BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kualitas · dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kualitas · dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Kualitas
2.1.1 Pengertian Dasar dari Kualitas1
Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi
dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional
dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu
produk seperti: performansi (performance), keandalan (reliability), mudah
dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya.
Bagaimanapun para manajer dari perusahaan yang sedang
berkompetisi dalam pasar global harus memberikan perhatian serius pada
definisi strategik, yang menyatakan bahwa: kualitas adalah segala sesuatu
yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
needs of costumer).
Keistimewaan atau keunggulan produk dapat diukur melalui tingkat
kepuasan pelanggan. Keistimewaan ini tidak hanya terdiri dari karakteristik
produk yang ditawarkan, tetapi juga pelayanan yang menyertai produk itu,
seperti: cara pemasaran, cara pembayaran, ketepatan penyerahan, dan lain-
lain. Keistimewaan suatu produk dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
keistimewaan langsung dan keistimewaan atraktif. Keistimewaan langsung 1 Total Quality Management (Gaspersz, 4 – 5)
17
berkaitan dengan kepuasan pelanggan yang diperoleh secara langsung dengan
mengkonsumsi produk yang memiliki karakteristik unggul seperti produk
tanpa cacat, keterandalan (reliability), dan lain-lain. Sedangkan keistimewaan
atraktif berkaitan dengan kepuasan pelanggan yang diperoleh secara tidak
langsung dengan mengkonsumsi produk itu. Keistimewaan atraktif sering
memberikan kepuasan yang lebih besar pada pelanggan dibandingkan
keistimewaan langsung. Beberapa keistimewaan atraktif, misalnya: Bank
yang buka pada hari minggu, pelayanan 24 jam tanpa tambahan biaya,
pembelian produk melalui telepon dan penyerahan di rumah, dan sebagainya.
Keistimewaan atraktif dapat meningkatkan kepuasan pelanggan secara cepat,
meskipun untuk itu membutuhkan inovasi dan pengembangan secara terus
menerus.
Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai
totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas
seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (costumer satisfiaction) atau
konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the
requirements).
Perlu dicatat sejak awal pengertian produk seperti yang didefinisikan
dalam ISO 8402, bahwa produk adalah hasil dari aktivitas atau proses. Suatu
18
produk dapat berbentuk (tangible), tak berbentuk (intangible), atau kombinasi
keduanya.
Dengan demikian tiga kategori produk dapat diidentifikasi di sini,
yaitu: (1) barang (goods), misalnya : ban, cat, mobil, telpon, kabel, computer,
dll., (2) perangkat lunak (software), misalnya: program computer, laporan
keuangan, prosedur atau instruksi dalam system kualitas ISO 9000, dll., dan
(3) jasa (services), misalnya: perbankan, asuransi, transportasi, pergudangan,
pendidikan dan pelatihan, dll.
Di samping pengertian kualitas telah disebutkan di atas, kualitas juga
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan
dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus menerus sehingga dikenal
istilah: Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).
Berdasarkan definisi tentang kualitas baik yang konvensional maupun
yang lebih strategic, kita boleh menyatakan bahwa pada dasarnya kualitas
mengacu kepada pengertian pokok berikut:
1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan
langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan
pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan
produk itu.
2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan.
19
Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas di atas, tampak bahwa kualitas
selalu berfokus pada pelanggan (costumer focused quality). Dengan demikian
produk-produk didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk
memenuhi keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada segala
sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu produk dihasilkan baru
dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat
dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang
baik dan benar.
2.1.2 Definisi Manajemen Kualitas2
Pada dasarnya Manajemen kualitas (Quality Management) atau Manajemen
Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai
suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continous
performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap
area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber
daya manusia dan modal yang tersedia.
ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan Manajemen Kualitas
sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang
menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta
mengimplementasikan melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality
planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality
assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab 2 Total Quality Management (Gaspersz, 5 – 9)
20
untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus
dikendalikan oleh manajemen puncak (top manajement), dan
implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.
Dari definisi tentang manajemen kualitas di atas, ISO 8402 (Quality
Vocabulary) juga mengemukakan beberapa definisi tentang perencanaan
kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan
kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement),
sebagai berikut:
Perencanaan kualitas (quality planning) adalah penerapan dan
pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem
kualitas.
Pengendalian kualitas (quality control) adalah teknik-teknik dan
aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.
Jaminan kualitas (quality assurance) adalah semua tindakan terencana
dan sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna
memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan
kebutuhan untuk kualitas tertentu.
Peningkatan kualitas (quality improvement) adalah tindakan-tindakan
yang diambil guna meningkatkan nilai produk untuk pelanggan melalui
peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur
organisasi.
21
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (The U.S. Department of
Defense) mendefinisikan Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality
Management = TQM) sebagai filosofi dan sekumpulan petunjuk prinsip-
prinsip yang menjadi landasan untuk perbaikan terus menerus dari suatu
organisasi. Manajemen kualitas Terpadu adalah penerapan metode-metode
kuantitatif dan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas material
dan pelayanan yang dipasok pada suatu organisasi, semua proses dalam
organisasi, dan memenuhi derajat kebutuhan pelanggan baik pada saat
sekarang maupun di masa yang akan datang. Manajemen Kualitas Terpadu
(Total Quality Management = TQM) mengintegrasikan teknik-teknik
manajemen fundamental, usaha-usaha perbaikan yang ada, dan alat-alat
teknikal di bawah suatu disiplin pendekatan yang berfokus pada perbaikan
terus-menerus.
Meskipun Manajemen Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai
versi, namun pada dasarnya Manajemen Kualitas berfokus pada perbaikan
terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian
Manajemen Kualitas berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua
sumber daya manusia, pemasok-pemasok (suppliers), dan para pelanggan
(costumers), di lingkungan perusahaan (coporate environment). Hal ini berarti
bahwa Manajemen Kualitas merupakan kemampuan atau kapabilitas yang
22
melekat dalam sumber daya manusia serta merupakan proses yang dapat
dikontrol (controllable process), dan bukan suatu kebetulan belaka.
Dr. Joseph M. Juran salah satu guru dalam manajemen kualitas
memberikan definisi tentang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan
aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang memiliki karakteristik:
1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.
2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.
3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada
pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi; di sana sasaran untuk
peningkatan kualitas tahunan.
4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan
5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.
6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
7. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan
dengan sasaran.
8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.
9. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.
Dr. Juran mengidentifikasi unsur-unsur revolusi kualitas Jepang, sebagai
berikut:
Manajer atas mengambil tanggung jawab manajemen kualitas.
23
Manajer atas melatih keseluruhan hierarki dalam proses manajemen
kualitas.
Manajer atas melakukan perbaikan kualitas pada tingkat revolusioner.
Manajer atas melibatkan partisipasi angkatan kerja (karyawan).
Manajer atas menambah sasaran kualitas kepada rencana bisnis.
Dr. Juran sangat terkenal dengan konsep trilogi kualitas, yaitu: perencanaan
kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), dan
perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).
Pendekatan Juran terhadap perencanaan kualitas (quality planning)
melibatkan beberapa aktivitas berikut:
1. Identifikasi pelanggan. Setiap orang yang akan dipengaruhi adalah
pelanggan.
2. Menentukan kebutuhan pelanggan.
3. Menciptakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan.
4. Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk di
bawah kondisi operasi.
5. Mentransfer atau mengalihkan proses ke operasi.
Dr. Juran menyatakan bahwa perencanaan kualitas seharusnya
melibatkan partisipasi mereka yang akan diperngaruhi oleh rencana. Juga
24
mereka yang merencanakan kualitas seharusnya dilatih dalam menggunakan
metode-metode modern dan alat-alat perencanaan kualitas.
Pendekatannya terhadap pengendalian kualitas (quality control)
melibatkan beberapa aktivitas berikut:
1. Mengevaluasi performansi aktual.
2. Membandingkan yang aktual dengan sasaran.
3. Mengambil tindakan atas perbedaan antara yang aktual dan sasaran.
Dr. Juran mendukung pendelegasian pengendalian kepada tingkat paling
bawah dalam perusahaan melalui penempatan karyawan ke dalam keadaan
swakendali (self-control). Ia juga mendukung pelatihan karyawan dalam
pengumpulan data dan analisis untuk memungkinkan mereka membuat
keputusan berdasarkan pada fakta-fakta.
Pendekatan terhadap perbaikan kualitas (quality improvement)
mencakup hal-hal berikut:
1. Menciptakan kesadaran dari kebutuhan dan kesempatan untuk perbaikan
atau peningkatan.
2. Mengamanatkan atau menugaskan peningkatan kualitas; dan membuatnya
sebagai bagian dari setiap deskripsi pekerjaan.
3. Menciptakan infrastruktur: menetapkan dewan kualitas; memilih proyek
untuk perbaikan; menentukan atau menunjuk tim, menyiapkan fasilitator.
4. Memberikan pelatihan tentang bagaimana meningkatkan kualitas.
25
5. Meninjau kembali kemajuan secara teratur.
6. Memberikan penghargaan kepada tim pemenang.
7. Mempropagandakan atau mempopulerkan hasil-hasil perbaikan kualitas.
8. Memperbaiki system balas jasa (reward system) dalam menjalankan
tingkat perbaikan kualitas.
9. Mempertahankan momentum melalui perluasan rencana bisnis yang
mencakup sasaran untuk peningkatan kualitas.
Pandangan Dr.Juran tentang isu-isu utama lain yang berkaitan dengan
manajemen kualitas adalah:
1. Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat melalui
perencanaan partisipatif, rekayasa berbarengan (concurrent engineering),
dan pelatihan kepada perencana dalam metode dan alat-alat manajemen
kualitas.
2. hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki. Banyaknya pemasok
seharusnya dikurangi. Suatu hubungan kerja sama (teamwork relevation)
seharusnya ditetapkan berdasarkan rasa saling percaya. Lama kontrak
seharusnya diperpanjang sehingga bersifat hubungan jangka panjang.
3. Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil dan bukan berorientasi pada
alat. Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah perilaku karyawan,
dan bukan sekadar melatih atau mendidik saja. Sebagai contoh: pelatihan
dalam peningkatan kualitas seharusnya didahului dengan tugas dalam
26
suatu proyek perbaikan. Misi pelatihan seharusnya membantu tim
menyelesaikan proyek itu.
Dr. W. Edwards Deming, seorang doktor statistik berkebangsaan Amerika
Serikat yang merupakan pakar kualitas ternama dan yang mengajarkan kepada
Jepang tentang konsep pengendalian kualitas, mengemukakan bahwa proses
industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan kualitas secara terus-
menerus (continous quality improvement), yang dimulai dari sederet siklus
sejak adanya ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk,
proses produksi, sampai dengan distribusi kepada pelanggan; seterusnya
berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna
produk (pelanggan) dikembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru
atau meningkatkan kualitas produk lama beserta produksi yang ada saat ini.
2.1.3 Dimensi Kualitas3
Dimensi kualitas menurut Garvin, mengidentifikasi delapan dimensi kualitas
yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu
sebagai berikut.
1. Performa (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk
dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan
ketika ingin membeli suatu produk. Sebagai misalnya; performansi dari
produk TV berwarna adalah memiliki gambar yang jelas; performansi dari
produk mobil adalah akselerasi, kecepatan, kenyamanan, dan 3 Manajemen Mutu Terpadu (Drs. M.N. Nasution, M.Sc.,A.P.U.)
27
pemeliharaan; performansi dari produk jasa penerbangan adalah ketepatan
waktu, kenyamanan, ramah tamah, dan lain-lain.
2. Keistimewaan (features), merupakan aspek kedua dari performansi yang
menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan
pengembangannya. Sebagai misalnya, features untuk produk penerbangan
adalah memberikan minuman atau makanan gratis dalam pesawat,
pembelian tiket melalui telepon dan penyerahan tiket di rumah, pelaporan
keberangkatan di kota dan diantar ke lapangan terbang (city check in).
Feature dari produk mobil, seperti atap yang dapat dibuka, dan lain-lain.
Sering kali terdapat kesulitan untuk memisahkan karakteristik performansi
dan features. Biasanya pelanggan mendefinisikan nilai dalam bentuk
fleksibilitas dan kemampuan mereka untuk memilih features yang ada,
juga kualitas dari features itu sendiri. Ini berarti features adalah ciri-ciri
atau keistimewaan tambahan atau pelengkap.
3. Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk
berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi
tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang
merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu
produk, misalnya keandalan mobil adalah kecepatan.
4. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
28
keinginan pelanggan. Konformansi merefleksikan derajat di mana
karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar
yang telah ditetapkan, serta sering didefinisikan sebagai konformansi
terhadap kebutuhan (conformance to requirements). Karakteristik ini
mengukur banyaknya atau persentase produk yang gagal memenuhi
sekumpulan standar yang telah ditetapkan dank arena itu perlu dikerjakan
ulang atau diperbaiki. Sebagai misalnya, apakah semua pintu mobil untuk
model tertentu yang diproduksi berada dalam rentang dan toleransi yang
dapat diterima: 30± 0.01 inci.
5. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk.
Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. Sebagai
misalnya, pelanggan akan membeli ban mobil berdasarkan daya tahan ban
itu dalam penggunaan, sehingga ban-ban mobil yang memiliki masa pakai
yang lebih panjang tentu akan merupakan salah satu karakteristik kualitas
produk yang dipertimbangkan oleh pelanggan ketika akan membeli ban.
6. Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan atau kesopanan, kompetensi, kemudahan,
serta akurasi dalam perbaikan. Sebagai misalnya, saat ini banyak
perusahaan otomotif yang memberikan pelayanan perawatan atau
perbaikan mobil sepanjang hari (24 jam) atau permintaan pelayanan
melalui telepon dan perbaikan mobil dilakukan di rumah.
29
7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang
bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
refleksi dari preferensi atau individual. Dengan demikian, estetika dari
suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan
mencakup karakteristik tertentu, seperti keelokan, kemulusan, suara yang
merdu, selera, dan lain-lain.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subjektif,
berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk,
seperti meningkatkan harga diri. Hal ini dapat juga berupa karakteristik
yang berkaitan dengan reputasi (brand name-image). Sebagai misalnya,
seseorang akan membeli produk elektronik merek Sony karena memiliki
persepsi bahwa produk-produk bermerek Sony adalah produk yang
berkualitas, meskipun orang itu belum pernah menggunakan produk-
produk bermerek Sony.
2.1.4 Perspektif Kualitas4
Garvin mengidentifikasi adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa
digunakan, yaitu:
1. Transcendental Approach
Menurut pendekatan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi
sulit dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni
musik, drama, seni tari, dan seni rupa. Selain itu, perusahaan dapat 4 Manajemen Mutu Terpadu (Drs. M.N. Nasution, M.Sc.,A.P.U.)
30
mempromosikan produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat
berbelanja yang menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan
wajah (kosmetik), kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan
lain-lain. Dengan demikian, fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan
suatu perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai
dasar manajemen kualitas karena sulitnya mendesain produk secara tepat
yang mengakibatkan implementasinya sulit.
2. Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut
yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas
mencerminkan perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki
produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat
menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi
individual.
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang menggunakannya, dan produk yang paling memuaskan
preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang
berkualitas paling tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand-oriented
ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan
31
dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah
sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat dan terutama memperhatikan praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan serta mendefinisikan kualitas sebagai
sama dengan persyaratannya (conformance to requirements). Dalam
sektor jasa, dapat dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operation-driven.
Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan
secara internal, yang sering kali didorong oleh tujuan peningkatan
produktivitas dan penekanan biaya. Jadi, yang menentukan kualitas adalah
standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang
menggunakannya.
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangan trade-off antara kinerja produk dan harga, kualitas
didefinisikan sebagai “affordable excellence”, Kualitas dalam perspektif
ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi
belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai
adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy).
32
2.2 Six Sigma
2.2.1. Sejarah Six Sigma5
Motorola adalah tempat berawalnya Six Sigma. Skill yang tinggi,
percaya diri, dan teknisi terlatih yang mengetahui statistik, Mikel Harry mulai
mempelajari variasi di dalam proses-proses yang berbeda dalam Motorola.
Dia kemudian mulai melihat terlalu banyak variasi dalam hasil setiap proses
memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang buruk dan ketidak efektifan dalam
menemukan kebutuhan pelanggan. Ketika konsep dari variasi bisa di
ekspresikan secara statistical, maka itu tidak akan merepotkan lagi. Sekali
lagi, coba kita pikirkan pengalaman membeli makan siang kita. Mari kita
simak ke restoran cepat saji dimana anda sebagai pelanggan. Bagaimana jika
selama anda makan siang disana selama 5 hari berturut-turut, anda merasakan
bagaimana anda dari mulai memasuki antrian sampai anda mendapatkan
pesanan anda:
Senin (14 menit)
Selasa (12 menit)
Rabu (2 menit)
Kamis (24 menit)
Jumat (8 menit)
Rata-rata waktu tunggu untuk menunggu pada minggu ini adalah 12 menit.
Sebelumnya, untuk mengatakan bahwa anda akan menunggu 12 menit dalam 5 Six Sigma for Everyone (Geogr Eckes,p
33
antrian sebenarnya tidak bisa menggambarkan situasi sebenarnya. Pada hari
rabu anda menunggu hanya 2 menit dan keesokan harinya anda menunggu 24
menit. Sebagai teman baik saya dan sebagai kolega, Dave Schulenberg
mengatakan, “Pelanggan memiliki perasaan yang bervariasi, buka rata-rata”.
Tidak memiliki kontrol atas variasi yang terjadi, restoran ini akan kehilangan
bisnisnya, dimana anda tidak menyukai antrian yang tidak pasti apakah 2
menit atau 24 menit.
Mikel Harry menyadari pentingnya mengukur variasi dalam berbagai
macam proses Motorola. Walaupun tidak seperti efek kualitas lainnya yang
menghabiskan waktu terbanyak pada pengukuran, Harry dan yang lainnya di
Motorola mengambil tindakan pada proses mana yang menghasilkan variasi
paling banyak. Mereka mengusulkan satu set tools untuk mengurangi dan
mengontrol variasi di dalam performansi prose yang buruk dan meningkatkan
keefektifan dan efisiensi dari proses tersebut. Mereka tidak hanya berhasil
mengembangkan proses tersebut, mereka secara aktif mengikat Chief
Executive Officer mereka, Bob Galvin, dalam pekerjaan mereka. Tidak lama
kemudian, Galvin mulai mengontrol variasi di setiap proses Motorola dan
membuat Six Sigma, filosofi dalam semua yang ia lakukan.
Pada tahun 1992, saya beruntung bisa mendengarkan pidato Bob
Galvin di Juran Institute. Ketika saya memberikan pidato pada supplier
management, saya memastikan untuk mendengarkan keynote dari pidatonya
34
sejak saya telah menghabiskan waktu pada akhir tahun 1980an bekerja
bersama beberapa supplier Motorola membantu mereka untuk
mengimplementasi Six Sigma, walaupun dalam skala lebih kecil daripada
Motorola itu sendiri. Setelah mendengarkann pidato pada awal November
1992, saya tahu Six Sigma akan menjadi sesuatu yang berbeda. Pada masa
lalu, itu selalu kualitas professional lainnya yang membicarakan mengenai
pengembangan.
2.2.2 Tiga Area utama Six Sigma
Six Sigma adalah suatu cara yang lebih maju dalam mengatur bisnis
atau sebuah departemen. Six Sigma mengutamakan konsumen dan
menggunakan fakta dan data untung menemukan solusi yang lebih baik.
Usaha pendekatan Six Sigma mendekati 3 area utama : (what is six sigma,
Pande,2002,hal 3)
• Meningkatkan kepuasan pelanggan.
• Mengurangi waktu siklus.
• Mengurangi cacat (defect).
35
2.2.3 Beberapa Istilah dalam Konsep Six Sigma Motorola6
1. Black Belt
Merupakan pemimpin tim (team leader) yang bertanggung jawab untuk
pengukuran, analisis, peningkatan, dan pengendalian proses-proses kunci
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan atau pertumbuhan produktivitas.
Black Belt adalah orang yang menempati posisi pemimpin penuh waktu
(full-time position) dalam proyek Six Sigma. Sebelum menjadi Black belt,
orang ini harus memperoleh pelatihan dari Master Black Belt atau
Konsultan selama kurang lebih 160 jam pelatihan efektif, ditambah
penanganan sebuah proyek Six Sigma yang berjangka waktu empat bulan.
Sistem pelatihan yang ditawarkan adalah 5 hari mengikuti Sesi I di kelas,
kemudian menerapkan di perusahaan selama 3 minggu, lalu kembali ke
kelas untuk mengikuti Sesi II selama lima hari, kemudian balik ke
perusahaan untuk mengimplementasikan program Six Sigma, dan
seterusnya selama empat bulan. Calon Black Belt harus menguasai
prinsip-prinsip statistika dan mahir dalam pengoperasian paket-paket
software statistika, seperti: Minitab, Statgraphics, SPSS, dan lain-lain. Six
Sigma Black Belt telah menjadi profesi eksklusif di Amerika Serikat, di
mana seorang Black Belt yang bersertifikat akan menerima gaji awal
sekitar: $75.000 per tahun. Seorang Black Belt mampu menangani 3-4
6 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,MBNQA, dan HACCP (Vincent Gaspersz, p 4 – 9)
36
proyek Six Sigma per tahun, dan memiliki sekitar 100 anggota. Kurikulum
dari program pelatihan Six Sigma Black Belt yang umum ditawarkan
adalah:
~ Session One (5 days)
Understanding Six Sigma.
Developing the Language of Six Sigma and Statistics.
How to Compute and Apply Basic Statistics.
How to Establish and Benchmark Process Capability.
~ Session Two (5 days)
Understanding the Theory of Sampling and Hypothesis Testing.
How to Apply the Key Statistical Tools for Testing Hypotheses.
Understanding the Elements of Succesful Aplications Planning.
How to Apply and Manage the Breaktrough Strategy.
How to Establish Realistic Performance Tolerances.
~ Session Three (5 days)
Understanding the Basic Principle of Experimentation.
How to Design and Execute Multivariable Experiments.
How to Interpret and Communicate the Results of an Experiment.
How to Plan and Execute a Variable Search Study.
~ Session Four (5days)
Understanding the Basic Concepts of Process Control.
37
How to Construct, Use, and Maintain Charts for Variables Data.
How to Construct, Use, and Maintain Charts for Attribute Data.
How to Implement and Maintain Precontrol and Positrol Plans.
How to Plan and Implement Process Control System.
2. Green Belt
Serupa dengan Black Belt, kecuali posisinya tidak penuh waktu (not full-
time position).
3. Master Black Belt
Guru yang melatih Black Belt, sekaligus merupakan mentor dan konsultan
proyek Six Sigma yang sedang ditangani oleh Black Belt. Kriteria
pemilihan atau kualifikasi dari seorang Master Black Belt adalah
keterampilan analisis kuantitatif yang sangat kuat dan kemampuan
mengajar serta memberikan konsultasi tentang manajemen proyek yang
berhasil. Master Black Belt merupakan posisi penuh waktu. Seorang
Master Black Belt dapat menangani sekitar 25-30 orang Black Belt.
4. Champion
Dalam struktur Six Sigma, Champion merupakan individu yang berada
pada manajemen atas (top management) yang memahami Six Sigma dan
bertanggung jawab untuk keberhasilan dari Six Sigma itu. Dalam
organisasi besar, Six Sigma akan dipimpin oleh individu penuh waktu,
high level champion, seperti seorang Executive Vice-President.
38
5. Critical-to-Quality (CTQ)
Atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan
langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen
dari suatu produk, proses, atau praktek-praktek yang berdampak langsung
pada kepuasan pelanggan.
6. Defect
Kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan.
7. Defects Per Opportunity (DPO)
Ukuran kegagalan yang dihitung dalam Program Peningkatan Kualitas Six
Sigma, yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu
kesempatan. Besaran DPO ini, apabila dikalikan dengan konstanta
1.000.000, akan menjadi ukuran Defects Per Million Opportunities =
DPMO. Jadi, DPMO = DPO x 1.000.000. Misalnya, dalam proses
pemesanan item-item melalui internet di toko buku
www.amazon.com/returns telah diidentifikasi sembilan CTQ potensial
yang menyebabkan pesanan dikembalikan, yaitu: (1) memesan item yang
salah, (2) menerima item yang tidak dipesan, (3) menerima item tidak
tepat waktu sehingga tidak dibutuhkan lagi, (4) menemukan harga yang
lebih murah di tempat lain, (5) kinerja kualitas produk tidak sesuai dengan
ekspektasi, (6) produk (terutama software, elektronik, dan lain-lain) tidak
sesuai dengan sistem yang ada, (7) bagian atau aksesoris dari produk itu
39
hilang, (8) produk cacat atau rusak ketika diterima, dan (9) produk
menjadi cacat atau rusak setelah diterima dalam batas waktu maksimal 60
hari dari tanggal penyerahan (atau 30 hari dari tanggal penyerahan untuk
produk telepon selular dan personal computer). Selanjutnya, misalnya,
pemilik proses pemesanan itu ingin menghitung DPO pada saat ini. Dari
500 pesanan yang diterima, diketahui bahwa terdapat 12 pesanan yang
dikembalikan dan/atau dikeluhkan karena hal-hal di atas. Di sini kita
menghitung DPO = 12 / (500x9) = 12 / 4500 = 0.002667 atau DPMO =
DPO x 1.000.000 = 0.0026667 x 1.000.000 = 2.667
8. Defects Per Million Opportunities (DPMO)
Ukuran kegagalan dalam Program Peningkatan Kualitas Six Sigma, yang
menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari pengendalian
kualitas Six Sigma Motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak
diinterpretasikan sebagai 3,4 unit output yang cacat dari sejuta unit output
yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk
tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karakteristik
CTQ (critical-to-quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta
kesempatan (DPMO). Misalnya, bila pencurian sebuah karpet rumah
tangga yang berukuran 1500-square-foot dilakukan oleh suatu proses
berkemampuan 4-sigma yang memiliki target 6.210 DPMO, maka akan
terdapat sekitar 9,3 square feet dari area karpet itu yang tidak tercuci
40
bersih 6.210/1.000.000 x 1500 = 0.005 square feet yang tidak tercuci
bersih (hampir mustahil menemukan kegagalan dalam proses pencucian
karpet itu). Pemahaman terhadap DPMO ini sangat penting dalam
pengukuran keberhasilan aplikasi program peningkatan kualitas Six
Sigma.
9. Process Capability
Kemampuan proses untuk memproduksi atau menyerahkan output sesuai
dengan ekspektasi dan kebutuhan pelanggan. Process Capability
merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan proses mampu
menghasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang ditetapkan oleh
manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Indeks Cpm
mengukur kapabilitas potensial atau yang melekat dari suatu proses yang
diasumsikan stabil, dan biasanya didefinisikan sebagai :
( ) ( ) 22pm σTμ/LSLUSLC +−−= . Di sini USL = upper specification
limit (batas spesifikasi atas), LSL = lower specification limit (batas
spesifikasi bawah), dan T = nilai target (nilai terbaik untuk karakteristik
kualitas yang diharapkan pelanggan) dari produk. Ketiga nilai USL, LSL,
dan T ditentukan berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi rasional dari
pelanggan. Nilai µ (baca: mu) merupakan nilai rata-rata (mean) proses
aktual, dan 2σ (baca: sigma-kuadrat) merupakan nilai varian (variance)
dari proses yang merupakan ukuran variasi proses. Process Capability
41
hanya diukur untuk proses yang stabil, sehingga apabila proses situ
dianggap tidak stabil, maka proses itu harus distabilkan terlebih dahulu.
Dengan demikian nilai standar deviasi yang digunakan dalam pengukuran
process capability (Cpm) harus berasal dari proses yang stabil, sehingga
merupakan variasi yang melekat pada proses yang stabil itu (common-
causes variation).
10. Variation
Merupakan apa yang pelanggan lihat dan rasakan dalam proses transaksi
antara pemasok dan pelanggan itu. Semakin kecil variation akan semakin
disukai, karena menunjukkan konsistensi dalam kualitas. Variasi
mengukur suatu perubahan dalam proses atau praktek-praktek bisnis yang
mungkin mempengaruhi hasil yang diharapkan.
11. Stable Operation
Jaminan konsistensi, proses-proses yang dapat diperkirakan dan
dikendalikan guna meningkatkan apa yang pelanggan lihat dan rasakan—
meningkatkan ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.
12. Design for Six Sigma (DFSS)
Suatu desain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kemampuan
proses (process capability). DFSS merupakan suatu metodologi sistematik
yang menggunakan peralatan, pelatihan, dan pengukuran untuk
memungkinkan pemasok mendesain produk dan proses yang memenuhi
42
ekspektasi dan kebutuhan pelanggan, serta dapat diproduksi atau
dioperasikan pada tingkat kualitas Six Sigma.
13. Define, Measure, Analyze, Improve and Control (DMAIC)
Merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju target Six
Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu
pengetahuan dan fakta (systematic, scientific and fact based). Proses
closed-loop ini (DMAIC) menghilangkan langkah-langkah proses yang
tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran-pengukuran baru, dan
menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target Six
Sigma. DMAIC sering diucapkan sebagai : “Duh May Ick”.
14. Six Sigma
Suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta
kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang atau jasa).
Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect ---- kegagalan nol).
43
2.2.4 Metode perbaikan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
Dalam menyelesaikan permasalahan Six Sigma, ada banyak cara dan model,
salah satunya dapat menggunakan metode DMAIC
Gambar 2.1 DMAIC Cycle
• Define (D)
Define (D) merupakan langkah operasional pertama dalam program
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu mendifinisikan
beberapa hal yang terkait dengan : (1) kriteria pemilihan proyek Six
Sigma, (2) peran dan tanggung jawab dari orang-orang yang akan terlibat
44
dalam proyek Six Sigma, (3) kebutuhan pelatihan untuk orang-orang yang
terlibat dalam proyek Six Sigma, (4) proses-proses kunci dalam proyek Six
Sigma beserta pelanggannya, dan (5) kebutuhan spesifik dari pelanggan,
dan (6) pernyataan tujuan proyek Six Sigma.7
• Measure (M)
Measure (M) merupakan langkah operasional kedua dalam program
peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus
dilakukan dalam tahap MEASURE (M), yaitu : (1) memilih atau
menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan, (2) mengembangkan
suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran yang dapat
dilakukan pada tingkat proses, output, atau outcome, dan (3) mengukur
kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses, output, atau
outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja (performance baseline)
pada awal proyek Six Sigma.8
Tools yang dapat digunakan pada tahap Measure antara lain9:
Process Mapping.
YX diagram.
FMEA.
7 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,MBNQA, dan HACCP (Vincent Gaspersz,p ) 8 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,MBNQA, dan HACCP (Vincent Gaspersz,p ) 9 Six Sigma (Rod Howes,p 165)
45
Measurement System Analysis (MSA).
Capability Analysis.
• Analyze (A)
Analyze (A) merupakan langkah operasional ketiga dalam program
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan
beberapa hal berikut : (1) menentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas
atau kemampuan (capability) dari proses, (2) menetapkan target-target
kinerja dari karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang akan ditingkatkan
dalam proyek Six Sigma, (3) mengidentifikasi sumber-sumber dan akar
penyebab kecacatan atau kegagalan, dan (4) mengkonversikan banyak
kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas (cost of poor quality).10
Tools yang dapat digunakan pada tahap Analyze antara lain:11 Histogram
Boxplots.
Dot plots.
Interval plots.
Scatter plots.
Regression.
Time Series plots.
Multivari Analysis.
Hypothesis testing.
10 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,MBNQA, dan HACCP (Vincent Gaspersz,p ) 11 Six Sigma (Rod Howes,p 202)
46
ANOVA.
Beberapa kategori penyebab yang umum dapat dilihat dari:12
Metode : prosedur atau teknik yang digunakan dalam pengerjaan.
Mesin : teknologi, seperti komputer, mesin foto copy, atau peralatan
manufakturing, yang digunakan di tempat kerja.
Material : data, instruksi, fakta, formulir.
Pengukuran : uji kesalahan data dari pengukuran sebuah proses atau
tindakan dari pekerja dalam konteks apa yang diukur dan bagaimana.
Manusia : Sebuah varabel kunci dalam bagaimana semua elemen lain
berkombinasi untuk memproduksi hasil bisnis.
• Improve (I)
Pengembangan rencana tindakan merupakan salah satu aktivitas yang
penting dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang berarti
bahwa dalam tahap ini tim peningkatan Six Sigma harus memutuskan apa
yang harus dicapai (berkaitan dengan target yang ditetapkan), alasan
kegunaan (mengapa) rencana tindakan itu harus dilakukan, di mana
rencana tindakan itu akan diterapkan atau dilakukan, bilamana rencana
tindakan itu dilakukan, siapa yang akan menjadi penanggung jawab dari
rencana tindakan itu, bagaimana melaksanakan rencana tindakan itu, dan
berapa besar biaya untuk melaksanakan rencana tindakan itu serta manfaat
positif yang diterima dari implementasi rencana tindakan itu. Analisis 12 What is Six Sigma.( Pende,p 36-38)
47
menggunakan metode 5W-2H dapat digunakan pada tahap pengembangan
rencana tindakan ini.13
Tools yang dapat digunakan pada tahap Improve antara lain:14
Correlation & Regression Analysis.
DOE planning.
DOE, both full factorial and fractional factorial.
• Control (C)
Control (C) merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan
kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik
yang sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan
disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan
pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab proses,
yang berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.15
13 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,MBNQA, dan HACCP (Vincent Gaspersz,p ) 14 Six Sigma (Rod Howes,p 234) 15 Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,MBNQA, dan HACCP (Vincent Gaspersz,p )
48
2.2.5 Langkah-langkah Implementasi Program Six Sigma16
Tabel 2.1 Langkah-langkah DMAIC
No. Langkah Dasar Item Tindakan
1. DEFINE (D) 1. Mendefinisikan kriteria pemilihan proyek Six
Sigma.
2. Mendefinisikan peran orang-orang yang
terlibat dalam proyek Six Sigma.
3. Mendifinisikan kebutuhan pelatihan dalam
proyek Six Sigma.
4. Mendefinisikan proses-proses kunci beserta
pelanggan yang terlibat dalam proses.
5. Mendefinisikan kebutuhan spesifik dari
pelanggan yang terlibat dalam proses.
6. Mendefinisikan pernyataan proyek Six Sigma.
2. MEASURE (M) 1. Menetapkan karakteristik kualitas (Critical-to-
Quality = CTQ) kunci yang berhubungan.
2. Mengembangkan rencana pengumpulan data.
3. Mengukur kinerja sekarang.
3. ANALYZE (A) 1. Menentukan kestabilan dan kapabilitas proses.
2. Menetapkan target-target kinerja setiap CTQ.
16 Total Quality Management untuk Praktisi Bisnis dan Industri.(Vincent Gaspersz,p 78)
49
3. Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar
penyebab kegagalan.
4. Mengonversi banyak kegagalan dalam COPQ
(cost-of-poor-quality).
4. IMPROVE (I) 1. Menetapkan rencana tindakan (action plan)
dan melaksanakan program peningkatan
kinerja menuju kapabilitas proses minimum 6-
sigma.
5. CONTROL (C) 1. Menstandarisasikan praktik-praktik terbaik
dalam proyek Six Sigma.
2. Menyebarluaskan praktik-praktik terbaik itu ke
seluruh organisasi.
3. Mentransformasikan bagaimana praktik-
praktik bisnis itu dilakukan mengikuti prinsip-
prinsip Six Sigma (institusionalisasi).
2.2.6 Siklus Hidup tim DMAIC17
o Fase 1 : Identifikasi dan Pemilihan Proyek
Dalam fase ini, manajemen meninjau ulang daftar dari proyek Six Sigma
yang berpotensi dan memilih yang paling menjanjikan untuk diselesaikan
17 What is Six Sigma.( Pende,p 28-31)
50
oleh sebuah tim. Menentukan prioritas itu susah tetapi sangat penting
untuk membuat waktu kerja tim optimal.
o Fase 2 : Membentuk Tim
Setelah mengatasi pengenalan masalah maka dapat membentuk tim dan
pemilihan pemimpin tim (Black Belt atau Green Belt).
o Fase 3 : Mengembangkan piagam
Piagam adalah sebuah dokumen kunci yang menyediakan petunjuk tertulis
untuk masalah atau proyek. Piagam ini termasuk alasan dalam
mengerjakan proyek, tujuan, rencana awal proyek, cakupan dan
pertimbangan lainnya, dan peninjauan dari tata cara dan tanggung jawab.
o Fase 4 : Melatih Tim
Pelatihan adalah prioritas utama dalam Six Sigma. Dalam kenyataanya,
beberapa orang mengatakan bahwa pelatihan adalah sebuah kekeliruan
karena banyak waktu kelas adalah mengerjakan pekerjaan yang
sebenarnya dalam proyek Black Belt atau proyek tim.
o Fase 5 : Melakukan DMAIC dan Implementasi Solusi
Tim harus mengembangkan rencana proyek, pelatihan, pilot, dan prosedur
untuk solusi mereka dan bertanggung jawab untuk penempatan keduanya
dalam tempat dan menjamin bahwa mereka bekerja dengan pengukuran
dan pemantauan hasil untuk sebuah periode waktu yang bermanfaat.
51
o Fase 6 : Menyerahkan solusi
Penyerahan terkadang ditandai dengan upacara formal.
2.2.7 Perbedaan dan keuntungan terbesar dari DMAIC18
1. Pengukuran masalah. Dalam DMAIC, anda tidak hanya berasumsi bahwa
anda memahami mengenai masalahnya; anda harus membuktikannya
dengan fakta.
2. Fokus pada konsumen pelanggan eksternal selalu penting, walaupun anda
hanya mencoba untuk mengurangi biaya dalam proses.
3. Memverifikasi akar permasalahan. Jika tim setuju pada sebuah penyebab,
itu cukup membuktikan, tetapi dalam dunia Six Sigma, anda harus
membuktikannya dengan fakta dan data.
4. Mematahkan kebiasaan lama. Solusi yang keluar dari proyek DMAIC
seharusnya tidak hanya menjadi kesempatan kecil dalam proses yang
lama. Perubahan sesungguhnya dan hasil membutuhkan solusi baru yang
kreatif.
5. Mengelola resiko.
6. Pengukuran hasil.
7. Kelangsungan perubahan.
18 What is Six Sigma.( Pende,p 28-31)
52
2.2.8 10 Tools Untuk Menguasai Six Sigma
1. Critical to Quality (CTQ) Tree
Digunakan untuk brainstorm dan memvalidasi kebutuhan dan harapan
pelanggan dari proses yang ditargetkan untuk dikembangkan.
Kunci untuk menggunakan tool ini:
Selalu mulai dengan kebutuhan dari konsumen.
Tuliskan kebutuhan sebagai kata kerja tanpa kata sifat dalam
penggambarannya.
Terus bergerak ke kanan sampai anda menggambarkan bagaimana
untuk mengukur kebutuhan yang detail.
Pada waktu anda sudah memulai dengan sebuah cabang dari pohon,
semua cabang harus dengan lebih detail.
2. Peta Proses
Selama fase Define, tim proyek membuat peta proses yang pertama. Peta
proses adalah gambaran dari langkah-langkah dalam target dari proses
untuk pengembangan.
Kunci untuk menggunakan tool ini:
Jangan terburu-buru untuk menciptakan peta yang seharusnya, ini
mengarah pada tahap Impove dari DMAIC.
Tangkap semua langkah-langkah yang mengarah pada proses.
53
Gunakan kata kerja atau sifat untuk menggambarkan langkah-langkah
yang ada pada proses.
Gunakan kata benda untuk menggambarkan output dan input proses.
Gambar 2.2 Peta proses
54
3. Histogram
Untuk data yang bersambung tool yang paling tepat adalah histogram,
display grafis dari sederet angka dari waktu-waktu peristiwa dalam satu
set observasi.
Kunci untuk menggunakan tool ini:
Ingat untuk mempunyai lima sampai tujuh sel pengukuran ketika data
base anda 100 atau kurang.
Gunakan histogram ketika anda mempunyai data kontinyu saja.
Analisa histogram untuk penyebab khusus atau penyebab umum dari
variasi.
Dalam manufaktur, fokus utama pada mesin sebagai penyebab khusus.
Ketika kita mempertimbangkan histogram, box plots dan tabel
normalisasi bisa melakukan hal yang sama pada anda.
55
Gambar 2.3 Gambar Histogram
4. Diagram Pareto
Kunci untuk penggunaan tool ini:
Diagram pareto akan dibuat berdasarkan frekuensi waktu ketika
kejadian itu terjadi, tim proyek seharusnya mempertimbangkan dari
efek pembuatan pareto
Selalu bertujuan untuk mengurangi kontribusi terbesar pada pareto
yang berdasarkan frekuensi atau akibat pada dollar.
56
Gambar 2.4 Gambar pareto chart
5. Worksheet
Worksheet ini adalah meninjau ulang dari peta proses yang mengindikasi
nilai tambah pada langkah-langkah dalam proses dan langkah mana yang
tidak memiliki nilai tambah. Berikut ini adalah beberapa tipe aktifitas
tidak bernilai tambah:
Moves: langkah pada proses dimana produk atau jasa berpindah dari
satu tempat ke tempat lain.
Delays: langkah pada proses dimana produk atau jasa menunggu untuk
langkah berikutnya di proses.
Set-up: Langkah dalam proses yang menyiapkan produk atau jasa
untuk langkah kedepan.
Internal failures: langkah pada proses yang harus dikerjakan ulang.
57
External failures: langkah pada proses dimana kesalahan dideteksi
oleh konsumen.
Control/Inspection: langkah pada proses dimana produk atau jasa di
tinjau ulang untuk memastikan kepuasan pelanggan.
Value-enabling: langkah pada proses yang secara teknis tidak
menambah nilai tetapi diperlukan untuk menjalankan fungsi
organisasi.
Untuk menentukan langkah tersebut bernilai tambah atau tidak, ada tiga
kriteria yang harus dilihat:
Langkah pada konsumen dalam proses yang harus dipertimbangkan
kepentingannya.
Ada perubahan fisik dari produk atau jasa.
Sudah benar pada pertama kali.
58
Gambar 2.5 Gambar Worksheet
6. Diagram sebab akibat
Kunci untuk menggunakan tool ini:
Ketika semua ide sudah ditangkap, hati-hati tim tidak brainstorm
karena terlalu banyak ide.
Pastikan sudah menangkap semua ide.
Jangan mengkritik atau mendebatkan ide.
59
Ketika ide sudah tertangkap, pastikan ide sudah terklarifikasi sehingga
saling mengerti akan ide-ide yang ada.
Gambar 2.6 Pohon Masalah
7. Diagram Scatter
Kunci untuk menggunakan tool ini:
Ingat bahwa korelasi tidak berarti penyebab. Munkin saja ada faktor
ketiga menjelaskan korelasi.
Pastikan untuk menggunakan scatter diagram dengan data kontinyu
saja.
60
Gambar 2.7 Scatter Diagram
8. Diagram Affinity
Langkah-langkah membuat affinity diagram:
Pastikan setiap anggota tim menuliskan ide per note dan mempos nya
dengan random.
Ketika ide sudah dibaca untuk klarifikasi, saring ide-ide ke dalam
kelompok yang sejenis.
Buat kartu “kepala” untuk setiap kategori umum dari ide.
61
Gambar 2.8 Affinity diagram
9. Run Chart
Kunci untuk penggunaan tool ini:
Run chart harus digunakan ketika tim proyek tertarik melihat beberapa
pengukuran.
Jangan menginterpretasikan grafik terlalu cepat.
10. Control Chart
Kunci menggunakan tool ini:
Jangan bingung antara batas control dengan batas spesifikasi.
Berfikir bahwa batas spesifikasi sebagai suara konsumen.
Banyak tipe peta control sepanjang proses.
62
Rumus menghitung peta kontrol p yaitu :
inp)-p(13-ppLCL
pCLp
inp)-p(13ppUCL
=
=
+=
Gambar 2.9 Control Chart