalah sebagai berikut:

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

37

a. Berbagi diri dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas tiga atau empat

orang.

b. Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelompok tidak terganggu oleh

kelompok lainnya.

c. Masing-masing anggota membaca naskah drama orang lain dalam

kelompoknya.

d. Sewaktu membaca, perhatikanlah mekanik tulisan. Tandailah dengan

menggarisbawahikekurangan dan kesalahan.

e. Baca setiap kalimat dan aspek-aspek yang terdapat dalam naskah drama.

f. Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala menemukan hal-hal yang

tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar.

g. Kembalikanlahnaskah drama yang sudah dikomentari itu kepada

penulisnya untuk ditulis ulang.

h. Selanjutnya, melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan

yang sudah direvisi oleh penulisnya.

i. Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali.

j. Karangan yang telah direvisi, diserahkan kepada guru pembimbing untuk

mendapatkan feedback lain.

C. Kerangka Berpikir

Rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 3 Purwokerto pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikarenakan

dalam proses pembelajaran siswa merasa bosa, jenuh, dan tidak ikut terlibat aktif

dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat disebabkan karena penggunaan

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

38

metode pembelajaran yang kurang tepat (misalnya hanya dengan menggunakan

metode ceramah saja, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh), penggunaan

media pembelajaran yang kurang menarik minat belajar siswa, serta guru yang

melibatkan siswa dalm proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, diduga melalui metode

pembelajaran kolaborasi kemampuan menulis naskah drama di kelas VIII SMP

Muhammadiyah 3 Purwokerto akan meningkat. Untuk lebih memperjelas

kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/707/3/Miftakhul Aman BAB II.pdf · pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP

39

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir dalam PTK

KONDISI

AWAL

Guru:

Belum menggunakan

metode pembelajaran

kolaborasi dalam

proses pembelajaran.

Siswa:

Kemampuan menulis

naskah drama pada

siswa rendah.

TINDAKAN

Dalam pembelajaran,

guru menggunakan

metode pembelajaran

kolaborasi yang

sesuai dengan

subtopik

pembelajaran.

KONDISI

AKHIR

Diduga melalui

metode kolaborasi

dapat meningkatkan

kemampuan menulis

naskah drama pada

siswa.

Siklus I:

Dalam pembelajaran

menulis naskah drama,

guru memperbaiki

proses pembelajaran

dengan metode

kolaborasi.

Siklus II:

Jika siklus I belum

berhasil dalam

pembelajaran menulis

naskah drama, guru

memperbaiki lagi

proses pembelajaran

dengan metode

kolaborasi.

Upaya Meningkatan Kemampuan..., Miftakhul Aman, FKIP UMP, 2015