BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI...

26
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Gejala Bahasa dalam Pembentukan Kata pada Bahasa Gaul Grup Chat LINE Remaja Perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung Bekasi” dengan penelitian yang telah ada sebelumnya,maka peneliti meninjau dua laporan penelitian, yaitu skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto: 1. Kajian Pembentukan Kata Ragam Bahasa Alay dalam Status Jejaring Sosial FACEBOOK oleh Achmad Harun Arrasyid, NIM 0901040034 Penelitian tersebut bertujuan mendeskripsikan proses pembentukan ragam bahasa alay dalam status jejaring Facebook. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dan penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap penyediaan data, dalam tahap ini digunakan metode simak dan metode catat, (b) tahap analis berisi data, dalam tahap ini digunakan metode agih, (c) tahap penyajian hasil analisis data, dalam tahap ini digunakanmetode penyajian informal dan formal. Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian yang berjudul “Gejala Bahasa dalam Pembentukan Kata pada Bahasa Gaul Grup Chat LINE Remaja Perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung Bekasi” berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaanya terdapat pada data dan sumber datanya.Pada penelitian Arrasyid datanya berupa ragam bahasa alay dan sumbernya dari FACEBOOK. Sedangkan penelitian yang berjudul “Gejala Bahasa dalam Pembentukan Kata pada Bahasa Gaul Grup Chat LINE Remaja Perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung 5 Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk membedakan penelitian yang berjudul “Gejala Bahasa dalam

Pembentukan Kata pada Bahasa Gaul Grup Chat LINE Remaja Perumahan Kartika

Wanasari Indah Cibitung Bekasi” dengan penelitian yang telah ada sebelumnya,maka

peneliti meninjau dua laporan penelitian, yaitu skripsi mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Purwokerto:

1. Kajian Pembentukan Kata Ragam Bahasa Alay dalam Status Jejaring Sosial

FACEBOOK oleh Achmad Harun Arrasyid, NIM 0901040034

Penelitian tersebut bertujuan mendeskripsikan proses pembentukan ragam

bahasa alay dalam status jejaring Facebook. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif kualitatif, dan penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap

penyediaan data, dalam tahap ini digunakan metode simak dan metode catat, (b) tahap

analis berisi data, dalam tahap ini digunakan metode agih, (c) tahap penyajian hasil

analisis data, dalam tahap ini digunakanmetode penyajian informal dan formal.

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian yang berjudul “Gejala

Bahasa dalam Pembentukan Kata pada Bahasa Gaul Grup Chat LINE Remaja

Perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung Bekasi” berbeda dengan penelitian

terdahulu. Perbedaanya terdapat pada data dan sumber datanya.Pada penelitian

Arrasyid datanya berupa ragam bahasa alay dan sumbernya dari FACEBOOK.

Sedangkan penelitian yang berjudul “Gejala Bahasa dalam Pembentukan Kata pada

Bahasa Gaul Grup Chat LINE Remaja Perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung

5

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

6

Bekasi” datanya berupa kata gaul dalam tuturan (teks) dari remaja Perumahan Kartika

Wanasari Indah Cibitung Bekasi. Sumber datanya screenshot chat grup Line dari

handphone remaja perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung Bekasi tersebut.

2. Deskripsi Penggunaan Bahasa Gaul dalam Kajian Etnolinguistik oleh

Hartini, NIM 0001540012

Penelitian Hartini mendeskrikan proses pembentukan istilah dalam bahasa gaul

dan memaparkan keterkaitan bahasa gaul dengan pandangan hidup dan perubahan

dalam masyarakat. Dalam penelitian Hartini, tujuan penelitian mendeskripsikan asal

mula munculnya istilah bahasa gaul di kalangan remaja, menelaah istilah bahasa gaul

dari segi bentuk dan makna serta hubungan bahasa gaul dengan bahasa, budaya dan

pola pikir masyarakat. Data diambil dari kosakata dalam bentuk tulisbahasa gaul yang

terdapat dalam majalah KawanKu, Keren Beken, Gaul dan Fantasi periode

September-Desember 2002. Tahap analisis data menggunakan metode padan dan

metode pustaka.Tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan

informal.Perbedaan penelitian Hartini dengan penelitian ini terletak pada rumusan

tahap penyediaan datamenggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan

menggukan teknik lanjut simak bebas libat cakap, teknik catat.Selain itu peneliti

menggunakan metode cakapatau percakapan.Tahap analisis data menggunakan

metode agih dengan teknik dasar bagi unsure langsung (BUL) dan di analisis dengan

teknik lesap, ganti, sisip, dan teknik perluas. Data berupa kosa kata yang terdapat pada

grup chat LINEdan sumber datanya berasal dari salah satu anggota grup chat LINE

tersebut bernama Gian Arjun Saputra. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan

gejala bahasa dalam pembentukan kata pada bahasa gaul grup chat LINE remaja

Perumahan Kartika Wanasari Indah Cibitung Bekasi tersebut.

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

7

B. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbiter yang dipakai oleh

anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar

sesamanya, berlandasan pada budaya yang mereka miliki bersama (Dardjowidjojo,

2010:16).Berkaitan dengan pengertian oleh pakar di atas, menurut Keraf (1984: 16),

bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia.Depdiknas (2007: 116) mendefinisikan bahasa

sebagai sistem lambang bunyi yang arbiter , yang dipergunakan oleh para anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Dari

pengertian yang dikemukakan para pakar tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa

bahasa sebuah sistem lambang bunyi yang arbiter yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia, digunakan untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri berdasarkan pada

budaya yang dimilikibersama.Bahasa dan manusia menjadi kesatuan yang utuh.

C. Pengertian Ragam Bahasa Gaul

Menurut Chaer(2007: 56), ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan

dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan

ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak

formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandard. Ragam bahasa

baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada saat situasi resmi, seperti pidato

kenegaran, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat menyurat resmi dan

buku pelajaran. Ragam tidak baku atau nonstandard adalah ragam bahasa yang

digunakan pada situasi santai atau ragam bahasa yang digunakan dengan teman

akrab.Ragam bahasa tidak baku dibagi menjadi dua yaitu ragam bahasa santai atau

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

8

ragam bahasa akrab. Ragam bahasa santai adalah variasi bahasa yang digunakan

dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bicang dengan keluarga atau teman karib

pada saat beristirhat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya.Ragam bahasa akrab

adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubunganya sudah

akrab, seperti antara anggota keluarga atau antar teman yang sudah karib (Chaer dan

Leoni Agustina, 2004: 71). Dalam hal ini bahasa gaul termasuk ragam bahasa akrab

karena bahasa gaul itu sendiri digunakan oleh suatu komunitas atau grup tertentu yang

anggotanya sudah mengenal satu sama lain namun dapat juga digunakan untuk

perkenalan sesama remaja di lingkungannya. Penjelasan itu bisa dikaitkan dengan

pendapat Mastuti (2008: 45), yaitu awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk

merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu, tetapi karena sering digunakan di

luar komunitasnya, lama kelamaan istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari.

Dari keseluruhan pendapat yang ada dapat disimpulkan bahasa bahasa

gaultermasuk ragam bahasa tidak baku yaitu bahasa akrab. Ragam bahasa gaul

digunakan oleh sekelompok remaja tertentuuntuk menjaga identitas perkataan juga

untuk menunjang eksistensi mereka. Namun lama kelamaan bahasa digunakan untuk

bahasa sehari-hari untuk menjalin keakraban atau pun perkenalan sesame remaja di

sekitarnya.

D. Pengertian Pembentukan Kata

Sebuah kata terbentuk melalui sebuah proses pembentukan kata atau proses

morfologis. Proses pembentukan kata merupakan proses pengubahan sebuah bentuk

satuan gramatikal menjadi sebuah kata yang baru. Kita telah mengenal bahwa

berbagai bahasa, terutama bahasa Indonesia, selalu tumbuh dan berkembang. Dalam

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

9

proses pertumbuhan dan perkembangan itu, sangat dimaklumi akan ada peristiwa

perubahan, terutama perubahan bentuk kata. Pada umumnya, perubahan bentuk kata

itu disebabkan oleh adanya beberapa perubahan bentuk kata asli karena pertumbuhan

dalam bahasa itu sendiri, atau karena memang adanya perubahan bentuk dari kata-kata

pinjaman (Muslich, 2008: 101).Menurut Keraf (1984: 132) perubahan bentuk kata

adalah perubahan dari bentuk kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam

bahasa itu sendiri.Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpukan bahwa, perubahan

pembentukan kata adalah perubahanbentuk suatu satuan gramatikal menjadi bentuk

gramatikal baru yang disebut kata, perubahan bentuk tersebut dapat berbentuk asli dari

bahasa yang biasa, bisa juga bentuk-bentuk pinjaman dari bahasa lain.

E. Proses Pembentukan Kata Ragam Bahasa Gaul

Menurut Mastuti (2008:56-58) proses pembentukan ragam bahasa gaul

mempunyai 11 cara yaitu :

1) Proses nasalisasi “kata kerja aktif –in” untuk membentuk kata kerja transitif.

Contoh : pikir →mikirin

cari →nyariin

2) Bentuk pasif 1 : “ di + kata dasar + in”.

Contoh : dua →diduain

jalan→dijalanin

3) Bentuk pasif 2 : “ ke + kata dasar”

Contoh : tangkep → ketangkep

timpa→ketimpa

4) Pengghilangan huruf (fonem) awal.

Contoh : habis →abis

sudah→udah

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

10

5) Penghilangan huruf “h” pada awal suku kata bentuk baku.

Contoh : tahu →tau

habis→ abis

6) Pemendekan kata atau kontaksi dari dua kata yang berbeda.

Contoh : bagaimana →gimana

terima kasih →makasih

7) Penggunaan istilah lain.

Contoh : cantik →kece

mati→koit

8) Penggantian huruf “a” dan “e”.

Contoh : benar →bener

pintar→pinter

9) Penggantian diftong „au‟ dengan „o‟ dan „ai‟ dengan „e‟.

Contoh : kalau →kalo

sampai→sampe

10) Pengindonesiaan bahasa asing (Inggris).

Contoh : sorry →sori

comment→komen

11) Penggunaan bahasa Inggris secara utuh.

Contoh : what →apa

Selain itu, menurut Mastuti (2008 : 70) ragam bahasa gaul juga dapat dibentuk

dari singkatan atau akronim, serta istilah-istilah baru yang sangat asing dan bahkan

tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Wijana (2010: 25-48 ) pembentukan kata bahasa gaul meliputi :

1) Proses perubahan bunyi

a) Proses perubahan vokal, misalnya vokal „e‟ menjadi „i‟ dan „o‟ menjadi „e‟.

Contoh : benar →binar ngomong→ngemeng

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

11

b) Proses perubahan konsonan, misalnya konsonan „s‟ menjadi „c‟.

Contoh : selamat →celamat

2) Proses penambahan bunyi, misalnya penambahan vokal “ok” disisipkan di tengah

kata.

Contoh : bapak →bokap (bap+ok)

3) Proses penghilangan bunyi, penghilangan fonem di depan sehubungan dengan

jatuhnya tekanan pada kata yang cenderung lebih banyak pada suku yang ke dua.

Contoh : eyang Putri →eyang ti

4) Proses perpindahan bunyi,bantuk kata dipindahkan atau ditukarkan dengan fonem

lainya.

Contoh : piye →yipe iyo→yoi 5) Proses pembalikan bunyi, pengucapan atau penulisan yang secara total membalik

bunyi kata-kata.

Contoh : sego →oges pecah→hacep

6) Perulangan, bagian akhir kata diulang-ulang.

Contoh : sayang →yayang dingin →ninin

7) Perubahan ejaan.

a) Perubahan ejaan meniru ejaan asing, lambang vokal “i” yang harusnya ditulis “I”

namun disini dilambangkan dengan “y”.

Contoh : sialan →syellen nikmat→ nykmat

b) Perubahan bentuk bahasa asing meniru bahasa Indonesia, proses pinjaman kata-

kata yang masih dipertahankan ucapanya dan ejaannya sama atau hampir sama.

Contoh : married →merit (kawin) cool →kul (keren)

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

12

Selain itu, menurut Wijana (2010: 18- 21) pembentukan bahasa gaul terdapat

bentuk pemendekan meliputi :

8) Singkatan yaitu proses abreviasi yang menggambil awal hurul.

Contoh : bekas orang susah → BOS

blue film →BF

9) Akronim yaitu kata yang dibentuk dari gabungan suku pembentukan frasa sehingga

memungkinkan diucapkan seperti kata biasa.

Contoh : anak basket →abas

anak desa irama dangdut sonata → adidas

Menurut Sumarsono (2014: 151-153), proses pembentukan kata meliputi:

1) Penyisipan konsonan v+vocal, di tempatkan di belakang setiap suku kata.

Contoh : mata →ma+ta (ma+va)+(ta+va) mavatava

2) Penggantian suku kata akhir denga –sye, setiap kata diambil hanya suku pertama

dan suku yang lain diganti dengan –sye.

Contoh : kunci →kunsye

tambah →tamsye

3) Membalikan fonem-fonem dalam kata (ragam walikan), fonem-fonem dibaca

menurut urutan fonem dari belakang, dibaca terbalik (Jawa= Walikan).

Contoh : tidak →kadit

sari→iras

4) Variasi baru, Ragam walikan namun disisipi bunyi-bunyi tertentu.

Contoh : tidak →kadit →kadodit

sehat→ tahes →tahohes

Menurut Kridalaksana (1992: 12-163) proses pembentukan katameliputi:

1) Derivasi zero yaitu dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan

apa-apa.

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

13

2) Afiksasi yaitu dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks. Afiksasi

dibagi menjadi bebrapa jenis:

a) Prefiks, yaitu afik yang diletakan di muka dasar.

Contoh : me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-

b) Infiks, yaitu afik yang diletakan di dalam dasar.

Contoh : -el-, -er-, -em- dan –in-

c) Sufiks, yaitu afik yang diletakan di belakang dasar.

Contoh : -an, -kan, -i

d) Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang

dileburkan pada dasar.

Contoh : kopi →ngopi

sate→nyate

e) Konfiks, afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di

belakang bentuk dasar dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi.

Contoh : ke-an, pe-an, per-an dan ber-an

f) Superfiks atau suprafiks yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri

suprasegmental atau afik yang berhubungan dengan morfem suprasegmental.

Contoh : suwe →lama

wedi→takut

g) Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan

dasar.

Contoh : pe-an

3) Reduplikasi yaitu dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan

beberapa macam proses pengulangan.

a) Repduplikasi fonologis, pengulangannya hanya bersifat fonologis.

Contoh : dada

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

14

b) Repduplikasi morfemis, proses perubahan makna gramatikal atau leksem yang di

ulang, sehingga terjadilah satuan kata.

Contoh : bongkar- bongkar

c) Repduplikasi sintaksis, proses yang terjadi atas leksem yang meng hasilkan satuan

yang berstatus klausa.

Contoh : jauh- jauh

4) Abreviasi (bentuk pemendekan) yaitu proses penanggalan satu atau beberapa

bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus

kata.

a) Singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau

gabungan huruf.

Contoh : kuliah kerja nyata →KKN

b) Penggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari

leksem.

Contoh : profesor →prof

c) Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata

atau bagian lainya yang di tulis atau di lafalkan selayaknya kata.

Contoh : mobile rak ono →moreno

d) Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau

gabungan leksem.

Contoh : tidak →tak

e) Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih

menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur.

Contoh : sentimeter →cm

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

15

5) Komposisi (perpaduan) adalah proses dua leksem atau lebih berpadu yang

membentuk kata.

a) Ketaktersisipan artinya di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat

disisipi apa pun.

Contoh : buta warna

b) Ketakterluaskan artinya komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat

diafiksasikan atau di modifikasi.

Contoh : kereta api

c) Keterbalikan artinya komponen kompositum tidak dapat di pertukarkan.

Contoh : pulang pergi

6) Derivasi balik adalah proses pembentukan kata karena bahasawan membentuknya

berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengaenal unsure-unsurnya.

Contoh : pinta →minta

Masih terkait dan proses pembentukan kata, berikut ini diuraikan proses

pembentukan dalam bahasa Betawi,Sahara (2014: 120-121).

1) Orang Betawi menunjukkan kekhasan dengan banyak mengucapkankata berfonem

/a/ menjadi /e/, fonem /u/ menjadi /o/, fonem /o/menjadi /u/.

Contoh : apa →ape

rabu → rebo

2) Bahasa Betawi tidak mengenal vokal rangkap (diftong). Kata yangdalam bahasa

Indonesia mengandung diftong /ai/ dan /au/diucapkan dengan bunyi /e/ dan /o/

dalam bahasa Betawi.

Contoh : cerai →cere

pulau →pulo

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

16

3) Kata-kata yang berakhiran maupun pertengahan konsonan “h” dalambahasa

Indonesia, dalam bahasa Betawi diucapkan tanpa “h”. BahasaBetawi banyak

menghilangkan konsonan “h” pada kata kerja,katasifat, kata bilangan, bahkan

nama orang.

Contoh: salah →sale

4) Bahasa Betawi memnggunakan awalan verba prenasal. Kata kerjadalam bahasa

Betawi sering kali berupa nasal yang mengawali bentukdasar.

Contoh : pukul →mukul.

5) Awalan ber- hampir tidak pernah muncul utuh dalam bahasa Betawi.

Contoh : berbisik → bebisik

6) Sufiks –i dan –kandalam bahasa Indonesia berubah menjadi akhiran–in dalam

bahasa Betawi.

Contoh : ambilkan →ambilin

7) Dalam bahasa Betawi akhiran –an menyatakan lebih.

Contoh : lebih baik→baikan

8) Bentuk kata ulang sebagian dalam bahasa Betawi mewakili maknaberkelanjutan

dalam bahasa Indonesia.

Contoh : memberes-bereskan→bebenah.

9) Dalam bahasa Betawi terdapat verba maen dan keje yang produktifdigunakan

sebagai awalan yang berarti “melakukan dengansembarangan” dan “menunjukkan

arti kausatif”.

Contoh : menyebabkan marah→keje mare

Berbeda dengan bahasa Betawi, pembentukan kata dalam bahasa Jawa

memiliki karakter yang khas menurut Setiyanto (2007: 54) dalam pembentukan kata

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

17

bahasa Jawa terdapat Tembung Owah, antara lain tembung owah saka linggane (kata-

kata yang sudah mengalami perubahan dari dasarnya). Terdapat pula Tembung

Andhahan (kata jadian). Proses pembentukan kata Tembung Andhahan ada beberapa

cara :

1) Diberi ater-ater (awalan)

Macam-macam ater-ater : (n), (ny), (m), (ng) bisa di sebut ater-ater hanuswara

atau swara irung (suara sengau); tak-, ko-, di-, ka-, ke,sa-, pa-, pi-, pra-, tar-,

kuma-, kap-I, a, ma-, pan-, pam-, pang- dan sebagainya.

2) Diberi seselan (sisipan): um, in, ,er, el

3) Diberi penambang (akhiran): a, i, e, an, en, ana, ake, na, ne, ku, mu.

Contoh : ro → paro

arsa →karsa

F. Gejala Bahasa dalam Pembentukan Kata

Dalam proses pembentukan terdapat gejala bahasa. Menurut Badudu (1985:

47-65) gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut bentuk-bentukan kata atau

kalimat dengan segala macam proses pembentukanya. Terkait dengan pembentukan

kata, gejala bahasa dibagi menjadi beberapa macam meliputi: (a) gejala analogi, (b)

gejala kontaminasi, (c) gejala pleonasme, (d) hiperkorek, (e) penambahan fonem, (f)

penghilangan fonem, (g) gejala kontraksi, (h) gejala metatesis dan (i) gejala adaptasi.

Sedangkan menurut Muslich (2008: 101-109), gejala bahasa dapat diuraikan sebagai

berikut: (a) analogi, (b) adaptasi, (c) kontaminasi, (d) hiperkorek, (e) varian, (f)

asimilasi, (g) disimilasi, (h) adisi, (i) reduksi, (j) metatesis, (k) diftongisasi, (i)

monftongisasi, (m) anaptiksis, (n) haplology, dan (o) kontraksi . Dari ke dua pakar

tersebut dapat disimpulkan bahwa gejala dibagi menjadi bebrapa macam yaitu gejala

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

18

analogi, gejala kontaminasi, gejala Pleonasme, gejala hiperok, penambahan fonem

(adisi), penghilangan fonem (reduksi), kontraksi, metatesis, adaptasi, varian, asimilasi,

disimilasi, diftongisasi, monoftongisasi, anaptiksis dan hapologi

1. Gejala Analogi

Menurut Badudu (1985: 47),gejala analogi adalah peristiwa bentukan bahasa

yang meniru contoh yang sudah ada.Menurut Muslich (2008: 101-108),gejala analogi

adalah suatu bentukan bahasa dengan meniru contoh yang sudah ada. Sedangkan

menurut Kridalaksana (2008: 15) analogi merupakan proses atau hasil pembentukan

unsur bahasa karena pengaruh pola lain dalam bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

gejala analogi bentukan bahasa dengan meniru contoh yang sudah ada sebelumnya.

Contoh : saudara- saudari →dewa-dewi

2. Gejala Kontaminasi

Menurut Badudu (1985: 51) kontaminasi ialah gejala bahasa yang dalam

bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan.Rancu artinya “kacau”, jadi

kerancuan artinya “kekacauan”.Yang dirancukan ialah susunan, perserangkaian,

penggabungan kata. Dua kata yang harusnya berdiri masing-masing sendiri di satukan

dalam satu perserangkaian baru yang tidak berpasangan atau berpandanan. Menurut

Muslich (2008: 101-108) kontaminasi sama dengan kerancuan. Kata rancu berarti

„campur aduk‟, „tumpang tindih‟, „kacau‟.Dalam bidang bahasa kata rancu (kerancuan

dipakai sebagai istilah yang berkaitan dengan pencampuradukan dua unsure bahasa

(imbuhan, kata, frasa, atau kalimat) yang tidak wajar.Kridalaksana (2008: 134)

kontaminasi adalah proses atau hasil pengacauan atau penggabungan dua bentuk yang

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

19

secara tidak sengaja atau tidak lazim dihubung-hubungkan. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa gejala kontaminasi adalah dua kata yang bida berdiri sendiri namun disatukan

menjadi kata yang tidak wajar.

Contoh : berkali-kali

berulang-ulang

3. Gejala Pleonasme

Kata ini berasal dari bahasa latin “pleonasmus” dalam bahasa Grika

“pleonazein” artinya kata-kata berlebih-lebihan”.Menurut Badudu (1985: 55) gejala

pleonasme dalam bahasa berarti pemakaian kata yang berlebih-lebihan yang

sebenarnya tidak diperlukan.Menurut Kridalaksana (2008: 195) pleonasme merupakan

pemakaian kata-kata lebih dari pada yang diperlukan.Jadi, dapat disimpulkan gejala

pleonasme merupakan pemakaian kata yang berlebihan atau pemakaian kata yang tak

seharusnya dipakai.

Contoh : zaman dahulu kala

sejak dari kecil\

4. Gejala Hiperkorek

Gejala hiperkorek atau dengan istilah lain “over elegant” banyak kita jumpai

dalam bahasa Indonesia. Menurut H.D. Van Pernis (Badudu, 1985: 58) gejala bahasa

ini sebagai proses bentuk betul dibalik. Maksudnya, yang sudah betul dibetul-betulkan

lagi akhirnya menjadi salah.Muslich (2008: 101-108) proses pembentukan bentuk

yang sudah betul lalu malah menjadi salah. Kridalaksana (2008: 83) hiperkorek

bersangkutan dengan bentuk atau pemakaian kata secara salah karena menghindari

pemakaian substandard.Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kata yang sudah

betul dibetulkan lagi menjadi salah.

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

20

Contoh : islam →isylam

kabar →khabar

pihak →fihak

5. Penambahan Fonem (Adisi)

Gejala adisi ialah perubahan yang terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai

oleh penambahan fonem. Gejala adisi dapat dibedakan menjadi tiga sabagai berikut:

a. Protesis

Protesis adalah penambahan fonem di depan kata (Badudu, 1985: 63).

MenurutMuslich (2008: 101-108) proses penambahan fonem pada awal kata.

Depdiknas (2007: 1107) protesis adalah penambahan vokal atau konsonan di awal

kata. Dapat disimpulkan protesis adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di

depan kata. Misalnya :

lo → elo

desa → ndes

b. Epentesis

Epentesis adalah penambahan fonem di tengah kata (Badudu, 1985: 63).

Menurut Muslich (2008: 101-108) proses penambahan fonem di tengah kata.

Depdiknas (2007: 377) epentesis adalah penambahan vokal atau konsonan di tengah

kata.Dapat disimpulkan bahwa epentesis merupakan penambahan fonem vokal dan

konsonan di tengah kata. Misalnya:

perih → peurih

apa → apha

c. Paragog

Paragog adalah penambahan fonem di akhir kata(Badudu, 1985: 63).Menururt

Muslich (2008: 101-108) proses penambahan fonem pada akhir kata.Depdiknas

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

21

(2007:1020) paragog adalah penambahan fonem atau bunyi di akhir kata.Dapat

disimpulkan bahwa paragog merupakan penambahan fonem vokal dan konsonan di

akhir kata. Misalmya:

aku → akuh

ini → inih

6. Penghilangan Fonem (Reduksi)

Gejala reduksi ialah peristiwa pengurangan fonem dalam suatu kata. Gejala

reduksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Afersis

Afersis adalah penghilangan fonem pada awal kata (Badudu, 1985: 63).

Menurut Muslich (2008: 101-108) proses penghilangan fonem pada awal kata.

Depdiknas (2007: 14) afersis adalah penanggalan huruf awal atau suku awal

kata.Menurut Kridalaksana (1992: 161) afersis adalah penghilangan suku di awal kata

termasuk dalam pemendekan atau penggalan.Dari ke tiga pakar tersebut dapat

disimpulkan afersis adalah penghilangn fonem vokal dan konsonan di awal kata.

Misalnya:

lagi → agi

sama → ama

b. Sinkop

Sinkop adalah proses penghilangan fonem di tengah kata (Badudu, 1985: 63).

Menurut Muslich (2008: 101-108) penghilangan fonem di tengah-tengah

kata.Depdiknas (2007: 1314) sinkop adalah hilangnya bunyi atau huruf di tengah

kata.Dapat disimpulkan bahwa sinkop merupakan penghilangan fonem vokal atau

konsonan di tengah kata. Misalnya:

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

22

bangun → banun

mau → mu

c. Apokop

Apokop adalah proses penghilangan fonem pada akhir kata (Badudu, 1985:

63). Menurut Muslich (2008: 101-108) proses penghilangan fonem pada akhir

kata.Depdiknas (2007: 82) apokop adalah hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir

sebuah kata.Dapat disimpulkan bahwa apokop merupakan penghilangan fonem vokal

dan konsonan di akhir kata. Misalnya:

ada → ad

apa → ap

7. Kontraksi

Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkas leksem dasar atau

gabungan dari leksem (Kridalaksana, 1992: 162) atau gejala yang memperlihatkan

adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan (Muslich, 2008: 101-109). Menurut

Badudu (1985: 64) kontraksi memiliki gejala adanya satu atau lebih fonem yang

dihilangkan kadang-kadang ada perubahan atau penggalan fonem. Kontraksi adalah

proses atau hasil pembentukan suatu bentuk kebahasaan (Depdiknas, 2007: 729). Jadi

dapat disimpulkan gejala kontraksi adalah pemendekan leksem dasar atau gabungan

leksem dengan caramembuang satu atau lebih fonem yang ada.Misalkan:

tidak → tak

tidak akan → takan

tidak ada → tiada

8. Metatesis

Metatesis adalah pertukaran tempat satu atau beberapa fonem (Badudu, 1985:

64).Menurut Muslich (2008: 101-108) perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

23

tempat,Kridalaksana (2009: 153) perubahan letak huruf, bunyi, atau suku dalam

kata.Dapat disimpulkan bahwa metatesis adalah pertukaran fonem-fonem dari kata

yang sudah ada.Misalnya :

lekuk → keluk

sapu → usap, apus

9. Adaptasi

Adaptasi artinya penyesuain.Kata-kata pungut yang diambil dari bahsa asing

berubah bunyinya sesuai dengan penerimaan pendengaran atau ucap lidah orang

Indonesia (Badudu, 1985: 67).Menurut Muslich (2008: 101-108) adaptasi ialah

perubahan bunyi dan struktur bahasa asing menjadi bunyi dan struktur yang sesuai

dengan penerimaan pendengaran atau ucap lidah bangsa pemakai bahasa yang

dimasukinya.Jadi, dapat disimpulkan adaptasi adalah kata-kata pungut yang

disesuaikan dengan pendengaran atau alat ucap seseorang dimana dia

tinggal.Misalnya:

muwafakat → mupakat

fardhu → perlu

10. Varian

Menurut Muslich (2008: 101-108), gejala varian sering kita jumpai dalam

ucapan pejabat pada Era Orde Baru. Vokal /a/ pada sufiks –kan menjadi /ə/.

Sedangkan Kridalaksana (2008: 253) varian adalah nilai tertentu dari suatu variable.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa gejala varian merupakan perubahan fonem pada sufik

tertentu atau suatu tuturan yang dianggap sistematis karena merupakan interaksi antara

faktor social dan bahasa.misalnya:

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

24

direncanakan → direncanaken

berdasarkan → berdasarken

11. Asimilasi

Menurut Muslich (2008: 101-108) gejala asimilasi berarti proses penyamaan

atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama. Menurut Kridalaksana (2008: 20)

asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama

dengan bunyi lain di dekatnya.Jadi, dapat disimpulkan bahwa gejala asimilasi

merupakan penghampir samaan bunyi dengan wujud kata yang berbeda dan arti yang

berbeda.Missalnya :

mertua → mentua

inmoral → immoral

12. Disimilasi

Menurut Muslich (2008: 101-108) disimilasi adalah proses berubahnya dua

buah fonem yang sama menjadi tidak sama. Menurut Kridalaksana (2008: 51)

disimilasi adalah perubahan yang terjadi bila dua bunyi yang sama berubah menjadi

tidak sama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gejala disimilasi merupakan suatu

perubahan fonem yang mengubah arti yang sama menjadi berbeda. Misalnya:

citta → cipta

sajjana → sarjana

13. Diftongisasi

Menurut Muslich (2008: 101-108) diftongisasi adalah proses perubahan suatu

monoftong jadi diftong. Sedangkan menurut Kridalaksana(2008: 50) diftongisasi

merupakan proses perubahan vokal menjadi diftong. Jadi, disimpulkan bahwa

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

25

diftongisasi merupakan proses perubahan vokal tunggal menjadi dua bunyi vokal

rangkap. Misalnya:

sodara → saudara

suro → surau

14. Monoftongisasi

Menurut Muslich (2008: 101-108), monoftongisasi adalah proses perubahan

suatu diftong (gugus vokal) menjadi monoftong. Menurut Kridalaksana (2009:157),

monoftongisasi merupakan proses perubahan dari sebuah diftong menjadi sebuah

monoftong.Jadi, dapat disimpulkan bahwa monoftongisasi merupakan perubahan dua

bunyi vokal rangkap menjadi vokal tunggal. Misalnya:

gurau → guro

sungai → sunge

15. Anaptiksis

Menurut Muslich, 2008: 101-108), anaptiksis adalah proses penambahan suatu

bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapanya. Menurut Kridalaksana (2008:

15), anaptiksis merupakan penyisipan vokal pendek diantara dua konsonan atau lebih

untuk mensderhanakan struktur suku kata.Jadi, dapat disimpulkan anaptiksis

merupakan penyisipan fonem pada suatu suku kata. Misalnya:

putra → putera

candra → candera

16. Haplologi

Menurut Muslich (2008: 101-108) haplologi adalah proses penghilangan suku

kata yang ada di tengah-tengah kata. Menurut Kridalaksana (2008: 80) haplology

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

26

merupakan penghilangan satu atau dua bunyi yang sama dan berurutan. Jadi, dapat

disimpulkan haplologi merupakan penghilangan suku kata pada suatu kata.Misalnya:

mahardhika → merdeka

budhidaya → budaya

Pembentukan kata bahasa gaul tampaknya memiliki keterkaitan dengan teori

gejala bahasa:

a. Dalam teori gejala bahasa terdapat gejala hiperkorek (Badudu, 1985: 57), yaitu

gejala yang mengubah kata yang sudah betul menjadi salah dengan mengubah

ejaan atau pun huruf. Gejala tersebut juga terdapat pada pembentukan kata

dengan penggantian huruf (Mastuti, 2008: 56-58), dengan perubahan bunyi, atau

denganperubahan ejaan yang meniru ejaan asing (Wijana, 2010: 25-39). Jadi,

Dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan antara proses penggantian fonem

dengan gejala hiperkorek.

Contoh : panas → fanas

pihak → fihak

b. Wijana (2010: 25-48 )di dalam pembentukan bahasa gaul terdapat proses

penambahan bunyi. Proses pembentukan ini sejalan dengan gejala

bahasapenambahan fonem (protesis, epentesis, paragog) (Badudu, 1985: 63)

atauterdapat gejala adisi dan anaptiksis(Muslich, 2008: 101-108). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa terdapat keterkaitanantara gejala penambahan fonem atau

adisi dan anaptiksis dengan pembentukan kata bahasa gaul.

Contoh : rokok → ngrokok

peduli → perduli

c. Menurut Wijana (2010: 25-48 ),di dalam proses pembentukan kata bahasa gaul

terdapat proses penghilangan bunyi atau penghilangan huruf (fonem) awal dan

penghilangan huruf „h‟ pada awal suku kata bentuk baku(Mastuti, 2008: 56-58).

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

27

Proses ini sejalan dengan gejala bahasa, penghilangan fonem (aferisis, sinkop,

apokop), (Badudu, 1985: 63)ataudengan gejala reduksi dan haplology (Muslich,

2008 : 101-108). Jadi, dapat disimpulkanbahwa terdapatketerkaitan antara proses

pembentukan bahasa gaul dengan gejala penghilangan fonem atau gejala reduksi

dan haplology.

Contoh : sebatang → sebat

memang →emang

tahu → tau

d. Menurut Mastuti (2008:56-58), dalam proses pembentukan kata ragam gaul

terdapat proses pemendekan kata atau kontraksi. Prosesnya tidak berbeda dengan

pemendekan salah satunya kontraksi (Kridalaksana, 1992: 162). Proses

pembentukan tersebut terdapat pula di dalam gejala bahasa(Badudu, 1985: 64)

dan Muslich (2008: 101-108) di dalam gejala bahasa terdapat pula gejala

kontraksi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat relevansi antara

proses pemendekan kata dengan gejala kontraksi dalam pembentukan

kata.Meskipun demikian, proses pemendekan ini tidak hanya yang relevan dengan

gejala kontraksi. Proses pemendekan tersebut, menyangkut penyingkatan,

penggalan, dan akronimisasi (Wijana, 2010: 25-48; Mastuti, 2008: 70;

Kridalaksana, 1992: 162). Semuanya tergabung dalam proses abreviasi. Dapat

disimpulkan bahwa gejala kontraksi atau pemendekan termasuk gejala bahasa.

Contoh : kurang pergaulan → kuper

gerak cepat → gercep

e. Dalam pembentukan kata bahasa gaul terdapat proses perpindahan bunyi(Wijana,

2010: 25-48). Pola pembentukan tersebut sejalan dengan gejala bahasa yaitugejala

metatesis (Badudu, 1985: 64) dan (Muslich, 2008 : 101-108) terdapat pula gejala

metatesis yaitu perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar tempat. Dengan

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

28

demikian, dapat disimpulkan bahwa proses perpindahan bunyi dengan gejala

metatesis memiliki persamaan.

Contoh : piye → yipe

f. Dalam proses pembentukan kata bahasa gaul terdapat pengindonesiaan bahasa

asing (Mastuti, 2008: 58) atau pembentukan katadengan perubahan meniru bahasa

Indonesia (Wijana, 2010: 42). Pola pembentukan tersebut sejalan dengan gejala

adaptasi (Badudu, 1985: 65), (Muslich, 2008 : 101-108). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dalam pembentukan kata (yang di serap dari bahasa asing)

dengan cara pegindonesiaan bahasa asing tersebut terdapat gejala adaptasi. Dalam

hal ini kata-kata asing yang di serap, pengucapan dan penulisanya disesuaikan

dengan kaidah bahasa Indonesia.

Contoh : sorry → sori

shock → siyok

g. Dalam pembentukan kata bahasa gaul terdapat penggantian diftong „au‟ dengan

„o‟ dan „ai‟ dengan „e‟ (Mastuti, 2008: 56-58). Pembentukan ini sejalan dengan

gejala diftongisasi yang di kemukakan oleh Muslich (2008: 101-108). Dapat

disimpulkan bahwaproses pembentukan kata bahasa gaul diftong memiliki

persamaan dengan gejala diftongisasi yaitu vokal tunggalmenjadi perubahan dua

bunyi vokal rangkap.

Contoh : pete → petai

pulo →pulau

Dengan adanya pernyataan di atas, maka dapat disimpulkanbahwa

pembentukan kata ragam bahasa gaul memiliki keterkaitan dengan gejala

bahasa.Keterkaitan tersebut ada dalam proses pembentukan kata itu sendiri. Dengan

kata lain, proses pembentukan kata tertentu sejalan dengan jenis gejala bahasa

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

29

tertentu. Walaupun demikian ada beberapa proses pembentukan kata tertentu yang

tidak dapat dikaitkan dengan gejala bahasa dalam teori.

G. LINE

LINEadalah suatu aplikasi yang digunakan untuk kegiatan berkirim pesan

(chatting) secara gratis di perangkat smartphone.Namun, aplikasi LINEsebenarnya

juga bisa disebut sebagai aplikasi jejaring sosial karena terdapatnya fitur timeline

sebagai wadah untuk berbagi status, pesan suara, video, foto, kontak dan informasi

grup (www.ardilas.com). Di dalam informasi grup inilah komunitas-komunitas

tertentu berbagai informasi atau terjadi interaksi sosial yang menggunakan bahasa-

bahasa yang sulit dipahami orang lain atau hanya dipergunakan pada komunitasnya

sendiri.

Gejala Bahasa Dalam..., Kukuh Adi Atmoko, FKIP UMP, 2018

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/7466/3/BAB II_KUKUH ADI ATMOKO_PBSI... · 2018. 2. 28. · ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam

30

H.

Peta

Kon

sep

37

PETA KONSEP

Gejala Bahasa dalam Pembentukan Kata padaBahasa Gaul Grup Chat

LINE RemajaPerumahanKartikaWanasari Indah Cibitung Bekasi

GEJALA BAHASA VersiBadudu (1985: 47-65)

1. Gejala analogi

2. Gejala Kontaminasi

3. Gejala Pleonasme

4. Gejala Hiperkorek

5. Penambahan fonem

6. Penghilangan fonem

7. Gejala kontraksi

8. Gejala metatesis

9. Gejalaa daptasi

PEMBENTUKAN KATA

VersiMuslich (2008: 101109)

1. Gejala analogi

2. GejalaAdaptasi

3. Gejala kontaminasi

4. Gejala hiperkorek

5. Gejala Varian

6. Gejala Asimilasi

7. Gejala Disimilasi

8. Gejala adisi

9. Gejala reduksi

10. Gejala metatesis

11. Gejala diftongisasi

12. Gejala monoftongisasi

13. Gejala Anaptiksis

14. Gejala haplology

15. Gejala kontraksi

1. Penambahan fonem (adisi)

(Protesis, Epentesis, Paragog)

2. Penghilangan fonem (reduksi)

(Afaresis, Sinkop, Apokop)

3. Gejala kontraksi

4. Gejala metatesis

5. Adaptasi

6. Monoftongisasi

7. Ragam walikan

8. Penggantian fonem

Versi Mastuti (2008 : 56-58)

1. Proses nasalisasi “kata kerja aktif-in”

2. Bentuk pasif 1: “di+ kata dasar + in”

3. Bentuk pasif 2: “ke+ kata dasar”

4. Penghilangan huruf ( fonem) awal

5. Pengghilangan huruf “h” pada suku kata awal

6. Pemendekan kata atau kontraksi dari dua

suku kata yang berbeda

7. Penggunaan istilah lain

8. Penggantian huruf “a” dan “e”

9. Penggantian diftong „au‟ dengan „o‟ dan „ai‟

dengan „e‟

10. Pengindonesiaan bahasa asing (inggris)

11. Penggunaan bahasa inggris secara utuh

Versi Sumarsono (2014 : 151-153)

1. Penyisipan konsonan v+vocal

2. Penggantian suku kata akhir dengan –sye

3. Membalikan fonem-fonem dalam kata (ragam

walikan)

4. Variasi baru

Versi Wijana (2010: 25-48)

1. Proses perubahan bunyi

2. Proses penambahan bunyi

3. Proses penghilangan bunyi

4. Proses perpindahan bunyi

5. Proses pembalikan bunyi

6. Perulangan

7. Perubahan ejaan

8. Singkatan

9. Akronim

Versi Kridalaksana (1992: 12-163)

1. Derivasi zero

2. Afiksasi

3. Reduplikasi

4. Abreviasi (bentuk pemendekan)

5. Komposisi (perpaduan)

6. Derivasibalik

Versi Sahara (2014: 120-121)

1. Mengucap kata berfonem /a/ menjadi /e/, fonem

/u/ menjadi /o/, fonem /o/ menjadi /u/

2. Bahasa Betawi mengena lvokal rangkap

(diftong). Kata dalam bahasa Indonesia

mengandung diftong /ai/ dan /au/ diucapkan

dengan bunyi /e/ dan /o/ dalam bahasa Betawi

3. Kata akhiran maupun pertengahan „h‟ dalam

bahasa Indonesia dalam bahasa Betawi di

ucapkan „h‟

4. BahasaBetawi menggunakan awalan verbal

prenasal.

5. Awalan ber- hamper tidak pernah muncul untuh

dalam bahasa Betawi

6. Sufik –I dan –kan berubah menjadi –in

7. Akhiran –an menyatan lebih

8. Kata ulang sebagai mewakili berkelanjutan

9. Bahasa Betawi terdapat verba maen dan keje

Versi Setiyanto (2007: 54)

1. Diberiater-ater (awalan) : (n), (ny), (m), (ng)

atau (tak-, ko-, di-, ka-, ke-, sa-, pa-, pi-, pra-,

tar-, kuma-, kap-l, , ma-, pan-, pam-, pang-,

dsb.

2. Diberiseselan (sisipan) : um, in, er, el

3. Diberipenambangan (akhiran) : a, I, e, an, en,

ana, ake, na, ne, ku, mu

Gejala B

ahasa Dalam

..., Kukuh A

di Atm

oko, FKIP

UM

P, 2018