BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol,...

13
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Menurut Hirschfeld (2008), komunikasi adalah suatu bagian yang terpenting dari matematika dan pendidikan matematika. Sedangkan, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000:268), komunikasi merupakan suatu tantangan bagi siswa di kelas untuk mampu berpikir dan bernalar tentang matematika yang merupakan sarana pokok dalam mengekspresikan hasil pemikiran siswa baik secara lisan maupun tertulis. Lestari dan Yudhanegara (2015) mengemukakan kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan, memahami dan menerima gagasan atau ide matematis baik secara lisan maupun tulisan untuk mempertajam pemahaman. Sedangkan National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000:60), kemampuan komunikasi matematis adalah: (1) menyusun dan mengaitkan berpikir matematis siswa melalui komunikasi; (2) mengkomunikasikan pemikiran matematisnya secara benar dan jelas dengan guru atau siswa lainnya; (3) menganalisis dan menilai pemikiran matematis dan strategi-strategi lainnya; (4) menggunakan bahasa matematis untuk menyatakan ide-ide matematisnya dengan benar. Sullivan dan Mousley (Ansari:2016) juga mengatakan kemampuan komunikasi matematis bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol,...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Komunikasi

Menurut Hirschfeld (2008), komunikasi adalah suatu bagian yang

terpenting dari matematika dan pendidikan matematika. Sedangkan, National

Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000:268), komunikasi

merupakan suatu tantangan bagi siswa di kelas untuk mampu berpikir dan

bernalar tentang matematika yang merupakan sarana pokok dalam

mengekspresikan hasil pemikiran siswa baik secara lisan maupun tertulis.

Lestari dan Yudhanegara (2015) mengemukakan kemampuan

komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan, memahami dan

menerima gagasan atau ide matematis baik secara lisan maupun tulisan untuk

mempertajam pemahaman. Sedangkan National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM) (2000:60), kemampuan komunikasi matematis adalah:

(1) menyusun dan mengaitkan berpikir matematis siswa melalui komunikasi;

(2) mengkomunikasikan pemikiran matematisnya secara benar dan jelas

dengan guru atau siswa lainnya; (3) menganalisis dan menilai pemikiran

matematis dan strategi-strategi lainnya; (4) menggunakan bahasa matematis

untuk menyatakan ide-ide matematisnya dengan benar.

Sullivan dan Mousley (Ansari:2016) juga mengatakan kemampuan

komunikasi matematis bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan

tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan,

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

7

menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerjasama, menulis

dan melaporkan hasilnya. Ansari (2016) komunikasi matematis terdiri dari

komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan

(talking) adalah suatu interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa

maupun siswa itu sendiri pada saat pembelajaran. Sedangkan komunikasi

tulisan (writing) adalah suatu kemampuan atau keterampilan siswa dalam

menggunakan kosa kata-nya, notasi dan struktur matematika.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis adalah suatu interaksi antara guru dan siswa maupun

siswa itu sendiri yang terjadi di dalam suatu lingkungan kelas dimana terjadi

pengalihan pesan balik secara tertulis maupun lisan yang berupa gambar,

simbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa

sehari-hari dan disertai dengan penjelasan untuk mempertajam suatu

pemahaman materi yang sedang dipelajari di dalam kelas. Indikator yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Menjelaskan ide secara lisan maupun tulisan dengan benda nyata, gambar,

grafik atau aljabar.

Siswa mampu memberikan penjelasan dari suatu permasalahan

matematika dengan langkah-langkah penyelesaian suatu permasalahan

sehingga memperoleh solusi dari permasalahan tersebut. Siswa dikatakan

mampu memberi penjelasan jika siswa memahami apa yang diketahui,

ditanya dan proses penyelesaian menggunakan konsep, ide atau simbol

dengan penulisan secara matematika.

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

8

b. Menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram ke dalam ide

matematika.

Siswa mampu menuangkan ide matematika yang terdapat pada suatu

benda nyata, gambar atau diagram ke dalam ide matematika. Siswa

dikatakan dapat menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram, jika

siswa mengetahui apa saja yang diketahui, ditanyakan dan langkah proses

penyelesaian menggunakan konsep, benda nyata, gambar atau diagram dari

apa yang ditanyakan.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Siswa mampu menyatakan suatu permasalahan kehidupan sehari-hari

yang berkaitan dengan matematika ke dalam bentuk bahasa atau kalimat

matematika. Siswa dikatakan mampu menyatakan suatu permasalahan

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika ke dalam bentuk

bahasa atau kalimat matematika jika siswa dapat memahami apa saja yang

diketahui, ditanyakan dan langkah penyelesaian menggunakan bahasa atau

simbol matematika.

2. Pembelajaran Connecting Organizing Reflecting Extending (CORE)

CORE merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan

fungsi dalam proses pembelajaran yaitu Connecting, Organizing, Reflecting

dan Extending. Menurut Suyatno (2009) dan Shoimin (2014), elemen-elemen

tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi

baru, mengorganisasikan sebuah ide untuk memahami suatu materi,

memikirkan segala sesuatu yang siswa pelajari dan mengembangkan segala

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

9

sesuatu yang siswa pelajari. Sedangkan Lestari dan Yudhanegara (2015)

mengungkapkan CORE adalah suatu pembelajaran yang memiliki tahapan

untuk membangun kemampuan siswa dengan cara menghubungkan dan

mengorganisasikan pengetahuan siswa, kemudian memikirkan kembali konsep

yang sedang dipelajari oleh siswa tersebut.

Shell, dkk (2010) bahwa prinsip pembelajaran CORE adalah guru

memfokuskan siswa untuk berfikir dengan cara menghubungkan pengetahuan

mereka baik dari pengetahuan sebelumnya atau pengetahuan umum yang

diperoleh siswa dari gurunya, guru juga akan membimbing siswa dalam

mengorganisir ide mereka untuk membangun informasi yang baru. Miller dan

Calfee (2004:21) mengungkapkan CORE adalah pembelajaran yang

menggunakan metode diskusi yang dapat mempengaruhi perkembangan

pengetahuan dan berpikir reflektif dengan melibatkan siswa pada saat

pembelajaran berlangsung yang memiliki empat tahapan pengajaran yaitu

Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending. Tahapan dalam

pembelajaran CORE tersebut bersifat siklus sebagaimana yang diilustrasikan

pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Tahapan dalam Pembelajaran CORE yang diterapkan

oleh Miller dan Calfee (2010:133).

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

10

Dengan kata lain, pembelajaran CORE merupakan pembelajaran yang

menekankan kemampuan berpikir siswa untuk menghubungkan,

mengorganisasikan, mendalami, mengelola dan mengembangkan informasi

yang didapat. Tahapan pembelajaran CORE, yaitu sebagai berikut:

a. Connecting

Connect secara bahasa berarti menyambungkan dan menghubungkan.

Seperti yang dikemukakan oleh Dymock (2005:178) bahwa suatu

pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghubungkan

siswa dengan topik pembelajarannya. Hubungan yang dimaksud disini

adalah hubungan antara apa yang diketahui siswa dan apa yang sedang

dipelajarinya. Hal ini perlu diterapkan kepada siswa, karena adanya koneksi

yang baik, maka siswa akan mengingat informasi dan menggunakan

pengetahuan metakognitifnya untuk menghubungkan dan menyusun ide-

idenya. Sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Novak (2008) bahwa

dalam belajar orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan

menghubungkan informasi baru dengan informasi sebelumnya.

Menurut Suyatno (2009) dan Shoimin (2014), connecting merupakan

kegiatan menghubungkan informasi lama dengan informasi baru atau antar

konsep. Pada tahap ini siswa diajak untuk mengingat informasi dan

menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menghubungkan ide-

idenya dengan cara guru memberikan siswa pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan pengetahuan lamanya yang sudah dimilikinya.

Sedangkan, Lestari dan Yudhanegara (2015) connecting merupakan

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

11

kegiatan menghubungkan suatu informasi lama dengan informasi baru

dengan kehidupan sehari-hari dan secara luas.

Dengan demikian, untuk mempelajari suatu konsep matematika yang

baru, selain dipengaruhi oleh konsep lama yang telah diketahui oleh siswa,

pengalaman belajar yang sudah siswa lakukan juga mempengaruhi

terjadinya proses belajar konsep matematika tersebut. Karena, jika siswa

belajar didasari oleh apa yang telah diketahuinya, maka siswa tersebut akan

dengan mudah memahaminya dan mempelajarinya.

b. Organizing

Organize secara bahasa berarti mengorganisasikan. Menurut Suyatno

(2009) dan Shoimin (2014), Organizing merupakan suatu kegiatan

mengorganisasikan ide-ide untuk memahami suatu materi.

Hal ini sejalan dengan Lestari dan Yudhanegara (2015) bahwa Organizing

adalah kegiatan mengorganisasikan informasi-informasi yang diperolehnya

untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mengorganisasikan

informasi-informasi yang telah diperolehnya seperti konsep apa yang

diketahui, konsep apa yang dicari dan keterkaitan antar konsep apa saja

yang telah dikemukakan pada tahap connecting untuk dapat membangun

pengetahuannya sendiri (konsep baru).

Berdasarkan pendapat Miller dan Calfee (2004:21), pada tahap

mengorganisasi informasi tidak hanya bertujuan agar siswa dapat

mengorganisasikan konsep sebelum dan selama proses pengumpulan

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

12

informasi itu terjadi, tetapi juga bertujuan agar siswa dapat

menggunakannya kembali pada tahap selanjutnya. Penggunaan metode

diskusi dapat membantu siswa untuk melakukan pengumpulan dan

pengorganisasian informasi-informasi yang diperolehnya dari hasil

berinteraksi bersama guru dan siswa lainnya.

Dengan demikian, organizing digunakan oleh siswa untuk

mengorganisasikan informasi yang telah diperolehnya. Untuk membantu

proses pengorganisasian informasi yang didapat oleh siswa maka dilakukan

dengan cara diskusi kelompok.

c. Reflecting

Reflect secara bahasa berarti mengambarkan, membayangkan dan

memikirkan. Sagala (2007) mengungkapkan bahwa refleksi adalah cara

berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dalam belajar

dimasa lalu. Menurut Suyatno (2009) dan Shoimin (2014), reflecting

merupakan memikirkan kembali informasi yang sudah didapat. Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dymok (2005:178) bahwa tahap

dimana siswa menjelaskan atau mengkritik isi, struktur dan strategi-strategi.

Siswa akan mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai

struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan dari pengetahuan

sebelumnya. Siswa menyimpulkan dengan bahasa sendiri tentang apa yang

mereka peroleh dari pembelajaran ini. Miller dan Calfee (2004:23)

menyatakan pada tahap ini, siswa diberi kesempatan oleh guru untuk

memikirkan apa yang telah dipelajari dalam kelompok kecil maupun besar

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

13

dengan cara mengoreksi isi pengetahuannya. Kegiatan diskusi memberikan

siswa kesempatan untuk memikirkan kembali apakah hasil diskusi sudah

benar atau masih terdapat kesalahan yang harus diperbaiki.

d. Extending

Extend secara bahasa berarti memperpanjang, mengembangkan dan

memperluas. Menurut Suyatno (2009) dan Shoimin (2014), extending

merupakan tahap dimana siswa dapat memperluas pengetahuan yang

diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Perluasan pengetahuan

dapat dilakukan dengan cara menggunakan konsep yang telah didapatkan ke

dalam situasi baru yang berbeda, baik dari suatu konsep ke konsep lain,

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dymock (2005) menyatakan pada

tahap ini guru dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk memperluas

pengetahuan siswa dengan cara memberikan topik-topik baru lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran CORE merupakan pembelajaran yang lebih menekankan

kepada pengalaman siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara menghubungkan

dan mengorganisasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah

diketahui sebelumnya kemudian merefleksikan proses belajar yang telah

dialaminya serta memperluas pengalaman belajar siswa.

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

14

Tabel 2. 1 Sintaks Pembelajaran CORE

Tahap-Tahap

Pembelajaran

Aktivitas Pembelajaran

Connecting. Siswa menghubungkan informasi yang diperoleh dengan

informasi sebelumnya pada saat pembelajaran.

Organizing. - Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen.

- Siswa dapat mengorganisasikan ide-idenya yang

diperoleh untuk memahami dan menyelesaikan

permasalahan yang diberikan oleh guru dengan

caranya sendiri secara individu maupun kelompok.

Reflecting. - Siswa diminta untuk menuangkan semua ide-ide yang

ada pada diri siswa untuk menyelesaikan suatu

permasalahan yang diberikan oleh guru.

- Siswa diminta untuk memikirkan kembali dan

mengevaluasi apakah ada hubungan antara informasi

yang baru dengan yang lama serta siswa bekerja sama

untuk bersama-sama mendalami dan menggali hal-hal

yang baru terkait dengan materi yang sedang dipelajari.

Extending. Siswa diminta untuk melakukan pengembangan atau

memperluas ide tersebut dan menggunakannya atau

mengaplikasinya dalam kehidupan nyata serta guru

mengarahkan siswa untuk menemukan hal-hal baru yang

terkait dengan materi yang dibahas.

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini

adalah:

Menurut penelitian yang dilakukan Bergqvist dan Osterholm (2012) aspek

matematika sebagian besar termasuk isi dari komunikasi matematika. Sedangkan

Wichelt dan Kearney (2009) menyatakan bahwa ada dua komunikasi yaitu secara

lisan dan tertulis. Komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan

verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi

antar siswa misalnya dalam pembelajaran diskusi kelompok. Sedangkan,

komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel dan

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

15

sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga

dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang

menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasikan berbagai konsep

untuk menyelesaikan masalah (Mahmudi, 2009). Sutamo, dkk (2013) dan Nartani,

dkk (2015) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa dengan

pembelajaran berbasis kontekstual mengalami peningkatan. Sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningrum dan Suryadi (2014) bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematis siswa

melalui strategi MEAs. Sedangkan Yang, dkk (2016) kreasi matematika siswa

menjadi lebih jelas dan lebih efisien dengan menggunakan PC tablet untuk

menumbuhkan kemampuan komunikasi.

Penelitian tentang pembelajaran CORE telah dilakukan oleh beberapa

orang. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Relawati dan Nurasni

(2016) bahwa pembelajaran CORE lebih baik daripada pembelajaran langsung

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII

SMPN 9 Muaro Jambi. Selain itu, Muizaddin dan Santoso (2012) bahwa

penggunaan pembelajaran CORE berpengaruh positif dan signifikan terhadap

belajar kognitif siswa daripada pembelajaran Think Pair Share.

Restiani (2014) dalam skripsinya yaitu: pengaruh pembelajaran Connecting

Organizing Reflecting Extending (CORE) dengan Teknik Scaffolding terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMK Bina Teknologi

Purwokerto. Hasil posstest diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol berturut-turut adalah 61,45 dan 51,85. Hasil uji t menyatakan

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

16

ditolak yang berarti kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran CORE dengan teknik scaffolding lebih baik daripada

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, belum pernah dilakukan penelitian

mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran

Connecting Organizing Reflecting Extending (CORE). Oleh karena itu, peneliti

mengangkat judul Pengaruh Pembelajaran Connecting Organizing Reflecting

Extending (CORE) terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

VII SMP Muhammadiyah Sokaraja.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan komunikasi matematis adalah suatu interaksi antara guru dan

siswa maupun siswa itu sendiri yang terjadi di dalam suatu lingkungan kelas

dimana terjadi pengalihan pesan balik secara tertulis maupun lisan yang berupa

gambar, simbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa

sehari-hari dan disertai dengan penjelasan untuk mempertajam suatu pemahaman

materi yang sedang dipelajari di dalam kelas. Pentingnya siswa memiliki

kemampuan komunikasi secara matematis, karena dapat membantu siswa untuk

menyatakan ide-ide yang dimiliki oleh siswa melalui tulisan dan membantu siswa

untuk mempermudah menjelaskan, menggambarkan suatu ide-idenya dalam

bentuk lisan. Selain itu dengan siswa memiliki kemampuan komunikasi,

memungkinkan siswa itu menjadi lebih aktif dan tanggap dalam menuangkan ide-

idenya.

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

17

Pembelajaran CORE merupakan pembelajaran yang lebih menekankan

kepada pengalaman siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

mengonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara menghubungkan dan

mengorganisasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui

sebelumnya kemudian merefleksikan proses belajar yang telah dialaminya serta

memperluas pengalaman belajar siswa. Pada pembelajaran ini aktivitas berpikir

sangat ditekankan kepada siswa. Siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis

terhadap informasi yang didapat.

Kegiatan mengkoneksikan konsep lama dan baru siswa dilatih untuk

mengingat informasi lama dan menggunakan informasi atau konsep lama tersebut

untuk digunakan dalam informasi baru atau konsep. Kegiatan mengorganisasikan

suatu ide-ide dapat melatih kemampuan siswa untuk mengorganisasikan,

mengelola informasi yang telah dimilikinya. Siswa juga dapat bertukar ide mereka

dalam satu kelompok belajar, agar memudahkan siswa untuk mengorganisasikan

ide-ide yang dimiliki oleh siswa sebelumnya. Siswa juga dilatih untuk

memikirkan kembali dan mengevaluasi apakah dalam memahami, menyelesaikan

tugasnya sudah sesuai dengan pemikiran siswa itu sendiri, hal ini dilakukan ketika

siswa berpikir ke belakang tentang apa saja yang telah dipelajarinya sehingga

siswa tahu sejauh mana pemahaman mereka yang telah diperoleh.

Siswa juga dilatih untuk mempresentasikan hasil diskusi dan dilatih agar

mampu menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Siswa juga dilatih untuk

memperluas pengetahuannya, dengan mengerjakan soal-soal latihan yang

diberikan oleh guru yang diharapkan siswa mampu mengubah penyelesaiannya

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4128/3/BAB II.pdfsimbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan

18

dengan caranya sendiri atau cara baru, baik secara individu maupun kelompok,

sehingga siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran Connecting Organizing

Reflecting Extending (CORE) berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Pengaruh Pembelajaran Connecting…, Diana Purwanti, FKIP, UMP, 2017