BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulisrepository.ump.ac.id/6842/3/Gestiana Siwi Purwanti_BAB...

21
BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulis Menulis adalah suatu pikiran, ungkapan ide, ilmu pengetahuan, atau pengalaman-pengalaman hidup yang dituangkan kedalam tulisan untuk menyampaikan sebuah pesan secara tidak langsung yang akan dibaca dan dipahami oleh orang lain. Menurut Tarigan (2011: 3) menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melaui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 298 ) menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberi dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa. Penilaian yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Senada dengan pendapat tersebut Iskandarwassid (2008: 248-249) menyebutkan bahwa seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua 5 Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulisrepository.ump.ac.id/6842/3/Gestiana Siwi Purwanti_BAB...

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Menulis

Menulis adalah suatu pikiran, ungkapan ide, ilmu pengetahuan, atau

pengalaman-pengalaman hidup yang dituangkan kedalam tulisan untuk

menyampaikan sebuah pesan secara tidak langsung yang akan dibaca dan dipahami

oleh orang lain. Menurut Tarigan (2011: 3) menulis merupakan suatu ketrampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara

tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini

tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melaui latihan dan praktek yang

banyak dan teratur.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 298 ) menulis adalah

aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama

menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam

tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang

sama. Artinya, walaupun tugas itu diberi dalam rangka mengukur kemampuan

berbahasa. Penilaian yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan

bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi.

Senada dengan pendapat tersebut Iskandarwassid (2008: 248-249)

menyebutkan bahwa seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis

mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua

5

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

6

keterampilan berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya

terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Penyampaian pesan

dalam menulis dilaksanakan secara tertulis. Akhadiah (2004: 2) berpendapat bahwa

kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut

sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Marwoto (2000: 298) menulis adalah kemampuan seseorang untuk

mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman

hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa

dipahami orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa menulis erat sekali kaitannya

dengan kegiatan mengembangkan ilmu, proses belajar mengajar, upaya memperluas

cakrawala berpikir, serta memperdalam pengetahuan umum. Lebih lanjut Hartati

(2006: 30) mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi yang bersifat

aktif-produktif. Menulis merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara tertulis

kepada pihak lain. Dalam proses kegiatan tersebut diperlukan kemampuan untuk

mengharmonikan berbagai aspek tulisan, yaitut memproses pengetahuan tentang topik

yang akan dituliskan. Menuangkan pengetahuan secara runtut dalam racikan bahasa

yang baik selaras dengan corak wacananya serta menyajikannya sesuai dengan

konvensi atau aturan penulisan.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan yang

dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.

Agar pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan. Dengan

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

7

demikian jelaslah bahwa menulis erat sekalli kaitannya dengan kegiatan

mengembangkan ilmu. Kemudian proses belajar mengajar, upaya memperluas

cakrawala berpikir. Hal itu agar mampu memperdalam pengetahuan umum.

B. Kosakata Bahasa Indonesia

1. Kosakata

Menurut Tarigan (2011: 2-3) pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah

agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara,

membaca, dan menulis.Kualitas ketrampilan berbahasa seseorang bergantung kepada

kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang

dimiliki, semakin besar pula kemungkinan untuk terampil berbahasa.Jadi kuantitas

dan kualitas kosakata seseorang turut menentukan keberhasilannya dalam kehidupan.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesmpulan sebagai berikut:

a. kualitas dan kuantitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan

indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya,

b. perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual mempunyai suatu

tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan,

c. semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga

merupakan pengembangan konseptual,

d. suatu pengajaran yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi

oleh usia, jenis kelamin, pendapat, kemampuan bawaan, status sosial,

e. faktor-faktor geografis juga turut mempengaruhi perkembangan kosakata,

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

8

f. seperti juga halnya dalam proses membaca yang membimbing seseorang dari

yang telah diketahui kearah yang belum atau tidak diketahui. Maka telaah

kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama. Dari kata-kata

yang telah diketahui menunjukkan kata-kata yang belum diketahui.

2. Pengaruh Kosakata Bahasa Indonesia

Menurut Tarigan (2011: 17-19) kosakata BI berpengaruh pada 5 aspek. 5aspek

itu adalah kemampuan mental. Perkembangan kosakata dan perkembangan

konseptual. Kemudian teknik pengembangan kata. Berikut penjelasannya:

a. Kosakata dengan Kemampuan Mental.

Antara kosakata dan kemampuan mental seseorang terdapat hubungan yang

erat yaitu suatu hubungan kausal. Kuantitas dan kualitas kosakata seseorang turut

menentukan kualitas serta bobot kemampuan mentalnya. Kita harus menyadari bahwa

kosakata merupakan suatu indeks bagi hakekat dan kualitas kehidupan mereka

pelajari. Hal dimana tempat mereka berada serta seluk-beluk dan keharusan sendi

bahasa akal pikiran mereka. Akal pikiran yang baik mencerminkan kosakata yang baik

juga.

b. Perkembangan Kosakata dan Perkembangan Konseptual.

Perkembangan kosakata berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam

tataran yang lebih baik atau kedalaman muatan-muatan atau susunan tambahan. Salah

satu dari manfaat pentingnya pengembangan kosakata adalah mempelajari kaidah-

kaidah dari perubahan kata-kata dari satu jenis ke jenis yang lain. Maka telah

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

9

kosakata itu tidak boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja

tetapi yang terpenting justru kata-kata yang tepat. Berarti hal itu menunjukkkan bahwa

seseorang telah mempunyai pilihan kata atau diksi yang serasi. Dalam hal ini berarti

bahwa antara kata-kata dan pikiran kritis terdapat hubungan yang erat.

c. Teknik Pengembangan Kata.

Dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kosakata para

siswa yang berarti pula:

1) meningkatkan taraf kemampuan mental para siswa,

2) meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa,

3) mempertajam proses berpikir kritis para siswa,

4) memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa.

C. Kalimat Efektif

Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan

menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan

kepada orang lain (Keraf, 2004: 38-39). Dalam komunikasi sehari-hari, kita

memerlukanbahasa sebagai medium, karena bahasa memberikan kemungkinan yang

sangat luas bila dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya gerak-gerik, isyarat-

isyarat dengan bendera atau panji, asap, dan sebagainya. Bahasa sebagai medium

komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila bahasa itu dikuasai oleh

mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa dengan

demikian tidak saja mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola

sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

10

Menurut Keraf (2004: 38-39) aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi:

1. penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata) bahasa

tersebut,

2. penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,

3. kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-

gagasan,

4. tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

Dengan mempergunakan aspek-aspek di atas, dapat diharapkan kita dapat

berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa itu. Namun, penguasaan kaidah-

kaidah sintaksis dan kosakata saja belum memungkinkan dapat mempergunakan

bahasa kita dengan hidup. Sebab itu diperlukan syarat-syarat lain. Hal itu dilakukan

agar bahasa dapat dirasakan hidup, dan mudah dipahami. Bila kalimat-kalimat kita

sudah memiliki kemampuan tersebut, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut dengan

kalimat yang efektif.

Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana kalimat itu dapat

mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang. Kalimat yang efektif

memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran

pendengar atau penulis. Di samping itu kalimat yang efektif selalu berusaha agar

gagasan pokok selalu mendapatkan tekanan. Dapat dikatakan pula menmbulkan

penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi kalimat efektif adalah

kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis,

2. sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau

pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.Syarat-syarat lain

untuk menciptakan kalimat yang efektif misalnya kesatuan gagasan, koherensi

yang kompak, penekanan variasi, paralelisme, dan penalaran (Keraf, 2004: 39-

40).

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

11

D. Karangan Narasi

1. Pengertian Karangan Narasi

Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris naration (cerita) dan narrative (yang

menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa

menuntut kejadian secara kronologis atau dengan maksud memberi arti kepada

seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah cerita itu

(Resmini, 2008: 125).Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Keraf (2007: 136)

narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk

yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu

kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain : narasi adalah suatu

bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada

pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan

“Apa yang telah terjadi?”.

Selanjutnya menurut Semi (2003: 29), narasi merupakan bentuk percakapan

atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa

atau pengalaman manusia dari waktu kewaktu. Berdasarkan beberapa pendapat di

atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan cerita. Pada narasi terdapat peristiwa

atau kejadian dalam suatu urutan waktu yang diceritakan secara kronologis. Sehingga

di dalam karangan narasi, cerita yang dihasilkan harus ditulis sesuai peristiwa demi

peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan akan memunculkan kejadian yang

saling bertalian dengan peristiwa yang lain.

Menurut Keraf (2007: 136) dalam menulis, karangan narasi mempunyai

kesamaan dengan deskripsi. Yang membedakannya adalah narasi mengandung

imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan kronologis.

Sedangkan deskripsi, unsur imajinasinya terbatas pada penekanan organisasi

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

12

penyampaian pada sususan ruang sebagaimana yang diamati, dirasakan, dan didengar.

Oleh karena itu, karangan narasi perlu memperhatikan unsur latar, baik unsur waktu

maupun unsur tempat. Dengan kata lain, narasi mencakup dua unsur, yaitu perbuatan

dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.

Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu: (1) Hendak

memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2)

memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama disebut narasi

informasional atau cerita ekspositoris, sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa

perluasan pengetahuan pada pembaca setelah membaca karangan narasi tersebut.

Sedangkan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang disebut artistik atau

sugestif, sasaran utamanya berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian

sebagai suatu pengalaman.

Keraf (2007: 138-139) mengemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris

dan narasi sugestif agar lebih jelas. Perbedaan terpenting adalah :

No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.

2. Menyampaiakan informasi mengenai suatu kejadian.

Menimbulkan daya khayal.

3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

4. Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Bahasanya lebih condong kebahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.

Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis yang

ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris digunakan

untuk karangan faktual seperti biografi, autobiografi, sejarah, atau proses dan cara

melakukan sesuatu hal. Sebaliknya, karangan narasi sugestif digunakan untuk

karangan imajinatif seperti cerpen, novel,roman, dan drama.

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

13

2. Struktur Karangan Narasi

Seperti yang diungkapkan Keraf (2007: 140-145) struktur karangan narasi

adalah tema, tokoh cerita, latar, posisi narator, dan alur. Tema adalah pokok persoalan

yang mendasari cerita. Tokoh cerita adalah pelaku yang mendukung peristiwa

sehingga mampu menjalin suatu cerita. Posisi narator adalah fungsi seorang narator

dalam menampilkan suatu cerita. Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin

berdasarkan urutan waktu. Pemaparan yang lebih lanjut dijelaskan di bawah ini.

a. Tema

Tema sering disebut dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi

suatu cerita. Tema terasa mewarnai sebuah cerita dari bagian awal sampai akhir. Pada

hakikatnya tema adalah permasalahan pokok yang merupakan titik tolak penulis

dalam menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan

penulis. Tema dalam narasi dapat tersurat dan dapat tersirat. Disebut tersurat, bila

tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh penulisnya. Misalnya, pada judul atau

pada penutup cerita dengan menggunakan pernyataan. Adapun tema tersirat adalah

tema yang tidak ditulis secara eksplisit. Tema tersebut tersebar pada hamparan

dankeseluruhan cerita.

b. Tokoh cerita

Seperti dalam kehidupan sehari-hari, peistiwa dalam narasi selalu didukung

oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

14

sehingga mampu menjalin suatu cerita, disebut tokoh. Sedangkan cara penulis

menampilkan tokoh itu disebut penokohan. Penokohan merupakan unsur narasi yang

tidak dapat ditiadakan. Melalui penokohan itulah cerita menjadi lebih nyata dan lebih

hidup dalam angan-angan pembaca. Melalui penokohan itu pula pembaca dapat

dengan jelas menangkap apa yang diceritakan penulis.

c. Latar

Latar cerita tidak dapat terjadi di dalam suatu kekosongan. Mestilah ada waktu

dan tempat kejadian itu berlangsung. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan lukisan

peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakkan oleh satu atau beberapa orang

tokoh pada suatu waktu, di suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak

pernah lepas dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar.

Penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di dalam cerita (narasi) disebut

latar atau seting.

d. Posisi Narator

Keraf (2007: 190) menambahkan, point of view dalam narasi menyatakan

bagaimana fungsi seorang narator, apakah ia mengambil bagian langsung dalam

seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi

atau tindak tanduk dalam narasi. Dengan kata lain, untuk menampilkan cerita

mengenai kehidupan tokoh, penulis akan menentukan siapa orang yang akan

berkedudukan sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Apakah penulis akan berdada di

luar semata-mata sebagai penutur cerita, atau beada dalam cerita, atau masuk ke dalam

salah satu tokoh cerita. Dalam menampilkan tokoh ceritanya, penulis (narator) akan

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

15

menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda-beda. Ada beberapa posisi penulis,

yakni (a) penulis sebagai pelaku utama, (b) penulis sebagai pelaku tetapi bukan

sebagai pelaku utama, (c) penulis serba hadir, dan (d) penulis sebagai peninjau.

e. Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu

atau hubungan tertentu sehingga membentuk satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh

dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pengertian di atas, Keraf (2007: 147)

menjelaskan bahwa alur terbentuk dari rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha

memecahkan konflik dan berusaha memulihkan situasi labil ke dalam situasi yang

seimbang dan harmonis. Agar rangkaian peritiwa terjalin secara utuh, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yakni (1) tindakan-tindakan harus diatur sehingga

bertalian satu sama lain, (2) tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam

tindakan-tindakan itu, (3) suatu insiden harus mempunyai hubungan dengan insiden

yang lain, dan (4) situasi dan tokoh yang telibat harus terikat dalam suatu kesatuan

waktu. Oleh karena itu, baik tidaknya penggarapan sebuah alur dapat dinilai dari

beberapa hal, yakni (1) apakah tiap insiden susul-menyusul secara logis dan alamiah,

(2) apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam

insiden sebelumnya, dan atau (3) apakah insiden itu terjadi secara kebetulan.

3. Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan kekuatan kita berusaha dengan

diri sendiri (Poerwadarminto, 2007: 707). Menulis merupakan ketrampilan berbahasa

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

16

yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap

muka dengan orang lain. Keterampilan menulis menghendaki ketuntasan bermacam-

macam keterampilan antara lain ketepatan dan kebakuan struktur. Disamping

keterampilan menulis juga menuntut kemahiran dalam pemakaian ejaan, komposisi

yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf, tetapi keterampilan dalam

memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang

secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik teratur (Tarigan, 2008: 4).

Dilihat dari segi kemampuan bahasa, menulis adalah aktivitas aktif, produktif,

dan menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah

aktivitas menghasilkan bahasa, aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa,

sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang

dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan yang sama. Artinya, walaupun

tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kompetensi berbahasa, penilaian yang

dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan

konteks dan isi. Jadi, penilaian kemampuan peserta didik mengorganisasikan dan

mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat (Nurgiyantoro, 2001: 425).

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah

kegiatan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan menulis melibatkan cara berpikir

yang teratur dan kemampuan mengungkapkan pikiran, ide, gagasan ke dalam bentuk

bahasa tulis yang baik. Menulis adalah aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas yang

pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

17

dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan

yang sama.

Menurut Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk wacana yang

sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah

peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu atau dapat juga dirumuskan dengan

cara lain : narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan

sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Kemampuan

menulis narasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) minat dan motivasi

siswa dalam menulis, (2) kemampuan siswa dalam menentukan topik, (3) pembiasaan

terhadap tradisi menulis, (4) ketrampilan bahasa yang dimiliki siswa seperti kosakata,

penggunaan tanda baca, dan struktur kalimat, (5) waktu yang dibutuhkan siswa untuk

menuangkan ide atau gagasan, (6) media yang digunakan guru.

D. Kriteria Karangan

Menurut Nurgiyantoro dalam Iskandarwassid (2008: 250), penilaian yang

dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas.

Holistis berarti karangan yang dibuat berhubungan antara bagian satu dengan bagian

lainnya dalam satu karangan. Impresif berarti memberikan kesan terhadap pembaca.

Selintas berarti karangan yang dibuat secara sekilas. Dalam kaitannya dengan

penilaian karangan, berikut beberapa kriteria: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2)

organisasi dan penyajian isi, (3) kohesi dan koherensi, (4) mekanik : tata bahasa,

ejaan, tanda baca.

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

18

Berdasarkan penjelasan mengenai kriteria karangan,maka dalam memilih

kriteria karangan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Berkaitan dengan karangan

narasi Nurgiyantoro (2008: 250) menyebutkan empat kriteria aspek penting yang tidak

boleh dilupakan jika ingin menilai karangan narasi. Aspek tersebut yaitu kualitas dan

ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi, kohesi dan koherensi, dan mekanik.

Keempat aspek tersebut akan peneliti paparkan satu persatu sesuai kriterianya.

Pemaparannya adalah sebagai berikut.

1. Kualitas dan Ruang Lingkup Isi

Dilihat dari aspek kualitas dan ruang lingkup isi terdapat satu kriteria penilaian

yaitu pemilihan judul. Judul merupakan inti sentral dalam sebuah karangan. Dalam

sebuah karangan, judul merupakan inti yang mewakili keseluruhan isi karangan.

Sebuah judul harus logis karena isi karangan merupakan penjabaran dari sebuah judul.

Pada aspek kualitas dan ruang lingkup isi hasil tulisan siswa masih rendah yaitu pada

kriteria pemilihan judul.

Dalam sebuah karangan, judul adalah inti sentral yang mewakili keseluruhan

isi karangan, jadi pemilihan judul harus logis. Logis berarti sesuai dengan isi karangan

yang dihasilkan. Siswa dapat membuat judul dengan menentukan tema apa yang akan

mereka pilih. Tema yang sudah dipilih akan menghasilkan judul yang sesuai dengan

karangan yang dihasilkan siswa. Kaitannya dengan ciri-ciri karangan narasi, berupa

cerita tentang pengalaman penulis maka siswa akan lebih mudah dalam menentukan

judul karangan. Oleh sebab itu, pemilihan judul dalam karangan narasi siswa

berkaitan erat dengan pengalaman penulis.

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

19

2. Organisasi dan Penyajian Isi

Penilaian aspek organisasi isi meliputi empat kriteria yaitu kerangka karangan,

uraian fakta dalam kalimat, pengembangan kalimat menjadi paragraf, dan penyusunan

paragraf menjadi karangan narasi. Penulisan karangan terdapat bagian pendahuluan,

isi, dan penutup yang disusun dalam sebuah karangan harus disusun secara

logis.Keseluruhan uraian yang ada dalam karangan narasi berupa cerita fakta yang

diceritakan secara kronologis. Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam

satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis supaya terjadi keterkaitan ke

paragraf selanjutnya.

a. Kerangka Karangan

Sebuah kerangka karangan harus memiliki ide-ide pokok yang susunan dan

pengembangannya logis dan teratur. Susunan pengembangan dari setiap kalimat yang

dihasilkan harus disesuaikan dengan kalimat sebelumnya. Dalam karangan narasi, isi

karangan yang dihasilkan harus dipaparkan secara detail. Pemaparan cerita dalam

karangan harus dijabarkan sehingga objek yang diceritakan lebih detail sehingga cerita

mudah dipahami. Di dalam kerangka karangan siswa juga harus mampu membuat

bagian pendahuluan untuk membuka cerita yang ditulis, kemudian isi karangan, dan

yang terakhir adalah bagian penutup yang menarik pada sebuah karangan narasi

siswa. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi siswa yaitu

kejadian yang diceritakan disusun secara kronologis.

Dalam penulisan karangan narasi siswa banyak terdapat kesalahan struktur

kerangka karangan narasi. Kelengkapan sebuah struktur kerangka karangan narasi

sangat menentukan kejelasan sebuah karangan. Kalimat yang benar dan jelas akan

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

20

mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Karangan narasi dikatakan tidak baik

jika belum memenuhi tiga aspek (pendahuluan, isi, penutup) karangan narasi. Oleh

karena itu karangan narasi harus sesuai dengan pedoman penilaian karangan narasi

yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup.

b. Uraian Fakta dalam Kalimat

Keseluruhan uraian kalimat dalam karangan narasi berupa fakta yang bersifat

memaparkan objek yang diceritakan. Fakta yang ditulis siswa berupa fakta tentang

objek yang diceritakan dalam karangan narasinya. Oleh karena itu, siswa harus lebih

menekankan pada objek yang akan diceritakan dan memaparkannya di dalam sebuah

karangan narasi. Kaitannya dengan uraian fakta dalam kalimat pada karangan narasi,

siswa lebih fokus pada objek daripada mengemukakan pendapatnya tentang sebuah

objek yang dituju dalam cerita. Kriteria karangan narasi yang berupa uraian fakta

dalam kalimat ini dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi yaitu peristiwa yang

diceritakan adalah peristiwa yang berupa fakta atau yang benar-benar terjadi dan

dialami oleh penulis.

c. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf

Setiap paragraf dalam sebuah karangan harus mempunyai kalimat utama yang

disertai dengan kalimat penjelas yang sesuai. Dalam sebuah paragraf, harus terdapat

kalimat utama yang dikembangkan dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut

harus dijelaskan secara rinci sesuai dengan kalimat utamanya. Kaitannya dengan ciri-

ciri karangan narasi, kriteria pengembangan kalimat menjadi paragraf yaitu

menekankan susunan secara kronologis. Kronologis di sini dimaksudkan dalam

mengembangkan kalimat menjadi paragraf harus ditulis secara urut dan rinci.

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

21

d. Penyusunan Paragraf menjadi Karangan Narasi

Suatu karangan narasi urutan gagasan yang ditulis dan pengembangannya

harus logis. Penyusunan paragraf harus kohesif dan koherensif baik antar kalimat

dalam satu paragraf maupun paragraf dalam satu tulisan utuh. Apabila paragraf yang

ditulis kohesif dan koherensif, maka karangan yang dhasilkan akan membentuk

paragraf yang baik dan mudah dipahami. Penyusunan kalimat dalam karangan haus

disesuaikan dengan kalimat utamanya. Kalimat utama dalam setiap paragraf mampu

dikembangkan dengan kalimat penjelas sehingga menjadi menjadi karangan narasi

yang sesuai dengan alur cerita.

3. Kohesi dan Koherensi

Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam satu paragraf harus

disusun dengan baik dan sistematis.Hal inidilakukan agar terjadi keterkaitan ke

paragraf selanjutnya (Nurgiyantoro, 2001:180).Menulis paragraf satu dengan paragraf

selanjutnya harus mempunyai kesinambungan agar membentuk paragraf yang padu.

Paragraf yang padu akan menghasilkan karangan narasi yang sesuai antar paragraf dan

mempunyai kesinambungan antar paragraf. Kohesi dan koherensi yang baik akan

membentuk cerita yang kronologis sesuai dengan ciri-ciri karangan narasi.

a. Keruntutan Kalimat

Karangan narasi harus mempunyai keterkaitan kalimat satu dengan kalimat

lainnya. Hal ini terjadi agar karangan narasi dapat dipahami alur ceritanya. Kalimat

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

22

yang dituliskan dalam satu paragraf mempunyai kesinambungan dan runtut sehingga

menghasilkan kalimat yang padu dalam satu paragraf utuh. Kalimat yang ditulis siswa

disesuaikan dengan cerita sesuai tema yang ditentukan. Dengan demikian, keruntutan

kalimat dalam paragraf akan lebih mudah dikembangkan.

b. Koherensi Paragraf

Koherensi paragraf dalam karangan narasi merupakan aspek penting agar

karangan narasi yang dihasilkan menjadi menarik. Paragraf satu dengan paragraf

kedua harus mempunyai keterkaitan dan berkesinambungan. Paragraf yang ditulis

harus padu dan koheren tetapi masih dalam satu topik atau tema yang dibahas dan

diceritakan dalam karangan. Setelah keruntutan kalimat yang dihasilkan baik, maka

paragraf yang dihasilkan akan baik. Semakin banyak ide yang dapat dikembangkan

dalam cerita semakin baik pula koherensi paragraf yang dihasilkan.

c. Kesatuan Topik

Kaitannya dengan kesatuan topik, karangan narasi akan lebih menarik apabila

terdapat lebih dari satu topik. Topik yang dimaksud adalah ide pokok yang dapat

dikembangkan dalam cerita. Semakin banyak ide yang dapat dituangkan dalam

karangan maka karangan akanlebih kreatif. Ide pokok yang diciptakan dapat

dikembangkan menjadi ide-ide lainnya sehingga karangan narasi tidak membosankan.

Kesatuan topik ini jika dikembangkan akan menjadi karangan narasi yang menarik

dan melalui ide pokok yang ditemukan akan menjadikan karangan narasi lebih hidup.

4. Mekanik

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

23

Dalam menulis karangan, seorang penulis harus menguasai tata tulis yaitu

menguasai ejaan dan aturan penulisan. Aspek ejaan yang dianalisis dalam karangan

narasi berupa penulisan kata dan penggunaan tanda baca. Setiap karangan narasi yang

dihasilkan siswa harus terdapat tanda baca yang tepat sehingga memudahkan dalam

memahami isi cerita. Selain itu, penulisan kata yang tepat juga mempercepat

pemahaman pembaca dalam membaca karangan narasi yang dihasilkan. Penulisan

kata yang tidak baku akan menyulitkan pembaca dalam memahami isi karangan.

a. Penulisan Kata

Aspek penulisan kata dalam karangan narasi juga perlu diperhatikan dan

dipahami oleh siswa. Penulisan kata dan penggunaan bahasa juga berpengaruh pada

penulisan kata yang dihasilkan dalam karangan narasi siswa. Kata yang dihasilkan

biasanya tidak baku dan sulit dipahami karena banyak kata yang tidak sesuai dengan

ejaan atau aturan penulisan. Penulisan huruf kapital diawal kalimat juga berpengaruh

pada karangan narasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulisan kata dan penulisan

huruf kapital harus dipahami dan ditulis dengan baik agar karangan narasi mudah

dibaca oleh orang lain.

b. Penggunaan Tanda Baca

Aspek tanda baca dalam setiap karangan pasti berpengaruh pada hasil

karangannya. Apabila dalam karangan tidak terdapat tanda baca maka karangan itu

tidak dapat dipahami maksud dan isi karangannya. Tanda baca yang salah juga

berpengaruh pada pembaca sehingga pembaca sulit memahami isi karangan yang

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

24

dihasilkan. Karangan yang baik pasti mempunyai tanda baca yang sesuai sehingga

mudah dimengerti. Penggunaan tanda baca yang sesuai akan mudah dipahami

pembaca sesuai dengan keinginan penulis.

Setelah mengetahui kriteria sebuah karangan yang baik dan sempurna, kita

juga harus mengetahui langkah-langkah dalam menilai hasil karangan agar dapat

mengetahui kekurangan apa saja yang ada dalam hasil karangan tersebut. Langkah-

langkah dalam menilai hasil karangan adalah sebagai berikut.

1. Menentukan lebih dahulu dasar-dasar yang tegas yang akan dipergunakan untuk

menilai hasil tersebut, misalnya aspek apakah yang akan dinilai. Apakah isi

karangan, bentuk, tata bahasa, atau tanda baca serta ejaannya, lalu menentukan

bobot atau tekanan pada tiap-tiap aspek tersebut.

2. Sewaktu memeriksa dan menilai karangan, pemeriksa atau penilai tidak

mengetahui nama-nama siswa, agar hasil penilaian benar-benar objektif.

3. Sebelumnya, penilai membaca dahulu beberapa karangan secara sepintas untuk

memperoleh gambaran secara umum untuk menentukan dasar penilaian, sehingga

kriteria penilaian itu tidak berubah-ubah.

4. Menunjuk penilai lebih dari satu orang untuk menjaga agar nilai lebih objektif.

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014

25

Bagan Kriteria Karangan Narasi

Kriteria Karangan Narasi

Mekanik Kohesi dan

Koherensi

Organisasi

dan Penyajian

Isi

Kualitas dan

Ruang lingkup

Isi

Pemilihan Judul

1. Kerangka Karangan

2. Uraian Fakta dalam

Kalimat

3. Pengembangan

Kalimat menjadi

Paragraf

4. Penyusunan Paragraf

menjadi Karangan

Narasi

1. Keruntutan

Kalimat

2. Koherensi

Paragraf

3. Kesatuan

Topik

1. Penulisan

Kata

2. Penggunaan

Tanda Baca

Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014