BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Tabel 2. 1
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Tabel 2. 1
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Pustaka
Pada penulisan skripsi ini dilakukan studi literatur dari penelitian-
penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan sebagai bahan perbandingan
berupa kelebihan dan kekurangan yang sudah dilakukan. Informasi untuk
mendapatkan landasan teori ilmiah yang berkaitan dengan juduk yang
digunakan diperoleh melalui buku-buku, jurnal maupun skripsi.
Tabel 2. 1 Rangkuman kajian pustaka [3],[4] ,[5].
Kajian
pustaka
Penelitian I
A. S. Baskoro,
2010
Penelitian II
Liu. Zuming, 2018
Penelitian III
Liu. Zuming, 2020
Judul Improving weld
penetration by
employing of
magnetic poles’
configurations to
an autogenous
tungsten inert gas
(TIG) welding
Pengaruh variasi
kecepatan dan kuat
arus terhadap
kekerasan,
tegangan tarik,
struktur mikro baja
karbon rendah
dengan elektroda
E6013.
Influence of cusp
magnetic field
configuration on K-
TIG welding arc
penetration
behavior
Tujuan Mengetahui
pengaruh medan
magnet luar
terhadap bentuk
busur dan
menemukan
konfigurasi yang
Menganalisis
pengaruh kecepatan
dan besar arus
terhadap nilai
kekerasan , uji tarik
serta struktur mikro
Mengetahui efek
peningkatan medan
magnet puncak
terhadap
kemampuan
penetrasi busur K-
TIG.
6
dapat mengurangi
konsumsi daya
dan meningkatkan
penetrasi.
pada hasil
pengelasan.
Hasil
penelitian
• Susunan PP
menghasilkan
medan magnet
yang lebih kuat
dibandingkan
dengan susunan
PR.
• Lendutan
minimum dari
garis las adalah
PR-NNSS-SD
dengan jarak
antar magnet 90
mm.
• Pada jarak 90
dan konfigurasi
PP- NNSS
mempunyai
hasil yang
paling efisien
• Seiring
bertambahnya
kecepatan dan
besar arus akan
meningkatkan
sifat mekanik dari
logam las.
Dimana semakin
cepat kecepatan
lasa akan
meningkatkan
nilai kekerasan
• Setelah
menggunakan
CMF ke dalam K-
TIG, busur las
dibatasi, dan area
zona leleh lebih
kecil daripada
tanpa CMF. Bila
arah medan
magnet tegak
lurus maka efek
kendala lebih baik
dari pada arah
medan magnet
sejajar.
• Dengan CMF
tegak lurus
dengan sudut
tiang yang lebih
kecil, peleburan
ukuran zona
berkurang,
kedalaman leleh
dan tegangan
busur meningkat,
7
sudut kutub
adalah faktor
konfigurasi CMF
kritis untuk
mengontrol
kemampuan
penetrasi K-TIG
2.2. Tungsten Inert Gas (TIG)
Pengelasan digunakan untuk menyambungkan beberapa material logam
dengan menggunakan atau tanpa proses pengerjaan panas, tekanan , dan material
filler. Pengelasan tungsten inert gas (TIG) sendiri merupakan salah satu
pengelasan dimana proses dalam pengelasan ini menggunakan elektroda tidak
terkonsumsi yang sudah dilapisi gas pelindung yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya kontaminasi udara. Pengelasan TIG bisasa digunakan untuk
penyambungan material ataupun paduan logam saat ini, itu dikarenakan
pengelasan TIG mempunyai keunggulan kualitas natural seperti kualitas las yang
tinggi, distorsi yang rendah, zona HAZ yang kecil, dan tidak meninggalkan slag
dan splatter [6].
Gambar 2. 1 Pengelasan TIG
8
2.2.1. Prinsip kerja las Tungsten inert gas (TIG)
Proses pengelasan pada pengelasan TIG menggunakan elektroda
terkonsumsi (non consumable electrode), elekroda ini akan
menghasilkan busur nyala listri.untuk mengisi kampuh pada bahan
induk dilakukan oenambahan berupa batang las atau rod yang
dicairkan oleh busur nyala. Gas pelindung berguna untuk mencegah
adanya oksidasi pada material . gas yang biasa digunakan adalah argon
dan helium atau campuran keduanya. Gambar 2.2 menunjukan skema
proses pengelasan TIG.
Gambar 2. 2 Skema Pengelasan
2.2.2. Komponen utama las TIG
Pada proses pengelasan TIG ada beberapa komponen las yang
digunakan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Torch
Torch memiliki tiga bagian utama diantaranya adalah elektroda
tidak terkonsumsi, collet dan nozzel. Collet digunakan untuk
menahan elektroda tungsten dengan diameter yang disesuaikan.
Nozel membantu membentuk busur las dengan menggunakan
elektroda. Housing dari pegangan torch bisanya terbuat dari
plastik dan mempunyai sudut elektroda dengan pegangan sebesar
120° [7].
9
2. Gas shielding
Pada pengelasan TIG terdapat gas pelindung (shielding
gas) yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi udara berupa
terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan yang akan
mengakibatkan perpaduan antara bahan tambahan dengan cairan
bahan yang akan disambung kurang optimal. Pada penggunaan
gas pelindung diperlukan penyesuaian jumlah aliran gas
pelindung. Pada penyetelannya kebutuhan gas pelindung
dipengaruhi oleh ketebalan benda kerja, jenis gas, posisi las, luas
kawah las, luas daerah panas, serta kecepatan pengelasan [8]
Gas argon (Ar) biasa digunakan untuk mencegah
kontaminasi udara pada pengelasan tungsten inert gas (TIG). Gas
ini sering digunakan dikarenakan mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan gas pelindung lain diantaranya
cocok digunakan pada pengelasan berbagai jenis logam, harga
yang terjangkau [9]. Gas pelindung lain untuk pengelasan khusus
dapat menggunakan helium (He) atau campuran Argon – Helium.
Tabel 2.2 menunjukan spesifikasi gas pelindung yang digunakan
dalam proses pengelasan.
Tabel 2. 2 spesifikasi gas pelindung [9]
Simbol Ar
Titik didih -185,9 °C
Berat jenis 1.4
Berat molekul 40
Suhu kritis -122,4 °C
Berat jenis gas 1,78 Kg/m3
Berat jenis cairan 1393 Kg/m3
Titik api Tidak terbakar
3. Elektroda
Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas )dibutuhkan nyala busur api
elektroda tidak terkonsumsi (non consumable electrode ) yang
10
digunakan untuk meleburkan benda yang akan disambungkan
menjadi satu kesatuan sambungan. Dalam penggunaannya
terdapat klasifikasi tipe elektroda yang biasa digunakan didalam
elektroda [10]. Tabel 2.3 menunjukan klasifikasi elektroda yang
biasa digunakan pada proses pengelasan
Tabel 2. 3 Klasifikasi elektroda tungsten [10]
Klasifikasi AWS Elemen paduan Klasifikasi
warna
EWP Tungsten murni Hijau
EWTH – 1 0,8 ÷ 1,2 % Thorium Kuning
EWTH – 2 1,7 ÷ 2,2 % Thorium Merah
EWTH – 3 0,35 ÷ 0,55 % Thorium Biru
EWZR - 1 0,15 ÷ 0,4 Zirconium Coklat
EWCe -2 1,8 ÷ 2,2 % Cerium Orange
EWLa -1 ± 1,0 5 Lanthanum hitam
EWG Tidak di spesifikasikan Abu-abu
2.3. Baja
Baja sendiri merupakan paduaan besi – karbon yang yang mempunyai
unsur paduan lain yang mempunyai kosentrasi yang cukup besar pada paduan.
Banyak paduan yang mempunyai komposisi serta perlakuan panas yang
berbeda. Sifat mekanik baja memiliki sifat sensitive terhadap kandungan
karbon, yang biasanya normalnya kandungan tidak lebih dari 1,0 wt %. Baja
karbon biasanya hanya mengandung konsentrasi sisa dari paduan selain
karbon dan sedikit mangan. Sedangkan untuk baja paduan mempunyai banyak
unsur paduan yang sengaja ditambahkan dalam konsentrasi tertentu [11].
2.3.1. Baja paduan
Baja paduan merupakan padatan atau cairan yang terbentuk
dari komposisi dua atau lebih unsur. Semua unsur kimia dapat
digunakan untuk paduan, tetapi yang sering digunakan dalam
konsentrasi tinggi adalah logam. Pencampuran pada keadaan cair biasa
dilakukan pada kombinasi baja paduan, dimana logam induk atau
11
pelarut dalam konsentrasi besar dileburkan terlebih dahulu ke dalam
wadah dan ditambahkan paduan solid yang sudah ditentukan
konsentrasinya [12]. Unsur kimia seperti Mn, Ni, Mo, Al, Nb, Zr, Cr,
Si, W, Ti Dan C merupakan unsur kimia yang paling sering digunakan
untuk baja paduan. Tujuan dari penambahan unsur paduan ini antara
lain [13] :
a. Menaikan sifat mekanik dari baja itu sendiri berupa keuletan ,
kekerasan, kekuatan Tarik dan lain-lain)
b. Menaikan meningkatka sifat mekanik dari baja pada temperature
rendah.
c. Unruk menaikan daya tahan baja terhadap reaksi kimia contohnya
oksidasi dan reduksi.
d. Untuk menciptakan sifat – sifat spsial dari baja.
2.3.2. Klasifikasi baja karbon
a. Low carbon steel
Low carbon steel mempunyai kadar karbon dengan range
0,2 %, baja dengan kandungan karbo rendah ini sering digunakan
pada pengunaan baja kontruksi , mur baut, plat, perpipaan , rangka
kendaraan, dan masih banyak lagi. Karena kandungan karbon pada
baja ini rendah membuatnya mudah dibentuk dan dimachinig [14].
Baja karbon rendah pada umunya todak responsif pada perlakuan
panas untuk membetuk mertensit. Penguatan pada baja ini
dilakukan dengan cara pengerjaan dingin. Mikrostruktur
mempunya unsur utama berupa ferit dan perlit sehingga
mengakibatkan paduan ini menympunyai sifat keuletan dan
ketangguhan yang baik akan tetapi mempunyai kekerasan dan
kekuatan yang rendah. Baja ini sangat cocok untuk digunakan
pengerjaan machining, mudah dilas , dan salah satu baja dengan
12
produksi paling murah.[11]. Tabel 2.4 menunjukan sifat mekanik
logam hot rolled pada baja karbon rendah.
Tabel 2. 4 Mechanical charecteristics of hot rolled for low carbon
steel [11]
ASTM
number
Tensile
strength (mpa)
Yield strength
(mpa)
Ductility (EL in
50 mm)
1010 325 180 28
1020 380 210 25
A36 400 220 23
A156
grade 70 485 260 21
b. Medium carbon steel
Medium carbon steel mempunyai kadar karbon dengan
range 0,25%-0,55%. Fungsi dari baja ini hampir sama dengan low
carbon steel hanya saja sifat mekanik yang dimiliki pada baja ini
lebih kerras dan kuat dan dapat dikeraskan. Baja ini banyak
diaplikasikan pada kontruksi pada permesinan, poros, roda gigi dan
lain-lain [14]. Paduan ini bisa dipanaskan dengan austenitisasi,
quenching, serta tempering yang berguna untuk meningkatkan sifat
mekaniknya. Baja karbon medium biasanya mempunyai
kemampuan pengerasan yang relaif rendah. Panambahan paduan
Cr, Ni, Mo dapat meningkatkan kapasitas dari paduan ini untuk
diberi perlakuan panas [11].
c. High carbon steel
High carbon steel biasanya mempunyai kandungan paling
tinggi dengan komposisi karbon > 0,55%. Baja karbon tinggi ini
mempunyai sifat mekanik yang lebih kuat dan keras akan tetapi
ketangguhan dan keulatan baja ini relatif rendah. Penggunaan baja
ini biasa diaplikasikan pada bidang perkakas karena sifat mekanik
dari baja ini yang membuatnya memiliki sifat tahan aus, misalnya
hammer, matabor, dan lain-lain [14].
13
2.3.3. Diagram fasa Fe-Fe3C
Diagram fasa Fe-Fe3C adalah diagram fasa -fasa yang terbentuk
pada kandungan karbon yang dimiliki dan temperatur tertentu.diagram
fasa bisasa digunakan untuk memperkirakan fasa yang akan terbentuk
pada kecepatan pendinginan yang relatif rendah [11]. Dengan
menggunakan diagram fasa sifat mekanik dapat di perkirakan melalui
fasa yang terbentuk pada struktur mikro. Gambar 2.3 menunjukan
diagaram fasa yang digunakan untuk menganalisis fasa-fasa yang
terbentuk pada struktur mikro.
Gambar 2. 3 Diagram fasa Fe-Fe3C
Pada diagram fasa Fe-Fe3C terdapat fasa-fasa yang terbntuk
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Ferrite
Ferrite alfa terbentuk pada temperatur ruang hingga 912 ºc dengan
kandungan karbon maksimal sebesar 0,022 %
b. Pearlite
14
Pearlite adalah fasa campuran yang terbentuk dari besi ferrite dan
sementit.
c. Asutentite
Austenit tebentuk pada temperatut 727°C hingga 1493 °C dengan
kandungan karbon maksimal 2 %.
d. Ledeburite
Ledeburite merupakan fasa campuran yang terbentuk antara
autentite dan sementite yang terjadi pada temperatur eutektik.
2.3.4. Diagram Continuous Cooling Transformation (CCT)
Diagram CCT (continuous cooling transformation ) adalah
diagram yang digunakan untuk memperkirakan fasa yang terbentuk
pada waktu pendinginan terhadap temperatur . Gambar 2.4 menunjukan
diagram continuous cooling transformation yang biasa digunakan untuk
memperkirakan sifat mekanik yang dimiliki pada fasa yang terbentuk.
Gambar 2. 4 Diagram CCT
15
2.3.5. Baja karbon rendah SS400
Baja SS400 biasanya mempunyai komposisi kandungan
karbon kurang dari 0,3%.Komposisi dari baja ss 400 terdiri dari
carbon, sulfur , manganase, silikon , dan pospor. Baja SS400
merupakan baja yang biasa digunakan untuk pengaplikasian struktur
kontruksi umum contohnya pada kontruksi pada lambung kapal, oil
tank, pelat kapal [15]. Tabel 2.5 menunjukan mekanikal propertis dari
baja SS400
Tabel 2. 5 Mekanikal Propertis SS400 [16]
Grade Yield strength (Mpa) Tensile
strength
Elongation min %
Thickness (mm) Thickness (mm)
≤16
>
16
≤
40
> 40
≤100 >100
<5 5-
16
16-
50
>40
SS400 245 235 215 205 400 - 510 21 17 21 23
2.4. Metalurgi pengelasan
Pengelasan bisasa ditemukan pada proses penggambungan dua logam
dengan cara meleburkan logam dengan meleburkan dengan temperatur tinggi.
Pada pengelasan logam sering terjadi perubahan metalurgi. Hal ini
berpengaruh terhadap hasil lasan dimana metalurgi dalam pengelasan
mempunyai keterkaitan terhadap ketangguhan, retak lasan, cacat lasan dan lain
sebagainya [17].
2.4.1. Siklus termal daerah lasan
Siklus termal pada proses pengelasan merupakan proses
perubahan temperatur yang terjadi pada daerah pengelasan yang
diakibatkan oleh adanya pemanasan dan pendinginan pada material.
Dalam proses pengelasan daerah lasan mempunyai 3 area yaitu logam
lasan (weld metal), zona terpengaruh lasan (heat affected zone), dan
logam induk (base metal). Logam las adalah area yang mengalami
peleburan dan pembekuan pada saat proses pengelasan. Heat affected
16
zone (HAZ) adalah area yang berdekatan dengan logam las dimana pada
saat proses pengelasan mengalami proses siklus thermal pemanasan dan
pendinginan cepat. Sedangkan pada base metal energi masukan panas
sangat sedikit dibandingkan dengan area lainnya. Proses cepat atau
tidaknya pendinginan yang terjadi dapat mempengaruhi hasil lasan dan
berpengaruh terhadap sifat mekanik dari logam iru sendiri. Proses
pendingin yang terjadi dalam pengelasan logam menyerupai pengecoran
pada logam hanya saja pada pendinginan pada pengelasan mempunyai
laju yang lebih tinggi khususnya pada daerah HAZ.
2.4.2. Ketangguhan daerah lasan
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada baja adalah hasil
lasan yang getas. Ketangguhan logam tergantung pada struktur seperti
cacat lasan dapat mempengaruh nilai ketangguhan pada hasil
sambungan las. Logam las ini pada penerapannya sering kali mengalami
proses melebur dan membeku, sehingga material pada pengelasan
terdapat oksigen dan lain-lain yang terjebak dan bisanya menyebabkan
cacat lasan. Untuk mengetahui ketangguhan material pada hasil lasan
harus memperhatikan pengaruh dari unsur lain pada proses pengelasan
contohnya pengaruh besar arus ataupu kecepatan pengelasan serta
kemungkinan adanya kontaminasi udara pada hasil pengelasan
2.5. Magnet
Fenomena medan magnet sendiri sudah dikenal selama ribuan tahun
dimana material mempunya gaya tarik dan tolak tau pengaruh pada material
lain. Saat ini banyak ditemukan pengaplikasian magnet pada perangkat
teknologi modern contohnya generator, transforator daya listrik, motor listrik,
radio , komputer, produk penghasil suara dan lain sebagainya. Gaya magnet
dihasilkan dengan menggerakan partikel bermuatan listrik [11].
17
Magnet mempunyai beberapa sifat yang dibedakan menjadi dua
kelopmpok yaitu magnet permanen dan magnet sementara. Magnet permanen
merupakan yang memiliki sifat magnetik yang tetap dalam waktu realatif
lama. Sedangkan untuk magnet sementara isa dikatakan kebalikan dari sifat
magnet permanen yaitu sifatnya yang ridak tetap atau sementara [18].
2.6. Pengujian Kekerasan Vickers
Pengujian kekerasan merupakan salah satu dari pegujian destructive
test dimana pengujian ini biasa digunakan untuk mengevaluasi beberapa sifat
mekanik pada bahan. Sebagai contoh untuk memastikan estimasi keasusan,
ketahanan, keuletan , dan tegangan pada material di perlukan pengujian
kekerasan untuk mencari nilai kekerasan pada bahan. Kekerasan sendiri
didefinisikan dengan ketahanan material terhadap indentasi suatu benda
berupa efek yang ditimbulkan oleh objek pada permukaan material [19] .
Metode pada pengujian kekerasan vicker dilakukan dengan
menggunakan identor berlia yang berbentuk limas dan bersudut 136 °. Identor
berlian memberikan beban pada material uji dengan kekuatan antara 1 sampai
dengan 100 kgf. Pembebanan ini dilakukan selama 10 sampai 15 detik.
Identasi diamati dan diukur dengan menggunakan mikroskop dan menghitug
rata-ratanya. Nilai kekerasan vicker adalah hasil pembagian antara beban
(kgf) dengan luas identasi (mm2) [20]. Gambar 2.5 menunjukan identor
berlian dari kekerasan vickers dimana identor ini berbetntuk prisma.
18
Gambar 2. 5 Identor Vickers Hardness Tester
Hv = 2F sin
136
2
d2 …………………………………………...……(1)
Hv = 1,854 F
d2 ………………………………………………..(2)
Dimana :
Hv = vicker hardness
d = rata rata diameter d1 dan d2 (mm)
F = gaya (kgf)
Jika diagonal pada identasi sudah ditentukan, nilai kekerasan
dapat dihitung menggunakan rumus. Untuk penggunaan pengujian
kekerasan vicker digital dilakukan secara otomatis dan melaporkan nilai
hasil pengujian.