BAB II kti dyah

21
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setel melakukanpengindraan terhadap suatuobjek tertentu Penginderaan terjadi melalui pan!a indera manusia, "akni indera penglihatan, pendengaran, pen! rasa, dan raba #ebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata telinga Pengetahuan atau kogniti$ merupakan domain "ang sangat penting d bentuk tindakan seseorang %overt behaviour & %Notoatmodjo, '(() * + -& Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melak pengindraan terhadap suatu objek tertentu Pengindraan terjadi mel indra manusia, "akni indra penglihatan, pendengaran, pen!iuman, rasa dan %.a/an dkk, '(++* ++& Pengetahuan seseorang biasan"a diperoleh dari pengalaman "ang beras dari berbagai ma!am sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media ma media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagain"a Penge dapat membentuk ke"akinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan ke"akinann"a tersebut % Istiari, '(((& 0ari beberapa de$inisi tersebut, maka penulis dapat menarik kesimpul bah/asann"a pengetahuan merupakan domain "ang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang %overtbehavior &, diperoleh dari pengindraan dengan melibatkan pan!a indramanusia "ang sebagian besar diperoleh dariindra penglihatan dan pendengaran )

description

bab II kti dyah kebidanan

Transcript of BAB II kti dyah

27

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Pengetahuan 1. PengertianPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behaviour). (Notoatmodjo, 2007 : 139)Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Wawan dkk, 2011: 11) Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut ( Istiari, 2000)Dari beberapa definisi tersebut, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwasannya pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior), diperoleh dari pengindraan dengan melibatkan panca indra manusia yang sebagian besar diperoleh dari indra penglihatan dan pendengaran.2. Tingkat PengetahuanTingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu :a. Tahu (Know) Tahu yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang diterima.b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan yang menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang diamati.c. Aplikasi (application)Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis )Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.e. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada.f. Evaluasi (evaluation)Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.(Wawan dan Dewi, 2011:12)3. Perilaku Manusiaa. PengertianPerilaku adalah respon indvidu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu (Wawan A, 2010:48).

Menurut Lawrence Green, faktor perilaku dibentuk oleh 3 hal, yaitu :a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)Faktor predisposisi (Predisposing factors), merupakan faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor Pendukung (enabling factors)Faktor Pendukung (enabling factors), terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.c. Faktor Pendorong (renforcing factors)Faktor Pendorong (renforcing factors), terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.(Notoatmodjo, 2007:178).Faktor perilaku diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan dapat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.4. Kriteria tingkat pengetahuanPengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu :a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%c. Kurang : Hasil presentase < 56%(Wawan dan dewi, 2011 : 18).5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuanPengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :a. Faktor internal1) Pendidikan Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992, yang dikutip Nursalam, 2001). Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 1993). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB Marta (1997), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan diklasifikasikan menjadi : a). Pendidikan tinggi: akademi/ PT b). Pendidikan menengah: SLTP/SLTA c). Pendidikan dasar : SD Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001). Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan (Effendi, 1998, hlm. 14).Wiet Hary dalam Notoatmodjo (1993) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. 2) PekerjaanPekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Wawan dan Dewi, 2011 : 17).3) UmurUsia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai beulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. (Wawan dan Dewi, 2011 : 17).

b. Faktor eksternal1) Faktor lingkunganLingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. (Wawan dan Dewi, 2011 : 18).2) Sosial budayaSistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (Wawan dan Dewi, 2011 : 18).6. Pengukuran PengetahuanCara mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan angket, wawancara atau observasi yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo, 2007 : 140-142). Adapun cara pengukuran tersebut antara lain :a. Angket atau KuesionerAngket atau kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia. (Hidayat, 2007 : 98)b. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti. Metode ini memberikan hasil secara langsung. Metode ini dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah responden sedikit. (Hidayat, 2007 : 100)c. Observasi atau PengamatanObservasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan hal-hal yang akan diteliti. (Hidayat, 2007 : 99)7. Cara Mendapatkan Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi : 1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.4) Melalui Jalan Pikiran Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran. b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan.Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005, hlm. 11-14).8. Peran ibu Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga, jadi peranan keluarga menggambar seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Padila, 2012 : 27)Ibu mempunyai peran sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. (Setiadi, 2008 : 14) Faktor penentu bagi perkembangan anak baik fisik maupun mental adalah peran orang tua, terutama peran seorang ibu, karena ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang dilahirkan sampai dia dewasa. Ibu dapat berperan aktif dalam memantau proses tumbuh kembang anak, misalnya dengan membawa anak ke posyandu secara rutin dengan melihat dan mengacu pada KMS. (Kemendiknas RI, 2011 : 24)

B. Perkembangan1. Pengertian Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungssi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh,jaringan tubuh,organ-organ,dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai interaksi dengan lingkungannya. (Adriana,2011) Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya, yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya (Yusuf,2001).(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26498/4/Chapter%20I.pdf)2. Tahap PerkembanganKebanyakan ahli bidang perkembangan anak menggolongkan pertumbuhan dan perilaku anak keedalam berbagai tahap usia atau istilah yang menggambarkan kelompok usia. Rentang usia dari tahaptahap tersebut bersifat semena, dan karena tidak mempertimbangkan perbedaanperbedaan individu, tidak dapat diterapkan pada semua anak. Namun, pengelompokan ini merupakan cara yang baik untuk menjelaskan karakteristikmayoritas anakanak saat periode munculnya perubahan perkembangan dan tugas- tugas perkembangan yang harus dicapai. (Tugas Perkembangan adalah serangkaian keterampilan dan kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai pada setiap tahap perkembangan agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya). Perawat perlu mengetahui berbagai masalah kesehatan yang khas terjadi pada setiap tahap perkembangan adapun masalah kesehatan disini adalah :a. Priode Pranatal ( Konsepsi sampai lahir )Germinal : konsep sampai kira kira 2 mingguEmbrio : 2 sampai 8 mingguJanin : 8 sampai 40 minggu (lahir)Cepatnya laju pertumbuhan dan ketergantungan yang bersifat total membuat priode ini menjadi priode yang terpenting dalam proses perkembangan. Hubungan antara kesehatan maternal dan manifestasi tertentu pada bayi baru lahir menekankan pentingnya asuhan prenatal yang adekuat demi kesehatan dan kesejehteraan bayi.b. Masa bayi ( Lahir sampai lahir 1 tahun )Noenatus : lahir sampai 27 atau 28 hariBayi : 1 sampai kira kira 1 tahunMasa bayi merupakan masa perkembangan motorik, kognitif, dan sosial yang cepat. Bersama pemberi asuhan (orang tua), bayi membentuk dasar rasa percaya pada dunia dan dasar hubungan internasional di masa yang akan datang. Bulan pertama kehidupan yang kritis, meskipun bagian dari masa bayi, sering dibedakan karena adanya penyesuaian fisik yang besar kekeadaan ekstrauterus dan penyesuaian psikologis orang tua.c. Masa kanak kanak awal ( 1 sampai 6 tahun )Todler: 1 sampai 3 tahunPrasekolah : 3 sampai 6 tahunPriode ini, yang berasal dari waktu anakanak dapat bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi dan penemuanpenemuan. Saat ini merupakan saat perkembangan fisik dan kepribadian yang besar. Perkembangan motorik berlangsung terusmenerus. Anakanak pada usia ini membutuhkan bahasa dan hubungan sosial yang lebih luas, mempelajari standar peran, memperoleh kontrol dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian, dan mulai membentuk konsep diri.d. Masa kanak kanak pertengahan ( 6 sampai 11 atau 12 tahun )Sering disebut sebagai usia sekolah, periode perkembangan merupakan salah satu tahap perkembangan ketika anak diarahkan menjauh dari kelompok keluarga dan berpusat didunia hubungan sebaya yang lebih luas, mempelajari standar peran, memperoleh control dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian, dan memulai membentuk konsep diri.e. Masa Kanak kanak akhir ( 11 19 tahun )Prapubertas: 10 13 tahunRemaja: 13 sampai kira kira 18 tahunPeriode maturasi dan perubahan cepat yang membingungkan yang dikenal dengan masa remaja dianggap sebagai priode transisi yang dimulai pada masa pubertas dan berakhir pada saat memasuki dunia dewasa biasanya lulus sekolah menengah atas. Maturasi biologis dan kepribadian disertai dengan gejolak emosi dan fisik yang tidak menentu, dan terpadat redifinisi konsep diri. Pada periode remaja akhir, mereka mulai menginternalisasi nilainilai yang telah mereka pelajari sebelumnya dan lebih berfokus pada idensitas individu dari pada indensitas kelompok. (Wong : 2009:1)

C. MOTORIK HALUS1. PengertianMotorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Sehingga gerakan ini memerlukan tenaga melainkan gerakan motorik halus, anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. (Sujiono, 2009 : 14)2. Fungsi motorik halus pada anak usia diniFungsi motorik halus itu sendiri diantaranya adalah :Menurut Hurlock anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh senang. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan berbaris-baris. (Noorlaila, 2010 : 50)Motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu dan menggunting. (Suyatno, 2005 : 51) Fungsi perkembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain. (Sumantri, 2005 : 146)Fungsi perkembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. (Saputra dan Rudyanto, 2005 : 116)3. Tahapan perkembangan motorik halus pada anak balita.Berdasarkan skala Yaumil-Mimi, tahapan perkembangan anak balita dapat diamati sebagai berikut :a. Perkembangan motorik halus pada anak usia 1-2 tahun 1) Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk;2) Membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan;3) Menyusun menara dari balok;4) Memindahkan air dari gelas ke gelas lain;5) Belajar memakai kaus kaki sendiri;6) Menyalakan TV dan bermain remote;7) Belajar mengupas pisang.b. Perkembangan motorik halus pada anak usia 2-3 tahun1) Mencoret- coret dengan 1 tangan;2) Menggambar garis tak beraturan;3) Memegang pensil;4) Belajar menggunting;5) Mengancingkan baju;6) Memakai baju sendiri.c. Perkembangan motorik halus pada anak usia 3-4 tahun1) Mengambar manusia;2) Mencuci tangan sendiri;3) Membentuk benda dari plastisin;4) Membuat garis dan lingkaran cukup rapi.d. Perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun1) Menggunting dengan cukup baik;2) Melipat amplop;3) Membawa gelas tanpa menumpahkan isinya;4) Memasukkan benang ke lubang besar.4. Deteksi, Stimulasi dan Intervensi perkembangan motorik halusStimulasi perkembangan adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar berkembang secara optimal. Stimulasi perkembangan pada anak didapatkan dari ibu, ayah pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di sekitar lingkungannya. Selain itu kadang secara otomatis anak akan terstimulasi oleh teman bermainnya yang diatur oleh sistem permainan dan interaksi yang bermanfaat juga untuk proses tumbuh kembangnnya. Dengan demikian mengupayakan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar merupakan salah satu kegiatan untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Kurang stimulasi menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang bersifat menetap. (Sulistyawati, 2014)Stimulasi sejak dini sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya. Orang tua harus dapat memahami dan mendeteksi kelebihan dan kekurangan kecerdasan motorik anak sehingga dapat meningkatkan prestasi pada kelebihannya tetapi sebaliknya juga dapat melatih kekurangannya agar tidak lebih tertinggal. Kelebihan motorik halus seorang anak bila terdeteksi sejak dini dan dilakukan stimulasi dan latihan lebih rutin sejak kecil akan menghasilkan prestasi besar sesuai dengan kelebihan tingkat motoriknya. Bila tidak dilakukan stimulasi dan latihan sejak dini hanya akan menghasilkan sekedar hobi bagi aktifitas yang digelutinya. (http://motoriksensoryprocessing.wordpress.com)Pentingnya pemeriksaan status perkembangan yaitu agar dapat dilakukan intervensi dini dengan latihan/stimulasi apabila terdapat penyimpangan, sehingga anak dapat mencapai perkembangan normal kembali sesuai umurnya. (Adriana, 2009)Terdapat beberapa instrumen deteksi tumbuh kembang untuk anak yang dikembangkan oleh beberapa pakar. Masing-masing instrumen memiliki spesifikasi dalam hal tujuan, sasaran, kriteria pemeriksa, media, lokasi pemeriksa dan lain-lain. Pengambilan keputusan mengenai instrumen mana yang akan digunakan sangat tergantung dengan kebijakan fasilitas pelayanan dan stakeholders. Di Indonesia, terdapat dua instrumen yang lazim digunakan, yaitu :1. KPSP (Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan)Merupakan instrumen deteksi tumbuh kembang yang sederhana. Instrumen iini dikatakan sederhana dan dapat dijawaboleh pemeriksa melalui pelaksanaan instruksi dari kuesioner. Pemeriksaan bisa dilakukan oleh orang tua, guru di sekolah, atau petugas kesehatan di puskesmas. (Sulistyawati, 2014)Tujuan dari penggunaan KPSP ini sebagai instrumen skrining adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak sesuai umurnya. Selain itu, instrumen ini juga digunakan sebagai alat untuk mendeteksi penyimpangan perkembangan anak agar segera dapat dilakukan intervensi. (Sulityawati, 2014: 167)2. DDST II (Denver Development Screening Test II)Merupakan satu alat deteksi tumbuh kembang balita yang didalamnya berisi instruksi melalui kotak komponen tes dan dilaksanakan sesuai dengan umur saat pencapaiannya untuk kemudian ditindaklanjuti melalui stimulasi atau rujukan ke ahli tumbuh kembang. Jika dibandingkan dengan KPSP, DDST II ini terlihat lebih rinci, membutuhkan ketelitan, dan hanya bisa dilakukan oleh profesi tertentu yang menjadikan mendeteksi tumbuh kembang anak merupakan salah satu ranah kompetensinya. Oleh karena sulitnya menggunakan alat tes ini, bagi beberapa pihak, misalnya mahasiswa dari profesi terkait, merasa bahwa mampu menguasai keterampilan menggunakan DDST II seperti memecahkan teka-teki saja.(Sulstyawati, 2014)Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan stimulasi atau rangsangan yang berguna agar potensi berkembang, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangnya. (Adriana, 2011)Berikut bentuk stimulasi atau rangsangan motorik halus yang diberikan pada anak balita :a. Stimulasi motorik halus pada anak 12-15 bulan1) Permainan balok;2) Memasukkan dan mengeluarkan benda;3) Memasukkan benda yang satu ke benda yang lain;4) Bermain dengan mainan yang mengapung di air;5) Menggambar.b. Stimulasi motorik halus pada anak 15-18 bulan1) Lanjutkan stimulasi bermain dengan balok-balok, memasukkan benda yang satu ke benda yang lain, menggambar dengan krayon atau pensil berwarna;2) Bermain meniup buih sabun;3) Membuat untaian/manik-manik.c. Stimulasi motorik halus pada anak 18-24 bulan1) Lanjutkan stimulasi untuk mendorong agar anak mau untuk bermain balok-balok, memasukkan benda yang satu kedalam benda yang lainnya, menggambar dengan krayon atau pensil berwarna, dan menggambar dengan menggunakan tangan;2) Membuat berbagai bentuk dan ukuran;3) Bermain puzzle sederhana;4) Menggambar wajah atau bentuk;5) Membuat berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan.d. Stimulasi motorik halus pada anak 24-36 bulan1) Lanjutkan stimulasi untuk mendorong anak agar mau bermain puzzle, balok, memasukkan benda ke benda yang lain dan menggambar;2) Mrmbuat gambar tempelan;3) Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya;4) Mencocokan gambar dengan benda nyata;5) Konsep jumlah;6) Bermain/menyusun balok-balok.e. Stimulasi motorik halus pada anak 36-48 bulan1) Lanjutkan stimulasi bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun balok, menggambar yang lebih sulit, bermain mencocokkan gambar dengan yang sesungguhnya dan mengelompokkan benda menurut jenisnya;2) Memotong gambar bentuk dengan gunting;3) Membuat cerita gambar tempel;4) Menempel gambar;5) Menjahit;6) Menggambar/menulis;7) Menghitung;8) Menggambar dengan jari;9) Bermain cat air di atas kertas;10) Mencampur warna;f. Stimulasi motorik halus pada anak 48-60 bulan1) Lanjutkan stimulasi bermain puzzle, menggambar, menggunting, memilih dan mengelompokkan, memotong serta menempel gambar;2) Ajak anak bermain dengan konsep separuh atau satu;3) Melengkapi gambar;4) Mencocokkan dan menghitung;5) Menggunting;6) Membandingkan besar kecil, banyak sedikit, berat ringan;7) Percobaan ilmiah;8) Berkebun.Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, antara lain :1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang2. Slalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang berada sekitarnya3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok usia anak4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bemain, bernyanyi, bervariasi, secara menyenangkan tanpa adanya paksaan dan hukuman5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan usia anak6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman, dan ada di sekitar anak7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan anak perempuan8. Selalu beri pujian pada anak, bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya.

7