BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah...

18
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Jama’an, 2008). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Menurut Maria (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Signaling Theory

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Jama’an,

2008). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi

atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada

perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh

manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi

melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi

konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini

mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu

pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak

overstate. Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk

pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara

manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi

tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Maria (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas

informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas

informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul

ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa

mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa

pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat

menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan

kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

8

2.2 Cash Holding

Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid. Karena sifatnya yang likuid

tersebut, membuat kas memiliki tingkat keuntungan yang paling rendah

dibandingkan apabila kas tersebut diinvestasikan dalam bentuk aset lain yang lebih

menguntungkan, seperti misalnya deposito berjangka, membeli obligasi perusahaan

lain, dan sebagainya. Ketersediaan kas dalam perusahaan harus memenuhi angka

yang cukup. Apabila jumlah kas besar, itu artinya perusahaan melewatkan profit

yang bisa dihasilkan dari kesempatan berinvestasi. Namun, jumlah kas terlalu kecil

pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah kas yang

cukup, perusahaan tidak harus mengorbankan profit dari investasi yang terlewatkan

demi likuditas perusahaan.

Menurut Gill and Shah dalam Wenny (2017), cash holdings didefinisikan sebagai

kas yang ada di perusahaan atau tersedia untuk investasi pada aset fisik dan untuk

dibagikan kepada investor. Cash holdings dipandang sebagai kas dan ekuivalen kas

yang dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai. Kaitannya dengan

perusahaan, cash holdings memiliki arti penting bagi perusahaan. Penentuan tingkat

cash holdings merupakan keputusan penting yang harus diambil oleh manajer

keuangan. Cash holdings dapat digunakan untuk melakukan pembelian saham,

dibagikan kepada para pemegang saham berupa dividen, melakukan investasi untuk

perusahaan, atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan. Manajer keuangan

lah yang berperan dalam menentukan tingkat cash holdings perusahaan yang

optimal. Ketika terdapat aliran kas masuk, seorang manajer dapat memutuskan

untuk membagikannya kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau

mungkin menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan di masa

yang akan datang

Koshio dalam Julianita (2015) menyebutkan bahwa dalam pasar modal yang

sempurna cash holding merupakan hal yang tidak relevan. Hal ini dikarenakan

perusahaan akan mudah memperoleh dana dari pasar eksternal. Namun pada pasar

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

9

modal tidak sempurna cash holding merupakan hal yang penting karena berkaitan

dengan ketersediaan kas untuk membiayai berbagai aktivitas didalam perusahaan.

Ginglinger dan Saddour dalam Julianita (2015) menyebutkan bahwa cash holding

merupakan jumlah kas yang dipegang perusahaan untuk menjalankan berbagai

kegiatan perusahaan.

Menurut Teruel et al dalam Julianita (2015) cash holding merupakan rasio yang

membandingkan antara jumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan dengan

jumlah aktiva perusahaan secara keseluruhan. Cash holding adalah hal yang paling

penting karena berkaitan dengan ketersediaan kas untuk membiayai berbagai

aktivitas yang ada di dalam perusahaan. Perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas

yang dimiliki (Afza dan Adnan dalam Julianita, 2015). Cash holding perusahaan

akan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan keuangan perusahaan seperti kebijakan

struktur modal, kebutuhan akan modal kerja perusahaan, manajemen arus kas serta

pembayaran deviden dan investasi perusahaan. Tujuan perusahaan memiliki cash

holding antara lain yaitu membayar hutang, membiayai kesempatan investasi yang

menguntungkan serta sebagai cadangan menurut (Swanson dalam Julianita, 2015).

Pentingnya mengatur jumlah kas perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Keynes. Keynes mengidentifikasi pentingnya untuk

mempertahankan kas dengan membagi ke dalam tiga motif, yaitu kebutuhan untuk

transaksi, kebutuhan untuk berjaga-jaga, dan kebutuhan untuk spekulasi (Harwanto,

2016). Motif yang pertama adalah kebutuhan untuk transaksi, karena aliran kas

masuk tidak sama dengan aliran kas keluar maka diperlukan adanya kas untuk

melakukan transaksi usaha, seperti untuk membayar upah tenaga kerja, pajak,

dividen, dan pengadaan persediaan. Kebutuhan ini tidak terlepas dengan kegiatan

operasional perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga apabila perusahaan

tidak memiliki ketersediaan kas yang cukup maka akan mengganggu stabilitas

kegiatan usaha perusahaan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

10

Motif yang kedua adalah kebutuhan untuk berjaga-jaga, motif ini penting adanya

karena ketidakpastian aliran kas pada masa yang akan datang. Selain itu

kemampuan perusahan dalam meminjam untuk menambah dana juga merupakan

motif untuk berjaga-jaga. Kebutuhan untuk berjaga-jaga akan mengecil apabila

perusahaan dapat mengetahui aliran kas masuk dimasa mendatang. Dalam hal ini,

kemampuan manajer dalam meramal (forecasting) sangat dibutuhkan guna

memperkecil kebutuhan untuk berjaga-jaga.

Motif ketiga adalah kebutuhan untuk spekulasi, motif ini berkaitan dengan

kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan guna mendapat keuntungan.

Kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan ini dilakukan karena perubahan

surat berharga. Jika diperkirakan tingkat bunga akan naik dan harga surat berharga

turun, maka disarankan untuk menahan kas. Sebaliknya, jika tingkat bunga

diperkirakan akan turun maka sebaiknya melakukan investasi pada surat berharga

dan menjualnya kembali pada saat surat berharga itu naik agar memperoleh

keuntungan.

2.3 Dividen Payment

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal

dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat

persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin

mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut

dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut

berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak

mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen

tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai

dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham – atau dapat pula berupa dividen

saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah

saham sehinnga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah

dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (www.idx.co.id). Konflik

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

11

kepentingan yang sering menimbulkan kerugian bagi perusahaan, salah satunya

adalah karena tindakan manajemen melakukan kebijakan atau manajemen kas di

tangan (cash holdings) dengan motif penggelapan dana untuk memperkaya diri.

Perusahaan yang membayar dividen biasanya membuat cadangan kas untuk

membayar dividen. Perusahaan yang memiliki hubungan baik dengan bank

biasanya mudah mendapatkan akses pinjaman (Wenny, 2017).

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan

perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah

laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan

semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk penbayaran dividen. Dengan

demikian maka dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen merupakan suatu

kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan

sebagai dividen kepada para pemegang saham dan seberapa besar bagian laba

bersih itu akan ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi

(Sulistiani, 2013).

2.4 Investment Opportunity Set

Investment opportunity set (IOS) merupakan suatu keputusan investasi yang

merupakan bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi

dimasa yang akan datang (Myers dalam Senjaya, 2016). IOS dapat mempengaruhi

besarnya cash holding yang dimiliki oleh perusahaan, IOS yang besar menunjukkan

akan terjadinya kenaikan atas persediaan uang tunai yang akan digunakan oleh

perusahaan untuk kegiatan investasi. Jumlah persediaan uang tunai dalam

perusahaan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan hilangnya peluang investasi

yang menguntungkan bagi perusahaan kecuali perusahaan lebih memilih

menggunakan pendanaan eksternal yang dapat menimbulkan biaya tambahan

(Ferreira dan Viela dalam Senjaya, 2016).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

12

Myers dalam Hartadi (2012) mengemukakan bahwa investment opportunity set

merupakan kombinasi antara aset yang dimiliki dengan pilihan investasi di masa

depan. Menurut Horne dan Wachowicz dalam Ratnasari (2015) jika peluang

investasi perusahaan banyak jumlahnya, persentase laba yang dibayarkan

perusahaan akan cendrung nol. Di lain pihak, jika perusahaan tidak menemukan

peluang investasi yang menguntungkan, dividen akan dibayarkan sejumlah 100%

dari laba. Selanjutnya menurut Ferreira dan Vilela dalam Ratnasari (2015)

perusahaan dengan peluang investasi yang buruk diharapkan untuk menahan kas

lebih untuk meyakinkan ketersediaan dana untuk berinvestasi apabila sewaktu-

waktu muncul investasi yang menguntungkan.

Salah satu hal yang menjadi perhatian perusahaan dengan kesempatan

pertumbuhan yang besar adalah menjamin pembiayaan mereka. Perusahaan ini

akan menghadapi dua situasi, pertama ketidaktersediaannya dana eksternal atau

mahalnya biaya untuk mengkonversi aset menjadi kas. Namun, jika perusahaan

memegang tingkat kas yang cukup, mereka dapat menggunakannya pada investasi

yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan perusahaan menambah tingkat kas

mereka. Selain itu, semakin banyak investasi dilakukan, semakin banyak pula

risiko kegagalan dari investasi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kas

dalam jumlah besar sebagai motif berjaga-jaga untuk menghindari kebangkrutan

(Saddour dalam Ratnasari, 2015). Pinkowitz dan Williamson dalam Ratnasari

(2015) dan Daher dalam Syafrizalliadhi (2014) menyatakan bahwa sales growth

merupakan indikator pengukuran yang paling dekat untuk investment opportunity

set. Seiring meningkatnya pertumbuhan penjualan, peluang untuk berinvestasi

pada bidang operasional yang berbeda ikut meningkat pula (Anjum dan Malik

dalam Ratnasari, 2015). Menurut Brigham dan Houston dalam Ratnasari (2015)

perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh

lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Kinerja

perusahaan dapat dilihat tingkat pertumbuhan penjualan yang relatif stabil dari

tiap-tiap periode, dengan stabilnya tingkat pertumbuhan penjualan maka

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

13

perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman untuk

memenuhi kegiatan pendanaannya baik dari investor maupun kreditor.

Dittmar dan Pinkowitz dalam Ratnasari (2015) beragumen bahwa sales growth

adalah pengukuran yang paling dekat untuk investment opportunities. Sales Growth

adalah sebuah indikator dari investment opportunities (Daher dalam Ratnasari,

2015). Sales Growth adalah tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dihitung

melalui perbandingan perubahan (baik itu peningkatan maupun penurunan) selisih

total penjualan bersih (net sales) tahun ini dengan total penjualan bersih tahun

sebelumnya (Khusnul, 2012).

2.5 Leverage

Weston dan Copeland dalam Hartadi (2012) menyatakan leverage merupakan

perbandingan antara aset dengan hutang yang dimiliki perusahaan. Leverage

dapat menggambarkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi berarti tidak solvable karena

memiliki total hutang yang lebih besar dari total aset yang dimilikinya.

Sedangkan menurut Ross dalam Abdillah (2013) leverage keuangan berkaitan

dengan sejauh mana perusahaan bergantung pada pembiayaan utang daripada

ekuitas. Semakin tinggi utang yang dimiliki perusahaan, semakin besar

kemungkinan perusahaan menjadi tidak dapat memenuhi kewajiban

kotraktualnya. Di sisi lain, utang menjadi sangat penting dalam hal pendanaan.

Dengan adanya utang, perusahaan memperoleh tax advantage dimana

pembayaran bunga utang dapat mengurangi jumlah pajak yang dimiliki.

Peningkatan dalam kewajiban lancar seperti utang dagang akan meningkatkan

kas, sedangkan penurunan pada akun-akun ini akan mengurangi jumlah kas.

Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar

dibandingkan total asetnya. Namun harus dipahami bahwa bukan berarti

perusahaan yang insolvable namun likuid tidak bisa menjalankan aktivitasnya.

Karena dengan kemampuan likuiditas yang dimilikinya sangat memungkinkan

perusahaan tersebut untuk bisa mengembalikan utangnya dengan cepat dan tepat.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

14

Ozkan dan Ozkan dalam Ratnasari (2015) menyatakan perusahaan yang memiliki

tingkat leverage tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

pendanaan eksternal melalui penerbitan hutang. Sehingga perusahaan

menggunakan pinjaman atau hutang sebagai pengganti kas yang dipegang

perusahaan.

Ferreira dan Vilela dalam Ratnasari (2015) menyatakan perusahaan dengan tingkat

hutang yang tinggi memiliki kas dengan jumlah yang besar agar terhindar dari

kebangkrutan. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi mempunyai

tingkat ketergantungan yang tinggi pula pada pinjaman luar untuk membiayai

asetnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah memiliki

tingkat ketergantungan pada pinjaman luar yang rendah, dan cenderung

menggunakan modal sendiri untuk kegiatan pendanaannya (Purnasiwi dan Sudarno

dalam Prasentianto, 2014).

2.6 Capital Expenditure

Belanja Modal adalah pengeluaran secara periodik yang dilakukan dalam rangka

pembentukan modal baru yang sifatnya menambah aset tetap atau inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya

adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau

menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Dalam istilah

akuntansi, uang yang dihabiskan tidak akan berjalan melewati laporan laba rugi

secara langsung, tetapi akan muncul pada laporan arus kas. Investasi modal akan

disusutkan dan beban depresiasi akan berjalan melalui laporan laba rugi selama

beberapa periode (Titman, Keown, Martin dalam Ratnasari, 2015).

Belanja Modal berbeda dari pengeluaran pendapatan, yang dalam istilah akuntansi

digunakan untuk menutupi biaya perbaikan dan pemeliharaan yang tidak

meningkatkan kapasitas produktif perusahaan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

15

mungkin memperbaiki bagian mesin di pabrik, tapi itu tidak akan menghasilkan

mesin yang memproduksi barang lagiBelanja modal merupakan biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam rangka memperoleh aset tetap atau menambah manfaat

ekonomis aset tetap yang dimiliki perusahaan. Penambahan manfaat ekonomis

aset tetap tersebut antara lain dapat dilakukan melalui perpanjangan umur dan

peningkatan produktivitas aset tetap. Belanja modal mencakup beberapa kegiatan

yaitu penambahan, perbaikan dan penggantian, serta pengaturan dan pemindahan

aset tetap (Nikolai, Bazley, Jones dalam Hartadi, 2012).

Dewanto (2009:7) menyatakan capital expenditure atau belanja modal adalah

pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan aset atau

memperbarui aset bisinis mereka. Belanja modal biasanya memerlukan

pengeluaran yang besar seperti pembelian bangunan baru dan pembaruan fasilitas.

Belanja modal atau capital expenditure membutuhkan kas dalam pendanaannya.

Perusahaan yang memiliki lebih banyak capital expenditure, dapat menciptakan

lebih banyak aset yang bisa digunakan sebagai jaminan perusahaan dalam

berhutang. Dalam kasus ketika capital expenditure merupakan keputusan

keuangan utama bagi sebuah perusahaan, pengeluaran harus diformalkan pada

pertemuan pemegang saham tahunan atau rapat khusus dewan direksi. Dengan

demikian, capital expenditure merupakan pengurang bagi cash holding

perusahaan (Bates et al. dalam Ratnasari, 2015).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

16

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO

JUDUL

ALAT

STATISTK

HASIL

1 Wijaya (2009)

“Pengaruh

kualitas akrual

dan leverage

terhadap cash

holding pada

perusahaan

manufaktur”.

Model

regresi

linear

Hasil analisis menunjukan bahwa:

-Kualitas akrual tidak berpengaruh

terhadap cash holidng;

- Leverage berpengaruh negatif

terhadap cash holding.

2 Nofryanti (2014)

“Pengaruh net

working capital,

grow opportunity,

dan leverage

terhadap cash

holding pada

perusahaan

property dan real

estate”

Model

regresi

linear

berganda

-Variabel net working capital, grow

opportunity, dan leverage

berpengaruh secara simultan

terhadap cash holding

Berdasarkan parsial:

-Variabel net working capital

berpengaruh terhadap cash holding

-Variabel grow opportunity tidak

berpengaruh terhadap cash holding

-Variabel leverage berpengaruh

terhadap cash holding.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

17

3 Syafrizalliadhi

(2014)

“Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

perilaku cash

holding pada

perusahaan besar

dan perusahaan

kecil.”

( studi perusahaan

manufaktur)

Model

regresi

berganda

-hubungan negatif antara leverage

dengan cash holdings

-hubungan positif antara diversified

firms, investment opportunities,

bank involvement, dan size dengan

cash holdings

-tetapi tidak ada hubungan antara

capital expenditure, dividend

payment dengan cash holdings.

4 Julianita (2015)

“Pengaruh

kualitas akrual

dan leverage

terhadap cash

holding pada

perusahaan

manufaktur yang

tercatat di BEI”

(studi food dan

beverage)

Model

regresi

linear

berganda

Hasil analisis menunjukan bahwa:

-Kualitas akrual berpengaruh

negatif terhadap cash holding;

- Leverage berpengaruh negatif

terhadap cash holding.

5 Ratnasari (2015)

“Analisis

pengaruh cash

Model

regresi

-Variabel cash flow, investment

oppurtinity set, leverage dan

capital expenditure berpengaruh

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

18

flow, investment

oppurtinity set,

leverage and

capital

expenditure

terhadap cash

holding pada

perusahaan

property dan real

estate”

linear

berganda

secara simultan terhadap cash

holding

Berdaskan parsial:

-Variabel cash flow berpengaruh

terhadap cash holding

-Variabel investment oppurtinity set

tidak berpengaruh terhadap cash

holding

-Variabel leverage berpengaruh

terhadap cash holding

-Variabel capital expenditure tidak

berpengaruh terhadap cash holding.

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan dan

dikolaborasi secara logis antar variable yang dianggap relevan pada situasi masalah

dan diindentifikasi.

Menurut Gill and Shah dalam Wenny (2017), cash holdings didefinisikan sebagai

kas yang ada di perusahaan atau tersedia untuk investasi pada aset fisik dan untuk

dibagikan kepada investor. Cash holdings dipandang sebagai kas dan ekuivalen

kas yang dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai. Cash holdings dapat

digunakan untuk melakukan pembelian saham, dibagikan kepada para pemegang

saham berupa dividen, melakukan investasi untuk perusahaan, atau

menyimpannya untuk kepentingan perusahaan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

19

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal

dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat

persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Konflik kepentingan yang sering

menimbulkan kerugian bagi perusahaan, salah satunya adalah karena tindakan

manajemen melakukan kebijakan atau manajemen kas di tangan (cash holdings)

dengan motif penggelapan dana untuk memperkaya diri. Perusahaan yang

membayar dividen biasanya membuat cadangan kas untuk membayar dividen.

Perusahaan yang memiliki hubungan baik dengan bank biasanya mudah

mendapatkan akses pinjaman (Wenny, 2017).

Investment opportunity set (IOS) merupakan suatu keputusan investasi yang

merupakan bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi

dimasa yang akan datang (Myers dalam Senjaya, 2016). IOS yang besar

menunjukkan akan terjadinya kenaikan atas persediaan uang tunai yang akan

digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan investasi.

Weston dan Copeland dalam Hartadi (2012) menyatakan leverage merupakan

perbandingan antara aset dengan hutang yang dimiliki perusahaan. Leverage dapat

menggambarkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang. Ozkan dan

Ozkan dalam Ratnasari (2015) menyatakan perusahaan yang memiliki tingkat

leverage tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

pendanaan eksternal melalui penerbitan hutang. Sehingga perusahaan

menggunakan pinjaman atau hutang sebagai pengganti kas yang dipegang

perusahaan.

Belanja Modal adalah pengeluaran secara periodik yang dilakukan dalam rangka

pembentukan modal baru yang sifatnya menambah aset tetap atau inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya

adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau

menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Belanja

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

20

modal atau capital expenditure membutuhkan kas dalam pendanaannya.

Perusahaan yang memiliki lebih banyak capital expenditure, dapat menciptakan

lebih banyak aset yang bisa digunakan sebagai jaminan perusahaan dalam

berhutang.

Populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdapat pada BEI

tahun 2013-2015, variable dependen (Y) adalah cash holding dan variable

independen (X1) adalah dividen payment, (X2) adalah investment opportunity set,

(X3) adalah leverage dan (X4) adalah capital expenditure

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Dividen Payment (X1)

IOS (X2)

Leverage (X3)

Capital Expenditure (X4)

Cash Holding

(Y)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

21

2.9 Bangunan Hipotesis

2.9.1 Hubungan Dividend Payment terhadap Cash Holdings

Hubungan antara pembayaran dividen dan cash holdings adalah negatif, karena

kemampuan mengakses pasar modal yang baik perusahaan yang berinvestasi lebih

pada pembayaran dividen akan menggunakan sumber dana internal dan perusahaan

yang memberikan dividen dapat menukar biaya marjinal cash holdings dengan

mengurangi pembayaran dividen. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan yang

mendistribusikan dividen kepada pemegang saham mereka lebih mampu

mengumpulkan dana dengan biaya lebih rendah dan bila diperlukan dengan

mengurangi pembayaran dividen (Al-Najjar dan Belghitar dalam Syafrizalliadhi,

2014). Bates et al. dalam Ratnasari (2015) mendukung temuan Han dan Qiu dalam

Syafrizalliadhi, 2014) bahwa cash holdings meningkat pada perusahaan yang tidak

membayar dividen bahwa perusahaan-perusahaan yang tidak membayar dividen,

memiliki kendala finansial dan memiliki kendala untuk memasuki pasar kredit.

Agar tetap bertahan, perusahaan yang tidak membayar dividen akan memegang kas

lebih besar.

Ozkan dan Ozkan dalam Ratnasari (2015) menyatakan bahwa biaya-biaya tersebut

dapat dihindari untuk perusahaan menghadapi sumber daya pendanaan internal

yang rendah dengan menerbitkan saham atau bahkan mengurangi pembayaran

dividen. Mereka menyatakan bahwa perusahaan yang saat ini membayar dividen

akan kurang mampu untuk memiliki cash holdings yang tinggi karena perusahaan

yang membagikan dividend mengumpulkan dana pada saat dibutuhkan dengan

memotong pembayaran dividen sebagai pengganti kas. Menurut Opler et al. dalam

Syafrizalliadhi (2014) jika perusahaan memiliki kekurangan aset likuid, dapat

mengatasi kekurangan dengan investasi atau menurunkan pembayaran dividen, atau

dengan meningkatkan dana luar melalui penerbitan sekuritas atau penjualan aset.

Oleh karena itu, mereka tidak perlu menahan jumlah kas yang besar dan hubungan

antara dividend payment dan cash holdings adalah negatif (Saddour dalam

Ratnasari, 2015). Oleh karena itu berdasarkan temuan empiris sebelumnya,dapat

disusun sebuah hipotesis seperti di bawah ini:

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

22

H1 : Dividend payment berpengaruh signifikan terhadap cash holding

2.9.2 Hubungan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Holding

Sales growth merupakan indikator pengukuran yang paling dekat untuk

investment opportunity set. Menurut Brigham dan Houston dalam Ratnasari

(2015) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman

memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih

tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.Salah satu

hal yang menjadi perhatian perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang

besar adalah menjamin pembiayaan mereka. Perusahaan ini akan menghadapi dua

situasi, pertama ketidaktersediaannya dana eksternal atau mahalnya biaya untuk

mengkonversi aset menjadi kas. Namun, jika perusahaan memegang tingkat kas

yang cukup, mereka dapat menggunakannya pada investasi yang menguntungkan.

Hal ini menyebabkan perusahaan menambah tingkat kas mereka. Selain itu,

semakin banyak investasi dilakukan, semakin banyak pula risiko kegagalan dari

investasi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kas dalam jumlah besar

sebagai motif berjaga-jaga untuk menghindari kebangkrutan (Saddour dalam

Ratnasari, 2015).

Hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinkowitz dan

Williamson dalam Ratnasari (2015), Hartadi (2012) dan Syafrizalliadhi (2014).

Berdasarkan uraian tersebut maka investment opportunity set memiliki pengaruh

signifikan terhadap cash holding.

H2 : Investment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap cash

holding

2.9.3 Hubungan Leverage Terhadap Cash Holding

Peningkatan dalam kewajiban lancar seperti utang dagang akan meningkatkan kas,

sedangkan penurunan pada akun-akun ini akan mengurangi jumlah kas.

Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

23

dibandingkan total asetnya. Namun harus dipahami bahwa bukan berarti

perusahaan yang insolvable namun likuid tidak bisa menjalankan aktivitasnya.

Karena dengan kemampuan likuiditas yang dimilikinya sangat memungkinkan

perusahaan tersebut untuk bisa mengembalikan utangnya dengan cepat dan tepat

(Fahmi, 2013:58).

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan pendanaan eksternal melalui penerbitan hutang.

Sehingga perusahaan menggunakan pinjaman atau hutang sebagai pengganti kas

yang dipegang perusahaan (Ozkan dan Ozkan dalam Ratnasari, 2015). Ferreira

dan Vilela dalam Ratnasari (2015) menyatakan perusahaan dengan tingkat hutang

yang tinggi memiliki kas dengan jumlah yang besar agar terhindar dari

kebangkrutan.

Hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Opler dalam

Syafrizalliadhi (2014), Ferreira dan Vilela dalam Ratnasari (2015), Ozkan dan

Ozkan dalam Ratnasari (2015), Hartadi (2012), dan Syafrizalliadhi (2014).

Berdasarkan uraian tersebut maka leverage memiliki pengaruh signifikan

terhadap cash holding.

H3 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap cash holding

2.9.4 Hubungan Capital Expenditure Terhadap Cash Holding

Capital expenditure berkaitan dengan dana yang dikeluarkan untuk memperoleh

aset tetap. Jika sebuah perusahaan berinvestasi pada aset tetap, hal ini akan

mengurangi posisi kasnya. Di sisi lain, penjualan aset tetap akan menambah

jumlah kas (Rodoni & Ali, 2014:24). Capital expenditure dapat meningkatkan

kapasitas utang sehingga dapat mengurangi tingkat kas. Hal ini disebabkan

perusahaan yang memiliki lebih banyak capital expenditure, dapat menciptakan

lebih banyak aset yang bisa digunakan sebagai jaminan perusahaan dalam

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theoryrepo.darmajaya.ac.id/875/3/BAB II.pdf · Namun, jumlah kas terlalu kecil pun bisa berdampak pada likuiditas perusahaan. Kepemilikan jumlah

24

berhutang. Dengan demikian, capital expenditure merupakan pengurang bagi cash

holding perusahaan (Bates et al., dalam Ratnasari, 2015). Pernyataan tersebut

didukung oleh Saddour dalam Ratnasari (2015), yang juga menyatakan apabila

capital expenditure perusahaan semakin kecil, perusahaan akan memegang kas

dalam jumlah yang lebih besar.

Hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saddour dalam

Ratnasari (2015) dan Bates et al. dalam Ratnasari (2015). Berdasarkan empiris

sebelumnya, capital expenditure memiliki pengaruh.

H4 : Capital expenditure berpengaruh signifikan terhadap cash holding.