BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Diabetes Melitus 2.1

23
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Pengertian Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Tijar, 2013) Diabetes mellitus tipe 2 adalah suatu kondisi pancreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan secara efisien sehingga terjadi penurunan produksi insulin dan kadar glukosa meningkat (Adhi, 2011) Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik berupa hiperglikemia, oleh karena fungsi insulin yang rusak, sehingga produksi glukosa lebih dari normal. 2.1.2 Klasifikasi 2.1.2.1 Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya Diabetes mellitus gestasional (GDM)

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Diabetes Melitus 2.1

8

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)

didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin

secara cukup (Tijar, 2013)

Diabetes mellitus tipe 2 adalah suatu kondisi pancreas dapat menghasilkan cukup

jumlah insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk

memanfaatkan secara efisien sehingga terjadi penurunan produksi insulin dan kadar

glukosa meningkat (Adhi, 2011)

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik berupa hiperglikemia, oleh

karena fungsi insulin yang rusak, sehingga produksi glukosa lebih dari normal.

2.1.2 Klasifikasi

2.1.2.1 Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

Diabetes mellitus gestasional (GDM)

9

2.1.3 Etiologi

2.1.3.1 DM tipe 1

Faktor Genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri Atau

kecenderungan genetic kearah terjaidnya DM tipe I.

Faktor-faktor Imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal, antibody

terarah pada jaringan normal.

Faktor Lingkungan

Virus dan toksin tertentu dapat memicu proses otoimun.

2.1.3.2 DM Tipe 2

DM tipe 2 atau NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus), yaitu

diabetes yang tidak tergantung oleh insulin, terjadi 90% - 95% dari seluruh

penyandang diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20%. Etiologi

mencakup faktor obesitas, herediter, usia, diet tinggi lemak rendah karbohidrat dan

kurang gerak badan. Tidak ada antibodi di pulau Langerhans, penurunan produksi

insulin endogen / peningkatan resistensi insulin. Mayoritas penderita obesitas dapat

mengendalikan kadar gula dalam darah melalui penurunan berat badan, agens

hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila memodifikasi diet

dan latihan.

2.1.3.3 Diabetes Gestasional

Diabetes mellitus jenis ini adalah diabetes mellitus yang timbul selama kehamilan.

Hal ini sangat penting untuk diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik

bila tidak ditangani dengan tepat

10

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pada pasien DM antara lain:

Glukosa darah sewaktu

Kadar glukosa darah puasa

Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

Glukosa plasmadari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi75 gr karbohidrat (2 jam post prandial /PP) > 200mg/dl.

2.1.5 Tanda dan gejala

Gejala khas Diabetes adalah poliphagi, poliuri, polidipsi dan penurunan berat

badan. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,

sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kaus tanpa gejala sampai kasus dengan

komplikasi yang luas. Menurut Supartondo gejala akibat DM pada lansia seperti:

katarak, glaucoma, retinopati, gatal seluruh badan, pruritus vulvae, infeksi bakteri

kulit , jamur kulit, dermatopati, neuropati perifer dan visceral, amiopati, ulkus

neuropatik, penyakit ginjal dan pembuluh drah perifer, penyakit koroner,penyakit

pembuluh darah otak, Hipertensi.

2.1.6. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta

neuropati.

11

Komponen dalam penatalaksanaan diabetes adalah sebagai berikut :

Diet

Latihan/exercise

Pemantauan/monitor gula darah

Terapi/ obat OHO(insulin)

Pendidikan

2.1 Management Diabetic Foot

2.1.6 Kaki Diabetik

Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus tidak

terkendali, disebabkan adanya gangguan pebeluh darah, gangguan persyarafan, dan

adanya infeksi, dengan konsekuensi kaki diabetik yang memburuk dapat

menyebabkan gangrene dan mengarah pada tindakan amputasi (Soegondo, 2009)

2.1.7 Klasifikasi Kaki Diabetic

2.1.7.1 Klasifikasi Edmonds.

Klasifikasi Edmonds praktis digunakan untuk pengelolaan kaki.

Diabetes secara alamiah, klasifikasi Edmonds terdiri dari 6 stage:

a. Stage 1 : Normal Foot

b. Stage 2 : High Risk Foot

c. Stage 3 : Ulcerated Foot

d. Stage 4 : Infected Foot

e. Stage 5 : Necrotic Foot

f. stage 6 : Unsalvable Foot

2.2.2.2. Klasifikasi Liverpool

a. Klasifikasi primer : Vaskular, neuropati, neuroiskemik

12

b. Klasifikasi sekunder ; Tukak sederhana, tanpa komplikasi, tukak dengan

komplikasi

2.2.2.3. Klasifikasi Texas

a. Stadium A

1) tingkat 0 : Tanpa tukak atau pasca tukak, kulit intak/utuh

2) tingkat 1 : luka superficial, tidak sampai tendon atau kapsul sendi

3) tingkat 2 : luka sampai tendon atau kapsul sendi

4) tingkat 3 : luka sampai tulang/sendi

b. Stadium B

Pada stadium ini sudah terjadi infeksi.

c. Stadium C

Pada stadium ini sudah terjadi iskemia

d. Stadium D

Pada stadium ini terjadi infeksi dan iskemia.

2.2.2.4 Klasifikasi Wagner

Klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner adalah

a. 0 : kulit intak/utuh

b. 1 : Tukak superficial

c. 2 : Tukak Dalam (sampai tendo, tulang)

d. 3 : Tukak Dalam dengan Infeksi

e. 4 : Tukak dengan gangrene pada 1-2 jari kaki

f. 5 : Tukak dengan gangrene luas seluruh kaki

2.2.2.5 Klasifikasi PEDIS ( International Consansus on the Diabetic Foot 2003)

Klasifikasi PEDIS dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, Vascular,

infeksi atau neuropatik, sehingga arah pengelolaan baik.

13

Klasifikasi PEDIS sebagai berikut :

Impaired perfusion:

- 1 : None

- 2 : PAD + but not critical

- 3 : Critical limb ischemia

Size/ Extent in mm2 Tissue Loss/Depth :

- 1 : Superficial fullthickness, not deeper than dermis

- 2 : Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous structures, fascia

muscle or tendon.

- 3 : All subsequent layers of the foot involved including bone and or joint

Infection :

- 1 : No symptoms or signs of infection

- 2 : Infection of skin and subcutaneous tissue only

- 3 : Erythema > 2 cm or infection involving subcutaneous structure(s) No

systemic sign(s) of inflammatory response.

- 4 : Infection with systemic manifestation : fever, leucocytosis, shift to the

left, Metabolic Instability, Hypotension, Azotemia

Impaired Sensation ;

- 1 : Absent

- 2 : Present

2.3 Etiologi kaki diabetic

2.3.1 Vasculopathy

Vasculopathy adalah aliran darah yang tersumbat , sehingga penyebaran oksigen

atau nutrisi dapat terhambat.

14

2.3.2 Neuropathy

Neuropathy adalah kehilangan sesnsari rasa akibat kerusakan saraf

2.3.3 Neuroischemic

2.3.4 Infection

2.3.5 Trauma

2.4 Patofisiologi Kaki diabetic:

Skema 1.1 Patofisiologi kaki diabetic (Sumber: Boulton AJM. Diabetic Med. 1996:3)

Terjadinya masalah kaki diawali dengan adanya hipergikemi pada diabetisi yang

menyebabkan neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati sensorik, motorik

dan autonomic akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang

kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

selanjutnya akan memeprmudah terjadinya ulkus. Adanya PAD meneybabkan hipoksia

jaringan, mengakibatkan kematian jaringan sehingga terjasi gangrene. Adanya

kerentanan terhadap infeksi menyebabakan infeksi mudah menyebar luas, factor aliran

15

darah yang akurang juga menambah komplikasi sehingga terjadi ulkus dan akhirnya

dilakukan amputasi.

2.5 Perubahan Bentuk Kaki

2.5.1 Kalus

Merupakan penebalan kulit yang umumnya terjadi di telapak kaki, terutama di

bagian yang menonjol. Kalus disebabkan gesekan atau tekanan berulang pada

daerah yang sama, juga karena distribusi berat badan yang tidak seimbang, sepatu

yang tidak sesuai (kesempitan), atau kelainan kulit. Kalus dapat menjadi

berkembang menjadi infeksi, terlebih bila dimanipulasi(dikorek, digunting).

2.5.2. Kulit melepuh

Terjadi jika sepatu selalu menggesek kaki pada daerah yang sama. Disebabkan

penggunaan sepatu yang kurang pas atau tanpa kaus kaki. Kulit melepuh dapat

berkembang menjadi infeksi. Penanganan kulit melepuh adalah dengan tidak

memecahkannya.

2.5.3 Kuku kaki yang tumbuh ke dalam

Terjadi ketika ujung kuku tumbuh ke dalam kulit dan menimbulkan tekanan yang

dapat merobek kulit sehingga kulit bengkak kemerahan dan terinfeksi. Kuku kaki

yang tumbuh ke dalam dapat terjadi jika memotong kuku sampai ke ujung, dapat

pula disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu ketat atau trauma kaki karena

aktivitas seperti berlari dan aerobik. Jika ujung kuku kaki kasar, pergunakan kikir

untuk meratakannya.

16

2.5.4 Pembengkakan ibu jari

Terjadi jika ibu jari kaki condong ke arah jari di sebelahnya sehingga menimbulkan

kemerahan, rasa sakit, dan infeksi. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua kaki

karena penggunaan sepatu berhak tinggi dan ujung yang sempit.

2.5.5 Jari kaki bengkok

Terjadi ketika otot intrinsik kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena diabetes

dapat menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat menyebabkan tendon

(jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki memendek sehingga jari

kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah dalam berjalan dan kesulitan

menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga disebabkan pemakaian sepatu yang

terlalu pendek.

2.5.6 Kulit kaki yang kering dan pecah

Dapat terjadi karena kerusakan saraf pada kaki. Sehingga kulit kaki berkurang

memproduksi keringat yang akan menjaga kulit tetap lembut dan lembab. Kulit

yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit dapat membuat kuman masuk

dan menyebabkan infeksi. Dengan gula darah anda yang tinggi, kuman akan

mendapatkan makanan untuk berkembang sehingga memperburuk infeksi.

2.6 Faktor Resiko Kaki Diabetic

2.6.1 Peripheral Neuropathy

Peripheral neuropathy adalah kehilangan sensasi pada kaki yang terdiri

dari neuropati sensorik yaitu kehilangan sensasi proteksi akibat

kerentangan trauma fisik dan termal, neuropati motorik yaitu kehilangan

sensasi pada otot-otot kaki yang mengakibatkan penonjolan tulang

abnormal, neuropati autonom yaitu keadaan kulit kering, tidak berkeringat

17

dan peningkatan pengisian kapiler menyebabkan timbulnya fisura dan

kerak kaki.

2.6.2 Peripheral vascular disease (PAD)

Gangguan vaskuler pada kaki yang menyebabkan hipoksia jaringan.

Perubahan vaskuler di ekstremitas bawah pada diabetisi mengakibatkan

arteriosklerosis, sumbatan terbentuk di areteri besar, sedang dan kecil

tungkai bawah dan kaki. Sumbatan multiple dengan penurunan aliran

darah mengakibatkan manifestasi penyakit vascular perifer.

2.6.3 Foot deformities

Deformitas adalah kelainan bentuk pada kaki yang ditandai dengan adanya

Hammer toe, claw toe, hallus valgus, pes planus dan perubahan destruktif

yang terjadi pada kaki charcot. Kondisi ini menyebabkan kerusakan arkus

longitudinal medius, yang menimbulkan gait biomekanik, mengakibatkan

kelainan tekanan tumpuan beban dan kolaps pada kaki.

2.6.4 History of ulcer or amputation

Riwayat ulserasi yang ditandai dengan luka terbuka pada permukaan kulit,

nekrosis jaringan karena gangguan peredaran darah ke organ perifer

ditandai dengan menurunya pulsasi arteri dorsalis pedis dan neuropati

ditandai dengan menurunnya sensasi rasa.

2.6.5 Non suitable footwear

Penggunaan alas kaki yang tidak baik, mengakibatkan gesekan sehingga

menimbulkan kalus dan luka dikaki.

2.6.6 Lack of access to health care services

Akses kesehatan yang sulit ditempuh untuk diabetisi di daerah terpencil,

sehingga pencegahan masalah pada kaki diabetic terlambat diatasi

18

2.7 Pengelolaan Kaki Diabetik

Pengelolaan kaki diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu

pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

2.7.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya kaki diabetes dan

terjadinya ulkus, pencegahan ini berupa promosi kesehatan/ penyuluhan

kepada pasiendiabetes dan periksa kaki pasien saat melepas sepatu/alas

kaki.Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar resiko

terjadinya dan resiko besarnya masalah yang mungkin timbul.

Penggolongan kaki diabetes berdasar resiko terjadinya masalah

(Frykberg):

Sensasi normal tanpa deformitas

Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi

Insensitivitas tanpa deformitas

Kombinasi/complicated :

- kombinasi insensitivitas, ischemia dan/atau deformitas

- riwayat adanya tukak, deformitas Charcot

2.7.1 Pencegahan Sekunder

Dalam pengelolaan kaki diabetis, kerjasama multidisiplin sangat

diperlukan, pengelolaan ini terdiri 6 aspek sebagai berikut :

2.7.1.1 Metabolic Control/ control Metabolik

Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki, konsentrasi

gula darah diusahakan stabil/normal, status nutrisi yang baik,

19

konsentrasi albumin, Hb dan derajat oksigenasi jaringan dan fungsi

ginjal yang baik.

2.7.1.2 Vascular Control/ Kontrol Vaskular

Kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai

carasederhana seperti: warna dan suhu kulit, perabaan areteri dorsalis

pedis dan areteri Tibialis posterior serta ditambah pengukuran tekanan

darah.

Pemeriksaan untuk evaluasi keadaan pembuluh darah dapat dilakukan

secara invasive dan non invasive seperti: ankle brachial index, ankle

Pressure, toe pressure, TcPO2 dan pemeriksaan ekhodopler kemudian

Arteriograf setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya dapat

dilakukan pengelolaan kelainan darah perifer dari sudut vascular yaitu

berupa :

Modifikasi factor resiko (stop merokok, memperbaiki factor

resiko aterosklerosis, walking program.

Terapi farmakologis

Revaskularisasi: Sebelum tindakan revaskularisasi

diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan

gambaran pembuluh darah yang lebih jelas. Untuk oklusi

yang panjamg dianjurkan operasi bedah pintas terbuka, untuk

oklusi yang pendek dilakukan prosedur endovascular-PTCA.

2.7.2.3 Wound Control/ control luka.

Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang harus teliti dan

cermat. Klasifikasi PEDIS dilakukan setelah debridement yang

adekuat. Penggunaan Dressing yang tepat membentu penyebuhan

20

luka, sperti hydrocolloid dressing, Carbonated dressing dan alginate

dressing. Terapi topical dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba

pada luka. BerbagaiSarana dimanfaatkan untuk wound control seperti:

dermagraft, apligraft, growth Factor dan protease inhibitor.

2.7.2.4 Microbacterial Control

Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk

setiap daerah.antibiotik yang dipakai harus disesuaikan dengan hasil

biakan kuman dan resistensinya

2.7.2.5 Pressure Control

Kaki jika tetap digunakan untuk berjalan berarti kaki digunakan untuk

menahanberat badan-weight bearing.Luka yang selalu mendapat

tekanan sulit sembuh.

Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight bearing dapat

dilakukan antara lain: Removable cast walker, Total contact casting,

Temporary shoes, Felt padding, Crutches, Wheelchair, Electris carts,

Craddled insoles. Cara surgical dapat dipakai mengurangi tekanan

pada luka seperti: Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses

Prosedur koreksi bedah seperti untuk hammer toe, metatarsal head

resection, Achilles tendon lengthening, partial calcanectomy

2.7.2.6 Educational Control

Penyuluhan yang baik bagi penyandang DM dan keluarga dengan

masalah Diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagia

tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

Rehabilitasi merupakan program yang Penting untuk mengurangi

kecacatan dan menghindari terjadinya ulkus baru.

21

2.8 Landasan Manajemen Kaki Diabetik

2.8.2 Managemen kaki diabetik dibagi menjadi 5 yaitu:

2.8.2.1 Pemeriksaan kaki secara rutin

Periksa kaki setiap hari apakah ada area kemerahan, teriris, lepuh,

kalus, atau pecah-pecah di kulit, periksa antara jari kaki apakah ada

pecah atau area kemerahan. Periksa kulit apakah ada daerah yang

kering atau lembab. Menggunakan cermin untuk memeriksa telapak

kaki dan belakang tumit, bila tidak bias memeriksa sendiri, bisa

dilakukan bantuan orang lain untuk melakukan inspeksi kaki.

2.8.2.2 Identifikasi faktor resiko

Identifikasi faktor resiko yaitu peripheral neuropathy, PAD, deformitas

kaki, riwayat ulkus dan amputasi dan akses kesehatan yang sulit.

2.8.2.3 Edukasi (Pasien, Keluarga)

Penyuluhan atau edukasi tentang perawatan kaki diabetic kepada pasien

dan keluarga dilibatkan sehinggan pencegahan komplikasi bias diatasi

sedini mungkin.

2.8.2.4 Penggunaan alas kaki yang tepat

Penggunaan alas kaki diabetisi harus diperhatikan, sepatu yang

dipakai sebaiknya ada ruang untuk jari kaki untuk meregang dan

bergerak, sol didalamnya lunak, tumit harus masuk dengan tepat,

penyangga kaki harus menyangga dengan baik, tidak memakai sepatu

dengan bagian jari kaki terbuka, hak tinggi. Beli sepatu sore hari saat

kaki berukuran besar, beli sepatu yang nyaman yang terbuat dari serat

22

alami sehingga memungkinkan keringat keluar. Selalu memakai alas

kaki setiap hari

2.8.2.5 Pengobatan sebelum terjadi ulkus akut

Pengobatan sebelum terjadi ulkus pada kaki dengan menggunakan

obat yang tepat, hindari membeli obat – obatan yang dijual bebas.

2.9 Manajemen Asuhan Keperawatan

2.9.2 Pengkajian Kaki Diabetik

Pengkajian kaki merupakan evidence based practice nursing. Taylor, 2008

merekomedasikan bahwa pengkajian kaki diabetic merupakan EBPN

berdasarkan analisis terhadap 13 artkel penelitian maupum guidelines

Nasional/ internasional.

Pengakajian kaki diabetic antara lain:

Cara berjalan dan pemeriksaan sepatu

Kelainan yang ditemukan berupa gangguan keseimbangan, penggunaan

tongkat perlu dibantu atau tidak, sepatu / alas kaki yang tidak sesuai/

sepatu sempit.

Riwayat penyakit

Riwayat ulkus dan amputasi. Diabetes > 10 tahun A1c > 7 %, gangguan

penglihatan, keluhan neurologi, klaudikasio.

Pemeriksaan umum

Kelaianan yang ditemukan berupa kalus, korn, Bunion, kaput

metatarsal menonjol, Hammertoes, clawtoes, halux valgus.

23

Gross inspection

Kelainan berupa korn, kalus, bunion, kalus dengan ulkus, kaput

metatarsal menonjol.

Pemeriksaan kulit

Kulit kering, rambut kaki jarang, kuku menebal dan berwarna

kuning, ingrowing Nail, maserasi pada sela jari, ulkus.

Kelainan kuku

Kuku menebal dan berwarna kuning, jamur, ingrowing nail.

Neuropathy

Pada pemeriksaan ini terdiri dari 3 test, diantaranya adalah:

- Semmes Weinstein monofilament 10 gram

Penggunaan monofilament 10 gr untuk mendeteksi adanya

neuropati yang direkomendasi oleh Nowakowski, P.E, 2008

- Ipswich Touch Test (IpTT): Deteksi dini neuropati sederhana

dengan sentuhan cepat (1-2detik).

- Garpu Tala 128 Hz

Penilain tidak merasakan getaran.

Vaskular

Pada penilain vascular terdiri dari 2 test, yaitu:

- Palpasi denyut ADP dan ATP : penilaian ada/ tidak ada

denyut nadi (lemah)

- Ankle Brachial Index : ABI < 0,9

ABI >1,2 : Rigit or calcified vessels or both

ABI 0,9-1,1/1,2 : normal (or calcified)

ABI < 0,6 : severe Ischemia

24

2.9.3 Diagnosa Keperawatan

2.9.3.1 Resiko infeksi (sepsis) b.d. peningkatan kadar glukosa darah,

penurunan fungsi leukosit dan gangguan vaskuler.

2.9.3.2 Kerusakan integritas jaringan b.d. perubahan sirkulasi, gangguan

mobilisasi fisik, factor mekanik, factor nutrisi, infeksi jaringan.

2.9.3.3 Nyeri Akut/kronik b.d kerusakan jaringan.

2.9.4 Intervensi keperawatan

Menurut International Working group of Diabetic foot 2007:

2.9.4.1 Kategori low risk: 0, pemeriksaan monofilament Semmes Weinstein

normal, denganpemantauan 1 tahun.

Intervensi; meningkatkan pengetahuan dan perawatan diri

2.9.4.2 Kategori increased risk : 1, pemeriksaan monofilament Semmes

Weintein negative, ABI > 0,8, pulsasai ADP dan ATP baik, tidak ada

deformitas (Hammer toe, claw toes, Halux valgus, penonjolan kaput

MTP), Pemantauan 6 bulan

Intervensi: inspeksi kaki pasien, pemeriksaa ulang vascular, evaluasi

alas kaki, Penambahan edukasi perawatan kaki.

2.9.4.3 Kategori High Risk: 2 : pemeriksaan monofilamen Semmes Weintein

negative, ABI < 0.8 atau pulsasi ADP/ATP tidak teraba, deformitas

(hammer toe, claw toe, Halux valgus, caput MTP menonjol).

Pemantauan 3 bulan.

25

Intervensi: inspeksi kaki pasien, pemeriksaan ulang vascular, edukasi

perawatan. Kaki secara intensif, alas kaki dan sol yg khusus, kaki dan

kuku.

2.9.4.4 Kategori very High risk : 3 : riwayat ulkus dan amputasi.

Pemantauan 1-3 bulan. Intervensi: perawatan kaki multidisiplin, tidak

menghambat perawatan luka,Fasilitas rawat inap yang mendesak,

pemberian antibiotic

2.10 Perawatan Kaki Diabetik

2.10.1 Perawatan kaki

Bersihkan kaki dengan air bersih dengan air bersih, gunakan

sabun /antiseptic dengan kadar keasaman rendah.

Bila perlu digosok dengan sikat lembut atau batu apung untuk

menipiskan penebalan (kalus).

Hindari merendam kaki > 5 menit.

Segera keringkan kaki dengan handuk/kain warna putih, termasuk

di sela jari kaki.

Berikan pelembab.

2.10.2 Perawatan kuku

Gunting kuku lurus mengikuti bentuk normal jari, tidak terlalu

dekat dengan kulit.

Kikir kuku yang telah dipotong

Bila ada penyulit : minta bantuan

26

2.10.3 Penipisan Kalus

Terdiri dari cara Konvensional, Surgical, Enzym dan Laser.

2.10.4 Pemeriksaan alas kaki

Terdiri dari pemeriksaan bentuk, ukuran, sol, benda asing, kaos kaki

2.10.5 Tips memilih sepatu/alas kaki pada kaki diabetic :

Memilih sepatu sore/ malam hari

Selalu mencoba kedua sepatu

Toe box cukup lebar dan dalam

Tinggi hak tidak lebih dari 5 cm

Panjang sepatu ½ inchi > panjang

insol lembut dan tidak licin

Sepatu baru dilepas setiap 2 jam

Gunakan kaos kaki yang menyerap air/keringat

Selalu menggunakan alas kaki kapanpun dan dimanapun

2.10.6 Senam kaki

Senam kaki adalah latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan ke dua

kaki secara bergantian atau bersamaan, dilakukan sesuai kemampuan.

Manfaat dari senam kaki adalah:

Memperbaiki sirkulsi darah

Memperkuat otot-otot kecil kaki

Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

Meningkatkan kekuatan otot (Gastrocnemeus, Hamstring,

Quadriceps)

27

Langkah - langkah Senam Diabetes

Langkah-langkah senam kaki menurut Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dari

RS Cahya Kawaluyan, terdiri dari 9 langkah sebagai berikut :

1. Dengan tumit yang diletakkan di lantai, gerakan jari-jari kaki ke atas dan

kebawah,ulangi sebanyak 2 set x 10 repetisi

2. Angkat telapak kaki kiri ke atas dengan bertumpu dengan tumit, lakukan gerakan

memutar keluar dengan pergerakan pada telapak kaki sebanyak 2 set x 10

repetisi,lakukan gerakan bergantian pada kaki yang satunya.

3. Angkat kaki sejajar, gerakan kaki ke depan dan kebelakang sebanyak 2 set x 10

repitisi.

28

4. Angkat kaki sejajar gerakan telapak kaki ke depan dan ke belakang sebanyak 2 set

10 repetisi.

5. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat. Lalu putar kaki pada pergelangan

kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10

dilakukan secara bergantian.

29

6. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut menjadi

seperti bola dengan kedua belah kaki.

30

7. Lalu buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali.

8. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran

tersebut. Sebagian koran di sobek - sobek menjadi kecil - kecil dengan kedua kaki.

9. Kemudian pindahkan kumpulan sobekan - sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu

letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi. Lalu bungkus semua

sobekan - sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk bola.

Gambar 2.1 Senam Kaki diabetik