BAB II. Kasar

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan

description

pengetahuan ibu terhadap karies anak balita

Transcript of BAB II. Kasar

Page 1: BAB II. Kasar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

(mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan

sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatus (Notoatmodjo, 2010). Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007).

Page 2: BAB II. Kasar

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo. 2010).

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui

tersebut pada situasi yang lain (Notoatmodjo. 2010).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah

dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo. 2010).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah

ada (Notoatmodjo. 2010).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. (Notoatmodjo.

2010).

Page 3: BAB II. Kasar

2.1.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni:

a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum

ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :

1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil,

maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil

mencapai kebenaran.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan

baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut.

4) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.

Page 4: BAB II. Kasar

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

(Notoatmodjo, 2005).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang anatara lain

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi

(Mubarak, dkk.,2007).

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi

dan nilai-nilai baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat

kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya

ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin

matang dan dewasa.

Page 5: BAB II. Kasar

4. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

5. Pengalaman

Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang

akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

6. Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2 Kesehatan Gigi

Kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya mempertahankan

kebersihan, kenyamanan, dan kesehatan gigi yang dilakukan seorang indvidu.

Tujuan kesehatan gigi dan mulut meningkatkan kesadaran sikap dan perilaku

seseorang dalam kemampuan memelihara diri dibidang dikesehatan gigi dan

mulut dan mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan jalan

memberikan pengertian pada seseorang/masyarakat tentang pentingnya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. (Ircham machfud, 2005).

Page 6: BAB II. Kasar

2.2.1 Manfaat Gigi Bersih dan Sehat

Menjaga Kebersihan dan kesehatan gigi dapat meningkatkan

manfaat dari gigi tersebut antara lain:

1. Pengunyahan, sudah pasti gigi-geligi berperan mengolah makanan

dalam masa aktif pertumbuhan dan perkembangan.jika gigi sakit

atau rusak, maka anak-anak akan malas makan dan tentu

berpengaruh pada kesehatannya secara keseluruhan.

2. Penyedia atau pemelihara tempat bagi geligi permanen pengganti.

Coba dibayangkan, kalau gigi sulung tanggal sebelum waktunya,

maka gigi permanen pengganti akan tumbuh tidak teratur karena

kehilangan dan berkurang tempatnya tumbuh akibat menyempitnya

rahang.

3. Merangsang pertumbuhan rahang melalui pengunyahan. Jika anak

dibiasakan mengunyah makanan yang sesuai dengan usianya, maka

rahangnya akan tumbuh normal. Gigi berdesakan akibat kekurangan

tempat bisa dicegah.

4. Membantu perkembangan bicara. Gigi, lidah, dan bibir saling

berinteraksi atau bersinergi dalam pengucapan huruf atau kata.

Contohnya, pada anak-anak yang kehilangan gigi sulung anterior

akan mengalami kesulitan pengucapan huruf “f, v, s, z, dan th”.

5. Secara kosmetik akan meempengaruhi penampilan anak.

Pengucapan anak dapat terpengaruh bila tidak mau membuka mulut

saatt bicara (Tampubolon, 2006).

2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi

Faktor–faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi menurut Machfoedz

(2005) diantaranya adalah:

a. Jenis makanan

Jenis makanan, makanan yang mudah lengket dan menempel digigit

seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Hal

Page 7: BAB II. Kasar

ini yang mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah tertinggal dan

melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lama akan berakibat tidak

baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut

dan asam yang merusak email gigi (Machfoedz, 2005).

b. Cara melakukan gosok gigi

Menyikat gigi adalah suatu cara yang umum diajurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Menyikat gigi

adalah salah satu peosedur terhadap terjadinya penyakit gigi, karena

dengan menyikat akan bisa menghilangkan plag yang merupakan salah

satu faktor penyakit gigi. Tindakan menyikat gigi atau kontrol plak

merupakan kunci keberhasilan untuk mempunyai rongga mulut yang sehat

dalam upaya pencegahan dan emeliharaan mulut yang optimal. Cara

menggosok gigi yang dianjurkan dengan cara gerakan – gerakan yang

pendek, yakni menggosok gigi berulang-ulang pada satu tempat dahulu,

sebelum pindah ke tempat lain (Machfoedz, 2005).

c. Frekuensi gosok gigi

Frekuensi gosok gigi sebagai bentuk perilaku yang akan mempengaruhi

kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies

dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi melakukan gosok gigi setiap

orang berbeda, menurut beberapa ahli menyebutkan frekuensi menggosok

gigi yang baik adalah empat kali sehari yaitu setiap sesudah makan dan

waktu hendak mau tidur karena setengah jam setelah selesai makan, maka

sisa makanan akan segera diubah oleh kuman menajdi asam yang dapat

Page 8: BAB II. Kasar

melunakkan email gigi. Sedangkan jika menjelang tidur pada sela waktu

antara makan malam dan mau tidur mungkin saja masih makan makanan

kecil (Machfoedz, 2005).

d. Keteraturan pergi ke dokter gigi

Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya dilakukan secara rutin 6 bulan sekali.

Pada saat berkunjung, dokter bisa menemukan keadaan yang perlu

diberikan tindakan. Berkunjung ke dokter gigi seharusnya sebelum terjadi

kerusakan dalam rongga mulut. Atau sebelum keadaan menjadi parah

sehingga memerlukan perawatan yang bersifat invasive (lebih dalam),

yang biasanya menimbulkan keengganan untuk melanjutkan (Machfoedz,

2005).

2.2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status

kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor

lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan gigi meliputi

pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit

gigi serta upaya pencegahannya (Anitasati, 2005).

Dalam konsep ini yang dimaksudkan dengan kesehatan gigi adalah gigi dan

semua jaringan yang ada di dalam mulut termasuk gusi. Sikap dapat dianggap

sebagai suatu predisposisi umum untuk merespons atau bertindak secara positif

atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif dan negatif.

Sikap tentang kesehatan gigi atau gusi merupakan hasil dari proses sosialisasi.

Page 9: BAB II. Kasar

Seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang berupa objek kesehatan gigi

yaitu konsep gigi atau gusi sehat dan sakit serta upaya pemeliharaannya melalui

proses sosialisasi (Angela, 2005).

Notoadmojdo cited Fankari menjelaskan bahwa penyebab timbulnya

masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor

perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi

oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.

(Angela, 2005).

2.2.4 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Pertumbuhan gigi pada manusia dimulai pada saat bayi berusia 6-9 bulan

dengan tumbuhnya dua gigi seri rahang bawah disusul dengan gigi seri rahang

atas. Pada usia 7-10 bulan tumbuh dua gigi seri depan kedua (di samping gigi seri

pertama) rahang atas maupun bawah. Kadang-kadang gigi seri kedua di rahang

bawah tumbuh lebih dulu sebelum gigi seri kedua rahang atas. Lalu, satu gigi

geraham depan tumbuh pada usia 16-20 bulan. Gigi taring juga mulai muncul

pada usia yang sama. Gigi geraham kedua tumbuh pada usia 23-30 bulan.

Biasanya, anak akan punya gigi susu lengkap (20) pada usia 3 tahun (PDGI,

2009).

Pada masa balita (2-5 tahun), perkembangan anak berubah dari otonomi ke

inisiatif, timbul keinginan-keinginan yang baru dalam diri anak. Pada masa akhir

anak, ia sudah mulai mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri.

Perkembangan motorik dan keterampilan anak diperoleh melalui proses

kematangan dan latihan. Masa balita dikaitkan dengan masa “kemandirian” atau

Page 10: BAB II. Kasar

disebut sikap “kepala batu”. Anak akan mulai membantah apa yang tidak sesuai

dengan keinginannya. Sikap “kepala batu” ini dapat diubah bila orangtua atau

pendidik konsisten memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah

ditetapkan. Pada anak akan terlihat kemiripan dengan orangtua, ini disebut proses

identifikasi. Proses identifikasi adalah proses mengadopsi sifat, sikap, pandangan

orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan pandangannya sendiri. Oleh karena itu,

pada masa ini perlu ketegasan dari orangtua untuk membiasakan anak dengan

kegiatan-kegiatan yang positif. Pada usia ini adalah saat yang paling baik untuk

mulai menggunakan sikat gigi (Yulia, 2000).

Perilaku anak akan menentukan status kesehatan gigi mereka termasuk

pola makan dan kebiasaan membersihkan gigi. Anak yang mengkonsumsi

makanan yang manis di luar jam makan akan meningkatkan risiko karies.

Keadaan ini diperburuk dengan anak yang malas untuk menyikat gigi (Eka, dkk.

2009).

Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat

dilaksanakan dan merupakan peran dari orangtua terutama ibu pada usia ini

adalah:

a. Membersihkan gigi

Membersihkan gigi anak dapat dilakukan dengan penyikatan gigi.

Penyikatan gigi bertujuan untuk menghindari plak. Plak dapat menyebabkan

kerusakan gigi, misalnya gigi berlubang. Anak di atas dua tahun sudah dapat

mulai diajarkan cara menyikat gigi. Pertama sekali orangtua memberikan contoh

Page 11: BAB II. Kasar

pada anak cara menyikat gigi setelah itu anak diminta untuk mengikutinya

(Riyanti, 2008).

Mulai dari usia 2 tahun, anak sudah dapat diajarkan menyikat gigi dengan

metode Schrob. Metode ini adalah suatu metode menyikat gigi yang mudah dan

sederhana untuk diajarkan pada anak. Caranya, menyikat gigi bagian atas dan

bawah dengan arah ke samping kanan dan kiri, kemudian seluruh gigi bagian

samping dan seluruh gigi bagian belakang disikat, lalu anak berkumur dengan air

bersih beberapa kali.

Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat gigi yang

ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus

(soft). Bagian kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam

rongga mulut anak. Anak usia 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu.

American Dental Association menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat gigi

balita adalah 18x7 mm. Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah tidak beraturan

lagi atau mekar, karena dapat melukai gusi (Sondang, 2008).

b. Pemakaian pasta gigi.

Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor dalam pasta gigi yang

baik untuk anak adalah 500-1000 ppm (SNI 16-4767-1998). Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34

disebutkan bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan

higiene mulut adalah 0,15% (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan

aturan Asean Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA

Amerika Serikat, serta ISO 11609 (PDGI, 2014).

Page 12: BAB II. Kasar

Pemakaian pasta sudah dapat dimulai pada usia dua tahun (Riyanti, 2005).

Pada anak terutama usia dibawah 2 tahun refleks menelan tinggi sehingga sering

menelan pasta gigi juga karena pasta gigi anak memiliki rasa. Untuk menghindari

fluorosis, banyaknya pasta yang diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji

kacang polong (Sondang, 2008).

Pasta akan memberi kesegaran pada mulut dan kebersihan gigi dan mulut

yang lebih optimal. Pasta gigi sekarang ini memiliki variasi rasa dan warna yang

beredar di pasaran, dan ini akan mengundang perhatian anak dan diharapkan anak

lebih tertarik dan rajin untuk menyikat gigi (Riyanti, 2005).

c. Diet sehat pada anak

Makanan dan minuman manis dapat memperburuk kesehatan gigi, seperti

biskuit, coklat, permen, kue, susu dan cemilan-cemilan yang mengandung gula.

Makanan yang bersifat lengket dan mengandung gula yang sering dikonsumsi di

luar jam makan berbahaya bagi kesehatan gigi anak. Frekuensi pemberian

makanan manis yang sering atau di luar jam makan ini akan meningkatkan risiko

terjadinya karies pada anak. Cara untuk mengatasi hal ini, orangtua atau ibu dapat

melakukan:18

1. Tidak membiasakan memberikan makanan atau minuman yang

mengandung gula sebagai hadiah kepada anak.

2. Cemilan manis dapat diganti dengan memberi cemilan dari buah atau

sayuran.

Page 13: BAB II. Kasar

3. Sehabis makan makanan yang manis, anak dibiasakan berkumur dengan

air putih.

4. Tidak memberikan makanan atau minuman manis di luar jam makan,

sebaiknya dibiasakan untuk memberi air putih matang yang telah

didinginkan terutama saat anak mau tidur.

d. Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi

American Academy of Pediatric Dentistry menyarankan agar kunjungan

pertama ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi pertama atau dimulai saat anak

usia 12 bulan. Walaupun demikian, anak-anak yang mempunyai kelainan sistemik

dan menderita trauma pada gigi sebaiknya melakukan kunjungan ke dokter gigi

lebih awal agar perawatan dapat segera dilakukan (Riyanti, 2005).

Dokter gigi pada kunjungan pertama akan melakukan beberapa tindakan,

seperti pemeriksaan gigi geligi dan jaringan periodontal anak, memberikan

sediaan fluor misalnya tablet fluor, memberikan penyuluhan mengenai cara

pemberian makanan dan minuman yang baik yang dapat menghindari terjadinya

kerusakan gigi, memberikan beberapa penjelasan mengenai pemeliharaan

kesehatan secara umum dan kesehatan gigi khususnya. Dengan mendapatkan

pendidikan kesehatan gigi dari dokter gigi, pengetahuan orangtua atau biasanya

seorang ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi semakin baik. Kunjungan ke

dokter gigi yang dimulai sejak usia dini juga akan mengurangi kecemasan dan

ketakutan anak kelak karena sudah diperkenalkan sejak awal. Pada kunjungan

pertama dokter gigi akan mengupayakan cara untuk memperkenalkan anak

Page 14: BAB II. Kasar

lingkungan dokter gigi dengan upaya yang tidak menimbulkan rasa takut dan

cemas pada anak (Riyanti, 2005).

Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam

memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan

gigi anak sejak dini. Memeriksakan gigi mulai dari usia dini sangatlah penting,

akan tetapi banyak orangtua mengangap hal ini tidak perlu karena gigi susu akan

diganti dengan gigi permanen sehingga sering membiarkan gigi susu anaknya

berlubang. Gigi susu yang berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah. Gigi

susu yang berlubang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, akibatnya

anak menjadi rewel dan susah makan. Hal ini disebabkan gigi yang berlubang

mengganggu fungsi pengunyahan dan apabila terganggu dapat mempengaruhi

nutrisi anak. Gigi susu yang berlubang juga dapat menyebabkan gigi tersebut

goyang dan tanggal prematur atau terpaksa dicabut sebelum waktunya. Gigi susu

berfungsi sebagai penuntun bagi pertumbuhan gigi permanen. Bila gigi susu

tanggal prematur, pertumbuhan gigi permanen menjadi tidak teratur (PDGI,

2014).

2.2.5 Penyakit Gigi Balita

Pada usia anak penyakit gigi dan mulut yang paling sering adalah karies

atau gigi berlubang (Riyanti, 2005).

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh

faktor etiologi yang kompleks. Karies adalah suatu proses kronis regresif yang

disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam

rongga mulut. Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan

Page 15: BAB II. Kasar

karies, namun faktor hereditas hanya memainkan peran kecil. Karies gigi secara

garis besar adalah penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat

faktor utama harus berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi

karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat dan waktu

(Pertiwi, 2008). Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 faktor etiologi atau

penyebab utama terjadinya karies, yang terdiri atas (Riyanti, 2008) :

a. Faktor host (gigi geligi)

Gigi geligi sebagai tuan rumah terhadap karies dipengaruhi oleh faktor

morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan

kristalografis. Gigi susu lebih mudah terkena karies dibanding gigi permanen. Hal

ini disebabkan enamel gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air

sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen. Secara

kristalografis kristal-kristal gigi permanen lebih padat daripada gigi susu.

b. Faktor agen (mikroorganisme)

Yang paling berperan penting dalam menyebabkan terjadinya karies

adalah plak gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak di atas matriks yang terbentuk dan

melekat erat pada gigi dengan oral higiene jelek (gigi yang tidak dibersihkan).

c. Faktor substrat atau diet

Page 16: BAB II. Kasar

Diet atau makanan terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti atau

makanan sejenis lemak yang mudah lengket di gigi akan mempengaruhi

pembentukan plak dimana akan membantu perkembangbiakan dan kolonisasi

mikroorganisme pada permukaan gigi. Sisa makanan yang melekat pada gigi

dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang dapat melarutkan email gigi

sehingga terjadi karies.

Pada anak usia di bawah 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum air

susu ibu, susu botol ataupun cairan bergula secara terus menerus sampai anak

tertidur dan atau di luar jam makan biasanya akan memiliki karies, yang dikenal

dengan Nurshing Mouth Caries (Yulia, 2013).

d. Faktor waktu

Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu

kavitas bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Faktor yang paling menentukan

terjadinya Nurshing Bottle Caries adalah lamanya gigi kontak dengan larutan gula

atau seringnya anak mengkonsumsi larutan gula (Yulia, 20013).

Penelitian yang dilakukan Yuyus, dkk terhadap 1000 bayi di bawah lima

tahun di 5 wilayah Jakarta (Utara, Barat, Timur, Selatan dan Pusat) menunjukkan

14,1% anak bebas karies dan 27,5% mempunyai karies 1-4 gigi dan mempunyai

lebih dari 4 gigi yang karies 58,1%. Anak yang mempunyai oral higiene buruk

61,7 %.