BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · 2.2.2 Jenis-jenis Arsip Menurut (Asmodiwi, 2015)...

14
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prosedur 2.1..2 Pengertian Prosedur Prosedur rangkaian kegiatan yang sangat terperinci atau suatu tindakan yang harus dijalankan sesuai dengan apa yang sudah tertera pada teks prosedur supaya mendapatkan hasil yang sama. Prosedur dapat dikatakan juga sebgai rangkaian aktifitas atau langkah-langkah yang harus dijalankan supaya dapat menghasilkan yang di inginkan. Menurt (Lorenzy, 2018) bahwa “Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi dalam menetukan aktifitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu”. Menurut (Mulyadi, 2016) memberikan batasan bahwa “Prosedur adalah urutan kegiatan yang bersangkutan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan”. Menurut Baridwan dalam (Hanatasya, 2015) bahwa “Prosedur adalah suatu urutan- urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perilaku yang seragam terhadap transaksi-transaki perusahaan yang terjadi”. Menurut (Allie, 2018) menyimpulkan bahwa : Prosedur penyimpanan arsip adalah langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sehubung dengan akan disimpannya dokumen. Dalam prosedur penyimpanan arsip, dokumen perlu diberkaskan, disimpan, dicatat dan ditemukan kembali untuk keperluan

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · 2.2.2 Jenis-jenis Arsip Menurut (Asmodiwi, 2015)...

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Prosedur

2.1..2 Pengertian Prosedur

Prosedur rangkaian kegiatan yang sangat terperinci atau suatu tindakan yang harus

dijalankan sesuai dengan apa yang sudah tertera pada teks prosedur supaya mendapatkan hasil

yang sama. Prosedur dapat dikatakan juga sebgai rangkaian aktifitas atau langkah-langkah

yang harus dijalankan supaya dapat menghasilkan yang di inginkan.

Menurt (Lorenzy, 2018) bahwa “Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar

segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman

bagi suatu organisasi dalam menetukan aktifitas apa saja yang harus dilakukan untuk

menjalankan suatu fungsi tertentu”.

Menurut (Mulyadi, 2016) memberikan batasan bahwa “Prosedur adalah urutan kegiatan

yang bersangkutan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih,

yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan”.

Menurut Baridwan dalam (Hanatasya, 2015) bahwa “Prosedur adalah suatu urutan-

urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian

atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perilaku yang seragam terhadap transaksi-transaki

perusahaan yang terjadi”.

Menurut (Allie, 2018) menyimpulkan bahwa :

Prosedur penyimpanan arsip adalah langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan

sehubung dengan akan disimpannya dokumen. Dalam prosedur penyimpanan arsip,

dokumen perlu diberkaskan, disimpan, dicatat dan ditemukan kembali untuk keperluan

pemakai disaat yang akan datang, namun jika nilai arsip sudah tidak memiliki nilai sama

sekali maka arsip itu bisa di musnahkan.

Berdasarkan pendapat dan nilai mengenai prosedur, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa prosedur adalah suatu proses data atau urutan kegiatan yang saling berkaitan

dan melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih yang dibuat untuk

menjamin penanganan secara seragam terhadap suatu transaksi perusahaan yang dilakukan

berulang-ulang.

2.2 Arsip

2.2.1 Pengertian Arsip

Menurut (Asriel, 2018) bahwa “Arsip berbeda dengan kearsipan, kegiatan penataan dan

pengelolaan arsip disebut dengan kearsipan, kegiatan penataan dan pengelolaan arsip

disebut dimulai dari penerimaan, pencatatan, pengiriman, penyingkiran, maupun

pemusnahan surat menyurat atau berbagai macam warkat lainnya.

Menurut Martono dalam (Asriel, 2018) mengemukakan bahwa “Kearsipan beraktifitas

penyelenggaraan arsip sejak dilahirkan atau diciptakan sehingga arsip tersebut dimusnahkan

atau diarsipkan”.

Menurut Terry dalam (Barthos, 2014) mengemukakan bahwa “Kearsipan adalah

penempatan kerta-kertas ditempat penyimpanan yang baik menurut aturan yang telah

ditentukan terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga setiap kertas (arsip) apabila diperlukan,

dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat”.

Menurut (Muhidin, 2019) menyimpulkan bahwa :

Arsip dapat dipahami dalam tiga perspektif, yaitu filosofi, yuridis, dan sosiologis. Secara

filosofis, arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa yang terjadi sebagaimana apa

adanya dan mewakili fakta yang direkam. Secara yuridis, arsip adalah alat bukti yang sah

dan alat atau bahan pertanggung jawaban. Sementara secara sosiologis, arsip adalah

identitas diri, merefleksikan masa lalu, dapat membangkitkan sense of ownership, serta

memberikan manfaat bagi peseorangan, organisasi, masyakat, dan negara.

Manurut (UU Republik Indonesia, 2009) menyimpulkan bahwa :

Pada UU Nomor 43 Thun 2009 tentang Kearsipan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan

atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga, pemerintahan daerah,

lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut (Rohmah, 2015) memberikan batasan bahwa, “Arsip merupakan suatu

kumpulan warkat yang menitik beratkan pada bagian administrasi dalam suatu perkantoran

baik pemerintah maupun swasta sebagai sumber informasi, bahkan bukti sejarah dan bahan

pertanggung jawaban terhadap suatu kejadian atau peristiwa.

Menurut (Asriel, 2018) bahwa. “Arsip sangat penting bagi pegawai, pimpinan dan

organisasi, arsip berfungsi sebagai sumber ingatan, informasi, bahkan bukti sumber sejarah,

dan bahan pertanggung jawab terhadap suatu kejadian atau peristiwa.

Berdasarkan pendapat dan ahli mengenai pengertian arsip, maka penulis mengambil

kesimpulan arsip adalah suatu rekaman atau sebuah peristiwa dimulai dari penerima,

pencatatan, penyingkiran dan pemusnahan. Penempatan arsip sendiri harus ditentukan

sedemikian rupa sehingga, apabila sewaktu-waktu arsip tersebut dibutuhkan kembali, dapat

ditemukan kembali dengan mudah.

2.2.2 Jenis-jenis Arsip

Menurut (Asmodiwi, 2015) memberi batasan bahwa, “Arsip yang timbul karena

kegiatan suatu organisasi, berdasarkan golongan arsip perlu disimpan dalam jangka waktu

tertentu”

Ada arsip yang perlu disimpan sementara 1 tahun, sebagian lagi disimpan 1 sampai 5

tahun, dan 5 sampai 10 tahun, lalu sebagian kecil dari jumlah arsip perlu disimpan secara abadi.

Arsip yang disimpan pada bagian pengelolahan adalah arsip-arsip yang frekuensi

penggunaanya cukup tinggi. Untuk arsip yang di simpan di unit kearsipan adalah arsip yang

frekuensi penggunaanya sangat rendah. Jadi, ada arsip yang dalam jangka waktu tertentu

(1tahun) sering di keluarkan dari penyimpanan unit pengelola. Sebaliknya ada arsip yang dalam

jangka waktu 3 tahun sama sekali tidak pernah dikeluarkan untuk bahan informasi dalam

kegiatan yang sedang dilaksanakan. Kedua macam arsip tersebut mempunyai nilai dokumenter.

Pengelolaan arsip memegang peranan penting bagi jalannya suatu organisasi, yaitu

sebagai sumber infomasi dan sebagai pusat informasi. Dalam pengelolaan arsip terbagi menjadi

beberapa bagian menurut Menurut (Muhidin, 2019), yaitu :

1. Arsip Dinamis

Arsip yag digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan dalam

jangka waktu tertentu. Arsip dinamis terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

a. Arsip Vital

Arsip yang keberadaannya terdapat persyaratan dasar bagi kelangsungan oprasional

pencipta arsip, tidak dapat di perbarui dan tidak tergantikan apabila rusak dan hilang

b. Arsip Aktif

Arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi atau terus menerus.

c. Arsip Inaktif

Arsip yang frekuensi penggunaannya menurun. International Council On Aechiver

(ICA) menyebutkan bahwa status arsip aktif ditentukan oleh frekuensi penggunaan

arsip dalam satu tahun, yaitu sebanyak enak kali. Adapun Associaton of Record

Management an Archives (ARMA) menyebutkan sebanyak delapan kali dalam

setahun. Jika penggunaan arsip kurang dari enam ataupun delapan kali dalam

setahun disebut sebagai arsip inaktif.

2. Arsip Statis

Arsip yang di hasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejahteraan, telah

habis retensinya dan berketerangan dipermanenkan yang telah di verifikasi baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) atau

lembaga kearsip.

Berdasarkan pendapat dan ahli mengenai jenis-jenis arsip, maka penulis mengembil

kesimpulan bahwa arsip merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh dan terus berubah seirama

dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tata pemerintahan.

2.2.3 Fungsi dan Tujuan Arsip

Menurut (Asriel, 2018) memberikan batasan bahwa, “Arsip sangat penting bagi pegawai

pimpinan, dan organisasi, arsip berfungsi sebagai sumber ingatan, sumber keterangan atau

informasi, bahan bukti sejarah atau sumber sejarah dan bahan pertanggung jawaban terhadap

suatu kejadian atau peristiwa dimasa lampau”.

Menurut Herlambang dan Marwoto dalam (Majidu, 2018), fungsi-fungsi arsip dapat

ditambahkan menjadi 3 fungsi, yaitu:

1. Sumber referensi atau informasi tertentu.

2. Bukti perkara hukum.

3. Bahan pembuatan keputusan oleh pimpinan dalam perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan.

Menurut (Muhidin, 2016) mengemukakan bahwa "Pengelolaan arsip yang baik perlu

dilakukan karena arsip memiliki banyak fungsi, terutama sebagai sumber infomasi, arsip dapat

dimanfaatkan sebagai alat pembuktian, memori organisasi dan digunakan untuk kepentingan

publik dan ekonomi”.

Berdasarkan pendapat dan ahli mengenai fungsi dan tujuan arsip, maka penulis

mengambil kesimpulan bahwa fungsi dan tujuan arsip untuk menjamin keselamatan bahan

pertanggung jawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggarakan

kehidupan kebangsaan bagi kegiatan pemerintahaan.

2.3 Penataan Arsip

2.3.1 Pengertian Penataan Arsip

Menurut (Muhidin, 2019) memberikan batasan bahwa, “Penataan arsip adalah kegiatan

peraturan infomasi dan fisik arsip untuk kepentingan penemuan kembali arsip”.

Menurut (Sedarmayanti, 2015) bawa sistem penataan arsip atau system (Bahasa

Belanda), atau biasa disebut dengan Filling System (Bahasa Inggris) adalah kegiatan mengatur

dan menyusun arsip dalam suatu tatanan yang sistematis dengan logis, menyimpan serta

merawat arsip untuk digunakan secara aman dan ekonomis.

Sistem penataan arsip yang baik dan teratur, mencerminkan keberhasilan suatu

pengelolaan kegiatan di masa lalu, yang akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan di

masa yang akan datang.

Menurut Martono dalam (Salabil, 2017) mengemukakan bahwa “Penataan arsip adalah

kegiatan mengatur, menyusun dan menata semua jenis arsip dalam bentuk tatanan yang

sistematis dan logis, sehingga membentuk berkas sesuai dengan tipe agar setiap

diperlukan dapat ditemukan kembali dengan kecepatan dan ketepatan yang optimal

karena arsip beruguna bagi kepentingan pekerjaan”.

Penataan arsip bertujuan untuk memudahkan dalam menemukan informasi yang

dibutuhkan kembali, dalam penataan arsip hanya arsip yang penting dan masih digunakan saja

yang disimpan untuk efisiensi tempat, waktu dan biaya pengelolahan. Penemuan kembali arsip

memerlukan tanda pengenal atau sering disebut indeks untuk dijadikan petunjuk dalam

membantu menemukan arsip yang dituju.

2.3.2 Tahapan Penatan Arsip

Pada saat melakukan kegiatan apapun terdapat suatu tahapan agar memperoleh hasil yang

diharapkan. Begitu juga dengan prosedur penataan arsip yang dibuat untuk menghindari

ketidakefisiensian dalam pengelolaan arsip.

Menurut (Salabil, 2017) meberikan batasan bahwa, “Prosedur penataan arsip kepala

ANRI nomor 26 tahun 2011 tentang tata cara penyediaan arsip dinamis sebagai informasi

publik sebagai berikut :

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan ntuk memastikan bahwa arsip tersebut sudah siap untuk

diberkaskan, pemeriksaan kelengkapannya, memisahkan dengan lampiran yang memiliki

jenis fisik arsip yang berbeda seperti peta, buku, bagan, dan lain-lain.

2. Pengindeksan

Menentukan “Kata Tangkap” dari berkas yang akan disimpan.

3. Pemberian Kode

Memberikan kode berdasarkan klasifikasi arsip yang mewakili arsip yang akan

menunjukan pada tempat yang paling tepat dalam file.

4. Tunjuk Silang

Tunjuk silang dibuat jika arsip memiliki dua masalah atau lebih, ada pergantian nama

dan jika memiliki lampiran yang berbeda jenis fisik arsipnya.

5. Perlabelan

Menuliskan indeks dan kode klasifikasi sebagai judul yang dituangkan ke dalam file.

6. Penyimpanan Berkas

Memasukkan arsip dalam folder dan menyimpan dalam filling cabinet.

7. Penyusunan Daftar Arsip Aktif

Daftar arsip aktif meliputi daftar isi berkas dan daftar berkas.

a. Daftar isi berkas, sekurang-kurangnya memuat :

1) Nomor berkas

2) Nomor item arsip

3) Kode klasifikasi

4) Uraian informasi arsip

5) Abjad

6) Tanggal

7) Jumlah

8) Keterangan

b. Daftar berkas, sekurang-kurangnya memuat :

1) Unit pengelolah

2) Nomor berkas

3) Kode berkas

4) Uraian informasi berkas

5) Kurung waktu

6) Jumlah

7) Keterangan

8. Penentuan Tingkat Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip

Dari daftar isi berkas yang dihasilkam dari proses pemberkasan, selanjutnya ditentukan tingkat

klasifikasi keamanan dan akses arsip yang ditentukan oleh pimpinan pencipta arsip.

Dalam penataan arsip selalu terdapat proses atau langka-langka penentuan arsipnya

terlebih dahulu apakah arsip akan diberkaskan lalu diberikan kode petunjuk, membuat daftar

arsip dan diakhiri dengan penempatan.

Prosedur tahapan arsip dari ANRI tersebut didukung dengan pernyataan Martono pokok-

pokok peroses penataan arsip yaitu (Salabil, 2017) :

1. Meneliti, membaca arsip yang akan diberkaskan.

2. Menetukan indeks dan titel berkas.

3. Menentukan kode klasifikasi.

4. Membuat tunjuk silang jika diperlukan.

5. Mempersipakan guide, folder dan menulis kode, titel pada tab folder.

6. Menetapkan retensi arsip pada folder sesuai jadwal retensi.

7. Memasukkan arsip pada folder dan menempatkan pada filling cabinet.

Kesimpulan tahapan penataan arsip harus mempusatkan kepada ketelitian penentuan

arsip dari persiapan peralatan untuk arsip, menentukan petunjuk arsip hingga penempatan arsip.

Hal ini akan berpengaruh pada penemuan kembali arsip dengan cepat apabila disusun dengan

baik.

2.4 Arsip Dinamis

2.4.1 Pengertian Arsip Dinamis

Menurut (Muidin, 2016), memberikan batasan bahwa, “Arsip dinamis (record) adalah

arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama

jangka aktu tertentu karena masih memiliki nilai guna primer (UU No. 43 Tahun 2019)

Adapun pengelolahan arsip dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis secara

efisien, efektif dan sistematis yang meliputi penciptaan, penggunaan, pemeliharaan, dan

penyusutan arsip yang di pergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,

penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung

dalam penyelenggaraan administrasi negara.

2.4.2 Tujuan Arsip Dinamis

Menurut (UU Republik Indonesia, 2009) No.43 Tahun 2009 tentang kearsipan

disebutkan bahwa arsip dinamis di katakan sebagai arsip yang dipergunakan secara

langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada

umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi

negara

Dengan kata lain arsip dinamis adalah arsip milik organisasi pemerinta atau swasta yang

masih dipergunakan dalam rangka melaksankan fungsi dan kegiatan organisasi tersebut.

Oleh karena itu pengelolahan arsip dinamis dalam suatu organisasi adalah untuk

menciptakan efisiensi kerja dalam hak penciptaan, pemeliharaan dan penemuan kembali

infomasi untuk menunjang pengembalian keputusan, pelaksanaan operasional, penyediaan

bahan bukti kebijaksanaan dan kegiatan organisasi.

2.4.3 Ciri-ciri Arsip Dinamis

Menurut (Daryan, 2015), arsip dinamis adalah arsip yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut.

1. Masih akurat dan berlaku secara langsung serta diperlukan dan pergunakan dalam

penyelanggaran administrasi sehari-hari,

2. Senantiasa masih berubah nilai dan artinya menurut fungsinya.

3. Pada dasarnya bersifat tertutup sehingga pengelompokkan dan pelaksanaanya harus

sesuai dengan ketentuan tentang kerahasian surat-surat.

Selain ciri-ciri tersebut, untuk menjamin ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan

kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja atau biasa disebut dengan konsep etika yang dekat

dengan administrasi publik dan alat bukti yang sah, pengelolahan arsip dinamis harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Sistematis

Sistem pengelolahan arsip harus dapat menciptakan sampai dengan penyusutan arsip

harus sistematis melalui pengoprasian sistem pengelolahan arsip dan sistem kerja.

2. Utuh

Sistem arsip dilakukan dengan kegiatan control seperti memantau akses verifikasi

pengguna yang tidak berhak.

3. Menyeluruh

Sistem pengelolahan arsip harus dikelolah sebagai hasil dari berbagai kegiatan yang

lengkap bagi kebutuhan organisasi atau unit kerja yang mengelolah arsip.

2.5 Kas

2.5.1 Pengertian Kas

Menurut (Sugiri Sodiki, 2014) bahw, “Kas adalah uang tunai atau uang kertas ataupun

logam dan alat pembayaran lainnya yang dapat disama dengan uang tunai”.

Menurut (Sukrisno, 2016) bahwa “Akuntansi yaitu kas yang merupakan asset lancer

perusahaan yang sangat menarik dan muda untuk diselewengkan”.

Dapat di simpulkan bahwa kas adalah suatu alat pembayaran yang sangat mudah serta

dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk berbagi transaksi dan kegiatan perusahaan, serta

sangat mudah untuk terjadinya penyelewengan.

Menurut Warfield, Wergant, Kieso dalam (Swasti, 2017), mengemukakan bahwa :

Kas adalah alat keuangan yang berupa koin, mata uang, cek,wesel, cash in hand, atau

berupa deposito di bank dimana dalam laporan keuangan perusahaan dapat

menggabungkan kas bank, kas kecil melaporkan total akumulasi saldo hanya sebagai kas.

Semua jenis transaksi yang terjadi dalam perusahaan baik langsung maupun tidak

langsung selalu berhubungan dengan kas. Banyak transaksi perusahaan baik langsung maupun

tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas. Tidak hanya terbata pada

uang tunai yang tersedia di dalam perusahaan saja melainkan meliputi semua jenis aktiva yang

dapat dipergunakan dengan segera untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.

2.5.2 Jenis dan Fungai Kas

Kas merupakan alat pembayaran yang digunakan perusahaan untuk aktivitas atau

transaksi yang meliputi uang kertas, uang logam, cek, giro, wesel maupun simpanan di bank

yang dapat ditarik kapan saja atau setiap di butuhkan. Kas meliputi uang logam, uang kertas,

cek, wesel pos dan deposito. Perangko bukan merupakan kas melainkan biaya yang dibayarkan

dimuka atau beban yang ditangguhkan.

Jenis-jenis kas menurut (Tanjung, 2018) sebagai berikut :

1. Uang tunai berupa uang logam atau kertas, baik mata uang sendiri maupun mata uang

asing.

2. Uang perusahaan yang disimpan di bank yang penarikannya dapat dilakukan kapan saja.

3. Surat berharga yang dikeluarkan oleh pihak bank yang dapat digunakan setiap saat di

bank yang bersangkutan.

4. Kasir cek adalah cek yang dibuat dan ditanda tangani oleh suatu bank, ditarik oleh bank

itu sendiri untuk melakukan pembayaran pada pihak lain.

5. Cek perjalanan adalah yang diterbitkan oleh suatu bank untuk melayani nasabah yang

melakukan perjalanan perjalanan jauh. Cek yang diterima sebagai pembayaran dari pihak

lain.

Sedangkan fungsi dari kas menurut Soemarso dalam (Tanjung, 2018) :

1. Sebagai alat tukar atau alat bayar dalam jumlah besar atau kecil.

2. Alat yang diterima sebagai setoran oleh bank sebesar nilai nominalnya.

3. Kas juga digunakan untuk investasi baru dalam aktiva tetap.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa kas berfungsi sebagai alat tukar,

alat bayar serta dapat menjadi investasi baru dan aktiva tetap serta alat setoran.

2.5.3 Pengeluaran Kas

Menurut Mardi dalam (Swasti, 2017) mengemukakan bahwa, “Siklus pengeluaran kas

merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran untuk keperluan pembayaran

barang atau jasa yang digunakan untuk operasional perusahaan”.

Menurut (Mulyadi, 2016) mengemukakan bahwa, “ada 2 cara yang digunakan dalam

sistem pengeluaran kas yaitu sistem dana kas kecil, pengeluaran kas dengan cek digunakan

untuk pengeluaran dalam jumlah besar, sedangkan untuk pengeluaran yang jumlah besar relatif

kecil menggunakan dana kas kecil”.

1. Pengeluaran Kas dengan Cek (Voucher Kas Bank)

Menurut (Puspita, 2015) bahwa “Sistem pengeluaran kas dengan menggunakan cek

dirancang untuk membantu pelaksanaan pengawasan semua kegiatan yang berkaitan

dengan lajunya arus kas keluar, sama dengan penerimaan kas, pengeluaran juga harus

dikelolah sedemikian rupanya sehingga tidak terjadi kesalahan atau kecurangan dalam

pelaksanaannya yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan”.

Menurut (Mulyadi, 2016), Dokumen akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi

pengeluaran kas dengan cek adalah :

a. Bukti Kas Keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian kas sebesar

yang tercantum dalam dokumen. Dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan

(remittance advice) yang dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula sebagai dokumen

sumber bagi pencatatan berkurangnya utang.

b. Cek

Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank melakukan

pembayaran sejumlah uang kepada orang tua organisasi yang namanya tercantum

pada cek.

c. Permintaan Cek

Permintaan cek berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan kas

kepada fungsi akuntansi untuk membentuk bukti kas keluar.

2. Pengeluaran Kas dengan Kas atau Uang Tunai (Voucher Kas)

Menurut (Mulyadi, 2016), Dokumen akuntasi yang digunakan dalam sistem akuntansi

pengeluaran kas dengan uang tunai adalah :

a. Bukti Kas Keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dan fungsi akuntansi kepada

fungsi kas besar yang tercantum dalam dokumen tersebut.dalam sistem dana kas kecil

dokumen ini diperlukan pada saat pembentukan dan pengisian dana kas kecil.

b. Permintaan Dana Kas Kecil

Dokuemn ini di gunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk meminta uang kepada

pemegang dana kas kecil, bagi pemegang dana kas kecil dokumen ini berufungsi

sebagai bukti telah dikeluarkannya kas kecil olehnya.

c. Bukti Pengeluaran Kas Kecil

dokumen ini dibuat oleh pemakai dana kas kecil untuk mempertanggung jawabkan

pemakaian dana kas kecil. Dokumen ini dilampiri dengan bukti pengeluaran kas kecil

dan diserahkan kepada pemegang dana kas kecil. Dalam imprest system, bukti

pengeluaran kas kecil dilampiri dengan dokumen pendukung yang disimpan kedalam

arsip oleh pemegang dana kas kecil untuk keperluan pengisian kembali dank kas.

d. Permintaan Pengisian Kembali Dana Kas Kecil Dokumen

Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta kepada bagian utang agar

dibuatkan bukti kas keluar guna pengisian kembali dana kas kecil. Dalam imprest system

jumlah yag diminta untuk pengisian kembali dana kas kecil adalah sebesar jumlah yang tunai

yang dikeluarkan sesuai yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil yang dikumpulkan

dalam arsip pemegang dana kas kecil.