dan panas, dan lauril alkohol digunakan dalam...

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sintesis alkohol dari nasi limbah rumah makan Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama satuan golongan senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur C, H dan O dengan struktur yang khas. Bila ditinjau dari kemanfaatannya dalam sintesis senyawa organik, alkohol mempunyai peranan penting. Hal ini karena alkohol dapat dibuat menjadi berbagai senyawa organik yang termasuk golongan lain, misalnya alkil halida, aldehida, keton dan asam karboksilat. Disamping sebagai bahan dasar dalam sintesis, alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk melangsungkan sejumlah reaksi organik, misalnya metanol digunakan sebagai bahan anti pembekuan, etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih dan panas, dan lauril alkohol digunakan dalam pembuatan deterjen (Fatmawati: 2004) Alkohol juga dapat disintesis dari bahan pangan yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dengan proses hidrolisis dan fermentasi. salah satu bahan pangan yang bisa disintesis menjadi alkohol yakni limbah nasi rumah makan. Menurut (Muda: 2006) nasi adalah beras yang sudah dimasak (sudah ditanak). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia lain) yang telah direbus atau ditanak (Wifitri: 2011). Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Sedangkan ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa (1-2 %) dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Setiap hari tubuh kita terus menerus menerima asupan karbohidrat dari makanan yang kita makan, khususnya nasi. Nasi yang merupakan polisakarida merupakan makanan sumber karbohidrat, dalam hal ini

Transcript of dan panas, dan lauril alkohol digunakan dalam...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sintesis alkohol dari nasi limbah rumah makan

Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama satuan golongan senyawa

organik yang tersusun dari unsur-unsur C, H dan O dengan struktur yang khas. Bila ditinjau

dari kemanfaatannya dalam sintesis senyawa organik, alkohol mempunyai peranan penting.

Hal ini karena alkohol dapat dibuat menjadi berbagai senyawa organik yang termasuk

golongan lain, misalnya alkil halida, aldehida, keton dan asam karboksilat. Disamping

sebagai bahan dasar dalam sintesis, alkohol seringkali digunakan sebagai pelarut untuk

melangsungkan sejumlah reaksi organik, misalnya metanol digunakan sebagai bahan anti

pembekuan, etanol digunakan sebagai sumber panas karena mempunyai nyala yang jernih

dan panas, dan lauril alkohol digunakan dalam pembuatan deterjen (Fatmawati: 2004)

Alkohol juga dapat disintesis dari bahan pangan yang memiliki kandungan

karbohidrat yang tinggi dengan proses hidrolisis dan fermentasi. salah satu bahan pangan

yang bisa disintesis menjadi alkohol yakni limbah nasi rumah makan.

Menurut (Muda: 2006) nasi adalah beras yang sudah dimasak (sudah ditanak).

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia

lain) yang telah direbus atau ditanak (Wifitri: 2011).

Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih.

Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna

berasnya. Sedangkan ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa (1-2 %) dan

hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Setiap hari tubuh kita

terus menerus menerima asupan karbohidrat dari makanan yang kita makan, khususnya nasi.

Nasi yang merupakan polisakarida merupakan makanan sumber karbohidrat, dalam hal ini

adalah kelompok amilum. Amilum, atau bahasa sehari

umbi, daun, batang dan biji-bijian (Fessenden & Fessenden: 1991)

Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua

glukosa, yaitu amilosa (kira

komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa

menyusun pati 17 – 21%, yang

secara -1,4’ (Fessenden & Fessenden. 1991)

Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai cabang, terdiri dari

satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan

Amilopektin tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik sep

(Nurdianti: 2007)

adalah kelompok amilum. Amilum, atau bahasa sehari-harinya adalah pati terdapat pada

bijian (Fessenden & Fessenden: 1991)

tas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari

glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan 80% amilopektin. Amilosa merupakan

komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa

yang terdiri atas polimer linear dari α-D-glukosa yang dihubungkan

(Fessenden & Fessenden. 1991)

Gambar 1. Struktur amilosa

(Sumber :Fessenden & Fessenden. 1991)

Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai cabang, terdiri dari

satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan α-(1,4) D-glukosa dan α

tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik sep

harinya adalah pati terdapat pada

duanya adalah polimer dari

Amilosa merupakan

komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa

glukosa yang dihubungkan

Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai cabang, terdiri dari

glukosa dan α-(1,6) D-glukosa.

tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti butanol

Gambar 2. Struktur amilopektin

(Sumber: Fessenden & Fessenden. 1991)

Amilopektin merupakan suatu glukosa yang jauh lebih besar daripada amilosa, yakni

mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul, seperti rantai dalam amilosa, rantai

utama dari amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa. Tidak seperti amilosa, amilopektin

bercabang sehingga terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan

pada titik percabangan ialah ikatan 1,6’-α-glikosida (Fessenden & Fessenden. 1991)

Nasi biasanya dibuat dengan beranekaragaman bentuk dan bermacam citarasa yang

berbeda-beda. Namun tidak banyak yang bisa di gunakan atau dimaanfatkan jika nasi sudah

menjadi limbah. Limbah nasi rumah makan yaitu nasi yang sudah mengalami pembusukan

sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (Anonim; 2008).

Gambar 3. Nasi

Berdasarkan uraian diatas nasi dapat diartikan sebagai beras yang sudah di masak.

Sedangkan limbah nasi rumah makan adalah nasi yang sudah mengalami pembusukan dan

menimbulkan bau yang tidak sedap. Sehingga nasi tersebut tidak layak untuk dikonsumsi

manusia.

2.2 Hidrolisis

Menurut (Mulyono: 2006) bahwa hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara suatu

senyawa dan air dengan membentuk reaksi kesetimbangan; selain bereaksi air juga berperan

sebagai medium reaksi sedangkan senyawanya dapat berupa senyawa anorganik maupun

senyawa organik. Sedangkan menurut (Dyah dan Wasir: 2011) bahwa hidrolisis adalah reaksi

kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga

dekomposisi suatu larutan dpengionan molekul air ataupun peruraian senyengan

menggunakan air. Proses ini melibatkan awa yang lain.

Hidrolisis diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organik atau anorganik dimana

air mempengaruhi dekomposisi ganda dengan campuran yang lain, hidrogen akan

membentuk satu komponen dan hidroksil ke komponen yang lain.

Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk

memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan

katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut

berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan

asam klorida.

Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi yang

terbentuk sebagai berikut.

HCl (C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6) Pati air glukosa

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hidrolisis adalah suatu reaksi

yang terjadi antara air dengan suatu senyawa (organik atau anorganik) dengan membentuk

suatu reaksi kesetimbangan.

2.3 Uji Fehling

Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Pereaksi ini

dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi juga dapat

direduksi oleh reduktor lain. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling

B adalah larutan natrium kalium tatrat dan NaOH dalam air. Pereaksi fehling digunakan

dengan mencampurkan fehling A dan Fehling B dengan campuran yang sama. Dalam

pereaksi ini ion Cu²+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan

menjadi Cu2O. Fehling B berfungsih mencegah Cu²+ mengendap (Anwar,dkk: 1996)

Aldehid mereduksi larutan fehling menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna

kuning atau merah.

O O

R C + 2Cu2+ [tatrat] + 5 OH- R C + Cu2O + 3H2O

H O- Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi.

Jika terdapat gula pereduksi, warna biru dari pereaksi fehling akan hilang dan endapan merah

atau kuning dari Cu2O akan terbentuk

2.4 Fermentasi

Istilah fermentasi berasal dari bahasa latin “Ferverve” yang berarti bergelembung.

Penggelembungan ini diamati pada peragian ekstrak buah-buahan yang disebabkan keluarnya

gelembung-gelembung karbon dioksida, reaksi anaerob dari gula yang terkandung didalam

bahan-bahan yang diragikan. Proses fermentasi berlangsung dapat dilihat pada gambar 4

berikut.

Gambar 4. Fermentasi sedang berlangsung

Fermentasi merupakan proses produksi energi sel dalam keadaan anaerobik (tanpa

oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Akan tetapi,

terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam

lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor electron eksternal (Eddy 2003 dalam Ikmawati

2011). Sedangkan menurut (Mulyono: 2006) bahwa, fermentasi adalah proses kimia yang

berlangsung oleh adanya mikroorganisme yang mengkatalis reaksi. Dan menurut (Pradani

dkk: 2009) bahwa fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan struktur kimia dari

bahan-bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas agen-agen biologis terutama enzim

sebagai biokatalis.

Pada fermentasi yang normal akan terjadi konversi karbohidrat menjadi alkohol.

Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan tersebut. Tetapi cara

tersebut biasanya berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan

mikroba yang tidak dikehendaki lebih cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan

biasanya ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun starter (bahan

yang telah mengalami fermentasi).

Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae terjadi serangkaian reaksi yang

bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energi serta serangkaian reaksi

lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi.

Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan fermentasi

terhadapat makromolekul seperti karbohidrat, akan tetapi enzim yang disekresikan oleh

mikroba tersebut mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi

alkohol atau asam.

Fermentasi alkohol dapat didefinisikan sebagai proses penguraian gula menjadi

alkohol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba.

Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan glukosa menjadi etanol

oleh S. cereviseae.

C6H12O6 S. cereviseae 2C2H5OH+ 2CO2

Glukosa enzim zimosa etanol

Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan fermentasi,

baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alkohol. Jenis mikroba ini

mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alkohol dan gas CO2 secara cepat

dan efisien (Sudarmadji K. 1989).

Proses fermentasi secara umum bisa dilakukan dengan penambahan ragi. Ragi adalah

kelompok jamur uniseluler berukuran lima hingga dua puluh mikron yang umum

dipergunakan untuk fermentasi roti dan minuman beralkohol, lebih dari seribu spesies ragi

telah teridentifikasi hingga saat ini dan yang paling umum dipergunakan adalah

Saccharomyces cerevisiae.

Gambar 5. Saccharomyces cerevisiae Hansen

Saccharomyces cerevisiae adalah ragi dari famili saccharomycetaceae. Famili

Saccharomycetaceae adalah famili ragi dari ordo saccharomycetales yang bereproduksi

dengan pembentukan tunas. Saccharomyces cerevisiae telah lama dimanfaatkan dalam

pembuatan roti dan minuman beralkohol. Ragi Saccharomyces cerevisiae diperoleh dari hasil

isolasi mikroorganisme pada kulit anggur. Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh secara

aerob pada substrat glukosa, maltose, laktosa dan selobiosa. Fruktosa dan galaktosa

merupakan substrat terbaik untuk pertumbuhan ragi ini.

Fermentasi alkohol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhinya adalah

1) Media. Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama

glukosa dan pati dapat digunakan sebagai abstrak dalam prosess fermentasi alkoholik.

2) Suhu. Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya

adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting, karena secara langsung dapat

mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secara tidak langsung akan

mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan.

3) Jenis mikroba. Mikroorganisme yang mampu menguraikan pati atau senyawa-

senyawa polisakarida menjadi alkohol adalah jenis khamir, dan yang paling banyak

yaitu Saccharomyces cerevisiae.

4) Jenis mikroba. Mikroorganisme yang mampu menguraikan pati atau senyawa-

senyawa polisakarida menjadi alkohol adalah jenis khamir, dan yang paling banyak

yaitu Saccharomyces cerevisiae.

5) Nutrisi. Saccharomyces cereviseae memerlukan karbon, sumber nitrogen, vitamin dan

mineral dalam pertumbuhannya. Vitamin yang dibutuhkan seperti biotin dan tiamin,

sedangkan mineral yang diperlukan dalam pertumbuhannya seperti phospat, kalium,

sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga.

6) pH. Substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang menentukan

kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat Saccharomyces cereviseae

yaitu pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 – 6.

Menurut (Saroso: 1998) bahwa pertumbuhan khamir dapat berlangsung dengan baik

pada pH 4-6, dimana kondisi ini sangat ideal untuk fermentasi alkoholik.

7) Oksigen. Fermentasi etanol berlangsung anaerobik, dalam kondisi tanpa oksigen

tersebut ragi akan menggunakan glukosa sebagai sumber energinya dan membentuk

etanol dan karbon dioksida sebagai metabolitnya.

8) Waktu fermentasi. Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya

terlalu cepat Saccharomyces cereviseae masih dalam masa pertumbuhan sehingga

alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces

cereviseae akan mati maka alkohol yang dihasilkan tidak maksimal.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fermentasi adalah proses penguraian

yang ditimbulkan oleh bakteri pada substrak organik dalam kondisi aerob maupun anaerob.

Pada umumnya proses penghasil alkohol secara fermentasi dilakukan oleh khamir

genus (Saccharomyces, Saccharomycodes, Schizosacchoromyces, Kloeckera, Hansenula, dan

lain-lain) tetapi yang umumnya digunakan ialah Saccharomyces cereviseae karena jenis ini

berproduksi tinggi, toleran terhadap kadar alcohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan

terhadap gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu (4-32)oC.

Mikroorganisme lain yang dapat memfermentasi glukosa menjadi alkohol, misalnya

Zymomonas sp. (penghasil tuak), bakteri Thermoanaerobium brockii dan jamur Rhizopus sp.

(Buckle, 1987 dalam Ikmawati, 2011)

Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan kinetikanya dapat digunakan untuk

meramal produksi biomassa dalam suatu proses fermentasi. faktor utama yang dipengaruhi

pertumbuhan dan perilaku mikroba dapat digolongkan dalam faktor intraseluler meliputi

kondisi linkungan seperti pH, suhu, tekanan.

Menurut (Hamdiyanti: 2006) proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang

memiliki batas tertentu. Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digunakan dalam suatu

kurva pertumbuhan. Pertumbuahan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap antara lain

fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase kematian.

Gambar 6. Pertumbuhan Mikroba

Fase Lag/Adaptasi. Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Pada

fase ini bakteri belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri mati, hingga

hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran sel membesar yang disebabkan oleh

adanya pemasukan air imbibisi ke dalam sel. Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari

populasi bakteri ini diakibatkan oleh pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh

tidak aktifnya suatu enzim hingga keseluruhan metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh

keberadaan sel bakteri dalam lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam

lingkungan yang baru tersebut.

Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan

konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi

oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan

termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih

banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan

lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan

a) Nutrien di dalam medium sudah berkurang.

b) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan

mikroba.

Fase Stationer. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama

dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap

membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel

kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase

logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin,

radiasi, dan bahan-bahan kimia.

Fase Kematian. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian. karena

beberapa sebab yaitu.

1) Nutrien di dalam medium sudah habis.

2) Energi cadangan di dalam sel habis. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi

nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.

2.5 Alkohol

Alkohol berasal dari bahasa arab yakni Al-kuhl (al kohl), artinya senyawa yang

mudah menguap. Bahan organik ini adalah salah satu senyawa kimia tertua yang telah

dikenal umat manusia. Alkohol berupa larutan jernih tak berwarna, beraroma khas, berwujud

cair pada temperatur kamar dan mudah terbakar.

Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hidroksil (-OH) dengan dua atom

karbon (C). Jenis alkohol yang banyak digunakan adalah C2H5OH (etanol) dan C3H7OH

(isopropil). Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol

atau metil karbonil dengan rumus kimia C2H5OH, (Prihandana, 2007)

Menurut (Sukarmin: 2004) mengatakan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang

memiliki gugus fungsi OH. Menurut (Mulyono: 2006) mengatakan bahwa alkohol adalah

senyawa karbon yang mengandung gugus hidriksil (-OH) dengan rumus umum CnH2n+1-OH.

Yang merupakan turunan (derivat) dari alkana. Dan menurut (Beddu: 2002) alkohol adalah

gugus –OH yang terikat pada atom karbon alifatik.

Berdasarkan strukturnya, alkohol dapat dibagi menjadi 3 golongan yang didasarkan

pada atom karbon yang mengikat gugus hidriksil (-OH).

1) Alkohol primer (1o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom

karbon primer, yaitu karbon yang mengikat suatu atom karbon yang lain. Contohnya:

CH3-CH2-OH (etanol).

2) Alkohol sekunder (2o) adalah suatu alkohol dimana gugus hidroksil (-OH) terikat pada

atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat 2 atom karbon yang lain.

Contohnya: CH3-CH-OH (isopropil alkohol)

CH3

3) alkohol tersier (3o) adalah Alkohol tersier (3o) adalah suatu alkohol dimana gugus

hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat tiga

atom karbon yang lain.

Contohnya:

CH3

CH3-C-OH (2- metal-2-propanol)

CH3

Berdasarkan penggolongan, alkohol juga memiliki sifat fisik dan sifat kimia. Adapun sifat

fisik alkohol yaitu

1) bentuk dan wujud. Alkohol monohidroksil suku rendah (1- 4 atom C) berupa cairan

sedangkan alkohol yang mengandung 12 atau lebih atom C berupa zat padat.

2) Warna dan bau. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.

3) Titik didih. Titik didih alkohol sangat tinggi. Tingginya titik didih alkohol karena

alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen. Semakin panjang rantai karbon, dan makin

besar berat molekulnya, maka titik didih alkohol semakin tinggi. Hal ini dipengaruhi

oleh adanya pengaruh ruang dan ikatan hidrogen. Titik didih alkohol dapat dilihat pada

tabel 1 berikut.

Tabel 1. Titik didih alkohol

No Alkohol T.d oC 1. 2. 3. 4.

CH3OH CH3CH2OH CH3CH2CH2OH HOCH2CH2OH

64,5 78,3 97,2 197

(Sumber: Fessenden & Fessenden. 1991)

Adapun sifat kimia Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara sesame alkohol

maupun dengan air. Struktur ikatan hidrogennya adalah:

Alkohol dengan alkohol: R O H O

H R

Alkohol dengan air: R O H O

H R

Keterangan : = ikatan karbon jenuh

= ikatan hidrogen

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alkohol adalah senyawa karbon yang

memiliki gugus hidroksil (-OH) dengan dua atau lebih atom karbon (C).

Beberapa alkohol dapat diperoleh dari proses fermentasi. produksi etanol misalnya

diperoleh dari dari kentang, beras atau sejenisnya. Etanol (CH3CH2OH), tidak berwarna, larut

dalam air, kadang-kadang disebut alkohol padi-padian (grain) karena dapat diperoleh dengan

cara fermentasi dari padi-padian. Sebenarnya, fermentasi dari semua bahan yang

mengandung karbohidrat, seperti anggur, molase, dan kentang, juga padi, menghasilkan

etanol.

enzim enzim Karbohidrat C6H12O6 2CH3CH2OH Glukosa Etanol

Etanol dipakai untuk minuman dan gas alkohol yang dibuat secara fermentasi. Etanol yang

dipakai sebagai pelarut di buat melalui reaksi hidrasi senyawa etilen, melalui persamaan

reaksi.

H+ CH2=CH2 + H2O CH3CH2OH

Panas

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber

karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007)

Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan

pangan yang mengandung pati,seperti ubi kayu, ubi jalar, nasi, jagung, dan sagu. Bioetanol

secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan

bakar untuk kendaraan (Khairani: 2007).

Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan,

diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan lebih

tinggi 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 92. Hal ini

menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk

memperbesar nilai oktan. Zat aditif seperti metil tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif

tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan

bakar yang tidak mengkomulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relative kompetibel dengan

mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang

sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin: 2007).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bioetanol adalah etanol yang diproduksi

dengan proses fermentasi dengan bahan baku nabati. Bioetanol diproses dari biomassa

tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Proses fermentasi melalui bantuan mikroorganisme

yakni ragi (Saccromices). Penamaan bio adalah untuk membedakannya dari etanol yang

diproses dari minyak bumi. Etanol termasuk satu jenis dari beberapa senyawa alkohol.