BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steakholder Theoryrepo.darmajaya.ac.id/771/3/BAB II.pdf7 BAB II LANDASAN...

21
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steakholder Theory Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain-lain). Tujuan utama dari teori steakholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan steakholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Dalam teori ini para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi, karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. 2.2 Agency Theory Agency theory atau dikenal dengan teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintahkan orang lain untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan mendukung

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steakholder Theoryrepo.darmajaya.ac.id/771/3/BAB II.pdf7 BAB II LANDASAN...

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Steakholder Theory

    Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk

    melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan

    melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini

    menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi

    tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh

    melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain-lain).

    Tujuan utama dari teori steakholder adalah untuk membantu manajer korporasi

    mengerti lingkungan steakholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan

    lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan perusahaan

    mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah

    untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak

    aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder.

    Dalam teori ini para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen

    dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi, karena

    hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah

    organisasi akan dapat menciptakan value added untuk mendorong kinerja

    keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam

    mengintervensi manajemen.

    2.2 Agency Theory

    Agency theory atau dikenal dengan teori keagenan menjelaskan tentang dua

    pelaku ekonomi yang saling bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan

    keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)

    memerintahkan orang lain untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta

    memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

    Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan mendukung

  • 8

    dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal. Pertentangan terjadi

    apabila agen tidak menjalankan perintah prinsipal untuk kepentingan sendiri.

    (Ichsan, 2013).

    Dalam penelitian ini perusahaan Bank Umum Syariah indonesia adalah prinsipal

    sedangkan pihak manajemen adalah agen. Perusahaan yang bertindak sebagai

    prinsipal memerintahkan atau memeberi wewenang kepada pihak manajemen atau

    agen untuk menjalankan perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan

    perusahaan. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan

    akan rentan terhadap konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena

    masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.

    Untuk meminimalkan konflik antara perusahaan dan pihak manajemen, maka

    perusahaan dan manajemen melakukan kesepakatan kontrak kerja dengan cara

    mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing guna mencapai utilitas yang

    diharapkan. Menyatakan bahwa dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat

    memaksimumkan utilitas perusahaan, dan dapat memuaskan serta menjamin

    manajemen untuk menerima rewards atas hasil pengelolaan perusahaan.

    Adapun manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak didasarkan atas kinerja

    perusahaan. Hubungan antara perusahaan dan manajemen sangat tergantung pada

    penilaian perusahaan tentang kinerja manajemen. Untuk itu, pemilik menuntut

    pengembalian atas investasi yang dipercayakan untuk dikelola oleh manajemen.

    Oleh karena itu, manajemen harus memberikan pengembalian yang memuaskan

    kepada perusahaan, karena kinerja yang baik akan berpengaruh positif pada

    perusahaan dan sebaliknya kinerja yang buruk akan berpengaruh negatif pada

    perusahaan.

    2.3 Pengertian Kinerja Keuangan

    Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu

    periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut

    (Sutrisno,2009).

  • 9

    Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan

    dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah

    dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang

    dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

    dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar

    (Fahmi, 2012).

    Kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh

    manajemen perusahaan daam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan

    secara efektif dalam suatu periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan

    oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat

    keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan

    (Rudianto, 2013).

    Berdasarkan penjelasan menurut para ahli yang telah dijelaskan diatas, maka

    dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi

    perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan

    perusahaan tersebut guna mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat

    keberhasilan perusahaan tersebut dalam mengelola keuangannya.

    2.3.1 Tujuan Kinerja Keuangan

    Tujuan kinerja keuangan menurut (Munawir, 2012) adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui tingkat likuiditas

    Likuiditas memberikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

    keuangan yang harus segela diselesaikan ketika waktunya ditagih.

    2. Mengetahui tingkat solvabilitas

    Solvabilitas memberitahukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

    kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan

    jangka pendek ataupun jangka panjang.

  • 10

    3. Mengetahui tingkat rentabilitas

    Rentabilitas ataupun profitabilitas memberitahukan kemampuan perusahaan

    untuk memperoleh laba selama periode tertentu

    4. Mengetahui tingkat stabilitas

    Stabilitas memberitahukan kemampuan perusahaaan untuk melaksanakan

    usaha dengan stabil yang diukur dengan pertimbangan kemampuan

    perusahaan untuk membayar hutangnya serta membayar beban bunga atas

    hutang tepat pada waktunya.

    2.3.2 Analisis Rasio Keuangan

    Laporan akuntansi mencerminkan keadaan yang telah terjadi dimasa lalu, tetapi

    laporan tersebut juga memberikan kita petujuk tentang hal-hal yang sebenarnya

    memiliki arti penting apa yang kemungkinan akan terjadi dimasa depan. Rasio

    profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukan kombinasi dari

    pengaruh likuiditas, manajemen aset dan rasio-rasio yang menjelaskan apa dan

    bagaimana kebijakan serta operasi perusahaan. Pengembalian atas total aset, Rasio

    laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset (return on

    asset). (Brigham, 2010).

    ROA

    Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu

    laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan

    dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

    menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. dengan

    penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tersebut

    dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh

    informasi dan memberikan penilaian. Menurut (Sofyan, 2016)

  • 11

    2.3.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

    Jenis-jenis rasio keuangan menurut (Sofyan, 2016):

    1. Rasio likuiditas

    Rasio likuiditas meggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

    kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber

    informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.

    Rasio lancar

    2. Rasio profitabilitas

    Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba

    melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

    modal, karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan

    kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio.

    Return on asset

    Return on equity

    2.4 Pengertian Modal Intelektual

    Intelectual capital atau modal intelektual adalah material yang telah disusun,

    ditangkap dan digunakan untuk menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi.

    Intelektual capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara lain nilai

    pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau financial

    capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir tahun 1980-an

    nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang

    berdasarkan pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan

    dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan.

  • 12

    Secara umum modal intelektual diasumsikan bahwa peningkatan dan

    digunakannya pengetahuan dengan lebih baik akan menyebabkan pengruh yang

    bermanfaat bagi kinerja perusahaan. (Klein dan Prusak, 1997 dalam buku ulum,

    2009)

    Modal intelektual didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk

    karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat

    menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh, 2005

    dalam Ulum, 2009)

    Intellectual capital adalah pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (ability)

    yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah organisasi komunitas

    intelektual, atau praktik profesional serta intelektual kapital mewakili sumber

    daya yang bernilai tinggi dan berkemampuan untuk bertindak yang didasarkan

    pada pengetahuan. (Moeheriono, 2012).

    Dari definisi intellectual caapital yang telah dikemukakan, maka kesimpulannya

    modal intelektual merupakan modal yang berasal dari pengetahuan dan

    kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi termasuk keahlian dan

    ketrampilan karyawan didalamnya serta teknologi atau proses pentransformasian

    pengetahuan tersebut sehingga dapat berwujud aset intelektual yang akan

    membentuk modal lainnya yang bernilai tinggi yang dapat menciptakan nilai bagi

    sebuah perusahaan.

    2.4.1 Kinerja Modal Intelektual

    Metode Value Added Intelectual Coefficient (VAIC) dikembangkan oleh public

    pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value

    creation coefficient dari aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki

    perusahaan. VAIC merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intelectual

    capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk

    dilakukan karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan

    perusahaan (neraca, laba rugi).

  • 13

    Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value

    added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai

    keberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan perusahaan dalam penciptaan

    nilai value creation. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output

    (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang

    dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan

    dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban

    karyawan tidak termasuk dalam IN, karena peran aktifnya dalam proses value

    creation, intelectual potential (yang dipersentasikan dengan beban karyawan)

    tidak dihitung sebagai biaya dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu

    aspek kunci dalam model publik adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai

    entitas penciptaan nilai (value creating entity). (Ulum, 2009).

    VA = OUT - IN

    VAIC = VACA + VAHU + STVA

    1. VACA (Value Added Capital Employed)

    VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital

    (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE) yang dalam

    hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk Value added

    (VA) yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Perhitungan dari

    model ini adlaah diawali dengan mengetahui nilai VA perusahaan. VA

    didapatkan dari pendapatan dikurangi beban yang dimiliki perusahaan kecuali

    beban karyawan.

    Jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar dari perusahaan yang

    lain berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya.

    Dengan demikian pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC

    perusahaan. (Public dalam Ulum, 2009).

    VACA = VA/CE

  • 14

    2. VAHU (Value Added Human Capital)

    Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC, Value Added Human Capital

    (VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang

    dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan

    kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai didalam perusahaan. Human

    capital dalah hal ini diukur dari beban gaji dan upah atau beban karyawan yang

    terlihat pada laporan laba rugi perusahaan. (Public dalam Ulum, 2009).

    VAHU = VA/HC

    3. STVA (structural capital value added)

    Hubungan ketiga adalah Structural Capital Coefficient (STVA), yang

    menunjukan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA

    mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA

    dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

    SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia independen

    terhadap value creation. Artinya semakin besar kontribusi HC dalam value

    creation capital, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut.

    (Public dalam Ulum, 2009)

    STVA = SC/VA

    2.5 Pengertian Asset Liability Management

    2.5.1 Aset

    Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi

    perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan

    lain-lain. (Sofyan, 2016). Pengertian aset ini secara teoritis dikemukakan oleh

    berbagai pihak sebagai berikut:

    1. APB Statment (1970, hlm.132) mendefinisikan aset sebagai kekayaan ekonomi

    perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan

    diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

  • 15

    2. Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi bahwa aset adalah kemungkinan

    keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan datang

    oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah

    berlalu.

    Dari kedua definisi ini diketahui bahwa sesuatu dianggap sebagai aset jika dimasa

    yang akan datang dapat diharapkan memberikan net cash inflow yang positif

    kepada perusahaan.

    2.5.2 Labilitas

    Pengertian liabilitas (Sofyan, 2016)

    1. Menurut APB kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan

    yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk

    juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.

    2. Menurut FABS kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan

    ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan

    sekarang untuk memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain

    dimasa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang

    sudah terjadi.

    2.5.3 Asset Liability Management

    Asset liability management merupakan serangkaian tindakan dan prosedur yang

    dirancang untuk mengontrol posisi keuangan. Isu-isu keamanan dan kesehatan

    merupakan bagian penting dari devinisi ini. Namun, koperasi kredit mengakui

    perlunya pendapatan yang konsisten untuk membantu pertumbuhan dan pelayanan

    seimbang dengan faktor lain. Dengan demikian tujuan ALMA adalah untuk

    menjaga kesehatan bank yang dapat diukur dengan CAMEL (capital, asset

    quality, management, earning dan liquidity), serta melakukan antisipasi terhadap

    perubahan eksternal yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat suku bunga serta

    perubahan atas nilai tukar mata uang. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti

    dengan menggunakan metode capital. Selain itu ALMA dimaksudkan agar bank

    memperoleh net income yang optimal bagi bank dengan pengendalian yang tepat

  • 16

    atas aktiva dan pasiva bank diharapkan bank dapat memperoleh pendapatan dan

    kegiatannya tersebut.

    Asset liability management bank syariah lebih banyak bertumpu pada kualitas dan

    hal itu akan menentukan kemampuan bank untuk meningkatkan daya tariknya

    bagi nasabah untuk menginvestasikan dananya melalui bank tersebut yang berarti

    meningkatkan kualitas pengelolaan liabilitasnya. Kemampuan manajemen untuk

    melaksanakan fungsinya sebagai profesional investment manager akan sangat

    menentukan kualitas aset yang dikelolanya. Pada pengelolaan aset dan liabilitas

    untuk mengejar tingkat pertumbuhan aset maka beberapa faktor yang harus

    diperhatikan yaitu laju inflasi, tingkat pertumbuhan nasional, kebijakan

    pemerintah dalam mengendalikan perekonomian dan sumber daya manusia

    tersebut. (Muhammad, 2015).

    2.5.4 Penilaian tingkat kesehatan bank

    Penilaian tingkat kesehatan bank di indonesia dengan menggunakan metode

    capital. Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di

    negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal,

    yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah

    kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian pengawasan bank harus yakin

    bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun

    kualitasnya. Selain itu para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar

    benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan. Kecukupan modal

    tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi juga dari rasio

    kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR).

    CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank

    yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank

    lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari

    sumber-sumber diluar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman dn lain-lain.

    Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan Aktiva

    Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan ATMR ini

  • 17

    mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat

    administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang disediakan bagi pihak

    ketiga. Muhammad (2009).

    CAR = Modal/ATMR x 100%

    Selain itu bank yang ingin mendapat keuntungan yang besar maka bank tersebut

    harus siap dengan adanya risio yang besar juga, dan sebaliknya jika semakin kecil

    keuntungan yang diharapkan maka semakin kecil juga risiko yang dihadapi.

    Bank syariah merupakan lembaga keuangan bank yang dikelola dengan dasar-

    dasar syariah, baik itu berupa nilai prinsip dan konsep. Sebagai sebuah entitas

    bisnis, dalam kegiatan usahanya bank khususnya bank syariah menghadap risiko-

    risiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Rsiko ini tidaklah bisa

    selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi hasil

    yang harus dicapai. Risiko yang dikelola dengan tepat dapat memberikan manfaat

    kepada bank dalam menghasilkan laba. (Erlina dan Ulum, 2009)

    Sebagai salah satu pilar sektor keuangan dalam melaksanakan fungsi intermediasi

    dan pelayanan jasa keuangan sektor perbankan jelas sangat memerlukan adanya

    distribusi risiko yang efisien. Tingkat efisensi dalam distribusi risiko inilah yang

    nantinya menentukan alokasi sumberdaya dana didalam perekonomian. Oleh

    karena itu pelaku sektor perbankan dan bank syariah khusunya dituntut untuk

    mampu secara efektif mengelola risiko yang dihadapinya.

    Manajemen risiko sangat penting bagi stabilitas perbankan, hal ini karena bisnis

    perbankan erat berhubungan dengan risiko. Dalam kegiatannya, baik menghadapi

    berbagai risiko, seperti risiko kredit (pembiayaan), risiko pasar dan risiko

    operasional. Manajemen risiko yang baik bagi bank bisa memastikan bank akan

    selamat dari kehancuran jika keadaan terburuk terjadi.

    Ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko itu penting harus diterapkan di

    perbankan syariah yaitu:

  • 18

    1. Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi

    dengan nasabah sehingga risiko tidak mungkin tidak ada.

    2. Dengan mengetahui risiko maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil

    tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah bermasalah.

    3. Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan, yang meruopakan

    fungsi sangat penting dalam aktivitas operasionalnya.

    4. Faktor sejarah krisis perbankan nasional.

    Ada beberapa risiko yang harus dihadapi dalam perbankan syariah yaitu:

    1. Withdrawal risk merupakan bagian dari spektrum risiko bisnis. Risiko ini

    sebagian besar dihasilkan dari tekanan kompetitif yang dihadapi bank

    syariah dari bank konvensional sebagai counterpart-nya. Bank syariah

    dapat terkena withdrawal risk (risiko penarikan dana) disebabkan oleh

    deposan bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari tingkat

    return yang diberikan oleh rival kompetitornya.

    2. Fiduciary risk sebagai risiko yang secara hukum bertanggungjawab atas

    pelanggaran kontrak investasi baik ketidaksesuaian dengan ketentuan

    syariah atau salah kelola (mismanagement) terhadap dana investor.

    3. Displaced commercial risk adalah transfer risiko yang berhubungan

    dengan simpanan kepada pemegang ekuitas. Risiko ini bisa muncul ketika

    bank berada dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank

    justru harus memberikan sebagian profitnya kepada deposan akibat

    rendahnya tingkat return.

  • 19

    2.6 Penelitian Terdahulu

    Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa

    hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca

    diantaranya:

    No Nama Judul Lokasi Hasil

    1 Ihayul Ulum

    (2013)

    Model

    pengukuran

    kinerja

    intellectual

    capital dengan

    IB-VAIC di

    Perbankan

    Syariah.

    Bank

    Umum

    Syariah

    Hasil penelitian

    menunjukan bahwa

    rumus utama untuk

    mengukur kinerja IC

    perbankan syariah

    tidak jauh berbeda

    dengan model public,

    yaitu IB-VAIC = IB-

    VACA + IB-VAHU

    + IB-STVA.

    2 Tri

    Sepdiantoro

    (2013)

    Pengaruh

    intellectual

    capital trhadap

    kinerja

    keuangan

    perbankan

    syariah di

    indonesia.

    Periode 2009-

    2011

    Bank

    Umum

    Syariah

    (BUS)

    Hasil penelitian

    menunjukan bahwa

    secara keseluruhan

    terdapat pengaruh

    yang signifikan

    antara intellectual

    capital atau (VAIC)

    dengan ROA, ROE,

    dan BOPO. Namun

    jika pengukuran

    dilakukan terhadap

    komponen-komponen

    VAIC yaitu VACA,

    VAHU, dan STVA,

    tidak memiliki

  • 20

    pengaruh secara

    signifikan terhadap

    ROA. VACA

    memiliki pengarauh

    secara signifikan

    terhadap ROE dan

    VAHU memiliki

    pengaruh secara

    signifikan terhadap

    BOPO.

    3 Tri

    Ciptaningsih

    (2013)

    Uji pengaruh

    modal

    intelektual

    terhadap

    kinerja

    keuangan

    BUMN yang

    go public di

    indonesia

    Perusahaan

    BUMN di

    Indonesia

    Hasil pengujian

    menggunakan

    multiple regression

    analysis menunjukan

    bahwa:

    1.VAIC tidak

    memiliki pengaruh

    terhadap kinerja

    keuangan

    perusahaan.

    2. HCE tidak

    berpengaruh terhadap

    kinerja keuangan

    perusahaan.

    3. SCE berpengaruh

    positif terhadap

    kinerja keuangan

    perusahaan.

    4. CEE berpengaruh

    positif terhadap

    kinerja keuangan

  • 21

    perusahaan.

    5. VAIC tahun lalu

    tidak berpengaruh

    tidak berpengaruh

    terhadap knerja

    keuangan perusahaan

    saat ini.

    6. HCE tahun lalu

    tidak berpengaruh

    terhadap kinerja

    keuangan perusahaan

    saat ini.

    7. SCE tahun lalu

    tidak berpengaruh

    terhadap kinerja

    keuangan perusahaan

    saat ini.

    8. CEE tahun lalu

    berpengaruh positif

    terhadap kinerja

    keuangan perusahaan

    saat ini.

    4 Iqbal

    Bukhori(2012)

    Pengaruh

    good

    corporate

    governance

    dan ukuran

    perusahaan

    terhadap

    kinerja

    perusahaan.

    Perusahaan

    yg

    terdaftar di

    BEI 2010.

    Hasil penelitian

    menunjukan bahwa

    tidak terdapat

    pengaruh yang

    signifikan antara

    mekanisme internal

    corporate governance

    terhadap knerja

    perusahaan.

  • 22

    Demikian pula

    ukuran perusahaan

    tidak berpengaruh

    signifikan terhadap

    kinerja perusahaan.

    Hal ini berarti bahwa

    mekanisme internal

    corporate governance

    dan ukuran

    perusahaan tidak

    berpengaruh terhadap

    kinerja perusahaan.

    5 Siti Maesaroh

    (2015)

    Pengaruh

    modal

    intelektual

    terhadap

    kinerja

    keuangan

    perusahaan.

    Perusahaan

    yang

    terdaftar di

    BEI.

    Hasil penelitian

    menunjukan bahwa

    secara parsial modal

    intelektual (VAIC)

    value added human

    capital (VAHU) dan

    structural capital

    value added (STVA)

    tidak signifikan

    mempengaruhi

    kinerja keuangan.

    6 Ayu

    Wahdkorin

    (2010)

    Pengaruh

    modal

    intelektual

    terhadap

    kinerja

    keuangan

    perusahaan.

    perbankan

    yang

    terdaftar di

    BEI (2007-

    2009)

    Hasil penelitiannya

    adalah:

    1.Secara agregat,

    modal intelektual

    (value aded

    intellectual

    coefficient/VAIC

  • 23

    berpengaruh

    signifikan negatif

    terhadap cost to asset

    (CTA) dan tidak

    berpengaruh terhadap

    return on assets

    (ROA).

    2. Human capital

    efficiency (HCE)

    berpengaruh

    signifikan negatif

    terhadap CTA dan

    tidak berpengaruh

    terhadap ROA.

    3.Structural capital

    efficiency (SCE)

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    ROA dan CTA.

    4.Capital employed

    efficiency (CEE)

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    ROA dan tidak

    berpengaruh CTA.

    5.Jenis bank

    (GROUP) tidak

    berpengaruh terhadap

    ROA dan CTA.

    7 Muhammad

    Khairul Anam

    Pengaruh

    asset liability

    Pt.bank

    muamalat

    Hasil penelitian ini

    diketahui bahwa

  • 24

    (2009) management

    terhadap

    kinerja bank

    tahun 2004-

    2006.

    indonesia

    tbk dan

    bank

    mandiri

    tbk.

    tingkat likuiditas CR

    tidak berpengaruh

    signifikan terhadap

    profitabilitas (ROA)

    bank mandiri, tingkat

    COR berpengaruh

    signifikan terhadap

    tingkat profit bank

    muamalat indonesia.

    Tingkat likuiditas

    CAR tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    profitabilitas (ROA)

    pada bank muamalat

    indonesia dan bank

    mandiri. (CR, COR,

    CAR) secara

    bersama-sama

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    variabel dependen

    (ROA), pada bank

    muamalat indonesia

    dan bank mandiri.

    Bank muamalat lebih

    baik dalam

    menghasilkan profit

    (ROA) dibandingkan

    dengan bank mandiri.

    Tabel 2.6 penelitian terdahulu.

  • 25

    2.7 Kerangka Berfikir

    Pengaruh modal intelectual dan asset liability management terhadap kinerja

    keuangan bank muamalat dapat digambarkan dalam kerangka seperti dibawah ini:

    Bank Umum Syariah Indonesia merupakan lembaga keuangan yang

    menjalankan kegiatan operasionalnya berlandaskan dengan prinsip syariah. Dalam

    perbankan kinerja keuangan sangat penting karena untuk melihat atau menilai

    baik atau buruknya bank tersebut.Modal intelektual berperan penting dalam hal

    ini karena intelektual merupakan modal yang berasal dari pengetahuan dan

    kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi termasuk keahlian dan

    ketrampilan karyawan didalamnya serta teknologi atau proses pentransformasian

    pengetahuan tersebut sehingga dapat berwujud aset intelektual yang akan

    membentuk modal lainnya yang bernilai tinggi yang dapat menciptakan nilai bagi

    sebuah perusahaan. Asset liability management juga dibutuhkan dalam

    pengelolaan kinerja untuk menentukan kemampuan bank dalam meningkatkan

    daya tariknya bagi nasabah untuk menginvestasikan dananya melalui bank

    tersebut yang berarti meningkatkan kualitas pengelolaan liabilitasnya.

    Bank Umum Syariah

    Indonesia

    Kinerja keuangan (Y)

    Modal intelektual (X1) Asset liability management

    (X2)

  • 26

    2.8 Hipotesis

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan,

    berdasarkan kerangka yang dibuat, hipotesisnya adalah:

    2.8.1 VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) berpengaruh signifikan

    terhadap kinerja keuangan Return On Asset (ROA)

    VAIC merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intelectual capital

    perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan

    karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan

    (neraca, laba rugi).

    Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value

    added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai

    keberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan perusahaan dalam

    penciptaan nilai value creation. VA dihitung sebagai selisih antara output dan

    input. Output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh

    produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh

    beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. (Ulum, 2009).

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sepdiantoro, 2013), Hasil penelitian

    menunjukan bahwa secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan

    antara intellectual capital atau (VAIC) dengan ROA.

    H1: VAIC berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA).

    2.8.2 CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan terhadap

    kinerja keuangan Return On Asset (ROA)

    Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi

    menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Rasio ini

    memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko

    (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lai) ikut dibiayai dari dana

    nodal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber diluar bank, seperti

    dana dari masyarakat, pinjaman dan lain-lain. Semakin tinggi CAR maka semakin

  • 27

    baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau

    aktiva produktif yang berisiko.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Anam, 2009) memberikan kesimpulan

    bahwa tingkat likuiditas Capital adequacy ratio (CAR) tidak berpengaruh

    signifikan terhadap return on asset (ROA) pada bank konvensional, tetapi tingkat

    likuiditasCapital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap return

    on asset (ROA) pada bank syariah..

    H2: CAR berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA)