BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.stainkudus.ac.id/229/5/5. BAB II.pdf · untuk...

36
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Strategi pembelajaran a. Pengertian strategi pembelajaran Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. 1 Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi ialah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan kedalam medan tempur dalam posisi yang paling menguntungkan. 2 Sedangkan menurut Gagne yang dikutip oleh Iskandarwassid strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. 3 Dalam konteks pengajaran, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan. 4 Strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. 1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3 2 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm. 2 3 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm 3 4 Iskandar Wasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm. 2-3

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.stainkudus.ac.id/229/5/5. BAB II.pdf · untuk...

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Strategi pembelajaran

a. Pengertian strategi pembelajaran

Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu

perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka

strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan,

seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat

atau laut.1

Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi ialah suatu seni,

yaitu seni membawa pasukan kedalam medan tempur dalam posisi

yang paling menguntungkan.2 Sedangkan menurut Gagne yang dikutip

oleh Iskandarwassid strategi adalah kemampuan internal seseorang

untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.3

Dalam konteks pengajaran, strategi adalah kemampuan

internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan

mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan

menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat

menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.4

Strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala

cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi

tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.

Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi

dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik

mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama.

1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3 2 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm. 2

3 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm 3 4 Iskandar Wasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2011, hlm. 2-3

9

Metode adalah jalan yang harus dimulai untuk mencapai tujuan.

Sedangkan teknik adalah cara mengerjakan sesuatu.5

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa strategi

adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja

untuk melakukan kegiatan atau tindakan dengan mencakup tujuan

kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses

kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.

Sedangkan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata

“instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau

“intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti

instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah

secara bermakna melalui pembelajaran.6

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan

perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak

sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang

dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari

lingkungan.7

Jadi pembelajaran adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungan.

Strategi pendidikan pada hakikatnya adalah pengetahuan atau

seni mendayagunakan semua faktor atau kekuatan untuk

mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui

perencanaan dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan

situasi dan kondisi lapangan yang ada. Termasuk pula perhitungan

tentang hambatan-hambatannya baik berupa fisik maupun yang

5, Arifin , Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 39 6 Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran : Landasan dan aplikasinya, Rineka Cipta,

Jakarta, 2008, hlm. 265 7 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, Dan

Inovasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hlm. 100

10

bersifat nonfisik (seperti mental spiritual dan moral baik dari subjek

maupun lingkungan sekitar. Strategi pendidikan dapat diartikan

sebagai kebijakan dan metode umum pelaksanaan proses

kependidikan.8

Sedangkan strategi pembelajaran adalah perencanaan yang

berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat juga diartikan

sebagai ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya

pembelajaran, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat

tercapai dan terlaksana sesuai dengan perencanaan

pembelajaran.dengan kata lain strategi pembelajaran dua makna.

Pertama, strategi pembelajaran sebagai rencana tindakan atau

kegiatan, termasuk penggunaan metode dan manfaat bebagai sumber

daya, baik kekuatan maupun kelemahan, dalam pembelajaran. Kedua,

strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan atau kompetensi

tertentu.9

Strategi pembelajaran suatu kebutuhan bagi seorang pengajar,

untuk melaksanakan tugas pembelajaran yang sehat, kreatif, bermutu,

mempercepat proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal,

meningkatkan kemampuan dasar siswa, meningkatkan hasil belajar,

dan meningkatkan masyarakat belajar yang efektif.10

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah

suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai

sasaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran meliputi kegiatan

atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari

perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ketahap evaluasi, serta

program mencapai tujuan tertentu.

8 Arifin, Op. cit., hlm. 39 9 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Diva press, Jogjakarta, 2013, hlm. 70-

71 10 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung Persada Press,

Jakarta, 2003, hlm. 1

11

b. Komponen-komponen strategi pembelajaran

Komponen-komponen strategi pembelajaran meliputi:

1) Tujuan pengajaran

Tujuan pengajaran merupakan faktor atau acuan yang harus

dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran.11

2) Pengajar

Sebagai pengajar Guru merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan setiap upaya pendidikan.12

Setiap pengajar dituntut

untuk menguasai berbagai kemampuan sebagai pengajar.

Perbedaan dalam memilih strategi pembelajaran yang akan

digunakan oleh seorang pengajar yang satu dengan pengajar yang

lain pada tahap program, disebabkan oleh adanya perbedaan

pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran,

gaya mengajar, pandangan hidup, dan wawasan masing-masing

pengajar.13

3) Peserta didik

Didalam kegiatan pembelajaran, peserta didik mempunyai

latar belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial,

lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat

kecerdasan. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar

pula perbedaan atau variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu

dipertimbangkan dalam menyusun dan menentukan strategi

pembelajaran yang tepat.14

4) Materi pelajaran

Materi pelajaran dapat dibedakan anatara materi formal dan

materi informal. Materi formal adalah materi pelajaran yang

terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah.

11

Iskandarwassid, Op.Cit,. hlm. 8 12 User Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja, Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm 1 13 Iskandarwassid, Op.Cit,. hlm. 23 14 W. Gulo, Op.Cit,. hlm. 8

12

Sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang

bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-

bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pelajaran itu

lebih relevan dan actual. Komponen ini termasuk masukan yang

tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran.15

5) Metode pengajaran

Adanya berbagai macam metode pengajaran perlu

dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran. Ini perlu karena

pemakaian suatu metode akan mempengaruhi bentuk strategi

pembelajaran.16

6) Media pengajaran

Dewasa ini tersedia bermacam-macam media pengajaran,

mulai yang tradisional sampai yang paling canggih, seperti

peralatan laboratorium yang modern, computer, dan yang popular

sekarang yaitu internet, dan lain-lain. Keberhasilan program

pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media

yang digunakan. Tetapi dari ketetapan dan keefektifan media yang

digunakan oleh pengajar. Media yang tersedia akan berpengaruh

pada pemilihan strategi pembelajaran.

7) Faktor administrasi dan finansial

Faktor-faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan

strategi pembelajaran adalah segi administrasi dan finansial,

seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan runag belajar. Pada

intinya, sarana dan prasarana harus menjadi faktor penunjang yang

benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung.

Keberadaan variabel ini merupakan sebuah keharusan. Demikian

pula, berkenaan dengan masalah pendanaan atau finansial,

kelancaran proses belajarpun sering bergantung pada faktor ini.17

15 Ibid, hlm 9 16 Iskandarwassid, Op.Cit,. hlm 24 17 Ibid, hlm. 25

13

Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen

strategi pembelajaran sangat penting dalam menentukan atau

memilih strategi pembelajaran yang tepat.

2. Kajian tentang prestasi belajar

a. Pengertian prestasi belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan), prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.18

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, prestasi

adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai.19

Prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan

yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan

proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami

perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya. Prestasi

belajar juga dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau

diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan

dalam dirin individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari

pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah sesuatu yang merupakan hasil dari proses belajar yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi

belajarnya.

Suatu pengajaran dikatakan berhasil jika kegiatan belajar dapat

mencapai tujuan yang dirumuskan, yang di dalamnya mengandung

aspek:

1) Kognitif (pengetahuan)

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta, 2003, hlm. 700 19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2000, hlm. 33

14

2) Afektif ( tingkah laku)

3) Psikomotorik (keterampilan).20

b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Setelah kita mengetahui tentang pengertian prestasi belajar,

maka kita juga harus mengerti apa saja faktor-faktor dari prestasi

belajar. Menurut Nana Sudjana, hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa

itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa tau faktor lingkungan.

Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh

Clark yang dikutip oleh Nana Sudjana, menyatakan bahwa hasil

belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan

30% dipengaruhi oleh lingkungan.21

Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

1) Faktor dari dalam diri

a) Kesehatan

Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala,

pilek, demam dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak

tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan

pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat

mempengaruhi proses belajar.

b) Intelegensi

Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori

Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang

semi otonom, yaitu linguistic, music, matematik logis, visual

special, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.

20

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm.

116 21 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Bumi Algesindo, Bandung,

2009, hlm. 39

15

c) Minat dan motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan

mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi

merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu.

Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar

lingkungan.

d) Cara belajar

Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana

bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta

fasilitas belajar.

2) Faktor dari lingkungan

a) Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak.

Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan

oarangtua dan suadara, bimbingan orangtua, dukungan

orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.

b) Sekolah

Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi

teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga

mempengaruhi anak dalam proses belajar.

c) Masyarakat

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang

berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak

mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat

belajar.

d) Lingkungan sekitar

Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim

juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelas bahwa tinggi

atau rendahnya prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi

oleh kualitas pembelajaran di sekolah saja. Ada faktor dari

16

dalam diri siswa ataupun dari lingkungan siswa. Maka dari itu

untuk dapat meningkatkan prestasi siswa, diharapkan ada

keinginan dari dalam diri siswa dan juga dukungan ataupun

motivasi dari keluarga dan lingkungan disekitarnya.22

Ada sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran

yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi

mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar

adalah:

(1) Menarik perhatian

(2) Memberitahukan tujuan pembelajaran terhadap siswa

(3) Merangsang ingatan pada prasyarat belajar

(4) Menyajikan bahan perangsang

(5) Memberikan bimbingan belajar

(6) Mendorong untuk kerja

(7) Memberikan balikan informative

(8) Menilai unjuk kerja

(9) Meningkatkan retensi dan alih belajar.23

c. Prestasi belajar (Hafalan Al-Qur’an)

Prestasi belajar dalam hal ini dititik beratkan dengan hafalan

Al-Qur’an. Didalam kamus besar bahasa Indonesia, hafalan

mempunyai arti atau makna sesuatu yang dihafalkan, dapat

mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).

Sehingga seseorang belum dikatakan hafal apabila tidak mampu

mengucap kembali suatu materi yang sudah dipelajari dengan bantuan

alat lain, semisal buku, catatan kecil dan lain sebagainya.24

Menghafal

bukanlah merupakan sesuatu yang mudah.menghafal adalah

merupakan kemampuan memadukan cara kerja kedua otak yang

dimiliki manusia, yakni otak kiri dan otak kanan.

22 Annurahman, Belajar dan pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 101-102 23 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 90 24 Depag, Kamus besar Bahasa Indonesia, hlm. 1999

17

Seseorang cepat lupa dengan sesuatu yang telah dihafal apabila

tidak sering diulang sampai menjadi semacam perilaku, karena dalam

menghafal adalah dengan menggunakan kerja otak kiri. Kerja otak kiri

sangatlah pendek hanya bisa bertahan selama enam jam. Artinya

setelah enam jam orang menghafal, kemudian tidak diulang dan ulang

lagi, maka yang terjadi adalah lupa.

Pada dasarnya menghafal bukanlah hal yang asing dimata

dunia pendidikan. Karena menghafal ditujukan untuk semua mata

pelajaran. Dengan menghafal maka kita akan ingat dengan apa yang

telah kit abaca dan kita pelajari. Dalam prestasi belajar, menghafal

merupakan prestasi yang sangat bagus. Karena prestasi menghafal

tidak dapat dengan mudah untuk didapatkan. Hal itu dikarenakan

menghafal membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar mendapatkan

hasil yang maksimal. Prestasi belajar tidaklah hanya dalam ilmu

pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Terutama

menghafal Al-Qur’an.

Dalam menghafal Al-Qur’an dibutuhkan ketulusan dan

keikhlasan dalam hati agar dapat menjalaninya dengan senang hati,

ridha, dan tentunya bisa mengatasi segala halangan yang merintangi

dalam perjalanannya. Salah satu keistimewaan Al-Qur’an adalah kitab

yang Allah mudahkan untuk dihafal dan diingat, sebagai firman Allah

SWT dalam QS. Al Qamar ayat 17

ا ق س ل را ا و س د و ا اد ق د اواال لذ د لا فو و دا ل د واو و د

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk

pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Inilah jalan yang Allah persiapkan untuk memelihara Al-

Qur’an dari segla bentuk pengubahan, modifikasi dan penghilangan,

sebagai bentuk pembenaran terhadap firman Allah SWT dalam QS Al

Hijr 9

18

ا و ل س ااو قا وو ل ق اوا ل س ا ود قا فو ساد و ا الذ د وArtinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”25

Begitu mulia orang yang dapat menghafal Al-Qur’an. Jadi

dengan menghafal Al-Qur’an akan dapat menambah prestasi bagi

siswa terutama dalam bidang agama islam.26

d. Tipe-tipe hasil belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan

belajar mengajar yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga

bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan

dengan sikap atau nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan atau

keterampilan bertindak atau bertingkah laku. Sebagai tujuan yang

hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di

sekolah.oleh sebab itu ketiga aspek tersebut nampak dalam perubahan

tingkah laku, secara tehnik dirumuskan dalam sebuah pernyataan

verbal melalui tujuan pembelajaran. Dengan perkataan lain rumusan

tujuan pembelajarn berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai

oleh siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.27

1) Tipe hasil belajar bidang kognitif, meliputi:

a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

“knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan

termasuk pula pengetahuan yang bersifat factual, di samping

pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali

seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus

dan lain-lain.

25

Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 355 26 Ahmad Salim Abdwilan, Panduan cepat menghafal Alqur’an, diva pres, Yogyakarta,

2010, hlm. 264-265 27 Nana Sudjana, Op.Cit., hlm. 45

19

b) Tipe hasil belajar pemahaman

Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum. Pertama,

pemahaman terjemahan. Kedua, pemahaman penafsiran.

Ketiga, pemahaman ektrapolasi berdasarkan ramalan-ramalan

berdasarkan fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa.

c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrasikan

suatu konsep, ide, rumus, hukum dan situasi yang baru.

d) Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu

intregitas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian-

bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkat/hirarki.

e) Tipe hasil belajar sintesis

Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian-

bagian menjadi satu integritas.

f) Tipe hasil belajar bidang evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan

kriteria yang dipakainya.

Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan fungsi kognitif

dibagi menjadi empat faktor, yaitu: (a) lingkungan fisik, (b)

kematangan, (c) pengaruh sosial, (d) proses pengetahuan diri

yang disebut ekuilibrasi. Keempat faktor tersebut esensial

untuk perkembangan, tetapi tidak sendirian untuk mencukupi.

2) Tipe hasil belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tipe hasil belajar

afektif tampak dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan

teman sekelas, kebiasaan belajar lain-lain.

Tingkatam-tingkatan dalam bidang afektif adalah:

20

a) Recuing/attending, yaitu: semacam kesepakatan dalam

menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada

siswa.

b) Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan terhadap

stimulus yang datang dari luar.

c) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi.28

3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik

Target dari hasil prestasi belajar psikomotorik tampak dalam

bentuk keterampilan (skills) dan kemampuan bertindak individu.

Beberapa ahli pendidikan mengklasifikasikan dan menyusun

hirarki hasil belajar psikomotorik. hasil prestasi belajar disusun

dalam urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai

yang paling tinggi dan kompleks. Hasil prestasi belajar tingkat

yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila peserta didik telah

menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Harrow: hasil

belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:

gerakan reflex, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual,

kemampuan fisik, gerakan keterampilan dan komunikasi tanpa

kata.29

3. Kajian tentang Tahfidzul qur’an

a. Pengertian Tahfidzul qur’an

Sedangkan tahfidzul Qur’an terdiri dari dua kata yaitu tahfidz

dan Al-Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoir mim dari

kata تودفلي –ايقوفذظقا–احوفسظوا yang mempunyai arti menghafalkan.

Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau

28 Ibid, hlm. 50-54

29 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, bandung,

2009, hlm. 30

21

menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca

atau mendengar.30

Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata qaraa-yaqrau

yang berarti membaca. Sedangkan al-Qur’an sendiri adalah bentuk

mashdar dari qara’a yang berarti bacaan. Qara’a juga berarti

mengumpulkan atau menghimpun. Sesuai namanya, al-Qur’an juga

berarti himpunan huruf-huruf dan kata-kata dalam satu ucapan yang

rapi.31

Hal itu dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Qiyamah

ayat 17-18

اقفق د و اا واذ و لا.ا لاساعو ويفد و اجودعو ا وقفق د و ا (18-17:ا ا ي ةا)اقفو وأدا و ا و تسبلعدArtinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya

dan membacanya. Apabila Kami telah selesai

membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-

Qiyamah, 17-18).32

Sedangkan secara istilah Al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang

tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawattir,

dan membacanya merupakan ibadah.

Banyak ulama yang mendefinisikan pengertian Al-Qur’an secara

terminologi diantaranya Safi’ Hasan Abu Thalib yang menyebutkan Al-

Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal Bahasa Arab dan

maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW, dia merupakan dasar dan sumber utama bagi

syariat. Selain itu juga Zakaria al-Birri mendefinisikan Al-Qur’an adalah

kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad

SAW dengan lafal Bahasa Arab dinukil secara mutawatir dan tertulis

pada lembaran-lembaran mushaf. Sedangkan Dawud al-Attar,

mendefinisikan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada

30 Http//bukuinsfirasi.blogspot.com/2014/08/pengertian-tahfidz-al-qur’an.html diakses

tanggal 17 Januari 2016 jam 09:41 31 Zaki Zamani dan Syukron Maksum, Metode cepat Menghafal Al-Qur’an, Al Barokah,

Yogyakarta, 2014, hlm. 15 32 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 854

22

Nabi Muhammad secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)-

nya, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil secara mutawatir.

Dari berbagai definisi Al-Qur’an menurut para ulama di atas

mengandung beberapa kekhususan yaitu Al-Qur’an sebagai wahyu

Allah, yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah, tidak ada satu

kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi. Al-Qur’an

diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya.

Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah sendiri. Dan Al-

Qur’an terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Qur’an tidak mencakup

wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum

yang kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri. Serta Al-Qur’an

dinukil secara mutawatir, artinya Al-Qur’an disampaikan kepada orang

lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin

bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-

bedanya tempat tinggal mereka.33

Setelah melihat pengertian tahfidz atau menghafal dan Al-Qur’an

diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah suatu

proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-

Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW diluar kepala agar

tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari

kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.

b. Dasar dan hikmah menghafal Al-Qur’an

Secara tegas banyak para ulama’ mengatakan, alasan yang

menjadikan sebagai dasar untuk menghafal Al-Qur’an adalah sebagai

berikut :

1) Jaminan kemurnian Al-Qur’an dari usaha pemalsuan.

Sejarah telah mencatat bahwa Al-Qur’an telah dibaca oleh

jutaan manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal Al-

Qur’an adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga

33 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an Dan Al-Hadis, Teras, Yogyakarta, 2008, hlm. 24-

26

23

kemurnian Al-Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya. Sebagaimana

firman Allah swt dalam QS. Al-Hijr ayat 9:

ا و ل س ااو قا وو ل ق اوا ل س ا ود قا فو ساد و ا الذ د وArtinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,

dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”34

2) Menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah.

Melihat dari surat Al-Hijr ayat 9 diatas bahwa penjagaan Allah

terhadap Al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-

fase penulisan Al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya

untuk ikut menjaga Al-Qur’an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli

Qur’an yang mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah

fardhu kifayah, diantaranya adalah :

Ahsin W. mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an

adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal Al-

Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan

ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap

ayat-ayat suci Al-Qur’an.35

Setelah melihat dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah, yaitu apabila

diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah

beban yang lainnya, tetapi sebaliknya apabila di suatu kaum belum

ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.

Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur’an

menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia

dan di akhirat. Kemudian berikut ini ada beberapa faedah menghafal Al-

Qur’an :

a) Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi

penghafalnya. Ini sesuai dengan firman Allah swt. yang berbunyi:

34 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 355 35Ahsin W. Al-hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta,

2000 hlm. 24

24

وادبو الا اأق اق ا اد االيو س فس ق ا و تل لا واليو ولو س و ا قبو او ب اأو فد واد و اقا لاويد و ل و ابArtinya: ”Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu

penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya

dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai

fikiran”. (QS. As-Shaad: 29)36

b) Orang yang menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan anugerah dari

Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang.

c) Penghafal Al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak dan

perilaku yang baik.

d) Penghafal Al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik

Arab dari landasannya secara thabi’I (alami), sehingga bisa fasih

berbicara dan ucapannya benar.

e) Jika penghafal Al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di

dalam Al-Qur’an, berarti telah banyak menguasai arti kosakata

bahasa Arab, seakan-akan telah menghafalkan sebuah kamus bahasa

Arab.

f) Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat hukum. Seorang yang

hafal Al-Qur’an akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat

hukum yang diperlukan dalam menjawab satu persoalan hukum.

g) Orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu mengasah hafalannya.

Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung

berbagai macam informasi.37

c. Syarat menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia. Akan

tetapi menghafal Al-Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan telapak

tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum

menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.

Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang

memasuki periode menghafal Al-Qur’an ialah :

36 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 651

37 Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Gema Islami, Jakarta, 2008, hlm. 21-22

25

1) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran - pikiran dan teori-teori,

atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan

mengganggunya. Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya

mengganggu dalam proses menghafal merupakan hal yang penting.

Dengan kondisi yang seperti ini akan memepermudah dalam proses

menghafal Al-Qur’an karena benar-benar fokus pada hafalan Al-

Qur’an.

2) Niat yang ikhlas. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling

utama dalam masalah hafalan Al-Qur’an. Sebab, apabila seseorang

melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah

semata, maka amalannya hanya akan sia-sia belaka.

3) Tekad yang kuat dan bulat. Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh

akan mengantar seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi

atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan

datang merintanginya. Sebagaimana firman Allah swt berikut:

خل وةوا وسوعوى اأواو دوا لد ا ق د ل با و ق ووا و و د كق ا ا وو اسوعديفو و ا و ق و ا و اواسوعديفق قمدا وشد ئل و Arinya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan

berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah

mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya

dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Israa’: 19)38

4) Sabar. Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an.

Hal ini disebabkan karena dalam proses menghafal Al-Qur’an akan

banyak sekali ditemui berbagai macam kendala.

5) Istiqamah. Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu

tetap menjaga keajekan dalam menghafal Al-Qur’an. Dengan

perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga kontinuitas dan

efisiensi terhadap waktu untuk menghafal Al-Qur’an.

6) Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela. Perbuatan

maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu perbuatan yang

38 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 387

26

harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang menghafal Al-

Qur’an, tetapi semua kaum muslim umumnya. Karena keduanya

mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik

ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan

konseantrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.39

d. Strategi Menghafal Al-Qur’an

Untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam ingatan

terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi menghafal

yang baik. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal Al-

Qur’an, yaitu:40

1) Strategi pengulangan ganda

Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup

hanya dengan sekali proses menghafal saja, namun penghafalan itu

harus dilakukan berulang-ulang.

2) Tidak beralih pada ayat-ayat berikutnya, sebelum ayat yang sedang

dihafal benar-benar hafal

Pada umumnya, kecenderungan seseorang dalam menghafal

al-Qur’an ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat sebanyak-

banyaknya, dan cepat mengkhatamkannya. Sehingga ketika ada

ayat-ayat yang yang belum dihafal secara sempurna, maka ayat-

ayat itu dilewati begitu saja, karena pada dasarnya ayat-ayat

tersebut lafadznya sulit untuk dihafal, ketika akan mengulang

kembali ayat tersebut, menyulitkan sendiri bagi penghafal. Maka

dari itu usahakan lafadz harus yang dihafal harus lancar, sehingga

mudah untuk mengulangi kembali.

3) Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalkannya dalam satu

kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.

Untuk mempermudah proses ini, maka memakai al-Qur’an

yang disebut dengan Al-Qur’an pojok akan sangat membantu.

39 Ahsin, Op. cit., hlm 48-52 40 Ahsin, Op. cit., hlm. 67-72

27

Dengan demikian penghafal akan lebih mudah membagi sejumlah

ayat dalam rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya.

4) Menggunakan satu jenis mushaf

Diantara strategi menghafal yang banyak membantu proses

menghafal al-Qur’an ialah menggunakan satu jenis mushaf,

walaupun tidak ada keharusan menggunakannya. Hal ini perlu

diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu mushaf kepada

mushaf lain akan membingungkan pola hafalan dalam

bayangannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek

visual sangat mempengaruhi dalam pembentukan hafalan baru.

5) Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya

Memahami pengertian, kisah atau asbabun nuzul yang

terkandung dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur

yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal al-

Qur’an.

6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa

Ada beberapa ayat yang hamper sama, dimana sering

terbolak-balik. Kalau penghafal tidak teliti dan tidak

memperhatikan, maka dia akan sulit menghafalkannya.

7) Disetorkan pada seorang pengampu

Menghafal al-qur’an memerlukan adanya bimbingan yang

terus menerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah

setoran hafalan baru, atau untuk takrir, yakni mengulang kembali

ayat-ayat yang telah disetorkannya terdahulu.

Dengan strategi menghafal yang baik dalam proses pembelajaran

menghafal al-Qur’an maka tujuan pembelajaran menghafal al-

Qur’an tercapai.

Selain strategi ada juga alat untuk menghafal Al-Qur’an,

yang di maksudkan disini adalah alat bantu yang digunakan dalam

proses pembelajaran guna membantu untuk mencapai suatu tujuan

dari proses pembelajaran tersebut. Sumber adalah sesuatu yang

28

dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran itu

didapat atau asal untuk belajar seseorang.

Alat dan sumber pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran Tahfizul Qur’an di antaranya adalah alat multimedia

seperti: (a) komputer/laptop beserta infocus; (b) televisi dan VCD

Player; (c) Tape dan kaset atau CD; (d) Proyektor atau OHP.

Buatlah bagan, dengan menggunakan power point untuk

diproyeksikan melalui OHP, namun jika tidak ada bisa langsung

dengan dibuatkan di papan tulis.

e. Metode dalam menghafal Al-Qur’an

Metode dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk

menjalankan rencana yang telah disusun dalam kegiatan yang nyata

agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan yang

nyata agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai

secara optimal.41

Dapat diketahui, bahwa metode sangat berpengaruh

besar dalam menentukan keberhasilan belajar mengajar seorang guru.

Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses

menghafal Al-Qur’an:

1) Metode ODOA (One Day One Ayat)

Secara sederhana, Metode ODOA (One Day One Ayat)

didefinisikan sebagai metode manghafal Al-Qur’an dengan cara

satu hari satu ayat. Ringkasnya, cara kerja dari metode ini adalah

menghafalkan satu ayat selama satu hari sampai benar-benar hafal

di luar kepala dan kemudian pada hari ke-2 dilanjutkan menghafal

ayat ke-2 sampai hafal di luar kepala, begitu seterusnya. Catatan

pentingnya adalah sebelum melanjutkan atau menambah hafalan

ayat ke-2, ke-3 dan seterusnya, seseorang penghafal harus juga

diimbangi dengan muraja’ah agar hafalan hari kemarin yang sudah

dihafal tidak lupa.

41 Hamruni, Strategi Pembelajaran, Insan Madani, Yogyakarta, 2012, hlm. 12

29

2) Metode Turki Usmani

Secara umum, metode ini didefinisikan sebagai teknik

menghafal Al-Quran dengan tidak berdasarkan pada susunan juz,

melainkan menghafal ayat Al-Qur’an secara acak tapi tetap

sistematis. Secara teknis, cara kerja metode ini adalah dengan

menghafal satu halaman dari suatu juz, lalu setelah itu pindah lagi

pada satu halaman pada juz berikutnya, dan begitu seterusnya.

Metode ini sengaja didesain agar para santri tidak merasa jenuh

saat menghafal, sehingga bisa berganti-ganti juz.

3) Metode ODOP (One Day One Page)

Secara ringkas, Metode ODOP (One Day One Page) adalah

teknik menghafal Al-qur’an sehari satu halaman mushaf. Jadi satu

hari, santri wajib membuat hafalan baru sebanyak 1 halaman.

Teknisnya, halaman 1 dari juz 1 dihafal sampai lancar dalam waktu

1 hari, kemudian pada hari berikutnya dilanjutkan dengan

menghafalkan halaman ke-2 dari juz 1 (ditambah murajaah

halaman pertama yang sudah dihafal kemarin), begitu seterusnya.42

Menurut Ahsin Al-Hafidz ada beberapa metode yang bisa

dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk

menghafal Al-Qur’an dan bisa memberikan bantuan kepada para

penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an.

Metode-metode itu antara lain ialah43

:

a) Metode (Thariqah) Wahdah

Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai

hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau

dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk

pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan

mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja

42 Ammar Machmud, Kisah Penghafal Al-Qur’an, Elex Media komputindo, Jakarta, 2015,

hlm. 96-103 43 Ahsin, Op. cit., hlm. 63-66

30

dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk

gerak reflex pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah

dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama,

demikian seterusnya hingga mencapai satu muka.

b) Metode (Thariqah) Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain

daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih

dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik

kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat-ayat tersebut

dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu

dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau

dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali

menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil

menghafalkannya dalam hati.

c) Metode (Thariqah) Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini

ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode

ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat

ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang

masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an.

Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif:

(1) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi

penghafal tunanetra, atau anak-anak.

(2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya

ke dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara

saksama sambil mengikutinya secara berlahan-lahan.

d) Metode (Thariqah) Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan

metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya

saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai

31

uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam

hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya,

kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah

disediakan untuknya dengan hafalan pula.

e) Metode (Thariqah) Jama’

Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang

dilakukan secra kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca

secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh instruktur.

Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa dan

siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur

membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut

dan siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat dibaca

dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan

instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan

mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga

ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya

masuk dalam bayangannya.

Selain metode-metode yang telah dipaparkan diatas, ada

beberapa metode yang mengoptimalkan salah satu kecerdasan atau

menggabungkan seluruh kecerdasan seseorang yaitu metode quantum

tahfidz. Metode quantum tahfidz disusun berdasarkan kecerdasan.

Secara garis besar kecerdasan tercakup dalam tiga kecerdasan yaitu

visual, auditorial, dan kinestetik. Beberapa metode quantum tahfidz

adalah sebagai berikut:

(a) Metode audio/talaqqi

Metode audio/talaqqi adalah metode pertama yang dilakukan

Rasul dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada sahabat. Rasul

menerima Al-Qur’an dari Jibril dengan cara mendengar bacaan

Jibril, sebagaimana Jibril menerima ayat-ayat Al-Qur’an pertama

kali dari Allah SWT.

32

Ada dua bentuk metode audio/talaqqi, yaitu pertama, siswa

mendengar ayat-ayat yang akan dihafaldari bacaan guru. Cara ini

dapat diterapkan terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak

di sekolah dasar. Dalam hal seperti ini, guru dituntut berperan

aktif, sabar dan teliti dalam membaca dan membimbing, karena

akan membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkan, baru

kemudian dilanjutkan ayat-ayat berikutnya sampai selesai. Kedua,

merekam terlebih dahulu ayat yang akan dihafal ke dalam pita

kaset, MP3, MP4, computer, dan lain-lain sesuai kebutuhan dan

kemampuannya, kemudian kaset diputar untuk didengarkan sambil

mengikuti perlahan-lahan, setelah itu diulang lagi dan diulang lagi

sampai ayat-ayat tersebut betul-betul hafal di luar kepala.

(b) Metode TTS (Teka Teki Silang)

Metode TTS (Teka Teki Silang) dapat digunakan anak-anak yang

belum mampu belajar bahasa Arab, seperti anak-anak di sekolah

dasar. Caranya adalah menulis Al-Qur’an sambil melihat mushaf

(mencontek), karena urgensinya adalah pembiasaan menulis Al-

Qur’an. Metode ini dilakukan dengan cara menulis ayat yang telah

dihafal agar lebih lekat di dalam memori.44

Pada prinsipnya semua metode di atas baik sekali untuk

dijadikan pedoman menghafal Al-Qur’an, baik salah satu di antaranya,

atau dipakai semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan

suatu pekerjaan yang berkesan monoton, sehingga dengan demikian

akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur’an.

f. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Hafalan Al-

Qur’an

Dalam rangka meningkatkan kualitas hafalan bagi penghafal

Al-Qur’an perlu adanya sesuatu yang menunjang, adapun faktor

44 Fauzan Yayan, Quantum Tahfidz, Erlangga, Jakarta, 2015, hlm. 81

33

penunjang atau faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Hafalan Al-

Qur’an adalah sebagai berikut:

1) Motivasi Siswa

Motivasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi

jiwa manusia. Siswa yang menghafalkan kitab suci ini pasti

termotivasi oleh sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

Motivasi ini bisa karena kesenangan pada Al-Qur’an atau karena

bisa karena keutamaan yang dimiliki oleh para penghafal Al-

Qur’an. Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an dituntut

kesungguhan tanpa mengenal bosan dan putus asa. Untuk itulah

motivasi berasal dari diri sendiri sangan penting dalam rangka

mencapai keberhasilan menghafal Al-Qur’an.45

2) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting dalam

menunjang keberhasilan dan menghafal Al-Qur’an. Kecerdasan

ini adalah kemampuan psikis untuk mereaksi dengan rangsangan

atau menyesuaikan melalui cara yang tepat. Dengan kecerdasan

ini mereka yang menghafal Al-Qur’an akan merasakan diri

sendiri bahwa kecerdasan akan terpengaruh terhadap keberhasilan

dalam hafalan Al-Qur’an. Setiap individu mempunyai kecerdasan

yang berbeda-beda, sehingga cukup mempengaruhi terhadap

proses hafalan yang dijalani.

3) Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah suatu faktor yang mempunyai peranan

yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan

agama. Hal ini beralasan, bahwa lingkungan para siswa bisa saja

menimbulkan semangat belajar yang tinggi sehingga aktifitas

belajarnya semakin meningkat. Masyarakat sekitar organisasi,

pesantren, keluarga yang mendukung kegiatan Tahfidzul Qur’an

juga akan memberikan stimulus positif pada para siswa sehingga

45 Amjad Qosim, Hafalan Al-Qur’an Dalam Sebulan, Qiblat press, Solo, 2008, hlm. 60

34

mereka menjadi lebih baik dan bersungguh-sungguh dan manteb

dalam menghafal Al- Qur’an.46

4) Usia yang ideal

Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak

untuk menghafal Al-Qur’an, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa

tingkat usia seseorang memang berpengaruh terhadap

keberhasilan menghafal Al-Qur’an. Seorang penghafal yang

berusia relative masih muda jelas akan lebih potensial daya serap

dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau dihafal,

atau didengarnya disbanding dengan mereka yang berusia lanjut,

kendati tidak bersifat mutlak. Dalam hal ini, ternyata usia dini

(anak-anak) lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap

sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal.

5) Manajemen waktu

Siswa dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan waktu yang

khusus dan beban pelajaran yang tidak memberatkan para

penghafal yang mengikti tahfidzul Al-Qur’an, dengan adanya

waktu khusus dan tidak terlalu berat materi yang dipelajari para

siswa (santri) akan menyebabkan sisiwa lebih berkonsentrasi

untuk menghafalkan Al-Qur’an. Selain itu dengan adanya

pembagian waktu akan bisa memperbaharui semangat, motivasi

dan kemauan, meniadakan kejenuhan dan kebosanan. Dengan

adanya semua ini, maka suatu kondisi kegiatan menghafal Al-

Qur’an yang rileks dan penuh konsentrasi.47

Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang keberadaannya akan

mengganggu terhadap usaha pencapaian tujuan yaitu tujuan menghafal

Al-Qur’an. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan hafalan

Al-Qur’an antara lain adalah sebagai berikut:

46 Zaki Zamani dan Syukron Maksum, Op. cit., hlm 57-67

47 Ahsin, Op. cit., hlm. 56-58

35

a) Malas

Malas adalah kesalahan yang jamak dan sering terjadi.

Tidak terkecuali dalam menghafal Al-Qur’an. Karena setiap hari

harus bergelut dengan rutinitas yang sama, tidak anah jika suatu

ketika seseorang dilanda kebosanan. Walaupun Al-Qur’an adalah

kalam yang tidak menimbulkan kebosanan dalam membaca dan

mendengarnya, tetapi bagi sebagian orang yang belum merasakan

nikmatnya Al-Qur’an, hal ini sering terjadi. Rasa bosan ini akan

menimbulkan kemalasan dalam diri untuk menghafal atau

muraja’ah Al-Qur’an.48

b) Manajemen waktu

Selain rasa malas, masalah utama yang sering

menghinggapi para penghafal Al-Qur’an adalah manajemen

waktu yang amburadul. Manajemen waktu adalah syarat utama

yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya para penghafal Al-

Qur’an. Diantara ciri penghafal yang sukses adalah bisa mengatur

waktunya untuk menambah, mendaras, dan menyetorkan

hafalannya secara intensif kapada kiai atau ustadz.

c) Kelelahan yang berakibat kantuk

Rasa lelah akut tentu saja dapat mempengaruhi semangat

seorang penghafal dalam mendaras Al-Qur’an. Kelelahan tersebut

biasanya disebabkan karena aktivitas yang dilakukan terlalu

banyak sehingga menyita banyak tenaga dan pikiran. Sehingga

kelelahan yang berakibat kantuk dapat menghambat seseorang

dalam menghafal Al-Qur’an.

d) Kesehatan yang sering terganggu

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi orang

yang menghafalkan Al-Qur’an. Jika kesehatan terganggu,

keadaan ini akan menghambat kemajuan siswa dalam

menghafalkan Al-Qur’an, dimana kesehatan dan kesibukan yang

48 Zaki Zamani, Op. cit., hlm 69

36

tidak jelas dan terganngu tidak memungkinkan untuk melakukan

proses tahfidz maupun takrir.

e) Masalah kemampuan ekonomi

Masalah biaya menjadi sumber kekuatan dalam belajaran

sebab kurangnya biaya sangat mengganggu terhadap kelancaran

belajar siswa (santri). Pada umumnya biaya ini diperoleh bantuan

orang tua, sehingga kiriman dari orang tua terlambat akan

mempunyai pengaruh terhadap aktifitas siswa. Akibatnya tidak

sedikitpun diantara mereka yang malas dan turun motivasinya

dalam belajar menghafal Al-Qur’an.49

g. Peningkatan Mutu Tahfidzul Qur’an

Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti cara,

proses, perbuatan (usaha dan kegiatan) meningkatkan.50

Yang

dimaksud peningkatan disini adalah segala proses, cara, metode dan

segala kegiatan serta usaha untuk meningkatkan mutu hafalan Al-

Qur’an.

Mutu hafalan Al-Qur’an dikatakan baik apabila bacaannya

sesuai dengan Tajwid, fasih, dan lancar bacanya. Untuk mencapai

hasil yang seperti itu, tentunya tidak bisa lepas dari cara untuk

memelihara hafalan Al-Qur’an. Adapun cara untuk memelihara

hafalan atau meningkatkan mutu hafalan Al-Qur’an adalah sebagai

berikut:

1) Takhmis Al-Qur’an yaitu mengkhatamkan Al-Qur’an setiap lima

hari sekali.

2) Tasbi’ Al-Qur’an adalah mengkhatamkan Al-Qur’an setiap

seminggu sekali.

3) Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.

49 Ammar Machmud, Op. cit., hlm, 113-117 50 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hlm. 1060

37

4) Mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz

dan mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan

murajaah secara umum.

5) Mengkhatamkan murajaah hafalan Al-Qur’an setiap sebulan

sekali.

6) Takrir dalam shalat.

7) Konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebih

dahulu dan mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.51

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan

mutu hafalan Al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut:

1) Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau

meningkatkan mutu hafalan Al-Qur’an bagi yang belum khatam

30 juz, antara lain sebagai berikut:

a) Takrir sendiri

Seseorang yang menghafal Al-Qur’an harus

memanfaatkan waktu untuk takrir atau untuk menambah

hafalan. Hafalan yang baru harus selalu di-takrir minimal

setiap hari dua kali dalam jangka waktu satu minggu.

Sedangkan hafalan yang lama harus di-takrir setiap hari atau

dua hari sekali. Itu artinya semakin banyak hafalan maka

harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan untuk

men-takrir.

b) Takrir dalam shalat

Seorang yang menghafal Al-Qur’an hendaknya bisa

memanfaatkan hafalannya sebagai bacaan dalam shalat,

baik ketika sebagai imam atau ketika shalat sendirian.

Selain untuk menambah keutamaan shalat, cara demikian

juga akan menambah kemantapan hafalan Al-Qur’an.

51 Amjad Qosim, Op.Cit,. hlm. 141-142

38

c) Takrir bersama

Seseorang yang menghafal Al-Qur’an perlu

melakukan takrir bersama dengan dua teman atau lebih.

Dalam hal ini setiap orang membaca materi takrir yang

ditetapkan secara bergantian, dan ketika seorang membaca,

maka yang lain mendengarkan.

d) Takrir dihadapan guru

Seseorang yang menghafal Al-qur’an harus selalu

menghadap guru untuk takrir hafalan yang sudah

disetorkan. Materi takrir yang dibaca harus lebih banyak

dari materi hafalan baru, yaitu satu banding sepuluh, artinya

apabila seseorang penghafal sanggup menyetorkan hafalan

baru setiap hari dua halaman, maka harus diimbangi dengan

takrir dua puluh halaman (satu juz) setiap hari.

2) Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau

meningkatkan mutu hafalan Al-Qur’an bagi yang sudah khatam

30 juz, antara lain sebagai berikut:

a) Istiqomah takrir Al-Qur’an di dalam shalat

Yang dimaksud dengan istiqamah takrir di dalam

shalat yaitu ketika melaksanakan shalat wajib maupun

shalat sunnah selalu memakai ayat-ayat Al-Qur’an dari

surat Al-Baqarah sampai surat An-Nas secara berurutan

sesuai dengan mushaf Al-Qur’an yang dipakai.

b) Istiqamah takrir Al-Qur’an di luar shalat

Membaca Al-Qur’an di luar shalat berarti membaca

Al-Qur’an tidak ketika melaksanakan waktu shalat, baik

shalat wajib maupun shalat sunnah. Takrir bisa

dilaksanakan pada waktu sebelum tidur, bangun tidur, dan

pada waktu tengah malam setelah shalat tahajud.

39

Diharapkan dapat men-takrir khatam satu minggu sekali,

khatam dua minggu sekali, ataupun satu bulan sekali.

Selain itu penghafal Al-Qur’an diharuskan untuk rajin

mengikuti acara kegiatan sima’an.52

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pengamatan kepustakaan yang peneliti lakukan, mengenai

studi analisis strategi pelaksanaan muatan lokal pembelajaran tahfidzul

Qur’an, belum ada yang mengkajinya, akan tetapi sudah ada hasil karya

yang relevan dengan peneliti teliti. Hanya saja obyek yang dikaji sangat

berbeda. Skripsi dan hasil karya yang berupa laporan penelitian individu

maupun buku tersebut anta lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Malichah pada tahun 2013 yang

berjudul “Penerapan Metode Tahfidz Al-Qur’an Pada santri Usia 6-11

Tahun Di Pondok Pesanten Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus Jawa

Tengah” yang membahas tentang macam-macam metode menghafal yang

digunakan di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus. Metode-metode

yang digunakan adalah metode Muwajjahah, Resitasi, Takrir,

Mudarrosah, Test. Metode tersebut diterapkan sesuai dengan keadaan di

Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus agar dapat

tercapainya tujuan yang diinginkan. Selain metode juga membahas

tentang faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan metode tahfidzul

Qur’an di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus dan

usaha ustadz atau guru dalam menerapkan metode tahfidzul Al Qur’an

guna meningkatkan prestasi hafalan Qur’an di Pondok Pesantren

Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.53

52

Sa’dullah, Op.Cit,., hlm. 87-89 53 Malichah Nurul, Penerapan Metode Tahfidz Al-Qur’an Pada santri Usia 6-11 Tahun Di

Pondok Pesanten Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus Jawa Tengah, Skripsi, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Kalijaga Yogyakarta, 2013.

40

2. Penelitian yang dilakukan oleh pada tahun 2009 yang berjudul “Telaah

Psikologis Tahfidzul Qur’an Anak usia 6-12 tahun Di Pondok Pesantren

Yanbu’ul qur’an Kudus” yang membahas tentang keadaan psikologis

anak usia 6-12 tahun di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Anak-anak

Kudus. Keterkaitan penelitian dengan skripsi ini adalah tentang

bagaimana cara memanaj suatu pembelajaran Tahfidzul Qur’an supaya

dapat diterima oleh anak-anak dan tidak mengganggu keadaan psikologis

anak-anak. Dengan pembelajaran tahfidzul qur’an yang cocok untuk usia

anak-anak dapat menghafal al-Qur’an dengan cepat, selain itu prestasi

belajar mereka di mata pelajaran yang lain juga tidak menuru .54

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Asniyah pada tahun 2012 yang

berjudul “ Strategi Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an di Markaz Tahfizh

Al-Qur’an Al-Manar Pabelan Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012”. Yang membahas tentang bagaimana strategi pembelajaran

tahfizh Al-Qur’an yang diterapkan di Markaz Tahfizh Al-Qur’an Al-

Manar Pabelan Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 dan

factor pendukung serta penghambat dalam strategi pembelajaran tahfizh

Al-Qur’an yang diterapkan di Markaz Tahfizh Al-Qur’an Al-Manar

Pabelan Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil

tersebut strategi yang digunakan strategi Markaz Tahfizh Al-Qur’an Al-

Manar Pabelan Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 terdiri

dari tilawah, ziyadah, muraja’ah, tasmi dan durus idhafahnya serta lebih

menekankan pada banyaknya tilawah dan banyaknya muraja’ah. Factor

pendukungnya meliputi: kondisi fisik, sehat dan bugar, panca indra

berperan baik, kecerdasan tinggi, motivasi tinggi dari diri sendiri, minat

tinggi, banyak tilawah dan muraja’ah, kemampuan menghafal cepat, ada

pembimbing dan teman menghafal, lingkungan bernuansa tahfizh, udara

segar, suasana tenang, tempat cocok, kurikulum jelas. Factor

54 Ni’mah Ulfatun, Telaah Psikologis Tahfidzul Qur’an Anak usia 6-12 tahun Di Pondok

Pesantren Yanbu’ul qur’an Kudus, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.

41

penghambatnya meliputi: kondisi fisik tidak sehat dan bugar, panca indra

tidak berperan baik, kecerdasan rendah, motivasi dari orang lain, minat

rendah, tidak disiplin, kemampuan menghafal lemah, tidak ada teman

menghafal, lingkungan tidak bernuansa tahfidz, udara panas, suasana

bising, dan ada halaman yang sulit dihafal.55

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Arif pada tahun 2008 yang berjudul

“Peran Guru (Ustadz Qur’an Dan Murobbi) Dalam Pembelajaran

Tahfidz Qur’an Bagi Anak Yatama di Pondok Pesantren Huffadz

Yanbu’ul Qur’an Kanak-kanak Kudus” yang membahas tentang

bagaimana peranan guru dalam proses pembelajaran menghafal Al-

Qur’an di Pondok Pesantren Huffadz Yanbu’ul Qur’an Kanak-kanak

Kudus. Dengan peranan seorang guru atau ustadz dalam mengelola

pembelajaran dengan baik, sehingga para santri di sana dapat menghafal

Al-Qur’an dengan cepat.56

Dari beberapa kajian dan penelitian sebagaimana dipaparkan di

atas, ada beberapa kajian yang hampir sama dengan kajian yang akan

peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang tahfidzul qur’an. Tetapi

obyek dan subyeknya berbeda serta penelitian yang akan peneliti lakukan

lebih menekankan pada strategi pembelajaran tahfidzul qur’an dan faktor

pendukung dan penghambat dalam strategi pembelajaran tahfidzul qur’an

kelas 3 di SD Miftahus Sa’adah Gondosari Gebog Kudus.

55 Asniyah Siti, Strategi Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an di Markaz Tahfizh Al-Qur’an Al-

Manar Pabelan Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi, Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012 56 Arif Nur, Peran Guru (Ustadz Qur’an Dan Murobbi) Dalam Pembelajaran Tahfidz

Qur’an Bagi Anak Yatama di Pondok Pesantren Huffadz Yanbu’ul Qur’an Kanak-kanak Kudus,

Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008

42

C. Kerangka berfikir

Melihat di zaman modern ini semakin berkurangnya para penghafal

Al-Qur’an. Disebabkan minat anak sekarang menjadi penghafal al-Qur’an

sangatlah jarang. Oleh karena itu kita sebagai umat Islam harus menyiapkan

orang yang mampung menghafal Al-Qur’an pada setiap generasi yakni

dengan mencetak generasi hafidz dan hafidzah dari usia anak-anak. Hal itu

harus dilakukan karena mengingat hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardlu

kifayah.

Untuk menarik minat untuk menghafalkan Al-Qur’an dibutuhkan

strategi pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang fun dan interaktif.

Menyelenggarakan pembelajaran menghafal Al-Qur’an bagi usia anak-anak

bukanlah persoalan yang mudah, melainkan dibutuhkan strategi pelaksanaan

pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang tepat dan betul-betul dapat memahami

kondisi anak. Dengan stretgi pembelajaran yang tepat mampu membuat

suasan kelas menjadi kondusif dan lebih terarah. Dan dengan adanya strategi

pembelajaran yang bervariasi juga membuat peserta tidak jenuh dalam proses

pembelajaran juga pembelajaran tidak terkesan monoton.

Salah satu sekolah yang mengajarkan pembelajaran tahfidzul Qur’an

yang biasanya diterapkan di Pondok pesantren , ternyata mampu diterapkan di

SD Miftahus Sa’adah Gondosari Gebog Kudus. Dari latar belakang masalah

yang telah terdeskripsi secara rinci, penelitian ini lebih menitik beratkan pada

strategi pelaksanaan muatan lokal pembelajaran tahfidzul qur’an. Kerangka

pikir pada penelitian ini terpola pada suatu alur pemikiran yang terkonsep

seperti tampak pada gambar tabel berikut ini:

43

SD Miftahus Sa’adah

Gondosari Gebog Kudus

Tujuan Pembelajaran

Tahfidzul Qur’an

Kudus

Pembelajaran Tahfidzul

Qur’an

Strategi pelaksanaan

Pembelajaran

Tahfidzul Qur’an

Metode pembelajaran

tahfidzul Qur’an

Faktor pendukung dan

penghambat pembelajaran

tahfidzul Qur’an