BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Prosedur
2.1..2 Pengertian Prosedur
Prosedur rangkaian kegiatan yang sangat terperinci atau suatu tindakan yang harus
dijalankan sesuai dengan apa yang sudah tertera pada teks prosedur supaya mendapatkan hasil
yang sama. Prosedur dapat dikatakan juga sebgai rangkaian aktifitas atau langkah-langkah
yang harus dijalankan supaya dapat menghasilkan yang di inginkan.
Menurt (Lorenzy, 2018) bahwa “Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar
segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman
bagi suatu organisasi dalam menetukan aktifitas apa saja yang harus dilakukan untuk
menjalankan suatu fungsi tertentu”.
Menurut (Mulyadi, 2016) memberikan batasan bahwa “Prosedur adalah urutan kegiatan
yang bersangkutan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih,
yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan”.
Menurut Baridwan dalam (Hanatasya, 2015) bahwa “Prosedur adalah suatu urutan-
urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian
atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perilaku yang seragam terhadap transaksi-transaki
perusahaan yang terjadi”.
Menurut (Allie, 2018) menyimpulkan bahwa :
Prosedur penyimpanan arsip adalah langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan
sehubung dengan akan disimpannya dokumen. Dalam prosedur penyimpanan arsip,
dokumen perlu diberkaskan, disimpan, dicatat dan ditemukan kembali untuk keperluan
pemakai disaat yang akan datang, namun jika nilai arsip sudah tidak memiliki nilai sama
sekali maka arsip itu bisa di musnahkan.
Berdasarkan pendapat dan nilai mengenai prosedur, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa prosedur adalah suatu proses data atau urutan kegiatan yang saling berkaitan
dan melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam terhadap suatu transaksi perusahaan yang dilakukan
berulang-ulang.
2.2 Arsip
2.2.1 Pengertian Arsip
Menurut (Asriel, 2018) bahwa “Arsip berbeda dengan kearsipan, kegiatan penataan dan
pengelolaan arsip disebut dengan kearsipan, kegiatan penataan dan pengelolaan arsip
disebut dimulai dari penerimaan, pencatatan, pengiriman, penyingkiran, maupun
pemusnahan surat menyurat atau berbagai macam warkat lainnya.
Menurut Martono dalam (Asriel, 2018) mengemukakan bahwa “Kearsipan beraktifitas
penyelenggaraan arsip sejak dilahirkan atau diciptakan sehingga arsip tersebut dimusnahkan
atau diarsipkan”.
Menurut Terry dalam (Barthos, 2014) mengemukakan bahwa “Kearsipan adalah
penempatan kerta-kertas ditempat penyimpanan yang baik menurut aturan yang telah
ditentukan terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga setiap kertas (arsip) apabila diperlukan,
dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat”.
Menurut (Muhidin, 2019) menyimpulkan bahwa :
Arsip dapat dipahami dalam tiga perspektif, yaitu filosofi, yuridis, dan sosiologis. Secara
filosofis, arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa yang terjadi sebagaimana apa
adanya dan mewakili fakta yang direkam. Secara yuridis, arsip adalah alat bukti yang sah
dan alat atau bahan pertanggung jawaban. Sementara secara sosiologis, arsip adalah
identitas diri, merefleksikan masa lalu, dapat membangkitkan sense of ownership, serta
memberikan manfaat bagi peseorangan, organisasi, masyakat, dan negara.
Manurut (UU Republik Indonesia, 2009) menyimpulkan bahwa :
Pada UU Nomor 43 Thun 2009 tentang Kearsipan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan
atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga, pemerintahan daerah,
lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan
perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurut (Rohmah, 2015) memberikan batasan bahwa, “Arsip merupakan suatu
kumpulan warkat yang menitik beratkan pada bagian administrasi dalam suatu perkantoran
baik pemerintah maupun swasta sebagai sumber informasi, bahkan bukti sejarah dan bahan
pertanggung jawaban terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Menurut (Asriel, 2018) bahwa. “Arsip sangat penting bagi pegawai, pimpinan dan
organisasi, arsip berfungsi sebagai sumber ingatan, informasi, bahkan bukti sumber sejarah,
dan bahan pertanggung jawab terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Berdasarkan pendapat dan ahli mengenai pengertian arsip, maka penulis mengambil
kesimpulan arsip adalah suatu rekaman atau sebuah peristiwa dimulai dari penerima,
pencatatan, penyingkiran dan pemusnahan. Penempatan arsip sendiri harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga, apabila sewaktu-waktu arsip tersebut dibutuhkan kembali, dapat
ditemukan kembali dengan mudah.
2.2.2 Jenis-jenis Arsip
Menurut (Asmodiwi, 2015) memberi batasan bahwa, “Arsip yang timbul karena
kegiatan suatu organisasi, berdasarkan golongan arsip perlu disimpan dalam jangka waktu
tertentu”
Ada arsip yang perlu disimpan sementara 1 tahun, sebagian lagi disimpan 1 sampai 5
tahun, dan 5 sampai 10 tahun, lalu sebagian kecil dari jumlah arsip perlu disimpan secara abadi.
Arsip yang disimpan pada bagian pengelolahan adalah arsip-arsip yang frekuensi
penggunaanya cukup tinggi. Untuk arsip yang di simpan di unit kearsipan adalah arsip yang
frekuensi penggunaanya sangat rendah. Jadi, ada arsip yang dalam jangka waktu tertentu
(1tahun) sering di keluarkan dari penyimpanan unit pengelola. Sebaliknya ada arsip yang dalam
jangka waktu 3 tahun sama sekali tidak pernah dikeluarkan untuk bahan informasi dalam
kegiatan yang sedang dilaksanakan. Kedua macam arsip tersebut mempunyai nilai dokumenter.
Pengelolaan arsip memegang peranan penting bagi jalannya suatu organisasi, yaitu
sebagai sumber infomasi dan sebagai pusat informasi. Dalam pengelolaan arsip terbagi menjadi
beberapa bagian menurut Menurut (Muhidin, 2019), yaitu :
1. Arsip Dinamis
Arsip yag digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan dalam
jangka waktu tertentu. Arsip dinamis terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Arsip Vital
Arsip yang keberadaannya terdapat persyaratan dasar bagi kelangsungan oprasional
pencipta arsip, tidak dapat di perbarui dan tidak tergantikan apabila rusak dan hilang
b. Arsip Aktif
Arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi atau terus menerus.
c. Arsip Inaktif
Arsip yang frekuensi penggunaannya menurun. International Council On Aechiver
(ICA) menyebutkan bahwa status arsip aktif ditentukan oleh frekuensi penggunaan
arsip dalam satu tahun, yaitu sebanyak enak kali. Adapun Associaton of Record
Management an Archives (ARMA) menyebutkan sebanyak delapan kali dalam
setahun. Jika penggunaan arsip kurang dari enam ataupun delapan kali dalam
setahun disebut sebagai arsip inaktif.
2. Arsip Statis
Arsip yang di hasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejahteraan, telah
habis retensinya dan berketerangan dipermanenkan yang telah di verifikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) atau
lembaga kearsip.
Berdasarkan pendapat dan ahli mengenai jenis-jenis arsip, maka penulis mengembil
kesimpulan bahwa arsip merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh dan terus berubah seirama
dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tata pemerintahan.
2.2.3 Fungsi dan Tujuan Arsip
Menurut (Asriel, 2018) memberikan batasan bahwa, “Arsip sangat penting bagi pegawai
pimpinan, dan organisasi, arsip berfungsi sebagai sumber ingatan, sumber keterangan atau
informasi, bahan bukti sejarah atau sumber sejarah dan bahan pertanggung jawaban terhadap
suatu kejadian atau peristiwa dimasa lampau”.
Menurut Herlambang dan Marwoto dalam (Majidu, 2018), fungsi-fungsi arsip dapat
ditambahkan menjadi 3 fungsi, yaitu:
1. Sumber referensi atau informasi tertentu.
2. Bukti perkara hukum.
3. Bahan pembuatan keputusan oleh pimpinan dalam perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan.
Menurut (Muhidin, 2016) mengemukakan bahwa "Pengelolaan arsip yang baik perlu
dilakukan karena arsip memiliki banyak fungsi, terutama sebagai sumber infomasi, arsip dapat
dimanfaatkan sebagai alat pembuktian, memori organisasi dan digunakan untuk kepentingan
publik dan ekonomi”.
Berdasarkan pendapat dan ahli mengenai fungsi dan tujuan arsip, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa fungsi dan tujuan arsip untuk menjamin keselamatan bahan
pertanggung jawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggarakan
kehidupan kebangsaan bagi kegiatan pemerintahaan.
2.3 Penataan Arsip
2.3.1 Pengertian Penataan Arsip
Menurut (Muhidin, 2019) memberikan batasan bahwa, “Penataan arsip adalah kegiatan
peraturan infomasi dan fisik arsip untuk kepentingan penemuan kembali arsip”.
Menurut (Sedarmayanti, 2015) bawa sistem penataan arsip atau system (Bahasa
Belanda), atau biasa disebut dengan Filling System (Bahasa Inggris) adalah kegiatan mengatur
dan menyusun arsip dalam suatu tatanan yang sistematis dengan logis, menyimpan serta
merawat arsip untuk digunakan secara aman dan ekonomis.
Sistem penataan arsip yang baik dan teratur, mencerminkan keberhasilan suatu
pengelolaan kegiatan di masa lalu, yang akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan di
masa yang akan datang.
Menurut Martono dalam (Salabil, 2017) mengemukakan bahwa “Penataan arsip adalah
kegiatan mengatur, menyusun dan menata semua jenis arsip dalam bentuk tatanan yang
sistematis dan logis, sehingga membentuk berkas sesuai dengan tipe agar setiap
diperlukan dapat ditemukan kembali dengan kecepatan dan ketepatan yang optimal
karena arsip beruguna bagi kepentingan pekerjaan”.
Penataan arsip bertujuan untuk memudahkan dalam menemukan informasi yang
dibutuhkan kembali, dalam penataan arsip hanya arsip yang penting dan masih digunakan saja
yang disimpan untuk efisiensi tempat, waktu dan biaya pengelolahan. Penemuan kembali arsip
memerlukan tanda pengenal atau sering disebut indeks untuk dijadikan petunjuk dalam
membantu menemukan arsip yang dituju.
2.3.2 Tahapan Penatan Arsip
Pada saat melakukan kegiatan apapun terdapat suatu tahapan agar memperoleh hasil yang
diharapkan. Begitu juga dengan prosedur penataan arsip yang dibuat untuk menghindari
ketidakefisiensian dalam pengelolaan arsip.
Menurut (Salabil, 2017) meberikan batasan bahwa, “Prosedur penataan arsip kepala
ANRI nomor 26 tahun 2011 tentang tata cara penyediaan arsip dinamis sebagai informasi
publik sebagai berikut :
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan ntuk memastikan bahwa arsip tersebut sudah siap untuk
diberkaskan, pemeriksaan kelengkapannya, memisahkan dengan lampiran yang memiliki
jenis fisik arsip yang berbeda seperti peta, buku, bagan, dan lain-lain.
2. Pengindeksan
Menentukan “Kata Tangkap” dari berkas yang akan disimpan.
3. Pemberian Kode
Memberikan kode berdasarkan klasifikasi arsip yang mewakili arsip yang akan
menunjukan pada tempat yang paling tepat dalam file.
4. Tunjuk Silang
Tunjuk silang dibuat jika arsip memiliki dua masalah atau lebih, ada pergantian nama
dan jika memiliki lampiran yang berbeda jenis fisik arsipnya.
5. Perlabelan
Menuliskan indeks dan kode klasifikasi sebagai judul yang dituangkan ke dalam file.
6. Penyimpanan Berkas
Memasukkan arsip dalam folder dan menyimpan dalam filling cabinet.
7. Penyusunan Daftar Arsip Aktif
Daftar arsip aktif meliputi daftar isi berkas dan daftar berkas.
a. Daftar isi berkas, sekurang-kurangnya memuat :
1) Nomor berkas
2) Nomor item arsip
3) Kode klasifikasi
4) Uraian informasi arsip
5) Abjad
6) Tanggal
7) Jumlah
8) Keterangan
b. Daftar berkas, sekurang-kurangnya memuat :
1) Unit pengelolah
2) Nomor berkas
3) Kode berkas
4) Uraian informasi berkas
5) Kurung waktu
6) Jumlah
7) Keterangan
8. Penentuan Tingkat Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip
Dari daftar isi berkas yang dihasilkam dari proses pemberkasan, selanjutnya ditentukan tingkat
klasifikasi keamanan dan akses arsip yang ditentukan oleh pimpinan pencipta arsip.
Dalam penataan arsip selalu terdapat proses atau langka-langka penentuan arsipnya
terlebih dahulu apakah arsip akan diberkaskan lalu diberikan kode petunjuk, membuat daftar
arsip dan diakhiri dengan penempatan.
Prosedur tahapan arsip dari ANRI tersebut didukung dengan pernyataan Martono pokok-
pokok peroses penataan arsip yaitu (Salabil, 2017) :
1. Meneliti, membaca arsip yang akan diberkaskan.
2. Menetukan indeks dan titel berkas.
3. Menentukan kode klasifikasi.
4. Membuat tunjuk silang jika diperlukan.
5. Mempersipakan guide, folder dan menulis kode, titel pada tab folder.
6. Menetapkan retensi arsip pada folder sesuai jadwal retensi.
7. Memasukkan arsip pada folder dan menempatkan pada filling cabinet.
Kesimpulan tahapan penataan arsip harus mempusatkan kepada ketelitian penentuan
arsip dari persiapan peralatan untuk arsip, menentukan petunjuk arsip hingga penempatan arsip.
Hal ini akan berpengaruh pada penemuan kembali arsip dengan cepat apabila disusun dengan
baik.
2.4 Arsip Dinamis
2.4.1 Pengertian Arsip Dinamis
Menurut (Muidin, 2016), memberikan batasan bahwa, “Arsip dinamis (record) adalah
arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama
jangka aktu tertentu karena masih memiliki nilai guna primer (UU No. 43 Tahun 2019)
Adapun pengelolahan arsip dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis secara
efisien, efektif dan sistematis yang meliputi penciptaan, penggunaan, pemeliharaan, dan
penyusutan arsip yang di pergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung
dalam penyelenggaraan administrasi negara.
2.4.2 Tujuan Arsip Dinamis
Menurut (UU Republik Indonesia, 2009) No.43 Tahun 2009 tentang kearsipan
disebutkan bahwa arsip dinamis di katakan sebagai arsip yang dipergunakan secara
langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada
umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi
negara
Dengan kata lain arsip dinamis adalah arsip milik organisasi pemerinta atau swasta yang
masih dipergunakan dalam rangka melaksankan fungsi dan kegiatan organisasi tersebut.
Oleh karena itu pengelolahan arsip dinamis dalam suatu organisasi adalah untuk
menciptakan efisiensi kerja dalam hak penciptaan, pemeliharaan dan penemuan kembali
infomasi untuk menunjang pengembalian keputusan, pelaksanaan operasional, penyediaan
bahan bukti kebijaksanaan dan kegiatan organisasi.
2.4.3 Ciri-ciri Arsip Dinamis
Menurut (Daryan, 2015), arsip dinamis adalah arsip yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Masih akurat dan berlaku secara langsung serta diperlukan dan pergunakan dalam
penyelanggaran administrasi sehari-hari,
2. Senantiasa masih berubah nilai dan artinya menurut fungsinya.
3. Pada dasarnya bersifat tertutup sehingga pengelompokkan dan pelaksanaanya harus
sesuai dengan ketentuan tentang kerahasian surat-surat.
Selain ciri-ciri tersebut, untuk menjamin ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan
kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja atau biasa disebut dengan konsep etika yang dekat
dengan administrasi publik dan alat bukti yang sah, pengelolahan arsip dinamis harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Sistematis
Sistem pengelolahan arsip harus dapat menciptakan sampai dengan penyusutan arsip
harus sistematis melalui pengoprasian sistem pengelolahan arsip dan sistem kerja.
2. Utuh
Sistem arsip dilakukan dengan kegiatan control seperti memantau akses verifikasi
pengguna yang tidak berhak.
3. Menyeluruh
Sistem pengelolahan arsip harus dikelolah sebagai hasil dari berbagai kegiatan yang
lengkap bagi kebutuhan organisasi atau unit kerja yang mengelolah arsip.
2.5 Kas
2.5.1 Pengertian Kas
Menurut (Sugiri Sodiki, 2014) bahw, “Kas adalah uang tunai atau uang kertas ataupun
logam dan alat pembayaran lainnya yang dapat disama dengan uang tunai”.
Menurut (Sukrisno, 2016) bahwa “Akuntansi yaitu kas yang merupakan asset lancer
perusahaan yang sangat menarik dan muda untuk diselewengkan”.
Dapat di simpulkan bahwa kas adalah suatu alat pembayaran yang sangat mudah serta
dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk berbagi transaksi dan kegiatan perusahaan, serta
sangat mudah untuk terjadinya penyelewengan.
Menurut Warfield, Wergant, Kieso dalam (Swasti, 2017), mengemukakan bahwa :
Kas adalah alat keuangan yang berupa koin, mata uang, cek,wesel, cash in hand, atau
berupa deposito di bank dimana dalam laporan keuangan perusahaan dapat
menggabungkan kas bank, kas kecil melaporkan total akumulasi saldo hanya sebagai kas.
Semua jenis transaksi yang terjadi dalam perusahaan baik langsung maupun tidak
langsung selalu berhubungan dengan kas. Banyak transaksi perusahaan baik langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas. Tidak hanya terbata pada
uang tunai yang tersedia di dalam perusahaan saja melainkan meliputi semua jenis aktiva yang
dapat dipergunakan dengan segera untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.
2.5.2 Jenis dan Fungai Kas
Kas merupakan alat pembayaran yang digunakan perusahaan untuk aktivitas atau
transaksi yang meliputi uang kertas, uang logam, cek, giro, wesel maupun simpanan di bank
yang dapat ditarik kapan saja atau setiap di butuhkan. Kas meliputi uang logam, uang kertas,
cek, wesel pos dan deposito. Perangko bukan merupakan kas melainkan biaya yang dibayarkan
dimuka atau beban yang ditangguhkan.
Jenis-jenis kas menurut (Tanjung, 2018) sebagai berikut :
1. Uang tunai berupa uang logam atau kertas, baik mata uang sendiri maupun mata uang
asing.
2. Uang perusahaan yang disimpan di bank yang penarikannya dapat dilakukan kapan saja.
3. Surat berharga yang dikeluarkan oleh pihak bank yang dapat digunakan setiap saat di
bank yang bersangkutan.
4. Kasir cek adalah cek yang dibuat dan ditanda tangani oleh suatu bank, ditarik oleh bank
itu sendiri untuk melakukan pembayaran pada pihak lain.
5. Cek perjalanan adalah yang diterbitkan oleh suatu bank untuk melayani nasabah yang
melakukan perjalanan perjalanan jauh. Cek yang diterima sebagai pembayaran dari pihak
lain.
Sedangkan fungsi dari kas menurut Soemarso dalam (Tanjung, 2018) :
1. Sebagai alat tukar atau alat bayar dalam jumlah besar atau kecil.
2. Alat yang diterima sebagai setoran oleh bank sebesar nilai nominalnya.
3. Kas juga digunakan untuk investasi baru dalam aktiva tetap.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa kas berfungsi sebagai alat tukar,
alat bayar serta dapat menjadi investasi baru dan aktiva tetap serta alat setoran.
2.5.3 Pengeluaran Kas
Menurut Mardi dalam (Swasti, 2017) mengemukakan bahwa, “Siklus pengeluaran kas
merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran untuk keperluan pembayaran
barang atau jasa yang digunakan untuk operasional perusahaan”.
Menurut (Mulyadi, 2016) mengemukakan bahwa, “ada 2 cara yang digunakan dalam
sistem pengeluaran kas yaitu sistem dana kas kecil, pengeluaran kas dengan cek digunakan
untuk pengeluaran dalam jumlah besar, sedangkan untuk pengeluaran yang jumlah besar relatif
kecil menggunakan dana kas kecil”.
1. Pengeluaran Kas dengan Cek (Voucher Kas Bank)
Menurut (Puspita, 2015) bahwa “Sistem pengeluaran kas dengan menggunakan cek
dirancang untuk membantu pelaksanaan pengawasan semua kegiatan yang berkaitan
dengan lajunya arus kas keluar, sama dengan penerimaan kas, pengeluaran juga harus
dikelolah sedemikian rupanya sehingga tidak terjadi kesalahan atau kecurangan dalam
pelaksanaannya yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan”.
Menurut (Mulyadi, 2016), Dokumen akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan cek adalah :
a. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian kas sebesar
yang tercantum dalam dokumen. Dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan
(remittance advice) yang dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula sebagai dokumen
sumber bagi pencatatan berkurangnya utang.
b. Cek
Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank melakukan
pembayaran sejumlah uang kepada orang tua organisasi yang namanya tercantum
pada cek.
c. Permintaan Cek
Permintaan cek berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan kas
kepada fungsi akuntansi untuk membentuk bukti kas keluar.
2. Pengeluaran Kas dengan Kas atau Uang Tunai (Voucher Kas)
Menurut (Mulyadi, 2016), Dokumen akuntasi yang digunakan dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan uang tunai adalah :
a. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dan fungsi akuntansi kepada
fungsi kas besar yang tercantum dalam dokumen tersebut.dalam sistem dana kas kecil
dokumen ini diperlukan pada saat pembentukan dan pengisian dana kas kecil.
b. Permintaan Dana Kas Kecil
Dokuemn ini di gunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk meminta uang kepada
pemegang dana kas kecil, bagi pemegang dana kas kecil dokumen ini berufungsi
sebagai bukti telah dikeluarkannya kas kecil olehnya.
c. Bukti Pengeluaran Kas Kecil
dokumen ini dibuat oleh pemakai dana kas kecil untuk mempertanggung jawabkan
pemakaian dana kas kecil. Dokumen ini dilampiri dengan bukti pengeluaran kas kecil
dan diserahkan kepada pemegang dana kas kecil. Dalam imprest system, bukti
pengeluaran kas kecil dilampiri dengan dokumen pendukung yang disimpan kedalam
arsip oleh pemegang dana kas kecil untuk keperluan pengisian kembali dank kas.
d. Permintaan Pengisian Kembali Dana Kas Kecil Dokumen
Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta kepada bagian utang agar
dibuatkan bukti kas keluar guna pengisian kembali dana kas kecil. Dalam imprest system
jumlah yag diminta untuk pengisian kembali dana kas kecil adalah sebesar jumlah yang tunai
yang dikeluarkan sesuai yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil yang dikumpulkan
dalam arsip pemegang dana kas kecil.
Top Related