BAB II LANDASAN TEORI A. Cerpen sebagai Suatu Karya Sastrarepository.ump.ac.id/170/3/BAB II_Yesita...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Cerpen sebagai Suatu Karya Sastrarepository.ump.ac.id/170/3/BAB II_Yesita...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Cerpen sebagai Suatu Karya Sastra
Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan
dengan bahasa yang unik, indah, artistik serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan
ajaran moral sehingga mampu menggugah: pengalaman, kesadaran moral, spiritual
dan emosi pembaca (Minderop, 2013:76). Persoalan yang dikemukakan dalam karya
sastra adalah persoalan manusia dan hakikatnya, sebab pada dasarnya yang diinginkan
manusia di seluruh dunia ini sama saja, dari dulu hingga sekarang, yaitu kebahagiaan,
terbebas dari derita, dan sebagainya, (Noor, 2007:16). Hal tersebut sejalan dengan
pengertian sastra (Semi,2012:1) yakni bahwa sastra lahir disebabkan dorongan dasar
manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia
dan kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung
sepanjang hari dan sepanjang zaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa salah satu tujuan sastra ialah ingin menunjukan eksistensi manusia
dalam mengaplikasikan keinginan, tujuan dan cita-citanya melalui kata-kata yang
artistik. Keinginan, tujuan dan cita-cita yang diharapkan oleh setiap manusia berbeda-
beda tergantung ia menghadapi realitas dunia dengan perkembangan zaman yang
memunculkan fenomena baru di setiap harinya.
Suatu hal penting yang harus disadari, bahwa karya sastra adalah suatu
fenomena sosial. Ia terkait dengan penulis, terkait dengan pembaca, terkait dengan
segi kehidupan manusia yang diungkapkan di dalam karya sastra. Karya sastra sebagai
fenomena sosial tidak hanya terletak pada segi penciptaannya saja, tetapi juga pada
8 Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
9
hakikat karya itu sendiri. Malahan mungkin dapat dikatakan bahwa reaksi sosial
seorang penulis terhadap fenomena sosial yang dihadapinya mendorong ia menulis
karya sastra. Oleh sebab itu, mempelajari karya sastra berarti mempelajari suatu
kehidupan sosial. Hal itu bermakna, bahwa kajian tentang sastra akan terkait dengan
kajian tentang manusia, tentang kehidupan, tentang budaya, tentang ideologi, tentang
perwatakan, bahkan menyangkut masalah-masalah lain yang lebih luas terkait dengan
kehidupan manusia (Semi,2012:65-66). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa sastra merupakan suatu karya yang berisikan tentang segala aspek
mengenai kehidupan manusia dan seluk-beluknya, dengan menggunakan bahasa yang
unik, artistik dan indah. Aspek kehidupan yang disajikan berupa pengalaman jiwa
seseorang yang berhubungan dunia pribadianya atau dunia luarnya. Pengalaman jiwa
tersebut dimanifestasikan ke dalam rangkaian kata yang tersusun dengan bahasa unik,
artistik dan indah, karena bertujuan untuk menarik hati pembaca agar jiwanya seolah-
olah mesuk ke dalam cerita.
Cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali
duduk dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri. Dengan
kata lain, sebuah kesan tunggal dapat diperoleh dalam sebuah cerpen dalam sekali
baca. Sebuah cerpen biasanya memiliki plot yang diarahkan pada insiden atau
peristiwa tunggal. Sebuah cerpen biasanya didasarkan pada insiden tunggal yang
memiliki signifikansi besar bagi tokohnya. Kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang
dikembangkan secara penuh karena pengembangan semacam itu membutuhkan
waktu, sementara pengarang sendiri sering kurang memiliki kesempatan untuk itu.
Tokoh dalam cerpen biasanya langsung ditunjukkan karakternya. Artinya, hanya
ditunjukkan tahapan tertentu perkembangan karakter tokohnya. Karakter dalam cerpen
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
10
lebih merupakan “penunjukkan” dari pada hasil “pengembangan”. Selanjutnya,
dimensi waktu dalam cerpen juga cenderung terbatas walaupun dijumpai pula cerpen-
cerpen yang menunjukkan dimensi waktu yang relatif luas. Ringkasnya, cerpen
menunjukkan kualitas yang bersifat comperession „pemadatan‟, concentration
„pemusatan‟, dan intensity „pendalaman‟, yang semuanya berkaitan dengan panjang
cerita dan kualitas yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu (Sayuti, 2000:10).
Cerpen, sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi,
berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu
kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli. Walaupun sama-sama pendek,
penjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story),
bahkan mungkin pendek sekali berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya
cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story), yang
terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata. Cerpen menuntut
penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang “kurang
penting” yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Kelebihan cerpen yang khas
adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak-jadi, secara implisit-dari
sekadar apa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2010:11).
Karakter utama dalam fiksi (cerpen) adalah pada peristiwa, yaitu suatu
kejadian yang di dalamnya ada hubungan antar tokoh, alur, dan setting. Peristiwa
dalam cerpen menunjukkan dua pola, yaitu peristiwa monologis dan dialogis.
Peristiwa monologis merupakan peristiwa yang merupakan penggambaran keadaan
dan kedirian yang bersifat tunggal, di situ tokoh sedang bermonolog atau penulis
sedang menggambarkan keadaan. Peristiwa dialogis yang merupakan penggambaran
keadaan hubungan tokoh dengan tokoh dalam suatu keadaan tempat dan waktu
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
11
tertentu. Baik peristiwa dialogis maupun monologis selalu ada dalam sebuah cerpen
(Kurniawan dkk,2012:61).
Nurgiyantoro (2010:2) istilah fiksi dalam pengertian berarti cerita rekaan
(cerkan) atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang
isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Karya fiksi dengan demikian menyaran
pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu
yang tidak ada dan terjadi dengan sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari
kebenarannya pada dunia nyata, karena bersifat imajinatif. Sebagai sebuah karya
imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup
dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh
kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai
dengan pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia
dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri,
serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan
reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak
benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan
dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan,
perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi
merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi
kreatifitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan
sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya
sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cerpen
merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif yang isinya cenderung padat dan langsung
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
12
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang. Karya tersebut
yang merupakan prosa dapat dibaca dalam sekali duduk, tetapi tetap beridentitas
sastra. Hal tersebut dikarenakan cerpen tidak ditentukan oleh banyaknya halaman
untuk perwujudan ceritanya, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup yang
ingin disampaikan oleh bentuk karya tersebut. Cerpen menyuguhkan peristiwa secara
singkat dan padat dengan alur tunggal, dan penjabaran tokoh-tokoh yang tidak
berbelit-belit. Ia hanya memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek untuk pembacanya.
B. Kepribadian dan Tanggung Jawab Suami dalam Perspektif Islam
1. Kepribadian Suami dalam Perspektif Islam
a. Pengertian
Yusuf,dkk (2007:212) Kepribadian dalam studi keislaman lebih dikenal
dengan istilah syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti
pribadi. Kata ini kemudian diberi ya‟ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan
syakhsyihat yang berarti kepribadian. Integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia
yang menimbulkan tingkah laku. Sedangkan Mujib menjelaskan syahshiyah dalam
psikologi berkaitan dengan tingkah laku yang didevaluasi, sedangkan akhlak berkaitan
dengan tingkah laku yang dievaluasi. Pemilahan itu tidak berarti jika term syahshiyah
dihadapkan pada term islamiyah, karena syahshiyah islamiyah harus dipahami sebagai
akhlak. Kata “Islam” memuat sistem nilai yang mengikat semua disiplin yang berada
di dalamnya. Karenanya, kepribadian Islam selain mendeskripsikan tingkah laku
seseorang juga berusaha menilai baik-buruknya (Mujib dkk,2001:37).
Menurut Alwi suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang
wanita (istri) yang telah menikah (2007:1093). Selain itu suami juga seorang
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
13
penanggung jawab keluarga, satu-satunya pemuas kebutuhan seksual istri, penyejuk
pergaulan keluarga, pembimbing istri dan juga seorang pendidik anak
(Halim,2005:102). Seorang kepala rumah tangga adalah penguasa sekaligus pemimpin
dalam rumah tangganya. Pada hakikatnya kehidupan rumah tangga adalah sebuah
kerajaan iman, dalam artian, suami adalah rajanya, istri adalah ratunya, dan anak-anak
adalah rakyatnya. Suami adalah raja yang memimpin kerajaan dan mengendalikan
semua urusannya karena dialah yang menerima beban tanggung jawab serta amanat,
(Daudin,2004:9). Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kepribadian suami dalam perspektif islam ialah pribadi, tingkah laku,
perbuatan atau akhlak seorang pemimpin dan penanggung jawab keluarga yang dinilai
dari sudut pandang agama Islam. Adapun parameter kepribadian suami dalam
perspektif Islam adalah ayat-ayat Al-Quran dan hadist Nabi.
Dalam Al-Quran surat Asy-Syamsu:8, Allah berfirman:
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia, fujur, (kefasikan /
kedurjanaan) dan taqwa (beriman dan beramal shaleh)”.
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan dengan
suasana perjuangan untuk memilih alternatif antara haq (taqwa-kebenaran) dengan
yang bathil (fujur), antara aspek-aspek material semata (Sekuler-duniawi) dengan
spiritual (ilahiyyah). Dalam Al-Qur‟an surat An-Naziat ayat 37-41 Allah menyebutkan
bahwa:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
14
Artinya: “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan
kehidupan duniawi (yang diandasi moral bukan agama), maka sesungguhnya
neraka-lah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu-nya (yang
bertentangan dengan norma agama), maka surgaah tempat tinggalnya”.
Manusia adalah makhluk yang netral, kepribadiannya itu bisa berkembang
seperti malaikat, bisa juga seperti setan. Hal ini taat bergantung kepada pilihannya
tadi, apakah manusia mengisi jiwa atau kalbunya dengan ketakwaan atau dengan
fujur. Apabila yang dipilihnya itu ketakwaan, maka qolbu (fungsi rohaniah sebagai
perpaduan antara akal dan rasa) akan menggerakannya untuk berperilaku yang
bermakna (beramal shaleh), dan berpribadi mulia. Tetapi apabila yang dipilihnya itu
“fujur”, maka dia akan berpribadi mufsid (pembuat keonaran di muka bumi), biang
kemaksiatan (Yusuf dkk, 2007:213). Kedua pilihan tersebut terdapat konsekuensinya
masing-masing. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah berfirman dalam surat Asy-
Syamsu ayat 9-10:
Artinya: “Sungguh berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya
(qolbunya), dan sungguh merugilah (celakalah) orang yang mengotorinya”.
Kata mensucikan (zakka) atau mengotori (dassaa), kedua-duanya adalah kata kerja
(fi‟il) yang menunjukkan keperilakuan manusia. Hal ini menunjukkan juga bahwa
manusia telah diberi kemampuan untuk mengambil keputusan, dan melakukan
keputusan itu dengan segala resikonya. Ayat ini menjelaskan, bahwa Islam menolak
pendapat bahwa manusia sebagai makhluk deterministik (baik intrapsikis maupun
lingkungan). Untuk memperkuat penjelasan ini, Allah SWT menjelaskan dalam surat
al-Kahfi ayat 29 tentang kebebasan manusia untuk memilih (free-choice), yakni:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
15
Artinya: Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhan-mu, maka
barang siapa yang ingin (beriman) berimanlah, dan barangsiapa yang ingin
(kafir) kafirlah. Sesungguhnya kami telah menyediakan api neraka bagi yang
dholim”.
Manusia akan mengalami konflik psikis, manakala dia tidak mengambil
keputusan. Selain itu dia juga membiarkan jiwanya terkurung (terbelenggu) oleh
keraguan antara mengambil kebenaran (komitmen kepada yang haq) atau dengan
mengambil yang salah (memperturutkan hawa nafsu). Bagi mereka yang komitmen
kepada kebenaran (memaknai hidupnya dengan kebenaran), meskipun harus
menempuh perjuangan hidup yang “usron” (sulit), maka dia akan lahir, berkembang
sebagai manusia yang berpribadi mantap. Inilah orang yang dipanggil secara khusus
oleh Allah (Yusuf dkk, 2007:214). Keteguhan dalam segala hal akan selalu
digenggam selama hidupnya. Allah menegaskannya dalam Surat Al Fajr ayat 27-30
yakni:
Artinya:“Hai jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah) kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya. Masuklah ke dalam
jama‟ah hambaku, dan masuklah dalam Surga-Ku”.
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
16
b. Jenis
1) Berdasarkan Dinamika
Kepribadian manusia sangat ditentukan oleh interaksi komponen-komponen
nafs. Menurut Mujib (2001:61) ada 3 komponen yang mengatur jalannya kepribadian
setiap individu. Karena cara kerjanya yang saling bersunggungan satu sama lain dan
sangat berpengaruh besar terhadap kepribadian seseorang, maka ketiga komponen
tersebut berkedudukan sangat penting di setiap jiwa individu. Ketiga komponen
tersebut ialah qalbu atau hati, akal atau pikiran, dan nafsu. Ketiganya saling berkaitan
dan berinteraksi hingga menimbulkan dinamika yang dinamis. Berdasarkan ketiga
komponen tersebut Mujib mengelompokkan jenis-jenis kepribadian berdasarkan
dinamikanya, yakni ammarah, lawwamah dan muthmainnah.
Proses interaksi tersebut, kalbulah yang memiliki potensi dominan dalam
mengendalikan suatu kepribadian. Posisi dominan ini disebabkan oleh daya naturnya
yang luas yang mencakup semua daya dan natur komponen nafsani lainnya. Prinsip
kerjanya selalu cenderung kepada fitrah asal manusia, yaitu rindu akan kehadiran
Tuhan (banifiyah) dan kesucian jiwa. Kalbu merupakan pengendali dari semua sistem
kepribadian. Apabila sistem kendali ini berfungsi sebagaimana mestinya maka
kepribadian manusia sesuai dengan amanat Allah di alam perjanjian.
Di sisi lain jika komponen kalbu tidak berfungsi dengan baik maka
kepribadian manusia akan dikendalikan oleh komponen lain yang lebih rendah
kedudukannya. Komponen tersebut adalah akal atau daya kognitif. Prinsip kerjanya
adalah mengejar hal-hal yang realistis dan rasionalistik. Oleh karena itu maka tugas
utama akal adalah mengikat (al-ribth) dan menahan (al-hijr) nafsu bukan mengikat
atau menahan kalbu. Apabila tugas utama itu terlaksana maka akal mampu
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
17
mengaktualisasikan natur tertingginya, tetapi apabila tidak berhasil maka ia
dimanfaatkan oleh nafsu.
Nafsu hanya memiliki natur terendah yakni kehewanan (hawaniah). Prisnsip
kerjanya hanya mengejar kenikmatan (pleasure) duniawi dan ingin mengumbar nafsu-
nafsu impulsifnya. Apabila sistem kendali kalbu dan akal melemah maka nafsu
mampu mengaktualisasikan natur hawaniah-nya, tetapi apabila sistem kendali kalbu
dan akal tetap berfungsi maka daya nafsu melemah. Perlu menjadi catatan bahwa
nafsu memiliki daya tarik kuat sekali dibanding dengan kedua sistem fitrah nafsani
yang lain. kekuatan ini disebabkan oleh bantuan-bantuan setan dan tipuan-tipuan
impulsif lainnya. Natur asli nafsu adalah mengarah pada amarah yang buruk (suw),
tetapi jika ia diberi rahmat oleh Allah maka ia menjadi daya yang positif .
a) Kepribadian Ammarah (nafs al-ammarah)
Mujib (2001:62) menjelaskan bahwa kepribadian ammarah merupakan
kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip prinsip
kenikmatan (pleasure principle). Sedangkan dalam syaamil Quran ammarah diartikan
sebagai menyuruh (2007:242). Kata menyuruh berorientasi kepada perbuatan yang
tidak baik. Ia menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat dan sumber
kejelekan dan tingkah laku yang tercela, firman Allah SWT Q.S Yusuf ayat 53:
Artinya: “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyerukan pada perbuatan
buruk, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
18
Kepribadan Ammarah berada di alam bawah sadar manusia. Barangsiapa yang
berkepribadian ini maka sesungguhnya ia tidak lagi memiiki identitas manusia, sebab
sifat-sifat humanitasnya telah hilang.
Manusia yang berkepribadian ammarah tidak saja dapat merusak dirinya
sendiri, tetapi juga merusak orang lain. Keberadaannya ditentukan oleh dua daya,
yaitu pertama, daya syahwat yang selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin
tahu dan campur tangan urusan orang lain, dan sebagainya, kedua, daya ghadhah yang
selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai yang lain,
keras kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan jika
diprosentasikan maka komponen yang ada dalam kepribadian ammarah ialah nafsu
memiliki tingkatan paling besar atau mendominasi yakni sebesar 55%, sedangkan akal
atau daya pikir berada di bawah posisi nafsu yakni hanya sebanyak 30%, dan untuk
qalbu atau hati dan perasaan berada pada prosentase terbawah yang merupakan sisa
dari nafsu dan akal yakni 15%.
b) Kepribadian Lawwamah (nafs al-lawwamah)
Merupakan kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu ia bangkit
untuk memperbaiki kebimbangannya antara dua hal. Dalam upayanya itu kadang-
kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh watak zhulmniah (gelap)-
nya namun kemudian ia diingatkan oleh nur illahi, sehingga ia mencela perbuatannya
dan selanjutnya ia bertaubat dan ber-istighfar. Hal itu dapat dipahami bahwa
kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah dan
kepribadian muthmainnah (Mujib,2001:63). Sedangkan dalam syaamil Quran
lawwamah diartikan sebagai mencela atau menyesali (2007:577). Manusia dengan
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
19
kepribadian lawwamah setelah melakukan perbuatan dosa, maka ia akan mencela
dirinya sendirinya kemudian menyesali perbuatannya, hingga ia bertaubat. Firman
Allah SWT dalam Q.S Al-Qiyamah ayat 2:
Artinya:”Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali”.
Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang didominasi oleh
komponen akal. Sebagai komponen yang bernatur insaniah, akal mengikuti prinsip
kerja rasionalistik dan realistik yang membawa manusia pada tingkat kesadaran.
Apabila sistem kendalinya berfungsi maka ia mampu mencapai puncaknya yaitu
seperti berpaham rasionalisme. Rasionalisme banyak dikembangkan oleh kaum
humanis yang mengorientasikan pola pikirnya pada kekuatan serba manusia, sehingga
sifatnya antroposentris. Kepribadian humanis boleh jadi bernilai baik menurut ukuran
manusia, sebab paham ini mengakui kekuatan, kebebasan, kemerdekaan hak-hak asasi
manusia secara mutlak. Kepribadian humanis boleh jadi bernilai buruk menurut
konsepsi kepribadian Islam, sebab paham ini telah melupakan perjanjian Tuhan yang
telah ditetapkan di alam arwah.
Kepribadian humanis adalah kepribadian yang lupa diri, tidak tahu diri, dan
sesat diri. Dikatakan lupa diri dikarenakan kelupaan kedudukannya sebagai khalifah
dan hamba Allah di muka bumi. Ia tidak tahu diri akan kekuatannya yang serba relatif.
Bahkan ia sesat diri akan pahamnya yang tidak mengenal Tuhan yang
menciptakannya. Akal apabila telah diberi percikan nur kalbu maka fungsinya
menjadi baik. Ia dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk menuju kepada
Tuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa akal merupakan juara pertama dalam
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
20
kepribadian lawwamah ini. Namun yang disayangkan akal masih memiliki
kebimbangan untuk mengikuti jalur qalbu atau nafsu, sehingga prosentase tiap
komponen ialah hampir merata yakni antara akal dan nafsu sama-sama kuat masing-
masing sebesar 30%, sedangkan sisanya yakni 40% untuk akal.
c) Kepribadian Muthmainnah (nafs al-Muthmainnah)
Merupakan kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga
dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Kepribadian
ini selalu berorientasi pada komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan
meninggalkan kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang. Begitu tenangnya
kepribadian ini sehingga ia dipanggil oleh Allah SWT (Mujib,2001:65). Dalam
syaamil Quran dijelaskan arti dari Muthmainnah, yakni tenang (2007:594). Jiwa yang
tenang selalu menyelimuti kepribadian ini. Dijelaskan dalam Firman Allah Q.S Al-
Fajr ayat 27-28:
Artinya: “Hai kepribadian yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi Ridha-Nya”.
Kepribadian Muthmainnah bersumber dari kalbu manusia, sebab hanya kalbu
yang mampu merasakan thuma‟ninah (q.s Al-Ra‟d: 28). Sebagai komponen yang
bernatur ilahiah, kalbu selalu cenderung pada ketenangan dalam beribadah, menyintai,
bertaubah, bertawakkal, dan mencari Ridha Allah SWT. Orientasi kepribadian ini
adalah teosentris (QS al-Nazi‟at: 40-41). Kepribadian Muthmainah merupakan
kepribadian atas-sadar atau supra-kesadaran manusia. Dikatakan demikian sebab
kepribadian ini merasa tenang dalam menerima kenyataan fitriah. Keyakinan fitriah
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
21
adalah keyakinan yang dihujamkan pada ruh manusia (fitrah al-munazzalah) di alam
arwah dan kemudian dilegimitasi oleh wahyu illahi. Penerimaan ini tidak bimbang
apalagi ragu-ragu seperti yang dialami oleh kepribadian lawwamah, tetapi penuh
keyakinan. Oleh sebab itu ia terbiasa menggunakan metode cita rasa dan mata batin
dalam menerima sesuatu sehingga ia merasa yakin dan tenang.
Daya kalbu yang mendominasi kepribadian muthmainah mampu mencapai
pengetahuan (ma‟rifah) melalui daya cita rasa (zawq) dan kasyf (terbukanya tabir
misteri yang menghalangi penglihatan mata bathin manusia). Ruh kalbu itu disinggahi
oleh ruh akal. Ruh akal secara substansi mampu mengetahui apa saja di alam amar,
sebab ia berpotensi demikian. Ia kadang-kadang tidak mampu mencapai pengetahuan
itu disebabkan adanya penghalang (hijab) di badan dan indera. Apabila penghalang itu
hilang maka ia akan mampu menembus pengetahuan tersebut. Dengan kekuatan dan
kesucian daya kalbu manusia mampu memperoleh (pengetahuan) wahyu dan ilham
dari Tuhan. Wahyu diberikan pada para nabi, sedang ilham diberikan pada manusia
suci biasa, kebenaran pengetahuan ini bersifat supra-rasional, sehingga bisa jadi ia
tidak mampu diterima oleh akal. Pengetahuan yang dapat ditangkap oleh akal
seharusnya dapat pula ditangkap oleh kalbu, sebab kalbu sebagian dayanya ada yang
digunakan untuk berakal. Namun sebaliknya, pengetahuan yang diterima oleh kalbu
belum tentu dapat diterima oleh akal, sebab kemampuan akal (di otak) berada
dibawahnya. Kepribadian Muthmainnah dibentuk enam kompetensi keimanan, lima
kompetensi keislaman, dan multi kompetensi keihsanan, aktualisasi bentuk-bentuk ini
dimotivasi oleh energi psikis yang dibuat dengan amanah dan dihujamkan oleh Allah
SWT di alam arwah (ruh al-munazzalah). Realisasi amanah selain berfungsi
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
22
memenuhi kebutuhan juga melaksanakan kewajiban jiwa. Dikatakan kebutuhan sebab
jika tidak direlisasikan maka mengakibatkan kecemasan, kegelisahan, ketegangan, dan
dikatakan kewajiban sebab pelaksanannya telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hati tak dapat
terkalahkan oleh natur akal ataupun nafsu. Prosentase untuk komponen qalbu dalam
kepribadian muthmainnah menduduki posisi tertinggi yakni 55%. Hal itu dikarenakan
kepribadian ini selalu mengandalkan daya batin dan nurani yang positif untuk
melakukan suatu perbuatan, sehingga akal sehat dan pengendalian nafsu yang baik
sangat mendominasi di sini. Kemudian untuk komponen akal memiliki 30% tempat
pada kepribadian ini, walaupun lebih sedikit dibanding qalbu, namun akal menjadi
komponen yang memiliki tempat lebih luas dibanding dengan nafsu yang hanya 15%.
Hal ini dikarenakan nafsu dapat terkalahkan oleh qalbu atau hati nurani.
*)
No Daya Nafsani
Tingkatan Kepribadian
Kepribadian
Muthmainnah
Kepribadian
Lawwamah
Kepribadian
Ammarah
1 Kalbu 55% 30% 15%
2 Akal 30% 40% 30%
3 Nafsu 15% 30% 55%
Begitulah prosentase pemberian daya oleh masing-masing sistem kepribadian yang
dapat diperkirakan.
2) Berdasarkan Tipe
Pilihan manusia terhadap dua masalah besar kehidupannya, yaitu “haq” dan
“bathil (Yusuf,2007:215). Kedua hal tersebut akan melahirkan perilaku-perilaku
tertentu, sesuai dengan karakteristik akan tuntutan yang haq atau bathil tersebut.
Perilaku-perilaku tersebut mengkristal dalam pola-pola tertentu yang satu sama
*) Dikutip dari buku berjudul Nuansa-Nuansa Psikologi Islami, pengarang Abdul Mujib, dkk tahun
2001 halaman 67 Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
23
lainnya sangat berbeda. Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki individu dan bersifat
konstan atau tetap dapat dikategorikan sebagai tipe kepribadian Dalam Al-Quran. Tipe
kepribadian manusia itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu tipe mukmin,
tipe kafir dan tipe munafik. Ketiga tipe kepribadian tersebut memiliki karakteristik
masing-masing. Parameter untuk tipe-tipe tersebut merupakan ayat Al-Quran dan
hadist.
a) Tipe Mukmin (orang yang beriman)
Mukmin berarti orang yang beriman kepada Allah :seorang yang taat akan selalu
menjalankan perintah agama (Alwi,2007:760). Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
186 dijelaskan bahwa orang mukmin adalah mereka yang memenuhi segala perintah
Allah. Berikut ini firman yang menjelskan hal tersebut:
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”
Orang-orang mukmin selalu mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT atas
perbuatannya. Balasan yang baik akan diterima oleh kaum mukmin atas ketaatan dan
kesetiaannya kepada Allah SWT. Tidak ada sekali pun jiwa kotor yang menyelimuti
kum mukmin. Berikut firman Allah SWT yang menjelaskannya dalam Al-Quran surat
Muhammad ayat 2:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
24
Artinya: 2. “ Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman
kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang
haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-
kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka.”
Tipe mukmin memiliki karakteristik pertama, berkenaan dengan akidah yakni
beriman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir, dan qodar, kedua berkenaan
dengan ibadah yakni melaksanakan rukun islam, ketiga berkenaan dengan kehidupan
sosial yakni bergaul dengan orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, suka memaafkan kesalahan orang lain,
dan dermawan, keempat berkenaan dengan kehidupan keluarga: berbuat baik kepada
kedua orang tua dan saudara, bergaul yang baik antara suami-istri dan anak,
memelihara dan membiayai keluarga, kelima berkenaan dengan moral yakni sabar,
jujur, adil, qona‟ah, amanah, tawadlu, istoqomah, dan mampu mengendalikan diri dari
hawa nafsu, keenam berkenaan dengan emosi yakni cinta kepada Allah, takut akan
azab Allah, tidak putus asa dalam mencari Rahman Allah, senang berbuat kebajikan
kepada sesama, menahan amarah, tidak angkuh, tidak hasud, atau iri, dan berani
dalam membela kebenaran, ketujuh berkenaan dengan intelektual yakni memikirkan
alam semesta dan ciptaan Allah yang lainnya, selalu menuntut Ilmu, menggunakan
pikirannya untuk sesuatu yang bermakna, kedelapan berkenaan dengan pekerjaan
yakni tulus dalam bekerja dan menyempurnakan pekerjaan, berusaha dengan giat
dalam upaya memperoleh rizki yang halal.
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
25
Berdasaran pengertian dan karakteristik kepribadian mukmin di atas, maka
peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan. Mukmin merupakan tipe kepribadian
manusia yang selalu beriman kepada Allah SWT. Ia selalu menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan Allah, serta selalu mengamalkan Al-Quran. Tak pernah
sekali pun ia mendustakannya. Setiapa perbuatan yang dilakukannya pun didasarkan
atas Al-Quran dan sunah Rasul. Tak hanya itu, ia juga berperilaku terpuji dan baik
terhadap sesama umat Muslim. Karena ketaatannya itu maka Allah menjanjikan surga
kepadanya.
b) Tipe Kafir (Menolak kebenaran)
Kafir merupakan orang yang tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya
(KBBI,2007:488). Allah menjelaskan bahwa kafir merupakan orang yang
mendustakan Al-Quran, dalam arti ia tidak pernah mengamalkan apa yang ada di
dalam ayat suci Al-Quran. Ia selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh Allah SWT yang sudah jelas tertera dalam ayat suci Al-Quran. Orang-orang kafir
tak pernah sekalipun mengamalkan ayat-ayat Al-Quran, justru mereka
mendustakannya. Hal itu dibuktikan dengan perbuatan-perbuatannya yang tidak
mencerminkan orang soleh. Maka dari itu kesengsaraan dunia dan akhirat selalu
dihadapinya, dan nerakalah tempatnya bernaung. Allah berfirman dalam beberapa
ayat Al-Quran mengenai hal tersebut. Berikut ini ayat-ayat tersebut:
Q.S Ar-Rum ayat 14 – 16:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
26
Artinya: 14. “Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia)
bergolong-golongan.”
15. “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
Maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.”
16. “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami
(Al Quran) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, Maka
mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).”
Q.S As-Sajdah ayat 19-20:
Artinya: 19. “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala
terhadap apa yang mereka kerjakan.”
20. “dan Adapun orang-orang yang Fasik (kafir) Maka tempat mereka
adalah Jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya,
mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka:
"Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya."
Q.S Al-Hajj ayat 19:
Artinya: 19. “Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka.
Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian
dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas
kepala mereka.”
Kafir memiliki karakteristik pertama, berkenaan dengan akidah yakni tidak
beriman kepada Allah, dan rukun iman yang lainnya, kedua berkenaan dengan Ibadah
yakni menolak beribadah kepada Allah, ketiga berkenaan dengan kehidupan sosial
yakni zhalim, memusuhi orang yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran,
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
27
dan melarang kebajikan, keempat berkenaan dengan kekeluargaan yakni senang
memutus silaturahim, kelima berkenaan dengan moral yakni tidak amanah, berlaku
serong, suka menuruti hawa nafsu (impulsif), sombong dan takabur, keenam
berkenaan dengan emosi yakni tidak cinta kepada Allah, tidak takut Azab Allah,
membenci orang mukmin, ketujuh berkenaan dengan intelektual yakni tidak
menggunakan pikirannya untuk bersyukur kepada Allah.
Berdasarkan pengertian dan karakteristik tipe kafir, maka terdapat kesimpulan
yang dapat diambil oleh peneliti. Kafir merupakan jenis kepribadian yang mengarah
kepada sifat-sifat buruk dan bertolak belakang dari ajaran agaa Islam. Jiwa dan raga
manusia berkepribadian kafir telah didominasi oleh akal dan nafsu yang kotor. Maka
tak sekali pun ia menaati perintah Allah SWT dan mengamalkan Al-Quran. Perbuatan
yang muncul di setiap harinya hanya perbuatan jahat yang nantinya akan
menjerumuskannya pada lubang neraka. Tak hanya itu, sifat buruk pun dilakukannya
kepada sesama manusia. Bukan mengarahkan kebaikan yang dilakukannya, tetapi
keburukanlah yang diarahkannya. Ancaman neraka pun seolah-olah tidak berarti lagi,
karena orang-orang kafir selalu setia terhadap keteguhannya untuk tidak berimah
terhadap Allah SWT.
c) Tipe Munafik (Meragukan Kebenaran)
Munafik merupakan berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada
agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu)
mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua
(KBBI,2007:763). Munafik dijelaskan oleh Allah dalam Quran Surat Al-Mujadalah
ayat 14, dengan firman-Nya sebagai berikut:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
28
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu
kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? orang-orang itu bukan
dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. dan
mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka
mengetahui.”
Munafik karakteristik pertama, berkenaan dengan akidah yakni bersifat ragu dalam
beriman, kedua berkenaan dengan ibadah yakni bersifat riya dan bersifat malas, ketiga
berhubungan dengan hubungan sosial yakni menyuruh kemungkaran dan mencegah
kebajikan, suka menyebar isu sebagai bahan adu domba di kalangan kaum muslimin,
keempat berkenaan dengan moral yakni senang berbohong, tidak amanah (khianat),
ingkar janji, kikir, hedonis dan opertunis, penakut (dalam kebenaran), dan bersifat
pamrih, kelima berkenaan dengan emosi yakni suka curiga terhadap orang lain, takut
mati, keenam berkenaan dengan intelektual yakni peragu dan kurang mampu
mengambil keputusan (dalam kebenaran), dan tidak berpikir secara benar.
Peneliti menyimpulkan bahwa munafik merupakan sifat kepura-puraan. Hal
tersebut dibuktikan dengan manusia yang berkepribadian munafik selalu mengatakan
hal-hal yang baik, tutur kata yang sopan, namun dalam hatinya belum tentu. Bisa jadi
itu sebagai bentuk pencitraan semata, yang bertujuan untuk mendapat simpati dari
orang lain atau mendapat penghargaan atas apa yang telah dilakukannya. Dalam hal
agama, orang munafik meragukan kebenaran Allah, atau dia melakukan perbuatan
yang didasari oleh keragu-raguan terhadap kebesaran Allah. Selain itu orang munafik
juga telah mengetahui adanya kebenaran Allah SWT namun dia tidak meyakininya,
bahkan mengingkarinya, tetapi dia tetap mengaku beragama Islam. Melalui
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
29
karakteristik masing-masing tipe kepribadian dapat terbaca mengenai balasan yang
akan diberikan oleh Allah SWT.
Berdasarkan semua penjelasan berdasarkan ayat Al-Quran maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kadar cinta Allah terhadap orang-orang mukmin lebih besar dari
pada kepada orang-orang munafik dan kafir. Amal orang-orang kafir tidak akan
mendapat bimbingan dari Allah, tidak dihargai dan tidak mendapat pahala. Begitulah
balasan Allah sesungguhnya terhadap mereka. Hal tersebut dijelaskan dalam firman
Allah Al-Quran surat Muhammad ayat 1-3:
Artinya: 1. “orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka.”
2. “ Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman
kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang
haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan
mereka dan memperbaiki Keadaan mereka.”
3. “Yang demikian adalah karena Sesungguhnya orang-orang kafir
mengikuti yang bathil dan Sesungguhnya orang-orang mukmin
mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah
membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.”
2. Tanggung Jawab Suami dalam Perspektif Islam
Allah SWT tidak akan menciptakan manusia secara sia-sia. Allah SWT telah
membebankan mereka beberapa tanggung jawab yang akan dipertanyakan nanti di
hari kiamat. Sebuah tanggung jawab tidak akan berarti tanpa sebuah evaluasi, dialog,
balasan, dan sanksi. Tanggung jawab merupakan inti dari arti kemanusiaan pada diri
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
30
sendiri di dunia. Seorang laki-laki sebelum menikah hanya memiliki tanggung jawab
terhadap agama, pekerjaan, dan dirinya sendiri. Dia akan berusaha mewujudkan
keseimbangan antara kewajiban agama dan tuntutan-tuntutan duniawinya. Setelah
menikah, tanggung jawab ini makin bertambah. Ia jadi memiliki tanggung jawab
terhadap istrinya. Setelah istrinya melahirkan, bertambah tanggung jawabnya terhadap
anak. Bertambahnya tanggung jawab, kewajiban-kewajiban, akan membuat bertambah
pula hal-hal dalam dirinya yang harus dievaluasi. Demikian pula hal tanggung
jawabnya terhadap rumah tangga, masyarakat, dan Allah SWT. Seorang suami harus
lebih memahami lingkup tanggung jawab dan esensi tugasnya, sehingga tidak terjadi
kelalaian di antara keduanya (Syahatah,2008:3).
Syariat Islam telah menetapkan kewajiban seorang suami terhadap istrinya,
sebagai bentuk tuntutan dan tanggung jawab. Hilangnya tanggung jawab tersebut
berakibat pada hancurnya kehidupan rumah tangga, seperti adanya kepentingan lain.
Berikut mengenai tenggung jawab seorang suami terhadap Istri dalam Islam:
a. Syahatah (2008:14) Tanggung jawab yang pertama ialah membimbing Istri untuk
taat kepada Allah SWT dan memperdalam ilmu agama. Tanggung jawab yang
terpenting yang dibebankan kepada seorang suami adalah membimbing istrinya
dalam beribadah kepada Allah SWT dan memperdalam ilmu agama. Caranya
adalah dengan menghadiri majlis-majlis ilmu, sambil mengajak ke jalan Allah
SWT dengan cara yang lemah-lembut dan nasihat yang baik. Tak hanya itu,
karena suami sebagai seorang pemimpin, maka ia wajib memberi perintah kepada
istri untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Hal itu ditunjukkan tak hanya
sebatas kata, namun juga dengan perbuatan. Jadi suami lah yang harus
membimbing istri dan anggota keluarga lainnya untuk beribadah kepada Allah
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
31
SWT. Hal ini sebagaimana yang dilukiskan dalam beberapa firmanNya, salah
satunya dalam QS An-Nisa ayat 34 yang berbunyi:
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.”
Rasulullah memperbolehkan para perempuan untuk salat di masjid dan
menghadiri majlis-majlis ilmu seperti yang diterangkan pada hadist yang
diriwayatkan dari Aisyah RA, dia berkata:
“Kami, para perempuan mukmin pernah menghadiri salat subuh bersama
Rasulullah SAW dengan cara menutupi seluruh tubuh dengan kain. Kemudian
kami kembali ke rumah setelah melakukan salat berjamaah. Tak seorang pun dari
kamu yang telat pulang.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada riwayat lain, Rasulullah bersabda:
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang
sholehah. Perempuan shalihah dapat membantu suami daam beribadah kepada
Allah SWT.”
b. Syahatah (2008:15) Tanggung jawab yang kedua ialah mempergauli dengan baik.
Seorang suami hendaknya memperlakukan istrinya dengan baik. Telah dijelaskan
dengan sejelas-jelasnya dalam Ayat Al-Quran dan hadist bahwa suami harus
memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh sakali pun suami
menyakiti hati istrinya. Hal itu dikarenakan istri merupakan titipan Allah yang
harus dijaga sebaik-baiknya oleh suami. Ibarat harta yang sangat berharga, istri
harus dirawat dan dipupuk dengan siraman-siraman rohani Islam dan penyejuk
hati. hal tersebut dapat diaplikasikan dengan perlakuan suami yang baik terhadap
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
32
istrinya. Dalam sebuah ayat, Allah SWT telah menegaskan dalam firmanNya
yakni QS Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:
Artinya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir.”
Rasulullah SAW telah menegaskan tentang perlunya berlaku baik, sebagaimana
terdapat dalam sabdanya:
“Iman seorang mukmin yang paling sempurna adalah yang terbaik budi
pekertinya. Dan, sebaik-baik kalian adalah yang paling baik perlakuannya
terhadap keluarganya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Takkan tercapai ketenteraman dan kasih sayang antara suami dan istri kecuali
dengan pelakuan baik. Orang saleh pernah mengatakan:
“Nikmatilah apa yang menjadi kemampuan istrimu, seperti kamu memanen hasil
yang baik tergantung pada usaha yang baik pula.”
c. Syahatah (2008:16) Tanggung jawab yang ketiga ialah nafkah secara merata.
Syariat islam telah menggariskan kewajiban suami dalam menafkahi istrinya. Istri
telah dibayar mahar oleh suami saat ijab qabul diucapkan. Maka istri telah
sepenuhnya menjadi hak milik suami. Oleh sebab itu suami harus memberikan hal
terindah bagi istrinya, yakni nafkah yang baik dan merata. Dalam suatu hadist
pernah dijelaskan bahwa harta suami adalah harta istri juga, maka istri berhak atas
harta dari suami, bahkan nafkah sehari-hari. Hal ini telah disinggung oleh Allah
SWT dalam firmanNya yakni QS Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
33
Artinya: “Para Ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
Rasulullah SAW kemudian mempertegas lagi dalam sabdanya:
“Bagi kamu (para suami) bertanggung jawab menafkahi para istri-istrimu dan
memberikan mereka pakaian secara baik.” (HR Bukhari)
Dalam hadist lain, beliau bersabda:
“Nafkah yang kamu berikan semata-mata karena Allah, pasti Allah SWT akan
memberikan balasannya, meski pada benda yang engkau berikan pda istrimu
sekalipun.” (HR Bukhari dan Muslim)
Di antara syarat memberikan nafkah adalah berlaku adil, seimbang, tidak
berlebih-lebihan dan boros selama masih dalam batasan-batasan kemampuan.
d. Syahatah (2008:17) Tanggung jawab yang keempat ialah dalam menggauli istri.
Melahirkan anak merupakan bagian dari tujuan syariat islam. Maka, salah
seorang suami atau istri tidak boleh menghalangi hak pasangannya untuk
melakukan hubungan intim. Seorang istri tidak boleh menolah keinginan suami
untuk berhubungan intim selama dia dalam keadaan suci. Suami pun harus
menggauli istrinya dengan sebaik-baiknya, dan lakukanlah untuk memperoleh
keturunan. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 187 yang
berbunyi:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
34
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan istri kamu, mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun pakaian
bagi mereka.”
Juga dari wasiat Rasulullah SAW:
“Nikahilah perempuan yang subur karena aku akan bangga jika umatku
banyak.” (HR Ahmad).
Sebuah kesalahan orang bodoh jika membuat pertanyaan bahwa
banyak keturunan dapat mengakibatkan kefakiran. Padahal Allah SWT
senantiasa memberi rezekinya kepada semua orang. Sepatutnya seorang suami
melakukan usaha, seperti bercocok tanam, agar memperoleh rezeki yang halal
dan baik (Syahatah,2008:17). Pernyataan tersebut dianggap tidak tepat karena
pada kenyataannya memiliki anak yang banyak belum tentu menjadikan sebuah
keluarga menjadi miskin bahkan melarat. Semua tergantung bagaimana
manajemen dalam rumah tangga, terkhusus bidang perekonomian. Maka semua
kembali lagi kepada jejak langkah suami dalam membimbing istrinya untuk
mengatur berjalannya rumah tangga agar tercapai kesejahteraan, sehingga
memiliki anak yang banyak tidak menjadi halangan.
e. Syahatah (2008:17) Tanggung jawab yang kelima ialah menjaga kehormatan
dan perasaan. Di antara tanggung jawab seorang suami adalah menjaga istrinya
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
35
dari segala sesuatu yang dapat merusak kehormatan, menganiaya, meremehkan
kemuliaan sebagai manusia, merusak nama baik dan perasaan, dan menghianati
janji secara sengaja. Istri merupakan perhiasan dunia dan akhirat suami yang
terindah yang dianugerahkan oleh Allah. Maka suami tidak boleh sekali pun
menyakiti perasaannya. Jika istri merasa sakit hati dan kehormatannya dinodai
serta tidak dihargai oleh suaminya, maka suaminya berdosa. Rasulullah SAW
pernah bersabda:
“Apa hak istri terhadap kami?” Rasulullah menjawab “Beri dia makan kalau
kamu makan, beri dia pakaian jika kamu berpakaian, janganlah kamu
memukul wajahnya, menyakitinya, memisahkan ranjangnya, kecuali dalam
rumah (sendiri).” (HR Ahmad, Abu Daud, DAN An-Nasa‟i).
f. Syahatah (2008:18) Tanggung jawab yang keenam ialah menyenangkan istri.
Syariat Islam mewajibkan seorang suami untuk menyenangkan istrinya,
bermain-main, dan bersenda gurau bersamanya. Dalam sunah Rasulullah
dijelaskan beberapa contoh seperti: hak istri untuk ikut dalam acara-acara seperti
pernikahan, hari raya Id, atau hiburan-hiburan masyarakat. Tidak hanya itu,
bentuk perlakuan suami untuk menyenangan istri dapat terwujud dengan suami
berperilaku sesuai dengan yang istri senangi, atau memanggil panggilan sayang
khas yang istri senangi, atau memberi kejutan yang menyenangkan istri. Hal itu
akan semakin meningkatkan rasa sayang dan cinta diantara keduanya. Ummu
Athiyyah ra berkata:
“Kami pernah diperintahkan keluar pada hari raya Id. Para gadis-gadis pun
keluar dari rumah mereka. Demikian pula halnya dengan perempuan-
perempuan yang sedang haid, mereka berkumpul di belakang orang ramai
sambil melantunkan takbir dan berdoa...” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadist dari Aisyah ra, dia berkata:
“...pada hari raya Id, orang-orang bermain perisai (terbuat dari kulit), dan
perang-perangan.” Nabi SAW bersabda: “Engkau melihat mereka bermain,
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
36
apakah engkau ingin turut bermain?” Aisyah menjawab: “iya” “beliau lalu
mengangkatku di belakang punggungnya. “Rasulullah berkata: wahai bani
Arfadah, aku akan bermain dengan kalian hingga aku bosan. Rasulullah SAW
kemudian berkata: “cukup, (berhentilah bermain)!” Aisyah menjawab: “baik”.
Lalu Rasulullah SAW memerintahkannya untuk pulang.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Di antara wasiat orang-orang saleh:
“Istrimu bagaikan botol, maka isilah botolmu itu sesuai dengan keinginanmu
untuk meminumnya. Sebagian dari mereka berkata: perempuan itu membutuhkan
diperlakukan secara mulia, ucapan yang halus, berita yang menyenangkan,
sedikit perhatian. Ucapan yang baik merupakan sedekah.”
g. Syahatah (2008:19) Tanggung jawab ketujuh suami membantu istri
melaksanakan tugas-tugas rumah tangga. Islam mewajibkan seorang suami
membantu istrinya dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah, terlebih di saat
keadaan memaksa seorang istri untuk meminta pertolongan dari suaminya.
Suami membantu istri dalam melakukan tugas rumah tangga merupakan hal
kecil, namun sangat berarti bagi istri. Istri akan merasa sangat terkesan jika
kewajibannya memasak, memcuci, menyetrika, membersihkan rumah dan
sebagainya dibantu oleh suami. Ia akan merasa lebih diperhatikan. Hal itu
pulalah yang dapat meningkatkan rasa cinta di antara keduanya. Hal ini
ditegaskan dalam firman Allah QS Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah[389], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram[390], jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya[391], dan
binatang-binatang qalaa-id[392], dan jangan (pula) mengganggu orang-
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
37
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya[393] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, Maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Aisyah RA pernah ditanya:
“Apa yang dilakukan Rasulullah di rumahnya?” aku (Aisyah) menjawab:
“Dia senantiasa membantu keluarganya.” (HR Bukhari).
Dari Aisyah RA ia menceritakan tentang Rasulullah SAW:
“Beliau menjahit sandal dan pakaiannya, menjadi pelayan rumah, seperti
halnya kalian menjadi pelayan di rumah kalian sendiri.” (HR Ahmad).
Peran suami dalam membantu tanggung jawab ini dapat mempererat hubungan
kasih sayang, kelembutan, dan cinta di antara keduanya. Suami pun akan
memperoleh pahala dari Allah.
h. Syahatah (2008:20) Tanggung jawab kedelapan ialah berbuat baik kepada kedua
orang tua. Suami mengajak dan membantu istrinya untuk melakukan kebaikan
kepada kedua orang tuanya dan menjalin hubungan silaturahmi dengan
keduanya. Seorang suami tidak boleh melarang istri berlaku jujur dan taat.
Mencintai istri berarti juga harus mencintai keluarganya. Hal itu dapat terwujud
dengan suami rajin mengajak istri bersilaturahmai ke rumah orang tuanya atau
mertua. Selain itu juga ia tidak boleh melarang istri untuk berkunjung ke rumah
orng tuanya. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Isra‟ ayat 23:
Artinya: “Dan Tuhanmu telah menetapkan atasmu, janganlah kamu
menyembah Tuhan selainNya. Dan kepada kedua orang tuamu berbuat
baiklah.”
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
38
Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya:
“Sungguh malang dan merugi nasibnya (ia ulangi selama tiga kali). Para
Sahabatnya bertanya “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” “Rasulullah
menjawab: orang yang mengetahui orang tuanya telah meninggal atau salah
satunya, namun ia tidak mampu memasukkannya ke dalam surga.”
Peran suami dalam tanggung jawab – tanggung jawab tersebut, bertujuan
mewujudkan kebaikan dan keberkahan materi dalam rumah tangga seorang muslim.
Baik dari segi ketenteraman, keamanan, kasih sayang, maupun kelembutan. Semua itu
patut mendapat dukungan dan peran istri, sesuai dengan tanggung jawabnya seperti
yang telah Allah wajibkan padanya. Seorang suami yang telah memahami peran dan
tanggung jawabnya dengan baik dan benar, kemudian melaksanakannya, maka dia
akan mampu membawa dirinya beserta keluarganya ke cahaya surga. Namun jika ia
tak mampu menjalankan peran dan tanggung jawabya dengan baik dan benar, maka
kesengsaraan telah menunggunya di gerbang neraka.
3. Suami Ideal dalam Perspektif Islam
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian suami, yakni seorang imam,
pemimpin, penanggung jawab, dan raja dalam rumah tangga. Sedangkan ideal
diartikan sebagai: sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau yang diharapkan,
(Alwi,2007:416). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa suami yang ideal menurut
islam merupakan sosok imam, pemimpin, dan penanggung jawab dalam rumah tangga
menurut pandangan agama Islam. Keidealan suami ditentukan oleh beberapa hal yang
mengaturnya, terutama tentang kewajban dan tanggung jawabnya sebagai seorang
suami. Ketentuan-ketentuan tersebut telah dijelaskan dalam ayat Al-Quran dan hadist.
Pada pundak suami terpikul tanggung jawab yang berat serta terdapat tuntutan-
tuntutan yang beraneka ragam. Ia merupakan pemilik rumah, pekerja, dan sekaligus
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
39
seorang yang beragama. Ia dituntut dapat berlaku seimbang dalam menyikapi keluarga
dan agama, sehingga tidak mengorbankan salah satu pihak. Keluarga dibentuk oleh
individu-individu. Hal mendasar dalam membentuk suasana rumah tangga yang islami
adalah kondisi personal anggota keluarga yang bersangkutan. Artinya, keluarga akan
baik apabila didukung oleh personal-personal yang memang telah baik. Maka
keluarga yang baik akan bisa menjaga dan bahkan meningkatkan kebaikan individu
tersebut. Proses pemilihan calon suami atau istri, dan semangat awal yang mendasari
terjadinya pernikahan, amat jelas peranannya. Lelaki yang shalih harus berusaha
mencari istri yang shalihah. Modal dasar ini menjadi penting, karena suami-istri itulah
batu awal terjadinya bangunan rumah tangga islami. Allah SWT berfirman dalam QS
An-Nur ayat 26 yang berbunyi:
Artinya: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-
laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah
untuk wanita-wanita yang baik (pula).”
Salah satu unsur penting pembentuk rumah tangga islami adalah suami. Allah SWT
telah memberikan posisi qawwan (kepemimpinan) kepadanya, karena beberapa
kelebihan yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan yang telah difirmankan Allah
SWT dalam QS An-Nisa ayat 34 yang berbunyi:
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
40
Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(Wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka.”
Berdasarkan posisi kepemimpinan ini, maka ia wajib memberikan keteladanan
yang baik bagi seluruh anggota keluarga. Ia harus memulai pembinaan dari dirinya
sendiri, sebelum melakukan dan memerintahkan kepada yang lain. Hendaknya para
suami takut akan peringatan Allah SWT, karena telah terpapar jelas dalam QS Ash-
Shaf ayat 3 yang berbunyi:
Artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-
apa yang tidak kalian kerjakan .”
Daudin (2004:95) menjelaskan bahwa Salah satu hal mulia yang dianjurkan oleh
Rasul untuk dikerjakan oleh setiap pasangan suami istri ialah shalat malam atau shalat
Tahajjud. Sesungguhnya shalat Tahajjud adalah suatu kebahagiaan dan merupakan
buah dari pohon-pohon yang tumbuh dalam hati orang-orang yang bertakwa.
Kemudian berbunga dengan bentuk kesehatan hati, kesehatan tubuh, dan keberhasilan
meraih tujuan. Nabi Muhammad SAW menganggap shalat malam sebagai suatu
keutamaan, kemuliaan, dan peningkatan jiwa pada upaya mencari keluhuran-
keluhuran serta memetik buah iman dan ihsan.
Sesungguhnya shalat Tahajjud dalam kehidupan rumah tangga pernah
dipesankan Rasulullah SAW kepada suami istri seperti sabda beliau berikut
ini:
“Semoga Allah merahmati seseorang yang bangun pada malam hari
lalu menunaikan shalat. Dia bangunkan istrinya dan jika istri enggan, maka
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
41
dia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita
yang bangun malam hari untuk menunaikan shalat. Dia bangunkan suaminya
dan apabila suaminya enggan, maka dia percikkan air ke wajahnya.”
(HR.Daud, an-Nasa‟i, Ibnu Majah, dan yang lainnya).
Selain penjelasan di atas, kriteria suami ideal menurut Daudin yakni suami
harus dapat memenuhi hak-hak istrinya. Hak-hak tersebut ialah:
a. Suami harus membayar penuh maskawinnya tanpa mengurangi sedikitpun.
b. Suami harus memberikan nafkah kepada istri secara wajar.
c. Suami harus memberikan nafkah yang halal. Ini sangat penting dan harus
diupayakan. Harta yang dia makan bersama istri dan anak-anaknya haruslah
yang halal.
d. Suami harus mengajarkan agama kepada istri supaya dia mengenal kewajiban-
kewajibannya dan dapat memilih cara-cara yang akan membwa keselamatan.
Di samping itu suami juga harus mengajarkan kepada istrinya surat An-Nisa‟
dan An-Nur karena kedua surat tersebut membicarakan urusan-urusan kaum
wanita dan etika rumah tangga.
e. Suami tidak boleh membeberkan rahasia istri, misalnya masalah hubungan
intimnya. Demikian pula, istri tidak boleh membeberkan rahasia suami.
f. Suami harus mencemburui istri, dalam arti cemburu demi menjaga
kehormatannya jangan sampai ternoda dan terkoyak-koyak.
g. Suami harus mempergauli istri dengan sebaik-baiknya dan ikut menanggung
dengan rasa kasih sayang.
h. Jika suami memiliki istri lebih dari satu orang, dia harus mampu berlaku adil
kepada istri-istrinya.
(Daudin,2004:13-14)
Kesempurnaan iman seseorang, dapat dilihat dari keluhuran akhlaknya.
Semakin sempurna iman seseorang, semakin luhurlah akhlaknya. Semakin luhur
akhlak seorang suami, niscaya semakin baik pula akhlak terhadap istrinya. Maka dari
itu suami harus memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya. Hal itu akan membuat
istri akan meneladani suaminya karena hal-hal baik dan terpuji yang ada pada diri
suaminya. Rasulullah SAW Bersabda:
“Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik
akhlaknya. Dan yang paling baik di antara kalian ialah yang paling baik
terhadap istrinya”. (Al-Hadis Riwayat at Tirmidzi dan Abu Daud).
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
42
Di kalangan umat Islam, kenyataannya masih banyak terdapat suami yang
belum mampu berbuat yang terbaik terhadap istrinya, sehingga keimanannya masih
dipandang kurang sempurna. Karena itu, untuk mennyempurnakan keimanannya
suami harus mampu melakukan hal yang terbaik bagi istri, jadi suami harus
memahami kiat-kiatnya dengan baik. Hal tersebut dapat terjadi karena apa yang
menurut suami telah dilakukan dengan baik, belum tentu baik dipandang oleh istri.
maka suami harus memandang jeli mengenai hal ini, karena keistimewaan suami
terhadap istri terletak bagaimana perlakuan terhadap istrinya. Adanya hal itu tidak
boleh disia-siakan begitu saja oleh suami. Selain mendapat pahala dari Allah karena
telah memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya, suami juga akan dicintai lebih oleh
istrinya. Kiat-kiat untuk berbuat yang terbaik tersebut antara lain:
a. Berbuat baik di tempat tidur
1) Hukum bersetubuh (Q.S Al-Baqarah ayat 222)
2) Memilih waktu bersetubuh yang tepat (Q.S An-nur ayat 58)
3) Kiat meraih kepuasan bersetubuh beserta etikanya
“...Dan pada kemaluannya terdapat shadaqah. Para sahabat bertanya: Ya
Rasulullah, apakah jika di antara kami bersetubuh ia akan mendapat pahala?
Jawab Rasulullah SAW: Tidakkah kalian tahu, jika menempatkan sesuatu
pada tempat yang haram akan memperoleh siksa? Demikian halnya dengan
menempatkan sesuatu pada tempat yang halal , tentu akan mendapat
pahala!” (Al-Hadis Riwayat Muslim)
4) Larangan-larangan dalam bersetubuh (Q.S Al-Baqarah ayat 222) suci dari haid
5) Menyediakan tempat tidur dan menjaga kenyamanannya
6) Menjaga rahasia tempat tidur
“Sesungguhnya termasuk manusia yang paling hina di sisi aAllah kelak pada
hari kiamat ialah suami yang menyetubuhi istrinya dan istri pun melayaninya,
kemudian salah satunya membocorkan rahasianya kepada orang lain”. (HR
Muslim)
b. Berbuat terbaik dalam memberikan nafkah
1) Nafkah keluarga menjadi kewajiban suami
2) Macam-macam nafkah keluarga (Q.S Al-Baqarah ayat 233)
3) Kadar nafkah keluarga (Q.S At-thalaq ayat 7)
4) Mengutamakan nafkah keluarga
“Pernah seseorang menghadap Rasulullah SAW seraya bertanya: Ya
Rasulullah SAW, aku memiliki uang satu dinar
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
43
5) Memberikan nafkah keluarga dengan tulus ikhlas
6) Memberikan nafkah yang halal
c. Berbuat terbaik dalam membimbing istri ke jalan yang benar
1) Cara membimbing istri
2) Meminta istri agar menutup aurat (Q.S Al-ahzab ayat 59)
3) Bekerja sama dalam taat kepada Allah SWT
4) Mendorong istri agar eningkatkan pengetahuan
5) Menegur istri jika bertindak kurang terpuji
d. Berbuat terbaik dalam pergaulan sehari-hari di rumah
1) Menyenangkan setiap kali bertemu (Q.S An-nur ayat 61)
2) Menyenangkan setiap kali berbicara (Q.S An-nisa ayat 9)
3) Menyenangkan setiap kali memanggil
4) Bercengkerama
5) Makan bersama
6) Berpenampilan menarik
7) Mengutamakan musyawarah
8) Mengobati hati yang luka
9) Membantu menyelesaikan pekerjaan istri di rumah
10) Penyabar dan tidak mudah marah
11) Kecemburuan yang terpuji
e. Berbuat terbaik dalam pergaulan sehari-hari di luar rumah
1) Berbuat baik terhadap tetangga
2) Berbuat terbaik terhadap keluarga besar istri
3) Beebuat terbaik terhadap teman-teman istri
4) Berbuat terbaik terhadap masyarakat dan bangsanya
(Kauma,dkk, 2005:61)
Menurut Imam Nawawi (dalam Salamulloh,2008:3) kebahagiaan rumah tangga
didukung oleh faktor bagaimana akhlak suami dalam rumah tangga. Hal itu sejalan
dengan pernyataan Rasulullah, bahwa suami harus menunjukkan akhlak yang baik di
depan istri. Suami tidak diperbolehkan untuk berperilaku buruk terhadap istrinya. Hal
itu dukarenakan akan melanggar etika kepemimpinan suami yang menurut Islam.
Segala ketentuan-ketentuan perilaku atau akhlak suami tersebut telah diatur jelas
dalam Al-Quran dan hadist. Akhlak tersebut di antaranya:
a. Suami memberikan nasihat kepada istri untuk selalu berbuat baik
b. Suami memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak sesuai dengan
kemampuan
c. Suami selalu bersabar dan tidak mudah marah apabila istri berkata atau berbuat
sesuatu yang menyakitkan
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
44
d. Suami bersikap lemah lembut dan berbuat baik terhadap istri
e. Suami tidak membuka rahasia istri
f. Suami bahu-membahu dengan istri
g. Suami bermusyawarah dengan istri untuk menyelesaikan suatu persoalan
h. Suami menggauli istri dengan cara yang makruf (baik)
i. Suami mengajak istri bersantai
Kesempurnaan seorang suami dapat terlihat dengan caranya melakukan
perbuatan yang terbaik bagi istri telah dilaksanakan. Jika semua itu terpenuhi, maka ia
telah mampu menembus satu langkah menjadi sosok suami ideal atau teladan dalam
Islam. Tidak hanya itu kriteria menjadi sosok suami ideal atau teladan. AlKhasyt
(2001:13) menyebutkan beberapa karakter suami teladan menurut Islam. Karakter
tersebut di antaranya adalah:
a. Suami yang memiliki kelebihan dalam masalah kebenaran dan keterusterangan
sejak awal ia menjalin hubungan dengan calon istrinya. (HR Ad Dailami)
b. Suami yang bergaul dan memperlakukan isterinya dengan baik, lemah lembut,
dan menghargai, serta memuliakan isteri, keluarga dan hartanya. (Q.S An-
Nisaa ayat 19)
c. Suami yang suka bersenda gurau dan beramah tamah dengan isterinya.
d. Suami yang tidak terlalu mencemburui isterinya. (HR Abu Dawud An-Nasa‟i
dan Ibnu Maajah)
e. Suami yang selalu bertutur kata dengan sopan dan hikmah, memakai bahasa
yang lembut dan beradab kepada isterinya.
f. Suami yang memberi nafkah untuk keluarganya dengan azas keseimbangan,
tidak boros dan tidak kikir. (Q.S At-Thalaaq ayat7)
g. Suami yang selalu tampil rapi, berdandan secara wajar dan tidak lupa memakai
wewangian, sehingga apa yang dilihat oleh istreinya dari dirinya adalah yang
baik-baik saja. (HR At-Tabarani, HR Abu Dawud)
h. Suami yang selalu memelihara penampilannya sebagai laki-laki, tidak terlalu
berlebihan dalam hal sikap dan nafsu,dan juga tidak terlalu emah dan pasrah
sehingga menyebabkan runtuhnya kewibawaan serta harga dirinya sebagai
laki-laki. (HR Abu Dawud, HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Searah dengan Al-Khasyt, Al-Khusyt (dalam Cahyadi,2011:80) juga menyebutkan
beberapa karakter suami ideal, diantaranya:
a. Suami yang sejak awal telah menunjukkan kejujuran dan sikap terus terang.
Kelemahan dan kekurangan yang dimiliki tidak disembunyikan sejak melamar.
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
45
b. Suami yang menggauli istrinya dengan baik, lembut, memuliakan, dan
menerima kelebihan maupun kekurangan keluarga istrinya.
c. Suami yang mampu menghibur dan bersikap lembut terhadap istri. Ia berkata
dengan bahasa yang menarik, mau mengerti dan mendegar perkataan istri jika
memang pendapatnya logis.
d. Suami yang tidak terlalu pencemburu, tidak mengumbar prasangka, tidak suka
memata-matai, dan tidak berlebihan.
e. Suami yang memberikan belanja yang cukup kepada istri, tidak boros, dan
tidak pula bakhil.
f. Suami yang selalu tampil di muka istrinya dengan rapi dan meyakinkan. Ia
selalu menjaga penampilan dan kebersihannya, sehingga yang tercium darinya
hanyalah bau harum semerbak.
g. Suami yang senantiasa menjaga rahasia rumah tangganya. Hal ini mencegah
orang-orang sekitarnya menggunjing keluarga mereka.
h. Suami yang senantiasa menjaga kejantanannya, baik secara fisik maupun
psikis, sehingga memancarkan kewibawaan.
Cahyadi (2011:159) juga memaparkan mengenai istri Rasulullah SAW.
(Aisyah RA) yang menceritakan kepada suaminya (Rasulullah SAW) tentang sebelas
orang wanita di zaman jahilliyah. Dari sebelas cerita, cerita tentang Abu Zar‟in –lah
yang terpanjang yakni mengenai seorang suami (Abu Zar‟in) yang kaya raya dan
memiliki istri (Ummu Zar‟in). Kekayaan itu tertular hingga ke anaknya dan sampai
juga pada budaknya. Namun akhirnya Abu Zar‟in menceraikan Ummu Zar‟in dan
mereka berdua masing-masing menikah lagi. sedangkan kesepuluh cerita lainnya lebih
banyak berisi tentang cerita aib-aib suami. Dengan lancar dan tenang Aisyah RA
menceritakannya kepada baginda Rasulullah, tanpa dipotong dan diacuhkan oleh
beliau Rasul. Setelah selesai ceritanya barulah Rasulullah berkomentar:
“Sedangkan aku di sampingmu bagaikan Abu Zar‟in... hanya bedanya, Ummu
Zar‟in dicerai oleh Abu Zar‟in sedangkan aku tidak menceraikan engkau.”
Hendaklah para suami meneladani Rasulullah dalam menyikapi istri. Beliau mampu
menciptakan suasana komunikasi yang baik dan lancar, sehingga istri merasa
diperhatikan hak-haknya. Tidak merasa tertekan di hadapan suami. Banyak suami
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
46
yang hanya berlaku sebagai pembicara yang baik di hadapan istrinya, tetapi bukan
pendengar yang baik. Ia cepat bosan dengan pembicaraan istrinya, sehingga istri
merasa tak dihargai dan tertekan perasannya. Banyak orang yang pandai berbicara,
melontarkan pedapat, menyanggah, dan mengkritik. Akan tetapi hanya sedikit yang
mau belajar mendengar pembicaraan orang lain, belajar menghargai pendapat dan
pikiran yang berbeda, serta belajar menerima masukan. Padahal hal ini amat
diperlukan oleh setiap anggota keluarga. Lebih dari itu, semua itu dalam Islam ada
adabnya yang harus dipatuhi agar tidak menimbulkan ketegangan komunikasi.
Rasulullah juga gemar bercanda dengan istri-istrinya. Rasulullah SAW bahkan pernah
berlomba lari dengan Aisyah, sebagaimana pernah diungkapkan sendiri oleh Aisyah
RA:
“Rasulullah berlomba denganku hingga aku dapat mendahuluinya.
Demikianlah kami tetap dapat mendahuluinya, sampai ketika saya menjadi
gemuk beliau berlomba denganku dan beliau mendahuluiku. Lalu Rasulullah
bersabda, „kali ini untuk menebus yang dulu.‟” (HR.Ahmad dan Abu Daud)
Bahkan, beliau juga memberikan pengarahan tentang senda-gurau suami-istri,
“Setiap gurauan anak Adam bathil, kecuali dalam tiga hal: melempar panah,
berpacu kuda, dan bergurau dengan istrinya. Semua itu dibenarkan.”
(HR.Ahmad dan Ashabus Sunan)
Ibnu Qayyim dalam kitab Zaadul Ma‟aad menegaskan bahwa sejarah perilaku
Rasulullah SAW dengan istrinya antara lain, selalu sopan santun dengan etika yang
bijak. Nabi mengundang beberapa anak gadis anshar untuk bermain-main dengan
Aisyah. Jika Aisyah minum pada sebuah cangkir, maka Nabi pun minum dan
menempelkan bibir beliau pada bekas bibir Aisyah. Ketika Aisyah memasak sumsum,
Nabi meletakkan bibirnya pada bekas bibir Aisyah. Nabi menyandarkan kepala di
pangkuan Aisyah sambil membaca Al-Quran. Ketika Aisyah dalam keadaan haid,
Nabi menyarankan agar ia mengenakan pakaian khusus (agar beliau dapat bermesraan
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
47
tanpa melanggar batas yang dilarang), lalu Nabi menemaninya. Nabi pernah mencium
Aisyah, sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. (Cahyadi,2011:160).
Ada satu hal yang perlu suami ketahui dan dipehami dengan baik. Hal tersebut
ialah keadilan. Satu kata tertapi bsangat bermakna. Suami harus benar-benar
memahami apa makna keadilan sesungguhnya bagi rumah tangganya, terutama bagi
istrinya. Suami harus berbuat seadil-adilnya bagi istri. tidak boleh sekali pun ada
perlakuan yang timpang. Untuk melakukan keadilan sebaiknya suami perlu
mengetahui parameter kebahiaan dan kesedihan istri terlebh dahulu., sehingga
perlakuan adil suami dapat terlaksana dengan maksimal. Al-Shabbagh (1994:132)
menyebutkan beberapa sikap wajib yang harus dilakukan oleh seorang suami terhadap
istri terutama dalam hal keadilan, di antaranya sebagai berikut:
a. Janganlah Anda pilih kasih kepada salah satu pihak. Wujudkan
keharmonisan antara cintamu untuk istrimu, bapak-ibumu, dan
keluargamu. Beri dan sampaikanlah hak-hak mereka secara adil.
b. Janganlah Anda mencandai adik wanita Anda di depan istri Anda, untuk
menjaga perasaannya.
c. Janganlah Anda menyebut kecantikan dan kebaikan wanitayang lain di
depannya, meskipun wanita lain itu bibi Anda sendiri atau Ibu Anda.
d. Jadikanlah istri Anda primadona di hadapan Anda. Berbohong dan
mengada-ada di dalam hal ini diperbolehkan dalam agama.
e. Bersikaplah kepadanya seperti yang dia inginkan, bahwa ia hanya milik
Anda di dalam semua segi kehidupan, sampai di luar rumah. sesungguhnya
dia akan mencintai Anda seperti Anda mencintainya.
f. Berilah kesempatan kepadanya untuk berekreasi di luar rumah sebagai
refreshing. Apalagi sebelum dia mempunyai anak banyak, karena nanti dia
akan disibukan untuk hanya mengurus rumah saja. tapi jangan terlalu
sering mengunjungi keluargamu sehingga jadi program rutn. Perjaranglah
kunjungan itu, supaya cinta mereka bertambah.
g. Ikutilah kemauan istri Anda jika ia menginginkan Anda untuk
berpartisipasi di dalam keinginannya. Kunjungilah keluarga istri Anda,
sahabat-sahabatnya, dengan kunjungan keluarga seperti yang dicontohkan
oleh Rasul yang mulia.
h. Janganlah Anda terlalu memforsir pekerjaan sehingga tidak mempunyai
waktu untuk istri Anda, dan jangan pula terlalu banyak waktu yang
disediakan untuk istri Anda. Berilah waktu sehari dalam seminggu untuk
istri Anda di rumah atau di luar rumah supaya ia tidak bosan dan jenuh.
i. Janganlah Anda menjadi diktator dengan pendapat yang keluar dari diri
Anda. Ajaklah dia bermusyawarah, lalu arahkan dia kepada pendapat Anda
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
48
dengan cara yang halus dan benar. Tirulah pendidik Anda, Rasul yang
mulia, yang dapat dijadikan contoh dan teladan yang baik.
j. Jika Anda datang ke rumah, jangan langsung mengajaknya bercampur,
sampai istri Anda betul-betul siap menerima kedatangan Anda, sehingga
Anda tidak melihatnya dalam kondisi yang tidak Anda inginkan.
Khususnya bila Anda datang dari bepergian jauh.
k. Hati-hati, jangan berbohong kepadanya! Gunakan rayuan untuk istri Anda,
sehingga citra kepribadian Anda tidak luntur di hadapannya.
l. Sesungguhnya istri Anda adalah saudara seagama. Usahakan agar dia
merasa dalam kedudukan seperti ini selamanya. Berusahalah agar dia
merasa sebagai tempat pelarian Anda, ibu anak-anak Anda, dan saudara
Anda, dan bahwaa dia adalah segala-galanya bagi Anda.
m. Lihatlah kehidupan ini bersamanya dengan kacamata Islam. Jangan lupa
bahwa diri Anda adalah yang paling kuat.
Seluruh karakter suami ideal di atas seluruhnya berlandaskan kepada Al-Quran
dan Al-Hadist, hanya saja terdapat penyebutan yang berbeda-beda pada setiap
tokohnya. Hal tersebut tidak menghilangkan arti ideal itu sendiri. Karena pada
hakikatnya semuanya bertujuan satu yaitu menunjukkan karakter-karakter seorang
suami yang diharapkan dalam agama Islam. Selain itu juga karena semua
berlandaskan satu keyakinan dalam Islam, dan hanya mengharap ridha dari Allah, dan
yang terbaik untuk keluarganya. Maka dari beberapa ulama yang mengemukakan
karakteristik suami ideal dalam islam dapat ditarik kesimpulannya. Beberapa karakter
suami ideal dalam Perspektif Islam adalah sebagai berikut:
a. Suami yang memiliki kelebihan dalam masalah kebenaran dan keterusterangan
sejak awal ia menjalin hubungan dengan calon istrinya. (HR Ad Dailami)
b. Suami yang bergaul dan memperlakukan isterinya dengan baik, lemah lembut,
dan menghargai, serta memuliakan isteri, keluarga dan hartanya. (Q.S An-Nisaa
ayat 19)
c. Suami yang suka bersenda gurau dan beramah tamah dengan isterinya.
d. Suami yang tidak terlalu mencemburui isterinya. (HR Abu Dawud An-Nasa‟i dan
Ibnu Maajah)
e. Suami yang selalu bertutur kata dengan sopan dan hikmah, memakai bahasa yang
lembut dan beradab kepada isterinya.
f. Suami yang memberi nafkah untuk keluarganya dengan azas keseimbangan, tidak
boros dan tidak kikir. (Q.S At-Thalaaq ayat7)
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015
49
g. Suami yang selalu tampil rapi, berdandan secara wajar dan tidak lupa memakai
wewangian, sehingga apa yang dilihat oleh istreinya dari dirinya adalah yang
baik-baik saja. (HR At-Tabarani, HR Abu Dawud)
h. Suami yang selalu memelihara penampilannya sebagai laki-laki, tidak terlalu
berlebihan dalam hal sikap dan nafsu,dan juga tidak terlalu emah dan pasrah
sehingga menyebabkan runtuhnya kewibawaan serta harga dirinya sebagai laki-
laki. (HR Abu Dawud, HR. Bukhari dan Tirmidzi)
i. Suami yang selalu mengajak istri pada kebenaran
j. Suami yang memperlakukan istri dengan seadil-adilnya tanpa menyakiti
perasaannya.
k. Suami memberikan nasihat kepada istri untuk selalu berbuat baik
l. Suami selalu bersabar dan tidak mudah marah apabila istri berkata atau berbuat
sesuatu yang menyakitkan m. Suami tidak membuka rahasia istri
n. Suami bahu-membahu dengan istri
o. Suami mengajak istri bersantai
p. Suami bermusyawarah dengan istri untuk menyelesaikan suatu persoalan
q. Suami yang mampu melakukan ha-hal terbaik bagi istrinya
r. Suami yang mempu melaksanakan tanggung jawab dengan baik dan benar sesuai
dengan tuntunan Islam.
Allah telah mempersiapkan surga bagi umat-Nya yang mau beriman
terhadap-Nya. Tidak terkecuali bagi para suami. Suami yang telah dianggap ideal
berarti dia telah melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan benar sesuai dengan
syariat Islam. Suami yang telah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dan
benar pasti selalu mengarahkan seluruh anggota keluarganya untuk selalu taat
terhadap Allah SWT. Hal itu dimaksudkan untuk kebahagiaan bersama dunia akhirat
bagi keluarga.
Kepribadian Suami dalam..., Yesita Rahmani, FKIP UMP, 2015