BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

21
12 BAB II KERANGKA DASAR TEORI Kerangka teori merupakan uraian tentang teori yang dipakai dalam penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka teori dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian adalah teori tentang pengembangan bahan ajar berbasis video clip pada materi penjumlahan. A. Teori dan Konsep 1. Teori a. Pengembangan Pengembangan merupakan salah satu bidang kawasan teknologi pendidikan, yang dilakukan sebagai upaya penyelesaian permasalahan dalam pembelajaran terkait dalam analisis kebutuhan. Pentingnya mengembangkan bahan ajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. 1 Dalam konteks pembelajaran, bahan ajar merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, karena bahan ajar merupakan suatu komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya. 2 Guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. 1 Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria, Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), hlm. 122. 2 M. Djauhar Siddiq, Isniatun Munawaroh, dan Sungkono, Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 27.

Transcript of BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

Page 1: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

12

BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

Kerangka teori merupakan uraian tentang teori yang dipakai dalam

penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka teori dijadikan

sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian adalah teori tentang pengembangan

bahan ajar berbasis video clip pada materi penjumlahan.

A. Teori dan Konsep

1. Teori

a. Pengembangan

Pengembangan merupakan salah satu bidang kawasan teknologi

pendidikan, yang dilakukan sebagai upaya penyelesaian permasalahan

dalam pembelajaran terkait dalam analisis kebutuhan. Pentingnya

mengembangkan bahan ajar merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan pembelajaran.1

Dalam konteks pembelajaran, bahan ajar merupakan komponen

yang harus ada dalam proses pembelajaran, karena bahan ajar merupakan

suatu komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan

materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan

pedoman untuk mempelajarinya.2 Guru perlu untuk mengembangkan

bahan ajar, yaitu ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,

karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.

1 Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria, Media Pembelajaran Inovatif

dan Pengembangannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), hlm. 122. 2 M. Djauhar Siddiq, Isniatun Munawaroh, dan Sungkono, Pengembangan Bahan

Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional, 2008), hlm. 27.

Page 2: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

13

Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum,

artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan

kurikulum. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan

mengembangkan bahan ajar sendiri.

Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak

ada atau sulit diperoleh, maka membuat bahan ajar sendiri adalah suatu

keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat

diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun

pengetahuan sendiri, penggalian informasi dari narasumber, buku-buku,

dan internet. Namun demikian, kalaupun bahan ajar yang sesuai dengan

kurikulum cukup banyak bukan berarti kita tidak perlu untuk

mengembangkan bahan ajar sendiri. Bagi siswa, sering kali bahan yang

terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu

membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.3

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang

dikembangkan sering kali tidak cocok untuk siswa. Ada sejumlah alasan

ketidakcocokan, misalnya lingkungan sosial, geografis, dan budaya.

Untuk itu, bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan

dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, geografis, dan

budaya, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan

siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, dan latar belakang

keluarga.

3 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta:

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2008), hlm. 8.

Page 3: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

14

Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat memecahkan

masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi

pembelajaran yang sering kali siswa sulit untuk memahaminya atau guru

sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi, karena

materi tersebut abstrak. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu

dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang

akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu

membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut.4

Berdasarkan uraian tersebut, mengembangkan bahan ajar

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Guru

perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu ketersediaan bahan sesuai

tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan

masalah belajar.

b. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar-

mengajar yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan

belajar-mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan

pembelajaran serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar.

1) Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang disusun secara

sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan

tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

4 Ibid., hlm. 9.

Page 4: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

15

Menurut Pannen yang dikutip Awalludin, bahan ajar adalah

bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang

digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 5 Selain itu,

Amri dan Ahmadi menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk

bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar-mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud berupa

bahan tertulis dan bahan tidak tertulis.6

Menurut Sanjaya, bahan ajar adalah segala sesuatu yang menjadi

isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan

kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap

mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Bahan ajar disusun

berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang disusun

dalam kurikulum tingkat sekolah dasar.7

Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

disusun secara sistematis dan digunakan dalam kegiatan belajar-

mengajar dengan mengacu pada isi kurikulum yang berlaku dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

5 Awalludin, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), hlm. 11-12. 6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam

Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2010), hlm. 159. 7 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), hlm. 141.

Page 5: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

16

2) Jenis-Jenis Bahan Ajar

Menurut Abdul Majid, dari segi bentuknya, bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

a) Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa,

brosur, dan foto/gambar;

b) Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact

disk audio;

c) Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film, dan

orang/narasumber; dan

d) Bahan ajar interaktif seperti compact disk interaktif.8

Menurut Prastowo berdasarkan cara kerjanya, bahan ajar dapat

dibedakan menjadi lima macam, antara lain:

a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar ini adalah bahan

ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk

memproyeksikan isi di dalamnya. Sehingga, siswa dapat langsung

mempergunakan bahan ajar. Contoh: foto, diagram, display, dan

model;

b) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang diproyeksikan

adalah bahan ajar yang memerlukan proyektor agar dapat

dimanfaatkan dan dipelajari siswa. Contoh: slide, filmstrips,

overhead transparencies (OHP), dan proyeksi komputer;

c) Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang berupa sinyal audio yang

direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita

memerlukan alat pemain media perekam tersebut, seperti tape

compo, CD, VCD, dan multimedia player;

d) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar yang

biasanya berbentuk Video Tape Player (VCD) dan DVD, karena

bahan ajar ini hampir sama dengan bahan ajar audio yang

memerlukan media rekam. Namun, perbedaannya bahan ajar ini

ada pada gambarnya. Jadi, secara bersamaan dalam tampilan dapat

diperoleh sebuah sajian gambar dan suara. Contoh: video dan film;

dan

e) Bahan ajar komputer adalah berbagai jenis bahan ajar noncetak

yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk

belajar. Contoh: computer mediated instruction (CMI) dan

computer based multimedia atau hypermedia.9

8 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.

174. 9 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode

Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), hlm. 307.

Page 6: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

17

Menurut Prastowo, dilihat dari sifatnya, bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:

a) Bahan ajar berbasis cetak, yang termasuk dalam kategori bahan ajar

ini adalah buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial,

buku kerja siswa, peta, charts, foto, dan bahan dari majalah atau

koran;

b) Bahan ajar berbasis teknologi, yang termasuk dalam kategori bahan

ajar ini adalah audio cassete, siaran radio, slide, filmstrips, film,

video, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan

multimedia;

c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktek atau proyek, seperti kit

sains, lembar observasi, dan lembar wawancara; dan

d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia

(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), seperti telepon,

handphone, dan video conferencing.10

Berdasarkan pendapat tersebut, jenis-jenis bahan ajar dapat

dilihat dari segi bentuk bahan ajar, dari cara kerjanya, dan dari

sifatnya. Jenis bahan ajar yang dihasilkan dalam penelitian dan

pengembangan ini adalah bahan ajar berbasis video clip.

3) Prinsip-Prinsip dalam Mengembangkan Bahan Ajar

Amri dan Ahmadi yang dikutip Awalludin menyatakan beberapa

prinsip dalam pemilihan dan pengembangan bahan ajar, di antaranya:

a) Prinsip relevansi, artinya materi pembelajaran yang merupakan

hasil pengembangan haruslah relevan dan memiliki keterkaitan

dengan pencapaian tujuan pembelajaran;

b) Prinsip konsistensi, artinya materi yang merupakan hasil pemilihan

dan pengembangan oleh guru harus memiliki ketegasan antara

bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa; dan

10

Ibid., hlm. 308.

Page 7: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

18

c) Prinsip kecukupan, artinya bahan ajar yang digunakan dalam

pembelajaran hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa

menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.11

Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar itu dapat dilakukan

dengan cara, antara lain:

a) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang

konkret untuk memahami yang abstrak;

b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman;

c) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap

pemahaman siswa;

d) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan belajar;

e) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya

akan mencapai ketinggian tertentu; dan

f) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk

terus mencapai tujuan.12

Jadi, pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan

prinsip-prinsip dalam pemilihan dan pengembangan bahan ajar

tersebut.

4) Tujuan dan Manfaat

Bahan ajar dikembangkan dan disusun dengan tujuan:

a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa;

11

Awalludin, Pengembangan Buku Teks..., hlm. 14-15. 12

Ibid., hlm. 15.

Page 8: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

19

b) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di

samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; dan

c) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Amri dan Ahmadi mengatakan bahwa pengembangan bahan ajar

sangat bermanfaat bagi guru. Manfaat bagi guru, antara lain:

a) Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan

sesuai dengan kebutuhan siswa;

b) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk

diperoleh;

c) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai

referensi;

d) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam

mengembangkan bahan ajar;

e) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan

siswa, karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya;

dan

f) Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan

diterbitkan.13

Selain bermanfaat bagi guru, pengembangan bahan ajar juga

bermanfaat bagi siswa. Adapun manfaat bahan ajar bagi siswa adalah:

a) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;

b) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi

ketergantungan terhadap kehadiran guru; dan

13

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif..., hlm. 159-160.

Page 9: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

20

c) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi

yang harus dikuasainya.14

Dari uraian dan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tujuan bahan ajar untuk memudahkan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran sedangkan manfaat dari bahan ajar dalam

kegiatan belajar-mengajar sangat banyak manfaatnya bagi guru dan

bagi siswa.

c. Video Clip

1) Pengertian Video Clip

Video clip merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk

membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal,

individual, dan berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat massal,

manfaat video sangat nyata. Visualisasi ataupun tulisan pada papan

tulis ukurannya tetap, tidak dapat diperbesar maupun diperkecil.

Sedangkan ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur

sesuai dengan kebutuhan.15

Video clip juga merupakan bahan ajar noncetak yang kaya

informasi dan tuntas, karena dapat sampai kehadapan siswa secara

langsung. Selain itu, video clip menambah suatu dimensi baru

terhadap pembelajaran, hal ini karena karakteristik teknologi video

yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara pada siswa.

Tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi

pelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan

14

Awalludin, Pengembangan Buku Teks..., hlm. 19. 15

Daryanto, Media Pembelajaran..., hlm. 104.

Page 10: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

21

informasi awalnya lebih besar melalui indra pendengaran dan

penglihatan.

Video clip adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal

audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak.16 Video clip

dapat dimanfaatkan dalam bahan ajar, karena dapat memberikan

pengalaman belajar yang efektif dan efisien bagi penggunanya. Selain

digunakan untuk pembelajaran pada aspek kognitif, bahan ajar ini

dapat dimanfaatkan dalam pendidikan afektif dan penanaman

karakter.17 Video clip dapat dikombinasikan dengan animasi dan

pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari

waktu ke waktu. Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi

terutama efektif untuk membantu dalam menyampaikan materi yang

bersifat dinamis. Oleh karena itu, suatu materi yang disampaikan

lewat video dapat digunakan dalam proses pembelajaran tatap muka

(langsung) maupun jarak jauh tanpa kehadiran guru. Karena

kemampuan itulah teknologi video banyak digunakan sebagai salah

satu alat pembelajaran utama dalam sistem pendidikan.

Keunggulan menggunakan video clip adalah ukuran tampilan

video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Video merupakan bahan ajar noncetak yang kaya informasi dan lugas,

karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, video

menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.18

16

Ibid., hlm. 105-106. 17

Benny A Pribadi, Media dan Teknologi dalam Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2017), hlm. 19-20. 18

Daryanto, Media Pembelajaran..., hlm. 106-108.

Page 11: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

22

Dengan demikian, bahan ajar berbasis video clip dalam

pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman

yang bermakna.

2) Langkah-Langkah Pembuatan Video yang Baik

Langkah-langkah umum yang ditempuh dalam membuat naskah

video pembelajaran antara lain:

a) Tentukan Ide

Ide yang baik biasanya timbul dari adanya masalah. Masalah dapat

dirumuskan sebagai kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan

apa yang seharusnya ada.

b) Rumuskan Tujuan

Rumusan tujuan di sini adalah rumusan mengenai kompetensi

seperti apa yang diharapkan oleh kita, sehingga setelah menonton

program ini siswa benar-benar menguasai kompetensi yang kita

harapkan tadi.

c) Lakukan Survei (Mengumpulkan Bahan Materi)

Survei ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan bahan-

bahan yang dapat mendukung program yang akan kita buat.

d) Buat Garis Besar Isi

Bahan/informasi/data yang sudah terkumpul melalui survei tentu

harus berkaitan erat dengan tujuan yang sudah dirumuskan. Dengan

kata lain, bahan-bahan yang akan disajikan melalui program kita

harus dapat mendukung tercapainya tujuan. Untuk itu, susunlah

bahan-bahan tersebut dalam bentuk out-line (garis besar).

e) Buat Sinopsis

Sinopsis adalah ikhtisar cerita yang menggambarkan isi program

secara ringkas dan masih bersifat secara umum.

f) Buat Treatment

Treatment adalah pengembangan lebih jauh dari sinopsis yang

sudah disusun sebelumnya. Berbeda dengan sinopsis yang

penuturannya masih bersifat literatur. Treatment disusun lebih

mendekati rangkaian adegan film. Rangkaian adegan lebih terlihat

secara kronologis atau urutan kejadiannya lebih terlihat secara

jelas.

g) Buat Story Board

Story board sebaiknya dibuat secara lembar per lembar, di mana

per lembarnya berisi satu scene dan setting, namun bagi yang

masih amatir, dalam setiap lembarnya bisa diisi dengan 2 sampai 3

scene/setting. Story board ini di dalamnya memuat unsur-unsur

visual maupun audio, juga istilah-istilah yang terdapat dalam video.

Page 12: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

23

h) Menulis Naskah

Naskah ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan story board.

Bedanya adalah bahwa urutan penyajian visualisasi maupun

audionya sudah pasti dan penuturannya sudah bersifat lebih rinci.19

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah umum yang ditempuh dalam membuat naskah video

pembelajaran, yaitu tentukan ide, rumuskan tujuan, lakukan survei,

buat garis besar isi, buat sinopsis, buat treatment, buat story board,

dan menulis naskah.

d. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun antara

unsur manusiawi, material, fasilitas, dan rencana yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.20 Dalam proses

pembelajaran dikembangkan melalui pola pembelajaran yang

menggambarkan kedudukan serta peran guru dan siswa dalam proses

pembelajaran.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi

antara guru dan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika

yang menggunakan bahan ajar untuk mempermudah kegiatan belajar-

mengajar. Dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan

sendiri berbagai pengetahuannya.21

Dengan demikian, dalam pembelajaran matematika guru

hendaknya memilih bahan ajar yang tepat untuk menyajikan materi

dalam pembelajaran.

19

Ibid., hlm. 122-124. 20

Oemar Hamalik, Kurikulum dan..., hlm. 57. 21

Heruman, Model Pembelajaran..., hlm. 4.

Page 13: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

24

1) Hakikat Matematika

Kata matematika berasal dari beberapa istilah. Dalam tulisan

Suwangsih dan Tiurlina istilah matematika berasal dari bahasa

Yunani, yaitu mathematike yang artinya mempelajari. Kata

mathematike berasal dari kata mathema yang memiliki arti

pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Selain itu, kata

mathematike berhubungan juga dengan kata lain yang hampir sama,

yaitu mathein atau mathenein yang berarti berpikir.22

Menurut Ruseffendi yang dikutip Isrok’atun dan Amelia

Rosmala, matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi

mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan,

ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.23

Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai

peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan

daya pikir manusia, serta mendasari perkembangan teknologi modern.

Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu dipelajari oleh

semua siswa dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah lanjutan untuk

membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif serta dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.24 SD/MI merupakan

pendidikan dasar bagi anak. Artinya, pemahaman matematika siswa

ketika SD/MI berpengaruh besar sampai jenjang selanjutnya.

22

Isrok’atun dan Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2018), hlm. 3. 23

Ibid. 24

Sufri Mashuri, Media Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Deepublish, 2019),

hlm. 1.

Page 14: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

25

Dalam pembelajaran matematika, siswa mengembangkan suatu

konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau

mengelompokkan benda-benda atau ketika dapat mengasosiasikan

suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Jika konsep menunjuk

pada pemahaman dasar, artinya keterampilan menunjuk pada sesuatu

yang dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh, proses menggunakan

operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian adalah suatu jenis keterampilan matematika.25

Menurut Heruman, matematika merupakan suatu bahan kajian

yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses

penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep yang

diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah

diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika

bersifat sangat kuat dan jelas.26

Pada umumnya, anak usia sekolah dasar sedang mengalami

perkembangan pada tingkat berpikirnya, dari lingkungan sekitar

menuju ke lingkungan yang lebih luas sebelum dapat berpikir secara

umum. Tahapan berpikir anak usia sekolah dasar masih belum formal,

dan masih bersifat konkret. Artinya, tingkat berpikir mereka sering

kali sesuai dengan apa yang sedang mereka lihat atau sedang mereka

raba. Mereka masih kesulitan untuk memikirkan sesuatu yang tidak

ada di hadapannya, yaitu hanya dengan menggunakan imajinasi

mereka.

Sebagai ilustrasi, orang dewasa menganggap bahwa 20 + 30

adalah mudah, yaitu tinggal menjumlahkan 2 dan 3 dan mengimbuhi

25

Mardiah Astuti, Tutut Handayani, dan Nike Ardilah, “Diagnosis Kesulitan Belajar

Matematika Siswa Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Munawariyah Palembang”, Jurnal Ilmiah

PGMI, Volume 5 Nomor 1, Juni 2019, hlm. 8-9. 26

Heruman, Model Pembelajaran..., hlm. 1.

Page 15: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

26

kata “puluh”, yaitu 2 + 3 = 5, sehingga 20 + 30 = 50. Namun, bagi

anak soal ini susah karena jari tangan mereka hanya ada 10 dan jari

kakinya ada 10. Jika dijumlahkan, baru ada 20. Lalu dari mana

mencari yang 30 lagi? Mengajarkan anak cara 2 + 3 = 5 ditambah

dengan kata “puluh” juga tidak tepat, sebelum anak benar-benar

memahami konsep penjumlahan yang sebenarnya.27

Salah satu karakteristik matematika adalah abstrak, yang

merupakan lawan dari konkret. Oleh sebab itu, perlu adanya proses

yang menjembatani antara pola pikir konkret yang dimiliki siswa

dengan pola pikir abstrak yang merupakan ciri khas matematika. Salah

satunya adalah dengan memperkenalkan konsep matematika secara

konkret.

Sebagaimana kita ketahui bahwa objek-objek matematika

bersifat abstrak. Hal demikian berpotensi akan memunculkan berbagai

kesulitan dalam mempelajarinya, terutama bagi siswa di kelas tingkat

rendah, mengingat mereka pada umumnya belum mampu berpikir

secara abstrak. Fakta demikian mendorong perlunya bahan ajar yang

dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam

berinteraksi dengan objek-objek matematika yang bersifat abstrak

tersebut.28

Jadi, dalam proses pembelajaran guru membantu siswa untuk

memvisualisasikan konsep yang abstrak tersebut menjadi sesuatu yang

nyata sehingga mudah dipahami oleh siswa.

27

Nanang Priatna dan Ricki Yuliardi, Pembelajaran Matematika untuk Guru SD dan

Calon Guru SD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), hlm. 4-5. 28

Sufri Mashuri, Media Pembelajaran..., hlm. 1-2.

Page 16: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

27

2) Materi Penjumlahan

Ilmu berhitung merupakan bagian dari ilmu matematika yang

harus ditanamkan pada tingkat SD. Penjumlahan merupakan suatu

operasi hitung dasar sebelum memulai operasi hitung yang lain seperti

pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sri Subarinah mengatakan

berhitung penjumlahan adalah penggabungan antara himpunan satu

dengan himpunan yang lainnya yang dapat dijadikan dalam satu

kelompok.29

Pemahaman nilai tempat suatu bilangan sangatlah penting. Nilai

tempat merupakan konsep matematika yang fundamental untuk

mempelajari matematika lebih lanjut. Fuson menyatakan bahwa

pemahaman nilai tempat adalah pondasi untuk memahami sistem

bilangan dan prosedur penjumlahan. Oleh karena itu, nilai tempat

harus memiliki posisi yang jelas dalam kurikulum matematika karena

nilai tempat memungkinkan siswa untuk memahami ide-ide

matematika yang lain.30

Penjumlahan ada dua teknik, yaitu penjumlahan tanpa teknik

menyimpan dan penjumlahan dengan teknik menyimpan. Pada proses

pembelajaran matematika tentang penjumlahan dengan teknik

menyimpan dilakukan dengan benda-benda konkret misalnya dengan

menghadirkan sebuah atau sekumpulan objek agar siswa lebih

memahami penjumlahan dengan teknik menyimpan. Mengenai

29

Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran..., hlm. 16. 30

Andi Yunarni Yusri dan Miftah Sari, “Profil Pemahaman Konsep Nilai Tempat

Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematika pada Siswa Kelas III SDN 133 Takalala Soppeng”,

Jurnal Mosharafa, Volume 6 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 141-152.

Page 17: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

28

pembelajaran penjumlahan dengan teknik menyimpan, Heruman

berpendapat bahwa operasi hitung penjumlahan dengan teknik

menyimpan tidak semudah dengan operasi penjumlahan tanpa teknik

menyimpan.31

Penjumlahan dengan teknik menyimpan diartikan sebagai

penambahan dua bilangan atau lebih menjadi satu yang dilambangkan

dengan a dan b antara himpunan yang mempunyai anggota sebanyak

dengan himpunan sebanyak b anggota, dengan langkah menjumlahkan

satuan dengan satuan dan puluhan dengan puluhan. Hasil dari

penjumlahan satuan dengan satuan ditambahkan dengan hasil dari

penjumlahan puluhan dengan puluhan. Cara lain yang dapat

digunakan dengan mengubah bilangan yang akan dijumlahkan dengan

bilangan penjumlah dalam bentuk panjang, kemudian langkah

selanjutnya menjumlahkan dari belakang, yaitu satuan dengan satuan

dan hasil dari penjumlahannya ditambahkan dengan puluhan dengan

puluhan.

Penjumlahan secara bersusun sebagai berikut:

a) Penjumlahan bersusun pendek tanpa teknik menyimpan

14 14 14

25 25 25

+ + +

.... 9 39

satuan dijumlahkan puluhan dijumlahkan 1 + 2 = 3

dahulu 4 + 5 = 9

jadi jumlahnya 39

31

Ibid.

Page 18: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

29

b) Penjumlahan bersusun panjang tanpa teknik menyimpan

14 = .... + .... 14 = 10 + 4

25 = .... + .... 25 = 20 + 5

+ +

= .... + .... = 30 + 9

= .... = 39

c) Penjumlahan bersusun pendek dengan teknik menyimpan

1 1

19 19 19

33 33 33

+ + +

.... 2 52

satuan dijumlahkan puluhan dijumlahkan 1 + 1 + 3 = 5

dahulu 9 + 3 = 12

tulis 2 satuan simpan

1 puluhan

jadi jumlahnya 52

d) Penjumlahan bersusun panjang dengan teknik menyimpan

19 = .... + .... 19 = 10 + 9

33 = .... + .... 33 = 30 + 3

+ +

= .... + .... = 40 + 12

= .... + .... + .... = 40 + 10 + 2

= .... + .... = 50 + 2

= .... = 5232

Jadi, penjumlahan secara bersusun ada empat, yaitu

penjumlahan bersusun pendek tanpa teknik menyimpan, penjumlahan

bersusun panjang tanpa teknik menyimpan, penjumlahan bersusun

pendek dengan teknik menyimpan, dan penjumlahan bersusun panjang

dengan teknik menyimpan.

32

Heruman, Model Pembelajaran..., hlm. 7.

Page 19: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

30

2. Konsep

Permasalahan

1. Rendahnya kemampuan

siswa memahami materi

penjumlahan.

2. Belum menggunakan

bahan ajar berbasis

video clip.

Pengembangan

bahan ajar berbasis

video clip

Kelebihan:

1. Ukuran tampilan

video sangat

fleksibel.

2. Dapat diatur

sesuai dengan

kebutuhan.

Analysis

Design

Development

Implementation

Evaluation

Hipotesis

Ha

Ada perbedaan yang

signifikan antara hasil

belajar siswa kelas II MI

Najahiyah Palembang

sebelum dan setelah

menggunakan bahan ajar

berbasis video clip dari

produk pengembangan.

Ho

Tidak ada perbedaan yang

signifikan antara hasil

belajar siswa kelas II MI

Najahiyah Palembang

sebelum dan setelah

menggunakan bahan ajar

berbasis video clip dari

produk pengembangan.

Page 20: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

31

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Ha: Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas II MI

Najahiyah Palembang sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar

berbasis video clip dari produk pengembangan.

Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas II MI

Najahiyah Palembang sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar

berbasis video clip dari produk pengembangan.

C. Definisi

1. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah serangkaian pernyataan yang saling

berhubungan yang menjelaskan mengenai sekelompok peristiwa dan suatu

petunjuk di dalam melakukan suatu penelitian, yang teori dan konsep

tersebut dapat memberikan gambaran secara sistematis.

a. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis

dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan

dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan potensi

dan kompetensi siswa.33

b. Bahan ajar berbasis video clip adalah bahan pembelajaran yang

menyajikan unsur audio dan visual secara serempak dan mampu menarik

perhatian dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.34

33

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),

hlm. 24. 34

M. Djauhar Siddiq, Isniatun Munawaroh, dan Sungkono, Pengembangan Bahan...,

hlm. 16.

Page 21: BAB II KERANGKA DASAR TEORI - repository.radenfatah.ac.id

32

c. Penjumlahan adalah operasi hitung yang pertama kali diajarkan kepada

anak. Operasi penjumlahan digunakan untuk memperoleh hasil atau

jumlah dari dua buah bilangan. Operasi penjumlahan, yaitu apabila a dan

b dijumlahkan, maka hasilnya ditunjukkan dengan a + b, jadi 3 + 2 = 5.35

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas kajian yang dibahas pada penelitian ini sekaligus

membatasi kajiannya, maka peneliti akan merincikan makna dari judul yang

disajikan sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah menghasilkan suatu produk yang bertujuan untuk

membantu dan meningkatkan mutu proses pembelajaran dengan

memperhatikan potensi dan kompetensi siswa.

2. Bahan ajar berbasis video clip adalah bahan ajar yang mampu

menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu yang bersamaan.

Video clip merupakan alat bantu dalam pembelajaran matematika yang

berbentuk audio-visual.

3. Penjumlahan adalah operasi hitung yang menjumlahkan suatu angka

dengan angka lainnya sehingga menghasilkan nilai yang pasti.

35

Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran..., hlm. 16.