BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan...

32
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak merupakan gabungan dari istilah pendidikan dan akhlak. Yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pengertian Pendidikan Dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu secara aktif dalam mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 1 UU NO. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), pendis.kemenag.go.id, diakses: 10 Januari 2017, pukul 14.30

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan gabungan dari istilah

pendidikan dan akhlak. Yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengertian Pendidikan

Dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara.1

Sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

yang bertujuan agar peserta didik mampu secara aktif dalam

mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

1UU NO. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan

Nasional), pendis.kemenag.go.id, diakses: 10 Januari 2017, pukul 14.30

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

12

Menurut Ki Hajar Dewantara seperti yang dikutip

oleh Hasbullah dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu

Pendidikan, menyebutkan bahwa: pendidikan adalah

tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak. Maksud dari

ungkapan tersebut bahwa pendidikan berarti menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut,

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya2.

b. Pengertian Akhlak

Dari kalimat tersebut, dapat diambil kesimpulan

bahwa kalimat akhlak berasal dari bahasa arab yang

merupakan jama‟ dari kata khuluk ( ang berarti adat

kebiasaan, perangai, tabiat, dan muru‟ah. 4

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi

menurut Al- Ghazali adalah :

2Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2013), hlm. 4

3Mansur „Ali Rajab, Falsatil Akhlak, Juz 3, (Mesir: , 1961), hlm. 12

4Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 1

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

13

5

Akhlak adalah hay‟at atau sifat yang tertanam dalam

jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan

yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan dan

pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu

tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan

norma agama, ia dinamakan akhlak yang baik, tetapi

jika ia menimbulkan tindakan jahat, maka ia

dinamakan akhlak yang buruk.6

Dalam pengertian wikisource, karakter adalah “ the

stable and distinctive built into an individual‟s life which

determine his response regardless of circumstances (suatu

kualitas yang mantap dan khusus (pembeda) yang terbentuk

dalam kehidupan individu yang menentukan sikap dalam

mengadakan reaksi terhadap rangsangan dengan tanpa

memedulikan situasi dan kondisi)”.7

Dari pengertian pendidikan dan karakter/akhlak

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

5Al-Ghazali, Ihya „Ulumuddin, (Darul Fikr, 1356H), hlm. 1440

6Ismail Ya‟qub, Ihya‟ Al-Ghazali, Jilid 4, (Jakarta Selatan: C.V.

Faisan, 1986), hlm. 143

7Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi

Guru Sampai UU SISDIKNAS, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013),

hlm. 212

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

14

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran serta memiliki akhlak

yang mulia.

Sedangkan secara filosofis, pendidikan akhlak mulia

diartikan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ke

dalam diri peserta didik, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat

dalam pola pikir (mindset), ucapan dan perbuatannya, serta dalam

interaksinya dengan Tuhan, manusia (dengan berbagai strata sosial,

fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8

2. Pembagian Akhlak

Setelah kita mengetahui pengertian pendidikan akhlak,

maka kita perlu mengetahui pembagian dari akhlak tersebut:

a. Pembagian akhlak berdasarkan sifatnya

1) Akhlak mahmudah

Kata mahmudah merupakan bentuk maf‟ul dari kata

hamida yang artinya dipuji. Sedangkan menurut imam al-

Ghazali, akhlak terpuji adalah sumber keta‟atan dan

kedekatan kepada Allah swt, sehingga mempelajari dan

mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap

muslim. Jadi dapat dikatakan bahwa akhlak mahmudah

merupakan perilaku manusia yang baik dan disenangi

8Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Isu-Isu Kontemporer

Tentang Pendidikan Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.

209

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

15

menurut individual maupun sosial, serta sesuai dengan

ajaran yang bersumber dari Tuhan.9

2) Akhlak mazmumah

Kata mazmumah berasal dari bahasa arab yang

memiliki arti tercela. Akhlak mazmumah berarti akhlak yang

tercela. Secara terminologi, akhlak mazmumah adalah

akhlak yang bertentangan dengan perintah Allah swt.10

b. Pembagian akhlak berdasarkan obyeknya

1) Akhlak kepada Allah seperti melaksanakan segala perintah

dan menjauhi segala larangan-Nya, serta mencintai Allah

melebihi cinta kepada apa dan siapa juga dengan

mempergunakan firman-Nya yang ada dalam Al-Qur‟an

sebagai pedoman hidup dan kehidupan, dan mensyukuri

nikmat dan karunia Allah.

2) Akhlak kepada manusia yang meliputi: akhlak kepada diri

sendiri, akhlak kepada ibu bapak, dan akhlak kepada

keluarga.

3) Akhlak kepada lingkungan yang tidak terlepas dari misi

diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi, yaitu

sebagai wakil Allah untuk memakmurkan, mengelola, dan

melestarikan alam.11

9Amin, Ilmu Akhlak, hlm. 180-181

10Amin, Ilmu Akhlak, hlm. 232

11Ali Hamzah, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi,

(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 142-151

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

16

3. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak.

a. Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur‟an

QS. Al- Ahzab (33) ayat 21

Sungguh, telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat

Allah. 12

(Qs. Al- Ahzab (33) ayat 21)

QS. Al- Qalam (68) ayat 4

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang

luhur. 13

(Qs. Al- Qalam (68) ayat 4)

QS. Asy- Syu‟ara‟ (26) ayat 137

(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-

orang terdahulu.14

(Qs. Asy- Syu‟ara‟ (26) ayat 137)

b. Dasar Pendidikan Akhlak dalam Hadits

Sabda Rasul:

15

12

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 638-639

13Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan), hlm. 263

14Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan), hlm. 117-118

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

17

Mukmin yang paling sempurna imannya, adalah orang yang

paling bagus akhlaknya. (HR. Abi Daud)

Sabda Rasul: 16

Kebaikan itu berakhlak mulia. (HR. Muslim)

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang, serta sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada

setiap satuan pendidikan.17

Manan Abdul Jalil menyebutkan dalam bukunya bahwa

tujuan pendidikan akhlak adalah untuk mendapatkan ridlo Allah

dan membentuk kepribadian muslim, mewujudkan perbuatan mulia

dan terhindarnya perbuatan yang tercela.

Sedangkan menurut al-Ghazali, pendidikan akhlak

bertujuan membentuk jiwa anak didik menjadi bermoral, berjiwa

bersih, berkemauan keras, bercita-cita besar, tahu akan arti

kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak orang lain,

mampu membedakan antara yang baik dan buruk, memiliki

15

Abi Daud, Sulaiman, Sunan Abi Daud, Juz 4, (Lebanon: Darul Fikr,

275H), hlm. 220

16Imam Abi al-Husain, Muslim, Shahih Muslim, Juz 2, (Lebanon: Dar

Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2008), hlm. 421

17E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2014), hlm. 9

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

18

keutamaan karena cinta keutamaan, menghindari suatu perbuatan

yang tercela karena hal tersebut tercela, dan selalu ingat kepada

Allah setiap melakukan pekerjaan.18

5. Kurikulum Pendidikan Akhlak

Ketika kita membahas materi dalam sebuah pembelajaran,

maka kita juga akan membahas mengenai kurikulum yang

diterapkan pada sebuah institusi pendidikan. karena dalam

kurikulum berisi berbagai rencana pembelajaran yang diberikan

dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan di institusi

pendidikan yang menerapkannya. Berikut penjelasan mengenai

kurikulum dan materi yang diberikan dalam sebuah institusi

pendidikan:

a. Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani (curir) yang

artinya pelari atau curere yang berarti tempat berpacu.19

Istilah

kurikulum ini berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi

Kuno yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus

ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.20

Sedangkan menurut Hilda Taba dalam bukunya Curriculum

18

Abdul Khalik, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogjakarta:

Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 121

19Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 19

20Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter (Konsepsi dan

Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Perguruan

Tinggi, dan Masyarakat), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 53

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

19

Development, Theory and Practie seperti yang dikutip oleh

Prof. Dr. S. Nasution, M.A. dalam bukunya Asas-Asas

Kurikulum, menyatakan bahwa kurikulum adalah “a plant for

learning”21

yang berarti bahwa kurikulum adalah sesuatu yang

direncanakan untuk pelajaran anak.

Akan tetapi, karena saat ini kurikulum lebih lazim

digunakan pada lingkungan pendidikan formal, maka

pengertian kurikulum dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003

Tentang SISDIKNAS, dalam pasal 1 ayat 9 dinyatakan bahwa

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.22

Sedangkan pengertian kurikulum dalam pandangan

Islam yang lebih bersifat tradisional adalah:

1) Sebagai program studi yang harus dipelajari

2) Sebagai konten (data atau informasi yang tertera dalam

buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau

informasi lain yang memungkinkan timbulnya kegiatan

belajar

3) Sebagai kegiatan terencana

21

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2014), hlm. 2

22UU NO. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan

Nasional), hlm. 2, pendis.kemenag.go.id, diakses: 10 Januari 2017, pukul

14.30

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

20

4) Sebagai hasil belajar (seperangkat tujuan untuk memperoleh

suatu hasil tertentu tanpa menspesifikan cara-cara yang

dituju untuk memperoleh hasil tersebut)

5) Sebagai reproduksi kultural (transfer dan refleksi butir-butir

kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-

anak generasi muda masyarakat tersebut)

6) Sebagai produksi (seperangkat tugas yang harus dilakukan

untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu).23

b. Materi Pendidikan Akhlak

Materi merupakan inti pengajaran yang dilakukan

dalam memberikan pengajaran pendidikan akhlak. Materi ini

harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Adapun materi

yang biasa diberikan pada pendidikan akhlak adalah:

1) Pengajaran akhlak seorang manusia kepada sang Khalik.

2) Akhlak seorang manusia kepada sesama manusia.

3) Akhlak seorang manusia kepada lingkungannya.

6. Metode dan Media Pendidikan Akhlak

Metode dan media pendidikan merupakan salah satu

pendukung dalam keberhasilan pemberian materi pendidikan

akhlak kepada siswa. Berikut pembahasan mengenai metode dan

media yang mendukung keberhasilan pendidikan akhlak di suatu

lembaga pendidikan:

23

Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Isu-Isu

Kontemporer Tentang Pendidikan Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013),

hlm. 123

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

21

a. Metode Pendidikan Akhlak

1) Pengertian

Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru

dalam rangka mengadakan hubungan/interaksi antara guru

dan murid dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan pengertian metode tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa metode mengajar akhlak adalah cara yang

digunakan guru dalam rangka mengajarkan akhlak kepada

siswa dalam proses pembelajaran ataupun kegiatan di luar

pembelajaran yang masih berada di lingkungan sekolah.

2) Macam-macam Metode Pendidikan Akhlak

Ada berbagai macam metode pendidikan yang

digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa

metode pembelajaran yang digunakan oleh Rasulullah saw:

a) Metode Drill and Experiment

b) Metode Asistensi

c) Metode Tanya Jawab

d) Metode Drama24

Selain beberapa metode tersebut, berikut adalah

metode pendidikan akhlak menurut Prof. DR. Hamka

seperti yang dikutip oleh Drs. Djasuri:

24

Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2012), hlm. 63-64

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

22

a) Metode Alami

Metode ini menyatakan bahwa akhlak yang

baik diperoleh melalui insting atau naluri yang dimiliki

orang tersebut secara alami. Jadi dapat disimpulkan

bahwa didikan, pengalaman, dan latihan yang dilakukan

seseorang dalam upaya mendidik akhlak, tidak ada

hubungannya dengan akhlak seseorang. Karena

manusia pada dasarnya merupakan anugerah dari Allah

yang dibekali akal, syahwat, dan nafsu amarah, yang

apabila ketiga aspek tersebut mampu disatukan, maka

akan menjadikan manusia tersebut berakhlak mulia

sesuai dengan kemampuan alami yang telah

dimilikinya.

b) Metode Mujahadah dan Riyadhah

Metode ini menggunakan kebiasaan sebagai

jalan dalam proses penanaman akhlak baik dalam diri

seseorang. Karena dengan adanya pembiasaan, maka

orang tersebut akan terbiasa dalam melaksanakan

akhlak yang baik meskipun pada awalnya harus ada

unsur keterpaksaan pada awal proses pembiasaan

tersebut.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

23

c) Metode Teladan25

Metode ini merupakan metode yang sangat

efektif dalam pembelajaran akhlak. Karena pada

dasarnya manusia lebih mudah menerima pendidikan

melalui apa yang ia lihat daripada apa yang ia

dengarkan.

b. Media Pendidikan Akhlak

1) Pengertian

Menurut Drs. M. Basyirudin Usman, M.Pd dalam

bukunya media pembelajaran, menyebutkan bahwa media

pembelajaran adalah: “Sesuatu yang bersifat menyalurkan

pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan

kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada dirinya”.

2) Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A. dalam bukunya

Media Pembelajaran menyatakan bahwa: “Fungsi utama

dalam penggunaan media pembelajaran adalah sebagai alat

bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,

dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru”.26

25

Djasuri, dalam Chabib Thoha, dkk., Metodologi Pengajaran Agama,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.

26 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2003), hlm. 15

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

24

Kemudian beliau menyebutkan beberapa manfaat

dari adanya media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Bahwa media pengajaran dapat memperjelas penyajian

pesan dan informasi yang membantu memperlancar dan

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

b) Media pengajaran dapat meningkatkan dan

mengarahkan perhatian anak sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar, dan interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya, serta

memungkinkan siswa untuk belajar sendiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya.

c) Dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu.

d) Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan

guru, masyarakat, dan lingkungannya.27

3) Macam-Macam Media Pendidikan Akhlak

Setelah mengetahui pengertian media, berikut

adalah klasifikasi media pembelajaran menurut Rudi Brets

dalam buku media pembelajaran:

a) Media audio visual gerak, yaitu media yang dapat

didengar

b) Media audio visual diam

c) Media audio semi gerak

27

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 26-27

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

25

d) Media visual gerak

e) Media visual diam

f) Media visual semi gerak

g) Media audio

h) Media cetak28

.

Sedangkan khusus untuk pendidikan akhlak, ada

media yang dapat digunakan dalam proses pendidikan

yaitu:

a) Melalui bahan bacaan atau bahan cetak, yang bisa

berupa buku teks akhlak, buku teks agama pelengkap,

dan majalah, serta koran, dan lain-lain yang dapat

dibaca seseorang dalam upaya pendidikan akhlak.

b) Melalui alat-alat audio visual (AVA), merupakan alat

yang dapat didengarkan dan dilihat, seperti halnya

video pembelajaran, maupun film yang berhubungan

dengan materi yang diberikan.

c) Melalui contoh-contoh kelakuan, seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya bahwa pemberian contoh dalam

proses pendidikan akhlak sangat efektif. Jadi,

diperlukan guru yang dapat memberikan contoh yang

baik kepada siswanya, sehingga mereka dapat dengan

mudah meniru dari akhlak guru yang biasa mereka lihat

ketika berada dalam lingkungan pendidikan.

28

M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta Selatan:

Ciputat Pers, 2002), hlm. 27

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

26

d) Melalui media masyarakat dan alam sekitar, Media ini

merupakan media yang sangat cocok dilakukan sebagai

inovasi dalam bentuk pendidikan akhlak. Karena

pendidikan tidak hanya dilaksanakan di lingkungan

sekolah saja. Akan tetapi pendidikan bisa dilakukan di

luar sekolah seperti mengadakan study tour. Dengan

pembelajaran seperti ini, siswa tidak hanya memperoleh

kesenangan ketika rekreasi tetapi juga memperoleh

pelajaran yang berupa pengalaman dari perjalanan yang

mereka lakukan.

Adapun media yang dimaksudkan dalam

pembahasan ini adalah: media yang berupa

peninggalan-peninggalan dan pengalaman masyarakat

dalam berbagai obyek/tempat peninggalan sejarah,

berbagai dokumentasi sejarah keagamaan, kegiatan

keagamaan, serta berkunjung ke tokoh-tokoh ulama

untuk mendapatkan barokah ilmu dari beliau.

7. Evaluasi Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Evaluasi Pendidikan

Menurut pendapat Bloom et. al (1997) seperti yang

dikutip oleh Daryanto dalam evaluasi pendidikan menyatakan

bahwa:

Evaluation, as we see it, is the systematic collection of

evidence to determine whether in fact certain change

are taking place in the learners as well as to

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

27

determine the amount or degree of change in

individual students.29

Artinya bahwa evaluasi adalah pengumpulan

kenyataan secara sistematis untuk menetapkan sejauh mana

tingkat perobahan dalam pribadi siswa. Yang berarti bahwa

evaluasi dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan data-data

yang didapatkan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran berdasarkan pedoman-pedoman tertentu sebagai

acuan penilaian tingkat keberhasilan kepribadian siswa.

b. Tujuan Evaluasi Pendidikan

Daryanto, menyatakan bahwa: “Tujuan utama

dilaksanakannya evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi

yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional

oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya”.30

Tindak lanjut disini digunakan sebagai langkah dalam

penentuan tindakan yang akan dilakukan setelah dilaksanakan

evaluasi sebagai langkah dalam mencapai sebuah tujuan yang

telah ditetapkan.

c. Teknik Evaluasi

1) Measurement Model

Model ini merupakan model yang tertua dalam

sejarah evaluasi karena telah dikenal oleh banyak orang.

29

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),

hlm. 1

30Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 11

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

28

Adapun tokoh yang dipandang sebagai pengembang

evaluasi ini adalah R.. Thorndike dan R.L. Ebel. Hakikat

evaluasi ini adalah pengukuran terhadap berbagai aspek

tingkah laku yang dapat membedakan individu dan

kelompok tertentu yang disini biasa dilakukan dalam

kegiatan penyeleksian, bimbingan, dan rencana pendidikan

bagi siswa di sekolah, yang diwujudkan dalam bentuk tes

kemampuan kognitif peserta didik tersebut, baik individual

atau pun kelompok.31

2) Congruence Model

Model kedua ini merupakan respon dari adanya

model yang pertama, tokoh yang mengembangkan evaluasi

ini adalah Raph W. Tyler, John B. Carrol, Lee J. cronbach.

Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah sebagai alat

untuk mengetahui dan menentukan tindak lanjut setelah

menentukan apakah tujuan belajar yang ditetapkan dalam

suatu kurikulum telah tercapai atau belum. Jadi, kegiatan

evaluasi disini tidak hanya mengukur kemampuan siswa

dari kemampuan kognitifnya saja seperti pada evaluasi

yang pertama, akan tetapi juga mengukur sejauh mana

tingkah laku dari individu dan kelompok berdasarkan

tujuan-tujuan pendidikan.32

31

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 72-77

32Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 77-84

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

29

3) Educational System Evaluation Model

Model yang ketiga ini juga merupakan respon atas

kedua model yang telah ada. model ini dikembangkan oleh

Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake,

dan Malcolm M. Provus. Mereka berpendapat bahwa

evaluasi tidak hanya deskripsi mengenai hasil dari sistem

yang telah dinilai, akan tetapi evaluasi dilakukan sampai

pada suatu judgment mengenai baik buruknya, efektif

tidaknya sistem pendidikan yang ada. Obyek dari penelitian

evaluasi ini adalah dimensi peralatan/sarana proses dan

hasil yang dicapai yang dapat dilihat oleh sistem yang ada.

Jenis tes yang dilakukan adalah tes hasil belajar yang

meliputi observasi, angket, wawancara, dan analisis konten

untuk mendapatkan data obyektif maupun subyektif

(judgmental data) 33

4) Illuminative Model

Model keempat ini juga merupakan respon atas

model evaluasi measurement dan congruence. Tokoh yang

paling terkenal dalam model evaluasi ini adalah Malcolm

Parlett. Hakikat dari evaluasi ini adalah evaluasi yang

terbuka dimana dalam melaporkan hasil evaluasi banyak

menggunakan cara deskriptif, yang bertujuan untuk

mengambil keputusan untuk menyesuaikan dan

menyempurnakan sistem yang sedang dikembangkan.

33

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 84-93

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

30

Objek penelitian ini adalah latar belakang dan

perkembangan yang dialami oleh sistem yang ada, proses

pelaksanaan sistem, hasil belajar siswa, dan kendala-

kendala yang dialami mulai dari proses hingga

pelaksanaannya.34

d. Indikator Keberhasilan Pendidikan Akhlak

Istilah evaluasi berasal dari kata to evaluate yang

berarti menilai. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk

mengukur dan menilai tingkat pencapaian-pencapaian tujuan

pendidikan karakter untuk selanjutnya menentukan langkah-

langkah tindak lanjut atau kebijakan berikutnya. Jika dikaitkan

dengan pendidikan karakter, maka tujuan evaluasi pendidikan

karakter adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana

keberhasilan proses pendidikan karakter dan untuk

memperbaiki kekurangan yang ada, supaya hasil selanjutnya

menjadi lebih baik.35

Berikut indikator dari keberhasilan implementasi

pendidikan akhlak yang telah dilaksanakan dalam pendidikan

akhlak dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah, dan

jangka panjang adalah:

34

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 94-99

35Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter (Konsepsi dan

Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Perguruan

Tinggi, dan Masyarakat), hlm. 57

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

31

1) Indikator Jangka Pendek

a) Sekurang-kurangnya 85% isi dan prinsip-prinsip

pendidikan karakter dapat dipahami, diterima, dan

diterapkan oleh peserta didik dan guru.

b) Sekurang-kurangnya 85% peserta didik merasa

mendapat kemudahan, senang, dan memiliki

kemampuan belajar yang tinggi.

c) Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses

pembelajaran.

d) Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan

peserta didik, dan mereka memandang bahwa hal

tersebut akan sangat berguna bagi kehidupannya kelak.

e) Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat

menumbuhkan minat belajar peserta didik untuk belajar

lebih lanjut (continuing).

2) Indikator Jangka Menengah

a) Adanya umpan balik terhadap para guru tentang

pendidikan karakter yang diimplementasikan bersama

peserta didik.

b) Peserta didik menjadi insan yang berkarakter, kreatif,

dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang

dihadapinya.

c) Peserta didik tidak memberikan pengaruh negatif

terhadap masyarakat lingkungannya dengan cara

apapun.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

32

3) Indikator Jangka Panjang

a) Adanya peningkatan mutu pendidikan yang dapat

dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif

kepala sekolah dan guru dalam pengimplementasian

pendidikan karakter di sekolah.

b) Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas

pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber belajar

pendidikan karakter, melalui pembagian tanggung jawab

yang jelas, transparan, dan demokratis.

c) Adanya peningkatan perhatian dan partisipasi warga dan

masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan karakter yang dicapai melalui pengambilan

keputusan bersama.

d) Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada

pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat

pada umumnya, yang berkaitan dengan mutu sekolah,

terutama dalam pendidikan karakter.

e) Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan karakter melalui upaya-

upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik,

masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

f) Tumbuhnya karakter kemandirian dan berkurangnya

ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat

adaptif dan proaktif, serta memiliki jiwa kewirausahaan

yang tinggi (ulet, inovatif, dan berani mengambil risiko).

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

33

g) Terwujudnya proses pembelajaran berkarakter yang

efektif, yang lebih menekankan pada belajar menjadi diri

sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama

secara harmonis (learning to live together).

h) Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman, dan

tertib sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning).

i) Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara

berkelanjutan. Evaluasi pendidikan karakter secara

teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat

pembentukan karakter peserta didik, tetapi untuk

memanfaatkan hasil evaluasi tersebut bagi perbaikan dan

penyempurnaan pendidikan karakter di sekolah.36

B. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji beberapa

penelitian terdahulu yang relevan, yaitu:

1. Tesis yang ditulis oleh Rasmuin (1320412195) mahasiswa

Program Pasca Sarjana Pendidikan Agama Islam UIN Sunan

Kalijaga dengan judul “Implementasi Pendidikan Akhlak Mulia

Terhadap Santri Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah Trini

Trihanggo Gamping Sleman”. Berikut hasil penelitian yang

telah dilaksanakan beliau adalah:

36

E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, hlm. 216-217

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

34

a. Konsep pendidikan akhlak mulia di Pondok Pesantren

Modern Miftahunnajah Trini Trihanggo Gamping Sleman

ada lima aspek penting meliputi:

1) Pemahaman tentang materi akhlak mulia yang

bersumber utama dalam al-Qur‟an dan hadits, seperti

akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia,

dan akhlak kepada diri sendiri, serta akhlak kepada

lingkungan.

2) Tujuan utama pendidikan pada Pondok Pesantren

Modern Miftahunnajah Trini Trihanggo Gamping

Sleman adalah membentuk anak sholeh dan sholehah,

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan

indikasi menjalankan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya, serta bermanfaat bagi kehidupan sosial.

3) Program pembentukan akhlak dijabarkan ke dalam

kegiatan harian, mingguan, bulanan, serta tahunan.

4) Rujukan materi akhlak yang digunakan dalam pesantren

tersebut ada tujuh, yaitu: Al-Qur‟an, Al-Hadits, buku

aqidah akhlak, kitab Ta‟lim Muta‟alim, kitab Minhaj al-

Muslimin, nilai-nilai kepesantrenan dan tradisi

pesantren.

5) Kualifikasi guru yang diisyaratkan di pesantren tersebut

bertujuan untuk menumbuhkan akhlak mulia pada santri,

sehingga guru harus memiliki kematangan intelektual,

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

35

kematangan psikologis, kematangan sosial, kematangan

perilaku, dan kematangan spiritual.

b. Pihak pesantren harus memperhatikan masalah shalat dan

kejujuran santri, karena masih ditemukan beberapa tingkah

laku santri yang terkadang meninggalkan shalat berjamaah

secara sengaja, dan kejujuran santri ketika melaksanakan

ulangan harian.37

2. Skripsi yang ditulis oleh Nur Khasan (3101291) mahasiswa

tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul “ Studi

Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak Pada Sekolah Islam

Salaf Pondok Pesantren Girikesumo Girikusuma Mranggen

Demak”. Pada tahun 2006. Adapun hasil dari penelitian

tersebut, menyatakan bahwa: Sekolah Islam Salaf Pondok

Pesantren Girikesumo Girikusumo memiliki tiga tujuan

pendidikan akhlak pada santri, yaitu:

a. santri dapat bersikap sopan santun.

b. santri dapat menghargai dan menghormati orang lain.

c. santri mampu berperilaku, berbicara, dan berpakaian dengan

sopan.

Metode pendidikan akhlak yang digunakan dalam

Sekolah Islam Salaf Pondok Pesantren Girikesumo Girikusuma

Mranggen Demak ada 6, seperti:

37

Rasmuin (1320412195), “Implementasi Pendidikan Akhlak Mulia

Terhadap Santri Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah Trini Trihanggo

Gamping Sleman” , Tesis (Yogjakarta: Digilib.uin-suka.ac.id, 2015), diakses

pada hari jum‟at 18 November 2016 pukul 22.15 WIB

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

36

1) Metode keteladanan, dengan memberi contoh-contoh

terhadap santri yang dilakukan oleh kiai atau ustadz, serta

orang yang lebih besar dari santri tersebut.

2) Metode latihan dan pembiasaan, yaitu mendidik dengan

memberikan latihan- latihan terhadap santri, dengan tujuan

bahwa santri tersebut terbiasa melakukan kebaikan.

3) Metode ibrah (mengambil pelajaran), yaitu santri dibiasakan

untuk mengambil hikmah yang ada dalam setiap peristiwa

yang dihadapi.

4) Metode mauidzah ( nasihat) dengan menerapkan berbagai

hal mulai dari: uraian yang mencakup kebaikan dan

kejelekan, motivasi agar santri dapat melakukan kebaikan

dan meninggalkan kejelekan, memberi peringatan tentang

bahaya yang akan muncul bagi orang yang melakukan

kejelekan.

5) Metode taghrib wa tahzhib dengan memberikan

pengetahuan mengenai janji-janji yang disertai bujukan agar

santri tertarik untuk melakukan kebaikan dan menjauhi

kejahatan, serta memberikan ancaman untuk memberi efek

jera pada santri yang berbuat tidak benar.

6) Metode kedisiplinan sebagai upaya melatih santri agar dapat

memanfaatkan waktunya dengan baik. Pendekatan yang

digunakan dalam penerapan pendidikan akhlak ada dua,

yaitu pendekatan ta‟limi sebagai pendekatan yang bersifat

teoritis dengan penekanan pada aspek kognitif, pendekatan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

37

irsyadi yang lebih bersifat spiritual yang menekankan secara

langsung melalui praktek amalan- amalan yang diperoleh

dari guru seperti mujahadah, istighasah, dan yasinan, serta

penekanan tidak langsung yang lebih terfokus pada aspek

afektif dan psikomotorik, seperti dalam realisasi dari

pendekatan ta‟limi.38

3. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Kustiono (3102165)

mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Semarang tahun 2009

dengan judul “ Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren (studi

analisis terhadap materi pendidikan dan tradisi Pondok

Pesantren Al-Manar Salatiga)”. Dalam penelitian ini, penulis

memiliki tujuan agar mengetahui konsep pendidikan akhlak

pondok pesantren, mengetahui pendidikan akhlak yang

dilakukan di Pondok Pesantren Al-Manar Salatiga, untuk

mengetahui tradisi yang dikembangkan di Pondok Pesantren

Al-Manar Salatiga dalam pembentukan akhlak santri, serta

untuk mengetahui materi pendidikan dan tradisi Pondok

Pesantren Al-Manar salatiga, apakah memiliki relevansi atau

tidak dengan pembentukan akhlak santri tersebut. Penelitian ini

dilaksanakan secara kualitatif lapangan dengan fokus kajian

pada materi dan tradisi yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-

Manar Salatiga, data penelitiannya diperoleh dari hasil proses

38

Nur Khasan (3101291), “ Studi Deskriptif Tentag Pendidikan Akhlak

Pada Sekolah Islam Salaf Pondok Pesantren Girikesumo Girikusuma

Mranggen Demak”, Skripsi (Semarang: Library.Uin.walisongo.ac.id, 2006),

diakses pada hari minggu, 4 Desember 2016 pukul 22.40 WIB

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

38

wawancara, observasi, dan dokumentasi, adapun hasil dari

penelitian tersebut adalah:

a. Materi yang diberikan di Pondok Pesantren Al-Manar

Salatiga sudah lazim diajarkan pada pondok pesantren

lainnya, yaitu mengaji kitab kuning dengan mengambil

kitab-kitab kuning karangan ulama syafi‟iyah.

b. Beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh santri Pondok

Pesantren Al-Manar Salatiga diantaranya adalah: shalat

jamaah, shalat tahajud, riyadlah, mencuci, memasak secara

berkelompok, bersalaman dan mencium tangan kiai sebagai

penghormatan.

c. Materi dan tradisi yang dikembangkan di Pondok Pesantren

Al-Manar Salatiga pada dasarnya relevan dengan

pembentukan akhlakul kharimah karena materi pendidikan

akhlaknya bersumber pada kitab- kitab islam klasik, dan

tradisi yang dikembangkan dengan menerapkan beberapa

peraturan seperti sikap ta‟dzim dan kewajiban shalat

berjamaah bagi santri.39

39

Ahmad Kustiono (3102165), “pendidikan akhlak di pondok

pesantren (studi analisis terhadap materi pendidikan dan tradisi pondok

pesantren al-manar salatiga)”, Skripsi (Semarang: Library.Uin. walisongo.

ac.id, 2009), diakses hari minggu, 4 Desember 2016 pukul 22.33 WIB

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

39

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang bertujuan

untuk menjadikan pribadi seseorang memiliki akhlak mulia yang

tercermin dalam kehidupannya sehari-hari. Pendidikan akhlak

harus diajarkan sedini mungkin kepada anak-anak terutama pada

usia remaja yang menjadi generasi penerus bangsa. Agar ketika ia

dewasa mampu memiliki pandangan mengenai kehidupan mereka

dalam cerminan akhlak mulia yang telah diajarkan kepada mereka

pada waktu kecil.

Akan tetapi, dewasa ini tidak semua orang tua memahami

pentingnya pendidikan akhlak bagi anak-anak mereka. Sehingga

tidak heran jika ada banyak kasus anak remaja yang tersandung

kasus dikarenakan buruknya akhlak yang mereka miliki. Akan

tetapi, pada sebagian orang tua yang mengetahui bahwa

pendidikan akhlak itu penting bagi anak mereka, mereka sendiri

akan mengajarkan akhlak pada anaknya tersebut. Akan tetapi,

pada sebagian orang tua yang merasa bahwa mereka belum

mampu untuk mendidiknya, orang tua tersebut akan memasukkan

anaknya tersebut ke pondok pesantren sebagai alternatif lembaga

yang dipercaya mampu untuk mendidik anaknya agar memiliki

akhlak mulia seperti yang diinginkan.

Sebagai salah satu pondok pesantren yang memiliki

tujuan pendidikan akhlak tersebut, maka untuk mengetahui

pendidikan akhlak yang diajarkan di pondok pesantren beserta

pengimplementasian pendidikan akhlak tersebut, penulis

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

40

mengadakan penelitian mengenai implementasi pendidikan akhlak

di pondok pesantren. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode

kualitatif lapangan dengan teknik wawancara, dokumentasi, dan

triangulasi data. Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren

Putri Tahfidzul Qur‟an Al-Hikmah Tugurejo Kota Semarang,

yang bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang

dibutuhkan penulis dalam pembuatan skripsi yang membahas

implementasi pendidikan akhlak di Pondok Pesantren Putri

Tahfidzul Qur‟an tersebut.

PROSES PEMBENTUKAN AKHLAK

Anak didik

(remaja)

Pondok

pesantren

Sistem pendidikan akhlak

(implementasi pendidikan)

Metode Media Evaluasi materi

Akhlak al-

kharimah

Orang tua

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

41

Bagan tersebut menjelaskan bahwa orang tua yang

memasukkan anak didiknya (remaja) ke dalam pesantren yang

memiliki berbagai sistem pendidikan (pendidikan akhlak) yang

mana dalam pengimplementasian pendidikan akhlaknya meliputi

pemberian materi pendidikan akhlak yang didukung oleh metode

dan media, serta evaluasi hasil pendidikan akhlaknya dianggap

mampu menanamkan akhlak al-karimah pada pribadi anak didik

(remaja) tersebut yang tercermin dalam kehidupan kesehariannya.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.walisongo.ac.id/7475/3/BAB II.pdf · fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya.8 2. Pembagian Akhlak Setelah kita mengetahui

42