BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang...

27
9 BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang Kemandirian Anak Usia Dini a. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini Istilah kemandirian dapat dipahami secara beragam sesuai dengan sudut pandang yang digunakan. Dalam psikologi perkembangan, istilah mandiri disamakan dengan independence. Namun ada istilah lain yang maknanya hampir sama yaitu otonomy. Steinberg (1993) dalam Juang Sunanto, 2011:4) menjelaskan, independence (mandiri) secara umum menunjuk pada kemampuan individu untuk menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas dari pengaruh kontrol orang lain. Sedangkan istilah otonomy (otonomi) berarti kemampuan mengurus sendiri atau mengatur kepentingan sendiri. Dari sini dapat dipahami bahwa kemandirian tidak identik dengan otonomi melainkan lebih luas cakupannya. Selanjutnya dalam pandangan Steinberg, kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan dan mencakup kemandirian emosional, kemandirian tingkah laku, dan kemandirian nilai. Kemandirian emosional merupakan aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu seperti hubungan emosional dengan orangtua. 9

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Tinjauan Tentang Kemandirian Anak Usia Dini

a. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini

Istilah kemandirian dapat dipahami secara beragam sesuai

dengan sudut pandang yang digunakan. Dalam psikologi

perkembangan, istilah mandiri disamakan dengan independence.

Namun ada istilah lain yang maknanya hampir sama yaitu otonomy.

Steinberg (1993) dalam Juang Sunanto, 2011:4) menjelaskan,

independence (mandiri) secara umum menunjuk pada kemampuan

individu untuk menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup

terlepas dari pengaruh kontrol orang lain. Sedangkan istilah otonomy

(otonomi) berarti kemampuan mengurus sendiri atau mengatur

kepentingan sendiri. Dari sini dapat dipahami bahwa kemandirian

tidak identik dengan otonomi melainkan lebih luas cakupannya.

Selanjutnya dalam pandangan Steinberg, kemandirian merupakan

salah satu tugas perkembangan dan mencakup kemandirian

emosional, kemandirian tingkah laku, dan kemandirian nilai.

Kemandirian emosional merupakan aspek kemandirian yang

berhubungan dengan perubahan kedekatan hubungan emosional

antar individu seperti hubungan emosional dengan orangtua.

9

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

10

Kemandirian tingkah laku adalah suatu kemampuan untuk membuat

keputusan tanpa bergantung pada orang lain dan melakukannya

secara bertanggung jawab. Sedangkan kemandirian nilai adalah

kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah,

tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Kemandirian

menunjuk pada kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan

untuk bertindak, tidak tergantung orang lain, tidak terpengaruh

lingkungan, dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa,

2001:710), kata mandiri berarti dalam keadaan dapat berdiri

sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian menunjuk

pada kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk

bertindak, tidak tergantung orang lain, tidak terpengaruh lingkungan,

dan bebas mengatur kebutuhan sendiri

Sedangkan menurut Corsini (2006: 2) mengatakan bahwa,

“keadaan mandiri adalah tindakan yang melebihi keinginan, persepsi

atau penilaian yang dimiliki oleh seseorang dibandingkan jawaban

terhadap permintaan lingkungan atau pengaruh dari orang lain”.

Berdasar pendapat ini seseorang yang memiliki jiwa mandiri, akan

bekerja secara maksimal apabila dorongan itu datangnya dari dirinya

sendiri.

Menurut Miarso (2002: 32) “bahwa belajar mandiri

prinsipnya sangat erat hubungannya dengan belajar menyelidik,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

11

yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh

dan menggunakan pengetahuan”. Pendapat ini berarti kemampuan

ini penting karena keberhasilan dalam kehidupan akan diukur dari

kesanggupan bertindak dan berpikir sendiri, dan tidak tergantung

kepada orang lain. Paling sedikit ada 2 (dua) kemungkinan untuk

melaksanakan prinsip ini, yaitu 1) digunakan program belajar yang

mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta didik

dengan bantuan guru yang minimal, dan 2) melibatkan anak dalam

merencanakan dan melaksanakan kegiatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

mandiri cenderung lebih tergantung pada diri sendiri dari pada pihak

lain, adanya sifat yang bebas dan kreatif. Rasa percaya diri, inisiatif

dan tanggung jawab dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan.

Ciri- ciri kemandirian antara lain yaitu:

1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan

bertindak atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang

lain.

2) Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.

3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet, tekun untuk

mewujudkan harapannya.

4) Mampu berfikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan

tidak sekedar meniru.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

12

5) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yaitu

meningkatkan prestasinya.

6) Dalam menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri

tanpa bantuan orang lain.

7) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus

dilakukannya tanpa bimbingan dan pengarahan orang lain.

Contohnya sejak kecil ia sudah biasa mandiri sehingga bebas

dari ketergantungan pada orang lain. Pada dasarnya setiap guru dan

setiap orang tua menginginkan bahwa pada akhirnya setiap anak dan

siswanya akan menjadi mandiri atau menjadi dewasa dalam arti

anak mampu untuk menentukan dan memilih hal-hal yang baik dari

yang buruk hal-hal yang benar dari yang salah serta hal-hal yang

bagus dari hal-hal yang jelek. Pertanyaan yang dapat diajukan

adalah, apa yang harus dilakukan para guru untuk membantu

siswanya menjadi mandiri? Seorang guru harus membantu siswanya

sesuai tingkat kebutuhan mereka. Karenanya, tindakan seorang guru

ataupun orang tua yang terlalu melindungi siswa atau puterinya

maupun tindakan guru yang sama sekali tidak mau membimbing

siswanya merupakan dua tindakan yang saling berlawanan dan dua-

duanya harus sama-sama dihindari. Sekali lagi, para guru harus

selalu membantu siswanya sesuai dengan tingkat kebutuhan dan

umur mereka, sehingga secara bertahap namun pasti mereka akan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

13

menjadi semakin dewasa, semakin matang, dan semakin mandiri

sejalan dengan perkembangan umur mereka

Berdasar penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang

guru harus membantu siswanya sesuai tingkat kebutuhan mereka.

Karenanya, tindakan seorang guru ataupun orang tua yang terlalu

melindungi anaknya maupun tindakan guru yang sama sekali tidak

mau membimbing siswanya merupakan dua tindakan yang saling

berlawanan dan dua-duanya harus sama-sama dihindari. Sekali lagi,

para guru harus selalu membantu siswanya sesuai dengan tingkat

kebutuhan dan umur mereka, sehingga secara bertahap namun pasti

mereka akan menjadi semakin dewasa, semakin matang, dan

semakin mandiri sejalan dengan perkembangan umur mereka.

Meskipun kemandirian dapat dikategorikan berdasarkan area

tertentu secara jelas, seringkali kriteria kemandirian itu sendiri sulit

ditetapkan. Misalnya dengan kemampuan tertentu seseorang dapat

dikatakan mandiri sedangkan bagi orang lain dengan kemampuan

yang sama belum dapat dikatakan mandiri. Dalam sudut pandang

psikologis, kemandirian dipandang dari sudut tugas perkembangan.

Oleh karena itu, kemandirian memiliki kriteria umum dan kriteria

individu. Misalnya, jika anak pada usia satu tahun dapat berjalan

maka anak ini dikatakan mandiri. Disamping itu, karena ada kelainan

tertentu anak baru dapat berjalan setelah usia 3 tahun. Dengan

mempertimbangkan keadaan atau kebutuhan khususnya anak

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

14

tersebut dapat dikatakan mandiri. Dengan demikian kemandirian

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas-

tugas perkembangannya sesuai dengan tahapannya. Kemandirian

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam

dirinya sendiri maupun dari luar dirinya misalnya kecerdasan, faktor

pola asuh keluarga, faktor sikap masyarakat dan lain-lain.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah

kemampuan seseorang dalam mewujudkan kehendak atau

keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kemandirian dalam

penelitian ini adalah perilaku anak dalam mewujudkan kehendak

atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang

lain, dalam hal ini adalah anak tersebut mampu melakukan belajar

sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu

melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu untuk

melakukan aktivitas belajar secara mandiri.

b. Pengertian Kemandirian Belajar Anak Usia Dini.

Kemandirian belajar merupakan kesiapan dari anak yang mau

dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa

bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda

belajar, dan evaluasi hasil belajar. Berkaitan dengan hal tersebut,

Sugilar (2000) merangkum pendapat Guglielmino, West & Bentley

menyatakan bahwa karakteristik anak yang memiliki kesiapan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

15

belajar mandiri dicirikan oleh: (1) kecintaan terhadap belajar (2)

kepercayaan diri (3) keterbukaan terhadap tantangan belajar (4) sifat

ingin tahu (5) pemahaman diri dalam hal belajar dan (6) menerima

tanggung jawab untuk kegiatan belajarnya.

Kemandirian belajar anak usia dini menuntut tanggung jawab

yang besar pada diri anak sehingga anak berusaha melakukan

berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan belajar. Hiemstra yang

dikutip Darmayanti, Samsul Islam, & Asandhimitra (2004)

menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang

memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya.

Perkembangan dalam bidang teknologi pembelajaran

menekankan pada pentingnya kemandirian dalam belajar. Penerapan

sistem pembelajaran tuntas, pengajaran perorangan, sistem modul,

cara belajar siswa aktif dan pendekatan ketrampilan semuanya

menekankan pada aktifitas belajar anak yang tinggi. Anak

ditingkatkan peranannya sehingga benar-benar menjadi subyek

dalam proses belajar mengajar. Mereka benar-benar dipandang

sebagai individu yang sedang berusaha meningkatkan

kemampuannya melalui penguasaan berbagai pengetahuan,

ketrampilan, nilai-nilai dan sikap. Jadi belajar mandiri bermakna

belajar yang dilakukan oleh anak dengan penuh tanggung jawab atas

keberhasilan belajarnya tanpa tergantung orang lain.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

16

Berangkat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian belajar anak usia dini adalah kemauan anak untuk

melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktifitas dan

tanggung jawab dengan didorong oleh kekuatan dari dalam diri

sendiri dalam usaha mencapai tujuan yang dianggap bernilai dan

bermanfaat.

c. Karakteristik Kemandirian Anak Usia Dini.

Rochester Institute of Techonology (2000), mengidentifikasi

beberapa karakteristik dalam kemandirian yaitu : memilih tujuan

belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memilih dan

menggunakan sumber yang tersedia, bekerjasama dengan anak lain,

membangun makna, memahami pencapaian keberhasilan tidak

cukup hanya dengan usaha dan kemampuan saja namun harus

disertai dengan kontrol diri.

Berdasarkan uraian diatas karakteristik kemandirian adalah

anak mengatur secara aktif proses belajarnya, merupakan proses

internal yang dimiliki dan dilaksanakan oleh anak yang sedang

belajar. Kemampuan anak dalam memaksimalkan kemandirian

bukan merupakan bakat, namun dapat ditingkatkan melalui program

belajar yang relevan. Pandangan kemandirian belajar anak

berpengaruh terhadap kegiatan yang diikutinya. Keadaan tersebut

melukiskan bahwa pada dasarnya anak merupakan peserta aktif

dalam belajarnya.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

17

d. Faktor-faktor Kemandirian Anak Usia Dini

Perilaku mandiri tidak terbentuk secara mendadak tetapi melalui

proses sejak masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara

anak satu dengan yang lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak

dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari

luar anak. Menurut Bimo Walgito (dalam Dian Maharani, 2006: 38),

faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah :

1) Faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar diri

sendiri yaitu berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat.

Faktor yang berasal dari keluarga misalnya: jumlah anak dalam

keluarga, posisi anak dalam urutan kelahiran, situasi anak yang

kurang mendukung misalnya kekacauan keluarga, kurang

perhatian orang tua dan keadaan ekonomi sosial ekonomi.

Faktor yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan

pergaulan dengan teman. Faktor dari masyarakat yaitu

lingkungan tempat tinggal dan pergaulan dalam masyarakat.

2) Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri yang

terdiri dari faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang sehat atau

tidak sehat dan faktor psikologis misalnya bakat, minat,

motivasi dan kecerdasan.

Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainya, kemandirian

bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

18

pada diri anak sejak lahir, perkembanganya juga di pengaruhi

oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkunganya, selain

potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari

orang tuanya. Muhammad Ali dan Muhammad Asrori

(2002:118-119) menyebutkan sejumlah faktor yang

mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu : 1) Gen atau

keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian

tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian

juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan

karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat

kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya,

melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua

mendidik anaknya. 2) Pola asuh orang tua. Cara orang tua

mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi

perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang

terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada

anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan

menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya,

orang tua yang menciptakan suasana aman dalm interaksi

keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan

anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering

membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainya

juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

19

kemandirian anak. 3) Sistem pendidikan di sekolah. Proses

pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan

demokratisasi pendidikan akan cenderung menghambat

perkembangan kemandirian anak. Demikian juga, proses

pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian

sanksi juga dapat menghambat perkembangan kemandirian

anak. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekan

pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, dan penciptaan

kompetisi positif akan memperlancar perkembangan anak. 4)

Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat

yang terlalu menekan pentingnya struktur sosial merasa kurang

aman serta kurang menghargai potensi anak dalam kegiatan

belajar dapat menghambat perkembangan anak. Sebaliknya,

lingkungan masyarakat yang aman, menghargai potensi anak

dalam bentuk berbagai kegiatan, akan merangsang dan

mendorong perkembangan kemandirian anak.

Berarti bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai peranan

yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan

menentukan seberapa jauh seorang anak bersikap dan berfikir

secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut. Untuk dapat

mandiri seorang anak membutuhkan kesempatan dan dukungan

serta dorongan dari keluarga dan lingkungan. Peran orang tua

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

20

dan respon dari lingkungan pada saat ini sangat diperlukan anak

sebagai penguat setiap perilaku dan keputusan yang diambilnya.

Kemandirian belajar anak adalah program belajar

ditentukan oleh seberapa besar stimulasi yang diberikan kepada

anak untuk menentukan atau mengatur sendiri kegiatan

belajarnya. Jika suatu program pendidikan memberikan

stimulasi yang luas kepada anak untuk mengatur sendiri

kegiatan belajarnya, maka konsekwensinya anak dituntut untuk

memiliki tingkat kemandirian belajar yang tinggi. Tingkat

kemandirian belajar anak tergantung seberapa besar peran aktif

anak dalam mengatur sendiri kegiatan belajarnya sesuai dengan

stimulasi yang diberikan. Kemandirian belajar yang diberikan

kepada anak pada dasarnya meliputi tiga aspek yaitu tujuan

belajar, cara belajar dan evaluasi. Dengan demikian, tingkat

kemandirian belajar pada suatu lembaga, tergantung seberapa

banyak dan luas lembaga tersebut memberikan otonomi atau

kesempatan kepada anak untuk berperan dalam ketiga aspek

tersebut. Jika anak diberikan lebih banyak kesempatan untuk

ikut mengatur kegiatan belajar, maka akan memberi

kesempatan kepada anak untuk bisa bersikap mandiri dalam

belajar. Jika suatu program pembelajaran memberikan otonomi

yang luas kepada peserta didiknya, maka berarti

lembaga/program tersebut telah memberikan kesempatan yang

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

21

banyak kepada peserta didik untuk merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajarnya sendiri.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar peran

dan tanggung jawab anak dalam mengatur ketiga aspek

kegiatan belajar tersebut, mengindikasikan semakin tingginya

kemandirian belajar anak. Adapun indikator-indikator

kemandirian dalam penelitian ini adalah:

a) Mengelap tangan dengan serbet

b) Memakai baju sendiri

c) Cuci tangan sebelum makan

d) Makan sendiri

e) Melepas dan memakai sepatu sendiri

2. Kegiatan Out Bound

a. Pengertian Out bound Anak Usia Dini

Out bound adalah sebuah proses dimana seseorang

mendapatkan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilainya

langsung dari pengalaman memunculkan sikap-sikap saling

mendukung, komitmen, rasa puas dan memikirkan masa yang akan

datang yang sekarang tidak diperoleh melalui metode belajar yang

lain. Out bound dalam pengertian lainnya adalah cara menggali diri

sendiri, dalam suasana menyenangkan dan tempat penuh tantangan

yang dapat menggali dan mengembangkan potensi, meninggalkan

masa lalu, berada di masa sekarang dan siap menghadapi masa

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

22

depan, menyelesaikan tantangan, tugas-tugas yang tidak umum

menantang batas pengamatan seseorang, membuat pemahaman

terhadap diri sendiri tentang kemampuan yang dimiliki melebihi dari

yang dikira (outwardbound, 2009: 1).

Pengertian lain menyatakan bahwa out bound adalah

sebuah petualangan yang berisi tantangan bertemu dengan sesuatu

yang tidak diketahui tetapi penting untuk dipelajar, belajar

tentang diri sendiri, tentang orang lain dan semua tentang

potensi diri sendiri (outbound, 2009: 1). Out bound adalah sebuah

cara untuk menggali dan mengembangkan potensi anak dalam

suasana yang menyenangkan, out bound digunakan untuk

pembelajaran dengan berbagai alasan pula, (outbound, 2009: 2)

Sebagai sebuah simulasi kehidupan yang kompleks menjadi

sederhana di mana anak mempelajari miniatur kehidupan dengan

segala permasalahannya, dengan metode belajar melalui

pengalaman anak mengalami langsung pengalaman yang akan

dipelajari dan out bound dilakukan dengan penuh kegembiraan,

karena berupa permainan hingga anak senang dan dapat

menghadapi berbagai tantangan

Dari pengertian tersebut, jelas terlihat bahwa kegiatan out

bound adalah kegiatan yang disusun terencana untuk mencapai tujuan

pengembangan potensi anak dan menantang untuk dilakukan. Out

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

23

bound dilakukan dalam suasana yang menyenangkan di alam terbuka

sehingga anak lebih mudah menjalani kegiatan ini.

b. Tujuan Out bound Anak Usia Dini

Secara umum out bound bertujuan untuk mengembangkan

berbagai komponen perilaku anak untuk menunjang pelaksanaan

tugasnya sebagai siswa dalam kehidupan sehari hari (Gaia, 2008 :

2). Secara lebih spesifik out bound dilakukan untuk tujuan-tujuan

sebagai berikut : meningkatkan rasa percaya diri, membuka

wawasan baru dalam berinteraksi dengan lingkungan, bekerjasama

dengan orang lain, memberikan pengalaman untuk mandiri

menyelesaikan masalah, meningkatkan kemampuan kreatif

dalam menyelesaikan masalah, belajar untuk berkomonikasi

secara efektif.

c. Metode Kegiatan Out bound

Kegiatan out bound sebagai kegiatan alam dilakukan

dengan berbagai metode yang ada intinya adalah memberikan

pengalaman langsung pada suatu peristiwa pada anak. Metode -

metode yang digunakan dalam out bound adalah (Kemah, 2008):

Permainan kelompok; Kerja kelompok; Petualangan individu;

Ceramah; Diskusi (refleksi kegiatan). Sementara hasil penelitian

penulis menemukan bahwa metode kegiatan out bound yang

diterapkan pada anak usia dini antara lain praktek langsung

dimana anak melakukan sendiri kegiatan out bound, bercerita pada

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

24

saat kegiatan awal dan evaluasi kegiatan, bernyanyi ketika tengah

melaksanakan kegiatan, tanya jawab sebagai sarana evaluasi

kegiatan, dan demonstrasi atau mencontohkan untuk memberi

gambaran cara melakukan kegiatan.

Jadi kegiatan out bound mencakup kegiatan

pengembangan untuk kerjasama melalui permainan kelompok

ataupun kerja kelompok juga mengembangkan kemampuan

individu dalam kegiatan petualangan individu. Setelah itu anak

dilatih untuk berani mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi

dan menghargai orang lain dalam kegiatan ceramah. Berbagai

metode yang diterapkan pada anak usia dini tersebut dibuat

menarik dan melibatkan anak secara aktif.

Metode tersebut diterapkan untuk mengefektifkan proses

pembelajaran melalui kegiatan out bound. Belajar yang efektif

menurut Boyett dan Boyett dalam Ancok memerlukan tahapan-

tahapan (Ancok, 2002 : 6-16) :

1) Pembentukan pengalaman (experience)

Pada tahap ini anak dilibatkan dalam setiap kegiatan

atau permainan dalam out bound bersama dengan anak lainya

dalam tim atau kelompok. Kegiatan yang berupa permainan

dalam out bound merupakan salah satu bentuk pemberian

pengalaman secara langsung pada anak. Pengalaman langsung

tersebut akan dijadikan sarana untuk menimbulkan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

25

pengalaman intelektual, pengalaman emosional, dan penga -

laman yang bersifat fisik pada anak (outwardbound, 2008 : 3).

Pada kegiatan out bound pengalaman yang ditimbulkan

diusahakan sesuai dengan kebutuhan. Karenanya sebelum

kegiatan dilakukan, terlebih dahulu diadakan analisis

kebutuhan anak yaitu : (1) penyusunan kebutuhan anak, (2)

penyusunan jenis aktivitas dan (3) penyusunan urutan aktivitas

2) Perenungan pengalaman (reflect)

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui pengalaman

yang diperoleh dari kegiatan yang telah dilakukan. Setiap

anak mengungkapkan pengalaman pribadi yang dirasakan

pada saat melakukan kegiatan. Pada yang dirasakan secara

intelektual, emosional, dan fisikal. Di tahap ini instruktur

outbound merangsang anak untuk menyampaikan pengalaman

pribadi masing-masing setelah terlibat dalam kegiatan

3) Pembentukan konsep (form concept)

Pada tahap ini anak mencari makna dari pengalaman

intelektual, emosional, dan fisikal yang diperoleh dari

keterlibatan dalam kegiatan. Tahap ini dilakukan sebagai

kelanjutan tahap refleksi.

4) Pengujian konsep (test concept)

Pada tahap ini anak diajak diskusi guna mengetahui

sejauh mana suatu konsep dapat dikuasai anak. Instruktur

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

26

juga mengarahkan pertanyaan untuk mengetahui apakah anak

dapat mengambil pelajaran dari kegiatan outbound dan apakah

anak kira-kira mampu menerapkannya di kehidupannya (Gaia,

2008: 2).

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Metode Out

Bond.

Kegiatan out bond merupakan kegiatan belajar sambil

bermain atau sebaliknya. Menurut Vygotsky (Tedjasaputra, 2001:

10) bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan

kongnisi seorang anak dan berperan penting dalam perkembangan

sosial dan emosi anak. Menurut Heterington dan Parke

(Moeslichatoen, 2007: 34), bermain juga berfungsi untuk

mempermudah perkembangan kognitif anak. Bermain juga

meningkatkan perkembangan sosial anak serta untuk memahami

peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya

setelah ia dewasa kelak. Dworetzky (Moeslichatoen, 2007: 34)

mengemukakan bahwa fungsi bermain dan interaksi dalam

permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif

dan sosial siswa. Manfaat bermain tidak saja dapat meningkatkan

perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan

bahasacdisiplin,kreativitas, dan perkembangan fisik anak.

Pendekatan out bond cocok diterapkan karena adanya

perbedaan-perbedaan individu dalam kelas. Pada pendekatan ini,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

27

anak diberi rangsangan untuk menemukan konsep yang akan

dipelajari dengan dibimbing oleh guru. Adapun kelemahan dari

pembelajaran dengan out bond yaitu:

1) Waktu yang digunakan relatif lama.

2) Membutuhkan peralatan dan sumber belajar yang beragam.

3) Tenaga yang dibutuhkan lebih banyak.

4) Ide permainan dan memberi makna pada konsep memerlukan

kreativitas dan perhatian yang lebih dari guru. (Astuti

Wijayanti, 2009: 11 Menurut Gordon dan Browne

(Moeslichatoen, 2007: 57-58) terdapat beberapa aspek yang

perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan out

bond yaitu antara lain:

a) Memilih bahan untuk kegiatan bermain yang mengundang

perhatian semua anak, yakni bahan-bahan yang dapat

memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan menyentuh

perasaan mereka.

b) Memilih bahan yang multi guna yang dapat memenuhi

bemacam tujuan pengembangan seluruh aspek

perkembangan anak.

c) Memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan anak

untuk menggunakannya dengan bermacam cara.

d) Memilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat

usia anak.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

28

e) Memilih bahan harus sesuai dengan kurikulum yang

dianut.

f) Memilih bahan yang mencerminkan kualitas rancangan

dan keterampilan kerja.

g) Memilih bahan dan peralatan yang tahan lama.

h) Memilih bahan-bahan yang dapat dipergunakan secara

fleksibel dan serba guna.

i) Memilih bahan yang mudah dirawat dan diperbaiki.

j) Memilih bahan yang mencerminkan peningkatan budaya

kelompok.

k) Memilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan

meniru-niru.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan

suatu alternative pengalaman belajar bagi anak yang lebih luas

daripada pendekatan yang diarahkan oleh guru kelas. Strategi ini

menyediakan banyak kesempatan belajar secara aktif, personalisasi

dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya bagi para anak untuk

semua tingkat usia. Pembelajaran dengan out bond ini guru dapat

memasukkan ke dalam kegiatan belajar anak, agar apa yang

dipelajari dapat mendekatkan anak kepada Allah swt

3. Kajian tentang Perkembangan Anak Usia Dini

a. Perkembangan Fisik Anak Usia Dini

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

29

Anak pada saat usia dini memiliki kesadaran akan dirinya

sebagai pria maupun sebagai wanita, dapat mengatur diri dalam

buang air dan mampu mengenal beberapa hal yang dapat

membahayakan dirinya. Di tinjau dari pertumbuhan otaknya sudah

memcapai ukuran 75 % sampai dengan 90 % otak orang dewasa

dan juga susunan syarat dalam otaknya sudah sempurna, sehingga

anak pada usia dini memungkinkan mampu mengontrol kegiatan-

kegiatan motoriknya secara seksama dan efisien. (Syamsu Yusuf,

2002 : 163).

Menurut Soemiarti Patmonodewo (2007: 25) perkembangan

fisik sudah mulai mampu mengendalikan otot lengan, dimana otot

tersebut akan dipergunkan untuk menulis dan memotong dengan

gunting.

b. Perkembangan Intelektual Anak Usia Dini

Menurut Piaget dalam Syamsu Yusuf (2002: 165) bahwa

perkembangan anak pada usia dini berada pada periode

preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu

menguasai operasi mental secara logis. Sedangkan menurut

Soemiarti Patmonodewo (2007: 27) perkembangan intelektual anak

usia dini sudah dapat mengkoordinasikan berbagai cara berpikir

anak untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi anak.

c. Perkembangan Emosional Anak Usia Dini

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

30

Beberapa jenis emosi yang dapat berkembang pada anak

usia dini menurut Syamsu Yusuf antara lain :

1) Perasaan takut yaitu perasaan terancam oleh objek yang

dianggap membahayakan dirinya

2) Perasaan cemas yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan,

yang tidak ada objeknya.

3) Perasaan marah merupakan perasaan yang tidak senang atau

benci baik terhadap orang lain, dirinya sendiri atau obyek

tertentu, yang dapat diwujudkan dalam bentuk verbal maupun

nonverbal.

4) Perasaan cemburu yaitu perasaan tidak senang terhadap orang

lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang

yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya.

5) Perasaan gembira karena terpenuhi keinginannya.

6) Perasaan kasih sayang yaitu perasaan senang untuk

memberikan perhatian atau perlindungan terhadap orang lain,

hewan maupun benda.

7) Perasaan phobi yaitu suatu perasaan takut yang tidak patut

ditakutinya seperti takut air, takut kecoa, takut ulat.

8) Perasaan ingin tahu yaitu suatu perasaan ingin mengenal,

mengetahui segala sesuatu objek-objek, baik yang bersifat fisik

maupun non fisik.

d. Perkembangan sosial anak usia dini

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

31

Pada masa usia dini perkembangan sosial anak sudah

nampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan

dengan teman sebayanya. Agar tercipta perkembangan sosial maka

perlu diusahakan hal-hal sebagai berikut :

1) Suasana sekolah sebaiknya masih seperti suasana keluarga.

2) Tata tertib masih longgar agar tidak mengikat kebebasan anak.

3) Anak berkesempatan untuk bergerak aktif, bermain dan riang.

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan

kemandirian anak diantaranya penelitian oleh Titik Maryani yang berjudul

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Melalui Kegiatan Out

Bound Di TK Aisyiyah V Gedongan Masaran Sragen Tahun 2010 / 2011

terbukti melalui kegiatan out bound dapat meningkatkan kemampuan

motorik anak sejak dini.

Penelitian dari Sunarni yang berjudul Upaya Meningkatkan

Kemandirian Melalui Kegiatan Out Bound Di TK Pertiwi Karanganyar

Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2010 /2011 dengan hasil

anak yang memiliki kemandirian sebanyak 10 anak dari jumlah 20 anak

atau 50 % pada siklus 1. Kemudian pada siklus II meningkaat menjadi 15

anak dari jumlah 20 anak atau 75%.

Journal Ilmiah dari Ika Budi Maryatun yang berjudul Pemanfaatan

Kegiatan Out Bound Untuk Melatih Kerjasama Anak Usia Dini. Dari

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

32

jurnal dapat disimpulkan banyak jenis kegiatan Out bound yang dapat

digunakan untuk menanamkan kerjasama anak usia dini antara lain kereta

balon, halang rintang,jalan kepiting,estafet bendera dan estafet tongkat.

Dari penelitian - penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian dapat ditingkatkan, oleh sebab itu guru dituntut untuk lebih

pandai dalam memilih media sebaagai bahan pembelajaran. Mengacu pada

penelitian – penelitian tersebut maka dalam penelitian ini guru

menggunakan kegiatan out bound untuk meningkatkan kemandirian anak

sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar anak.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan uraian teoretis di atas maka dapat diajukan suatu

kerangka pemikiran atau suatu anggapan dasar yang dapat melandasi

kegiatan penelitian ini. Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan

arahan penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara

atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka pemikiran berguna untuk

mewadahi teori-teori yang bisa seolah-olah lepas atau sama lain menjadi

satu rangkaian untuk mengarah pada penemuan jawaban sementara.

Kerangka pemikiran merupakan argumentasi-argumentasi yang rasional

terhadap teori-teori yang digunakan untuk menjawab masalah. Karena

penelitian dituntut untuk membuat penalaran yang menggunakan logika

untuk sampai pada kesimpulan jawaban sementara masalahnya.

Kemandirian anak dalam arti mampu mencukupi sendiri,

mengerjakan sendiri, memecahkan masalah sendiri, berinisiatif, percaya

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

33

diri, dan mampu mengambil keputusan untuk memilih sesuatu yang

dimungkinkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Dengan

kata lain apabila seorang anak memiliki kemandirian yang baik, maka

pencapaian prestasi belajarnya juga akan baik.

Kemandirian ini erat kaitannya dengan motivasi (dorongan) yang

berasal dari dalam diri peserta didik untuk berhasil dalam belajar. Rasanya

mustahil peserta didik yang tidak mempunyai motivasi untuk berhasil

dalam belajar tanpa diiringi dengan keinginan sendiri untuk belajar.

Kemandirian belajar merupakan faktor pencetus keberhasilan dalam

belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik. Adanya motivasi

terhadap keberhasilan ini memungkinkan peserta didik untuk merasa

bertanggung jawab dalam mengelola dirinya sendiri. Ia telah menyadari

bahwa belajar telah menjadi kebutuhan hidupnya yang tidak bisa ditawar

tawar lagi. Motivasi perlu dilatih dengan metode bermain sesuai dengan

tahapan perkembangan anak yang cenderungan untuk bermain.

Dengan kegiatan out bound anak akan belajar mengendalikan diri

sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya, sehingga ia akan

mampu berpikir bahwa di sekitarnya ada orang lain yang perlu

berkembang dan berkemandirian. Penggunaan metode out bound untuk

meningkatkan kemandirian anak mengandung arti belajar mewujudkan

kemandirian untuk dapat membantu mengembangkan komonikasi dan

membantu pribadi anak untuk dapat mengekspresikan kemandirian.

Dengan menggunakan metode out bound yang benar maka kemandirian

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

34

anak akan meningkat sehingga dapat meningkatkan keberanian anak untuk

melakukan segala sesuatu dengan mandiri.

Secara sederhana kerangka berpikir dapat dibuat bagan sebagai

berikut:

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap

masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji terlebih dahulu

secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2006: 21). Oleh karena itu agar

rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu

pedoman yang digunakan sebagai tuntunan. Pedoman itu berupa jawaban

Kondisi

awal

Guru belum

menggunakan

kegiatan

outbound dalam

pembelajaran

Kemandirian anak

kelompok bermain

Pelangi Ceria Jirapan

Masaran Kabupaten

Sragen rendah Tindakan Menggunakan kegiatan

out bound dalam

pembelajaran secara

berulang-ulang

dalam upaya

meningkatkan

kemandirian anak

Kondisi

akhir

Kegiatan out bound

meningkatkan

kemandirian anak

kelompok bermain

Pelangi Ceria Jirapan

Kecamatan Masaran

Kabupaten Sragen

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Tentang …eprints.ums.ac.id/19972/2/BAB_II.pdf · bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat 18 pada diri anak sejak

35

sementara atau hipotesis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka didalam

penulisan skripsi ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui

Kegiatan out bond dapat meningkatkan kemandirian anak usia dini

Kelompok Bermain Pelangi Ceria Jirapan Masaran Sragen tahun 2012.