Ragam mikroba.docx

27
III. PROKARYOTA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: 1. Dapat mendifinisikan mikroba prokaryotik 2. Dapat menyebutkan karakter dasar bakteri, arkhaea dan bluegreen-algae. 3. Dapat menyebutkan bentuk dasar, struktur dan fungsi komponen utama sel bakteri PENGANTAR Prokaryota meliputi ragam mikroorganisma yang sangat besar, yaitu Archaea dan bakteria (termasuk di dalamnya sianobakteria atau blue green algae). Pada umumnya klasifikasi prokaryota di dasarkan pada beberapa sifat terutama sifat fenetiknya, antara lain: 1. ciri morfologi 2. cara reproduksi 3. pengecatan Gram untuk melihat struktur dinding sel 4. persen mol G+C dalam genom 5. susunan sel 6. kisaran faktor lingkungan untuk pertumbuhan (pH, suhu, oksigen) 7. akseptor elektron untuk respirasi (jika ada) 8. karakteristik biokimiawi 9. sifat serologinya Pengelompokan mikroorganisma terutama dari kelompok Prokaryota berdasarkan karakter di atas relatif lebih mudah dibandingkan klasifikasi secara filogenetis. Oleh sebab itu hingga saat ini klasifikasi berdasarkan sifat-sifat yang telah disebutkan di atas, terutama ciri morfologi dan metabolik yang khas masih populer. Klasifikasi berdasar sifat fenetik terhadap archaea dan bakteria telah dilakukan oleh David Bergey dan kolega (1927) dengan menerbitkan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology yang terus diperbaharui dan pada 1984 diterbitkan Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology yang masih didasari sifat fenetik. Pada tahun 2001 Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology edisi ke-dua diterbitkan dengan mengakomodasi klasifikasi berdasar sifat filogenetiknya.

Transcript of Ragam mikroba.docx

III. PROKARYOTA

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:1. Dapat mendifinisikan mikroba prokaryotik 2. Dapat menyebutkan karakter dasar bakteri, arkhaea dan bluegreen-algae.3. Dapat menyebutkan bentuk dasar, struktur dan fungsi komponen utama sel bakteri

PENGANTAR

Prokaryota meliputi ragam mikroorganisma yang sangat besar, yaitu Archaea dan bakteria (termasuk di dalamnya sianobakteria atau blue green algae). Pada umumnya klasifikasi prokaryota di dasarkan pada beberapa sifat terutama sifat fenetiknya, antara lain: 1. ciri morfologi2. cara reproduksi3. pengecatan Gram untuk melihat struktur dinding sel4. persen mol G+C dalam genom5. susunan sel6. kisaran faktor lingkungan untuk pertumbuhan (pH, suhu, oksigen)7. akseptor elektron untuk respirasi (jika ada)8. karakteristik biokimiawi9. sifat serologinyaPengelompokan mikroorganisma terutama dari kelompok Prokaryota berdasarkan karakter di atas relatif lebih mudah dibandingkan klasifikasi secara filogenetis. Oleh sebab itu hingga saat ini klasifikasi berdasarkan sifat-sifat yang telah disebutkan di atas, terutama ciri morfologi dan metabolik yang khas masih populer.Klasifikasi berdasar sifat fenetik terhadap archaea dan bakteria telah dilakukan oleh David Bergey dan kolega (1927) dengan menerbitkan Bergeys Manual of Determinative Bacteriology yang terus diperbaharui dan pada 1984 diterbitkan Bergeys Manual of Systematic Bacteriology yang masih didasari sifat fenetik. Pada tahun 2001 Bergeys Manual of Systematic Bacteriology edisi ke-dua diterbitkan dengan mengakomodasi klasifikasi berdasar sifat filogenetiknya.Dari buku edisi ke-2 tersebut Archaea dibagi menjadi 2 phyla yaitu Crenarchaeota dan Euryarchaeota. Crenarchaeota semula terdiri dari archaea yang memetabolisasi sulfur dan bersifat termofilik serta hipertermofilik, tetapi kenyataan saat ini termasuk pula yang tumbuh pada suhu mesofilik. Adapun Euryarchaeota umumnya archaea methanogenik, halofilik, termofilik dan pereduksi sulfur.Adapun bakteria sendiri dikelompokkan dalam 24 phyla yaitu:I. Phylum Aquificiae: kelompok bakteri yang menggunakan hidrogen untuk memproduksi energi, Aquificae (Hydrogen oxydizier) : Aquifex (termofilik, pereduksi oksigen) II. Phylum Thermotogae: meliputi kelompok bakteri anaerobik, termofilik, dan fermentatif, Gram negatif. Contoh: Thermotoga(termofilik), Fervidobacterium (termofilik)III. Phylum Thermodesulfobacteria, contoh: Thermodesulfobacterium (termofilik)IV. Phylum Chloroflexi - bakteria non sulfur hijau (Green non-sulfur) yang melangsungkan fotosintetik anoksigenik, contoh: Chloroflexus (fotosintetik, meluncur), Herpetosiphon, Thermomicrobium (termofilik)V. Phylum Deinococcus Thermus: meliputi bacteria tahan radiasi, contoh Deinococcus, Thermus (termofilik)VI. Phylum Thermomicrobia, kelompok bakteri seperti Thermodesulfovibrio (termofilik)VII. Phylum Firmicutes- merupakan kelompok bakteri dengan G+C rendah, Gram positif, contoh: Bacillus, Clostridium, Eubacterium, Heliobacterium(fotosintetik), Lactobacillus, Mycoplasma (tidak berdinding sel), Spiroplasma (tidak berdinding sel)VIII. Phylum Actinobacteria- sejumlah anggotanya membentuk filament, G+C tinggi, Gram positif, contoh: Bifidobacterium, Mycobacterium, Propionibacterium, StreptomycesIX. Phylum Cyanobacteria kelompok bakteri fotosintetik oksigenik, contoh: Oscillatoria (fotosintetik, meluncur), Prochlorococcus (fotosintetik), Synechococcus (fotosintetik)X. Phylum Planctomycetes sejumlah anggotanya memiliki nucleus bermembran, contoh: PlanctomycesXI. Phylum Chlamydiae kelompok bakteri parasit intraseluler obligat, penyebab penyakit, contoh: ChlamydiaXII. Phylum Chlorobi bakteri sulfur hijau yang melangsungkan fotosintesis anoksigenik, contoh: Chlorobium (fotosintetik)XIII. Phylum Bacteroidetes merupakan kelompok bacteria yang secara ekologis pentinge, contoh: Bacteriodes, Cytophaga (meluncur), Flexibacter (meluncur), Flavobacterium, Rhodothermus (termofilik)XIV. Phylum Fibrobacteres, salah satu contoh: FibrobacterXV. Phylum Spirochaeta (Spirochete)- kelompok bakteri berbentuk heliks, Gram-negatif, motil (menggunakan filament aksial). Contoh: Borrelia, Leptonema, Spirochaeta (tanpa dinding sel), TreponemaXVI. Phylum Gemmatimonadetes: bakteri Gram negative tanpa DAP (diaminopimelic acid) pada dinding selnyaXVII. Phylum Chrysiogenetes kelompok bakteri khemolithoototrofikXVIII. Phylum Nitrospira: didalamnya termasuk bakteri pengoksidasi nitrit, pereduksi sulfat termofilik, pengoksidasi besi asidofilikXIX. Phylum Deferribacteres: kelompok bakteri akuatik, anaerobikXX. Phylum Fusobacteria: bakteri anaerobik heterotrofik, sering menyebabkan infeksi pada manusiaXXI. Phylum Verrucomicrobia: bakteri akuatik atau terrestrial, sering memiliki inang eukaryotikXXII. Phylum Acidobacteria: bakteri asidofilik yang umum dijumpai di tanahXXIII. Phylum Dictyoglomi: bakteri thermofilik khemoorganotrofXXIV. Phylum Proteobacteria Gram negativea. Alphaproteobacteria bersifat oligotrofik, diantaranya bakteri fotosintesis ungu non sulfur, Rhodobacter (termofilik), Rickettsia, Rhodospirillum (termofilik), Agrobacterium, Anaplasma (tanpa dinding sel)b. Betaproteobacteria secara metabolic mirip dengan alphaproteobacteria, contoh: Neisseria, Rhodocyclus (fotosintetik)c. Gammaproteobacteria beragam dalam metabolisme energi, contoh: Beggiatoa (meluncur), Chromatium (fotosintetik), Escherichia, Haemophilus, Legionella, Pseudomonas, Salmonella, Vibrio, Yersiniad. Deltaproteobacteria termasuk di dalamnya predator dan myxobacteria penghasil buah (fruiting myxobacteria), contoh: Myxococcus (meluncur)e. Epsilonproteobacteria meliputi bakteria patogenMeskipun secara filogenetik klasifikasi bakteri sudah dapat diterima secara luas, namun pengelompokan berdasar sifat fenetiknya masih umum digunakan, misalnya pengenalan berdasarkan bentuk dan susunan sel, sifat struktur dinding sel.

ARCHAEASecara umum Archaea dicirikan oleh struktur membrane sel tanpa lemak dan mengandung gliserol, dinding sel tanpa peptidoglikan, dan relatif tahan terhadap beragam antibiotik. Karakter spesifik yaitu umum dijumpai pada lingkungan-lingkungan ekstrim seperti termofilik atau hipertermofilik (>60oC), halofilik (salinitas 15-30%), basofilik (pH > 8), asidofilik (pH < 5).

Tabel 3.1. Tipe nutrisi dalam metabolisma Archaea

Tipe nutrisiSumber energiSumber CContoh Archaea

FototrofCahaya matahariSenyawa organik Halobacteria

LithotrofSenyawa anorganik Senyawa organik atau fiksasi karbonFerroglobus, Methanobacteria, Pyrolobus

OrganotrofSenyawa organikSenyawa organik atau fiksasi karbonPyrococcus, Sulfolobus atau Methanosarcinales

BAKTERIABakteria merupakan kelompok organisma yang paling melimpah dengan tingkat keragaman yang tinggi baik secara morfologi, ekologi serta fisiologisnya. Bakteria dijumpai pada rentang lingkungan yang luas. Di alam bakteria dapat hidup bebas, saprofitik, fotosintetik, parasitik atau patogenik pada organisma lain, dengan sifatnya tersebut beberapa bakteria dapat berperan antara lain dalam daur unsur dan interaksi dengan organisma lain. Secara umum bakteria berkembang biak dengan pembelahan transfersal atau biner. Berdasarkan morfologinya bakteria dibedakan dalam 3 bentuk dasar yaitu:1. bulat atau kokus (coccus) atau sferik dengan variannya tersusun tunggal, dua-dua (diplococci), empat-empat (tetracocci), tersusun sebagai rantai (strepto-cocci), tersusun delapan-delapan (sarcina) dan seperti buah anggur (staphylococci)2. batang (bacillus) atau silindris, dengan variannya seperti diplobacilli, streptobaccili atau roset3. bentuk lengkung dan variannya yaitu koma (vibrio) dan spiral Ragam bentuk dasar sel bakteri ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.2. Ragam bentuk sel bakteri

Keragaman morfologi selsangat tinggi begitu pula keragaman makromorfologinya dalam wujud koloni yang tumbuh pada media padat. Satu koloni diasumsikan berasal dari satu sel bakteri yang mengalami pembelahan diri terus menerus membentuk suatu koloni yang tampak dengan mata biasa, oleh sebab itu umumnya satu bercak atau koloni satuannya adalah CFU (colony forming unit) (Gambar 3.3).

Gambar 3.3. Beragam koloni bakteri pada media padat

Adapun jika ditinjau dari struktur dinding selnya, bakteri dapat dibedakan menjadi Gram negatif dan Gram positif, meskipun sering dijumpai bakteri bersifat Gram variable. Sifat tersebut ditunjukkanmelalui pengecatan diferensial yang dikenal dengan pengecatan Gram yang terdiri atas 2 zat warna. Sebelum pengecatan Gram dimulai didahului dengan mengulaskan sel bakteri pada permukaan gelas benda dan di-fiksasi yaitu mematikan sel secara cepat tanpa merubah struktur sel, fiksasi juga akan melekatkan sel-sel bakteri secara kuat pada permukaan gelas benda. Selanjutnya dilakukan pengecatan Gram dalam. 4 tahapan, dimulai dengan pewarnaan pertama menggunakan kristal violet, dilanjutkan dengan pemberian mordant berupa iodine supaya zat warna menempel kuat, selanjutnya dilakukan peluruhan zat warna (decolorization) menggunakan alkohol, dilanjutkan dengan pewarnaan ke-dua menggunakan safranin (lihat Gambar 3.4).

1 menit1 menit20 detik3 menit

Gambar 3.4. Tahapan pewarnaan Gram

Dari hasil pengecatan Gram akan diketahui komposisi dinding selnya. Bakteri Gram negatif menunjukkan bahwa dinding sel tersusun oleh lipopolisakarida (LPS) sehingga ketika dilakukan dekolorisasi dengan alkohol lipid akan larut beserta zat warna yang terkandung di dalamnya. Sebagai akibatnya, zat warna ke-dua yang akan mewarnai sel. Sebaliknya pada bakteri Gram positif, dinding sel tersusun oleh peptidoglikan (peptidoglycan), ketika direaksikan dengan mordant, maka zat warna akan terikat lebih kuat pada dinding sel dan tidak terpengaruh saat dekolorisasi.Bentuk bakteria selain karena sifat genetis juga dipengaruhi oleh umur dan faktor lingkungan sehingga pada beberapa jenis tertentu bakteria dapat bersifat pleomorfi (tampil dengan bentuk morfologi yang bermacam-macam). Dikenal pula adanya bentuk involusi yaitu penyimpangan morfologi sel dari morfologi normalnya karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak menguntungkan seperti ketersediaan makanan, suhu, pH, dan kadar garam. Adapun ukuran bakteria sangat bervariasi dalam bilangan mikro meter (m)Beberapa sifat terkait genetis yang relatif sering berubah pada bakteria yaitu: bentuk sel, aerobiosis, kemampuan menggunakan berbagai donor dan akseptor elektron, kemampuan fotosintetis yang didasarkan pada keberadaan khlorofil, motilitas, kandungan G+C. Sejumlah spesies bakteri diketahui memiliki kapsul yang tersusun atas polisakarida dan berfungsi untuk proteksi terhadap keadaan sekeliling yang tidak menguntungkan. Sel bakteri juga memiliki pili yang berfungsi untuk pelekatan. Diantara spesies bakteri seperti dari genus Bacillus dan Clostridium diketahui pula menghasilkan endospora yang akan bertahan pada kondisi yang buruk. Bakteria dapat pula dikelompokkan berdasarkan sumber energi dan karbon yang dibutuhkan (Lihat Bab V dari buku ini). Secara umum pengenalan bakteri dapat dilakukan melalui metoda berikut:

Pengamatan mikroskopis mengandalkan pengamatan bentuk, ukuran sel, ada tidak spora, hasil pengecatan atau sifat Gram (Gram positif dan negatif), atau sifat acid fast (mycobacterium dan Nocardia), ada tidaknya granula dan kapsul. Adapun pengamatan makroskopis antara lain pengamatan karakter koloni seperti warna, ukuran, bentuk tepi koloni, bentuk permukaan koloni. Pengamatan biokimiawi antara lain kemampuan memproduksi enzim-enzim tertentu, kemampuan menggunakan beragam sumber gula dan sebagainya.

Meskipun pengelompokan atau klasifikasi berbasis filogenetik sudah diperkenalkan tetapi pencirian atau pengenalan secara konvensional masih tetap relevan. Selain bentuk sel, sifat Gram, maka uji-uji biokimiawi dan enzimatik masih dilakukan. Secara komersial pengujian semacam untuk keperluan identifikasi bakteri tersedia misalnya produk dari bioMrieux API 20E untuk bakteri enterik Gram-negatif dan API 20NE untuk bakteri Gram negative non-enterik, serta API 50CH untuk bakteri Gram positif. Contoh API 20E kit ditunjukkan Gambar 3.5. berikut:

Gambar 3.5. Hasil pengujian biokimiawi dan enzimatik terhadap bakteri enterik Gram negative dengan API 20E

CYANOBACTERIACyanobacteria atau sianobakteria digolongkan ke dalam bakteria. Pada naskah ini ditulis tersendiri karena sifat khas sianobakteria. Beberapa spesies sianobakteria juga mampu mensekresi karbonat (travertine). Sianobakteria tersebar luas di air tawar dan asin, memiliki pigmen fotosintesis berupa khlorofil a, phycocyanin dan phycoerythrin dan mampu memfiksasi nitrogen serta menghasilkan oksigen. Karena pigmen fotosintesis yang dimiliki, sianobakteria dapat menggunakan kisaran panjang gelombang yang luas (Gambar 3.6).

Gambar 3.6. Spektra absorpsi berbagai pigmen algae dan sianobakteria

Sianobakteria memiliki variasi bentuk morfologinya (Gambar 3.7.). Sel-sel dapat tersusun sebagai rantai atau filamen seperti rambut atau membentuk koloni. Adapun warnanya bervariasi tergantung pigmen yang dimiliki. Sianobakteria melakukan fotosintesa, cadangan makanan dihimpun sebagai karbohidrat, lipid an senyawa nitrogenous cyanophycin. Sianobakteria membentuk sel baru secara pembelahan, koloni baru dapat terbentuk melalui fragmentasi pada bagian hetrosista (sel-sel pengikat nitrogen) dan akinet.

Gambar 3.7. Ragam sianobakteria

Sianobakteria merupakan organisma pertama endosimbion makroorganisma sebagaimana dibuktikan oleh hasil penelitian terhada rRNA khloroplast pada tumbuhan tingkat tinggi yang ternyata menunjukkan kesamaan dengan rRNA bakteria. Oleh karena itu pada klasifikasi menurut Carl Woese (1990-an), khloroplas ditempatkan dalam satu domain dengan bakteri dan sianobakteri.Sianobakteriamerupakan produsen utama lingkungan perairan, sehingga berada pada ujung jejaring makanan. Sejumlah spesies dapat meledak populasinya dan menyebabkan algae bloom. Beberapa sianobakteria juga diketahui menghasilkan toksin, misalnya Microcystis., akan tetapi sejumlah sianobakteria telah pula dikembangkan sebagai suplemen makanan atau pakan, misalnya Spirulina spp., atau dikembangkan sebagai pupuk biologis karena kemampuannya dalam mengikat nitrogen. Dalam kaitannya dengan masalah lingkungan, diketahui bahwa sianobakteria memberi perlindungan terhadap koral merah (rose coral) dari sifat merusak UV matahari.

IV. MIKROBA EUKARYOTIK

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:1. Dapat mendifinisikan mikroba eukaryotik 2. Dapat menyebutkan karakter dasar fungi, protozoa dan algae.3. Dapat menyebutkan struktur dan fungsi komponen utama sel eukaryotik

PENGANTARSel eukarryotik dicirikan dengan adanya membran inti yang sebenarnya sehingga inti memiliki bentuk yang tetap. Mikroba eukaryotik memiliki keragaman yang tinggi. Di dalamnya meliputi fungi, algae dan protozoa.Mikroba eukaryotik ada yang merugikan karena menimbulkan penyakit infeksi tanaman Fusarium pada berbagai tumbuhan, ataupun parasiter misalnya malaria.oleh Plasmodium falciparum tetapi sebagian yang lain menguntungkan karena berbagai manfaat seperti meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman oleh ekto dan endo mikoriza, pengikatan nitrogen simbiotik oleh Rhizobium, atau untuk obet-obatan misalnya lumut kerak Usnea.Satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah peran mikroba eukaryotik dalam jejaring makanan dan siklus unsur. Algae merupakan ujung dari jejaring makanan dan pabrik makromolekul karbohidrat perairan melalui fotosintesa, di ujung yang lain, fungi akan berperan dalam dekomposisi materi-organik (dekomposer).

FUNGIFungi memiliki sejarah panjang, setidaknya fosil fungi ditemukan dari sekitar 400 juta tahun lalu. Saat ini baru sekitar 5% yang sudah diketahui atau dipelajari. Fungi pada awalnya pernah dikelompokkan sebagai tumbuhan dalam Species Plantarum oleh Carolus Linnaeus (1753). Fungi merupakan organisma berfilamen, non-fotosintetik, merupakan organisma heterotrofik, eukaryotik. Struktur satuan selulernya berupa hifa yang merupakan bentukan seperti benang tubular, tunggal. Hifae (jamak dari hifa) memiliki dinding sel yang mengandung khitin dan selnya memiliki inti yang sebenarnya (umumnya jamak, nuclei) dan organela seperti: mitokondria, ribosoma dan badan Golgi. Adapun struktur sub-selulernya didukung dan diorganisasi oleh mikrotubuli dan retikulum endoplasma. Pada umumnya organela dan materi sel lainnya terkonsentrasi dekat ujung hifa, bagian hifa lainnya terisi oleh vakuola yang besar, dan pada beberapa kelompok fungi bagian tersebut dipisahkan dari bagian hifa muda oleh adanya septa. Hifa meluas dengan pertumbuhan ujung (apical) dan memperbanyak diri dengan membentuk cabang yang berjalin menyusun miselium (Gambar 4.1a). Beberapa kelompok fungi tidak membentuk hifa, jika ada bentukan seperti hifa, hal itu merupakan pseudohifa, kelompok ini merupakan fungi bersel tunggal yang dikenal sebagai yeast atau khamir (Gambar 4.1b). Yeast umumnya berkembang biak dengan pembelahan biner dan pembentukan tunas. Yeast memiliki kisaran ukuran yang bervariasi yaitu 1-5m x 5-30m, umumnya berbentuk telur. Beberapa fungi mampu membentuk badan buah yang besar (makroskopis) yang muncul ke permukaan tanah atau kayu, meskipun demikian sebagian besar massanya berupa miselium. Fungi berbadan buah ini merupakan kelompok Basidiomycota, sebagai contoh antara lain Pleurotus ostreatus, Volvariella volvacea, Auricula dan Amanita.

(a.)(b)

Gambar 4.1. Hifa bersepta dan senositik (coenocytic) (a) dan yeast (b)

Dinding sel fungi tersusun oleh khitin mikrofibril semikristalin yang terpadu dengan matriks amorf -glukan, beberapa protein mungkin ikut menyusun dinding selnya. Pada fungi tingkat tinggi hifae tumbuh melalui pertumbuhan ujung hifa diikuti pembentukan septa. Sedangkan pada fungi tingkat rendah tanpa diikuti pembentukan septa.Pertumbuhan koloni fungi dicirikan oleh perkembangan radial miselium pada substrat membentuk koloni sferik atau bundar (Gambar 4.2). Pertumbuhan fungi dapat diukur dengan mengukur perubahan massa miselial setiap satuan waktu pada medium yang cukup nutrien. Setelah fase lag, suatu periode eksponensial pendek ditunjukkan oleh pertumbuhan awal ujung hifa, dan begitu hifa baru tumbuh, pertumbuhan yang terjadi mengikuti laju pertumbuhan yang linear hingga nutrien habis, diikuti oleh fase stasioner.

miselia

Gambar 4.2. Miselia yang membentuk koloni jamur diantara koloni-koloni bakteri (kiri), kanan Aspergillus tumbuh pada media dalam petridish yang dipenuhi miselium, lingkaran hijau di tengah menunjukkan sporangia

Pertumbuhan hifa juga dapat diukur secara mikroskopi atau dengan menghitung total jumlah ujung hifa, dan membagi jumlah tersebut dengan total panjang miselium pada koloni, dengan cara ini rata-rata panjang hifa yang diperlukan untuk bertunasnya ujung hifa dapat dihitung. Hasil ini disebut sebagai unit pertumbuhan hifa. Daerah pertumbuhan perifer merupakan area miselium dibelakang ujung tunas hifa, yang memungkinkan pertumbuhan radial pada tingkat pertumbuhan spesifik yang sama. Bagian ini berperan dalam mendukung pertumbuhan ujung hifa yang optimal.Fungi membutuhkan air untuk menyerap nutrien sehingga sebagian besar fungi kehadirannya terbatas pada lingkungan yang lembab, beberapa bahkan merupakan fungi perairan baik yang dijumpai di perairan masin maupun perairan tawar.Secara umum fungi cenderung pada lingkungan yang bersifat asam dengan pertumbuhan optimal umumnya pada pH 4-6. Adapun kisaran suhu pertumbuhan antara 5-40C, tetapi beberapa diantaranya psikrofilik yang tumbuh optimum pada suhu di bawah 5C dan lainnya termofilik yang mampu tumbuh hingga suhu 50C atau lebih.Secara umum talus fungi terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan spora. Sebagaimana diutarakan di atas bahwa miselium tersusun oleh jalinan hifa. Terdapat 3 morfologi dasar hifa yaitu: 1. hifa aseptat atau senositik yaitu hifa yang tidak memiliki septa2. hifa bersepta dengan sel-sel berinti tunggal dan memiliki pori pada septatnya sehingga memungkinkan perpindahan sitoplasma maupun nukleus dari satu ruang ke ruang lainnya3. hifa berseptat dengan inti lebih dari satu (multi nukleat) .Fungi tersebar luas di alam meskipun tidak seluas sebaran bakteria. Fungi mudah dijumpai seperti pada bahan makanan yang kedaluwarsa, buah-buahan, nektar bunga, daun, tubuh serangga, tanah dan air. Fungi dapat bereproduksi dengan tunas, pembelahan sel atau fragmentasi talus, pembentukan spora seksual dan aseksual, dan konyugasi. Fungi bersifat monofiletik, artinya bahwa semua spesiesnya berasal dari common ancestor yang sama, dan hal ini telah berulang kali diuji secara filogenetik-molekuker. Beberapa sifat umum yang menunjukkan sifat monofiletik antara lain: dinding sel mengandung khitin, heterotrof dengan cara absorpsi. Dengan adanya penelitian-penelitian molekuler yang dilakukan, klasifikasi fungi mungkin akan berubah dengan cepat, dan hingga saat ini tidak ada satu klasifikasi yang diterima sepenuhnya sebagai satu-satunya klasifikasi fungi. Oleh sebab itu, sejumlah ahli umumnya mencoba mengelompokkan fungi dan organism mirip fungi yang terdiri dari 3 kingdom yaitu Eumycota (fungi sebenarnya), Staminipilia dan Myxomycota (slime mold, jamur lendir) (Gambar 4.3.). Dalam kaitan tersebut, maka pada buku ini pembicaraan tentang fungi hanya dibatasi pada Eumycota. Terutama berdasarkan struktur reproduksi seksualnya, maka secara umum fungi dibedakan menjadi 5 fila yaitu:: 1. Chytridiomycota, memproduksi zoospor sehingga mampu bergerak bebas pada media cairan dengan flagella sederhana. 2. Zygomycota memproduksi spora seksual dengan meiospora yang disebut zigospoa dan secara aseksual dengan sporangiospora. 3. Glomeromycota dikenal pula sebagai fungi mikoriza arbuskular (arbuscular mycorrhizal fungi). Umumnya anggota-anggotanya hanya melakukan reproduksi aseksual. 4. Ascomycota, membentuk spora meiotik yang berada dalam suatu struktur seperti kantung. 5. Basidiomycota, menghasilkan meiospora yang disebut sebagai basidiospora yang terbentuk pada tangkai (basidia). 6. Deuteromycota (mitosporic fungi), merupakan kelompok fungi yang reproduksi seksualnya belum diketahui, meskipun sebagian anggotanya mungkin memiliki karakter yang mirip dengan Ascomycota maupun Glomeromycota

Dikutip dari: Deacon (2006)

fungi dibagi menjadi 4 phyla yaitu Cytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota (Alexopoulos et al. , 1996).

Phylum CytridiomycotaMerupakan kelompok fungi dengan sekitar 1000 spesies yang sudah diketahui. Termasuk kelompok fungi akuatik, berflagella. Memiliki gamet berflagella. Sp[orofit bersifat diploid dan berkembang dengan baik. Contoh anggotanya yaitu AllomycesPhylum ZygomycotaMerupakan kelompok paling sederhana dengan sekitar 1100 spesies yang sudah diidentifikasi. Diantara spesiesnya bersifat saprofitik. Reproduksi seksual dan aseksual umum terjadi. Hifa tidak bersepta kecuali untuk pembentukan struktur reproduktif. Fase diploidnya berlangsung pendek (zygosporangium), secara umum proses reproduksinya dicontohkan dengan Rhizopus sp. pada Gambar 4.3. Phylum ini meliputi: a. Klas Mucorales yang bersifat saprofitik dengan cara membebaskan enzim ekstraseluler untuk mengurai substrat materi organik, selanjutnya mengabsorbsi hasil penguraian ke dalam sel, hifa senositik dan membentuk zigospora (zygospore) yaitu spora seksual yang berasal dari fusi gametangia. Reproduksi aseksualnya dengan sporangiospora. Dapat bersifat parasitik atau saprofitik. Contoh spesiesnya antara lain: Rhizopus stolonifer, Phycomyces sp.dan Pilobolus sp.b. Entomophthorales, sebagian besar anggotanya merupakan parasit pada hrewan, terutama pada insekta. Contoh spesiesnya Basidiobolus sp. yang tumbuh pada kotoran katak dan berkembang dengan mudah di air.c. Zoopagales terdiri dari sejumlah spesies yang umumnya parasit terhadap hewan kecil.d. Glomales merupakan contoh yang spesies anggotanya tersebar luas di alam. Memiliki lebih dari 100 spesies, sebagian membentuk hubungan simbiotik dengan tumbuhan sebagai endomikoriza. Contoh spesiesnya: Glomus sp.

. Gambar 4.3. Meiosis zigotik (b) yang berlangsung pada Rhizopus sp. (a)

Phylum BasidiomycotaMerupakan kelompok fungi dengan anggota yang besar, sekitar 22.000 spesies diantaranya adalah jamur pembentuk fruting body (jamur besar). Diantara spesiesnya dapat dimakan, sebagian lain sangat beracun. Spesies anggota phylum Basidiomycota tahapan dikaryotiknya berkembang baik. Fungi mikroskopisnya menghasilkan basidiofor. Adapun jamur besar pada di bagian bawah payung terdapat ribuan basidia masing-masing dengan 4 spora (dikenal sebagai basidiospora). Diantara spesiesnya dikenal sebagai ektomikoriza, hifanya tumbuh menyelimuti perakaran tanaman. Mikoriza berperan menguntungkan bagi tanaman inang karena antara lain memberikan perlindungan terhadap infeksi, mencegah kekeringan, memperluas permukaan untuk penyerapan nutrien, menghasilkan zat perangsang tumbuh.Basidiomycota memiliki 2 klas yaitu Heterobasidiomycetae dan Homobasidiomycetae. Heterobasidiomycetae meliputi jamur-jamur mikroskopis parasit beragam tanaman. Beberapa spesies memiliki siklus hidup yang kompleks terkait dengan musim, kondisi iklim setempat, dan tingkat perkembangan tanaman inang. Ustilago maydis yang menyerang jagung, sering menyebabkan kegagalan panen. Adapun Homobasidiomycetae meliputi kelompok-kelompok jamur besar.Homobasidiomycetae jarang dijumpai membentuk spora aseksual, adapun spora seksualnya diproduksi pada basidia yang terdapat pada tubuh buah yang kompleks. Hidup secara saprofitik, simbiotik atau parasitik, sel-selnya uniselular atau berupa miselium bersepta, contoh spesies misalnya Amanita phalloides, Pleurotus sp.,Agaricus sp.Phylum Ascomycota mencakup ribuan spesies diantaranya yeast atau ragi dan mycobiont penyusun lumut kerak (lichens). Ascomycota memiliki anggota yang bersifat saprofitik, simbiotik maupun parasitik. Fungi saprofitik berperan sebagai dekomposer karena kemampuannya dalam mencerna beragam molekul kompleks seperti selulosa, lignin dan kolagen. Pada umumnya anggota Ascomycota merupakan jasad uniseluler atau multi sel dengan miselium bersepta dan berpori, memproduksi spora seksual berupa askospora yang dibentuk di askus (aski = jamak) adapun spora aseksualnya berupa konidiospora. Beberapa contoh spesiesnya yaitu: Endothia parasitica, Ceratocystis ulmi, Saccharomyces cerevisiae, Neurospora crassa.Diantara anggota Ascomycota yaitu Klas Hemiascomycetae yang memiliki strukturnya yang paling sederhana dari semua fungi, dikenal sebagai yeast atau khamir. Pada umumnya tidak membentuk hifae, tetapi jikapun ada bentukan seperti hifae sebenarnya merupakan pesudo-hifae. Yeast sejak lama digunakan manusia untuk pembuatan makanan atau minuman, misalnya Saccharomyces cerevisiae. Klas Euascomycetae merupakan kelompok besar yang meliputi jamur besar atau umum dikenal sebagai mushroom, misalnya morel (Morchella species) dan mycosymbiont pada lumut kerak.Klas Loculoascomycetae, pada umumnya bersifat saprofitik dengan melakukan dekomposisi materi organik sehingga berperan dalam proses biogeokimiawi atau daur ulang nutrient dalam biosfer. Meskipun demikian ada pula yang bersifat patogen atau merugikan. Klas Laboulbeniomycetae, seluruh angotanya merupakan parasit spesifik pada insekta.Klas Deuteromycotae dikenal pula sebagai fungi imperfecti, meliputi sekitar 15.000 spesies pada umumnya uniseluler atau multisel dengan miselium bersepta, reproduksi seksualnya belum diketahui jelas, reproduksi aseksual dengan membentuk konidisospora yang yang muncul pada sel-sel khusus. Atau dilakukan degan cara reproduksi paraseksual yang belum jelas prosesnya. Diantara contoh anngotanya yaitu Botrytis cinerea, Candida albicans, Pneumocystis carini, Geotrichum candidum, Penicillium chrysogenum dan Trichoderma reesei.Kelompok spesifik dalam mikroorganisma yaitu Lichens atau lumut kerak yang sebenarnya merupakan bentuk simbiosis antara phycobiont (komponen alga) dan mycobiont (komponen fungus) Lumut kerak meliputi sekitar 20.000 spesies jamur yang berasosiasi dengan sekurangnya 40 genera agae dan bakteria fotosintetik (sianobacteria) yang membentuk simbiosa mutualistik. Spesies fungi yang terlibat sebagai mycobiont dapat berasal dari ascomycota, basidiomycota Lumut kerak memiliki beragam manfaat bagi kehidupan manusia seperti: bahan obat, bahan parfum, biomonitoring pencemaran udara. Secara khusus ada 2 bentuk morfologi dasar lumut kerak yaitu seperti daun (foliose) dan kerak yang menutup substrat (crustose) (Gambar 4.4.).fungialgae(a)(c)

(b)Gambar 4.4. Irisan lintang lumut kerak (a), lumut kerak foliose (b) dan crustose (c)

ALGAEAlgae tersusun oleh dua kelompok yaitu algae prokaryota (blue-green algae) yang selanjutnya dikelompokkan dalam bakteria serta algae eukaryota. Algae eukaryota selanjutnya disebut sebagai algae (tunggal: alga) diantaranya dapat bersel tunggal atau multiseluler, bersifat motil oleh adanya flagelum atau flagella, dapat pula bersifat non-motil. Beberapa spesies memproduksi sel anakan yang tetap menyatu dengan induk dan membentuk koloni, misalnya Volvox. Spesies yang lain membentuk filamen seperti pada Spirogyra atau lembaran talus (makroalgae) misalnya Palmaria, Ulva dan Sargassum. Algae sebagian besar memiliki dinding sel dari selulosa, beberapa diantaranya mengandung silika atau kalsium karbonat. Dinding sel mungkin bersifat fibril seperti dijumpai pada fungi, atau mungkin tersusun oleh lempeng-lempeng yang disekresikan dari badan Golgi atau suatu pelikel protein. Pada umumnya memiliki khloroplas meskipun struktur dan kandungan pigmennya beragam. Sel-sel algae mengandung nuklei, mitokondria, ribosom, badan Golgi dan khloroplas. Struktur sel internal didukung oleh mikrotubuli dan retikulum endoplasma. Khloroplas sangat beragam, dapat besar dan tunggal, banyak, seperti pita atau bentuk lainnya. Bentuk dan kandungan pigmen menentukan gambaran taksonominya. Algae bersifat polifiletik, artinya bahwa asal-usul nenek moyangnya tidak dari satu jalur. Pengelompokan algae didasarkan pada struktur khloroplas dan pigmentasi, struktur dinding sel dan siklus hidupnya.Ragam spesies algae ditunjukkan pada Gambar 4.5.Pertumbuhan algae uniseluler sinonim dengan pembelahan biner. Pada banyak algae unisel, nuklei dapat bersifat haploid atau diploid, mengalami mitosis, dan sel kemudian membelah longitudinal membentuk 2 sel anak. Pada kebanyakan spesies dijumpai dua pembelahan haploid dalam sel induk diikuti dengan pembentukan 4 sel anakan yang motil. Adapun algae berfilamen senositik melakukan pertumbuhan miripseperti yang terjadi pada pertumbuhan hifa. Pertumbuhan lainnya terjadi melalui pembelahan sel vegetatif dalam filamen atau lembaran talus.

(a)(b)(c)

(d)(e)(f)

Gambar 4.5. Ragam algae eukaryotic (a) Chlamydomonas reinhardtii,(b) Ceratium sp., (c) Micrasterias sp. , (d) Volvox globator, (e) Glenodinium pulvisculus dan (f) Spirogyra sp.

Perkiraan laju pertumbuhan alga dapat dilakukan dengan penghitungan sel atau kandungan khlorofil pada kultur. Kinetika pertumbuhannya serupa dengan fungi, tetapi karena algae merupakan jasad fotosintetik, kekurangan nutrien selain karbon dapat menyebabkan pertumbuhan melambat, dan masuk fase stasioner atau fase kematian. Nitrogen, fosfat dan silikon seringkali menjadi faktor pembatas. Pada kondisi optimum, pembelahan biner berlangsung cepat dan menyebabkan ledakan populasi. Ledakan populasi algae dapat bersifat merugikan misalnya pada kasus yang dikenal sebagai pasang merah (red tides).Algae merupakan jasad yang hidup di perairan, tempat lembab atau berair yang dijangkau oleh sinar matahari. Algae merupakan jasad fotosintetik dan mendapatkan sumber karbon dan energi yang dibutuhkan dengan fiksasi CO2 melalui fotosintesa. Adapun nitrogen harus didapat dalam bentuk nitrat, amonia atau asam-asam amino.Berdasarkan perbedaan bentuk, pigmen dan habitatnya, Algae dibedakan dalam 7 phyla yaitu:1. Chlorophyta: khromatofornya berwarna hijau yang mengandung khlorofil a dan sedikit khlorofil b, beberapa jenis xanthofil, alfa karoten dan beta karoten. Makanan cadangan disimpan dalam bentuk pati dan minyak. Dinding selnya berupa selulosa, xilan, mannan, beberapa spesies mengalami kalsifikasi dan beberapa tidak memiliki dinding sel. Jika flagela ada, maka jumlahnya 1, 2 hingga 8 atau banyak, sama panjang dan terletak apikal, contoh anggotanya adalah: Volvox globator, Clamydomonas, Ulothrix dan Spirogyra.2. Euglenophyta: khromatofornya mengandung pigmen seperti pada chlorophyta, makanan cadangan disimpan dalam bentuk paramilon (paramylon) dan minyak, tidak memiliki dinding sel, kebanyakan anggotanya berflagela 1 hingga 3, terletak apikal atau sub-apikal. Contoh anggotanya yaitu: Euglena sp.3. Chrysophyta: khromatofornya berwarna hijau kekuningan hingga coklat keemasan karena kandungan xanthofil dan karoten. Khromatofornya mengandung chlorofil a dan khlorofil c, alfa karoten, fukoxanthin dan satu jenis atau lebih xanthofil. Makanan cadangannya berupa chrysolaminarin dan minyak. Dinding sel berupa selulosa, silika dan kalsium karbonat. Jika flagela ada maka jumlahnya 1-2, sama atau tidak sama panjang, terletak apikal. Beberapa contoh antara lain: Vaucheria dan diatomae.4. Pyrrophyta: khromatofornya berwarna hijau kekuningan hingga coklat tua, pigmen utamanya berupa khlorofil a dan khlorofil c, xanthofil dan beta karoten. Makanan cadangan disimpan dalam bentuk pati dan minyak. Dinding sel berupa selulosa atau tanpa dinding sel. Memiliki flagela 2 yang berbeda fungsi. Contohnya antara lain Gonyaulax polyedra. Beberapa diantara anggotanya bersimbiosis pada invertebrata perairan laut sebagai simbion (zooxanthellae).5. Phaeophyta: khromatofornya berwarna coklat keemasan, mengandung khlorofil a, khlorofil c, beberapa xanthofil (terutama fukoxanthin dan beta karoten). Makanan cadangan dalam bentuk laminarin, mannitol dan minyak. Hampir semuanya merupakan jasad yang hidup di laut terutama perairan pantai dan dapat berukuran besar hingga beberapa puluh meter, beberapa contoh antara lain Fucus dan Sargassum.6. Cyanophyta: khromatofor utamanya berupa khlorofil a, beta karoten, xanthofil, fikobilin dan fikoerithrin yang tersebar merata dibagian tepi sitoplasmanya, bukan pada plastida-plastida. Makanan cadangan berupa karbohidrat spesifik Cyanophyceae dan minyak. Tidak memiliki dinding sel, memiliki 2 flagela, tidak sama dan terletak sub-apikal.7. Rhodophyta: kromatofornya mengandung khlorofil a, karoten, xanthofil, fikoerithrin, dan fikosianin. Khromatofornya berwarna merah karena fikoerithrin paling dominan. Dinding sel terdiri dua lapisan, bagian dalam berupa mikrofibril yang kaku sedang lapisan luar lunak. Makanan cadangannya berupa sejenis pati yang dikenal sebagai floridean starch yaitu polisakarida mirip amilopektin pada tumbuhan tinggi dan minyak dan terutama hidup di laut.Algae merupakan fitoplankton dan merupakan jasad yang menentukan produktivitas primer perairan. Secara umum algae memiliki nilai manfaat tinggi karena merupakan ujung rantai makanan, merupakan sumber pangan bagi hewan perairan. Adapun pada tanah lembab, algae dapat berperan sebagai penstabil dan memperbaiki kualitas fisik tanah. Algae, khususnya makroalgae juga menjadi sumber bahan berharga seperti agar, karagenan, asam alginat. Agar dan karagenan merupakan polimer galaktosa atau senyawa yang mengandung galaktosa. Karagenan dihasilkan dari beberapa alga merah seperti Gigartina, Eucheuma dan Chondrus, banyak digunakan sebagai penstabil dan pengemulsi produk makanan, bahan pasta gigi dan produk farmasi lain serta senyawa penyempurna tekstil dan kertas. Agar umumnya dihasilkan dari Gelidium dan Gracilaria, biasa digunakan untuk industri farmasi dan makanan. Adapun asam alginat dan alginat merupakan produk dari algae seperti Macrocystis, Laminaria, Fucus dan Ascophyllum banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada industri makanan, pemekat cat dan industri tekstil. Adapun kelompok diatom, cangkang silikanya merupakan penyusun tanah diatoma yang dapat dimanfaatkan sebagai filter, dan pada beberapa spesies dapat dikonsumsi sebagai pangan misalnya algae Porphyra tenera, P. yezoensis, Chondrus, Acanthopeltis, Gracilaria. Beberapa algae juga dapat merugikan misalnya Prototheca yang dijumpai pada infeksi sistemik dan subkutan pada manusia, Cephaleuros yaitu anggota Chlorophyta yang merupakan patogen daun tanaman hortikultur seperti teh, kopi, merica. Beberapa algae mampu menghasilkan toksin dan menimbulkan red tide sehingga banyak ikan mati, diantara penyebabnya adalah Gymnodinium dan Gonyaulax.

PROTOZOAProtozoa merupakan kelompok mikroba yang memiliki keragaman yang tinggi baik dari segi morfologi maupun ukuran (Gambar 4.6.). Secara keseluruhan protozoa merupakan organisma eukaryotik, uniseluler, beberapa spesies membentuk koloni, hidup bebas atau bersimbiosis mutualistik dengan bakteria, algae atau organisma tingkat tinggi. Protozoa juga ada yang bersifat parasitik dan predatori. Beberapa protozoa pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan mampu membentuk kista yaitu suatu kondisi dorman. Protozoa dapat dibedakan dalam 7 phyla yaitu Sarcomastigophora, Labyrinthomorpha, Ciliophora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Acetospora.

(a)(b)(c)

(d)(e)(f)

Gambar 4.6. Ragam protozoa (a) Eimeria (b) Amoeba, (c) Euplotes,(d) Trichodina, (e) Vorticella, (f) Trypanosoma

A. SarcomastigophoraSarcomastigophora bergerak dengan flagela, pseudopodia, atau keduanya. Reproduksi umumnya secara seksual terutama dengan singami (syngamy) Sarcomastigophora terdiri dari 3 sub-phyla yaitu:1. Mastigophora yang ditandai oleh adanya flagelum, meskipun tidak memiliki flagela pada seluruh bagian siklus hidupnya. Reproduksi biasanya secara pembelahan biner. Beberapa diantaranya mampu pula membentuk pseudopodia. Klas utama adalah Phytoflagellata yang memiliki organela berpigmen atau tidak berwarna yang disebut plastida dan dapat melakukan metabolisma baik secara fototrofik maupun heterotrofik. Pada umumnya Phytoflagellata digolongkan sebagai algae dan hal ini sudah di bicarakan sebelumnya. Adapun klas Zooflagellata bersifat obligat heterotrofik. Beberapa spesies mampu melakukan gerak amoeboid dan beberapa membentuk koloni, jenis lainnya memiliki cangkang luar berbahan silika. Sebagai contoh spesiesnya antara lain: Chlamydomonas, Paranema dan Euglena.2. Opalinata merupakan kelompok organisma yang berflagela banyak pada permukaan tubuhnya. Sebagai contoh genus antara lain: Opalina dan Trichonympha.3. Sarcodina merupakan kelompok organisma yang bergerak dengan pseudopodia. Flagela mungkin dijumpai pada beberapa fase perkembangan awal siklus hidupnya. Reproduksi biasanya secara pembelahan, jenis lainnya seperti Mycetozoa yang memiliki siklus seksual. Organisma ini membentuk agregat atau koloni, menghasilkan bentuk multiselular. Sebagai contoh adalah Arcella, Amoeba, Entamoba, Difflugia.

B. Labyrinthomorpha Labyrinthomorpha merupakan kelompok organisma yang bergerak secara amoeboid dan memiliki organella dipermukaan sel (sagenostosoma) yang berhubungan dengan jaringan sitoplasma. Kelompok organisma ini melakukan reproduksi seksual dan menghasilkan spora berflagela. Umumnya bersifat parasitik pada tumbuhan perairan laut. Salah satu contoh genusnya yaitu: Labyrinthula.

C. Apicomplexa Apicomplexa merupakan parasit yang ditandai oleh hadirnya organela khusus yang dikenal sebagai kompleks apikal yang berlokasi di salah satu ujung selnya antara lain berupa cincin polar, mikronema dan rhoptri (rhoptry) yaitu organela sekretoris yang berperan dalam melakukan penetrasi ke dalam sel inang. Apicomplexa dikatakan pula sebagai sporozoa karena memiliki fase spora pada siklus hidupnya. Kelompok organisma ini melakukan reproduksi secara seksual secara singami maupun aseksual. Sebagai contoh adalah Plasmodium, Toxoplasma dan Babesia.

D. MicrosporaMicrospora merupakan kelompok organisma yang bersifat parasit intrasel pada hewan avertebrata terutama arthropoda. Selama perkembangan dalam sel inang, spora terbentuk dan dikeluarkan. Spora berdinding tebal mengandung sporoplasma infektif dan filamen polar yang merupakan media infeksi sporoplasma ke dalam sel inang. Reproduksinya secara pembelahan biner. Salah satu contohnya yaitu Nosema.

E. MyxozoaMyxozoa merupakan kelompok organisma yang bersifat parasit pada hewan berdarah dingin dan annelida. Memiliki spora multiseluler, dengan kapsul polar satu atau lebih dan sporoplasma, kista terbentuk di dalam organ dalam inangnya. Salah satu contohnya yaitu Ceratomyxa.

F. CiliophoraCiliophora merupakan kelompok organisma yang memiliki cilia setidaknya pada salah satu fase hidupnya. Susunan cilia merupakan dasar pembedaan anggota-anggota dari sub-phylum ini. Memiliki dua macam nuklei, reproduksi seksual dengan konjugasi sedangkan aseksualnya secara pembelahan biner. Anggotanya dapat hidup bebas seperti Paramaecium, Stentor dan Vorticella. Sebagian yang lain bersifat komensalisma, dan sebagian yang lain bersifat parasitik seperti Balantidium coli yang merupakan penyebab sejenis disentri.

G. AcetosporaAcetospora memiliki spora multiceluler dengan satu atau lebih sporoplasma, tanpa kapsul polar maupun filamen polar, keseluruhan anggotanya parasitik Contoh anggotanya yaitu Paramyxa dan Haplosporidium.