BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teknologi Informasi dan Sistem...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teknologi Informasi dan Sistem...
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teknologi Informasi dan Sistem Informasi
Sub bab ini akan menjelaskan mengenai Teknologi Informasi, Sistem
Informasi, dan Proyek Sistem Informasi.
2.1.1 Teknologi Informasi
Menurut Alter (1999, p42) teknologi informasi adalah perangkat
keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh sistem informasi.
Perangkat keras merupakan sekumpulan peralatan fisik yang terlibat
dalam pemrosesan informasi, seperti komputer, workstation, peralatan
jaringan, tempat penyimpanan data (data storage) dan peralatan transmisi
(transmission devices). Perangkat lunak merupakan program komputer
yang menginterpretasikan masukan (input) oleh user dan memberitahukan
kepada komputer tentang apa yang harus dilakukan.
2.1.2 Sistem Informasi
Menurut Alter (1999, p42) sistem informasi adalah bentuk tertentu
dari sistem kerja yang menggunakan teknologi informasi untuk
menangkap (capture), transmisi, menyimpan, mencari kembali (retrieve),
7
manipulasi dan menampilkan informasi, serta mendukung satu atau lebih
sistem kerja yang lain.
Menurut O’Brien (1997, p7) sistem informasi adalah kombinasi
terorganisasi dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan
komunikasi, sumber data yang mengumpulkan, mentransformasikan, dan
menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.
2.1.3 Proyek Sistem Informasi
Menurut Olson (2001, p3) proyek adalah suatu rencana yang
mempunyai tujuan, dirancang untuk menyelesaikan suatu hal (masalah)
yang terjadi dalam suatu organisasi. Dalam suatu proyek biasanya
mencakup :
Membangun sesuatu, bisa berupa suatu jembatan, gedung, ataupun
suatu sistem informasi
Mengorganisasikan sesuatu, misalnya suatu pertemuan, rapat dan
sebagainya
Melakukan sesuatu untuk pertama kalinya
Berusaha menyelesaikan suatu hal baru yang tingkat
komplektisitas masalahnya tinggi
Proyek adalah sesuatu hal yang sama sekali baru dan belum pernah
ada sebelumnya. Oleh karena itu, proyek dapat dikatakan tidak pasti dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi, sehingga akan mengalami kesulitan
dalam memperkirakan permintaan sumber daya untuk menyelesaikan
8
proyek yang bersangkutan. Juga dalam hal memperkirakan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Proyek adalah kumpulan dari berbagai aktivitas, jika terjadi
keterlambatan dalam satu kegiatan, maka akan menghambat jalannya
aktivitas yang lain. Sistem adalah kombinasi atau koleksi dari beberapa
bagian yang saling terkait untuk menyelesaikan satu atau lebih kegiatan.
Sebuah sistem informasi adalah proyek. Dalam sebuah proyek terdapat
manajer proyek, tim proyek, dan sistem manajemen proyek (struktur
organisasi).
2.2 Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Kotler, Enterprise Resources Planning adalah suatu sistem
berbasiskan komputer yang mengintegrasikan marketing, financial,
manufacturing, dan human resources dalam sistem informasi tunggal, yang
didesain untuk memproses transaksi organisasi, menyediakan fasilitas untuk
customer response, produksi dan planning secara real-time dan terintegrasi,
dengan standarisasi record-keeping yang memungkinkan informasi sharing ke
seluruh organisasi.
2.3 Sistem Informasi Akuntansi
Menurut McLeod dan Schell (2001, p219) Sistem Informasi Akuntansi
adalah suatu sistem berbasiskan komputer yang berfungsi dalam pengumpulan
data yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas perusahaan, mentransform data
9
menjadi informasi, dan membuat informasi tersedia bagi pengguna dalam maupun
luar perusahaan.
2.4 Right Results dan Right Decision
Menurut Benson (2004, p1) Perusahaan seharusnya memanfaatkan
uangnya untuk IT yang mendukung secara langsung terhadap strategi bisnis dan
efektifitas operasional. Dengan kata lain diharapkan tercapainya hasil dan
keputusan yang benar. Hasil yang benar berarti biaya IT yang terkontrol dan
meningkatnya dampak terhadap seluruh staf perusahaan. Sedangkan keputusan
yang benar merupakan keputusan yang mengarah pada aksi menajemen yang
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang benar.
10
Gambar 2.1 IT Improvement Zone ( Benson, 2004, p2)
2.5 The Strategy-to-Bottom-Line Value Chain
Menurut Benson (2004, p5) untuk mengontrol biaya IT dan meningkatkan
dampak yang lebih besar terhadap seluruh staf, dibutuhkan butuh proses
perencanaan yang efektif, alokasi sumber daya yang tepat, budget, proyek dan
operational plan yang tepat, yang semuanya bisa bekerja sama secara konsisten.
Seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2.2 Strategy-to-Bottom-Line Value Chain (Benson, 2004, p6)
11
2.5.1 Value chain
Value chain merupakan penggambaran proses menajemen
mengenai bagaimana seharusnya sesuatu dikerjakan. Ada dua belas
elemen untuk membuat strategy-to-bottom-line value chain. Kedua belas
elemen tersebut dimulai dari strategic intention perusahaan (Strategic
Business Plan), Operational Plan yang meliputi aksi-aksi dari unit bisnis
baik bisnis maupun IT.
Gambar 2.3 Value Chain Deliverables (Benson, 2004, p12)
12
Penjelasan kedua belas elemen dari value chain adalah sebagai
berikut :
a. Business Strategic Intentions.
Merupakan misi perusahaan dan strategic intention.
b. Assessed Portfolio.
Merupakan portfolio management, antara lain portfolio aplikasi,
infrastruktur, jasa dan area manajemen, yang dinilai untuk
keselarasan, jasa, kualitas, teknikal, dan intensitas pengunaan.
c. Strategic IT Agenda.
Agenda merupakan hasil dari strategic IT planning.
Menggambarkan apa yang bisnis harapkan untuk dilakukan dengan
menggunakan IT untuk mencapai strategic intention.
d. Strategic IT Plan.
Menggambarkan mengenai apa yang IT harus lakukan untuk
memenuhi permintaan dari strategic IT agenda. Strategic IT Plan
ini digunakan sebagai kerangka kerja terhadap IT lights-on budget
dan proyek teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung proyek
bisnis.
e. Strategic IT Requirements.
Merupakan prioritas program dan inisiatif yang memenuhi
strategic IT agenda dan strategic intention bisnis.
13
f. Projects.
Spesifik proyek dari program dan inisiatif yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan strategic IT.
g. Annual Project Plan.
Merupakan sekumpulan proyek tahunan.
h. Annual Business Plan.
Merupakan perencanaan taktikal dan operasional tahunan untuk
unit-unit bisnis.
i. Annual IT Plan.
Merupakan perencanaan taktikal dan operasional tahunan untuk
IT.
j. Projects Budget.
Budget merupakan perkiraan biaya investasi proyek.
k. Lights-On Budget.
Merupakan perkiraan biaya dari aktivitas IT yang sedang berjalan.
l. Performance Measurement Metrics.
Merupakan ukuran untuk IT dan penggunaan IT dalam bisnis.
Deskripsi hasil dari kedua belas elemen tersebut, seperti terlihat pada
gambar dibawah ini :
14
Tabel 2.1 Deskripsi 12 elemen value chain (Benson, 2004, p96)
2.6 New Information Economics (NIE)
NIE mempunyai lima praktek yang tergabung dalam proses manajemen,
yang bisa digunakan oleh manajer bisnis dan IT untuk menerjemahkan strategi
bisnis perusahaan menjadi program dan inisiatif yang bisa diimpelementasikan
dengan IT. Kelima praktek tersebut antara lain : (Benson, 2004, p8-10).
NIE Practice 1 :Strategic Demand/Supply Planning
Menerjemahkan strategi bisnis kedalam suatu istilah yang memberikan
arah yang jelas bagi IT dalam apa yang perusahaan ingin lakukan (strategic
intention perusahaan). Manager bisnis dan IT mencapai consensus mengenai
kearah mana perusahaan bergerak dan bagaimana IT bisa membantu. Hasilnya
agenda strategik dalam hal penggunaan IT dalam bisnis yang bisa diterjemahkan
dalam perencanaan IT dan aksinya.
15
NIE Practice 2 : Inovasi
Merubah strategi bisnis melalui kemampuan IT. IT biasanya merespon
terhadap kebutuhan bisnis. Praktek 2 ini secara eksplisit mengarahkan bisnis
managemen unutk melihat peluang bisnis yang tercipta karena IT dan
menyediakan cara untuk menggunakan peluang tersebut dalam strategi bisnis dan
taktikal planning. Hasilnya peluang-peluang bisnis yang lebih sempurna dan
kompetitif.
NIE Practice 3 : Priorisasi
Perusahaan seharusnya menggunakan uangnya hanya untuk proyek yang
secara langsung berhubungan dengan strategic intentionnya. Praktek ini
memberitahukan manager proyek mana yang paling mendukung strategic
intention, mengatur peringkatnya berdasarkan dampak bisnis dimasa depan.
Hasilnya uang akan dimanfaatkan ditempat yang benar, untuk alasan yang benar,
dengan persetujuaan manager IT dan Bisnis terhadap keputusannya.
NIE Practice 4 : Alignment
Menilai dampak bisnis dari aktivitas IT yang ada. Praktek ini
memungkinkan manager bisnis dan IT untuk memutuskan IT mana yang
seharusnya memperoleh sumber daya, daripada mengasumsikan bahwa semua
operasi adalah penting dan seharusnya didukung disemua level. Hasilnya
pendekatan yang lebih beralasan untuk membiayai aktivitas yang ada.
16
NIE Practice 5 : Pengukuran kinerja
Mengukur kinerja IT dalam cara yang berhubungan dengan bisnis.
Mengukur kinerja IT dalam hal operasional dan taktikal tidaklah sulit, sebaliknya
mengukur dampak IT dalam bisnis sangatlah sulit. Praktek ini memungkinkan IT
untuk menentukan apa yang diukur, bagaimana mengelola IT berdasarkan ukuran
tersebut, dan bagaimana mengkomunikasikan kinerjanya kepada manager bisnis
dalam cara yang dapat dipahami mereka. Hasilnya adalah meningkatnya kinerja
IT dan komunikasi dengan bisnis mangemen.
2.7 Practice Support : IT Impact, Portfolio, Culture Management
Kelima praktek NIE didukung oleh konsep value, portfolio dan Culture
Management. IT Impact Management berhubungan dengan culture management
suatu perusahaan dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memperlihatkan
apa yang penting bagi perusahaan. Portfolio management memberikan gambaran
mengenai keseluruhan pengeluaran IT, menyediakan suatu kerangka kerja untuk
membuat prioritas dan keputusan investasi manajemen. Culture management
memungkinkan perusahaan untuk menghadapi budaya perusahaan yang sudah ada
sebelumnya, untuk menghilangkan halangan terhadap perubahan proses
manajemen. (Benson. 2004, p10)
17
2.7.1 Portfolio Management
Menurut Benson (2004, p47), portfolio merupakan kumpulan dari
sumber daya. Portfolio Management yang digunakan dalam NIE
merupakan alat (tool) yang digunakan untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai investasi dan sumber daya IT.
Portfolio digunakan untuk menggambarkan keseluruhan sumber
daya IT. Sumber daya IT itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu investasi
baru dan lights-on. Yang dimaksud dengan investasi baru adalah proyek,
termasuk modal dan budget biaya untuk membiayai kebutuhan
software/hardware baru. Sedangkan biaya lights-on adalah biaya yang
sedang berjalan karena penggunaan aplikasi, infrastruktur, jasa, dan
aktivitas manajemen yang ada.
Gambar 2.4 Pembagian sumber daya IT (Benson, 2004, p57)
18
a. Portfolio Lights-on
Portfolio untuk biaya lights-on dibagi menjadi empat, yaitu
aplikasi, infrastruktur, jasa, dan manajemen. Aplikasi yang dimaksud
disini adalah aplikasi yang digunakan untuk menunjang bisnis
perusahaan. Infrastruktur adalah semua infrastruktur yang dibutuhkan
untuk menunjang aplikasi dan jasa. Sedangkan jasa adalah hal-hal
yang berhubungan dengan pelayanan terhadap penggunaan aplikasi,
misalnya helpdesk, reparasi, instalasi, dan konsultasi. Manajemen
merupakan aktivitas-aktivitas seperti planning, training, budgeting,
dan HR.
Dengan mengkategorikan sumber daya IT lights-on, akan
memudahkan manajemen untuk memahami dan menganalisa
pengeluaran IT saat ini dan investasi IT dimasa mendatang. Keempat
biaya lights-on tersebut digambarkan seperti dibawah ini.
19
Gambar 2.5 Portfolio Lights-on (Benson, 2004, p59)
b. Portfolio Investasi Baru
Portfolio untuk biaya investasi baru, terdiri dari porfolio
strategic, factory, mandated dan future strategic. Tujuan dari
mengkategorikan investasi baru adalah untuk mengklasifikasi investasi
IT dalam manajemen, sehingga memudahkan manajemen untuk
memahami investasi itu sendiri dan memungkinkan manajemen untuk
menyeimbangkan investasi yang dibuat. Keempat kategori investasi
baru ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.
20
Gambar 2.6 Portfolio Investasi baru (Benson, 2004, p60)
Untuk lebih jelasnya, keempat kategori tersebut dideskripsikan
dalam tabel dibawah ini.
21
Tabel 2.2 Deskripsi empat kategori portfolio NIE (Benson, 2004, p61)
Kategori
Portfolio NIE
Deskripsi Nilai Resiko
Strategic Investasi yang secara langsung
mempengaruhi kinerja
kompetitif perusahaan.
Misalnya revenue generation
revenue generation yang baru,
reengineering proses dasar,
pengelolaan penghalang
terhadap masuknya pesaing
baru.
Pendapatan
Market Share
Inovasi
Fleksibilitas
Tinggi
Factory Investasi yang memungkinkan
perusahaan tetap beroperasi.
Misalnya pada back office.
Mengurangi biaya
Mengurangi waktu
Meningkatkan
produktivitas
Rendah
Future Strategic Investasi yang mempengaruhi
kinerja perusahaan dimasa
mendatang. Misalnya bisnis
baru, produk/jasa baru, dll.
Sama seperti Strategic Tinggi
Mandated Investasi aplikasi TI yang
ditentukan oleh direktur
perusahaan.
Tidak ada, atau sama
seperti Factory
Rendah
2.8 Management’s Stratregic Intention
Strategic intention merupakan apa yang manajemen ingin lakukan dalam
hal meningkatkan efektivitas strategik dan operasional, dengan menggunakan IT
22
dalam bisnis, sehingga menciptakan dampak terhadap level bawah perusahaan.
(Benson, 2004,p37)
2.8.1 Strategic Effectiveness
Efektivitas strategik berarti melakukan aktivitas yang berbeda dari
pesaing, atau melakukan aktivitas yang sama, tetapi dalam cara yang
berbeda. Efektivitas strategik antara lain :
• Product/service development and positioning
• Customer access
• Targeting customer segments
2.8.2 Operational Effectiveness
Efektivitas operasional berarti melakukan aktivitas dengan lebih
baik dari pada pesaing, meliputi antara lain :
• Efficiency
• Process improvement
• Quality improvement
• Management information
2.9 Risk Assessment
Benson (2004, p147) mendefinisikan resiko sebagai ancaman terhadap
keberhasilan suatu proyek. Beberapa tipe resiko dalam information economics
antara lain sebagai berikut :
23
a. Project or Organizational risk
Merupakan tingkat dimana keberhasilan suatu proyek bergantung
pada keahlian atau pengalaman bisnis baru atau yang belum pernah diuji.
Resiko ini juga mempertimbangkan tingkat apakah organisasi bisnis mampu
membuat perubahan yang dibutuhkan oleh proyek.
b. Definitional Uncertainty
Merupakan tingkat dimana kebutuhan bisnis ditentukan dan
dipahami dengan baik, serta diterjemahkan menjadi permintaan informasi
dan fungsionalitas sistem apliksi dengan akurat.
c. Technical Uncertainty
Merupakan tingkat dimana proyek tergantung pada teknologi yang
belum pernah dicoba sebelumnya, dan tingkat dimana perusahaan
menggunakan pengalaman yang tepat dalam merancang dan membangun
aplikasi dengan teknologi.
d. IS Infrastructure Risk
Merupakan tingkat dimana lingkungan teknis menggunakan faktor
yang dibutuhkan dari data administrasi, komunikasi, proyek manajemen,
dan pengembangan.
24
Beberapa tipe resiko yang terdapat dalam perusahaan :
a. Technical Risk
Merupakan tingkat dimana penggunaan teknologi tertentu
membutuhkan manajemen, keahlian analisis dan pengembangan baru.
Factor resikonya antara lain apakah keahlian yang diminta tersedia dari
vendor atau dari pasar, serta apakah akan melakukan pelatihan atau
mengontrak ahli teknis baru.
b. Invesment Risk
Merupakan tingkat dimana investasi lain yang bukan proyek
dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan proyek.
c. Project Management Risk
Merupakan tingkat dimana manajer proyek tersedia dan mampu
menangani komplesitas proyek, baik teknikal maupun organisasional.
2.10 Service and Quality
(Notes 14, Benson, 2004, p42) Yang dimaksud kualitas disini adalah yang
pertama bagaimana fungsionalitas aplikasi memenuhi kebutuhan khusus dari
pengguna. Yang kedua adalah tingkat dimana fungsionalitas sesuai dengan yang
dijanjikan. Dan yang ketiga adalah seberapa akurat aplikasi dan data.
25
Yang dimaksud dengan level service adalah yang pertama tingkat dimana
aplikasi, infrastruktur atau jasa tersedia pada saat dibutuhkan. Yang kedua adalah
kecepatan respon dari aplikasi, infrastruktur atau jasa.
Ada dua alternatif scoring untuk service and quality :
a. skor secara terpisah dari empat elemen service dan quality, yaitu
ketersediaan, kecepatan respon, fungsionalitas, dan keakuratan.
Table 2.3 Service Level – Ketersediaan (Notes 14 Benson, p44)
Score Meaning 5 Excellent. Jarang bermasalah. 4 Good. Kadang-kadang bermasalah, tetapi hanya berdampak sedikit pada
aliran kerja atau proses bisnis perusahaan. 3 OK. Kadang-kadang bermasalah, dan cukup berdampak pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 2 Poor. Sering bermasalah dan memiliki dampak yang negatif pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 1 Unacceptable. Selalu bermasalah dan sangat menganggu aliran kerja atau
proses bisnis perusahaan.
Table 2.4 Service Level – Kecepatan Respon (Notes 14 Benson, p44)
Score Meaning 5 Excellent. Jarang bermasalah. 4 Good. Kadang-kadang bermasalah, tetapi hanya berdampak sedikit pada
aliran kerja atau proses bisnis perusahaan. 3 OK. Kadang-kadang bermasalah, dan cukup berdampak pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 2 Poor. Sering bermasalah dan memiliki dampak yang negatif pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 1 Unacceptable. Selalu bermasalah dan sangat menganggu aliran kerja atau
proses bisnis perusahaan.
26
Table 2.5 Quality – Fungsionalitas (Notes 14 Benson, p45)
Score Meaning 5 Excellent. Jarang bermasalah. 4 Good. Kadang-kadang bermasalah, tetapi hanya berdampak sedikit pada
aliran kerja atau proses bisnis perusahaan. 3 OK. Kadang-kadang bermasalah, dan cukup berdampak pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 2 Poor. Sering bermasalah dan memiliki dampak yang negatif pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 1 Unacceptable. Selalu bermasalah dan sangat menganggu aliran kerja atau
proses bisnis perusahaan.
Table 2.6 Quality – Keakuratan (Notes 14 Benson, p45)
Score Meaning 5 Excellent. Jarang bermasalah. 4 Good. Kadang-kadang bermasalah, tetapi hanya berdampak sedikit pada
aliran kerja atau proses bisnis perusahaan. 3 OK. Kadang-kadang bermasalah, dan cukup berdampak pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 2 Poor. Sering bermasalah dan memiliki dampak yang negatif pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 1 Unacceptable. Selalu bermasalah dan sangat menganggu aliran kerja atau
proses bisnis perusahaan.
b. Alternative yang kedua yaitu gabungan ketersediaan dan kecepatan respon
dalam satu penilaian level service, dan gabungan fungsionalitas dan
keakuratan dalam satu penilaian kualitas.
27
Table 2.7 Service Level – Ketersediaan dan Kecepatan respon (Notes 14 Benson, p46)
Score Meaning 5 Excellent. Jarang bermasalah. 4 Good. Kadang-kadang bermasalah, tetapi hanya berdampak sedikit pada
aliran kerja atau proses bisnis perusahaan. 3 OK. Kadang-kadang bermasalah, dan cukup berdampak pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 2 Poor. Sering bermasalah dan memiliki dampak yang negatif pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 1 Unacceptable. Selalu bermasalah dan sangat menganggu aliran kerja atau
proses bisnis perusahaan.
Table 2.8 Quality –Functionality and Accuracy (Notes 14 Benson, p46)
Score Meaning 5 Excellent. Jarang bermasalah. 4 Good. Kadang-kadang bermasalah, tetapi hanya berdampak sedikit pada
aliran kerja atau proses bisnis perusahaan. 3 OK. Kadang-kadang bermasalah, dan cukup berdampak pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 2 Poor. Sering bermasalah dan memiliki dampak yang negatif pada aliran kerja
atau proses bisnis perusahaan. 1 Unacceptable. Selalu bermasalah dan sangat menganggu aliran kerja atau
proses bisnis perusahaan.
2.11 Dependency
Alication Dependency merupakan tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap apllikasi. Dengan kata lain seberapa penting aplikasi tersebut dalam
mempengaruhi kinerja dari suatu proses atau pekerjaan. Berikut adalah scoring
untuk dependency. (Notes 14 Benson, p50)
28
Table 2.9 Deskripsi Dependency (Notes 14 Benson, p50)
Meaning 5 Critical Aplikasi sangat kritikal bagi perusahaan. Tanpa penggunaan
aplikasi ini, perusahaan tidak dapat melakukan misinya atau peranan bisnis, atau proses bisnis tidak dapat beroperasi, atau karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya.
4 Important Aplikasi penting bagi perusahaan. Tanpa penggunaan aplikasi ini, perusahaan tetap dapat melakukan misinya atau peranan bisnis, proses bisnis tetap bisa beroperasi, karyawan tetap bisa melakukan pekerjaannya. Aplikasi ini memiliki peningkatan yang signifikan dalam biaya atau pengurangan dalam efektifitas.
3 Useful Aplikasi berguna bagi perusahaan. Tanpa penggunaan aplikasi ini, perusahaan tetap dapat melakukan misinya atau peranan bisnis, proses bisnis tetap bisa beroperasi, karyawan tetap bisa melakukan pekerjaannya. Aplikasi ini memiliki beberapa peningkatan dalam biaya atau pengurangan dalam efektifitas.
2 Minor Use Aplikasi cukup berguna bagi perusahaan. Tanpa penggunaan aplikasi ini, perusahaan tetap dapat melakukan misinya atau peranan bisnis, proses bisnis tetap bisa beroperasi, karyawan tetap bisa melakukan pekerjaannya. Aplikasi ini hanya memiliki sedikit peningkatan dalam biaya atau pengurangan dalam efektifitas.
1 Seldom Aplikasi digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak bergantung pada perusahaan, proses bisnis ataupun karyawannya.
0 Not Used Aplikasi tidak digunakan.
2.12 Cause and Effect
(Benson, 2004, p297) Dalam penentuan prioritas aplikasi, maka digunakan
teori cause and effect. Disini akan dinilai manfaat dari investasi TI tiap aplikasi
dan bagaimana hubungannya dengan keempat strategic intention yang ditetapkan
perusahaan. Cara penilaian cause and effect sesuai dengan strandard yang telah
berlaku menurut konsep New Information Economics. Standar tersebut dapat
dilihat pada table 2.10.
29
Tabel 2.10 Standar Penilaian Cause and Effect (Benson, 2004, p297)
Cause and Effect Language Score Effect Project atau aplikasi sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Strategic Intention.
0 None
Project atau aplikasi secara tidak langsung berhubungan dengan Strategic Intention.
1 Minor
Project atau aplikasi dapat mendukung strategic intention tetapi dampaknya minim.
2 Small
Project atau aplikasi dapat mendukung strategic intention tetapi tidak akan memberikan keunggulan kompetitif.
3 Important
Project atau aplikasi dapat mendukung strategic intention dan akan membawa pengaruh besar bagi perusahaan.
4 Very Important
Project atau aplikasi sangat vital bagi strategic inttentiondan harus diimplementasikan dan akan memberikan daya saing yang lebih dibanding pesaingnya.
5 Crtitical
2.13 Project Portfolio for Decision Making
Gambar dibawah ini menunjukkan hasil, resiko, dampak pada bottom-line,
dan biaya. Dengan menggunakan diagram ini, dapat membantu manajemen
memutuskan proyek mana yang akan dimasukkan dalam perencanaan proyek
tahunan.
30
Gambar 2.7 Project Portfolio for Decision Making (Benson, 2004, p136)
2.14 Portfolio Assessments for Intensity of Use and Service Level/Quality
Table dibawah ini menggambarkan aplikasi, dengan biaya tahunan dan
penilaiannya. Alignment merupakan hubungan dari tiap aplikasi dengan stategic
intention. Intensity of Use menjelaskan mengenai seberapa luas aplikasi
digunakan dalam perusahaan dan seberapa penting aplikasi tersebut bagi
penggunanya. Service Level and Quality menggambarkan ketersediaan,
keakuratan, fungsionalitas dan kecepatan respon. Biaya dibagi menjadi biaya
operasional, seperti data center dan infrastruktur, serta biaya
pemeliharaan/support, yaitu untuk orang yang menjaga aplikasi tetap berjalan.
31
Table 2.11 Portfolio Assessments for Intensity of Use and Service Level/Quality
(Benson, 2004, p138)
2.15 Investment Strategy and Investment Decision
Ada lima strategi investasi mengenai aplikasi yang dikategorikan dalam
beberapa alignment/Quality (table 2.12). Dengan menilai kombinasi Alignment
dan Quality untuk tiap aplikasi, manajemen dapat membuat keputusan investasi
berdasarkan dampak bottom-line pada bisnis, dimana biaya lights-on seharusnya
dinaikkan, dimana pengeluaran seharusnya dikurangi, dan investasi apa yang
mempunyai dampak terbesar dalam bisnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.12. (Benson, 2004, p139-140)