BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang...

13
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasa Menurut Tarigan (2013:04) gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Stile, (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. (Nurgiyantoro, 2010:276). Menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana (dalam Okke, 2002:45) gaya bahasa (style) mempuyai tiga pengertian yaitu: (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh para pengarang dalam karyanya bertujuan untuk lebih memperindah sebuah karya agar menarik para pembaca dan dapat meyampaikan maksud pengarang. Penggunaan bahasa yang beraneka ragam, seorang penulis dalam menciptakan sebuah karya sastranya pasti memiliki tujuan tertentu sesuai dengan fungsi bahasa yang telah dipergunakan. Oleh karena itu setiap penggunaan bahasa yang berbeda pasti memiliki fungsi yang berbeda pula. Keraf dalam bukunya menyebutkan bahwa, bahasa memiliki beberapa fungsi yaitu menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulus asosiasi, menimbulkan gelak ketawa, atau untuk hiasan (Keraf, 2016:129). Selain itu menurut Laila

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gaya Bahasa

Menurut Tarigan (2013:04) gaya bahasa adalah bahasa indah yang

digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang

lebih umum. Stile, (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam

prosa, atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan

dikemukakan. (Nurgiyantoro, 2010:276). Menurut penjelasan Harimurti

Kridalaksana (dalam Okke, 2002:45) gaya bahasa (style) mempuyai tiga

pengertian yaitu: (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam

bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek

tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra. Dari berbagai

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh

para pengarang dalam karyanya bertujuan untuk lebih memperindah sebuah karya

agar menarik para pembaca dan dapat meyampaikan maksud pengarang.

Penggunaan bahasa yang beraneka ragam, seorang penulis dalam

menciptakan sebuah karya sastranya pasti memiliki tujuan tertentu sesuai dengan

fungsi bahasa yang telah dipergunakan. Oleh karena itu setiap penggunaan bahasa

yang berbeda pasti memiliki fungsi yang berbeda pula. Keraf dalam bukunya

menyebutkan bahwa, bahasa memiliki beberapa fungsi yaitu menjelaskan,

memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulus asosiasi, menimbulkan

gelak ketawa, atau untuk hiasan (Keraf, 2016:129). Selain itu menurut Laila

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

11

(2016:148-149) gaya bahasa digunakan penyair dalam puisinya untuk

meningkatkan efek asosiasi tertentu, membandingkan sesuatu dengan yang lain,

serta untuk memperoleh aspek keindahan.

Gaya bahasa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu gaya bahasa retoris yang

semata-mata merupakan penyimpangan dari kostruksi biasa untuk mencapai efek

tertentu, dan gaya bahasa kias merupakan penyimpangan yang lebih jauh

khususnya dalam bidang makna (Keraf, 2016:129). Selain itu Tarigan (2013:05)

dalam bukunya mengelompokkan gaya bahasa ke dalam empat bagian yaitu

perbandingan, pertentangan, pertautan dan perulangan.

2.1.1 Gaya Bahasa Kias

Gaya bahasa kias adalah gaya bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan

sesuai dengan makna kata-kata yang membentuknya (Nurgiyantoro, 2010:298).

Sebuah karya sastra terutama karya fiksi para pengarang sering sekali

menggunakan bahasa-bahasa indah. Agar meningkatkan kesan keindahan

sehingga menarik perhatian pembaca pengarang sering menggunakan bahasa yang

berbeda dari bahasa sehari-hari, yakni seperti gaya bahasa kiasan. Seperti yang

diungkapkan oleh Puspidalia (2015:261) penggunaan bahasa kias dalam karya

sastra dimaksudkan untuk memperoleh efek estetis atau keindahan sehingga

pembaca akan lebih tertarik.

Gaya bahasa kias digolongkan (Keraf, 2016:136-145) menjadi beberapa

bagian diantaranya adalah: simile, metafora, alegori, personifikasi, alusi, eponim,

epitet, sinekdok, metonemia, antonomasia, hipalase, ironi, satir, inuendo,

antifrasis, dan paronomasia. Simile yang berarti perbandingan yang bersifat

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

12

eksplisit atau menyatakan langsung sesuatu sama dengan hal yang lain. Secara

eksplisit menunjukkan kesamaan itu menggunakan kata-kata: seperti, ibarat, sama,

sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh: bibirnya seperti delima

merekah.

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara

langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora sebagai perbandingan

langsung, tidak mempergunakan kata penghubung sebagai keterangan sehingga

pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok ke dua secara beruntut.

Contoh: pemuda bunga bagsa,. Dalam contoh tersebut yang dikiaskan adalah kata

pemuda dengan bunga. Pemuda merupakan seseorang sedangkan bunga adalah

tumbuhan yang terlihat indah.

Alegori yang merupakan perluasan dari metafora yang berbentuk suatu

kisah. Biasanya alegori menggunakan suatu cerita singkat yang mengandung

kiasan. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta

tujuannya selalu jelas tersurat. Contoh: jika memang jodoh tidak akan kemana

seperti cerita Adam dan Hawa yang dipisahkan namun pada akhkirnya akan

bersatu kembali. Pada contoh tersebut menggunakan cerita Adam dan Hawa

sebagai acuan atau contoh. Oleh karena itu contoh tersebut dapt dikategorikan

dalam gaya bahasa alegori.

Personifikasi menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat-

sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari metafora

yang mengiaskan benda mati seolah-olah bertindak, berbuat, berbicara, seperti

manusia. Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin

berhembus kencang’. Angin merupakan sesuatu yang tidak tampak dan tidak

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

13

hidup namun dapat dirasakan keberadaannya. Dalam contoh tersebut dikiaskan

seolah-olah hidup karena dapat meraung-raung.

Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara

orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya alusi merupakan sebuah referensi yang

eksplisit atau implisit terhadap peristiwa, tokoh, tempat dalam kehidupannyata.

Misalkan dulu ada yang mengatakan bahwa: Kota Aceh adalah serambi Makkah.

Eponim adalah gaya dimana seseorang yang namanya sering dihubungkan

dengan sifat tertentu. Tentu saja tidak sembarang orang dapat dijadikan sebagai

acuan. Biasanya yang sering digunakan adalah tokoh-tokoh terkenal yang

memiliki ciri khas tertentu dan mudah diingat masyarakat umum. Misalnya nama

Luna Maya di gunakan untuk seseorang yang tampak cantik.

Epitet semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari

seseorang atau sesuatu hal. Berbeda dengan eponim yang menggunakan nama

orang lain, epitet merupakan sebutan lain dari objek yang dimaksud. Contoh Raja

hutan sebutan untuk singa jantan.

Sinekdoke menggunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan

keseluruhan atau sebaliknya. Misalkan: setiap kepala dikenakan sumbangan

sebesar Rp 1.000,-. Maksud dari contoh tersebut adalah penarikan sumbangan

yang ditujukan kepada setiap keluarga, namun menggunakan kata kepala untk

memudahkan menyebutkan secara keseluruhan setiap anggota yang ada dalam

keluarga.

Metonimia gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan

suatu hal lain. Membandingkan sesuatu yang memiliki hubungan sebab akibat.

Misalkan: pena lebih berbahaya dari pedang. Dalam contoh tersebut pena adalah

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

14

sebab sedangkan pedang adalah akibat. Karena jika seseorang mengungkapkan

sesutu yang buruk dalam sebuah tulisan, maka tulisan tersebut dapat

membahayakan orang lain.

Antonomasia berwujud penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan

nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan. Contohnya: raja, ratu, Pak mentri, Pak

presiden,. Dengan kata lain antonomasia dapat disebut juga sebagai julukan.

Hipalase menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata. Atau

secara singkat hipalase dapat diartikan suatu kebalikan dari suatu relasi alamiah

antara dua komponen gagasan. Misalkan : ia berbaring di atas bantal yang

gelisah.

Ironi merupakan sebuah sindiran yang memiliki makna dan atau maksud

berlainan. Misalkan anda cepat sekali datangnya hingga pantat saya terasa panas

dan hampir pergi. Kalimat untuk menyindir seseorang yang terlambat datang.

Satire merupakan ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satir

juga dapat dikatakan sebuah sindiran untuk keadaan seseorang. Misalkan:

berhentilah makan sebelum kenyang. Kalimat tersebut diucapkan oleh orang

pertama kepada orang kedua, di depan orang ketiga yang rakus.

Inuendo semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Misalkan: Ia menjadi kaya raya karena sedikit mengadakan komersialisasi

jabatan.

Antifrasis adalah pengunaan kata dengan makna kebalikannya. Misalkan: Si

tuan putri akan segera tiba. Kalimat tersebut dimaksudkan untuk orang yang

buruk rupa.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

15

Paronomasia sebuah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.

Misalkan: saya bukan beruang tapi saya beruang. Persamaan bunyi antara

binatang beruang dengan orang yang memiliki uang.

2.1.2 Gaya Bahasa Perbandingan

Terdapat beberapa ragam gaya bahasa yang telah dijelaskan oleh Tarigan .

Menurut beliau ada sekitar 10 ragam gaya bahasa perbandingan yakni:

perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis,

pleonasme, perifrasis, prolepsis, dan koreksio. Untuk lebih jelasnya mari kita

simak gambar berikut ini:

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya

berhubungan dan yang sengaja kita anggap sama. Dalam gaya bahasa ini

seringkali menggunakan kata-kata seperti; ibarat; bak; sebagai; umpama; laksana;

penaka; maupun serupa. Contoh: dua kakak beradik itu sifatnya seperti air

dengan minyak dalam kalimat tersebut menunjukkan perbandingan dua hal yang

tidak dapat bersatu.

Metafora adalah perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda.

Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan; dan yang

satu lagi adalah sebagai pembanding terhadap kenyataan tadi. Misalkan kata

adalah pedang tajam.

Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada benda

yang tak bernyawa dan ide yang abstrak. Contohnya adalah seperti tiang rumah

berdiri dengan tegak. Dalam kalimat tersebut terdapat kata berdiri tegak yang

identik dilakukan oleh manusia namun digunakan untuk benda mati seperti tiang.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

16

Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada

manusia yang lebih bersifat pada pengandaian. Gaya bahasa ini kebalikan dari

gaya bahasa personifikasi misalnya dalam contoh berikut: jikalau kau bunga maka

aku akan jadi kumbanganya.

Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan

metafora yang diperluas. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral atau

spiritual manusia. Biasanya alegori merupakan cerita-cerita yang panjang dan

rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung dan tersembunyi bagi

pembaca. Seperti cerita tentang Adam dan Hawa, Kancil dan Petani, dll.

Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan perbandingan antara dua

antonim. Dengan kata lain menggunakan kata-kata yang mengandung ciri-ciri

semantik yang bertentangan. Contoh: kecantikannya justru mencelakakannya.

Pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan dan bila kata yang

berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh. Misalkan dalam contoh: saya telah

mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri, jika frasa “dengan tangan saya

sendiri” dihilangkan makna kalimat tersebut masih tetap sama.

Perifrasis cukup mirip dengan pleonasme, dan kata yang berlebihan itu

dapat diganti dengan satu kata saja. Contoh pemuda itu menumpahkan segala isi

hati dan harapannya kepada gadis desa itu. Kata “segala isi hati dan harapan”

dapat digantikan dengan kata cinta yang mewakili perasaannya.

Prolepsis adalah gaya yang berwujud mempergunakan lebih dari satu atau

beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnay terjadi.

Dengan kata lain dapat diartikan sebagai kalimat pengantar atau pembuka.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

17

Semisal “mobil yang malang itu ditabrak oleh truk”. Kalimat tersebut dapat

digunakan sebagai awalan untuk mencerikan tentang kecelakann tragis.

Koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi

kemudian diperbaiki atau dikoreksi. Koreksio berarti pembenaran kembali kata-

kata yang telah digunakan. Seperti dalam kalimat berikut: tadi siang saya sudah

sarapan, eh bukan tadi pagi maksudnya. Dalam contoh tersebut terdapat

kesalahan pengguaan kata tadi siang kemudian dibenarkan menjadi tadi pagi.

Selain dari pendapat Tarigan Okke dalam penelitiannya menyebutkan empat

jenis gaya bahasa yang didasarkan dengan perbandigan makna, diantaranta

sebagai berikut: simile, metafora, personifikasi, dan depersonifikasi.

a. Simile yang didalamnya terdapat dua kata (atau bentuk lainnya) yang masing-

masing menampilkan konsep dan acuan yang berbeda. Contoh: wajah ibu dan

anak ibu itu bagaikan pinang dibelah dua.

b. Metafora hampir sama dengan simile yakni memiliki dua kata yang dapat

diperbandingkan. Namun salah satu unsur bahasa yang dibandingkan, tidak

muncul atau bersifat implisit. Contoh: banyak pemuda yang ingin mempersunting

mawar desa itu.

c. Personifikasi adalah majas yang menampilkan binatang, tanaman, atau benda

sebagai manusia. Contoh: melambai-lambai, nyiur di pantai.

d. Depersonifikasi adalah kebalikan dari personifikasi dimana majas yang

menampilkan manusia sebagai binatang, tumbuha, atau benda lainnya. Contoh:

dia memiliki watak yang sangat keras.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

18

2.2 Gaya Bahasa Kias Perbandingan

Gaya bahasa kias ini pertama tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau

persamaan. Membandingan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba

menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut.

Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang

termasuk dalam gaya bahasa polos atau langsung, dan perbandingan yang

termasuk dalam gaya bahasa kias (Keraf, 2016:136).

Dijelaskan pula untuk menetapkan apakah suatu perbandigan itu merupakan

bahasa kias atau tidak, hendaknya diperhatikan tiga hal berikut: 1). Tetapkanlah

terlebih dahulu kelas kedua hal yang diperbandingkan. 2). Perbandigkan tingkat

kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut. 3). Perhatikan konteks

dimana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tidak ada kesamaan maka

perbandigan itu adalah bahasa kias.

Seperti penjelasan penggolongan gaya bahasa kias dan perbandingan oleh

Keraf dan Tarigan yang telah dijabarkan pada poin sebelumnya dan diperkuat

oleh pendapat Okke maka dapat digolongkan gaya bahasa yang termasuk dalam

gaya bahasa kias perbandigan adalah sebagai berikut:

Gaya bahasa yang pertama adalah perumpamaan atau simile. Perumpamaan

adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berhubungan dan yang sengaja

kita anggap sama. Dalam gaya bahasa ini seringkali menggunakan kata-kata

seperti; ibarat; bak; sebagai; umpama; laksana; penaka; mupun serupa. Contoh:

kedua kakak beradik itu seperti air dengan minyak yang tidak dapat bersatu.

Kalimat tersebut menunjukkan adanya perbandingan antara sifat manusia dengan

dua benda mati yang tidak dapat bersatu. Terdapat kata seperti yang digunakan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

19

untuk membandingkan sesuatu hal dengan yang lain. Data tersebut dikategorikan

dalama gaya bahasa kias karena menyamakan sifat manusia yang berbeda dan

saling bertentangan sehingga tampak seperti minyak dan air yang tidak dapat

bersatu.

Metafora adalah perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda.

Di dalamnya terlihat dua gagasan yang satu adalah suatu kenyataan dan yang satu

lagi adalah sebagai pembanding terhadap kenyataan tadi. Misalkan kata adalah

pedang tajam. Data tersebut dikatakan metafora karena membandingkan kata

dengan pedang tajam secara langsung tanpa menggunakan kata pembanding. Data

tersebut dianggap sebagai gaya bahasa kias karena kata-kata manusia yang kasar

dapat melukai perasaan seseorang seperti pedang yang dapat melukai orang lain.

Sedangkan unsur pembandingnya terletah pada kata yang merupakan sebuah

ucapan, dan pedang yang merupakan senjata, namun kedua hal tersebut secara

implisit memiliki makna yang sama yakni “tajam”.

Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada benda

yang tak bernyawa dan ide yang abstrak. Contohnya adalah seperti tiang rumah

berdiri dengan tegak. Dalam kalimat tersebut terdapat kata berdiri tegak yang

identik dilakukan oleh manusia namun digunakan untuk benda mati seperti tiang.

Unsur pembandingnya adalah benda mati (tiang) dengan perilaku manusia

(berdiri). Kedua hal tersebut memiliki persamaan yakni “tegak lurus” yang

digunakan untuk sebuah kiasan.

Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada

manusia yang lebih bersifat pada pengandaian. Gaya bahasa ini kebalikan dari

gaya bahasa personifikasi misalnya dalam contoh berikut: jikalau kau bunga maka

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

20

aku akan jadi kumbangnya. Pada dasarnya manusia dengan bunga merupakan

sesuatu yang sangat berbeda namun dalam data tersebut dinyatakan sama, karena

penulis mengibaratkan hubungan dua manusia sama dengan sekor kumbang dan

bunga yang saling membutuhkan. Unsur pembedanya terletah pada kamu dan aku

(manusia) dengan bunga (tumbuhan), kumbang (hewan).

Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan

metafora yang diperluas. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral atau

spiritual manusia. Biasanya alegori merupakan cerita-cerita yang panjang dan

rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung dan tersembunyi bagi

pembaca. Seperti cerita tentang Adan dan Hawa, kancil dan petani. Misalkan: kita

terhalang jarak dan waktu namun aku yakin kita kan bertemu seperti Adam dan

Hawa yang telah lama terpisah. Kalimat tersebut dalam kategori gaya bahasa

perbandingan karena terdapat seuatu yang beda yakni cerita Aku (saat ini) dengan

cerita dari umat muslim tentang kisah Adam dan Hawa pada masa lalu. Dari data

tersebut kita dapat melihat adanya unsur kiasan antara cerita saat ini dengan kisah

masa lalu yang pastinya berbeda, namun dianggap sama karena merujuk pada

‘takdir.

2.3 Fungsi Gaya Bahasa

Nuroh (2011:25) mengatakan gaya bahasa memiliki fungsi terhadap

penyampaian ide pengarang dalam bentuk informasi terutama dalam karya sastra.

Selain pendapat Nuroh Keraf mengatakan bahwa fungsi gaya bahasa adalah

menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulus asosiasi,

menimbulkan gelak tawa, dan untuk hiasan. Menurut Ali Imron dalam Sarah

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

21

(2016:27) menyebutkan ada beberapa fungsi gaya bagasa dalam karya sastra

diantaranya adalah 1) meningkatkan minat pembaca untuk mengikuti apa yang

disampaikan pengarang; 2) memengaruhi atau meyakinkan pembaca agar semakin

yakin terhadap apa yang disampaikan pengarang; 3) menciptakan keadaan

perasaan hati tertentu agar dapat membawa pembaca hanyut dalam suasana

tertentu, seperti kesan baik atau buruk, perasaan senang atau benci dan

sebagainya; 4) memperkuat efek terhadap gagasan agar dapat membuat pembaca

terkesan oleh gagasan yang disampaikan pengarang. Dari beberapa pendapat

tersebut peneliti menyimpulkan bahwa gaya bahasa dalam karya sastra memiliki

beberapa fungsi yaitu menggambarkan, memperjelas, dan memperindah.

Fungsi gaya bahasa menggambarkan adalah ketika pengarang

mengungkapkan sesuatu hal yang abstrak atau tidak jelas kemudian pengarang

mengambil pembanding dengan sesuatu yang lebih jelas. Misalkan ketika

pengarang ingin memberitahukan sifat tokoh utama yang buruk. Dalam kasus

tersebut untuk menciptakan cerita yang menarik pengarang tidak akan

menyebutkan secara langsung bahwa tokoh utama memiliki sifat yang buruk, akan

tetapi dengan berbagai gaya bahasa pengarang akan menggambarkan sifat tokoh

utama dengan hal-hal yang lain seperti mengibaratkan dengan sampah

masyarakat, bajingan, penjahat, dan sebagainya.

Menjelaskan maksudnya adalah jika data tersbut terdapat dalam narasi

pengarang yang bertujuan untuk memaparkan apa yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Selain itu dapat meyakinkan pembaca agar pembaca semakin percaya

terhadap apa yang disampaikan oleh pengarang. Misalkan ketika dalam cerita si

tokoh utama mengalami situasi di mana ia harus merelakan sesuatu, maka

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/59778/5/BAB II.pdf · Contoh: angin yang meraung di tengah malam yang berarti ‘angin berhembus kencang’. Angin merupakan

22

pengarang dapat menggunakan beberapa ungkapan seperti dengan berat hati, tak

kuasa membendung air mata, dan lain sebagainya untuk menjelaskan isi batin si

tokoh.

Semakin banyak gaya bahasa yang digunakan maka karya sastra yang

dihasilkan akan semakin menarik. Hal itu sesuai dengan fungsi gaya bahasa

sebagai hiasan. Bukan hanya untuk penjelasan saja, ragam gaya bahasa dalam

karya sastra sangat berpengaruh besar dalam menghidupkan dan mengembangkan

imajinasi pembaca agar tampak seperti nyata. Misalkan pengibaratan manusia

seperti bunga, bintang, bulan atau benda-benda yang memiliki sifat yang sama

akan lebih dramatis jika dibandingkan dengan pengungkapan secara langsung.