BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen sarana dan prasarana 1 ...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen sarana dan prasarana 1 ...
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen sarana dan prasarana
1. Pengertian Manajemen sarana dan prasarana
Manajemen adalah sebuah proses dalam perencanaan untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Hasibuan, “manajemen”
adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
menurut GR Terry, “manajemen” adalah suatu proses yang
mempunyai ciri khas yang meliputi segala tindakan-tindakan
perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan
pengendalian yang bertujuan untuk menentukan dan mencapai
sasaran-sasaran yang sudah ditentukan melalui pemanfaatan
berbagai sumber, diantaranya sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya. 1
Secara teoritis, para ahli memberikan pandangan berbeda
tentang batasan manajemen sehingga tidak mudah memberi arti
universal yang dapat diterima semua orang. Robbins Stephen
menegaskan bahwa manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain2 Hal ini berarti bahwa seseorang manager
1 Muhamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 1 2 Robbins Stephen Dan Mary Coultar, Manajemen Jilid 1 Diterjemahkan
Oleh Bob Sabran Wibi Hardani, (Jakarta : Erlangga, 2007), hlm.3
18
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi.
Dalam konteks dunia pendidikan, yang dimaksudkan dengan
manajemen pendidikan atau sekolah yaitu suatu proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dalam upaya
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan itu sendiri. “Sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta
media pengajaran.”
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai
aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar
terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas,
bukan sebagai individu, agar konsisten dan supervise istilah
administrasi sebagai pelaksanaannya. Kepada sekolah
misalnya bisa dengan supervisor sebagai pelaksanaannya.
Kepada sekolah misalnya bisa berpetan sebagai administrator
dalam mengemban misi atasan, sebagai supervisor dalam
membina guru-guru pada proses belajar mengajar.3
Dari semua devinisi tersebut dapat disimpulkam bahwa
manajemen adalah proses kerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan melalui proses perencanaan, perorganisasian
pengerakan, dan pengontrolan. Sehingga tujuan yang diinginkan
3Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (jakarta:Rineka Cipta,
2019), hlm.8
19
dapat tercapai. Dengan kata lain, manajemen merupakan proses
mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang efektif dan efesien.
Redja Mudyahardjo mengemukakan manajemen pendidikan
mencangkup subkomponen berikut.
a. Perencanaan
b. Sistem pendidikan menurut tahap-tahap perkembangan
(jenjang pendidikan) dan aspek-aspek pengembangan
(jenis pendidikan):
1). Organisasi
2). Administrasi
3). Keuangan
4). Pemasukan tenaga pendidikan
c. sistem evaluasi dan penelitian4
Berdasarkan pendapat dari para ahli manajemen sebagaimana
diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen itu
merupakan suatu proses yang sistematik dan kooperatif dalam
usaha memanfaatkan sumberdaya yang ada guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Manajemen
4 Maman Sutarman dan Asih, Manajemen Pendidikan Usia Dini,
(Bandung : Pustaka Setia, 2016), hlm 75
20
didefinisikan sebagai proses, karena semua manajer harus
menjalankan kegiatan kegiatan tertentu, yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Dalam Islam, terdapat pengertian yang sama dengan hakikat
manajemen, yakni al tadbir yang artinya pengaturan. Kata ini
merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang terdapat
dalam al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat As-
Sajdah ayat 5 yang berbunyi sebagai berikut :
Yang artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi,
kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang
kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu . (Q.S. as-
Sajdah/32: 5).5
Dapat disimpulkan dari isi kandungan di atas dapatlah
diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (manager).
Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah SWT
dalam mengelola alam ini .Namun, karena manusia yang diciptakan
Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka Dia
5 Al-Quran Surat As-Sajdah Jus 21 ayat 5, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 2000), hlm. 331
21
harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaikbaiknya
sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sarana diartikan sebagai seluruh perangkat alat, bahan, dan
perabotan yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan dan sifatnya dapat dipindah. Meja kursi anak, papan
tulis, alat peraga, lemari, buku-buku, media pendidikan (jika
diperlukan merupakan contoh sarana pendidikan) diantara sarana
tersebut, alat peraga dan sumber belajarlah yang perlu memperoleh
perhatian pendidikan di PAUD.6
Prasarana diartikan sebagai alat yang secara tidak langsung
digunakan dalam proses pendidikan demi mencapai tujuan
dalam pendidikan, prasarana merupakan fasilitas dasar untuk
menjalankan fungsi lembaga, seperti gedung, ruang-ruang,
gudang, tempat ibadah, kamar mandi, lapangan dan lain
sebagainya.. Prasarana berfungsi secara tidak langsung dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar yang terjadi di lembaga,
yaitu menyediaan lahan untuk dimanfaatkan oleh pendidik
dan peserta didik dalam menjalankan berbagai aktivitas
belajar pada lembaga sekolah.7
Sarana dan prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan. Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan
6 Tadkiroatun Musfiroh Dan Sri Tatminingsih, Bermain Dan Permainan
Anak, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019), hlm.3.14 7 Tadkiroatun Musfiroh Dan Sri Tatminingsih, Bermain Dan Permainan
Anak, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019), hlm.3.27
22
dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan
PAUD.8
Sarana dan prasarana sebagai bagian integral dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan mempunyai fungsi dan
peran dalam pencapaian kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum
satuan pendidikan. Agar pemenuhan sarana dan prasarana tepat
guna dan berdaya guna (efektif dan efesien) diperlukan suatu
analisis kebutuhan yang tepat dalam perencanaan pemenuhannya.9
Manajemen sarana dan prasarana menjadi bagian yang sangat
penting bagi sebuah sekolah, hal ini dikarenakan manajemen
sarana dan prasarana di gunakan untuk mengelola sebuah
sarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Sebuah sekolah harus memiliki sarana prasarana
yang baik untuk mendukung proses belajar mereka. Pada
tingkat PAUD sarana prasarana sangat di perlukan untuk
mendukung proses belajar mengajar mereka, karena sangat
penting dalam menggembangakan kreatifitas anak.
Diantaranya adalah penyediaan media pembelajaran yang
mampu mendukung kegiatan belajar mereka.
Adapun prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pengajaran seperti
halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.
Jika prasarana itu dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar seperti taman sekolah untuk mengajarkan
biologi atau halaman sekolah menjadi lapangan olahraga,
maka komponen tersebut berubah posisi menjadi sarana
pendidikan.
8 Mulyasa, Manajemen PAUD, (bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012),
hlm.259 9 Prastyawan, Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan, Al Hikmah
Jurnal Studi Keislaman, Volume 6, Nomer 1, 2016
23
Sebelum membahas lebih jauh mengenai manajemen sarana
prasarana, alangkah baiknya mengetahui pengertian dari
manajemen PAUD terlebih dahulu. Pengertian manajemen
PAUD adalah suatu upaya mengelola, mengatur, dan
mengarahkan proses interaksi dan tersistematisasikan untuk
mencapai tujuan pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sedangkan pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu
sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap asset
lembaga PAUD yang dimiliki beberapa bentuk asset sarana
dan prasarana tersebut mencangkup tanah dan bangunan
PAUD, perangkat pembelajaran yang terdiri dari alat-alat
permainan edukatif, baik yang indoor dan outdoor.10
pengertian manajemen sarana dan prasarana PAUD, menurut
Suyadi adalah pengelolaan secara efektif terhadap seluruh asset
lembaga paud yang dimiliki. Beberapa bentuk asset sarana dan
prasarana tersebut mencangkup tanah dan bangunan PAUD,
perangkat pembelajaran yang terdiri atas alat-alat permainan
edukatif (AFE) baik yang di indoor atau aoutdoor, jasa, dan
sebagainya.11
Adapun manajemen sarana dan prasarana pendidikan,
menurut tim pakar manajemen Universitas Negeri Malang adalah
proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana
pendidikan secara efektif dan efesien.12
10 Nuryati, Manajemen Penyelanggaraan PAUD (Tanggerang: Media
Edukasi Indonesia, 2019), hlm. 45 11
Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hlm.66 12
Tim Pakar Manajemen, Manajemen Pendidikan, (Malang : Universitas
Negeri Malang, 2003), hlm. 86
24
Sarana pendidikan umumnya mencangkup semua fasilitas
yang secara langsung digunakan dan menunjang dalam proses
pendidikan, seperti : gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-
alat atau media pendidikan, meja kursi, dan sebagainya.
Sedangkan yang di maksud fasili.tas atau prasarana yaitu
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan, seperti : halaman, kebuh atau taman, jalan
menuju ke sekolah. jadi sarana dan prasarana pendidikan
adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang
dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung.13
2. Dasar Hukum Manajemen Sarana dan Prasaran
Dasar hukum sarana dan prasarana di sekolah secara hirarkis
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang mengatakan:
a) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan
sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan
peserta didik (pasal 45)
b) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana
13 Nuryati, Manajemen Penyelanggaraan PAUD (Tanggerang: Media
Edukasi Indonesia, 2019), hlm. 45
25
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal 42 ayat (1)
“Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlakukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Pasal 42 ayat (2) menyatakan “Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.”14
14
Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan,
(Bandung:Pustaca Educa, 2010), hlm. 391
26
3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2003
Tanggal 23 Mei 2007, tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
a) Sekolah/ Madrasah menetapkan kebijakan program secara
tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
b) Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada
standar sarana dan prasarana dalam hal:
(1) Merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana
dan prasarana pendidikan.
(2) Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan
prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses
pendidikan.
(3) Melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat
kelas di sekolah/madrasah.
(4) Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas
pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan
kurikulum masing-masing tingkat.
(5) Pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
27
c) Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik.
d) Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah madrasah:
(1) Direncanakan secara sistematis agar selaras dengan
pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu
standar sarana dan prasarana.
(2) Dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang
meliputi gedung dan laboratorium serta
pengembangannya.15
(3) Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), yang diantaranya mencakup
Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber
belajar lainnya, yang diperlukan untuk menunjang proses
15
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2003 Tanggal 23
Mei 2007, tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
28
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi.16
(4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, diantaranya
Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria tentang
persyaratan pendukung penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan anak usia dini secara holistik dan integrative
yang memanfaatkan potensi lokal.17
Dari beberapa dasar hukum di atas dapat disimpulkan bahwa
dasar hukum manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah
setiap sekolah/madrasah wajib memiliki sarana dan prasarana, dan
dikelola sesuai dengan standar pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan.
3. Fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai
kegiatan menata, mulai dari perencanaan (analisis kebutuhan),
pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemanfaatan,
16 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pasal 1 17
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
29
pemeliharaan, penghapusan dan pertanggung jawaban terhadap
barang-barang bergerak dan tidak bergerak, perabot sekolah, alat-
alat belajar dan lain-lain.
Dengan adanya kegiatan tersebut, perawatan terhadap saran
dan prasarana dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya,
sehingga bisa meningkatkan kinerja warga sekolah,
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya afektif perawatan sarana dan prasarana.
1) Perencanaan
Suatu kegiatan manajemen yang baik tentu diawali
dengan suatu perencanaan yang matang dan baik.
Perencanaan dilakukan demi menghindarkan terjadinya
kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan.
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan adalah
sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program
pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana
maupun prasarana pendidikan dimasa yang akan datang
untuk mencapai tujuan tertentu. Keefektifan suatu
perencanaan sarana dan prasarana sekolah dapat dinilai
atau dilihat dari seberapa jauh pengadaannya itu dapat
30
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah dalam
periode tertentu. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah
harus memenuhi prinsip-prinsip:
a) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus
betulbetul merupakan proses intelektual
b) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan
c) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus
realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran.
d) Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana
sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek,
dan harganya.
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan suatu proses analis dan penetapan kebutuhan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga
muncullah istilah kebutuhan yang diperlukan (primer)
dan kebutuhan yang menunjang. Dalam proses
perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti
baik berkaitan dengan karakteristik sarana dan prasarana
yang dibutuhkan jumlahnya, jenisnya dan kendalanya
31
(manfaat yang didapatkan) beserta harganya. Ada dua hal
penting yang dilakukan ketika akan merencanakan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan. Kedua hal
tersebut adalah menganalisis kebutuhan sarana dan
prasarana yang ada, dan memperyeksikan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan di masa depan.18
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan sarana dan prasarana dilaksanakan untuk
memudahkan kegiatan pengadaan sesuai dengan
anggaran yang tersedia di sekolah.
2) Pengadaan
Pengadaan adalah proses kegiatan mengadakan sarana
dan prasarana yang dapat dilakukan dengan cara-cara
membeli, menyumbang, hibah dan lain-lain. Pengadaan
sarana dan prasarana dapat berbentuk pengadaan buku,
alat, perabot dan bangunan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pada
dasarnya merupakan usaha merealisasikan rencana
18
Matin Dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016) hlm. 7
32
pengadaan sarana dan prasarana yang telah disusun
sebelumnya. Setiap usaha untuk mengadakan sarana dan
prasarana tidak dapat dilakukan sendiri oleh kepala sekolah
atau bendahara. Usaha pengadaan harus dilakukan bersama
akan memungkinkan pelaksanaannya lebih baik dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengadaan merupakan segala
kegiatan untuk menyediakan semua keperluan
barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas.
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan adalah
kegiatan penyediaan semua jenis sarana dan prasarana
sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau
jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk
menunjang kegiatan pembelajaran dapat beryang dapat
jumlah, waktu jalan secara efektif dan efesien sesuai
dengan tujuan dan yang diinginkan.
33
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan fungsi operasional kedua dalam manajemen
sarana dan prasarana pendidikan setelah perencanaan,
fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian
kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik
berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu
maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan dapat dilakukan secara langsung oleh instansi
yang bersangkutan maupun secara terpusat.19
Sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah seperti
yang disebut dibawah ini:
a) Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan
yang diberikan pemerintah kepala sekolah. Bantuan ini
sifatnya terbatas sehingga pengelola sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah tetap harus
mengusahakan dengan cara lain.
19
Matin Dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan
Prasarana Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016),
hlm. 21
34
b) Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara
membeli, baik secara langsung maupun melalui
pemesanan terlebih dahulu.
c) Meminta sumbangan wali murid atau mengajukan
proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana
sekolah ke lembaga sosial yang tidak mengikat.
d) Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau
meminjam.
e) Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar
menukar barang yang dimiliki dengan barang lain
yang dibutuhkan sekolah.20
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam pengadaan barang atau peralatan sekolah dapat
dilakukan beberapa cara yaitu pembelian, hadiah,
tukar menukar, dan meminjam.
3) Inventarisasi
Penginventarisasian adalah kegiatan melaksanakan
penggunaan, penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan
20
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta:PT Raja
Grafido Persada, 2014), hlm. 123-126
35
barang-barang, menyusun daftar barang yang menjadi
milik sekolah kedalam satu daftar inventaris barang secara
teratur.
Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah
kegiatan pencatatan atau pendaftaran barang-barang
milik lembaga (sekolah) ke dalam suatu daftar
inventaris barang secara tertib dan teratur menurut
ketentuan dan tata cara yang berlaku. Barang
inventaris sekolah adalah semua barang milik Negara
(yang dikuasai sekolah) baik yang diadakan atau
dibeli melalui dana dari pemerintah, komite sekolah
dan masyarakat, maupun yang diperoleh sebagai
pertukaran, hadiah atau hibah serta hasil usaha
pembuatan sendiri sekolah guna menunjang
kelancaran belajar mengajar. 21
Tujuannya adalah untuk menjaga dan menciptakan
tertib administrasi barang milik negara yang dipunyai suatu
organisasi, yang dimaksud dengan inventaris adalah suatu
dokumen berisi jenis dan jumlah barang yang bergerak
maupun yang tidak bergerak yang menjadi milik negara
dibawah tanggung jawab sekolah.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah menurut Bafadal (2003) meliputi:
21 Matin Dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana Dan Prasarana
Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), hlm. 55
36
a) Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat
dilakukan di dalam buku penerimaan barang, buku
bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.
b) Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang
tergolong barang inventaris. Caranya dengan membuat
kode barang dan menempelkannya atau
menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang
tergolong sebagai barang inventaris. Tujuannya untuk
memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali
semua perlengkapan pendidikan di sekolah baik
ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun
jenis golongannya. Biasanya kode barang itu
berbentuk angka atau numeric yang menunjukkan
departemen, lokasi, sekolah, dan barang.
c) Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang
tergolong barang inventaris harus dilaporkan. Laporan
tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi
barang. Pelaporan dilakukan dalam periode tertentu,
sekali dalam satu triwulan. Dalam satu tahun ajaran
37
misalnya, perlengkapan dapat dilakukan pada bulan
Juli, Oktober, Januari, dan April tahun berikutnya. 22
Dapat di simpulkan bahwa melalui kegiatan
inventaris sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
diharapkan dapat tercipta administrasi barang,
penghematan uang dan mempermudah pemeliharaan
dan pengawasan.
4) Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menampung hasil pengadaan barang milik Negara
(baik hasil pembelian, hibah, hadiah) pada wadah atau
tempat yang telah disediakan. Penyimpanan sarana
pendidikan adalah kegiatan simpan menyimpan suatu
barang baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-
surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru,
maupun rusak yang dapat dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada
lembaga pendidikan.23
Ada beberapa prinsip manajemen penyimpanan
peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah:
22
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, ( Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 126-127 23
Matin Dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Rajawali Pers, 2016), hlm. 119
38
a) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan
ditempat yang bebas dari faktor-faktor perusak
seperti: panas, lembab, lapuk, dan serangga.
b) Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan
maupun yang keluar alat.
c) Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.
d) Semua penyimpanan harus diadministrasikan
menurut ketentuan bahwa persedian lama harus
lebih dulu dipergunakan.
e) Harus diadakan inventarisasi secara berkala.
f) Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dan
tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara
terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua
pihak yang berkepentingan. 24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
peralatan dan perlengkapan yang ada di lembaga
pendidikan atau sekolah harus disimpan dengan
24 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005), hlm. 52-53
39
baik dan penuh tanggung jawab sehingga sewaktu-
waktu diperlukan dalam keadaan baik dan siap
digunakan.
5) Penghapusan
Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana
pendidikan dari pertanggungjawaban yang berlaku
dengan alas an yang dapat dipertanggungjawabk an.
Secara lebih operasional penghapusan sarana dan
prtasarana pendidikan adalah merupakan proses
kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sarana dan prasarana tersebut sudah
dianggap tidak daftar inventaris barang karena sarana
dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi
sebaimana yang diharapkan terutama untuk
kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan
dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undang
yang berlaku. Dalam pelaksanaannya, harus
mempertimbangkan alasan-alasan normative tertentu
40
karena muara dari berbagai pertimbangan tersebut
tidak lain adalah demi efektivitas dan efesiensi
kegiatan pendidikan di sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan
adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik
lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar inventaris
dengan cara berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku. Sebagai salah satu aktifitas dalam manajemen
sarana dan prasarana pendidikan, penghapusan
bertujuan untuk:
a) Mencegah dan membatasi kerugian yang lebih
besar sebagai akibat pengeluaran dana untuk
perbaikan perlengkapan yang rusak.
b) Mencegah terjadinya pemborosan biaya
pengamanan yang tidak berguna lagi.
c) Membebaskan lembaga dari tanggung jawab
pemeliharaan dan pengamanan.
41
d) Meringankan beban inventaris. 25
Dapat disimpulkan, dengan adanya
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah akan mengurangi biaya pemeliharaan,
perawatan, meringankan beban kerja inventaris dan
membebaskan tanggung jawab sekolah terhadap
sarana dan prasarana bisa dilelang, hibah, dibakar,
dimanfaatkan untuk kepentingan dinas/sosial atau
dirumahkan dan sebagainya.
6) Penggunaan
Penggunaan sarana dan prasarana adalah
pemanfaatan segala jenis barang yang sesuai dengan
kebutuhan secara efektif dan efisien. Dalam hal
pemanfaatan sarana, harus mempertimbangkan hal
berikut:
a) Tujuan yang akan dicapai.
b) Kesesuaian antar media yang akan digunakan
dengan materi yang akan dibahas.
25
Suharisimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hlm. 281
42
c) Tersedianya sarana dan prasarana penunjang.
d) Karakteristik siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prinsip efektif berati semua penggunaan harus
ditujukan semata-mata untuk memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun prinsip
efisien adalah penggunaan semua sarana dan prasarana
pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua
sarana dan prasarana yang ada tidak mudah habis,
rusak, atau hilang.
7) Pertanggungjawaban
Penggunaan barang-barang sekolah harus
dipertanggungjawabkan dengan cara membuat laporan
penggunaan barang-barang tersebut yang akan
diajukan pada pimpinan.
Dalam rangka memperkuat tanggungjawab ini,
diperlukan suatu pengawasan. Pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang
harus dilaksanakan oleh pimpinan organisasi.
Berkaitan dengan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol
43
baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan.
Pengawasan (kontrol) terhadap sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah merupakan
usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam
membantu personal sekolah untuk menjaga
atau memelihara dan memanfaatkan sarana dan
prasarana sekolah dengan sebaik mungkin
demi keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah.26
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan barang-
barang sekolah perlu adanya pengawasan fungsi
manajemen yang harus dipertanggungjawabkan
dengan cara membuat laporan barangbarang tersebut
yang diajukan pada pimpinan dalam membantu
sekolah dan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana
dengan baik demi keberhasilan sekolah yang akan
dicapai.
4. pengelolaan sarana dan prasarana PAUD
pengelolaan sarana dan prasarana PAUD mencangkup asset-
aset yang dimiliki oleh lembaga PAUD itu sendiri yaitu :
1. lokasi pendirian paud
Dalam merencanakan pengadaan lahan untuk gedung
sekolah perlu mempertimbangkan hal berikut :
26
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), hlm. 127-130
44
a. membuat perencanaan tanah, luas, dan lokasi yang
sesuai dengan kebutuhan
b. melakukan survey untuk menentukan lokasi tujuan
dan perencanaan tata kota.
c. Melakukan survey untuk melihat kondisi jalan,
traansportasi, air, dan listrik.
d. Harga tanah.
Menurut Popi Sopiantin menyatakan bahwa pemilihan
lahan atau tanah untuk bangunan sekolah tergantung kepada
jenis sekolah, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang
ditentukan secara institusional. Sebelum mendirikan sebuah
PAUD, yayasan pendiri harus berkonsultasi kepada tokoh
masyarakat mengenai lokasi yang strategis untuk mendirikan
lembaga PAUD. Karena tokoh masayarakat lebih mengetahui
tentang kawasan tempatnya bermukim daripada pihak lain.
Hal ini di maksudkan agar pendiri lembaga PAUD benar-
benar berada di pusat kawasan dan area perkampungan
sehingga semua anak-anak di kawasan tersebut dapat
mengakses lembaga PAUD secara lebih mudah. Tetapi tidak
perlu konsultasi lagi dengan tokoh masyarakat melainkan
45
ubtuk meminta persetujuan atau dukungan, terutamana
tetangga yang paling dekat dengan lokasi.
2. luas tanah dan bentuk bangunan
sangat penting setiap pembangunan atau pendiri
PAUD memperhatikan luas tanah dan bentuk gedung
guna membuat anak menjadi nyaman dan betah disekolah.
a. luas tanah
pada prinsipnya tanah terdapat rasionalisasi
perbandingan antara luas tanah, luas bangunan, dan
daya tamping anak didik yang direkrut. Luas tanah
berkaitan dengan penyediaan lahan bermain di area
terbuka, beserta kelengkapan sarana dan prasarana,
sedangkan luas bangunan berkaitan dengan kapasitas
jumlah anak didik yang akan di tempung.
Pada teori ilmu pengetahuan (agrarian),
perbandingan antara luas tanah dan luas bangunan
adalah 1:3/4,. Artinya luas bangunan dalam
sebidangan tanah maksimal ¾ dari luas tanah.
Misalnya, jika luas tanah adalah 200, maka luas
bangunan maksimum adalah 150. Dengan demikian,
46
masih ada sisa tanah yang kosong 50 sebagai area
pertamanan.
Banyak lembaga penyelenggara pendidikan
prasekolah menggunakan ukuran 105 cm peranak
sebagai ukuran luas minimum dalam aturan pemberian
izin pendirian sekolah ukuran 105 cm per anak
dianggap cukup untuk anak-anak usia 2-3 tahun
ukuran 120-180 cm per anak akan lebih mencukupi.
Namun, adapula pakar yang menganggap cukup
ukuran 105 cm digunakan di TK, selama ruangan
tersebut terpisah dari bak cuci tangan, loker, dan
lemari cabinet.
b. bentuk bangunan
bentuk bangunan PAUD itu cenderung hamper
sama dengan bentuk bangunan lain, seperti rumah,
took dan sebagainya, yang membedakan adalahnwarna
cat dan gambar-gambar yang terpampang di tembok-
tembok. Bentuk gedung PAUD sebenarnya tidak harus
kotak tetapi bisa berupa lingakaran, dan persegi
panjang.
47
Bangunan sekolah adalah semua ruangan yang
didirikan di atas lahan yang digunakan untuk
kepentingan pendidikan. Bangunan sekolah meliputi
ruang kegiatan belajar atau kelas, kantor,
perpustakaan, ruang laboratorium, usaha
kesehatan,sekolah, kantin, gudang, dan kamar mandi.
Sekolah merupakan lembaga tempat untuk mendidik,
melatih, dan mengembangkan potensi peserta didik.
Oleh karena itu, diperlukan bangunan yang memadai
sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkan
kreatifivitas dan produktivitas, serta dapat
menumbuhkan rasa bangga dan betah bersekolah.
Bangunan yang ideal adalah dengan memenuhi
kriteria berikut :
1). Memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis artinya
a. ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan
dengan kebutuhan
b. datangnya atau masuknya siinar matahari harus
dari sebelah kiri
c. tinggi rendahnya tembok, letaak kusen dan
jendela disesuaikan dengan kondisi anak
48
d. penggunaan warna yang cocok
2). Aman, artinya material dan kontruksi bangunan
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, baik
kekuatan atau kekokohan bangunan itu sendiri
maupun pengaruh dari lingkungannya, seperti
pengaruh erosi, angina, getaran, pohon, yang
berbahaya, dan sebagainya.
3). Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup
bagi setiap ruangan, memungkinkan adanya
pergantian udara yang segar. Ruangan kelas yang
tampil menghadap kea rah datangnya cahaya dan
udara akan lebih nyaman dan terasa terang dengan
cahaya yang masuk ke ruangan tersebut serta
udara segar yang membuat anak dapat bernapas
lega dan bebas.
4). Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan pendidikan dan tak saling mengganggu.
5). Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa
memakan biaya lagi yang besar.
49
6). Fleksibel, artinya melihat kebutuhan hari depannya
dan pula dapat dirubah-rubah setiap saat
diperlukan.
7). Memenuhi syarat keindahan
8). Ekonomis, artinya luas setiap ruangan tepat dengan
kebutuhan setiap ruangan dapat dipergunakan
untuk berbagi usaha dari luas tanah yang ada
biasanya 50% dipergunakan untuk bangunan bagi
kegiatan di dalam dan 50% merupakan halaman
dan kebun untuk melakukan kegiatan diluar.27
B. Perkembangan Anak Usia Dini
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Kemudian, dalam arti luas, pendidikan
adalah segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk
27 Nuryati, Manajemen Penyelanggaraan PAUD (Tanggerang: Media
Edukasi Indonesia, 2019), hlm. 46-48
50
mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin sejak lahir
sampai akhir hayat. 28
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.29
Luluk asmawati menguraikan pengertian pendidikan adalah
tuntunan di dalam hidup, dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jadi pendidikan bermaksud untuk menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.30
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini
yang secara terminology disebut sebagai anak pra sekolah. Usia
demikian merupakan masa peka bagi anak.31
28
Suharisimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hlm. 281 29
Maimunh Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogjakarta:Diva Press,
2010), hlm. 15 30
Nuryati, Manajemen Penyelanggaraan PAUD (Tanggerang: Media
Edukasi Indonesia, 2019), hlm. 1 31
Isjoni, model pembelajaran anak usia dini, (alfabeta,2011), hlm.19
51
Anak usia dini memiliki batasan usia tertentu, karakteristik
yang unik, dan berada pada suatu proses perkembangan yang
sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan berikutnya32
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidikan dan orangtua
dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak.
Dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan
kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan. Melalui cara mengamati,
meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang
yang melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Berdasarkan uraian di atas, setiap anak pada dasarnya
memiliki potensi atau kemampuan untuk berfikir, berkreasi,
berkomunikasi dengan orang lain dan potensi lainnya. Sehingga
untuk mengembangkan potensi tersebut harus diperlukan
bimbingan orang tua, pendidik atau orang dewasa lainnya, supaya
memperoleh hasil maksimal dan positif. Pengembangan potensi
tersebut harus dimulai sejak usia dini, sebab pada usia tersebut
32
Dadan Suryana Dan Nenny Mahyudin, Dasar-Dasar Pendidikan TK,
(Tanggerang Selatan:Universitas Terbuka, 2019), hlm 1.5
52
merupakan dasar untuk perkembangan berpikir pada masa-masa
berikutnya.
2. Perkembangan anak usia dini
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.33
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan sistem neuromuskuler (sensomotor) yang akan
mempengearuhi kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Semua
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh.34
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat
kumulatif, yang artinya perkembangan terdahulu akan
menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab
itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu
maka perkembangan selanjutnya cenderung akan
mendapatkan hambatan. Berdasarkan teori perkembangan
anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu
bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum
muncul diatas permukaan air. Untuk itulah anak perlu
diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya
dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya itu berarti
33
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Perdana Publishing, 2012),
hlm.1 34
Didith Pramunditya, Asesmen Anak Usia Dini, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2014), hlm.3
53
orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk
menyatakan diri, berekpresi, berkreasi, dan menggali sumber-
sumber terunggul yang tersembunyi dalam diri anak.35
Setiap fenomena atau gejala perkembangan seorang anak
merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara
potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Dengan
demikian perkembangan merupakan produk dari pertumbuhan
fungsi-fungsi psikis, dan usaha belajar oleh subjek anak dalam
mencobakan segenap pontensialitas rohani dan jasmaniyah.36
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak pada masa-
masa tersebut memberikan dampak pada kemampuan intelektual,
karakter personal dan kemampuannya bersosialisasi dengan
lingkungan. Perkembangan juga memiliki konsep yang memiliki
perubahan yang bersifat kuantitatif yang menyangkut aspek mental
atau psikologis. Kemampuan anak dalam merespons pembicaraan
orang tua, tawa orang dewasa, merangkak, berjalan, memegang
suatu benda, dan sebagainya.
Selain itu dalam perkembangan anak sangat memerlukan
perhatian, kasih sayang, sentuhan, dan kesungguhan dalam
35
Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT
Indeks,2009), hlm.54 36
Kayyis Fithri Ajuhri, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta, Penebar Media
Pustaka, 2019), hlm.10
54
pengasuhan dari orang tua serta orang dewasa sekitarnya. Sikap dan
perilaku orang tua atau pengasuh yang seperti disebut diatas
merupakan salah satu syarat bagi perkembangan secara optimal
aspek-aspek pada diri anak.
a. Perkembangan Fisik dan Motorik.
Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya. Perkembangan fisik anak
ditandai juga dengan berkembangnya perkembangan motorik,
baik motorik halus maupun motorik kasar.37
Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang
terjadi pada tubuh atau badan atau jasmani seseorang. Tanda
yang paling jelas pada terjadinya perkembangan fisik seorang
manusia adalah adanya perubahan pada bentuk dan ukuran
tubuhnya.38
Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar
untuk terampil menggerakkan anggota tubuhnya. Untuk itu anak
dapat belajar dari orang tua atau guru tentang beberapa pola
gerakan yang dapat mereka lakukan untuk dapat melatih
37
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta:Kencana Prenada
Media Grup, 2011), hlm 33 38
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak. (Tanggerang
Selatan;Universitas Terbuka,2019), hlm.3.4
55
ketangkasan, kecepatan, kekuatan, kelenturan, serta ketepatan
koordinasi tangan dan mata. Perkembangan motorik anak sudah
dapat terkoordinasi dengan baik, sesuai dengan perkembangan
fisiknya yang beranjak matang.
Perkembangan motorik adalah perubahan secara progresif
pada control dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang
diperoleh melalui intraksi antara faktor kematangan dan latihan
atau pengalaman selama kehidupan yang dapat dilihat melalui
perubahan atau pergerakan yang dilakukan.39
Perkembangan fisik motorik merupakan bagian penting dalam
perkembangan manusia, disamping perkembangan-
perkembangan aspek lainnya. Perkembangan fisik motoric
harus di stimulus sejak dini karena berkaitan dengan
keterampilan gerak yang akan memudahkan dan
mempengaruhi keluesan gerak individu, baik gerakan kasar
yang melibatkan otot-otot besar maupun gerakan halus yang
melibatkan koordinasi jari-jari tangan dengan mata.40
The 3 year-old is conforming. The 4 years-old is assertive
and expansive. He bursts with motor activity: racing, hopping,
jumping, skipping, climbing. He bubbles with mental activity.
39
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak. (Tanggerang
Selatan;Universitas Terbuka,2019), hlm.3.4 40
Muliana Khaironi, Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Golden Age
Hamzanwadi University Vol.3 No.1, 2018
56
The 4 years-old tends to go out of bounds, notably in his speech
and in his imaginative antics.41
Artinya usia 3 tahun adalah usia yang sesuai. Disaat
berusia 4 tahun adalah usia yang dapat tumbuh berkembang
dengan luas. Anak berkembang dengan aktivitas motoriknya.
Pada usia 4 tahun anak cenderung selalu berpikir dalam
kemampuan berbicara dan berimajinasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan fisik
dan motorik anak merupakan kompetensi dan hasil belajar yang
ingin dicapai adalah kemampuan mengelola dan ketrampilan
tubuh termasuk gerakan tubuh, gerakan halus, gerakan kasar
serta menerima rangsangan dari panca indra.
b. motorik kasar dan motorik halus
1) Motorik Kasar
Gerakan motorik kasar adalah gerak anggota badan secara
kasar atau keras. Hal ini menjadikan tumbuh kembang otot
semakin membesar dan menguat. Motorik kasar merupakan
melatih gerakan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh
41
Arnold Gessel and Frances L, The Child From Five To Ten, (America:
Harper & Brother Publisher, 1946), 56.
57
pada anak seperti merangkak, berlari, berjinjit, melompat,
bergantung, melempar, dan menangkap, dan serta menjaga
keseimbangan. 42
Motorik kasar yaitu gerakan yang dihasilkan dari
kempuan mengontrol otot-otot besar, contohnya adalah
berjalan, berlari, melompat, berguling.43
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar
merupakan perkembangan dan ketrampilan gerakan otot-otot
besar dan otot-otot kecil yang berfungsi untuk menggerakkan
dan mengkoordinasikan tubuh untuk kegiatan seperti
berjalan, berlari, melempar dan menangkap.
2) Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot
kecil saja. Oleh karena itu gerakan dalam motorik halus tidak
membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinasi
yang cermat serta teliti. Menurut aisyah motoric halus adalah
aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil
42
Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT Remaja
Rosdajarya, 2015), hlm. 12 43
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak. (Tanggerang
Selatan;Universitas Terbuka,2019), hlm.3.6
58
atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan
serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya
melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak. 44
Motorik halus yakni gerakan-gerakan yang merupakan
hasil koordinasi otot-otot yang menuntut adanya kemampuan
mengontrol gerakan-gerakan halus. Gerakan motorik halus
pada anak berkaitan dengan kegiatan meletakkan, atau
memegang suatu objek dengan menggunakan jari-jari
tangan.
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motoric halus anak
hampir sempurna. Walaupun demikian, anak usia ini masih
mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi
suatu bangunan.
Pada dasarnya, setiap aktivitas yang dilakukan anak usia
dini melibatkan koordinasi tangan dan mata, juga gerakan
motorik kasar dan halus. Makin banyak gerakan yang
dilakukan anak, makin banyak pula koordinasi yang
diperlukannya. Motoric halus yaitu gerakan terbatas dari
44
Muhammad Riza Dan Ayu Swaliana, Deteksi Perkembangan
Kompetensi Motoric Anak Di Paud, Jurnal As-Salam, Vol.2(3), 2018.
59
bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan di
bagian jari-jari tangan.45
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketrampilan motorik halus
pada anak TK sudah lebih berkembang, anak sudah dapat
menguasai ketrampilan menggunakan mata dan tangan
dengan baik
45
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak. (Tanggerang
Selatan;Universitas Terbuka,2019), hlm.3.6
60
Tabel 2.1
Tahap Perkembangan Motorik
No Usia Perkembangan Motorik
Kasar
Perkembangan Motor
Halus
1 0-1 Tahun Mengangkat kepala,
tengkurap, belajar
duduk, merangkak.
Meremas kertas,
menyobek dan
menggenggam dengan
erat.
2 1-2 Tahun Duduk, berdiri, berjalan
merambat, berjalan
kecil, dan naik turun
tangga.
Mencoret-coret,
melipat kertas,
menggunting
sederhana, dan sering
memasukkan benda ke
dalam tubuhnya.
3 2-3 Tahun Anak mampu berjalan
(mundur, menyimpang
dan berbelok), berlari
kecil, melompat,
melempar, mendorong,
dan menyetir sepeda.
Memindah benda,
meletakkan barang,
melipat kain,
mengenakkan sepatu
dan pakaian.
4 3-4 Tahun Berjalan naik turun
tangga, memilih
makanan, berdiri dengan
satu kaki, melompat
berputar, menangkap
bola, dan mengayun
Melepas dan
mengancingkan baju,
makan sendiri,
menggunakan gunting,
dan menggambar
wajah
61
sepeda.
5 4-5 Tahun Naik turun tangga tanpa
pegangan, berjalan
dengan ritme kaki yang
sempurna, memutar
tubuh, melempar dan
menangkap bola,
menyetir sepeda roda
tiga dengan kecepatan
cukup dan luwes.
Bisa menggunakan
garpu dengan baik,
menggunting
mengikuti arah, dan
menirukan gambar
segitiga.
6 5-6 Tahun Menunjukkan
perubahan yang cepat:
bertambah jauh
melempar bola dan
cekatan menangkapnya,
mengendarai sepeda
dengan bergaya atau
variasi
Mampu menggunakan
pisau untuk
makananmakanan
lunak, mengikat tali
sepatu, bisa
menggambar
orang dengan enam titik
tubuh, bisa menirukan
sejumlah angka
dan kata-kata
sederhana.
Media yang dapat mengembangkan sarana dan prasarana dalam
meningkatkan perkembangan motorik kasar dan halus anak seperti:
1. Meremas kertas media yang digunakan yaitu siapkan kertas bekas
(misalnya koran) dan buat menjadi potongan beberapa lembar
62
berukuran sedang. Dengan anak meremas-remas kertas tersebut
maka si anak akan berlatih untuk memperkuat kemampuan
motoric halus terkait usia kurang lebih 1-2 tahun.
2. Melipat kertas media yang digunakan yaitu siapkan kertas lipat
atau kertas origami yang bisa dimanfaatkan untuk bermain
melipat kertas. Biarkan anak untuk melipat kertasnya sendiri agar
kemampuan motorik halus anak bisa terasah.
3. Bermain gunting atau menggunting. Menggunting merupakan
media untuk memperkuat kemampuan motorik halus anak.
Siapkan kertas dan gunting . agar aman cari dan pilih gunting
sesuai ukuran anak-anak dan selalu mengawasi ketika anak
bermain gunting. Langkah awal permainannya adalah berikan
kertas kepada anak untuk menggunting kertas tersebut sesuai
dengan selera anak.
4. Kegiatan memasukkan kancing baju aktifitas yang akan
merangsang kemampuan motorik halus anak. Orang tua maupun
guru sebaiknya bersabar dan tunggu anak hingga menyelesaikan
pekerjaannya.
Itulah beberapa contoh media dan kegiatan yang bisa
dipraktekkan sehingga anak akan lebih siap untuk belajar. Hindari
63
kegiatan-kegiatan yang bersifat pemaksaan kepada anak agar
anak tidak trauma dalam kegiatan tersebut.
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penulis menggali informasi dan melakukan penelusuran buku
dan tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan pembahasan
proposal ini untuk dijadikan sebagai sumber, acuan dalam penelitian
ini.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan mengenai manajemen sarana dan prasarana dalam
meningkatkan perkembangan anak usia dini diantaranya:
Penulisan skripsi yang berjudul “Manajemen Sarana dan
Prasarana Laboratorium Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di
MTs Negeri Brangsong Kendal” disusun oleh Khusnul Khotimah
(093311017).46
Membahas tentang manajemen sarana dan prasarana
dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Metode yang digunakan
kualitatif. Perbedaan dengan peneliti ini penulis membahas tentang
manajemen sarana dan prasarana dalam meningkatkan perkembangan
anak usia dini.
46
Khusnul Khotimah, Manajemen Sarana Dan Prasarana Labolatorium Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di MTS Negeri Brangsong Kendal, Akripsi Fakultas
Tarbiyah UIN Walisongo Semarang, (Semarang:Perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN
Walisongo Semarang, 2016), t.d.
64
Penulisan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Sarana dan
Prasarana pada Program PAUD Percontohan Nasional di SKB
Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara” disusun oleh Dhian Ekawati
Yuliana (06101241015).47
Membahas tentang pengelolaan sarana dan
prasarana program PAUD. Metode yang digunakan kualitatif.
Perbedaan dengan penelitian ini, penulis Dhian Ekawati Yuliana,
Pengelolaan Sarana dan Prasarana pada Program PAUD Percontohan
Nasional di SKB Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara, Skripsi
(Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Yogyakarta, 2011). membahas
tentang manajemen sarana dan prasarana dalam meningkatkan
perkembangan anak usia dini.
Berdasarkan pada kajian pustaka diatas, memang ada sedikit
kesamaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya yakni berkaitan dengan sarana dan prasarana.
Akan tetapi tidak ada satupun dari kajian pustaka yang sebelumnya
belum membahas tentang manajemen sarana dan prasarana dalam
meningkatkan perkembangan anak usia dini di TK Nurul Qoriyah,
oleh karena itu penulis yakin dan optimis melaksanakan penelitian ini
sebab belum ada penelitian yang berkenaan dengan manajemen
47
Dhian Ekawati Yuliana, Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pada Program PAUD
Percontohan Nasional Di SKB Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara, Skripsi (Fakultas
Ilmu Pendidikan UNY, Yogyakarta, 2011).
65
sarana dan prasarana ditempat tersebut. Perbedaan dengan skripsi
sebelumnya membahas mengenai manajemen sarana dan prasarana
Laboratorium Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran dan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana pada Program PAUD.