BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemasaran adalah proses
perbuatan memasarkan sesuatu barang dagangan untuk menyebarkan ketengah-
tengah masyarakat dengan mendapat dukungan pemerintah sepenuhnya
(Dapartemen Pendidikan Nasional RI,2008: 1027).
Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa pemasaran berawal dari
kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia membutuhkan makanan, air,
udara, pakaian dan papan untuk tetap hidup. Diluar itu manusia mempunyai
keinginan akan rekreasi, pendidikan, kesehatan dan jasa lain-lain. Mereka
mempunyai pilihan yang kuat atas versi atau merek tertentu dari barang atau
jasa.
Kemudian pengertian pemasaran seperti yang dikemukakan oleh Philip
Kotler adalah suatu proses sosial dan menejerial dengan mana individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara
menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
Pemasaran dapat pula diartikan sebagai upaya untuk menciptakan dan
menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran
berusaha menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa
kepada konsumen dipasar. Penting untuk membedakan antara kebutuhan,
10
keinginan, dan permintaan. Suatu kebutuhan adalah hasrat untuk memenuhi
kebutuhan dasar. Keinginan atau kemauan adalah hasrat terhadap pemuas
spesifik untuk memenuhi kebutuhan. Permintaan (demand) adalah keinginan
atas produk spesifik yang diperkuat kemampuan dan kemauan membeli produk
tersebut. Keinginan menjelma menjadi permintaan bila didukung oleh daya beli
(Nembah F. Hartimbul Ginting, 2011:15-16).
Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental,
suatu cara berpikir yang membimbing anda melakukan sesuatu yang tidak
selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karier, tempat
(pariwisata, rumah, lokasi industri), undang-undang, jasa (pengangkutan,
pertandingan-pertandingan), dan kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan-
yayasan sosial dan keagamaan (Morissan,2010:2).
Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai
sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan
pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi
kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen (Cannon, et.al., 2008:8).
Marketing adalah nyawa dari suatu bisnis yang sedang dijalankan
sederhananya, marketing adalah alat untuk mengenalkan, memasarkan, dan
menarik konsumen sehingga membeli produk yang ditawarkan. Marketing atau
pemasaran yang baik akan memberikan dampak positif terhadap bisnis.
Sebaliknya, bisnis yang buruk tentu akan memberikan dampak negatif bagi
seorang bisnis. Dampak positif dari marketing yang bagus seperti
meningkatnya barang yang terjual, kesan produk/merek yang baik di mata
konsumen, kepercayaan konsumen terhadap produk, dan sebagainya.
Sedangkan marketing yang buruk dapat berakibat pada tidak lakunya
barang yang ditawarkan, kesan merek yang buruk, hingga mungkin pada
gagalnya produk yang disebar kepasar. Oleh karena itu, pembisnis yang baik
pasti sangat memperhatikan peran marketingdalam memajukan bisnisnya
(Ramdan,2013:78-79).
2. Tujuan Pemasaran
Adapun tujuan kegiatan pemasaran suatu produk atau jasa secara umum
sebagai berikut:(Kasmir, et.al, 2015:43-47).
a. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan
merangsang konsumsi.
b. Memaksimumkan kepuasan konsumen.
c. Memaksimumkan pilihan (ragam produk).
d. Memaksimumkan mutu hidup (kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga
pokok barang, mutu lingkungan fisik, dan mutu lingkungan kultur).
e. Meningkatkan penjualan jasa.
f. Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing.
g. Memenuhi kebutuhan akan suatu produk maupun jasa.
h. Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa.
3. Tingkatan Pemasaran
Jika kita perhatikan struktur sebuah perusahaan maka ada tingkatan-
tingkatan tertentu yang masing-masing memiliki penekanan pada tugas
pemasarannya.
a. Pada tingkat pimpinan pemasaran adalah penekanan pada analisis struktur
pasar, orientasi dan dukungan pelanggan, serta memposisikan perusahaan
dalam mengawasi rantai nilai (value chain).
b. Pada tingkat bisnis atau SBU (Strategic Business Unit). Disini pemasaran
adalah untuk segmentasi pasar dan targeting pasar. Unit bisnis harus lebih
menekankan pada karekteristik produk yang akan dipasarkan dan lebih
mengenai needs dan wants dari konsumen.
c. Pada tingkat Operasional, ini berarti marketing in action, para petugas harus
melaksanakan berbagai taktik marketing mix, mencari kombinasi dari
bauran yang paling maksimal, apakah akan lebih menekankan pada
product,price, place, atau promotion dan sebagainya (Alma,2011:6).
B. Bauran Pemasaran
1. Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) sendiri didefinisikan sebagai suatu
strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat meliputi penetapan
master plan dan mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk
yang memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu di mana segmen pasar
tersebut telah dijadikan pasar sasaran untuk produk yang telah diluncurkan
guna menarik konsumen melakukan pembelian (Hermawan,2012:33).
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan alat bagi pemasar yang
terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu
dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positeoning yang
diterapkan dapat berjalan sukses (Lupiyoadi, et. Al,2008:171).
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat yang
dapat digunakan pemasar untuk membentuk karekteristik jasa yang ditawarkan
kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi
jangka panjang dan juga untuk merancang program taktik jangka pendek,
penyusunan komposisi unsur-unsur bauran pemasaran dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi bisa dianalogikan dengan juru masak yang
meramu berbagai bahan masakan menjadi hidangan yang bergizi dan enak
disantap. Proses meramu bahan yang dilakukan pemasar dan juru masak
memiliki kesamaan, yaitu sama-sama merupakan perpaduan antara ilmu
pengetahuan (science) dan seni (art). Dengan demikian, unsur pengalaman,
kompetensi, pengetahuan, dan kreativitas memainkan peranan penting dalam
menunjang kesuksesan pemasar maupun juru masak.
Konsep bauran pemasaran dipopulerkan pertama kali beberapa dekade
yang lalu oleh Jerome McCarthy (Fandy Tjiptono, 2014: 42-43) yang
merumuskan menjadi 4P (product, price, promotion, dan place). Bila ditinjau
dari sudut pandang pelanggan, 4P bisa dirumuskan pula menjadi 4C
(Customer‟ needs and wants, Cost, Commnication, dan Convenience).
2. Unsur-unsur Bauran Pemasaran
Dengan demikian, unsur bauran pemasaran jasa terdiri atas delapan hal sebagai
berikut: (Tjiptono, 2014:42-43).
1. Produk (Product)
Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang
berwujud fisik maupun yang tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan
potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Keputusan
bauran produk yang dihadapi pemasar jasa bisa sangat berbeda dengan yang
dihadapi pemasar barang. Aspek pengembangan jasa baru juga memiliki
keunikan khusus yang berbeda dengan barang, yakni jasa baru sukar diproteksi
dengan paten (Tjiptono, 2014:42).
Sebuah produk jasa terdiri dari tiga komponen:(Christopher Lovelock,
2010:124).
a. Produk inti memberikan manfaat utama dan solusi yang dicari pelanggan.
b. Layanan tambahan memudahkan dan meningkatkan produk inti.
c. Proses pelayanan menentukan bagaimana produk inti dan layanan tambahan
diberikan kepada pelanggan.
d. Produk inti sering kali menjadi komoditas dan diferensiasi lalu dipusatkan
pada layanan dan proses pelayanan.
Produk merupakan tampilan yang dapat dilihat oleh konsumen sebelum
konsumen tersebut memutuskan untuk melakukan pembelian atas produk yang
ditawarkan. Keputusan-keputusan tentang produk ini mencakup penentuan
bentuk penawaran secara fisik, merek, pembungkus, garansi, dan servis
sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa
kebutuhan dari keinginan pasarnya. Jika masalah ini telah diselasaikan, maka
keputusan mengenai harga, distribusi dan promosi dapat diambil (Al
Arif,2015:60).
2. Harga (Price)
Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategik dan
taktikal, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat
diskriminasi harga diantar berbagaikelompok pelanggan. Pada umumnya
aspek-aspek ini mirip dengan yang biasa dijumpai pemasar barang. Akan
tetapi, adapula perbedaannya, yaitu bahwa karekteristik intangible jasa
menyebabkan harga menjadi indikator signifikan atas kualitas. Karekteristik
personal dan non-transferable pada beberapa tipe jasa memungkinkan
diskriminasi harga dalam pasar jasa tersebut, sementara banyak pula jasa yang
dipasarkan oleh sektor publik dengan harga yang disubsidi atau bahkan gratis.
Hal ini menyebabkan kompleksitas dalam penetapan harga jasa (Tjiptono,
2014:42).
Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan pemberian jasa.
Penentuan tingkat harga sangat menentukan keberhasilan sebuah bisnis
(Suliyanto,2010:87).
Harga (price) jumlah uang yang dibayar oleh para pelanggan untuk
mendapatkan produk bersangkutan (Winardi,2008:293).
Strategi harga adalah mekanisme finansial di mana pendapatan
dihasilkan untuk mengimbangi biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan
layanan serta menciptakan surplus untuk laba. Strategi harga sering kali sangat
dinamis, dengan tingkat harga disesuikan dari waktu ke waktu dengan faktor-
faktor seperti tipe pelanggan. Waktu dan tempat penghantaran, tingkat
permintaan dan kapasitas yang bisa disediakan ( Lovelock, 2010:26).
Tujuan penentuan harga: ( Lupiyoadi, et. Al,2011:100).
a. Bertahan
Bertahan merupakan usaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang
meningkatkan laba ketika perusahaan sedang mengalami kondisi pasar yang
tidak menguntungkan. Usaha ini dilakukan demi kelangsungan hidup
perusahaan.
b. Memaksimalkan laba
Penentuan harga bertujuan untuk memaksimalkan laba dalam periode
tetentu.
c. Memaksimalkan penjualan
Penentuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar dengan
melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.
d. Gengsi atau Prestis
Tujuan penentuan harga di sini adalah untuk memosisikan jasa perusahaan
tersebut sebagai jasa yang eksklusif.
e. Pengembalian atas Investasi (ROI)
Tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian pengembalian atas
investasi (return on investment- ROI) yang diinginkan.
3. Komunikasi bisnis atau promosi (Promotian)
Melalui komunikasi, pemasar menjelaskan dan mempromosikan
proposisi nilai yang ditawarkan perusahaan mereka, komunikasi merupakan
kegiatan pemasaran yang paling terlihat atau terdengar sebagian orang
menganggapnya menggangu tetapi nilainya terbatas, kecuali jika digunakan
secara optimal bersamaan dengan upaya pemasaran lainnya (Lovelock,
2010:192-193).
Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk
mengkomunikasi manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode-
metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing,
dan public relations. Meskipun secara garis besar bauran promosi untuk barang
sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu
pada upaya meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa. Selain itu, dalam
kasus pemasaran jasa, personil produksi juga menjadi bagian penting dalam
bauran promosi (Tjiptono, 2014:42).
Promosi adalah elemen keempat dalam marketing mix. Promosi
didefinisikan sebagai komunikasi yang membari informasi kepada calon
konsumen mengenai suatu produk, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen dan mendorong mereka untuk membeli.
Ada beberapa elemen promosi yang dikenal sebagai promotional mix,
yaitu:
a. Advertising
Advertising adalah alat promosi yang sangat ampuh, dapat mencapai
daerah yang sangat jauh, dan sulit dimasuki. Advertising dapat
menggunakan berbagai media, seperti: televisi, radio, surat kabar dan
sebagainya.
b. Personal Selling
Personal selling adalah promosi yang dilakukan oleh orang. Misalnya
para penjual di toko, atau penjual dari rumah kerumah. Jangkauan
operasional personal selling ini sangat terbatas, jika dibandingkan dengan
advertising, lagi pula biayanya lebih mahal akan tetapi personal selling
memiliki keunggunlan, yaitu dapat mengatasi keberatan-keberatan yang
diajukan oleh pembeli, mereka biasa berdialog dengan konsumen.
c. Public Relation
Public relation yaitu merupakan bagian dari perusahaan yang
memberi informasi kepada publik tentang perusahaan dan produk yang
dihasilkannya. Informasi dari perusahaan ini dapat dilakukan dengan
menerbitkan buletin sendiri, membuat brosur, atau menjadi sponsor-sponsor
dalam event/peristiwa tertentu.
Public relation diartikan oleh British Institute of public Relation
sebagai perencanaan dan melakukan tindakan secara terus menerus untuk
menetapkan dan memelihara perusahaan dengan “Public Relation” (Adam,
2015: 37).
d.Sales Promotion
Sales promotion artinya adalah memberi insentif atau hadiah kepada
konsumen, agar mereka tertarik untuk membeli. Jika dilihat tugas
advertising ialah memberi ajakan kepada calon konsumen, untuk mengenal
dan membeli produk, maka sales promotion mengajak mereka agar mau
membeli sekarang juga. Teknik digunakan dalam sales promotion antara
lain: memberi sampel gratis, kupon, rabat, diskon, kontes, bonus, hadiah
uang, jual obral, cuci gudang, mega promo, dan sebagainya (
Alma,2012:301-302).
4. Distribusi/Tempat (Place)
Jalur distribusi produk dan jasa, akan menentukan sukses tidaknya
penyampaian sampai ke tangan konsumen. Kalau jalur distribusi terlalu jauh,
maka biaya akan menjadi mahal dan memerlukan waktu yang panjang ( Johan,
2011:65).
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi
pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik (misalnya
keputusan mengenai dimana sebuah hotel atau restoran harus didirikan).
Keputusan menggenai penggunaan perantara untuk meningkatkan aksebilitas
jasa bagi para pelanggan (misalnya, apakah akan menggunakan jasa agen
perjalanan ataukah harus memasarkan sendiri paket liburan secara langsung
kepada konsumen), dan keputusan non-lokasi yang ditetapkan demi
ketersediaan jasa (contohnya, penggunaan telphone delivery systems)
(Tjiptono, 2014:43).
Tempat sebaiknya dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan,
sehingga konsumen berminat datang. Kemudahan di sini berarti tempat
tersebut mudah dijangkau oleh konsumen. Dalam terminologi pemasaran jasa,
tempat disebut servicescape, yang diterjemahkan lingkungan jasa. Terdapat
tiga pendekatan dalam distribusi jasa kepada konsumen:
a. Konsumen mendatangi penyedia jasa.
b. Penyedia jasa mendatangi konsumen.
c. Konsumen dan penyedia jasa berhubungan dengan jarak jauh
(Setiyaningrum,et.al., 2015:300-301).
5. Orang (People)
People dalam jasa adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam
menjalankan segala aktifitas perusahaan dan merupakan faktor yang
memegang peranan penting bagi semua organisasi. Dalam perusahaan jasa
unsur people ini bukan hanya memainkan peranan penting dalam bidang
produksi atau operasional saja, tetapi juga dalam melakukan hubungan kontak
langsung dengan konsumen (Adam, 2015:38).
Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran
pemasaran. Bila produksi dapat dipisahkan dengan konsumsi, sebagaimana
dijumpai dalam kebanyakan kasus pemasaran barang manufaktur, pihak
manajemen biasanya dapat mengurangi pengaruh langsung sumber daya
manusia terhadap output akhir yang diterima pelanggan. Oleh sebab itu,
bagaimana sebuah mobil dibuat umumnya bukanlah faktor penting bagi
pembeli mobil tersebut. Konsumen tidak terlalu memusingkan apakah
karyawan produksi berpakaian acak-acakan, berbahasa kasar ditempat kerja
atau datang terlambat ketempat kerjanya. Yang penting bagi pembeli adalah
kualitas mobil yang dibelinya. Di lain pihak, dalam industri jasa, setiap orang
merupakan „part-time marketer‟ yang tindakan dan perilakunya memiliki
dampak langsung pada output yang diterima pelanggan. Oleh sebab itu, setiap
organisasi jasa (terutama yang tingkat kontaknya dengan pelanggan tinggi)
harus secara jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam
interaksinya dengan pelanggan. Untuk mencapai standar yang ditetapkan,
metode-metode rekrutmen, pelatihan, pemotivasian, dan penilaian kinerja
karyawan tidak dapat dipandang semata-mata sebagai keputusan personalia:
semua itu juga merupakan keputusan bauran pemasaran yang penting
(Lovelock, 2010: 25).
6. Lingkungan fisik (Physical Evidence)
Bukti secara fisik merupakan aspek penting dari jasa, sebab sebagian
produk jasa konsumen perlu hadir secara fisik dalam lingkungan jasa. Kualitas
lingkungan jasa yang baik secara langsung memengaruhi kepuasan konsumen
terhadap jasa yang diterima. Lingkungan jasa yang nyaman dan sesuai untuk
target pasar yang dituju juga akan membuat konsumen bersedia menghabiskan
lebih banyak waktu atau lebih sering mengunjungi outlet jasa.
Contohnya, warung makanan merek kopitiam yang banyak
menghadirkan bukti fisik warung kopi tempo dahulu, di mall-mall berhasil
menarik kunjungan berbagai segmen konsumen (Setiyaningrum,et.al.,
2015:304).
Karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial
tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Ini menyababkan
risiko yang dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian semakin
besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah
upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik
dari karekteristik jasa. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya
brosur paket liburan yang antraktif dan memuat foto lokasi liburan dan tempat
menginap: penampilan staf yang rapi dan sopan: seragam pilot dan pramugari
yang mencerminkan kompetensi mereka: dekorasi internaldan eksternal
bangunan yang atraktif (Tjiptono, 2014: 43).
7. Proses (Process)
Menejer yang cerdas tahu bahwa di dalam sektor jasa, bagaimana cara
perusahaan melakukan sesuatu proses-proses sama pentingnya dengan apa
yang perusahaan tersebut lakukan. Jadi, menciptakan dan menghantarkan
elemen produk membutuhkan rancangan dan implementasi proses yang efektif.
Rancangan proses yang buruk akan mengakibatkan penghantaran jasa yang
lambat, birokratis, dan tidak efektif. Buang-buang waktu dan pengalaman yang
mengecewakan. Hal itu juga mengakibatkan kesulitan bagi pegawai lini depan
untuk melakukan tugasnya dengan baik, yang akan menghasilkan
produktifitasnya yang rendah dan meningkatnya kemungkinan kegagalan
layanan (Lovelock, 2010:29).
Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen
high-contact services, yang kerapkali juga berperan sebagai co-producer jasa
bersangkutan. Dalam bisnis jasa, manajemen pemasaran dan manajemen
operasi terkait erat dan sulit dibedakan tegas (Tjiptono, 2014:43).
8. Pelayanan konsumen (Customer service)
Makna layanan pelanggan berbeda antar organisasi. Dalam sektor jasa,
layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kualitas total jasa yang
dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu, tanggung jawab atas unsur
bauran pemasaran ini tidak bisa diisolasi hanya pada departemen layanan
pelanggan, tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personil
produksi, baik yang dipekerjakan oleh organisasi jasa maupun oleh pemasok.
Manajemen kualitas jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berkaitan erat
dengan kebijakan desain produk dan personalia (Tjiptono, 2014: 43).
C. Konsep Pemasaran Syariah
1. Pengertian Pemasaran Syariah
Pemasaran syariah merupakan suatu proses bisnis yang keseluruhan
prosesnya menerapkan nilai-nilai Islam. Suatu cara bagaimana memasarkan
suatu proses bisnis yang mengedepankan nilai-nilai yang mengagungkan
keadilan dan kejujuran.
Sebelumnya, definisi marketing sebagai sebuah disiplin bisnis strategis
yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari
sutu inisiator kepada stakeholdersnya. Jadi, syariah marketing adalah sebuah
disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya, yang dalam
keseluruhan prosesnya sesuai akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis)
dalam Islam (Kartajaya, et. Al, 2006: 26-27).
Dalam Syariah Marketing, perusahaan tidak hanya berorientasi
keuntungan semata, namun turut pula berorientasi pada tujuan lainnya yaitu
keberkahan. Perpaduan konsep keuntungan dan keberkahan ini melahirkan
konsep maslahah, yaitu suatu perusahaan syariah akan berorientasi pada
pencapaian maslahah yang optimal. Konsep keberkahan bagi sebagian pihak
merupakan konsep yang abstrak karena secara keilmuan tidak dapat dibuktikan
secara ilmiah, namun inilah salah satu konsep inti pada syariah marketing yang
menjadi landasan pada suatu perusahaan berorientasi syariah.
Menurut Hermawan Kartajaya, nilai inti dari pemasaran syariah adalah
integritas dan transparansi, sehingga marketer tidak boleh bohong dan orang
membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan
karena diskonnya atau iming-iming hadiah belaka. Pemasaran syariah sendiri
menurut definisi adalah penerapan suatu disiplin bisnis strategis yang sesuai
dengan nilai dan prinsip syariah. Jadi, pemasaran syariah di jalankan
berdasarkan konsep ke Islaman yang telah diajarkan Nabi Muhammad
SAW(Al Arif,2015:43-45).
2. Nilai-nilai Pemasaran Syariah
Ada beberapa nilai-nilai dalam pemasaran syariah yang mengambil
konsep dari keteladanan sifat Rasulullah saw., sebagai berikut (Al Arif, 2015:
50-54).
a. Siddiq
Siddiqartinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan,
keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Siddiq bukan sekedar
wacana pribadi (untuk individu), tapi juga wacan publik, yaitu perlunya
sebuah sistem dan struktur pengololaan sesuatu yang jujur. Dalam Al-
Qur‟an surat At-Taubah ayat:119.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
b. Fathanah
Fathanah berarti mengeri, memahami dan menghayati secara
mendalam segala hal yang terjadi dalam tugas dan kewajiban. Fathanah
berkaitan dengan kecerdasan, baik kecerdasan rasio, rasa, maupun
kecerdasan ilahiyah. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah: 269
Artinya: “ Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Barang siapa diberi hikmah. Sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang
banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-
orang yang mempunyai akal sehat “(Departemen Agama RI, 2008: 45).
c. Amanah
Amanahmemiliki makna tanggung jawab dalam melaksanakan setiap
tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran.
Pelayanan prima dan ihsan (berupaya menghasilkan yang terbaik) dalam
segala hal. Dalam Al-Qur‟an surat Al-A‟raf: 68
Artinya: “aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku
hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu" ((Departemen Agama
RI, 2008: 84).
d. Tabligh
Tablighartinya mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak
lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam setiap
gerak aktivitas ekonomi yang dilakukan sehari-hari. Tabligh yang
disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif dan persuasifakan
menumbuhkan hubungan kemanusian yang semakin solid dan kuat. Dalam
Al-Qur‟an surat Al-Jinn: 28
Artinya: “supaya Dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya Rasul-rasul itu
telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-
Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala
sesuatu satu persatu “(Departemen Agama RI, 2008: 573).
e. Istiqamah
Istiqamah artinya konsisten. Hal ini memberikan makna seorang
pemasar syariah dalam praktik pemasarannya selalu istiqamah dalam
penerapan aturan syariah. Seorang pemaasar syariah harus dapat dipegang
janjinya, tidak diperkenankan seorang pemasar syariah berubah-ubah dalam
memberkan janji. Sebab dalam suatu perusahan syariah konsisten dari
seorang pemasarnya menjadi cermin dari perusahaan tersebut secara
keseluruhan. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahqaf : 13
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami
ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersedih hati
“(Departemen Agama RI, 2008: 503).
Semua sifat terpuji yang dijelaskan di atas merupakan sifat yang terkait
langsung dengan seluruh aktivitas bisnis syariah. Sifat-sifat tersebut
merupakan landasan teoritis bagi kegiatan bisnis syariah yang bersumber
langsung dari Al-Qur‟an.
3. Landasan Hukum Pemasaran Syariah
Adapun landasan hukum bahwa pemasaran itu boleh dilakukan adalah
sebagai berikut ( Amrin, 2011:2).
a. Al-Qur‟an Surat An-Nisa:35
Artinya:“ dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru
damai dari keluarga perempuan. jika kedua orang juru damai itu
bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal “ (Departemen Agama RI, 2008: 84)
b. As-Sunnah
Artinya: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw. Untuk menagih utang
kepada beliau dengan cara kasar, sehingga para sahabat berniat untuk
menanganinya. Lalu sabdanya, berikanlah kepada orang ini unta umur
setahun seperti untanya (yang dihitung itu). Mereka menjawab: kami tidak
mendapatkannya kecuali yang lebih tua. Rasulullah kemudian bersabda,
berikanlah kepadanya. Sesungguhnya orang yang paling baik didalam
membayar” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
c. Ijma atau mufakat
Hukum pemasaran dalam landasan „ijma adalah sunnah, dikarenakan
terdapat nilai-nilai yang mengandung unsur tolong-menolong (ta-awun)
yang didasarkan atas kebaikan dan taqwa.
d. Fiqih atau Hukum
Landasan fiqih adalah segala sesuatu muamalah boleh dilakukan
selama tidak ada suatu dalil yang mengharamkannya, sebagai mana dalam
kaidah ushul menyebutkan, “al-ashlu fi al mu‟amalati al ibahah illa an
yadulla daliilun „ala tahrimiha “.
4. Karakteristik Pemasaran Syariah
Karakteristik pemasaran Syariah, yang dapat menjadi panduan bagi para
marketer ada 4 sebagai berikut: (Al Arif,2010:22).
a. Teistis/ Ketuhanan (Rabbaniyyah).
Seoarang pemasar syariah meskipun ia tidak mampu melihat Allah, ia
akan senantiasa merasa Allah mengawasinya. Sehingga ia akan
mampumenghindari segala macam yang membuat orang lain merasa tertipu
atau produk-produk yang dijualnya.
b. Etis (Akhlaqiyah)
Keistimewaan yang lain dari syariah marketer adalah mengedepankan
masalah akhlak dalam seluruh aspek kegiatannya. Pemasaran syariah adalah
konsep pemasaran yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika
tanpa peduli agama manapun, karena hal ini bersifat universal.
c. Realistis (Al-Waqiah)
Syariah marketer bukan berarti para pemasar itu harus berpenampilan
seperti bangsa Arab dan mengharamkan dasi. Namun syariah marketer
haruslah berpenampilan rapi, bersih, dan bersahaja apapun model pakaian
yang dipakainya. Sifat realistis dikerenakan pemasar syariah sangat fleksibel
dan luwes.
d. Humanistis (Insaniyyah)
Syariah Islam adalah syariah humanistis, diciptakan untuk manusia
sesuai dengan kapasitasnya tanpa memperdulikan ras, warna kulit,
kebangsaan, dan status. Artinya mengangkat derajat manusia serta sifat
kemanusiaannya terjaga dan terpelihara.
Terkait dengan manajemen pemasaran Islami, Islam juga mengartikan
pemasaran sebagai al-wakalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandat. Untuk mencapai optimalisasi kinerja pemasaran produk,
organisasi perlu membentuk struktur khusus yang menjalankan tugas
pemasaran. Orang atau sekelompok orang yang memiliki kewenangan atas
organisasi akan melimpahkan wewenangnya kepada orang lain atau
sekelompok orang untuk menjalankan tugas dalam hal strategi dan teknis
pemasaran pada organisasi tersebut
5. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvesional
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa ada empat karakteristik
yang terdapat dalam pemasaran syariah yaitu ketuhanan (rabbaniyah), etis
(akhlaqiyyah), realitis (Al-waqiyyah), dan humanistis (insaniyyah). Ada
beberapa hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan pemasaran
konvesional yaitu:
a. Konsep dan filosofi Dasar
Perbedaan mendasar antara pemasaran syariah dan pemasaran
konvesional adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Pemasaran
konvesional merupakan pemasaran yang bebas nilai dan tidak mendasarkan
keTuhanan dalam setiap aktifitas pemasarannya. Sehingga dalam pemasaran
konvesional dapat seorang pemasar memberikan janji-janji kosong hanya
sebagai pemikat konsumen untuk membeli produk. Pemasar hanya
mementingkan pencapaian target penjualan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Sedangkan dalam pemasaran syariah seorang pemasar harus
merasakan bahwasanya dalam setiap aktivitas pemasarannya ia selalu
diawasi oleh Allah Swt. Sehingga ia pun akan sangat berhati-hati dalam
memasarkan produk yang dijualnya. Seorang pemasar syariah tidak akan
memberikan janji yang kosong belaka yang bertujuan untuk mencari
nasabah. Seorang pemasar syariah tidak akan mau memberikan sesuatu
yang menyesatkan bagi nasabahnya sebab ia selalu merasa bahwa Allah
Swt, selalu mengawasinya dan akan meminta pertanggungjawaban di hari
kiamat (Al Arif, 2015: 54-55).
b.Etika Pemasaran
Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam
melakukan pemasaran kepada calon konsumennya. Ia akan sangat
menghindari memberikan janji bohong, ataupun terlalu melebih-lebihkan
produk yang ditawarkan. Seorang pemasar syariah akan secara jujur
menceritakan kelebihan serta kekurangan produk yang ditawarkannya. Hal
ini merupakan praktik perniagaan oleh Rasulullah Saw, beliau dalam
melakukan praktik perniagaan selalu berkata jujur mengenai kualitas
produk, harga dan apa saja yang akan didapat oleh konsumen.
Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvesional yang cenderung
bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam
cara demi untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan cara-cara yang
tidak dibenarkan oleh syariat. Dalam pemasaran konvesional, seorang
pemasar dapat saja melakukan kebohongan dengan terlalu melebih-lebihkan
produk yang ditawarkan, hal ini dapat menimbulkan kekecewaan dari
konsumen setelah ia mengkonsumsinya karena kualitas produk yang jauh
dari yang diharapkan (Al Arif, 2015: 56).
c. Pendekatan terhadap Konsumen
Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra sejajar,
di mana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai
pembeli produk-produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak
menganggap konsumen sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya,
namun perusahaan akan menjadikan konsumen sebagai mitra dalam
pengembangan perusahaan. Suatu konsep pemasaran syariah dengan
menjadikan konsumen sebagai mitra maka ia tidak akan melakukan praktik-
praktik yang dapat merugikan konssumen. Seorang pemasar syariah akan
selalu berupaya menciptakan nilai produk yang positif bagi konsumennya
termasuk dengan meminta umpan balik dari konsumen. Nilai kekeluargaan
sangat terasa pada pemasaran syariah karena konsep mitra sejajar ini
menyebabkan seorang pemasar syariah sudah menganggap konsumen
sebagai saudaranya sendiri yang akan dibantu dan tidak akan dirugikan.
Dalam pemasaran konvesional, konsumen diletakkan sebagai objek
untuk mencapai target penjualan semata. Konsumen dapat dirugikan karena
antara janji dan realitas seringkali berbeda. Perusahaan setelah mendapatkan
target penjualan, akan tidak mempedulikan lagi konsumen yang telah
membeli produknyaa tanpa memikirkan kekecewaan atas janji produk. Nilai
kekeluargaan sangat tidak terasa karena perusahaan hanya menganggap
konsumen sebagai objek dalam mencapai target penjualan yang telah
ditetapkan. Dalam pemasaran konvesional konsumen hanya dianggap
sebagai “sapi perah” untuk mencapai target penjualan seorang pemasar demi
meraih komisi penjualan yang setinggi-tingginya (Al Arif, 2015: 57).
d. Cara Pandang terhadap Pesaing
Dalam industri perbankan syariah tidak menganggap pesaing sebagai
pihak yang harus dikalahkan atau bahkan dimatikan. Konsep persaigan
dalam pemasaran syariah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya
untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing
merupakan mitra kita dalam turut menyukseskan aplikasi ekonomi syariah
di lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus dimatikan. Hal ini berbeda
dengan konsep pada perusahaan konvesional yang menganggap pesaing
sebagai pihak lawan yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan agar
eksistensi perusahaan dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan
setelah pesaing dikalahkan, akhirnya daya inovasi perusahaan menurun
karena tidak ada motivasi dari pesaing.
D. Pengertian dan Karakteristik dan Klasifikasi Jasa
1. Pengertian Jasa
Menurut Philip kotler jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak
terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa
berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya. Sementara perusahaan yang
memberikan operasi jasa adalah perusahaan yang memberikan konsumen
produk jasa baik yang berwujud atau tidak berwujud seperti jasa transportasi,
jasa hiburan, jasa pendidikan dan restoran (Sunyanto, 2012: 187).
Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata „jasa‟
(service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi
(personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak
pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Jadi pada
dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan
berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya
kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) konsumen.
2. Karakteristik dan Klasifikasi Jasa
Produk jasa memiliki karekteristik yang berbeda dengan produk barang
(fisik). Griffin (1996) menyebutkan karakteristik jasa sebagai berikut:
a. Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini
adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk menikmati,
kepuasan, atau kenyamanan.
b. Unstrobiility (tidak dapat disimpan). Jasa tidak mengenal persediaan atau
penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karekteristik ini disebut
juga Inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa
dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
c. Customization (kustomisasi). Jasa sering kali didesaiin khusus untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang benar-benar mirip antara
yang satu deng?an yang lain. Oleh karena itu, untuk memahami sektor ini, ada
beberapa cara pengklasifikasian produk jasa ini. Pertama, didasarkan atas
tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat
jasa tersebut dihasilkan. Kedua, jasa juga bisa diklasifikasikan berdasarkan
kesamaannya dengan operasi manufaktur (Lupiyoadi, et. al, 2007: 5-7).
Jasa dan barang mungkin bisa dikatakan sama karena keduanya sama-
sama dibutuhkan oleh konsumen, namun keduanya memiliki banyak perbedaan
jika dilihat dari segi melakukan kegiatan transaksi, kebutuhan, dan fungsinya.
Dalam jasa terdapat dua aspek penting yaitu aspek sosial dan aspek fisik., di
mana keduanya sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Sehingga kedua
hal tersebut sangat penting dalam melakukan kegiatan pemasaran jasa.
Aspek sosial bisa berhubungan dengan rasa menghargai serta hal-hal
lainnya yang menyangkut kegiatan pertukaran ataupun transaksi yang terjadi
di mana para konsumen bisa melakukan evaluasi terhadap jasa yang
ditawarkan dan termasuk kebutuhan yang akan dterima. Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa sebenanya aspek sosial itu merupakan aspek yang
berhubungan secara langsung antara penjual dengan pembeli yang dilihat dari
dua jenis yaitu jasa kontak tinggi dan jasa kontak rendah di mana keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Jasa kontak tinggi adalah jasa yang
secara langsung berhubungan dengan konsumen, artinya bahwa konsumen ikut
serta di dalam proses jasa. Jasa kontak rendah adalah jasa yang secara tidak
langsung berhubungan dengan konsumen namun tida menutup kemungkinan
membuat konsumen ikut serta dalam kegiatannya.
Seperti aspek sosial, maka tidak kalah pentingnya adalah aspek fisik,yang
juga turut membuat jasa menjadi menarik konsumen dalam melakukan
kegiatan transaksinya. Aspek-aspek fisik antara lain penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan respons. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang penting
untuk melancarkan strategi pemasaran yang akan digunakan (Lupiyoadi, et. al,
2007: 13-14).
3. Kualitas Jasa
Kualitas dapat diartikan sebagai biaya yang dapat dihindari dan yang
tidak dapat dihindari. Yang termasuk dalam biaya yang dapat dihindari
misalnya adalah biaya akibat kegagalan produk, biaya yang dikeluarkan untuk
jam kerja buruh akibat adanya pekerjaan ulang yang harus dilaksanakan, biaya
perbaikan produk, biaya yang dikeluarkan untuk suatu proses karena adanya
keluhan pelanggan. Sementara itu, yang termasuk dalam biaya yang tidak dapat
dihindari misalnya biaya inspeksi operasional produk, proses pengambilan
contoh (sampling), proses penyortiran, dan kegiatan pengawasan kualitas
lainnya (Svikola) ( Lupiyoadi, 2008:176).
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, peningkatan adalah proses, cara,
perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb) (Departemen pendidikan
Nasional RI, 2008:1470).
Meningkatkan mutu jasa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan
atau menekan saklar lampu. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Upaya
tersebut juga berdampak luas, yaitu terhadap budaya organisasi secara
keseluruhan. Diantara faktor yang perlu mendapat perhatian adalah:
a. Mengidentifikasikan Determinasi Upaya Kualitas Jasa
Setiap perusahaan jasa perlu berupaya memberikan kualitas yang terbaik
kepada pelanggannya. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan
adalah mengadakan riset untuk mengidentifikasikan determinasi jasa yang
paling penting bagi pasar sasaran.
b. Mengelola Harapan Pelanggan
Tidak jarang suatu perusahaan berusaha melebih-lebihkan pesan
komunikasinya kepada pelanggan dengan maksud agar mereka terpikat. Hal
tersebut dapat menjadi bumerang bagi perusahaan, karena semakin banyak
janji yang diberikan, maka besar pula harapan pelanggan (bahkan
bisamenjurus tidak realistik) yang pada gilirannya akan menambah peluang
tidak terpenuhinya harapan pelanggan oleh perusahaan.
c. Mengelola Bukti Kualitas Jasa
Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi
pelanggan selama dan sesudah jasa yang diberikan. Oleh karena itu jasa
merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang,
maka pelanggan cenderung memperhatikan fakta-fakta tangibles yang
berkaitan dengan jasa sebagai bukti kualitas.
d. Mendidik Konsumen tentang Jasa
Membantu pelanggan dalam memahami suatu jasa kualitas jasa.
e. Mengembangkan Budaya Kualitas
Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan
lingkungan yang kondusif bagi perusahaan dan penyempurnaan kualitas
secara terus-menerus.
f. Menciptakan Autimating Quality
Adanya otomatisasi dapat mengatasi variabel atas kualitas yang
disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki. Meskipun
demikian, sebelum memutuskan akan melakukan secara seksama untuk
menentukan bagian yang membutuhkan sentuhan manusia dan bagian yang
memerlukan otomatisasi.
g. Harapan Pelanggan
Umumnya faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan meliputi
kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau, rekomendasi dari mulut ke
mulut, dan iklan.
Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada
persepsi pelanggan. Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa,
pelangganlah yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah perusahaan (Tjiptono,
2014: 282).
Konsep kualitas sendiri pada dasarnya bersifat relatif, yang tergantung
dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi.
Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu
sama lain: (1) persepsi konsumen, (2) produk (jasa), dan (3) proses. Untuk
yang berwujud barang, ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan
dengan jelas, tetapi tidak untuk jasa, bahkan produknya adalah proses itu
sendiri (Lupiyoadi, et.al, 2008:175).
4. Dimensi Kualitas Jasa
Dimensi kualitas jasa sebagai berikut: (Lupiyoadi, et.al, 2008:182).
a. Berwujud (Tangible)
Berwujud (Tangible) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan
keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa.
b. Keandalan (Reliability)
Keandalan (Reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketetapan
waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap
yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
c. Ketanggapan (Responsiviness)
Ketanggapan (Responsiviness) yaitu suatu kebijakan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada
pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan
konsumen menunggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
d. Jaminan dan kepastian (Assurance)
Jaminan dan Kepastian (Assurance) yaitu pengetahuan, kesopansantunan,
dan kemampuan para pengawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa
komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan
sopan santun.
e. Empati (Empathy)
Empati (Empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan
denganberupaya memahami keinginan konsumen. Di mana suatu
perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki
waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
E. Umrah
1. Pengertian Umrah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa umrah adalah
kunjungan (ziarah) ke tempat suci (sebagai bagian dari upacara naik haji,
dilakukan setiba di Mekkah) dengan cara berihram, tawaf, sa‟i, bercukur, tanpa
wukuf di Padang Arafah, yang pelaksanaannya dapat bersamaan dengan waktu
haji atau di luar waktu haji; haji kecil.
Adapun umrohdalam bahasa Arabartinya ziarah. Menurut pendapat lain,
umroh artinya pergi ke suatu tempat yang berpenghuni. Ibadah ini disebut
umroh karena ia boleh dilaksanakan sepanjang hidup. Adapun pengertian
umroh dalam istilah syariat adalah: pergi ke Ka‟bah untuk menunaikan ibadah,
yaitu thawaf dan sa‟i. Umroh tidak bisa diwakili oleh haji meskipun haji
mengandung amalan-amalan umrah ( Az-Zuhali, 2011:368).
2. Kedudukan Umrah dalam Islam
Menurut madzhab Maliki dan Hanafi, umroh adalah sunnah,
sebagaimana akan saya jelaskan nanti. Nabi saw. Melaksanakan umroh empat
kali, semuanya dalam bulan Dzulqa‟dah, kecuali umroh yang dilaksanakan
bersama hajinya. Umroh yang pertama beliau kerjakan dari Hudaibiyah pada
tahun 6 H, yang kedua pada tahun 7 H (dan ini dikenal dengan umroh qadha),
yang ketiga pada waktu menaklukkan Mekkah tahun 8 H, dan yang keempat
bersamaan dengan hajinya tahun 10 H (ihramnya beliau lakukan pada bulan
Dzulqa‟dah, sedang amalan-amalannya beliau kerjakan pada bulan Dzulhijjah)
(Az-zuhaili, 2011: 369).
3. HukumUmrah
Menurut madzhab Hanafi dan pendapat yang paling rajih dalam madzhab
Maliki, umroh itu sunnah muakad satu kali seumur hidup, karena hadist-hadist
yang masyhur dan shahih menyebutkan kewajiban-kewajiban dalam Islam
tidak menyebutkan umroh sebagai salah satu kewajiban tersebut, misalnya
hadist Ibnu Umar, “Islam itu didirikan di atas lima perkara” yang hanya
menyebutkan haji saja. Jabir meriwayatkan bahwa.Badui pernah menghadap
Rosulullah saw. lalu berkata, “Wahai Rosulullah, apakah umroh itu wajib?”
Beliau menjawab, “tidak, tapi sangat baik jika kau mengerjakan umroh”.
Dalam riwayat lain berbunyi, “sangat utama bagiku”.
Abu Hurairah meriwayatkan,
“Haji sama wajibnya seperti jihad, sedangkan umroh bersifat sukarela”.
Sedangkan menurut madzhab Syafi‟i (dalam pendapat yang paling kuat)
dan madzhab Hanafi, umroh itu wajib seperti haji. Hal ini didasarkan atas
firman Allah surah Al- Baqarah ayat 196:
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika
kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah)
korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum
korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit
atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya
berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu
telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah
sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang
mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak
mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi)
apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.
demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang
keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang
bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya (QS. Al-baqarah: 196)
Artinya, lakukanlah keduanya dengan sempurna; dan perintah
mengandung makna kewajiban. Hal ini juga didasarkan atas hadist Aisyah:
“Dia pernah bertanya kepada Rosulullah, “Apakah kaum wanita wajib
berjihad?”Beliau menjawab “ya, jihad yang tidak berisi pertempuran, yaitu
haji dan umroh.”(Az-Zuhaili, 2011:377).
Para ulama madzhab Hambali meriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa
penduduk mekkah tidak wajib melakukan umroh, dengan dalil bahwa Ibnu
Abbas dulu memandang bahwa umroh itu wajib tapi dia berkata, “wahai
penduduk Mekkah, kalian tidak wajib melaksanakan ibadah umroh. Umroh
kalian hanyalah berthawaf di Ka‟bah.” Pendapat ini juga diriwayatkan dari
Atha‟, sebab rukun umroh dan amalannya yang paling besar adalah thawaf di
Ka‟bah, dan hal ini dilakukan penduduk mekkah, maka itu sudah cukup bagi
mereka (Az-Zuhaili, 2011:378).
4. Syarat- syarat Wajib Umrah
Kewajiban haji dan umrah atas seseorang Muslim diharuskan memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Islam, sehingga selain orang Islam tidak dituntut menunaikan haji dan
umrah, bahkan ibadah-ibadah lain selain keduanya, karena iman merupakan
syarat sahnya dan diterimanya segala perbuatan.
b. Berakal, karena tidak ada perintah yang ditujukan kepada orang-orang gila .
c. Baliqh, karena tidak ada perintah yang ditujukan kepada anak kecil sampai
ia baliqh (dewasa).
d. Mampu, yaitu mempunyai bekal dan biaya perjalanan berdasarkan Firman
Allah Swt.
Artinya: “ padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim, Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (Departemen
Agama RI, 2010: 48).
Oleh karena itu, orang fakir tidak mempunyai harta untuk memenuhi
kebutuhan dirinya selama
menjalankan ibadah haji dan tidak pula mempunyai bekal untuk
keluarga yang ditinggalkannya, jika ia mempunyai keluarga, maka haji dan
umrah tidak wajib baginya. Begitu juga orang yang mempunyai harta untuk
memenuhi kebutuhan dirinya selama perjalanan haji dan untuk keluarganya,
tetapi ia tidak mendapatkan kendaraan dan ia tidak mampu berjalan kaki, atau
ia mendapatkan kendaraan tetapi perjalanannya tidak aman karena
dikhawatirkan terjadi sesuatu atas dirinya atau hartanya, maka ia pun tidak
wajib melaksanakan haji dan umrah, karena tidak adanya kemampuan tersebut
(Al-Jaza‟iri, 2016: 557-558).
5. Rukun-rukun Umrah
Umrah mempunyai tiga rukun yaitu:
a. Ihram, keawajiban-kewajiban ihram yang dimaksudkan di sini adalah
perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh orang yang melakukan
ihram. Kewajiban-kewajiban ihram ada tiga, yaitu: 1) Memulai ihram dari
Miqat,2) tidak menggunakan pakaian yang berjahit, 3) Talbiyah. Adapun
sunnah-sunnah Ihram yaitu mandi untuk melaksanaka ihram, ihram dengan
mengenakan kain atau sarung berwarna putih yang bersih, dilaksanakannya
ihram segara setelah mengerjakan shalat sunnah atau shalat wajib,
memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, dan mencukur
rambut di sekitar kemaluan sebelum masuk ihram. Dan mengulang-ulang
talbiyahdan selallu mengucapkan setiap menemui keadaan baru seperti naik
dan turun kendaraan. Berdoa dan bershalawat kepada Rasulullah setelah
talbiyah (Al-Jaza‟iri, 2016: 560-563).
b. Thawaf, thawaf adalah mengeliling Ka‟bah sebanyak tujuh putaran. Thawaf
mempunyai syarat-syarat, sunnah-sunnah dan tata kramanya yang
keabsahannya terletak pada perkara-perkara tersebut. Syarat-syarat thawaf
yaitu: Niat ketika akan melakukan thawaf, suci dari kotoran dan hadats,
menutup aurat, thawaf harus dilakukan di dalam Baitullah, Ka‟bah harus
berada di sebelah kiri orang yang melakukan thawaf, thawaf dilakukan
sebanyak tujuh kali putaran, ketujuh putaran thawaf harus dilakukan secara
berturut-turut. Adapun sunnah-sunnah thawaf yaitu:
1) Ar-Raml, yaitu lari-lari kecil,disunnahkan bagi laki-laki tidak bagi
perempuan.
2) Al-Idhthiba, yaitu membuka pundak sebelah kanan, Al-Idhthiba tidak
disunnahkan kecuali pada thawaf qudum saja, dan khusus bagi laki-laki,
bukan untuk perempuan, dan berlaku pada ketujuh putaran thawaf
tersebut.
3) Mencium Hajar Aswad ketika akan memulai thawaf jika hal itu
memungkinkan.
4) Mengucapkan “Dengan nama Allah, Allah mahabesar. Ya Allah, (aku
melakukan thawaf) karena beriman kepadaMu, dengan membenarkan
KitabMu, untuk memenuhi janji kepadaMu, dan mengikuti sunnah
NabiMu Muhammad Saw”.
5) Berdoa ketika melaksanakan thawaf dengan doa apa saja.
6) Mengusap Rukun Yamani dengan tangan dan mencium Hajar Aswad
setiap melewati rukun-rukun tersebut pada saat melaksanakan thawaf
7) Berdoa di Multazam ketika selesai melaksanakan thawaf
8) Shalat dua rakaat ketika selesai melaksanakan thawaf dibelakang maqam
Ibrahim
9) Minum dari sebagian air zamzam dan mengisi tempat airnya dengan air
zamzam setelah sholat dua rakaat
10) Kembali untuk mengusap Hajar Aswad sebelum keluar dari Masjidil
Haram ke tempat melaksanakan sa‟i (Al-Jaza‟iri, 2016: 566-568)
c. Sa‟i, adalah berjalan di antara Shafa dan Marwah bolak balik dengan niat
beribadah. Sa‟i adalah salah satu rukun umrah, syarat- syarat Sa‟i yaitu Niat,
tertib di antara Sa‟i dan thawaf atau berurutan, seluruh babak Sa‟i dilakukan
secara bersambungan sekaligus, menyempurnakan jumlah babak sebanyak
tujuh kali, melaksanakan Sa‟i setelah menyelesaikan thawaf dengan benar
(Al-Jaza‟iri, 2016: 567).
6. Berbagai Miqat Al-Ihram
Seluruh ahli fikih sepakat bahwa ihram itu wajib, baik dalam umrah
maupun haji. Namun, mereka berbeda pendapat tentang hukumnya, apakah ia
merupakan rukun dari berbagai rukun umrah dan haji, ataukah wajib tetapi
bukan rukun.
Menurut mazhab Imamiyah, ihram adalah rukun, tetapi menurut mazhab-
mazhab yang lain, itu wajib. Akan tetapi, Ibnu Jaza‟i dalam bukunya al-
Qawanin al-Fiqhiyah, memasukkan ihram ke dalam berbagai kewajiban yang
bukan merupakan rukun haji, dan dapat diganti (ditebus) dalam dam.
Miqat terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Miqat zamani (berdasarkan waktu)
Menurut mazhab Imamiyah, miqat zamani dimulai bulan Syawal
hinggasebelum tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah, yakni pada saat
tergelincirnya matahari dia sudah berada di Arafah. Bagi mereka yang
melakukan ihram sebelum itu, tidah sah.
Mayoritas ahli fikih mensunnahkan bagi penduduk Mekah untuk
melakukan ihram ketika hilal Dzulhijjah mulai tampak. Namun, menurut
Syafi‟i dan para ahli fikih Imamiyah, mustahab melakukan ihram pada hari
tanwiyah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah, berdasarkan apa yang dikutip Ibnu
Jaza‟i dalam al- Qawanin al- Fiqhiyah.
Dalil atas pendapat tersebut adalah firman Allah Swt:
Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi (yakni bulan Syawal.
Dzulqaidah, dan Dzulhijjah). (al- Baqarah: 197)
Dan berbagai amalan haji berakhir setelah hari-hari Tasriq (tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah.
b. Miqat makani (berdasarkan tempat)
Miqat makani adalah sebuah tempat di mana orang yang melaksanakan
ibadah haji tidak boleh melewatinya, kecuali dengan mengenakan pakaian
ihram dari tempat itu, atau yang sejajar dengannya. Tempat tersebut telah
diberi batas oleh Rasulullah Saw dengan batasan sempurna, yang
mengelilingi seluruh penjuru kota Mekah, baik dari arah barat, timur, utara,
maupun selatan. Rasulullah Saw menentukan miqat makanisebagai berikut:
1). Masjid al-Syajarah. Ini merupakan miqat penduduk Madinah dan orang-
orang yang datang ke Mekah melalui jalan ini. Miqat tersebut merupakan
miqat yang terjauh dari kota Mekah; jarak antara miqat tersebut dengan
Mekah kurang lebih sekitar 464 kilometer. Dan miqat ini disebut lebih
dikenal dengan nama Abar Ali (Bi‟r Ali).
2). Wadi al-Aqiq. Jarak antara miqat tersebut dengan Mekah kurang lebih
sekitar 100 kilometer. Ini merupakan miqat penduduk Irak dan orang-
orang yang datang ke Mekah melalui jalan ini. Miqat wadi al-aqiq
memiliki tiga tempat: yang pertama al-Maslakh, lalu pertengahannya
Ghamrah, dan yang terakhir Irq (sebuah desa yang jaraknya dari kota
Mekah sekitar 94 kilometer). Menurut mazhab Imamiyah, yang lebih
utama bagi orang yang datang dari arah Irak adalah berihram dari tempat
yang pertama, yaitu al-Maslakh. Sedangkan menurut mazhab yang lain,
miqat mereka adalah tempat yang terakhir, yaitu Irq.
3). Al-Fuhfah. Ini merupakan miqat penduduk Syam (Syiria, Libanon,
Palestina, Yordan), Mesir, dan Maroko, serta yang datang ke Mekah
dengan melintasi jalan mereka dan tidak melalui miqat yang lain. Jarak
antara tempat tersebut dengan Mekah sekitar 220 kilometer.
4). Qarn al-Manazil. Tempat ini merupakan miqat keempat. Jarak antara
tempat tersebut dengan Mekah kurang lebih sekitar 94 kilometer. Tempat
ini merupakan miqat penduduk Tha‟if dan orang yang datang ke Mekah
melalui jalan tersebut. Demikian menurut mazhab Imamiyah.
5). Yalamlam . tempat ini merupakan miqat kelima. Yalamlam adalah nama
sebuah bukit di berbagai bukit yang ada di Tihamah. Jarak antara tempat
tersebut dengan Mekah kurang lebih sekitar 92 kilometer. Yalamlah
merupakan miqat bagi penduduk Yaman dan orang-orang yang datang ke
Mekah melalui jalur tersebut (Jannati, 2007: 233-237).
7. Macam-macam Umrah
Umrah terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Umrah tamattu
b. Umrah mufradah
Perbedaan antara Umrah tamattu dan umrah mufradah adalah
umrahmufradah dilakukan secara terpisah dari haji dan waktunya. Menurut
seluruh ahli fikih mazhab Imamiyah, Hanafi, Syafi‟i, al- Auza‟i, dan berbagai
mazhab lain adalah sepanjang tahun. Tetapi waktu yang paling utama menurut
mazhab Imamiyah adalah bulan Rajab. Sedangkan menurut mazhab Ahlusunah
adalah bulan Ramadhan (Jannati, 2007: 221).
Adapun Umrah tamattu adalah umrah yang dilanjutkan dengan ibadah
haji. Orang yang melaksanakan haji harus melaksanakan umrah terlebih
dahulu, kemudian melakukan amalan-amalan haji dalam tahun yang sama.
Adapun waktunya adalah sejak bulan Syawal hingga tanggal 9 Dzulhijjah.
Dalam umrah mufradah diwajibkan melakukan thawaf nisa‟, tetapi dalam
umrah tamattu tidak. Ini merupakan pendapat Imamiyah, sedangkan berbagai
mazhab lain tidak diwajibkan thawaf nisa‟ pada keduanya, baik pada
umrahmufradah atau umrah tamattu (Jannati, 2007: 222).
Dalam buku Al-Fiqhu „ala Al-Madzahib Al-Arba‟ah dijelaskan: Sesuatu (
pekerjaan) yang diwajibkan dalam Haji juga diwajibkan dalam Umrah. Begitu
juga pekerjaan yang disunnahkan dalam haji disunnahkan pula dalam umrah.
Tetapi ada beberapa masalah yang berbeda, di antaranya: Umrah tidak
mempunyai waktu tertentu dan tidak pernah ada terlambat, juga tidak
diharuskan wuquf di Arafah, tidak turun (singgah, mampir) di Muzdalifah, dan
tidak pula melempar beberapa Jumrah.
Dan dalam buku Al-Jawahir karya Imamiyah: pekerjaan-pekerjaan yang
wajib dilakukan dalam haji sebanyak dua belas, yaitu: Ihram, wuquf di Arafah,
wuquf di Masy‟ar, singgah di Mina, melempar, berkurban, bercukur,
memendekkan rambut, tawaf, sembahyang dua rakaat untuk tawaf, Sa‟i, tawaf
perempuan, shalat dua rakaat untuk tawaf. Sedangkan perbuatan-perbuatan
yang wajib dalam umrah Mufradah ada delapan, yaitu: Niat, ihram, tawaf,
shalat dua rakaat untuk tawaf, sa‟i, memendekkan rambut, tawaf perempuan
dan shalat dua rakaat untuk tawaf tersebut (Mughniyah, 2013: 219).
F. Tinjauan Penelitian Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya ada 2 yaitu, pertama:
penelitian Reni Devita Sari (2017) meneliti tentang pengaruh bauran pemasaran
terhadap minat jamaah berumroh di PT. Arminareka Perdana Perwakilan
Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bauran
pemasaran terhadap minat jamaah berumroh di PT. Arminareka Perdana
Perwakilan Pekanbaru. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara bauran pemasaran terhadap minat jamaah
berumroh di PT. Arminareka Perdana Perwakilan Pekanbaru. Adapun persamaan
dari penelitian terdahulu dengan penulis lakukan adalah sub pembahasan
membahas bauran pemasaran. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel
yang dipengaruhi veriabel yang mempengaruhi. Penulis membahas tentang
pengaruh bauran pemasaran terhadap peningkatan jumlah jamaah umrah di PT.
Muhibbah Mulia Wisata Pekanbaru, sedangkan penelitian terdahulu membahas
tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap minat jamaah berumroh di PT.
Arminareka Perdana Perwakilan Pekanbaru.
Kedua: Okti Listiani (2016) meneliti tentang pengaruh bauran promosi
terhadap peningkatan jumlah jamaah umroh di PT. Dewangga Tour dan Travel
cabang Kabupaten Cilacap. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
bauran promosi terhadap peningkatan jumlah jamaah umroh di PT. Dewangga
Tour dan Travel cabang Kabupaten Cilacap. Dari hasil penelitian tersebut,
diketahui bahwa terdapat yang signifikan antara bauran promosi terhadap
peningkatan jumlah jamaah umroh di PT. Dewangga Tour dan Travel cabang
Kabupaten Cilacap. Adapun persamaan dari penelitian ini tedahulu dengan
penulis lakukan adalah peningkatan jumlah jamaah umroh dengan variabel yang
berbeda. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel yang dipengaruhi
variabel yang mempengaruhi. Penulis membahas tentang pengaruh bauran
pemasaran terhadap peningkatan jumlah jamaah umroh di PT. Muhibbah Mulia
Wisata Pekanbaru, sedangkan penelitian terdahulu membahas tentang pengaruh
bauran promosi terhadap peningkatan jumlah jamaah umroh di PT. Dewangga
Tour dan Travel cabang Kabupaten Cilacap.
G. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel independent atau Variabel bebas (X)
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Bauran pemasaran.
2. Variabel dependent atau Variabel terikat (Y)
Adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel
terikat yang dalam penelitian ini yaitu peningkatan jumlah jamaah umrah.
H.Konsep Operasional
Tabel 2: Definisi Variabel Operasional
Variabel Independen
Dimensi Indikator Pernyataan
Bauran Pemasaran (X)
(Agus Hermawan, 2012:
33).
Bauran
Pemasaran
1. Produk (Product)
2. Harga (Pricing)
3. Promosi
(Promotion)
4. Distribusi/Tempat
(Place)
5. Orang (People)
6. Lingkungan Fisik
(Physical
Devidence)
7. Proses (Process)
8. Layanan Konsumen
(Customer Service)
1-2
3-4
5-6
7-8
9-10
11-12
13-14
15-16
17-18
Variabel Dependen
Dimensi Indikator Pernyataan
Sumber: Data Olahan, 2017
I. Kerangka Konseptual
Dari variabel penelitian yang telah ditetapkan di atas dapat digambarkan
dalam kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Konseptual
Sumber: Data Olahan, 2017.
Dari gambar kerangka konseptual di atas adalah bahwa bauran pemasaran
mempengaruhi peningkatan jumlah jamaah umrah.
J. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan teori-teori yang ada maka dalam
penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, yaitu diduga terdapat pengaruh antara
bauran pemasaran terhadap peningkatan jumlah jamaah umrah PT. Muhibbah
Mulia Wisata Pekanbaru.
Peningkatan Jumlah
Jamaah (Y)
Kualitas jasa 1. Berwujud (tangible)
2. Keandalan
(reliability)
3. Ketanggapan
(responsiviness)
4. Jaminan dan
kepastian
(assurance)
5. Empati (empathy)
17-18
19-20
21-22
23-24
25-26
Variabel bebas “X”
Bauran pemasaran
Variabel terikat “Y”
Peningkatan jumlah jamaah
umroh