BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf ·...

38
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Tinjauan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006). Dalam pengamatannya terhadap pengertian PKn, pakar social studies dan PKn Indonesia yakni Numan Somantri memberikan batasan pengertian PKn yang dirumuskan sebagai suatu seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan Pendidikan IPS (Somantri, 2001: 59). Dalam definisi lain, David Kerr mengatakan bahwa citizenship education dalam arti luas ialah “proces to encompass the preparation of young people for their roles and responibilities as citizen and in particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning) in that prepatory process.” Dalam pengertian tersebut

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Tinjauan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai

dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Lampiran Permendiknas No.

22 tahun 2006). Dalam pengamatannya terhadap pengertian PKn, pakar

social studies dan PKn Indonesia yakni Numan Somantri memberikan

batasan pengertian PKn yang dirumuskan sebagai suatu seleksi dan

adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan,

humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu

tujuan Pendidikan IPS (Somantri, 2001: 59).

Dalam definisi lain, David Kerr mengatakan bahwa citizenship

education dalam arti luas ialah “proces to encompass the preparation of

young people for their roles and responibilities as citizen and in

particular, the role of education (through schooling, teaching, and

learning) in that prepatory process.” Dalam pengertian tersebut

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

15

dikatakan bahwa PKn memiliki arti khusus sebagai proses pendidikan

yang diwujudkan guna menyiapkan generasi mudanya akan hak-hak,

peran maupun tanggungjawabnya sebagai warga negara (Winarno, 2013:

5). Dalam tataran konseptual, PKn diartikan juga sebagai penyiapan

generasi-generasi muda (siswa) untuk difokuskan menjadi warga negara

yang mempunyai pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang

diperlukan sebagai pedoman dalam berpartisipasi di masyarakat

(Samsuri, 2011: 28).

Selaras dengan beberapa pendapat di atas, PKn (civic education)

dikatakan sebagai mata pelajaran yang bertugas bagaimana membentuk

warga negara yang baik (how a good citizenship). Dikatakan pula, bahwa

PKn ialah mapel yang mempunyai misi dalam pengembangan nation and

character building, citizen empowerment (pemberdayaan warga negara)

yang mempunyai peranan dalam pembentukan civil society (masyarakat

kewargaan). Pengertian tersebut merupakan pengertian PKn paradigma

baru yang mempunyai akar keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu

politik, hukum dan filsafat moral/filsafat Pancasila (Cholisin, 2005: 1).

Berdasarkan pendapat para ahli dalam pengertian di atas, dapat

dikatakan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokus

utama dalam pembentukan warga negara yang baik (good citizenship)

dan berkarakter cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat

Pancasila dan UUD 1945.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

16

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan PKn sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendiknas

No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam tujuan yang ketiga, dikatakan bahwa PKn membekali siswa

agar mempunyai skill atau bahkan kemampuan untuk dapat berkembang

secara positif dan demokratis. Selanjutnya, sikap yang hendak

dikembangkan ialah sikap yang sesungguhnya digali dari karakter asli

atau budaya laten bangsa Indonesia. Karakter asli tersebut tercermin

dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa yang digagas oleh founding

father (Murdiono, 2012: 49). Oleh karenanya, jika melihat beberapa

tujuan di atas dapat dikatakan bahwa PKn sesungguhnya mengemban

tugas yang sangat penting dalam pembentukan karakter warga negara

melalui pendidikan di sekolah yang diwujudkan sesuai dengan karakter

masyarakat Indonesia. Dengan tujuan tersebut, secara nyata PKn dapat

dikatakan memegang peran strategis dalam pendidikan karakter

khususnya menjadikan warga negara Indonesia menuju good citizenship.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

17

Sedangkan menurut NCSS (National Council for The Social

Studies) tujuan PKn, yakni membentuk warga negara yang terinformasi,

analitis, melaksanakan nilai-nilai demokrasi serta ikut serta berperan aktif

dalam masyarakat. Tujuan tersebut dirinci menjadi 11 tujuan yaitu:

1) Knowledge and skills for solving problems. (Pengetahuan dan kecakapan memecahkan masalah)

2) Awarenes of the contemporary fole of science. (Kesadaran peranan kontemporer dari ilmu pengetahuan)

3) Readness for effective economic life. (Kesiapan untuk kehidupan ekonomi yang lebih efektif)

4) Value judgements for a changing world. (Kemampuan mengambil keputusan-keputusan nilai)

5) Receptivity to new facts, ideas and ways of life. (Penerimaan terhadap fakta, gagasan dan hidup yang baru)

6) Participation in decision making. (Partisipasi dalam pembuatan keputusan)

7) Belief in equality and liberty. (Meyakini asas persamaan dan kebebasan)

8) National pride and international cooperation. (Kebanggan nasional & semangat kerjasama internasional)

9) The creative arts and humanistic awarenes. (Seni kreatif dan humanistik)

10) A compassionate citizenry. (Menghargai manusia sebagai manusia)

11) Development and application of demokratic principles. (Pengembangan dan pengetrapan prinsip-prinsip demokrasi)

(Cholisin, 2000: 1.15).

Berbeda dengan dua pendapat di atas, sebagaimana dikutip Nu’man

Somantri bahwa PKn perlu dijabarkan dalam tujuan kurikuler yang

memiliki rincian diantaranya: 1) ilmu pengetahuan; 2) ketrampilan

intelektual yang meliputi bagaimana siswa mampu memiliki ketrampilan

dari yang sederhana menuju ketrampilan yang kompeks, dari

penyelidikan hingga membuat kesimpulan yang valid, dan dari berfikir

yang kritis menuju pemikiran kreatif; 3) berkaitan dengan sikap: nilai,

kepekaan dan perasaan; dan 4) diharapkan siswa mampu memiliki

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

18

ketrampilan sosial yang diimplementasikan secara trampil dan cerdas

(Cholisin, 2000: 1.19). Beberapa tujuan PKn menunjukkan bahwa PKn

mampu berkembang secara dinamis dan memiliki visi dalam

pengembangan kualitas intelektual dan kualitas moral siswa yang

difokuskan pada pembentukan warga negara yang baik (good citizen)

tanpa lupa menguatkannya dengan nilai-nilai karakter yang

dikembangkan secara positif dan demokratis.

c. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menyimak tujuan PKn di atas, dapat diketahui bahwa PKn

memiliki tiga fungsi pokok yakni sebagai wahana pengembangan warga

negara yang demokratis yaitu berfungsi mengembangkan kecerdasan

warga negara (civic intellegence), berfungsi dalam membina warga

negara yang memliki sikap tanggung jawab (civic responsibility) serta

berfungsi dalam mendorong warga negara untuk berpaeran serta dengan

terlibat aktif dalam berbagai kegiatan (civic participation). Tiga

kompetensi warga negara tersebut dianggap sejalan dengan tiga

komponen pendidikan kewarganegaran yaitu pengetahuan

kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic

skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition) (Winarno, 2013:

19). Uraian tersebut menggambarkan bahwa PKn memiliki fungsi

sebagai wahana dalam membina warga negara yang mampu memiliki

tanggung jawab, partisipasi aktif dan cerdas dalam memberikan kritik

dan masukan pada para penyelenggara negara sebagai upaya membangun

kontrol sehingga ada keseimbangan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

19

Selain itu fungsi PKn yaitu sebagai wahana untuk membentuk

warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa

dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945

(Cholisin, 2011: 4). Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa fungsi

Pendidikan Kewarganegaraan ialah sebagai wahana dalam

pengembangan peserta didik dalam membentuk insan yang cerdas,

terampil dan berkarakter.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Cakupan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

digagas dalam suatu kurikulum nasional dalam lampiran Permendiknas

No. 22 tahun 2006 mempunyai fokus sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

20

6) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi, kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilainilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional danorganisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Materi yang digambarkan dalam lampiran Permendiknas No. 22

Tahun 2006 di atas dapat dikatakan sangat kompleks dan memiliki akar

keilmuan yang jelas dengan beberapa cakupan ilmu politik, ilmu hukum,

maupun filsafat moral yang menjadi landasan utamanya. Uraian materi

yang telah digambarkan di atas, telah dirinci lagi ke dalam standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Selanjutnya, guru memiliki peran

penting dalam mengembangkan dan mengkreasikan standar kompetensi

dan kompetensi dasar menjadi indikator-indikator penting dalam

ketercapaian kompetensi. Dalam pengembangan perencanaan

pembelajaran inilah nantinya guru hendaknya juga mengembangkan

nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sebagai langkah untuk

mendorong suatu pembelajaran yang baik. Pengembangan tersebut

diharapkan mampu menjawab tantangan Pemerintah bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai salah satu penyangga utama dalam

pendidikan karakter mampu mewujudkan misinya dalam menerapkan

nilai-nilai, norma maupun karakter yang baik guna mendorong

perwujudan karakter dalam diri siswa.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

21

Di sisi lain, ruang lingkup PKn menurut konsep Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai pengembang Civics mempunyai fokus khusus

dalam materi demokrasi politik yang dijadikan sebagai materi pokok

Pendidikan Kewarganegaraan dengan penambahan aspek pendidikan di

dalamnya (Cholisin, 2000: 1.28). Sedangkan menurut NCSS (National

Council for Social) cakupan Pendidikan Kewarganegaraan memuat di

dalamnya:

1) Cita-cita nasional (ideology). 2) Hal-hal yang baik oleh masyarakat (common good). 3) Proses pemerintahan sendiri (the process of self government). 4) Hak asasi manusia dan warga negara yang dijamin konstitusi. 5) Seluruh pengaruh positif yang berasal dari keluarga, sekolah dan

masyarakat (Cholisin, 2000: 1.27).

Cakupan maupun ruang lingkup mata pelajaran PKn pada dasarnya

berfokus pada akar keilmuan yang jelas sebagaimana dirinci pada

penjelasan-penjelasan di atas tidak terlepas dari rumpun keilmuan yang

ada seperti ilmu politik, ilmu hukum dan filsafat moral yang diharapkan

mampu membentuk karakter warga negara yang baik.

2. Tinjauan tentang Pembentukan Karakter

a. Pengertian Karakter, Pembentukan Karakter dan Pendidikan Karakter

Bila dilihat dari asal katanya dikatakan bahwa istilah karakter

berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti ‘membuat tajam’ atau

membuat dalam. Secara konseptual, istilah karakter dipahami dalam dua

pengertian. Pertama, bersifat deterministik yakni karakter dikatakan

sebagai suatu anugerah (given) yakni sekumpulan kondisi rohaniah

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

22

dalam diri manusia. Kedua, non deterministik atau dinamis. Karakter

dianggap sebagai suatu kemampuan diri seseorang dalam mengatasi

kondisi rohaniah yang sudah diberikan. Hal tersebut dikatakan sebagai

proses yang dikehendaki seseorang dalam menyempurnakan

kemanusiaannya (Saptono, 2011: 18).

Aristoteles mengatakan bahwa karakter yang baik dapat dilihat

dengan melakukan tindakan yang benar sehubungan dengan diri

seseorang dan orang lain. Sedangkan menurut pengamatan seorang filsuf

kontemporer Michael Novak, karakter merupakan perpaduan harmonis

seluruh budi pekerti yang terdapat pada ajaran-ajaran agama, cerita

sastra, kaum bijaksana dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam

sejarah” (Lickona, 2013: 72). Pengertian lain dikatakan dalam Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025, bahwa

“karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau

berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap

lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku”. Sedangkan menurut Kemdiknas (2011: 8) karakter adalah

perilaku, tindakan yang berakar pada nilai-nilai berdasarkan landasan

tertentu layaknya norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat

istiadat, dan estetika. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat

dikatakan bahwa karakter merupakan ciri khas yang melekat pada pribadi

seseorang atau sekelompok orang yang tercermin dalam suatu

perbuatan/perilaku yang mengandung nilai-nilai tertentu.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

23

Pendidikan karakter mulai banyak didengungkan oleh banyak

pakar, akademisi maupun orang-orang yang bergelut dalam dunia

pendidikan. Sebagaimana tertuang dalam Kemdiknas (2011: 8)

“pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan

peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga

peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.” Pendapat lain dikatakan

berbeda oleh Ratna Megawangi bahwa “pendidikan karakter merupakan

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil

keputusan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi

yang positif kepada lingkungannya” (Kesuma, 2012: 5).

Pengertian pendidikan karakter diungkapkan secara berbeda oleh

Doni Koesoema (2007: 194) dikatakan bahwa pendidikan karakter

sesungguhnya masih bersifat liberatif yaitu sebuah usaha dari individu,

baik secara pribadi (melalui pengolahan pengalamannya sendiri),

maupun secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur

hidup bersama, khususnya, perjuangan pembebasan dari struktur yang

menindas) untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang

membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga

individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai.

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter sesungguhnya sudah

dapat diketahui apa yang dimaksud dengan pembentukan karakter.

Pembentukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses,

cara, perbuatan membentuk (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). Sedangkan

karakter dapat dikatakan sebagai ciri khas yang melekat pada pribadi

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

24

seseorang atau sekelompok orang yang tercermin dalam suatu

perbuatan/perilaku yang mengandung nilai-nilai tertentu. Dalam

penelitian ini, pembentukan karakter dapat dikatakan sebagai suatu

tahapan atau proses membentuk karakter melalui pengembangan

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diwujudkan melalui

proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Ketiga

proses tersebut merupakan aspek penting dalam mendorong terwujudnya

karakter siswa yang perlu didukung dengan kultur yang baik dari

sekolah, proses pembiasaan dan pembudayaan, pemberdayaan maupun

melalui proses keteladanan juga pendidikan karakter yang diterapkan

pada sekolah berasrama tersebut. Oleh karena itu, pembentukan karakter

merupakan suatu proses yang ada dalam pendidikan karakter.

b. Nilai-nilai Pembentukan Karakter

Nilai-nilai keutamaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat

mendorong penguatan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata

pelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Berikut ini

disajikan nilai – nilai karakter utama dan pokok beserta indikator

seseorang dikatakan memiliki karakter tertentu dalam mata pelajaran

PKn berdasarkan Draf Panduan Guru Mata pelajaran PKn: Pendidikan

Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama

(Kemdiknas, 2010: 19-22):

1) Karakter religius. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter religius di antaranya ialah memberikan senyum, sapa, salam,

sopan dan santun; setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan maupun

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

25

mengerjakan tugas-tugas pelajaran berdoa terlebih dahulu;

mengembangkan toleransi beragama dalam keberagaman yang ada;

melaksanakan ibadah dengan baik sesuai dengan

kepercayaan/keyakinan masing-masing; menghormati orang yang

sedang melaksanakan ibadah;

2) Karakter kejujuran. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter jujur di antaranya ialah menepati janji, berkata dan bertindak

dengan benar sesuai dengan fakta yang ada/tidak berbohong;

melakukan pekerjaan berdasarkan kewenangan yang dimiliki;

memiliki komitmen dalam menjaga dan mengekspresikan kebenaran.

3) Kecerdasan. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter cerdas di antaranya ialah siswa berkata dan bertindak secara

benar, cepat, dan akurat; siswa mampu menerapkan pengetahuannya

(knowledge) terhadap sesuatu yang baru.

4) Ketangguhan. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter tangguh di antaranya ialah memiliki sikap dan tindakan untuk

pantang menyerah dalam situasi tertentu/tidak mudah berputus asa;

mampu menyelesaikan permasalahan dan kesulitan yang terjadi

sehingga berhasil meraih tujuan atau cita-citanya.

5) Kepedulian. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter kepedulian di antaranya ialah siswa dapat memelihara

kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam; siswa dapat berbagi

dengan berpartisipasi memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan

terhadap orang lain yang dilanda musibah atau kurang beruntung

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

26

dalam kehidupannya; siswa tidak pasif (tidak bersifat masa bodoh)

melainkan proaktif dengan adanya perubahan keadaan lingkungan.

6) Demokratis. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter demokratis di antaranya ialah siswa menghormati pendapat

dan hak orang lain; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;

melaksanakan musyawarah dalam mengambil keputusan;

mengusahakan musyawarah untuk mencapai mufakat; siswa secara

nyata menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah

sebagaimana mestinya; siswa ikut berperan serta aktif dalam

mengatasi permasalahan publik (termasuk aktif dalam kegiatan

sekolah, memberikan kritik saran yang membangun dalam pembuatan

peraturan kelas, peraturan sekolah, peraturan desa serta peraturan

lainnya).

7) Nasionalis. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter

nasionalis yaitu siswa mampu berbahasa Indonesia secara baik dan

benar; menghormati pahlawan, berpartisipasi dalam perayaan hari-hari

besar nasional, mampu menyanyikan lagu-lagu kebangsaan;

melakukan kegiatan pelestarian lingkungan hidup; memiliki sikap

setia kawan terhadap sesama anak bangsa; menggunakan produksi

dalam negeri; mengutamakan persatuan dan kesatuan serta

kepentingan bangsa dan negara dengan mengedepankan semboyan

Bhinekha Tunggal Ika; Memiliki komitmen penuh dan menaruh

kepercayaan serta menjaga Pancasila bukan hanya sebagai

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

27

philosofische grondslag namun berusaha untuk menjiwainya sebagai

volkgeist dst.

8) Kepatuhan pada aturan sosial, Indikator seorang siswa dapat dikatakan

memiliki karakter tersebut yaitu siswa mampu mematuhi tata tertib

yang berlaku di sekolah; mematuhi nilai, norma, kebiasaan, adat dan

peraturan yang berlaku di sekolah maupun masyarakat; tidak memiliki

sikap anarkhi dan sewenang-wenang.

9) Menghargai keberagaman, Indikator seorang siswa dapat dikatakan

memiliki karakter tersebut yaitu siswa memiliki sikap saling

menghormati menghargai dalam membangun sikap gotong royong;

tidak membeda-bedakan teman dengan latar belakang apapun;

menghargai hasil karya atau produk suku lain, dengan memberikan

suatu apresiasi, mengkoleksi, memakai , atau menyanyikan.

10) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. Indikator

seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tersebut yaitu siswa

harus memiliki kesadaran untuk bersikap dan bertindak secara adil;

mau bekerja keras untuk belajar dengan tekun dan disiplin;

memelihara keseimbangan dalam memenuhi hak dan melakasanakan

kewajiban; menghargai hak-hak orang lain ; melaksanakan apa yang

telah menjadi suatu kewajiban bagi dirinya.

11) Bertanggung jawab. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter yaitu siswa mempunyai sikap seperti mengerjakan tugas/PR

dengan baik dan tepat waktu; berani menanggung resiko atas apa yang

telah dilakukan; mengerjakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

28

waktu yang ditetapkan; memiliki kesediaan untuk bersedia meminta

maaf jika melakukan kesalahan terhadap orang lain dan berjanji tidak

mengulangi; bersedia diberikan sanksi atas pelanggaran yang telah

dilakukan.

12) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Indikator seorang siswa

dapat dikatakan memiliki karakter tersebut apabila siswa mampu

memberikan usulan yang masuk akal dengan menggunakan akal yang

sehat dengan mengelaborasikan antara teori dan praktik nyata di

lapangan; memberikan kritik, saran yang bersifat mambangun;

memberikan ide atau gagasan yang baik untuk kepentingan umum.

13) Kemandirian. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter kemandirian di antaranya siswa tidak bergantung pada orang

lain; melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri;

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter

pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari

agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Kemdiknas,

2011: 8 ).

Pada bagian latar belakang Standar Isi PKn sebagaimana terdapat

dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006, dapat diidentifikasi sejumlah

nilai atau karakter warga negara yang berdimensi civic disposition yaitu:

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

29

1) memiliki semangat kebangsaan, 2) memiliki karakter demokratis, 3) memiliki kesadaran bela negara, 4) menghargai hak asasi manusia, 5) sikap menghargai kemajemukan bangsa, 6) kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup, 7) memiliki tanggungjawab sosial, 8) ketaatan pada hukum, 9) ketaatan pada hukum, 10) ketaatan membayar pajak dan, 11) sikap anti korupsi, kolusi dan nepotisme (Winarno, 2013: 191). Berbagai karakter yang dikembangkan di atas dapat dijadikan

sebagai patokan dalam pengembangan nilai-nilai karakter dalam

perencanaan, proses pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran PKn.

Selain itu, nilai-nilai yang ada diharapkan tidak hanya dikembangkan

sebagai suatu pemahaman belaka bagi siswa namun perlu dikembangkan

melalui suatu proses yang baik dengan pembiasaan maupun suatu

keteladanan oleh warga sekolah serta memerlukan perwujudan kultur

sekolah yang baik.

c. Langkah-langkah Pembentukan Karakter

Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Zulhan dalam

Suharjono (Zuchdi, 2011: 33) melalui knowing the good, feeling the

good, dan acting the good ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Memasukan pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran di sekolah, termasuk dalam pendidikan jasmani dan olahraga.

2) Membuat slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku baik.

3) Melakukan pemantauan secara kontinyu. Beberapa hal yang perlu dipantau antara lain adalah kedisiplinan masuk sekolah, kebiasaan saat makan di kantin, kebiasaan saat di kelas, kebiasaan dalam berbicara.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

30

Berikut tahapan pembentukan karakter yang digambarkan melalui

piramida berbentuk segitiga:

Gambar 1. Tahapan Pembentukan Karakter (Kemdiknas, 2011: 8)

Pembentukan karakter sebagaimana digambarkan oleh Kemdiknas

di atas, dapat diwujudkan melalui 6 tahapan yaitu melalui proses

mengetahui, memahami, membiasakan, meyakini, melakukan sesuai

dengan 1, 2, 3, 4 dan mempertahankannya. Oleh karena itu, pembentukan

karakter bukanlah sesuatu yang mudah namun memang dapat

diwujudkan melalui suatu proses di atas. Dikatakan bahwa pendidikan

karakter merupakan suatu upaya yang terencana dalam menjadikan

peserta didik untuk mengenal, peduli dan adanya suatu proses

internalisasi nilai sehingga peserta didik menjadi berperilaku sebagai

insan kamil (Kemdiknas, 2011: 8).

Sejalan dengan hal di atas, pembentukan karakter harus dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan aspek pengetahuan yang

baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

31

feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk

kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik (Kemdiknas, 2011: 6).

Keberhasilan pembentukan karakter tidaklah semudah membalikan

telapak tangan, namun perlu suatu proses dan tahapan dalam

mewujudkannya. Melalui sekolah, selain pula keluarga dan masyarakat

sebagai agen utama dalam pembentukan karakter maka dapat dilakukan

suatu proses tersebut. Relevan dengan apa yang diungkapkan oleh David

Brooks bahwa sekolah adalah tempat yang sangat strategis untuk

pendidikan karakter, karena seluruh anak-anak dari semua lapisan

mengenyam pendidikan di sebuah sekolah. Anak-anak tersebut akan

menghabiskan banyak waktunya di sekolah dengan waktu yang teratur

sehingga apa yang didapatkan di sekolah akan mempengaruhi

pembentukan karakter (Dwiyanto & Saksono, 2012: 50-51).

Uraian di atas, dapat dengan jelas dimengerti bahwa lingkungan

sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan

karakter siswa karena di dalamnya terdapat suatu pendidikan yang

merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk

mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok

dalam rangka mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan (Sugihartono, et.al., 2007: 4). Namun perlu juga mengingat

bahwa siswa dibentuk pula dari lingkungan lainnya seperti lingkungan

keluarga, teman sebaya dan media massa.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

32

3. Tinjauan tentang Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter Siswa

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter

PKn merupakan mata pelajaran yang mengemban misi khusus dalam

pengembangan pendidikan karakter.

PKn sebagai pendidikan karakter dapat dikenali dari konsep, tujuan, fungsi, tuntutan kualifikasi dan keunikan PKn. PKn (Civic Education) adalah pembelajaran yang mengugah rasa ingin tahu dan kepercayaan(trust) terhadap norma – norma sosial yang mengatur hubungan personal dalam masyarakat sebagaimana mengatur partisipasi politik (Cholisin, 2011: 3).

Upaya untuk melakukan sebuah transfer nilai dalam rangka

membentuk perilaku peserta didik merupakan suatu tujuan mulia, hal

tersebut didukung dengan argumentasi penting bahwa “sebuah proses

pendidikan dianggap menghadirkan dua hal utama yang perlu diperhatikan,

yaitu transfer dan transform. Tranfer berkaitan dengan kapasitas intelektual,

sehingga menghasilkan kepandaian bagi peserta didik yang didapatkan

melalui suatu proses pembelajaran. Sedangkan transform mengandung

dimensi perubahan perilaku. Memadukan antara transfer pengetahuan dan

transform perilaku yang mampu menghasilkan kompetensi dan kreativitas

(Kemdiknas, 2011: 17).

Sebagaimana fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter

sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa (Kemdiknas, 2011: 5). Dari kalimat

tersebut dapat terlihat bahwa pendidikan karakter juga berlandaskan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

33

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang memiliki visi serupa.

Pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter pada dasarnya dapat

dilihat dalam konteks makro maupun konteks mikro. Dalam konteks makro

maka strategi pengembangan karakter dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu:

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan evaluasi. Pertama, tahapan

perencanaan dilakukan dengan pengembangan karakter yang digali,

diwujudkan, dan diimplementasikan dengan menggunakan berbagai

landasan, diantaranya: pertimbangan (1) filosofis mencakup Pancasila, UUD

1945, dan UU No.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan

turunannya; (2) teoretis mencakup teori mengenai otak, psikologis,

pendidikan, nilai dan moral, serta sosial-kultural; (3) empiris mencakup

muatan yang berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-

tokoh, satuan pendidikan unggulan, pesantren, kelompok kultural, dan

seterusnya (Kemdiknas, 2010: 24).

Kedua, tahapan pelaksanaan atau implementasi pendidikan karakter

berlangsung dalam tiga pilar pendidikan atau biasa disebut oleh Ki Hajar

Dewantara sebagai triolgi pendidikan yaitu pendidikan, keluarga dan

masyarakat. Pada tahapan ini, dikembangkan pengalaman belajar dan proses

belajar yang berpusat pada proses pemberdayaan dan pembudayaan yang

merupakan prinsip pendidikan nasional. Dalam tiap-tiap pilar pendidikan

ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan

yakni perlunya intervensi dengan mengembangkan suasana interaksi belajar

dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

34

pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Hal

tersebut dilakukan agar proses pembelajaran tersebut berhasil sehingga

peran guru sebagai sosok panutan sangat penting dan menentukan

(Kemdiknas, 2010: 24).

Sementara itu, habituasi sangat penting untuk dilakukan demi

menciptakan situasi dan kondisi serta penguatan yang memungkinkan

peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan

masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi

karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui

proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup

pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus

dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis (Kemdiknas, 2010:

25).

Tahapan ketiga, ialah evaluasi hasil yang dilakukan dengan

mengumpulkan, menganalisis maupun menginterpretasikan program-

program dalam rangka melakukan perbaikan yang berkesinambungan, yang

dibangun dan diimplementasikan dalam rangka mengetahui apakah

pemberdayaan dan pembudayaan karakter yang dilakukan telah berhasil

dengan baik melalui aktualisasi karakter yang sudah ditanamkan? Apakah

menghasilkan suatu sikap karakter yang kuat dan pikiran argumentatif?

Berikut bagan yang disajikan dalam konteks makro pengembangan dan

pembangunan program pendidikan karakter:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

35

Gambar 2. Konteks Makro Pendidikan Karakter (Kemdiknas, 2010: 26)

Pendidikan karakter dalam konteks mikro mempunyai fokus utama

dalam bidang pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai garda terdepan

dalam proses pembentukan karakter manusia Indonesia. Jika dalam konteks

makro terdapat 3 pilar pengembang pendidikan karakter, maka dalam

konteks mikro terdapat 4 pilar yang menjadi fokus utama dalam

pengembangan karakter, yaitu program kegiatan belajar-mengajar di kelas,

kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan

pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan

keseharian di rumah dan masyarakat (Kemdiknas, 2010: 26).

Pendidikan karakter dalam beberapa tahun terakhir menjadi magnet

dalam proses pengembangan pembelajaran yang diintegrasikan dalam

seluruh mata pelajaran yang ada. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

mata pelajaran yang mengemban misi khusus dalam pengembangan

pendidikan karakter tersebut. Misi yang lain diungkapkan dalam Cholisin

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

36

(2011: 3) bahwa PKn memiliki pula misi utama dalam pengembangan

pendidikan politik (pendidikan demokrasi), pendidikan hukum, pendidikan

HAM, dan bahkan sebagai pendidikan anti korupsi. Pendidikan

Kewarganegaraan dan pendidikan agama jelas mempunyai peran dan posisi

strategis dibanding mapel lainnya dalam pendidikan karakter. Kedua mapel

tersebut secara riil merupakan penyangga utama dalam memberikan materi

nilai, sikap maupun norma-norma yang dikembangkan dengan berbagai

metode dan strategi pembelajaran. Dalam kedua mata pelajaran tersebut,

karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran (instructional effect)

dan juga dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan mata pelajaran

lainnya, yang secara formal memiliki fokus selain pengembang karakter,

diwajibkan melakukan pengembangan rancangan pembelajaran guna

mewujudkan nurturant effect bagi perkembangan siswa dalam pembentukan

karakter (Kemdiknas, 2010: 26-27).

Dalam program kegiatan belajar di lingkungan sekolah perlu suatu

kondisi lingkungan fisik dan sosial kultural yang nyaman agar peserta didik

bersama dengan masyarakat sekolah mempu membangun keseharian yang

mencerminkan sikap dan pola perilaku menuju perwujudan karakter yang

diemban oleh sekolah. Dalam kegiatan ko-kurikuler (program belajar di luar

kelas yang terkait langsung pada materi suatu mata pelajaran tertentu) atau

kegiatan ekstra kurikuler (kegiatan pembinaan dan pengembangan

kreatifitas siswa/softskill yang bersifat umum seperti kegiatan

Kepramukaan, Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, Liga

Pendidikan Indonesia, dll.) perlu pula proses pembiasaan dan penguatan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

37

dalam pemberdayaan maupun pembudayaan dalam rangka pengembangan

dan pembentukan karakter siswa. Di lingkungan kegiatan keseharian rumah

dan masyarakat perlu adanya sosok yang mampu melakukan penguatan

terhadap perilaku berkarakter yang telah mereka dapatkan di satuan

pendidikan seperti melalui orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat

(Kemdiknas, 2010: 27). Proses kolaborasi dalam konteks mikro

pengembangan karakter melalui satuan pendidikan yang dikuatkan dalam

keluarga dan masyarakat diharapkan mampu membentuk insan-insan yang

berkarakter. Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Konteks Mikro Pendidikan Karakter (Kemdiknas, 2010: 28)

Pengembangan nilai/karakter dalam konteks mikro menjadi latar

utama yang wajib difasilitasi oleh berbagai pihak baik Pemerintah Daerah

maupun Kementerian Pendidikan Nasional. Pengembangan budaya satuan

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

38

pendidikan formal dan non formal perlu menjadi bagian integral dalam

sebagai entitas otonom yang dikonsepsikan dalam manajemen berbasis

satuan pendidikan. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

pendidikan formal dan nonformal, perlu diimplementasikan totalitas

pendidikan dengan berbasis pada suatu keteladanan dari anggota-anggota

masyarakat setempat, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui

berbagai tugas dan kegiatan. Penciptaan lingkungan di satuan pendidikan

formal dan nonformal dapat ditempuh melalui beberapa tahapan seperti:

penugasan, pembiasaan, pelatihan, pengajaran, pengarahan serta

keteladanan (Kemdiknas, 2010: 28-29).

Namun dengan adanya upaya tersebut perlu dukungan orangtua dalam

rangka perwujudan visi tersebut. Oleh karenanya, orang tua juga harus

memiliki peran serta dalam mendidik anak-anak mereka sebagaimana yang

dilakukan oleh lingkungan formal dan nonformal. Tidak hanya orangtua,

komunitas maupun masyarakat juga harus dapat berperan penting dalam

pembentukan karakter anak. Dari paparan tersebut dapat dikatakan bahwa

pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkan pendidikan

karakter sesungguhnya dilalui oleh beberapa tahapan yakni keteladanan,

pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan, dan penilaian.

Melalui beberapa tahapan tersebut sesungguhnya upaya membentuk

karakter anak dapat diwujudkan secara optimal.

Pendidikan Kewarganegaraan sesungguhnya dikembangkan dengan

mewujudkan karakter sebagai dampak pembelajaran (instructional effect)

dan juga dampak pengiring (nurturant effect). Bukan hanya dampak

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

39

pengiring saja sebagaimana terselip dalam banyak mapel namun lebih dari

itu, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi pengembangan yang lebih

luas melalui instructional effect yang dimaknai oleh peserta didik dalam

berbagai kegiatan di luar kelas. Dengan begitu, Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki peran dan posisi strategis dalam pengembangan

pendidikan karakter yang sejalan dengan cita-cita tujuan pendidikan

nasional. Oleh karenanya, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi pula

dalam pengembangan pendidikan karakter yang utamanya membentuk

watak peserta didik melalui civic culture.

b. Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter Siswa

1) Pendekatan dalam Pembelajaran PKn

Pendekatan belajar kontekstual adalah salah satu pendekatan yang

berbasis pada siswa. Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai

metode yang menjadikan karakteristik pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki ciri demokratis. Hal tersebut memperlihatkan

karakteristik pembelajaran PKn paradigma baru yang berciri demokratis

dengan model democratic learning. Beberapa pendekatan dalam

Winarno (2013: 96-100) yang sering digunakan dalam mendukung

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu:

a) Pendekatan berbasis nilai. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

program pendidikan politik mempunyai tujuan untuk membentuk

good citizen. Ukuran warga negara yang baik tentu saja diyakini

sesuai pandangan hidup dan nilai hidup bangsa yang bersangkutan.

Dengan demikian PKn selalu terikat dengan nilai. Nilai itulah yang

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

40

dijadikan landasan dalam pengembangan warga negara yang

dimaksudkan. Oleh karenanya, value based on education menjadi

esensi dari PKn.

b) Pendekatan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam pembelajaran PKn

merupakan upaya pengembangan unsur pemikiran rasional empiris

berdasarkan kegiatan ilmiah dalam rangka mewujudkan warga

negara yang partisipatif dan bertanggungjawab. Kegiatan ini dapat

dihadirkan melalui peran aktif siswa dalam ketrampilan

mengidentifikasi, menganalisis, berargumen maupun mengambil

posisi dalam studi kasus dan persoalan sosial yang ada di tengah

masyarakat. Kegiatan berpikir kritis termasuk dalam civic skill yakni

ketrampilan berpikir kritis siswa atau sering disebut intelektual civic

skill.

c) Pendekatan inquiry. Langkah dalam metode inquiri ini diantaranya

ialah membuat fokus untuk inquiry, menyajikan masalah,

merumuskan kemungkinan penyelesaian, mengumpulkan data,

menilai penyelesaian yang diajukan, dan merumuskan kesimpulan.

Metode pembelajaran yang menerapkan pendekatan ilmiah dalam

rangka mencari, menemukan dan mengatasi masalah sangat penting

dalam menunjang pembentukan sikap siwa untuk peka terhadap

berbagai permasalahan di masyarakat.

d) Pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang dilakukan siswa dalam belajar dan bekerja sama

dalam kelompok kecil hingga mendapatkan pengalaman belajar

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

41

optimal yakni pengalaman individu dan pengalaman kelompok.

Esensi pembelajaran ini ialah pembentukan sikap tanggung jawab

individu dan kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat

ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok secara

optimal.

Ragam teknik dan model pembelajaran PKn yang menuntut

perlunya cara pembelajaran yang berpijak pada prinsip-prinsip demokrasi

serta pengembangan nilai-nilai keutamaan PKn cukup banyak untuk

diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran berbasis

portofolio layak untuk dikembangkan dalam mencapai dampak

pembentukan sikap pada siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan

(Winarno, 2013: 100). Paparan di atas memperlihatkan bahwa

pengembangan pendekatan atau model pembelajaran sangat menentukan

pengaruh pengembangan pembelajaran tersebut pada sikap dan tindakan

siswa. Oleh karena itu, perlu model pendekatan yang variatif guna

mendukung pembentukan karakter pada diri siswa.

2) Pembelajaran PKn dalam Mengembangkan Civic Knowledge, Civic Skill dan Civic Disposition

Dalam pembelajaran PKn, guru perlu memahami bagaimana

menentukan model pembelajaran yang mampu mengembangkan

pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge). Oleh

karena itu penting bagaimana merancang pendekatan, strategi, metode

maupun teknik yang dapat mengembangkan ranah kognitif siswa.

Pengembangan civic knowledge dalam pembelajaran PKn menunjukan

bahwa terdapat kaitan yang erat dan tidak terpisahkan dari dimensi civic

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

42

skill khususnya dalam sub domain intelektual civic skill. Ketrampilan

intelektual tersebut misalnya dalam melakukan kemampuan menganalisis

dan mendeskripsikan yang dalam kategori Bloom dikatakan dalam ranah

kognitif namun dalam dimensi kompetensi PKn termasuk dalam ranah

intelektual civic skill (Winarno, 2013: 125).

Intelectual civic skill, civic knowledge dan civic skill adalah

substansi yang tidak dapat dipisahkan (inseperable). Civic skill dapat

dibedakan dalam 2 pengertian yakni secara sempit dan luas. Secara luas

civic skill meliputi intelectual civic skill dan participatory civic skill.

Sedangkan civic skill dalam arti sempit hanya mencakup participatory

civic skill atau ketrampilan kewarganegaraan (Winarno, 2013: 163).

Ketrampilan kewarganegaraan yang dimaksud merupakan ketrampilan

yang menuntut siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan

publik sebagai bentuk dari tanggung jawab kewarganegaraannya. Hal

tersebut mencakup ketrampilan berinteraksi, ketrampilan memengaruhi

jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan publik, berkoalisi,

mengelola konflik dan sebagainya (Winarno, 2013: 167).

Komponen ketiga, civic disposition sebagai komponen dasar ketiga

civic education menunjuk pada karakter privat dan publik yang berguna

dalam pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.

Karakter privat meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri, dan

penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu.

Sedangkan karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara,

kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, serta

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

43

kemauan mendengar, bernegoisasi dan berkompromi. Watak

kewarganegaraan sangat pendting dikembangkan sebagai dampak

pembelajaran dan pengalaman seseorang saat berada di rumah, sekolah,

komunitas dan organisasi-organisasi civil society. Oleh karena itu,

penting sekali pengembangan karakter privat dan publik dalam

membangkitkan pemahaman berdemokrasi yang mensyaratkan adanya

sikap tanggung jawab dari individu. (Winarno, 2013: 177-178).

Dari paparan di atas, sangat jelas bahwa pembelajara Pendidikan

Kewarganegaraan yang berdimensi civic knowlwdge, civic skill dan civic

disposition sangat berguna bagi pembentukan karakter bagi siswa

khususnya karakter privat dan publik.

3) Pengembangan Pembelajaran PKn

Pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada

dasarnya harus memenuhi tiga aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan

(skill), dan pembentukan karakter. Menurut Center for Civic Education

pada tahun1944 dalam Nation Standar Civic and Government, ketiga

komponen pokok tersebut ialah civic knowledge, civic skill dan civic

disposition (Sunarso et.al, 2006: 14).

Dalam Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru dikatakan

bahwa dalam pengembangan kecerdasan intelektual warga negara (civic

intellegence) dimensi yang tercakup di dalamnya seperti dimensi

spiritual, rasional, emosional, sosiokultural dan tanggungjawab warga

negara (Zuriah, 2007: 151). Nilai-nilai karakter tentu sangat penting

dalam pengembangan PKn kedepannya. Nilai-nilai karakter tersebut akan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

44

dapat diwujudkan apabila pengembangan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan diorganisasikan dengan baik. Bahkan dikatakan tidak

hanya mampu mewujudkan satu karakter saja, tetapi dengan

pengorganisasian konten kurikulum dan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang baik sangat dimungkinkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan akan menjadikan siswa sebagai manusia Indonesia

yang berkualitas dan punya watak atau kepribadian terpuji, seperti

agamis atau religius, transparan, jujur, disiplin, percaya diri, demokratis,

kritis, cepat tanggap, modern dan tetap menjaga kemajemukan

masyarakat dan bangsa Indonesia (Zuriah, 2007: 150).

Ditegaskan bahwa pembentukan karakter bukanlah suatu

pembelajaran bidang studi namun menjadi bagian yang terintegrasi

dalam keutuhan proses pembelajaran khususnya Pendidikan

Kewarganegaraan. Oleh karena itu, agar penginternalisasian nilai-nilai

karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat

terwujud secara efektif, maka perlu ditetapkan secara eksplisit essensial

value, skills dan knowledge pada Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar (Abidinsyah, 2011: 5). Oleh karenanya, pengembangan Pendidikan

Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan penginternalisasian nilai-nilai

karakter memang seyogyanya diwujudkan secara nyata dalam kurikulum

yang ada. Namun hal tersebut juga perlu didukung dengan penanaman

nilai-nilai karakter secara implisit dalam suatu proses pembelajaran.

Beberapa hal di atas sangatlah relevan dengan apa yang dikatakan

dalam The Character Education Partnership (CEP) (Lickona, 2007)

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

45

bahwa pembentukan karakter dikatakan sebagai bagian dari pendidikan

nilai yang dilakukan melalui sekolah, dengan adanya suatu transformasi

nilai-nilai yang akan diinternalisasikan dalam kegiatan sekolah maupun

kegiatan di luar sekolah yang berguna dalam pengembangan karakter

dalam siswa dalam berbagai hal. Pendapat di atas jelas memperkuat

posisi Pendidikan Kewarganegaraan bahwa pendidikan nilai sebagai

bagian integral dari Pendidikan Kewarganegaraan jelas memiliki dampak

positif dalam pembentukan karakter siswa.

Dari paparan-paparan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peran penting dalam

pengembangan pembentukan karakter yang mana nilai-nilai karakter

yang diwujudkan tidak hanya melalui civic knowledge namun juga civic

skill dan civic disposition sebagai basis dalam mendorong sikap dan

tindakan siswa menuju karakter yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya

faktor pendukung dalam pengembangan rancangan pembelajaran seperti

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang diintegrasikan

dengan pengembangan nilai-nilai keutamaan PKn. Sebagai contoh,

pengembangan perumusan tujuan pembelajaran yang mengarah pada

civic skiil dan pencapaian watak kewarganegaraan (civic disposition)

perlu diperhatikan. Di sisi lain penentuan materi ajar yang meliputi

materi jenis prinsip/proposisi dan materi jenis prosedur dan motorik guna

pencapaian intelectual civic skill sangat menentukan keberhasilan

terhadap dampak pembelajaran. Selain tujuan dan materi maka pemilihan

model/pendekatan dan metode mengajar perlu dirancang dengan baik.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

46

Strategi atau metode tersebut ialah alternatif kegiatan yang dipilih oleh

guru dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi yang

diharapkan (Gafur, 2012: 172).

Internalisasi nilai-nilai karakter dengan pengembangan secara

eksplisit maupun implisit dalam kurikulum yang dilaksanakan oleh guru

akan berhasil memberikan instructional effect dan nurturant effect

apabila proses pelakasanaan pembelajaran dapat diwujudkan secara

optimal. Evaluasi pembelajaran menjadi bagian penting sebagai ruang

dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan koreksi

terhadap efektivitas pembelajaran. Hal tersebut nantinya dapat membantu

memberikan alternatif pembelajaran kepada siswa dalam rangka

mendapatkan kenyamanan dalam pelaksanaan pembelajaran. Bukan tidak

mungkin, dengan kenyamanan tersebut akan mampu mendorong

terwujudnya karakter yang baik bagi siswa. Evaluasi dalam hal ini bukan

hanya penilaian formal terhadap kualitas RPP namun meliputi aspek

pembelajaran yang dilakukan.

Evaluasi ialah proses sistematis pengumpulan data atau informasi

dengan tujuan untuk memberikan penilaian (judgement) yang dapat

bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dari definisi tersebut, sistem evaluasi

atau sistem penilaian dimaksudkan sebagai proses sistematis

pengumpulan data atau informasi baik yang berkenaan dengan proses

maupun hasil pembelajaran untuk digunakan dalam memberikan

penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, kegiatan evaluasi merupakan

salah satu komponen pembelajaran yang memegang peranan penting

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

47

dalam pengembangan pembelajaran tidak terkecuali pembelajaran PKn.

Tanpa melakukan kegiatan evaluasi maka tidak akan tahu ketercapaian

pembelajaran siswa. Sehubungan dengan itu, para guru harus menguasai

konsep dan sistem evaluasi pembelajaran termasuk evaluasi proses dan

hasil dalam pembelajaran (Gafur: 2012: 126-127). Evaluasi pembelajaran

selain ditujukan pada hasil belajar, juga ditujukan pada proses belajar.

Hal tersebut dilakukan agar terjadi kesinambungan guna memperoleh

informasi yang lebih utuh (Muchson AR, 2012: 3).

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini ialah beberapa kajian penelitian yang relevan dengan

penelitian ini, diantaranya ialah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lysa Hapsari pada tahun 2013 yang berjudul

“Peran Pembelajaran Pkn dan Kegiatan Kepramukaan dalam Membentuk

Karakter Siswa di MAN 1 Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukan

peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter pada siswa di MAN 1

Yogyakarta terletak pada strategi guru dalam menciptakan metode

pembelajaran yang menyenangkan antara lain diskusi, ceramah bervariasi,

membuat film dan bermain peran. Adapun peran guru sebagai fasilitator,

motivator, teladan, dan pendidik, walaupun belum sepenuhnya semua peran

dapat dilaksanakan dengan maksimal. Peran kegiatan kepramukaan sendiri

terletak dari peran pembina pramuka dalam menciptakan kegiatan yang

modern, menari serta menantang walaupun belum sepenuhnya mampu

menarik bagi seluruh peserta didik di MAN 1 Yogyakarta. Namun, kegiatan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

48

tersebut telah dilaksanakan dengan menggunakan metode pendidikan

kepramukaan antara lain pengamalan kode kehormatan pramuka di setiap

kegiatan, learning by doing, serta penghargaan berupa tanda kecakapan.

Hambatan guru PKn: (1) sulitnya membagi waktu antara menyelesaikan

materi dan menanamkan nilai-nilai sehingga terbentuk karakter; (2)

kurangnya minat peserta didik; (3) beranekaragamnya latar belakang siswa.

Hambatan pembina pramuka: (1) banyak siswa yang tidak suka mengikui

kegiatan pramuka; (2) karakteristik peserta didik yang beranekaragam.

Upaya guru PKn dalam mengatasi hambatan: (1) memperbaiki manajemen

waktu; (2) menugaskan siswa membaca materi di rumah. (3) melakukan

pengematan sepanjang proses pembelajaran. Upaya pembina pramuka: (1)

menciptakan kegiatan yang menarik dan menantang; (2) berbagi

permasalahan yang muncul diselesaikan dengan musyawarah mufakat.

2. Penelitian yang dilakukan M. Miftah pada tahun 2013 dengan judul

“Pengembangan Karakter Anak melalui Pembelajaran Ilmu Sosial” yang

termuat dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013

hlm. 204-217. Hasil penelitian ini menunjukan karakter adalah cara berpikir

dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerja sama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat

membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibatnya.

Pembentukan karakter merupakan amanah UU Sisdiknas Tahun 2003 agar

pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun

juga berkepribadian atau berkarakter sehingga dapat melahirkan bangsa

yang berkarakter dan bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

49

Memahami pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu

yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Hal ini kini

menjadi perhatian serius pemerintah untuk mengupayakan perbaikan

kualitas pendidikan di Indonesia. Pembelajaran ilmu sosial menjadi salah

satu alternatif dalam upaya mengembangkan, membina karakter dan

menjadikan martabat bangsa yang dapat dibanggakan di hadapan bangsa

lain

3. Penelitian yang dilakukan oleh Abidinsyah pada tahun 2011 yang berjudul

“Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membangun Peradaban Bangsa yang

Bermartabat” termuat dalam Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah Xi

Kalimantan Februari 2011, (Volume 3 Nomor 1) hlm. 1-8. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa karakter terbangun dengan sendirinya, tetapi harus

dibangun dan diusahakan melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan

karakter merupakan upaya yang harus dilakukan oleh Indonesia.Ada

beberapa prinsip dasar yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter

yang meliputi: pengorganisasian, pendidikan dan proses belajar, sekolah,

dan keluarga sebagai lingkungan pembudayaan dan pendidikan karakter

yang multi-level, multi-channel, dan multi-setting. Salah satu pengaturan

pendidikan karakter adalah melalui pendidikan formal. Oleh karena itu,

diperlukan adanya suatu kerangka rencana aksi. Strategi alternatif yang

dapat dikembangkan dalam pendidikan karakter yakni melalui kegiatan

belajar mengajar, budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri serta

keluarga dan masyarakat. Pendidikan adalah alat yang dianggap oleh

banyak orang sebagai media yang paling efektif untuk menyebarkan

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

50

karakter. Jika hari ini kita tidak puas dengan hasil pendidikan karakter,

maka perlu adanya orientasi ulang pendidikan kita yakni tujuan dan

pengajaran karakter. Semua pihak harus menyetujui tujuan pendidikan

karakter adalah perubahan perilaku terhadap sikap, kebiasaan, dan perilaku

positif yang akan membentuk insan-insan yang memiliki karakter yang baik.

Ketiga penelitian di atas, dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai

acuan dalam mengkaji penelitian yang telah dilakukan. Sebagaimana diuraikan

oleh Abidinsyah (2011) bahwa pendidikan adalah sarana paling efektif dalam

membentuk dan membangun karakter peserta didik di atas tentu sangat relevan

dengan penelitian ini. Pendekatan yang dapat dibangun yaitu melalui kegiatan

belajar mengajar, budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri serta

keluarga dan masyarakat. Di sisi lain

Penelitian ini menunjukan pada pengembangan pembelajaran yang

dilihat dari tiga proses penting yaitu pengembangan perencanaan pembelajaran

yaitu Silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan berbagai

pendekatan, dan evaluasi pembelajaran yang meliputi evaluasi hasil dan proses.

Melalui pengembangan pembelajaran PKn tersebut dapat dilihat seberapa besar

pengaruhnya dalam mendorong pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi

Luhur van Lith Muntilan. Di sisi lain, juga digali mengenai hambatan dan

Lysa Hapsari (2013) mengungkapkan

bahwa peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter pada siswa terletak

pada strategi guru dalam menciptakan dan menggunakan metode pembelajaran

yang variatif. PKn sebagai cabang dari ilmu sosial menjadi salah satu alternatif

dalam upaya mengembangkan, membina karakter dan menjadikan martabat

bangsa yang dapat dibanggakan di hadapan bangsa lain (M. Miftah, 2013).

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. 1. a. Pengertian Pendidikan ...eprints.uny.ac.id/24110/4/4.BAB II.pdf · Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara

51

upaya dalam mengatasi masalah yang ada. Namun, tidak hanya terfokus pada

pengembangan pembelajaran saja yang akan dibahas melainkan juga

pembentukan karakter yang melibatkan banyak elemen baik di sekolah maupun

di asrama serta program-program yang mendorong pembentukan karakter

siswa akan banyak dipaparkan.