BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian...

19
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan 2.1.1 Pengertian Kesiapan Kesiapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang dapat merespon dan mempraktekkan kegiatan yang memuat sikap dan keterampilan yang harus dimiliki dan dipersiapkan selama mengikuti kegiatan tertentu. Menurut Slameto yang dimaksud dengan kesiapan: “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi.” 5 Hal ini dapat memiliki arti bahwa seorang guru haruslah siap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang berhubungan dengan kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Jadi, kesiapan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang benar-benar mantap dan siap merespon segala sesuatu yang berhubungan dengan fisik maupun non fisik. 2.1.2 Aspek aspek Kesiapan Slameto mengemukakan aspek aspek kesiapan antara lain: “a. Kondisi fisik, mental, dan emosional b. Kebutuhan atau motif tujuan c. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah dipelajari 5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 113.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesiapan

2.1.1 Pengertian Kesiapan

Kesiapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang dapat merespon dan

mempraktekkan kegiatan yang memuat sikap dan keterampilan yang harus

dimiliki dan dipersiapkan selama mengikuti kegiatan tertentu.

Menurut Slameto yang dimaksud dengan kesiapan:

“Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang

membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam

cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi.”5

Hal ini dapat memiliki arti bahwa seorang guru haruslah siap dalam

menghadapi segala situasi dan kondisi yang berhubungan dengan kelangsungan

kegiatan belajar mengajar. Jadi, kesiapan dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang benar-benar mantap dan siap merespon segala sesuatu yang

berhubungan dengan fisik maupun non fisik.

2.1.2 Aspek – aspek Kesiapan

Slameto mengemukakan aspek – aspek kesiapan antara lain:

“a. Kondisi fisik, mental, dan emosional

b. Kebutuhan atau motif tujuan

c. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang

telah dipelajari

5Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h. 113.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

8

Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness

atau kesiapan yaitu:

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh

mempengaruhi).

b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk

memperoleh manfaat dari pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif

terhadap kesiapan.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa

perkembangan.”6

Adapun faktor-faktor yang menentukan kesiapan, yaitu :

“ 1) Kematangan (maturation)

Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang

ditentukan oleh proses pembawaan. Proses kematangan ini

belajar tanpa adanya usaha usaha yang disengaja untuk

mempercepat proses ini, dan proses kematangan ini juga

berjalan jika ada usaha-usaha untuk tantangan (challenges).

Dalam hampir semua perubahan dalam kelakuan seseorang,

ada dua tenaga yaitu proses belajar dan kematangan.

Dalam proses kematangan terdapat tiga hal pokok:

a) Kematangan mengandung arti bahwa tidak semua

perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada anak terjadi

karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan

pengajaran, tetapi sebagian besar terjadi karena

perkembangan dari dalam diri anak.

b) Proses kematangan terjadi melalui beberapa tingkat atau

fase terlepas dari bakat dan individu yang bersangkutan

tidak ada fase yang tidak muncul atau bertukar nomor

dalam urutannya.

c) Sebagian besar dari proses perkembangan psikis pada

anak hendaklah dipandang sebagai suatu kerjasama yang

kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar

yang diberikan oleh lingkungannya.

Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri

untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness”.

Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkahlaku,

baik tingkahlaku yang instingtif (melalui proses hereditas),

maupun tingkahlaku yang dipelajari.

6Ibid., h. 14-15.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

9

2) Pengalaman (eksperince)

Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami

(dijalani, dirasakan, ditanggung, dsb) baik yang sudah lama

atau baru saja terjadi. Sebelum seseorang dapat mengerjakan

suatu tugas yang kompleks,ia harus dahulu mempunyai

kecakapan dasar, misalnya bila seorang anak belum mempunyai

readiness untuk membaca, maka ia tentu belum dapat membaca

sesuatu.

Jika seorang murid belum memiliki pengalaman, maka

sukar menelaah materi yang disampaikan oleh gurunya.

Dengan memiliki pengetahuan yang banyak, seorang murid

juga perlu memiliki banyak pengalaman seperti ilmu terapan

dan membaca buku.

3) Kesesuaian bahan dengan metode pengajaran

Kalau kita bandingkan cara dan bahan pengajaran

dengan kemampuan seorang anak sejak lahir, maka dengan

mudah kita dapat memilih metode apa yang digunakan agar

siswa sesuai mendapatkan apa yang diinginkan. Dalam hal

ini,kita harus melihat sejauh mana kesiapan seorang siswa

dalam menerima pembelajaran. Dengan begitu seorang

pengejar juga akan lebih mudah menentukan cara apa/metode

apa yang harus digunakan, dan melalui bahan yang sesuai

untuk di ajarkan.

Untuk pengajaran yang bersifat skill (kecakapan) harus

dihubungkan dengan sesuatu objek yang mempunyai arti

(meaningfull), misalnya kecakapan harus yang berhubungan

dengan sesuatu mata pelajaran.

4) Sikap emosional dan penyesuaian diri

Sikap emosional adalah suatu kemampuan yang dapat

mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui

bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk

meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.”7

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik, mental, dan

emosional, kebutuhan atau motif tujuan, keterampilan dan pengetahuan sangat

penting kaitannya dengan kesiapan. Dalam kesiapan ada faktor-faktor yang

menentukan diantaranya kematangan, pengalaman, kesesuaian bahan dengan

metode pengajaran, serta sikap emosional dan penyesuaian diri.

7http://kesiapanbelajar.blogspot.co.id/2013/05/faktor-faktor-yang-menentukan-

readiness.html, diakses 1 Januari 2016 pukul 23.42

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

10

2.2 Guru

2.2.1 Pengertian Guru

Sebutan “GURU” harus dihayati dan dilaksanakan dengan sungguh-

sungguh, bukan sekedar sebutan tanpa makna. Wibowo dan Hamrin

mengemukakan arti kata guru sebagai berikut:

“Pertama, huruf “G” bermakna gagasan. Artinya, semua guru harus

memiliki gagasan-gagasan yang baru dan membangun. Gagasan itu

tidak sekedar diucapkan di kelas saja, tetapi ada keberanian untuk

menyebarkannya melalui tulisan.

Kedua, huruf “U” bermakna usaha. Artinya, kompetensi,

profesionalisme dan perubahan itu bisa dicapai dengan usaha.

Ketiga, huruf “R” bermakna rasa yang meliputi asah, asih, dan asuh.

Setiap guru harus memiliki rasa itu, dan menanamkannya kepada

anak didik.

Keempat, huruf “U” bermakna uang/harta. Artinya, guru dituntut

memiliki modal yang cukup untuk mencapai profesionalisme dan

kompetensi. Uang juga diperlukan untuk meningkatkan martabat dan

kewibawaan guru di tengah masyarakat yang serba matrealistik dan

hedonis.”8

Menjadi guru adalah tugas kemanusiaan. Mengajar dengan ketulusan adalah

kata kunci pendidikan untuk pengabdian dan sebagai proyek kemanusiaan, bukan

proyek untuk meningkatkan gaji. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Guru berkewajiban untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan

proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi pembelajaran,

juga meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi

8Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012), h. 38.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

11

secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah

seorang teladan yang diharapkan dapat bekerja secara profesional untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

2.2.2 Peran

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran

guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji

oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997)

yang dikutip oleh Fatah.

Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

“ a. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan

identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh

karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang

mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran

guru sebagai pendidik berkaitan dengan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan

kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa

yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,

pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk

perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-

hal yang bersifat personal dan spiritual.

Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus

mengontrol setiap aktivitas anak agar tingkah laku anak tidak

menyimpang dengan norma-norma yang ada.

b. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam

kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan

guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan

keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di

atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat

belajar dengan baik.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

12

Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi

peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada

beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam

pembelajaran, yaitu; membuat ilustrasi, mendefinisikan,

menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan,

menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang

bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar,

menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan nada

perasaan.

Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-

guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan

meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika

mempelajari materi standar.

c. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya

bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal

ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga

perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual

yang lebih dalam dan kompleks.

Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi

yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:

2. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi

kompetensi yang hendak dicapai.

3. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik

melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara

jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.

4. Guru harus memaknai kegiatan belajar.

5. Guru harus melaksanakan penilaian.

d. Guru Sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu

pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya.

e. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran.

Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu menambah

pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan

keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.

f. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik

dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat

kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini

tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,

tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat

sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang

menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

13

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru; sikap

dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui

pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan,

proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan,

gaya hidup secara umum.

Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi

peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup

pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari

kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada

pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang

bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan

berusaha untuk tidak mengulanginya.

g. Guru Sebagai Anggota Masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.

Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam

pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat

mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang

dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk

berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara

lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.

Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak

pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang

bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

h. Guru Sebagai Administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi

juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan

pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas

administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut

bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam

kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan

secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti

membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan

sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah

melaksanakan tugasnya dengan baik.

i. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi

orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus

sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat

berharap untuk menasehati orang.

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk

membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada

gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang

kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus

memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

j. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

14

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam

kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,

terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu

dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua

memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta

didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari

pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan

diwujudkan dalam pendidikan.

Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman

yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa modern yang

akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara

generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah

pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

k. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreatifitas merupakan hal yang sangat penting dalam

pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan

menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan

sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia

kehidupan di sekitar kita. Kreatifitas ditandai oleh adanya

kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan

tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan

untuk menciptakan sesuatu.

Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk

menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik,

sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang

kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja.

Kreatifitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh

guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan

sebelumnya.

l. Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta

didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa

kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.

Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan

seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang

tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan

rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai

emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara

moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali

menjadi pribadi yang percaya diri.

m. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang

paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan

hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila

berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat

dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

15

dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang

jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan

dan tindak lanjut.

n. Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara

bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan

rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi,

suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa

mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator

terpadu dengan peran sebagai evaluator.”9

Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.

Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan

cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang

begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru

mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan

dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus

ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan

terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut

bergerak menuju kehancuran.

2.3 Profesional

2.3.1 Pengertian Profesional

Profesional adalah pekerja yang menjalankan profesi. Setiap profesional

berpegang pada nilai moral yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.

Dalam melakukan tugas profesi, para profesional harus bertindak objektif, artinya

bebas dari rasa malu, sentimen, benci, sikap malas, dan enggan bertindak.

9Fatah Ahmadi, Makalah Peran dan Fungsi Guru, 2012, diakses dari

http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/, pada tanggal 2 April 2016 pukul 15.23

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

16

Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu

yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus,

dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi)

didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk

membedakannya dengan kerja biasa yang semata bertujuan untuk mencari nafkah

atau kekayaan materi duniawi.

2.3.2 Karakteristik

Lieberman (1956) dalam Saud, mengemukakan bahwa karakteristik profesi

kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-titik persamaannya. Di

antara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut.

“ a. Sebuah layanan yang unik, pasti, dan penting

Profesi merupakan suatu jenis pelayanan yang unik karena

berbeda dari jenis pekerjaan yang lain. Selain itu, profesi

bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan

bidang garapannya. Profesi amat dibutuhkan oleh pihak

penerima jasanya sementara pihaknya sendiri tidak memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk

melakukannya sendiri.

b. Penekanan pada teknik intelektual dalam melakukan pelayanan

Pelayanan profesi amat menuntut kemampuan kinerja

intelektual yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan

manual semata-mata, tetapi terkadang peralatan manual juga

masih digunakan.

c. Suatu periode panjang pelatihan khusus

Pendidikan keprofesian lazimnya diselenggarakan pada jenjang

pendidikan tinggi, dengan proses pemagangannya sampai batas

waktu tertentu dalam bimbingan para seniornya.

d. Berbagai otonomi untuk kedua praktisi individu dan kelompok

kerja secara keseluruhan

Individu-individu dalam kerangka kelompok asosiasinya pada

dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung

mereka menangani prakteknya. Dalam hal menjumpai suatu

kasus yang berada di luar kemampuannya, mereka membuat

rujukan kepada orang lain yang dipandang lebih berwenang,

atau membawanya ke dalam suatu panel atau konferensi kasus.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

17

e. Penerimaan oleh praktisi dari tanggung jawab pribadi yang

luas untuk penilaian yang dibuat dan tindakan yang dilakukan

dalam lingkup otonomi profesional

Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang

tenaga praktisi profesional itu berarti ia memikul

tanggungjawab pribadinya harus secara penuh.

f. Penekanan pada layanan yang akan diberikan, daripada

keuntungan ekonomi kepada praktisi, sebagai dasar bagi

organisasi dan kinerja pelayanan sosial didelegasikan kepada

kelompok kerja

Hendaknya kinerja pelayanan lebih mengutamakan kepentingan

pelayanan pemenuhan kebutuhan, dibandingkan untuk

kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang akan

diterimanya.

g. Sebuah organisasi pemerintahan sendiri yang komprehensif dan

praktis

Pelayanan bersifat teknis sehingga masyarakat menyadari

bahwa pelayanan hanya mungkin dilakukan penanganannya

oleh mereka yang kompeten. Karena masyarakat awam di luar

yang kompeten yang bersangkutan, maka kelompok para

praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang seharusnya

menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi

atas dirinya sendiri.

h. Sebuah kode etik yang telah diklarifikasi dan diinterpretasikan

pada titik-titik ambigu dan ragu dengan kasus-kasus konkret

Bertindak sesuai kewajiban dan tuntunan moralnya baik

terhadap klien maupun masyarakatnya. Adanya suatu perangkat

kode etika yang telah disepakati bersama oleh yang

bersangkutan seyogyanya membimbing hati nuraninya dan

mempedomani segala tingkah lakunya.”10

2.3.3 Syarat

Robert W. Richey (1974) yang dikutip oleh Saud mengemukakan syarat-

syarat profesi sebagai berikut:

“ a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal

dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

b. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu

yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-

prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

10

Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 9.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

18

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut

serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan

jabatan.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku,

sikap dan cara kerja.

e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar

pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan

anggotanya.

g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan

kemandirian.

h. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan

menjadi seorang anggota yang permanen.”11

Syarat-syarat seperti yang telah dikemukakan di atas sangat penting untuk

diperhatikan bagi calon guru profesional. Seorang guru profesional tidak boleh

mementingkan egonya sendiri. Mereka harus mau memberikan pelayanan yang

baik tanpa mengharapkan imbalan.

2.4 Guru Profesional

2.4.1 Pengertian Guru Profesional

Guru merupakan salah satu profesi yang mulia. Profesi guru dapat diartikan

sebagai pekerjaan atau keahlian khusus yang harus memenuhi kompetensi-

kompetensi tertentu dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan.

Menurut Kunandar pengertian guru profesional adalah sebagai berikut:

“Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu

dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta

didik untuk belajar.”12

Hal lain ditambahkan oleh Sidi (2003) yang dikutip oleh Kunandar:

11

Ibid., h. 15.

12

Kunandar, loc. cit.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

19

“Guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan

minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang

memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang

ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan

anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos

kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan

pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi profesi,

internet, buku, seminar, dan semacamnya.”13

Jadi, guru profesional adalah orang yang berprofesi sebagai guru yang telah

memenuhi persyaratan-persyaratan khusus sehingga mampu melaksanakan tugas

dan fungsinya secara maksimal.

2.4.2 Ciri-ciri

Ciri-ciri guru profesional dapat menjadi panutan bagi setiap guru untuk

mengembangkan diri agar benar-benar menjadi guru yang profesional. Berikut

adalah ciri-ciri guru profesional:

“a. Guru harus selalu mempunyai tenaga untuk siswanya. Guru

yang baik akan memberi perhatian pada siswa di setiap obrolan

atau diskusi yang dilakukan dan punya kemampuan mendengar

dengan seksama.

b. Seorang guru harus mempunyai tujuan yang jelas. Ciri guru

profesional adalah menetapkan tujuan setiap pelajaran secara

jelas dan bekerja guna memenuhi tujuan dalam setiap kelas.

c. Mempunyai keterampilan untuk mendidik agar murid disiplin.

Guru harus mempunyai keterampilan disiplin yang efektif. Hal

ini agar bisa memberi promosi atas perubahan perilaku positif

di dalam kelas.

d. Mempunyai keterampilan manajemen di dalam kelas yang baik.

Guru harus mempunyai keterampilan manajemen di dalam kelas

yang baik serta bisa memastikan agar perilaku siswa menjadi

baik saat siswa belajar dan bekerja sama.

e. Guru harus bisa berkomunikasi secara baik dengan orang tua

murid. Seorang guru harus menjaga komunikasi yang baik

dengan orang tua dan bisa membuat mereka selalu mengerti

tentang informasi yang sedang terjadi.

13

Kunandar, op. cit., h. 50.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

20

f. Guru mempunyai ekspektasi yang tinggi pada muridnya. Guru

profesional memiliki ekspektasi besar pada siswa serta memacu

semua siswa untuk terus bekerja dan mengerahkan potensi

terbaik yang mereka miliki.

g. Mempunyai pengetahuan perihal kurikulum. Guru harus

mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai kurikulum

sekolah dan standar yang lain. Guru dengan sekuat tenaga akan

memastikan bahwa pengajaran yang mereka lakukan sudah

memenuhi standar-standar tersebut.

h. Mempunyai pengetahuan mengenai subyek yang diajarkan.

Meskipun sudah jelas, namun terkadang diabaikan. Guru

profesional memiliki pengetahuan yang sangat baik dan

antusiasme terhadap subyek yang diajarkan. Guru tersebut

selalu siap untuk menjawab semua pertanyaan dan menyimpan

berbahai bahan yang menarik bagi siswa.

i. Guru selalu memberikan yang paling baik bagi anak didik di

dalam proses pengajaran. Ciri guru profesional adalah selalu

bergairah dalam mengajar dan bekerja bersama dengan anak

didik. Guru akan merasa gembira ketika bisa mempengaruhi

siswa dalam kehidupannya dan memahami efek yang mereka

miliki.”14

Jadi guru profesional harus selalu mempunyai tenaga untuk siswanya dan

mempunyai tujuan yang jelas yang telah terangkum dalam RPP. Selain itu guru

juga harus terampil agar murid disiplin, berkomunikasi baik dengan murid dan

orang tua murid, dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi

muridnya dalam proses pengajaran.

2.4.3 Sifat dan Sikap Profesional

Guru profesional harus memiliki sifat dan sikap seperti yang dikemukakan

oleh Sukmadinata, yaitu:

“ a. Fleksibel, tidak kaku dalam menyatakan dan menyampaikan

prinsip dan pendiriannya.

b. Bersikap terbuka, menerima kedatangan siswa untuk ditanya,

diminta bantuan, dan mengoreksi diri.

14

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html,

diakses 28 Maret 2016 pukul 22.17

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

21

c. Berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial maupun emosional.

d. Peka, cepat mengerti, memahami atau melihat dengan perasaan

apa yang diperlihatkan oleh siswa.

e. Tekun dalam mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun

menyempurnakan pengajarannya.

f. Realistik, melihat kenyataan apa adanya.

g. Melihat ke depan, membina siswa sebagai generasi penerus bagi

kehidupan di masa yang akan datang.

h. Rasa ingin tahu, selalu belajar, mencari dan menemukan sendiri

untuk memajukan siswanya.

i. Ekspresif, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan

dengan memancarkan emosi dan perasaan yang menarik.

j. Menerima diri, menerima keadaan dan kondisi dirinya, berusaha

untuk selalu memperbaiki dan mengembangkannya.”15

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa guru profesional

tidak hanya perlu menguasai pengetahuan dan kecakapan, tetapi juga harus

memiliki sifat dan sikap yang fleksibel, terbuka, mandiri, peka, tekun, realistik,

modern, ingin tahu, ekspresif, dan menerima diri.

2.4.4 Tanggungjawab Profesional

Dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian

dan nilai-nilai yang diinginkan membutuhkan peran guru. Menurut Buchari Alma

ada enam tugas dan tanggungjawab guru dalam mengembangkan profesinya,

yakni:

“ a. Guru bertugas sebagai pengajar, lebih menekankan kepada tugas

dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.

b. Guru bertugas sebagai pembimbing, memberi tekanan kepada

tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya.

c. Guru bertugas sebagai administrator kelas, jalinan antara

ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada

umumnya.

15

Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 256-258.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

22

d. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum, berusaha untuk

mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan

penyempurnaan praktik pengajaran agar hasil belajar siswa

dapat ditingkatkan.

e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi, tuntutan dan

panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan

meningkatkan tugas dan tanggungjawab profesinya.

f. Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat,

guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian

integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu

masyarakat.”16

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab

guru profesional adalah mengajar, membimbing, mengembangkan kurikulum dan

profesi, juga untuk membina hubungan dengan masyarakat.

2.5 Kompetensi

Guru yang profesional memiliki empat kompetensi atau standar kemampuan

yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

Kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas

sebagai agen pembelajaran.

Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk kreatif dalam

mnenyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi anak didiknya,

memilih dan menetukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai dengan

indikator pembahasan.

16

Alma, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 132-133.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

23

Menurut Surya (2005) yang dikutip oleh Kunandar tentang kompetensi

guru.

“Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang

harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara

tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi

intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial,

dan kompetensi spiritual."17

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008

tentang Guru, Bagian Kesatu Kompetensi, Pasal 3 disebutkan bahwa ada 4

kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pendidikan. Empat

kompetensi tersebut adalah :

“a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-

kurangnya meliputi:

1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

2) pemahaman terhadap peserta didik;

3) pengembangan kurikulum atau silabus;

4) perancangan pembelajaran;

5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

6) pemanfaatan teknologi pembelajaran;

7) evaluasi hasil belajar; dan

8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup

kepribadian yang:

1) beriman dan bertakwa;

2) berakhlak mulia;

3) arif dan bijaksana;

4) demokratis;

5) mantap;

6) berwibawa;

7) stabil;

8) dewasa;

17

Kunandar, op. cit., h. 55.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

24

9) jujur;

10) sportif;

11) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

12) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

13) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik. sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sekurang-

kurangnya meliputi kompetensi untuk:

1) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;

2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional;

3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame

pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan Guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-

kurangnya meliputi penguasaan:

1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan

standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau

koheren dengan program satuan pendidikan, mata

pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan

diampu.”18

Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat disimpulkan sebagai

penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi

sebagai guru.

18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru, Bagian

Kesatu Kompetensi, Pasal 3.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Pengertian Kesiapanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12681/2/T1... · 2017-10-24 · ditentukan oleh proses pembawaan. ... karena pengaruh

25

Sebagai calon guru profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional harus dikuasai dengan

baik dan benar. Keempat kompetensi ini dapat menjadi tolok ukur seberapa siap

seseorang menjadi guru profesional.

2.6 Kerangka Berpikir Penelitian

Mahasiswa Progdi PE

FKIP UKSW Salatiga

Kesiapan Menjadi Guru

Profesional

Standar Kompetensi

Pendidik

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Sosial

Kompetensi Profesional