BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulisrepository.ump.ac.id/6842/3/Gestiana Siwi Purwanti_BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulisrepository.ump.ac.id/6842/3/Gestiana Siwi Purwanti_BAB...
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Menulis
Menulis adalah suatu pikiran, ungkapan ide, ilmu pengetahuan, atau
pengalaman-pengalaman hidup yang dituangkan kedalam tulisan untuk
menyampaikan sebuah pesan secara tidak langsung yang akan dibaca dan dipahami
oleh orang lain. Menurut Tarigan (2011: 3) menulis merupakan suatu ketrampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini
tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melaui latihan dan praktek yang
banyak dan teratur.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 298 ) menulis adalah
aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama
menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam
tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang
sama. Artinya, walaupun tugas itu diberi dalam rangka mengukur kemampuan
berbahasa. Penilaian yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan
bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi.
Senada dengan pendapat tersebut Iskandarwassid (2008: 248-249)
menyebutkan bahwa seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis
mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua
5
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
6
keterampilan berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya
terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Penyampaian pesan
dalam menulis dilaksanakan secara tertulis. Akhadiah (2004: 2) berpendapat bahwa
kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut
sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
Marwoto (2000: 298) menulis adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman
hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa
dipahami orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa menulis erat sekali kaitannya
dengan kegiatan mengembangkan ilmu, proses belajar mengajar, upaya memperluas
cakrawala berpikir, serta memperdalam pengetahuan umum. Lebih lanjut Hartati
(2006: 30) mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi yang bersifat
aktif-produktif. Menulis merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara tertulis
kepada pihak lain. Dalam proses kegiatan tersebut diperlukan kemampuan untuk
mengharmonikan berbagai aspek tulisan, yaitut memproses pengetahuan tentang topik
yang akan dituliskan. Menuangkan pengetahuan secara runtut dalam racikan bahasa
yang baik selaras dengan corak wacananya serta menyajikannya sesuai dengan
konvensi atau aturan penulisan.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan yang
dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.
Agar pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan. Dengan
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
7
demikian jelaslah bahwa menulis erat sekalli kaitannya dengan kegiatan
mengembangkan ilmu. Kemudian proses belajar mengajar, upaya memperluas
cakrawala berpikir. Hal itu agar mampu memperdalam pengetahuan umum.
B. Kosakata Bahasa Indonesia
1. Kosakata
Menurut Tarigan (2011: 2-3) pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah
agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara,
membaca, dan menulis.Kualitas ketrampilan berbahasa seseorang bergantung kepada
kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang
dimiliki, semakin besar pula kemungkinan untuk terampil berbahasa.Jadi kuantitas
dan kualitas kosakata seseorang turut menentukan keberhasilannya dalam kehidupan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesmpulan sebagai berikut:
a. kualitas dan kuantitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan
indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya,
b. perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual mempunyai suatu
tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan,
c. semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga
merupakan pengembangan konseptual,
d. suatu pengajaran yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, pendapat, kemampuan bawaan, status sosial,
e. faktor-faktor geografis juga turut mempengaruhi perkembangan kosakata,
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
8
f. seperti juga halnya dalam proses membaca yang membimbing seseorang dari
yang telah diketahui kearah yang belum atau tidak diketahui. Maka telaah
kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama. Dari kata-kata
yang telah diketahui menunjukkan kata-kata yang belum diketahui.
2. Pengaruh Kosakata Bahasa Indonesia
Menurut Tarigan (2011: 17-19) kosakata BI berpengaruh pada 5 aspek. 5aspek
itu adalah kemampuan mental. Perkembangan kosakata dan perkembangan
konseptual. Kemudian teknik pengembangan kata. Berikut penjelasannya:
a. Kosakata dengan Kemampuan Mental.
Antara kosakata dan kemampuan mental seseorang terdapat hubungan yang
erat yaitu suatu hubungan kausal. Kuantitas dan kualitas kosakata seseorang turut
menentukan kualitas serta bobot kemampuan mentalnya. Kita harus menyadari bahwa
kosakata merupakan suatu indeks bagi hakekat dan kualitas kehidupan mereka
pelajari. Hal dimana tempat mereka berada serta seluk-beluk dan keharusan sendi
bahasa akal pikiran mereka. Akal pikiran yang baik mencerminkan kosakata yang baik
juga.
b. Perkembangan Kosakata dan Perkembangan Konseptual.
Perkembangan kosakata berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam
tataran yang lebih baik atau kedalaman muatan-muatan atau susunan tambahan. Salah
satu dari manfaat pentingnya pengembangan kosakata adalah mempelajari kaidah-
kaidah dari perubahan kata-kata dari satu jenis ke jenis yang lain. Maka telah
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
9
kosakata itu tidak boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja
tetapi yang terpenting justru kata-kata yang tepat. Berarti hal itu menunjukkkan bahwa
seseorang telah mempunyai pilihan kata atau diksi yang serasi. Dalam hal ini berarti
bahwa antara kata-kata dan pikiran kritis terdapat hubungan yang erat.
c. Teknik Pengembangan Kata.
Dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kosakata para
siswa yang berarti pula:
1) meningkatkan taraf kemampuan mental para siswa,
2) meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa,
3) mempertajam proses berpikir kritis para siswa,
4) memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa.
C. Kalimat Efektif
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan
menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan
kepada orang lain (Keraf, 2004: 38-39). Dalam komunikasi sehari-hari, kita
memerlukanbahasa sebagai medium, karena bahasa memberikan kemungkinan yang
sangat luas bila dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya gerak-gerik, isyarat-
isyarat dengan bendera atau panji, asap, dan sebagainya. Bahasa sebagai medium
komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila bahasa itu dikuasai oleh
mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa dengan
demikian tidak saja mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola
sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
10
Menurut Keraf (2004: 38-39) aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi:
1. penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata) bahasa
tersebut,
2. penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,
3. kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-
gagasan,
4. tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Dengan mempergunakan aspek-aspek di atas, dapat diharapkan kita dapat
berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa itu. Namun, penguasaan kaidah-
kaidah sintaksis dan kosakata saja belum memungkinkan dapat mempergunakan
bahasa kita dengan hidup. Sebab itu diperlukan syarat-syarat lain. Hal itu dilakukan
agar bahasa dapat dirasakan hidup, dan mudah dipahami. Bila kalimat-kalimat kita
sudah memiliki kemampuan tersebut, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut dengan
kalimat yang efektif.
Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana kalimat itu dapat
mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang. Kalimat yang efektif
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau penulis. Di samping itu kalimat yang efektif selalu berusaha agar
gagasan pokok selalu mendapatkan tekanan. Dapat dikatakan pula menmbulkan
penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi kalimat efektif adalah
kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis,
2. sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.Syarat-syarat lain
untuk menciptakan kalimat yang efektif misalnya kesatuan gagasan, koherensi
yang kompak, penekanan variasi, paralelisme, dan penalaran (Keraf, 2004: 39-
40).
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
11
D. Karangan Narasi
1. Pengertian Karangan Narasi
Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris naration (cerita) dan narrative (yang
menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa
menuntut kejadian secara kronologis atau dengan maksud memberi arti kepada
seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah cerita itu
(Resmini, 2008: 125).Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Keraf (2007: 136)
narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk
yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu
kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain : narasi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan
“Apa yang telah terjadi?”.
Selanjutnya menurut Semi (2003: 29), narasi merupakan bentuk percakapan
atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa
atau pengalaman manusia dari waktu kewaktu. Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan cerita. Pada narasi terdapat peristiwa
atau kejadian dalam suatu urutan waktu yang diceritakan secara kronologis. Sehingga
di dalam karangan narasi, cerita yang dihasilkan harus ditulis sesuai peristiwa demi
peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan akan memunculkan kejadian yang
saling bertalian dengan peristiwa yang lain.
Menurut Keraf (2007: 136) dalam menulis, karangan narasi mempunyai
kesamaan dengan deskripsi. Yang membedakannya adalah narasi mengandung
imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan kronologis.
Sedangkan deskripsi, unsur imajinasinya terbatas pada penekanan organisasi
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
12
penyampaian pada sususan ruang sebagaimana yang diamati, dirasakan, dan didengar.
Oleh karena itu, karangan narasi perlu memperhatikan unsur latar, baik unsur waktu
maupun unsur tempat. Dengan kata lain, narasi mencakup dua unsur, yaitu perbuatan
dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu: (1) Hendak
memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2)
memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama disebut narasi
informasional atau cerita ekspositoris, sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa
perluasan pengetahuan pada pembaca setelah membaca karangan narasi tersebut.
Sedangkan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang disebut artistik atau
sugestif, sasaran utamanya berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian
sebagai suatu pengalaman.
Keraf (2007: 138-139) mengemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris
dan narasi sugestif agar lebih jelas. Perbedaan terpenting adalah :
No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaiakan informasi mengenai suatu kejadian.
Menimbulkan daya khayal.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.
Bahasanya lebih condong kebahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis yang
ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris digunakan
untuk karangan faktual seperti biografi, autobiografi, sejarah, atau proses dan cara
melakukan sesuatu hal. Sebaliknya, karangan narasi sugestif digunakan untuk
karangan imajinatif seperti cerpen, novel,roman, dan drama.
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
13
2. Struktur Karangan Narasi
Seperti yang diungkapkan Keraf (2007: 140-145) struktur karangan narasi
adalah tema, tokoh cerita, latar, posisi narator, dan alur. Tema adalah pokok persoalan
yang mendasari cerita. Tokoh cerita adalah pelaku yang mendukung peristiwa
sehingga mampu menjalin suatu cerita. Posisi narator adalah fungsi seorang narator
dalam menampilkan suatu cerita. Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin
berdasarkan urutan waktu. Pemaparan yang lebih lanjut dijelaskan di bawah ini.
a. Tema
Tema sering disebut dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi
suatu cerita. Tema terasa mewarnai sebuah cerita dari bagian awal sampai akhir. Pada
hakikatnya tema adalah permasalahan pokok yang merupakan titik tolak penulis
dalam menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan
penulis. Tema dalam narasi dapat tersurat dan dapat tersirat. Disebut tersurat, bila
tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh penulisnya. Misalnya, pada judul atau
pada penutup cerita dengan menggunakan pernyataan. Adapun tema tersirat adalah
tema yang tidak ditulis secara eksplisit. Tema tersebut tersebar pada hamparan
dankeseluruhan cerita.
b. Tokoh cerita
Seperti dalam kehidupan sehari-hari, peistiwa dalam narasi selalu didukung
oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
14
sehingga mampu menjalin suatu cerita, disebut tokoh. Sedangkan cara penulis
menampilkan tokoh itu disebut penokohan. Penokohan merupakan unsur narasi yang
tidak dapat ditiadakan. Melalui penokohan itulah cerita menjadi lebih nyata dan lebih
hidup dalam angan-angan pembaca. Melalui penokohan itu pula pembaca dapat
dengan jelas menangkap apa yang diceritakan penulis.
c. Latar
Latar cerita tidak dapat terjadi di dalam suatu kekosongan. Mestilah ada waktu
dan tempat kejadian itu berlangsung. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan lukisan
peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakkan oleh satu atau beberapa orang
tokoh pada suatu waktu, di suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak
pernah lepas dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar.
Penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di dalam cerita (narasi) disebut
latar atau seting.
d. Posisi Narator
Keraf (2007: 190) menambahkan, point of view dalam narasi menyatakan
bagaimana fungsi seorang narator, apakah ia mengambil bagian langsung dalam
seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi
atau tindak tanduk dalam narasi. Dengan kata lain, untuk menampilkan cerita
mengenai kehidupan tokoh, penulis akan menentukan siapa orang yang akan
berkedudukan sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Apakah penulis akan berdada di
luar semata-mata sebagai penutur cerita, atau beada dalam cerita, atau masuk ke dalam
salah satu tokoh cerita. Dalam menampilkan tokoh ceritanya, penulis (narator) akan
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
15
menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda-beda. Ada beberapa posisi penulis,
yakni (a) penulis sebagai pelaku utama, (b) penulis sebagai pelaku tetapi bukan
sebagai pelaku utama, (c) penulis serba hadir, dan (d) penulis sebagai peninjau.
e. Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu
atau hubungan tertentu sehingga membentuk satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh
dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pengertian di atas, Keraf (2007: 147)
menjelaskan bahwa alur terbentuk dari rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha
memecahkan konflik dan berusaha memulihkan situasi labil ke dalam situasi yang
seimbang dan harmonis. Agar rangkaian peritiwa terjalin secara utuh, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yakni (1) tindakan-tindakan harus diatur sehingga
bertalian satu sama lain, (2) tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam
tindakan-tindakan itu, (3) suatu insiden harus mempunyai hubungan dengan insiden
yang lain, dan (4) situasi dan tokoh yang telibat harus terikat dalam suatu kesatuan
waktu. Oleh karena itu, baik tidaknya penggarapan sebuah alur dapat dinilai dari
beberapa hal, yakni (1) apakah tiap insiden susul-menyusul secara logis dan alamiah,
(2) apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam
insiden sebelumnya, dan atau (3) apakah insiden itu terjadi secara kebetulan.
3. Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan kekuatan kita berusaha dengan
diri sendiri (Poerwadarminto, 2007: 707). Menulis merupakan ketrampilan berbahasa
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
16
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Keterampilan menulis menghendaki ketuntasan bermacam-
macam keterampilan antara lain ketepatan dan kebakuan struktur. Disamping
keterampilan menulis juga menuntut kemahiran dalam pemakaian ejaan, komposisi
yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf, tetapi keterampilan dalam
memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang
secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik teratur (Tarigan, 2008: 4).
Dilihat dari segi kemampuan bahasa, menulis adalah aktivitas aktif, produktif,
dan menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah
aktivitas menghasilkan bahasa, aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa,
sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang
dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan yang sama. Artinya, walaupun
tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kompetensi berbahasa, penilaian yang
dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan
konteks dan isi. Jadi, penilaian kemampuan peserta didik mengorganisasikan dan
mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat (Nurgiyantoro, 2001: 425).
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah
kegiatan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan menulis melibatkan cara berpikir
yang teratur dan kemampuan mengungkapkan pikiran, ide, gagasan ke dalam bentuk
bahasa tulis yang baik. Menulis adalah aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas yang
pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
17
dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan
yang sama.
Menurut Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu atau dapat juga dirumuskan dengan
cara lain : narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Kemampuan
menulis narasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) minat dan motivasi
siswa dalam menulis, (2) kemampuan siswa dalam menentukan topik, (3) pembiasaan
terhadap tradisi menulis, (4) ketrampilan bahasa yang dimiliki siswa seperti kosakata,
penggunaan tanda baca, dan struktur kalimat, (5) waktu yang dibutuhkan siswa untuk
menuangkan ide atau gagasan, (6) media yang digunakan guru.
D. Kriteria Karangan
Menurut Nurgiyantoro dalam Iskandarwassid (2008: 250), penilaian yang
dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas.
Holistis berarti karangan yang dibuat berhubungan antara bagian satu dengan bagian
lainnya dalam satu karangan. Impresif berarti memberikan kesan terhadap pembaca.
Selintas berarti karangan yang dibuat secara sekilas. Dalam kaitannya dengan
penilaian karangan, berikut beberapa kriteria: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2)
organisasi dan penyajian isi, (3) kohesi dan koherensi, (4) mekanik : tata bahasa,
ejaan, tanda baca.
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
18
Berdasarkan penjelasan mengenai kriteria karangan,maka dalam memilih
kriteria karangan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Berkaitan dengan karangan
narasi Nurgiyantoro (2008: 250) menyebutkan empat kriteria aspek penting yang tidak
boleh dilupakan jika ingin menilai karangan narasi. Aspek tersebut yaitu kualitas dan
ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi, kohesi dan koherensi, dan mekanik.
Keempat aspek tersebut akan peneliti paparkan satu persatu sesuai kriterianya.
Pemaparannya adalah sebagai berikut.
1. Kualitas dan Ruang Lingkup Isi
Dilihat dari aspek kualitas dan ruang lingkup isi terdapat satu kriteria penilaian
yaitu pemilihan judul. Judul merupakan inti sentral dalam sebuah karangan. Dalam
sebuah karangan, judul merupakan inti yang mewakili keseluruhan isi karangan.
Sebuah judul harus logis karena isi karangan merupakan penjabaran dari sebuah judul.
Pada aspek kualitas dan ruang lingkup isi hasil tulisan siswa masih rendah yaitu pada
kriteria pemilihan judul.
Dalam sebuah karangan, judul adalah inti sentral yang mewakili keseluruhan
isi karangan, jadi pemilihan judul harus logis. Logis berarti sesuai dengan isi karangan
yang dihasilkan. Siswa dapat membuat judul dengan menentukan tema apa yang akan
mereka pilih. Tema yang sudah dipilih akan menghasilkan judul yang sesuai dengan
karangan yang dihasilkan siswa. Kaitannya dengan ciri-ciri karangan narasi, berupa
cerita tentang pengalaman penulis maka siswa akan lebih mudah dalam menentukan
judul karangan. Oleh sebab itu, pemilihan judul dalam karangan narasi siswa
berkaitan erat dengan pengalaman penulis.
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
19
2. Organisasi dan Penyajian Isi
Penilaian aspek organisasi isi meliputi empat kriteria yaitu kerangka karangan,
uraian fakta dalam kalimat, pengembangan kalimat menjadi paragraf, dan penyusunan
paragraf menjadi karangan narasi. Penulisan karangan terdapat bagian pendahuluan,
isi, dan penutup yang disusun dalam sebuah karangan harus disusun secara
logis.Keseluruhan uraian yang ada dalam karangan narasi berupa cerita fakta yang
diceritakan secara kronologis. Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam
satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis supaya terjadi keterkaitan ke
paragraf selanjutnya.
a. Kerangka Karangan
Sebuah kerangka karangan harus memiliki ide-ide pokok yang susunan dan
pengembangannya logis dan teratur. Susunan pengembangan dari setiap kalimat yang
dihasilkan harus disesuaikan dengan kalimat sebelumnya. Dalam karangan narasi, isi
karangan yang dihasilkan harus dipaparkan secara detail. Pemaparan cerita dalam
karangan harus dijabarkan sehingga objek yang diceritakan lebih detail sehingga cerita
mudah dipahami. Di dalam kerangka karangan siswa juga harus mampu membuat
bagian pendahuluan untuk membuka cerita yang ditulis, kemudian isi karangan, dan
yang terakhir adalah bagian penutup yang menarik pada sebuah karangan narasi
siswa. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi siswa yaitu
kejadian yang diceritakan disusun secara kronologis.
Dalam penulisan karangan narasi siswa banyak terdapat kesalahan struktur
kerangka karangan narasi. Kelengkapan sebuah struktur kerangka karangan narasi
sangat menentukan kejelasan sebuah karangan. Kalimat yang benar dan jelas akan
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
20
mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Karangan narasi dikatakan tidak baik
jika belum memenuhi tiga aspek (pendahuluan, isi, penutup) karangan narasi. Oleh
karena itu karangan narasi harus sesuai dengan pedoman penilaian karangan narasi
yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup.
b. Uraian Fakta dalam Kalimat
Keseluruhan uraian kalimat dalam karangan narasi berupa fakta yang bersifat
memaparkan objek yang diceritakan. Fakta yang ditulis siswa berupa fakta tentang
objek yang diceritakan dalam karangan narasinya. Oleh karena itu, siswa harus lebih
menekankan pada objek yang akan diceritakan dan memaparkannya di dalam sebuah
karangan narasi. Kaitannya dengan uraian fakta dalam kalimat pada karangan narasi,
siswa lebih fokus pada objek daripada mengemukakan pendapatnya tentang sebuah
objek yang dituju dalam cerita. Kriteria karangan narasi yang berupa uraian fakta
dalam kalimat ini dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi yaitu peristiwa yang
diceritakan adalah peristiwa yang berupa fakta atau yang benar-benar terjadi dan
dialami oleh penulis.
c. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf
Setiap paragraf dalam sebuah karangan harus mempunyai kalimat utama yang
disertai dengan kalimat penjelas yang sesuai. Dalam sebuah paragraf, harus terdapat
kalimat utama yang dikembangkan dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut
harus dijelaskan secara rinci sesuai dengan kalimat utamanya. Kaitannya dengan ciri-
ciri karangan narasi, kriteria pengembangan kalimat menjadi paragraf yaitu
menekankan susunan secara kronologis. Kronologis di sini dimaksudkan dalam
mengembangkan kalimat menjadi paragraf harus ditulis secara urut dan rinci.
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
21
d. Penyusunan Paragraf menjadi Karangan Narasi
Suatu karangan narasi urutan gagasan yang ditulis dan pengembangannya
harus logis. Penyusunan paragraf harus kohesif dan koherensif baik antar kalimat
dalam satu paragraf maupun paragraf dalam satu tulisan utuh. Apabila paragraf yang
ditulis kohesif dan koherensif, maka karangan yang dhasilkan akan membentuk
paragraf yang baik dan mudah dipahami. Penyusunan kalimat dalam karangan haus
disesuaikan dengan kalimat utamanya. Kalimat utama dalam setiap paragraf mampu
dikembangkan dengan kalimat penjelas sehingga menjadi menjadi karangan narasi
yang sesuai dengan alur cerita.
3. Kohesi dan Koherensi
Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam satu paragraf harus
disusun dengan baik dan sistematis.Hal inidilakukan agar terjadi keterkaitan ke
paragraf selanjutnya (Nurgiyantoro, 2001:180).Menulis paragraf satu dengan paragraf
selanjutnya harus mempunyai kesinambungan agar membentuk paragraf yang padu.
Paragraf yang padu akan menghasilkan karangan narasi yang sesuai antar paragraf dan
mempunyai kesinambungan antar paragraf. Kohesi dan koherensi yang baik akan
membentuk cerita yang kronologis sesuai dengan ciri-ciri karangan narasi.
a. Keruntutan Kalimat
Karangan narasi harus mempunyai keterkaitan kalimat satu dengan kalimat
lainnya. Hal ini terjadi agar karangan narasi dapat dipahami alur ceritanya. Kalimat
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
22
yang dituliskan dalam satu paragraf mempunyai kesinambungan dan runtut sehingga
menghasilkan kalimat yang padu dalam satu paragraf utuh. Kalimat yang ditulis siswa
disesuaikan dengan cerita sesuai tema yang ditentukan. Dengan demikian, keruntutan
kalimat dalam paragraf akan lebih mudah dikembangkan.
b. Koherensi Paragraf
Koherensi paragraf dalam karangan narasi merupakan aspek penting agar
karangan narasi yang dihasilkan menjadi menarik. Paragraf satu dengan paragraf
kedua harus mempunyai keterkaitan dan berkesinambungan. Paragraf yang ditulis
harus padu dan koheren tetapi masih dalam satu topik atau tema yang dibahas dan
diceritakan dalam karangan. Setelah keruntutan kalimat yang dihasilkan baik, maka
paragraf yang dihasilkan akan baik. Semakin banyak ide yang dapat dikembangkan
dalam cerita semakin baik pula koherensi paragraf yang dihasilkan.
c. Kesatuan Topik
Kaitannya dengan kesatuan topik, karangan narasi akan lebih menarik apabila
terdapat lebih dari satu topik. Topik yang dimaksud adalah ide pokok yang dapat
dikembangkan dalam cerita. Semakin banyak ide yang dapat dituangkan dalam
karangan maka karangan akanlebih kreatif. Ide pokok yang diciptakan dapat
dikembangkan menjadi ide-ide lainnya sehingga karangan narasi tidak membosankan.
Kesatuan topik ini jika dikembangkan akan menjadi karangan narasi yang menarik
dan melalui ide pokok yang ditemukan akan menjadikan karangan narasi lebih hidup.
4. Mekanik
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
23
Dalam menulis karangan, seorang penulis harus menguasai tata tulis yaitu
menguasai ejaan dan aturan penulisan. Aspek ejaan yang dianalisis dalam karangan
narasi berupa penulisan kata dan penggunaan tanda baca. Setiap karangan narasi yang
dihasilkan siswa harus terdapat tanda baca yang tepat sehingga memudahkan dalam
memahami isi cerita. Selain itu, penulisan kata yang tepat juga mempercepat
pemahaman pembaca dalam membaca karangan narasi yang dihasilkan. Penulisan
kata yang tidak baku akan menyulitkan pembaca dalam memahami isi karangan.
a. Penulisan Kata
Aspek penulisan kata dalam karangan narasi juga perlu diperhatikan dan
dipahami oleh siswa. Penulisan kata dan penggunaan bahasa juga berpengaruh pada
penulisan kata yang dihasilkan dalam karangan narasi siswa. Kata yang dihasilkan
biasanya tidak baku dan sulit dipahami karena banyak kata yang tidak sesuai dengan
ejaan atau aturan penulisan. Penulisan huruf kapital diawal kalimat juga berpengaruh
pada karangan narasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulisan kata dan penulisan
huruf kapital harus dipahami dan ditulis dengan baik agar karangan narasi mudah
dibaca oleh orang lain.
b. Penggunaan Tanda Baca
Aspek tanda baca dalam setiap karangan pasti berpengaruh pada hasil
karangannya. Apabila dalam karangan tidak terdapat tanda baca maka karangan itu
tidak dapat dipahami maksud dan isi karangannya. Tanda baca yang salah juga
berpengaruh pada pembaca sehingga pembaca sulit memahami isi karangan yang
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
24
dihasilkan. Karangan yang baik pasti mempunyai tanda baca yang sesuai sehingga
mudah dimengerti. Penggunaan tanda baca yang sesuai akan mudah dipahami
pembaca sesuai dengan keinginan penulis.
Setelah mengetahui kriteria sebuah karangan yang baik dan sempurna, kita
juga harus mengetahui langkah-langkah dalam menilai hasil karangan agar dapat
mengetahui kekurangan apa saja yang ada dalam hasil karangan tersebut. Langkah-
langkah dalam menilai hasil karangan adalah sebagai berikut.
1. Menentukan lebih dahulu dasar-dasar yang tegas yang akan dipergunakan untuk
menilai hasil tersebut, misalnya aspek apakah yang akan dinilai. Apakah isi
karangan, bentuk, tata bahasa, atau tanda baca serta ejaannya, lalu menentukan
bobot atau tekanan pada tiap-tiap aspek tersebut.
2. Sewaktu memeriksa dan menilai karangan, pemeriksa atau penilai tidak
mengetahui nama-nama siswa, agar hasil penilaian benar-benar objektif.
3. Sebelumnya, penilai membaca dahulu beberapa karangan secara sepintas untuk
memperoleh gambaran secara umum untuk menentukan dasar penilaian, sehingga
kriteria penilaian itu tidak berubah-ubah.
4. Menunjuk penilai lebih dari satu orang untuk menjaga agar nilai lebih objektif.
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014
25
Bagan Kriteria Karangan Narasi
Kriteria Karangan Narasi
Mekanik Kohesi dan
Koherensi
Organisasi
dan Penyajian
Isi
Kualitas dan
Ruang lingkup
Isi
Pemilihan Judul
1. Kerangka Karangan
2. Uraian Fakta dalam
Kalimat
3. Pengembangan
Kalimat menjadi
Paragraf
4. Penyusunan Paragraf
menjadi Karangan
Narasi
1. Keruntutan
Kalimat
2. Koherensi
Paragraf
3. Kesatuan
Topik
1. Penulisan
Kata
2. Penggunaan
Tanda Baca
Analisis Kemampuan Menulis..., Gestiana Siwi Purwanti, FKIP UMP, 2014