BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil...

27
6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Belajar menurut Slameto (2003: 2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar mengandung pengertian terjadi perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masayarakat dan pribadi secara lengkap. Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan- keterampilan yang baru. Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman (Kunandar, 2010: 320). Kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan gaya mengajarnya, sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi yang terdapat di dalam buku tersebut, sebagian guru yang lain menanyakan kepada

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Hasil Belajar

Belajar menurut Slameto (2003: 2) secara psikologis adalah”Suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

Belajar mengandung pengertian terjadi perubahan dari persepsi dan perilaku,

termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masayarakat dan

pribadi secara lengkap. Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Orang yang

tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan

tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar

untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan-

keterampilan yang baru. Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai

perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman (Kunandar,

2010: 320).

Kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan

gaya mengajarnya, sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi

yang terdapat di dalam buku tersebut, sebagian guru yang lain menanyakan kepada

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

7

siswa atau pesrta didik tentang penguasaan materi yang akan dipelajari, kemudian

dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, tugas, dan lain-lain. Guru yang mengajar di

laboratorium dan dilapangan akan memberi arahan, petunjuk, perintah, mekanisme,

prosedur, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memilih dan merencanakan kegiatan

belajar berdasarkan bahan yang berkaitan dengan sasaran belajar agar dapat dicapai

hasil belajar yang maksimal. Proses belajar mengajar merupakan proses yang

sistematik, artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa di tempat belajar

dengan melibatkan sub-sub, bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang

saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Yamin, 2007: 58).

Keberhasilan dalam belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan

evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan

pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari

daya serap siswa pada saat persentase keberhasilan dalam mencapai tujuan

pembelajaran (Djamarah, 2006: 3). Belajar adalah kegiatan yang sangat penting bagi

pendidikan karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui sejauh mana

kemampuan serta keberhasilannya dalam proses pembelajaran karena tujuan

pembelajaran sangat tergantung pada proses dan hasil belajar. Pendapat ini diperkuat

oleh Peters (dalam Sudjana, 2009: 22) bahwa proses dan hasil belajar siswa

bergantung kepada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya.

Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang

diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang umumnya diperoleh dari tes

evaluasi hasil belajar yang diberikan kepada siswa setelah mendapat pengajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

8

Melalui proses belajar seseorang akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya

yaitu sebagai hasil belajar yang dilakukannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi

dalam diri seseorang melalui belajarnya disebut hasil belajar. Hasil belajar dalam

bentuk perubahan tingkah laku tersebut akan terjadi apabila seseorang melakukan

suatu kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,

2009: 22).

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2009: 22) bahwa hasil belajar dibagi tiga

kategori yaitu: 1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau hafalan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri

lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi, 3) ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan betindak yang terdiri atas enam aspek yaitu gerakan refleks,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,

gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Tipe hasil

belajar yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa

berdasarkan taksonomi Bloom yang didefinisikan sebagai tingkat pencapaian atau

ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan yang terdiri dari

beberapa tingkatan yaitu: a) pengetahuan atau hafalan yang didefinisikan sebagai

ingatan terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya atau yang telah diajarkan,

b) pemahaman yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

9

materi yang dipelajari, c) aplikasi yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan apa yang telah dipelajari.

Menurut Skiner (dalam Marlina, 2011: 14) hasil belajar merupakan respon

(tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu pengertiannya sama

dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru. Belajar ialah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi

beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh

kapabilitas. Kapabilitas inilah yang disebut hasil belajar. Berarti belajar itu

menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan seperti pengetahuan,

sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku

yang berlain-lainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar.

Menurut Wijaya (2010: 2) hasil belajar merupakan hasil pengukuran dari

penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf

maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada

periode tertentu. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas belajar. Untuk mendapatkan

hasil dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh

faktor dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar

telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena

aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Salah satu faktor penentu hasil belajar siswa adalah metode-metode yang

dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran. Siswa tidak hanya

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

10

menerima pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan tersebut dengan berbagai

aktivitas pembelajaran. Sehingga pembeljaran menjadi bermakna dan dapat

diterapkan dalam kehidupan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum yang

berlaku saat ini menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran

menekankan pada proses. Dengan demikian diperlukan adanya asesmen alternative

yang tidak hanya berupa tes tertulis. Hal ini karena tes tertulis yang digunakan

sebagai alat penilaian mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: 1) setiap soal

yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban tunggal, 2) tes hanya

berfokus pada skor akhir dan tidak berfokus pada bagaimana siswa memperoleh

jawaban, 3) tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, 4)

umumnya tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar (Mustamin, 2010: 2).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dicapai oleh dua

faktor yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang

datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa

terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan siswa besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa seperti yang dikemukakan

oleh Clark (dalam Sudjana, 2009: 39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%

dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain

dari faktor kemampuan yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain seperti motivsi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik dan psikis.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

11

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diartikan bahwa belajar adalah

proses dimana seseorang mengalami perubahan pada dirinya yang didukung dengan

adanya suatu interaksi dengan lingkungan ataupun latihan dan pengalaman yang

dialaminya. Pengalaman ini bisa didapatkan dari hal-hal yang positif seperti

membaca, melihat, mendengar, merencanakan, melaksanakan penilaian, mencoba

menganalisis, atau memecahkan segala sesuatu yang pernah yang dihadapinya

selama proses belajar tersebut berlangsung. Keberhasilannya dalam suatu proses

pembelajaran dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Dimana hasil belajar siswa dapat

diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melalui suatu

pengalaman yang berupa membaca, melihat, mendengarkan suatu materi pada saat

pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor

internal yaitu berupa faktor yang datang dari dalam diri siswa yang sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan factor eksternal yaitu factor yang

datang dari luar ataupun lingkungan tempat kita tinggal.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Word Square

Menurut Zulhartati (2012: 3) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa

yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda

(tinggi, sedang, dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja

sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

12

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa dalam kelompok secara

kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai,

2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda, baik tingkat

kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) penghargaan lebih menekankan pada

kelompok dari pada individu.

Menurut Roger (dalam Mulyawati, 2012: 2) pembelajaran kooperatif

merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang di organisir oleh satu prinsip

bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial

diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar

bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Menurut Suyanti (2010: 111) pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi

pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari proses pembelajaran

yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang

ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan

pelajaran, tapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan

oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang dirumuskan. Adanya unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif

yaitu: 1) adanya pesrta dalam kelompok, 2) adanya aturan kelompok, 3) adanya

upaya belajar setiap anggota kelompok, 4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

13

untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu Tim harus mampu membuat siswa belajar.

Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk saling

mencapai tujuan pembelajaran. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari

pembelajaran kooperatif.

Roger (dalam Suyanti, 2010: 111) mengatakan tidak semua kerja kelompok

bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur/prinsip model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu: 1) prinsip

ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kelompok keberhasilan suatu

penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap

kelompoknya. Keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh

kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kleompok

akan merasa saling ketergantungan, 2) tanggung jawab perseorangan. Keberhasilan

kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus

memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, 3) interaksi tatap muka. Interaksi

kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling

membelajarkan. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal

dari budaya, latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang berbeda, 4)

partisipasi dan komunikasi antar anggota. Pembelajaran kooperatif melatih siswa

untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat

penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak, 5) evaluasi

proses kelompok. Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

14

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Zulhartati, 2012) adalah sebagai

berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta

memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada

siswa, 3) mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru

menginformasikan pengelompokkan siswa, 4) membimbing kelompok belajar. Guru

memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 5)

evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah

dilaksanakan, 6) memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar

individual dan kelompok.

Word Square terdiri dari 2 kata Word dan Square. Word berarti kata

sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata.

Word Square adalah yaitu salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah

permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan adalah belajarnya. Belajar dan

bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat

mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat

perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada

masa depan. Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya

diwaktu kegiatan permainan itu berlangsung (Wijana, 2011: 12)

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

15

Model pembelajaran kooperatif Word Square merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok dan adanya uji pemahaman berupa

permainan (game) Word Square. Media pembelajaran yang dibutuhkan untuk model

ini yaitu model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang

memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan

jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini mirip seperti mengisi teka-teki silang

tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan

kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh Suyatno (dalam

Dewi dkk, 2012).

Model word square ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara

guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Model

tersebut bertujuan untuk mendorong peserta didik agar lebih aktif berpartisipasi

dalam proses pembelajaran dan juga bertujuan untuk melatih konsentrasi peserta

didik. Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa

pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada

kolom yang telah disediakan (Komariyah, 2011: 13).

Model word square ini merupakan salah satu media pembelajaran yang

mengandung unsur permainan sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan membuat materi pelajaran akan lebih mudah dipahami dan

diingat oleh siswa (retention rate of knowledge) Hamid (dalam Dewi dkk, 2012).

Oleh karena itu siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran dan dapat

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

16

meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif yang digunakan tersebut dapat

meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam belajar dan dapat memfasilitasi siswa

untuk belajar mandiri serta memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar

dengan teman sebaya. Langkah-langkah pembelajarannya Word Square sebagai

berikut : 1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai, 2)

Guru membagikan lembaran kegiatan, 3) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir

huruf dalam kotak sesuai jawaban, 4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

Menurut Wijana (2011: 13) LKS Word Square sebagai alat bantu

pembelajaran mempunyai peranan sebagai berikut: (a) merupakan variasi

pembelajaran; (b) memudahan mengajar karena LKS word square disusun

sesuai urutan pengertian penting; (c) meningkatkan keaktifan dan keterlibatan

siswa dalam kegiatan belajar mengajar karena model ini selalu diikuti diskusi

atau penjelasan guru, sehingga jawaban pertanyaan merupakan pengertian yang

utuh dan berkaitan; (d) konsep yang disampaikan oleh guru menjadi nyata dan jelas,

mudah dipahami dan diingat (e) memotivasi belajar siswa yang pada akhirnya

dapat meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan teori diatas, dapat diartikan bahwa pembelajaran yang

menggunkan model kooperatif word square ini adalah model pembelajaran yang di

susun seperti bentuk teka-teki, tetapi di samarkan dengan huruf-huruf yang lain

sebagai pengecoh dan dibuat dalam suatu LKS untuk di kerjakan oleh siswa, dimana

siswa diharapkan mampu memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

17

kejelian mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban yang telah disediakan. Jadi

siswa sangat di harapkan untuk berpikir lebih kritis untuk bisa menjawab soal-soal

yang ada pada LKS.

2.3 Materi Hidrokarbon

Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat unsur karbon. Hal ini dapat

dibuktikan secara sederhana dengan membakar bahan-bahan yang berasal dari

makhluk hidup, misalnya kayu, beras, dan daging. Ketika dibakar, bahan-bahan

tersebut akan menjadi arang (karbon) (Utami dkk, 2009 : 172).

Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem periodic

terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat atom karbon

mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut : 1) atom karbon memiliki 4

elektron valensi. Berdasarkan konfigurasi keenam elektron yang dimiliki atom karbon

didapatkan bahwa elektron valensi yang dimilikinya adalah 4. Untuk mencapai

kestabilan, atom ini masih membutuhkan 4 elektron lagi dengan cara berikatan

kovalen. Tidak ada unsur dari golongan lain yang dapat membentuk ikatan kovalen

sebanyak 4 buah dengan aturan octet, 2) atom unsur karbon relatif kecil. Ditinjau dari

konfigurasi elektronnya, dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada periode 2,

yang berarti atom ini mempunyai 2 kulit atom, sehingga jari-jari atomnya relatif

kecil. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat

membentuk ikatan kovalen rangkap, 3) atom karbon dapat membentuk rantai karbon.

Keadaan atom karbon yang demikian menyebabkan atom karbon dapat membentuk

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

18

rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan kovalen, baik ikatan kovalen

tunggal, rangkap 2, maupun rangkap 3. Contohnya CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 –

CH3 (ikatan kovalen rangkap tunggal), CH2 = CH – CH2 – CH3 (ikatan kovalen

rangkap dua), CH3 – C C – CH2 – CH3 (ikatan kovalen rangkap tiga) (Utami dkk,

2009 : 173).

Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk empat ikatan kovalen.

Sesuai dengan nomor golongannya, karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh

karena itu, untuk mencapai konfigurasi octet, karbon dapat membentuk ikatan

kovalen. Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai atom

karbon. Rantai atom karbon yang terbentuk pun bervariasi, yaitu lurus, bercabang

atau melingkar. Senyawa karbon yang paling sederhana adalah senyawa hidrokarbon,

yaitu senyawa yang terbentuk dari unsur karbon dan unsur hidrogen (Retnowati,

2006: 89).

Senyawa karbon sangat banyak jumlahnya, sampai saat ini telah dikenal lebih

dari satu juta senyawa karbon. Mengapa banyak senyawa karbon dapat disintesa?

Apakah kekhasan atom karbon disbanding atom yang lain sehingga karbon mampu

dibuat bermacam-macam senyawa? Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,

untuk mencapai susunan elektron stabil setiap atom C memerlukan 4 elektron.

Tambahan 4 elektron diperoleh dengan cara mengkongsikan 4 elektron valensinya

dengan 4 elektron atom lain melalui ikatan kovalen. Sehingga setiap atom C dapat

membentuk ikatan kovalen dengan atom unsur yang lain, terutama dengan hidrogen

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

19

(H), oksigen (O), nitrogen (N), atau golongan halogen (F, Cl, Br, I) (Saptarini dan

Erawati, 2004: 33).

Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena hanya

terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Meskipun demikian jumlah

senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat banyak. Macam-macam atom

karbon, yaitu atom karbon primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Keistimewaan

atom karbon yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dan

kemampuannya dalam membentuk rantai karbon, menyebabkan atom karbon

mempunyai kedudukan yang berbeda-beda. Kedudukan tersebut adalah: (1) Atom

karbon primer, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 1 atomn karbon yang

lain; (2) Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 2 atom

karbon yang lain; (3) Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang terikat langsung

pada 3 atom karbon yang lain; (4) Atom karbon kuarterner, yaitu atom karbon yang

terikat langsung pada 4 atom karbon yang lain (Utami dkk, 2009: 174).

Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan

jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan

kedalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatic. Hidrokarbon alifatik adalah

hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik memiliki

rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik berikatan konjugat,

yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun selang-seling. Contohnya adalah

benzena, C6H6. Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatic digolongkan

kedalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifat-

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

20

sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon

alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi sifatnya

menyerupai senyawa alifatik. Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya,

hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon

merupakan ikatan tunggal (–C–C –), ia digolongkan sebagai hidrogen jenuh. Jika

terdapat satu saja ikatan rangkap (–C = C–) atau ikatan rangkap tiga (– C = C– ), ia

disebut hidrokarbon tak jenuh (Purba, 2006: 204). Senyawa alkana merupakan rantai

karbon yang paling sederhana.

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh karena memiliki ikatan

tunggal. Rumus umum alkana CnH2n+2. Senyawa paling sederhana dari alkana yaitu

metana. Metana hanya memiliki satu atom karbon yang mengikat empat atom H.

Sepuluh data alkana rantai lurus pertama dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Deret homolog alkana

Deret alkana Rumus

molekul

Rumus struktur

Metana

Etana

Propana

Butana

Pentana

Heksana

Heptana

Oktana

Nonana

Dekana

CH4

C2H6

C3H8

C4H10

C5H12

C6H14

C7H16

C8H18

C9H20

C10H22

CH4

CH3-CH3

CH3-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

21

Berdasarkan tabel di depan dapat dilihat bahwa perbedaan kesepuluh senyawa

di atas terletak pada jumlah gugus metilena (–CH2–). Senyawa dengan kondisi

demikian disebut homolog. Susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga

perbedaan dengan tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena disebut deret

homolog. Tata Nama Alkana. Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu

sistem tata nama yang didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa

organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya dan sebaliknya, bahwa suatu

struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama. Dasar sistem IUPAC yaitu

alkana rantai lurus. Cara penemaan senyawa alkana yaitu: 1) alkana rantai lurus (tidak

bercabang). Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbonnya

sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Terkadang ditambahkan normal (n) di

depan nama alkana. Contohnya : CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n–butana/butana, dan CH3

– CH2 – CH3 n–propana/propana, 2) alkana siklis (rantai tertutup). Alkana rantai

siklis (tertutup) diberi nama menurut banyaknya atom karbon dalam cincin, dengan

penambahan awalan siklo-. Contoh: (CH2)2–(CH2)2 (siklobutana), 3) alkana

bercabang (memiliki rantai samping). Senyawa alkana terkadang berikatan dengan

unsur lain pada salah satu atau beberapa atom karbonnya. Unsur lain dalam rantai

alkana tersebut biasa dinamakan substituen. Jenis substituen alkana yang sering

dijumpai yaitu gugus alkil. Gugus alkil adalah alkana yang kehilangan 1 atom H.

Penamaannya sama dengan alkana, hanya akhirannya diubah menjadi -il. Rumus

umumnya CnH2n+1. Cara penamaannya yaitu: 1) jika hanya ada satu cabang maka

rantai cabang diberi nomor sekecil mungkin, 2) jika alkil cabang lebih dari satu dan

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

22

sejenis menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan

jika berbeda jenis diurutkan sesuai alfabetis. Contoh: CH3–CH–CH2–(CH3)2 ( 2 –

metil butana), CH3–(CH)2– (CH3)3 (2,3 – dimetil butana), CH3 –CH2–(CH)2–CH3 (3-

etil-2-metilpentana) (Setyawati, 2009: 144).

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya

tunggal. Rumus umum alkana adalah CnH2n + 2. Dari metana ke etana mempunyai

perbedaan –CH2–, begitu pula seterusnya. Deret senyawa karbon dengan gugus

fungsi sama dengan selisih sama yaitu –CH2– disebut deret homolog. Tata nama

alkana menurut IUPAC yaitu: 1) alkana rantai lurus diberi nama dengan awalan n (n

= normal). Contoh: CH3-CH2-CH2-CH3 (n-butana), 2) alkana rantai bercabang yaitu

: a) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang, b) cabang merupakan gugus alkil.

Rumus umum alkil CnH2n + 1. Nama alkil sama dengan nama alkana dengan jumlah

atom C sama, hanya akhiran –ana diganti –il. Jika hanya ada satu cabang maka rantai

cabang diberi nomor sekecil mungkin. Jika alkil cabang lebih dari satu dan sejenis

menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan jika

berbeda jenis diurutkan sesuai alfabetis (Harnanto dan Ruminten, 2009: 153).

Sifat-sifat senyawa alkan yaitu : 1) pada suhu kamar C1–C4 berwujud gas, C5–

C17 berwujud cair, dan di atas C17 berwujud padat, 2) semakin bertambah jumlah

atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi.

Alkana rantai lurus mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai

bercabang dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin

rendah, 3) alkana mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air, 4)

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

23

pembakaran/oksidasi alkana bersifat eksotermik (menghasilkan kalor). Pembakaran

alkana berlangsung sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran sempurna

menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO, 5)

alkana dapat bereaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi adalah reaksi

penggantian atom/gugus atom dengan atom/gugus atom yang lain, 6) senyawa alkana

rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Reaksi eliminasi adalah reaksi

penghilangan atom/gugus atom untuk memperoleh senyawa karbon lebih sederhana

(Harnanto dan Ruminten, 2009: 154). Sifat fisika Alkana yaitu: a) merupakan

senyawa nonpolar, b) bentuk alkana rantai lurus pada suhu kamar berbeda-beda.

Alkana C1 – C4 berwujud gas, C5 – C17 berwujud cair dan > C18 berwujud

padat, c) semakin banyak jumlah atom karbon, semakin tinggi titik didihnya, d)

adanya rantai cabang pada senyawa alkana menurunkan titik didihnya, e) larut dalam

pelarut nonpolar (CCl4) atau sedikit polar (dietil eter atau benzena) dan tidak larut

dalam air, f) alkana lebih ringan dari pada air. Sifat kimia alkana dan sikloalkana

yaitu: a) tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan dengan senyawa organik

lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut paraffin (berasal dari

bahasa Latin: parum affins, yang artinya "afinitas kecil sekali"), b) alkana dapat

bereaksi dengan halogen, salah satu atom H diganti oleh halogen. Reaksi dengan

halogen tersebut dinamakan reaksi halogenasi dan menghasilkan alkil halida. Contoh:

CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl, c) alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan

H2O. Contoh: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, (Setyawati, 2009: 147).

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

24

Dalam pemberian nama alkana ini akan sangat sulit jika hanya menggunakan

tata nama alkana biasa (metana s.d. dekana, untuk C1 – C10). Hal ini disebabkan

adanya isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya nama-nama khusus.

Misalnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus, sedangkan awalan iso untuk

isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor dua.

Padahal sangat sulit bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon yang

mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan

internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan

penamaan senyawa kimia (Utami dkk, 2009: 179).

Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata nama IUPAC

(International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan

aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah

biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap digunakan dan disebut dengan

nama biasa atau nama trivial. Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang

sebagai berikut: 1) nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu: a) bagian

pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang (cabangcabang), b) Bagian kedua, di

bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Contoh : 2 metil Butana, 2) rantai induk

adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila ter-dapat dua atau lebih rantai

terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama

alkana, tergantung pada panjang rantai, 3) cabang diberi nama alkil, yaitu nama

alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil

mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

25

alkil), 4) posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu

dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga

posisi cabang mendapat nomor terkecil, 5) jika terdapat dua atau lebih cabang yang

sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan seterusnya pada

nama cabang, 6) cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama

cabang itu. Misalnya: etil ditulis terlebih dahulu daripada metil (Utami dkk, 2009:

179).

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua

pada rantai karbonnya. Rumus umum alkena adalah CnH2n. Alkena adalah

hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C). Senyawa

yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai tiga ikatan

rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya. Tata nama alkena yaitu: 1) alkena rantai

lurus.Nama alkena rantai lurus sesuai dengan nama–nama alkana, tetapi dengan

mengganti akhiran –ana menjadi –ena. Contoh: C2H4 (etena), 2) alkena rantai

bercabang. Urutan penamaan adalah: a) memilih rantai induk, yaitu rantai karbon

terpanjang yang mengandung ikatan rangkap, 2) memberi nomor, dengan aturan

penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga ikatan rangkap

mendapat nomor terkecil (bukan berdasarkan posisi cabang), 3) penamaan, dengan

urutan nomor atom C yang mengikat cabang, nama cabang, nomor atom C ikatan

rangkap, nama rantai induk (alkena) (Utami dkk, 2009 : 184). Tabel 2 berikut ini

menyajikan data sepuluh alkena rantai lurus pertama.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

26

Tabel 2. Deret homolog alkena

Deret

Alkena

Rumus

Molekul

Rumus struktur

Etena

Propena

1-butena

1-pentena

1-heksena

1-heptena

1-oktena

1-nonena

1-dekena

C2H4

C3H6

C4H8

C5H10

C6H12

C7H14

C8H16

C9H18

C10H20

CH2=CH2

CH2=CH-CH3

CH2=CH-CH2-CH3

CH2=CH-CH2-CH2-CH3

CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3

CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

Tata Nama Alkena yaitu: 1) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang

yang mengandung ikatan rangkap dua. Ikatan rangkap dua diberi nomor sekecil

mungkin, 2) rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap dua.

Contoh: CH2 = C–CH2–(CH3)2 (2-metil-1-butena), CH3–C = C–(CH3)3 (2,3-dimetil-2-

butena). Sifat- sifat alkena yaitu: 1) titik didih alkena mirip dengan alkana, makin

bertambah jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi, 2)

alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air, 3) alkena dapat

bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) (Harnanto dan Ruminten,

2009: 156).

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan ikatan rangkap

dua (–C=C–). Alkena paling sederhana yaitu etena, C2H4. Rumus umum alkena

C2H2n. Tata nama alkena yaitu : 1) alkena rantai lurus. Atom karbon yang berikatan

rangkap (C=C) diberi nomor yang menunjukkan ikatan rangkap tersebut. Penomoran

dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan ikatan rangkap, 2) alkena dengan

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

27

rantai bercabang cara penemaannya yaitu : a) rantai utama yaitu rantai yang

terpanjang dan mengandung ikatan rangkap, b) penomoran rantai utama diawali dari

yang paling dekat dengan ikatan rangkap, bukan cabang yang terdekat, c) urutan

penulisan nama: nomor cabang, nama cabang, nomor ikatan rangkap, nama alkena, 3)

alkena dengan lebih dari satu ikatan rangkap. Jika alkena memiliki lebih dari satu

ikatan rangkap, namanya diberi tambahan diena (untuk dua ikatan rangkap) atau

triena (untuk tiga ikatan rangkap) (Setyawati, 2009: 149).

Sifat Fisika Alkena yaitu memiliki sifat fisika yang sama dengan alkana.

Perbedaannya yaitu, alkena sedikit larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya

ikatan rangkap yang membentuk ikatan π. Ikatan π tersebut akan ditarik oleh

hidrogen dari air yang bermuatan positif sebagian. Sifat Kimia yaitu : a) oksidasi.

Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, pembakaran/oksidasi alkena juga akan

menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: 2C3H6 +9O2 → 6CO2 + 6H2O, b) adisi H2.

Reaksi adisi merupakan reaksi pemutusan ikatan rangkap. Pada adisi alkena, ikatan

rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Contoh: CH2 = CH – CH3 + H2 → CH3 –

CH2 – CH3 (propena menjadi propana), c) adisi halogen (F2, Br2, I2). Reaksi adisi

oleh halogen akan memutus rantai rangkap alkena membentuk alkana. Selanjutnya

halogen tersebut akan menjadi cabang/substituen dari alkana yang terbentuk Contoh:

CH2 = CH – CH3 + Cl2 → CH2Cl – CHCl – CH3 (1,2-dikloro-propana) (Setyawati,

2009: 151).

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

28

Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap

tiga pada rantai karbonnya. Rumus umum alkuna adalah CnH2n – 2. Tabel 3 berikut ini

menyajikan data sepuluh alkuna rantai lurus pertama.

Tabel 3. Deret homolog alkuna

DeretAlkuna RumusMolekul Rumus struktur

Etuna

Propuna

1-Butuna

1-Pentuna

1-Heksuna

1-Heptuna

1-Oktuna

1-Nonuna

1-Dekuna

C2H2

C3H4

C4H6

C5H8

C6H10

C7H12

C8H14

C9H16

C10H18

CH CH

CH C-CH3

CH C-CH2-CH3

CH C-CH2-CH2-CH3

CH C-CH2-CH2-CH2-CH3

CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH= C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

Tata nama alkuna yaitu: 1) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang yang

mengandung ikatan rangkap tiga. Ikatan rangkap tiga diberi nomor sekecil mungkin,

2) rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap tiga. Contoh: CH

= C-CH-(CH3)2 (2-metil-1-butana), CH3–C = C–C–(CH3)3 (4,4-dimetil-2-pentuna).

Sifat-sifat alkuna yaitu : 1) titik didih alkuna mirip dengan alkana dan alkena.

Semakin bertambah jumlah atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya makin

tinggi, 2) alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2, halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) dan

asam halida (HX = HF, HCl, HBr, HI) (Harnanto dan Ruminten, 2009: 157).

Alkuna merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap

tiga (– C = C –). Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. Tata nama alkuna yaitu

aturan pemberian nama alkuna sama dengan alkena, hanya diakhiri -una. Contoh:

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

29

HC = C – CH3 → 1–propuna. Sifat fisika alkuna sama dengan alkana dan alkena.

Alkuna juga sedikit larut dalam air. Sifat kimia alkuna adalah : a) oksidasi.

Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, alkuna jika dibakar sempurna akan

menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: C3H4 + 4O2 → 3CO2 + 2H2O, b) adisi H2.

Alkuna mengalami dua kali adisi oleh H2 untuk menghasilkan alkana. Contoh : HC

C – CH3 + H2 → H2C = CH – CH3 + H2 → H3C – CH2 – CH3 (propuna menjadi

propena, kemudian menjadi propana), 3) adisi halogen HC C – CH3 + Cl2 → HCCl

= CCl – CH3 + Cl2 → HC (Cl)2 – C (Cl)2 – CH3 (1-propuna menjadi 1,2-dikloro-

propena,menjadi 1,1,2,2-tetrakloro-propana) (Setyawati, 2009: 153).

Isomer adalah dua senyawa atau lebih yang mempunyai rumus kimia sama

tetapi mempunyai struktur yang berbeda. Secara garis besar isomer dibagi menjadi

dua, yaitu: 1) isomer struktur. Isomer struktur dapat dikelompokkan menjadi: a)

isomer kerangka. Isomer kerangka adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus

molekul sama tetapi kerangkanya berbeda. Contoh pada alkana adalah butana (C4H10)

yaitu CH3 – CH2 – CH2 – CH3 (n-butana), CH3 – CH – (CH3)2 (2 – metil propana).

Contoh pada alkena adalah pentena (C5H10) yaitu CH2=CH–(CH2)2–CH3 (1–pentena),

CH2=CH)2 – (CH3)2 (3–metil–1–butena), CH2 =C–CH2 –(CH3)2 (2–metil–1–butena).

Contoh pada alkuna adalah pentuna (C5H8) yaitu CH = C–(CH2)2–CH3 (1–pentuna),

CH–C C–CH2–CH3 (2–pentuna), CH C – CH–(CH3)2 (2–metil–1 butuna), b)

isomer posisi. Isomer posisi adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul

sama tetapi posisi gugus fungsinya berbeda. Contoh pada alkena adalah butena

(C4H8) yaitu CH2=CH–CH2–CH3 (1-butena), CH3–CH=CH–CH3 (2-butena) dan

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

30

contoh pada alkuna adalah butuna (C4H6) yaitu CH = C-CH2-CH3 (1-butuna), CH3–

C C – CH3 (2-butuna), b) isomer gugus fungsi. Isomer gugus fungsi adalah

senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi gugusfungsinya

berbeda. Contoh pada alkuna dan alkadiena yaitu CH = C–CH3 (propuna), CH2 = C =

CH2 (1,2-propadiena), 2) isomer geometri. Isomer geometri adalah senyawa-senyawa

yang mempunyai rumus molekul sama tetapi struktur ruangnya berbeda. Contoh pada

alkena mempunyai 2 isomer geometri yaitu cis dan trans, contohnya yaitu cis-2-

butena dan trans-2-butena (Harnanto danRuminten, 2009 : 159).

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian menggunakan model word square sebelumnya sudah pernah

dilakukan oleh Mela Sriyana Dewi, yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Word Square Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Siswa Pada

Pokok Bahasan Koloid Di Kelas Xi Sman 4 Pekanbaru, dan menunjukkan hasil yang

positif yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 4

Pekanbaru pada pokok bahasan koloid (Dewi dkk, 2012).

Penerapan Model Belajar word square juga pernah dilakukan oleh Eka

Wijana dengan judul Penerapan Model Belajar Word Square Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika, dan menunjukkan hasil yang

positif yaitu dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Wijana 2011)

Penerapan metode word square juga penah dilakukan oleh Komariah dengan

judul Penerapan Metode Word Square Dan Talking Stick Dalam Pembelajaran

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

31

Ibadah Muamalah Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas Viii B Smp

Muhammadiyah 2 Kalasan, dan menunjukkan peningkatan keaktifan peserta didik

kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Kalasan. Peningkatan keaktifan peserta didik

terlihat pada perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru, berani bertanya dan

mengungkapkan pendapat antusias dalam mengerjakan tugas, kemauan menjawab

pertanyaan, mencatat materi pelajaran dan merasa nyaman dalam proses

pembelajaran. Keaktifan pesrta didik dilihat dari hasil angket pada observasi awal

sebesar 48,89%, pada siklus I keaktifan peserta didik menjadi 57,98, pada siklus II

mengalami peningkatan lagi menjadi 63,39%, dan pada siklus III menjadi 75,97%

(Komariyah, 2011: 43).

Adapun penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian yang

sebelumnya. Dimana perbedaannya yaitu penelitian ini ber judul Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Word Square

Pada Materi Hidrokarbon Di Kelas X SMA Tridharma Gorontalo. Sedangkan

persamaannya hanya terletak pada penggunaan model pembelajaran word square.

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah diuraikan diatas,

hipotesis tindakan dalam penelitian ini “jika diterapkan model pembelajaran

kooperatif word square, maka hasil belajar hidrokarbon siswa kelas X SMA

Tridharma Gorontalo dapat ditingkatkan”.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5635/5/2013-1-84204-441409064-bab2-31072013112357.pdfanalisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif

32

2.6 Indikator Kinerja

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:

1. Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru

dan siswa telah mencapai 70% atau labih kategori yang baik dan sangat baik,

maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil.

2. Minimal 75% siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai 70 ke atas atau

sama dengan 70 ( Sesuai Krteria Ketuntasan Minimum SMA Tridharma

Gorontalo) dengan daya serap rata-rata 70% maka tindakan dinyatakan berhasil.