BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pengembanganeprints.umm.ac.id/39367/3/BAB II .pdf · kelebihan...

26
12 BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pengembangan Pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk memperbaharui atau mengembangkan dan memvalidasi suatu produk pendidikan yang sudah ada menjadi baru lagi (Setyosari, 2013:223). Di dalam dunia pendidikan, pengembangan sangat erat kaitannya dengan desain model maupun suatu produk sumber belajar. Penelitian pengembangan adalah suatu produk yang efektif digunakan sekolah (Putri, 2014,84). Penelitian pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut, sehingga peneliti seringkali menggunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal (Purwanti, 2015). Sumber belajar yang sering dikembangkan salah satunya produk atau media pembelajaran. Pengembangan yang dilakukan berupa pengembangan suatu produk yang sudah dan kemudian diberikan inovasi ataupun hal baru sehingga produk yang sudah lama tersebut menjadi baru lagi. Pengembangan sangat penting dilakukan, karena produk sudah mempunyai batas-batas waktu tersendiri dalam penggunaanya. Pengembangan bertujuan untuk menilai suatu perubahan- perubahan yang sudah dihasilkan selama kurun waktu tertentu (Setyosari, 2013:224), sehingga dalam dunia pendidikan, pengembangan sering kali dilakukan untuk membuat hal-hal yang baru, karena hal yang sudah lama sudah kurang efektif. Pengembangan dilakukan untuk mengikuti perkembangan-perkembangan zaman 12

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pengembanganeprints.umm.ac.id/39367/3/BAB II .pdf · kelebihan...

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi Pengembangan

Pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk

memperbaharui atau mengembangkan dan memvalidasi suatu produk pendidikan

yang sudah ada menjadi baru lagi (Setyosari, 2013:223). Di dalam dunia

pendidikan, pengembangan sangat erat kaitannya dengan desain model maupun

suatu produk sumber belajar. Penelitian pengembangan adalah suatu produk yang

efektif digunakan sekolah (Putri, 2014,84). Penelitian pengembangan digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut,

sehingga peneliti seringkali menggunakan penelitian yang bersifat analisis

kebutuhan dan keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat

luas, jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal (Purwanti, 2015).

Sumber belajar yang sering dikembangkan salah satunya produk atau

media pembelajaran. Pengembangan yang dilakukan berupa pengembangan

suatu produk yang sudah dan kemudian diberikan inovasi ataupun hal baru

sehingga produk yang sudah lama tersebut menjadi baru lagi. Pengembangan

sangat penting dilakukan, karena produk sudah mempunyai batas-batas waktu

tersendiri dalam penggunaanya.

Pengembangan bertujuan untuk menilai suatu perubahan- perubahan yang

sudah dihasilkan selama kurun waktu tertentu (Setyosari, 2013:224), sehingga

dalam dunia pendidikan, pengembangan sering kali dilakukan untuk membuat

hal-hal yang baru, karena hal yang sudah lama sudah kurang efektif.

Pengembangan dilakukan untuk mengikuti perkembangan-perkembangan zaman

12

13

dan teknologi, termasuk juga perkembangan kurikulum maupun tuntutan dari

kurikulum itu sendiri. Oleh karena itu produk yang dihasilkan dalam

pengembangan akan memberikan tantangan-tantangan bagi siswa untuk belajar

(challenge), bukan sekedar menerima informasi (reception) (Sukemi, 2014).

B. Pembelajaran Tematik

1. Hakikat Pembelajaran Tematik

Menurut Permendikbud nomor 57 tahun 2014 tentang pedoman

pembelajaran tematik dijelaskan bahwa, pembelajaran tematik merupakan salah

satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan

beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi

siswa (Prima, 2015,344). Pembelajaran tematik yang secara utuh merupakan

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa

muatan mata pelajaran sehingga siswa dapat merasakan pengalaman bermakna

selama proses pembelajaran (Majid, 2014: 80).

Kata tema berasal dari bahasa Yunani tithenai yang berarti

“menempatkan atau meletakkan”, kemudian berkembang sehingga menjadi kata

tema. Kata tema berarti “sesuatu yang sudah diolah”, namun secara luas, tema

merupakan alat atau wadah untuk menyampaikan sesuatu (Kintoko, 2015, 168).

Pembelajaran tematik utuh diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang

mengelola serta mengintegrasikan materi-materi yang berbeda dari dua atau lebih

mata pelajaran sehingga menjadi suatu tema dan topik pembahasan yang menarik.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang utuh untuk

membelajarkan siswa yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Belajar

14

(learning) merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidupnya, mulai dari sejak lahir hingga akhir hayatnya

(Sadiman, dkk 1986:2). Pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha untuk

membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa (Warsita,

2008:85).

Pembelajaran juga diartikan sebagai proses, cara, untuk menjadikan orang

menjadi mau belajar dan mampu melalui pengalaman yang dialaminya agar

tingkah lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Sedangkan tematik

merupakan salah satu model pendekatan yang bermakna. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

2. Pengertian Pembelajaran Tematik di SD

Di dalam dunia pendidikan, pemerintah selalu berusaha meningkatkan

mutu pendidikan dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan ataupun hal-hal

yang baru. Setelah kurikulum KTSP, kini sudah diterapkan kurikulum 2013 atau

yang biasa disebut dengan K13. Kurikulum K13 banyak menerapkan hal-hal baru,

salah satunya ialah model pembelajaran tematik. Pembelajaran adalah proses

interaksi antara peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar (Fathurrohman, 2015:16). Pembelajaran tematik adalah

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata

pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya menjadi satu kesatuan

yang utuh sehingga dapat memberikan kesan pengalaman belajar yang bermakna

bagi siswa (Majid, 2014:80).

15

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang

memungkinkan siswa untuk belajar beberapa mata pelajaran dalam satu waktu

baik secara individu maupun secara kelompok yang secara aktif menggali dan

menemukan konsep-konsep baru. Saat ini di Indonesia, model pembelajaran yang

yang di pelajari dan di kembangkan ialah model pembelajaran terpadu yang

dikembangkan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu ini pertama kali

di temukan dari konsep pendekatan interdisipliner yang kemudian dikembangkan

oleh Jacob (1989), Jacob menjelaskan bahwa pertumbuhan serta tumbuh kembang

minat dan kebutuhan atas suatu kurikulum terpadu dipicu oleh beberapa faktor,

salah satunya ialah faktor perkembangan pengetahuan (Majid, 2014:79).

Pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan suatu pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan berbagai mata pelajaran yang

satu dengan mata pelajaran lainnya sehingga menjadi satu kesatuan dan dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas 2016).

Pembelajaran tematik terfokus pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha

memahami isi pembelajaran yang sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan

yang harus dikembangkan (Rusman, 2012:254).

3. Pentingnya Pembelajaran Tematik di SD

Pembelajaran tematik sangat penting untuk diterapkan di sekolah dasar,

salah satunya untuk meminimalisir waktu belajar siswa di dalam kelas. Setiap

siswa memerlukan bekal pengetahuan serta kecakapan yang diberikan sejak dini,

supaya bisa hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh dari

pengalaman belajar di sekolah (Majid, 2014). Menurut Trianto (Prastowo, 2013:

119), dengan pembelajaran tematik, siswa memperoleh pengalaman belajar yang

16

bersifat langsung, sehingga siswa dapat menambah kekuatan otak dalam

menerima pelajaran, menyimpan pelajaran dalam ingatannya, serta menerapkan

konsep yang sudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa bisa menempuh beberapa mata pelajaran sekaligus hanya dalam

satu waktu. Selain itu pembelajaran tematik lebih menekankan kepada siswa atau

yang biasa disebut dengan Student Canter. Pembelajaran tematik lebih

menekankan pada penerapan konsep berfikir serta konsep belajar serta melakukan

suatu aktivitas dari peserta didik (learning by doing). Pembelajaran tematik juga

menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan bagi siswa

(Majid, 2014: 90), hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dalam belajar,

siswa akan selalu merasa bersemangat dalam belajar.

Siswa pada usia sekolah dasar mempunyai karakteristik senang bermain,

rasa ingin tau yang tinggi serta senang dalam menemukan hal yang baru yang ada

di lingkungan bermain, sehingga pendekatan dalam pembelajaran tematik ini

dapat menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata dan

dalam rentan kemampuan dan perkembangan siswa (Majid, 2014: 87)

Menurut (Trianto, 2011: 158) pembelajaran tematik memiliki arti penting

dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun beberapa alasan yang mendasarinya

antara lain (Trianto, 2011: 159):

a) Dunia siswa merupakan dunia nyata

b) Proses pemahaman siswa terhadap suatu peristiwa lebih terorganisasi

c) Pembelajaran akan lebih bermakna

d) Memberikan peluang untuk siswa mengembangkan kemampuan diri

e) Memperkuat kemampuan yang diperoleh

17

f) Efesiensi waktu

4. Landasan Teori Pembelajaran Tematik

Landasan pembelajaran tematik mencakup berbagai landasan, di antaranya

sebagai berikut :

1. Landasan Filosofis

Pembelajaran tematik tidak pernah lepas dari berbagai aliran filsafat,

berikut ini ada tiga aliran filsafat yang terkandung dalam pembelajaran

tematik menurut (Majid, 2014:87) yaitu aliran filsafat progresifisme,

kontruktifisme,dan humanisme. Akan dijelaskan sebagai berikut:

Aliran filsafat progresifisme memandang proses pembelajaran yang tidak

lepas dari adanya suatu inovasi dan pemberian sejumlah kegiatan, suasana

alamiah, yang tidak terlepas dari pengalaman siswa.

Aliran filsafat Kontruktifisme merupakan aliran filsafat yang tidak pernah

lepas dari pegalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri (direct experiences).

Manusia mengkonstruksi ilmu pengetahuan yang dimilikinya melalui

interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, serta lingkungan.

Aliran Filsafat Humanisme melihat siswa dari segi keunikan dari siswa itu

sendiri, potensi serta motivasi diri yang dimiliki siswa itu sendiri. Siswa

memiliki keunikan yang berbeda-beda.

2. Landasan Psikologis

Menurut (Majid, 2014:88) Pembelajaran tematik tidak pernah lepas

dari psikologi siswa serta psikologi belajar dari siswa, untuk menentukan

isi atau meteri dari pembelajaran tematik tidak pernah lepas dari psikologi

18

perkembangan siswa. Sehingga peran psikologi siswa yaitu dalam

menentukan materi/isi dalam pembelajaran.

3. Landasan Yuridis

Pembelajaran tematik menurut (Majid, 2014:88) selalu

menggunakan kebijakan serta peraturan dari pemerintah yang sudah

dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 23 tahun 2003 yang

membahas tentang perlindungan anak, bahwa setiap anak mempunyai hak

untuk memperoleh pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya

dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat yang

dimilikinyanya (pasal 9).

5. Kelebihan Pembelajaran Tematik

Menurut (Majid, 2014:195) Pembelajaran tematik memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran yang lain, antara lain:

a) Pengalaman dan kegiatan belajaran menjadi relevan dengan tingkat

perkembangan siswa.

b) Kegiatan yang ditentukan sudah disesuaikan dengan kebutuhan serta minat

siswa.

c) Seluruh kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.

d) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan keterampilan berpikir.

e) Pembelajaran terpadu yang sudah dirancang dapat menumbuhkan interaksi

kerjasama antar guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, sehingga

pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.

19

6. Kelemahan Pembelajaran Tematik

Kelemahan pembelajaran tematik terutama dalam proses pelaksanaanya di

kelas, baik itu dalam hal keterbatasan media yang digunakan dan waktu yang

diterapkan. Dalam perancangan, penerapan maupun evaluasi banyak menuntut

guru untuk melakukan evaluasi proses dan evaluasi dampak pembelajaran (Majid,

2014:197). kelemahan pembelajaran tematik antara lain:

a) Aspek Guru

Guru yang melakukan proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan

pembelajaran tematik, haruslah berwawasan yang luas, memiliki kreativitas yang

tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi serta

berani mengemas dan mengembangkan materi yang sudah ada sehingga bisa

dengan cepat dierima siswa (Majid, 2014:197).

b) Aspek Siswa

Kemampuan analitis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-

hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali)

harus dimiliki siswa pada pembelajaran tematik karena pembelajaran terpadu

menekankan pada hal tersebut (Majid, 2014:197).

c) Aspek Sarana dan Prasarana

Pembelajaran terpadu sangat membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai, baik itu bahan bacaan seperti buku yang digunakn untuk mencari

informasi dan media pembelajaran yang digunakan (Majid, 2014:197)..

d) Aspek Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan harus ditekankan pada pencapaian ketuntasan

pemahaman peserta didik dan bukan pada materi yang sudah ditempuh. Guru juga

20

perlu diberikan kewenangan untuk mengembangkan materi, metode, serta medel

yang digunakan, namun juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa (Majid,

2014:197).

e) Aspek Penilaian

Pembelajaran tematik membutuhkan teknik penilaian yang bersifat

menyeluruh, menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dan mata pelajaran

yang terkait (Majid, 2014:198).

7. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Berpusat Pada Siswa (Student Cantered)

Pembelajaran tematik lebih berpusat pada siswa, karena siswa

sebai subjek awal proses pembelajaran. sedangkan guru hanya berpesan

sebagai motifator, administrator, fasilitator, yang membantu siswa (Majid,

2014:89).

b) Memberikan Pengalaman Langsung (Direct Experiences)

Belajar dengan mendapatkan pengalaman langsung akan mejadi

lebih bermakna dan lebih mudah diingat oleh siswa. Pengalaman langsung

yang dialami oleh siswa, diharapkan siswa mendapatkan sesuatu yang

nyata dan bersifat konkret (Majid, 2014:90).

c) Pemisahan Mata Pelajaran yang Tidak Begitu Jelas

Pembelajaran tematik memisahkan mata pelajaran menjadi tidak

jelas, disebabkan karena tema yang digunakan mengacu kepada kebutuhan

siswa dan hal-hal yang paling berkaitan dengan kehidupan siswa (Majid,

2014:90).

21

d) Menyajikan Konsep dari Berbagai Mata Pelajaran

Pembelajaran tematik menyatukan konsep-konsep dari berbagai

mata pelajaran, sehingga saat proses pembelajaran berlangsung dikelas,

siswa bisa dengan mudah menerima materi yang diberikan secara utuh

(Majid, 2014:90).

e) Bersifat Fleksibel

Pembelajaran tematik dikatakan berisifat luwes (fleksibel) karena

guru bisa menyatukan konsep dari berbagai macam mata pelajaran,

sehingga dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa (Majid, 2014:90).

f) Menggunakan Prinsip Belajar Sambil Bermain

Berdasarkan karakteristik siswa sekolah dasar, tidak pernah lepas

dari bermain, dan hal yang menyenangkan lainnya. Guru bisa menerapkan

pembelajaran di kelas sambil bermain sehingga siswa tidak mudah bosan

dengan materi yang diberikan (Majid, 2014:90).

C. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator

Pembelajaran tematik membutuhkan teknik penilaian yang bersifat

menyeluruh, menetapkan keberhasilan belajar siswa dan mata pelajaran yang

terkait (Trianto, 2011: 144). Adapun Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) yang digunakan dalam pengembangan media Rare plant and animal world

dan dalam tema dan subtema yang digunakan adalah: Tema :(Perkembangbiakan

hewan dan tumbuhan) Subtema (pelestarian hewan dan tumbuhan langka) dan

pembelajaran ke 1

22

Tabel 2.1 KI, KD, INDIKATOR

Pembelajaran 1 KI KD Indikator

Bahasa

Indonesia

a. Memahami pengetahuan

faktual dengan cara

mengamati, mendengar,

melihat, membaca dan

menanya berdasarkan rasa

ingin tahu tentang dirinya,

makahluk ciptaan Tuhan

dan kegiatannya, dan benda-

benda yang dijumpai di

rumah, sekolah, dan tempat

bermain.

b. Menyajikan pengetahuan

faktual dengan bahasa yang

jelas, sistematis, dan logis,

dalam karya yang estetis,

dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat,

dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku

anak beriman dan berkhlak

mulia.

3.2 Menguraikan teks

arahan/petunjuk tentang perawatan

hewan dan tumbuhan, serta daur

hidup hewa dan pengembangbiakan

tanaman dengan bantuan guru atau

teman dalam bahasan Indonesia lisan

dan tulis yang dapat diisi dengan

kosakata bahasa daerah untuk

membantu pemahaman.

4.2 Menerangkan dan

mempraktekkan teks arahan/petunjuk

tentang perawatan hewan dan

tumbuhan, serta daur hidup hewan

dan pengembangbiakan tanaman

secara mandiri secara bahasa

Indonesia lisan dan tulis yang dapat

diisi dengan kosa kata bahasa daerah

untuk membantu penyajian.

a. Mengidentifikasi

isi teks tentang

nama hewan yang

harus dilestarikan

b. Menuliskan

tahapan melakukan

gerah hewan yang

perlu dilestraikan

SBdP 3.3 Memahami gerak kuat dan lemah

dalam tari dengan menggunakan

musik sebagai iringan

4.9 Mengembangkan gerak

berdasarkan hasil pengamatan alam

sekitar kedalam bentuk tari bertema.

a. Mengidentifikasi

gerak kuat dalam

sebuah tari

tradisonal

b. Mengidentifikasi

gerak lemah dalam

sebuah tari

tradisonal

c. Menirukan gerak

alam sebagai

pengematan dari

alam sekitar.

(Dewi, kusuma sari dkk(buku guru), 2015:119)

D. Materi Pembelajaran dalam Media RARE PLANT and ANIMAL WORLD

Pengembangan media Rare plant and animal world yang diterapkan pada

kelas 3 menggunakan tema perkembangan hewan dan tumbuhan yaitu secara lebih

khususnya pelestarian hewan dan tumbuhan langka. Adapun meteri yang

terkandung dalam media tersebut adalah:

Mengenal tumbuhan dan hewan langka yang ada di Indonesia.

23

Gambar 2.1 Materi Pembelajaran

Materi yang terkandung dalam media Rare plant and animal world ini

ialah materi pada tema “Perkembanganbiakan hewan dan tumbuhan” subtema

24

“Pelestarian hewan dan tumbuhan langka”. Terdapat 2 mata pelajaran yaitu

Bahasa Indonesia, dan SBdP. Bahasa Indonesia membahas tentang teks dari

hewan langka apa saja yang perlu dilestarikan di Indonesia, bagaimana cara

melestarikannya dan lain sebagainya. SBdP membahas tentang tari tradisional dari

berbagai macam daerah yang ada di Indonesia, tarian tersebut mirip dengan

gerakan hewan yang sudah dikategorikan langka di Indonesia.

E. Desain Prototype Media RARE PLANT and ANIMAL WORLD

Media Rare plant and animal world di desain dengan menggunakan

bahan-bahan yang yang mudah didapatkan dan harganya relatif terjangkau..

Namun dengan pengemasan dan inovasi baru, media ini menjadi menarik. Bahan

pokok dari penggunaan media ini ialah akrilik. Akrilik ini tidak mudah pecah.

Media ini pada dasarnya berbentuk papan namun di desain menyerupai

aquarium yang di kombinasikan dengan bentuk peta di permukaan atas. Media

Rare plant and animal world ini terdiri dari 2 lapisan, lapisan paling atas berisi

peta Indonesia. Peta tersebut di ambil hanya pada bagian permukaan wilayahnya.

Peta tersebut berasal dari gambar yang kemudian di print. Setelah itu peta tersebut

di tempelkan pada karton, sterofom yang sudah dibentuk sesuai dengan bentuk

peta tersebut, kemudian di beri lempengan logam dan ditutup dengan

menggunakan kain flanel yang berwarna warni, tujuannya supaya bentuk peta

terlihat lebih menarik. Hewan yang diguakan juga di tempel pada sterofom lalu

diberikan magnet serta gambar hewan yang sudah di laminating, supaya tahan

lama.

Gambar hewan dan tumbuhan tidak ditempelkan, malainkan di letakkan

berdiri, supaya terlihat lebih hidup. Adanya daya tarik dari magnet dan lempengan

25

logam bisa membuat gambar berdiri dengan sempurna. Lapisan ke 2 berbentuk

seperti aquarium, lengkap dengan selang gelembung udara dan lampu sehingga

air bisa terlihat dengan jelas, dan terlihat persis seperti laut lepas. Gelembung

udara berfungsi untuk memberikan kesan gemercik air atau ombak buatan dari

laut. Permukaan dari aquarium ini di tutup akrilik sehingga apabila di lihat dari

permukaan paling atas maka akan terlihat seperti laut di sekitar peta.

Bagian bawah dari media ini merupakan tempat alat-alat yang digunakan,

seperi mesin gelembung udara, dan stop kontak yang digunakan. Daya yang

digunakan untuk menghidupkan gelembung udara ialah batrai..

Prototype media Rare plant and Animal world, sebagai berikut :

Gambar 2.2 Prototype Media Rare plant and Animal world

Keterangan:

a. Lapisan dasar merupakan kaki aquarium yang berisi kabel, serta alat

gelembung udara.

26

b. lapisan ke 1 di desain seperti aquarium lengkap dengan selang gelembung

udara, yang akan memberi kesan seperti laut apabila dilihat dari

permukaan atas

c. lapisan 3 berisi peta dengan permukaan kaca akrilik, dan ditempelkan

permukaan tanah yang terbuat dari karton dan sterofom kemudian

diberikan potongan magnet dan ditutup lagi oleh kain flanel yang sudah

dibentuk sesuai dengan permukaan pulau.

d. Hewan dan tumbuhan di letakkan dengan posisi berdiri agar terlihat lebih

hidup. Hewan dan tumbuhan berbentuk gambar yang sudah dilaminating,

berikan magnet dan lapisi bagian bawah dengan karton dan streofom,

supaya hewan dan tumbuhan bisa berdiri sesuai dengan tempatnya

e. Pulau terbuat dari dari sterofom kemudian diberikan potongan seng atau

aluminium dan ditutup lagi oleh kain flanel yang sudah dibentuk sesuai

dengan permukaan pulau

f. Stop kontak atau Tombol on off

F. Hakikat Media

Media pembelajaran berasal dari dua istilah yaitu Kata “media” berasal

dari bahasa latin medium yang berarti perantara atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima (Fathurrohman, 2009:65). Media dalam arti sempit

dapat diartikan sebaai alat bantu yang digunakan oleh guru untuk memberikan

motivasi belajar bagi peserta didik, memperjelas suatu informasi atau pesan

pembelajaran, memberikan tekanan pada bagian-bagian yang penting, memberi

variasi pembelajaran, serta memperjelas struktur pembelajaran (Rusman,

2012:60).

27

Apabila dikaitan dengan pembelajaran, maka media diartikam sebagai

suatu alat komunikasi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk

menyampaikan informasi dari guru kepada peserta didik (Sutjipto, 2011:52).

Fungsi dari media pendidikan secara umum yaitu untuk membatasi berbagai

macam hambatan, antara lain hambatan komunikasi, sikap yang kurang aktif

siswa, keterbatasan ruang, sifat objek belajar yang tidak khusus sehingga siswa

tidak memungkinkan untuk memahami materi tanpa adanya media atau alat bantu,

dan sebagainya (Meylinda, 2015). Semakin konkrit media yang digunakan, maka

semakin kompleks siswa memperoleh pengalaman (Purnama, 2015).

Kualitas media yang dihasilkan dapat dilihat dari hasil analisis responden

pengguna media yaitu guru dan siswa (Meylinda, 2015). Keberhasilan suatu

media dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

(Meylinda, 2015). Media yang digunakan juga harus disesuaikan dengan

karakteristik siswa dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan (Purnama,

2015). Sehingga media yang dikatakan berhasil apabila respon dari siswa cukup

baik serta siswa bisa lebih mudah memahami materi yang disampaika malalui

media tersebut.

G. Media RARE PLANT and ANIMAL WORLD

Media Rare plant and animal world ini berbentuk seperi kubus yang

berukuran sedang. Media Rare plant and animal world adalah tempat dimana

terdapat sekelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan animalia

dan merupakan salah satu dari berbagai makahluk hidup di bumi (Sherly, 2012).

Media Rare plant and animal world atau yang biasa disebut dunia hewan

merupakan media yang dirancang khusus menyerupai dunia hewan yang

28

berukuran sedang yaitu 60 cm x 45cm sehingga memungkinkan untuk dibawa di

dalam kelas selama waktu pembelajaran. Media ini dibentuk seperti kubus yang

terdiri dari 2 lapisan, setiap lapisan tingginya sekitar 5cm, lapisan tengahnya

terbuat dari akrilik, supaya siswa bisa melihat apa yang ada pada permukaan

dasar.

Lapisan ke 1 merupakan lapisan permukaan yang berisi peta timbul. Peta

timbul tersebut terbuat dari sterofom kemudian dilapisi logam serta dilapisi lagi

dengan kain flanel yang berwarna warni. Miniatur hewan dan tumbuhan terbuat

dari dari gambar yang sudah dilaminating kemudian ditempelkan lagi pada kain

flanel, kain flanel tesebut dibawahnya terdapat magnet kecil dan ditempelkan lagi

pada sterofom supaya bisa berdiri dengan tegak. Sterofom digunakan supaya peta

terkesan timbul dan terlihat lebih hidup. Sedangkan logam berujuan supaya hewan

yang yang ditempelkan bisa menempel dengan adanya daya tarik dari logam dan

magnet.

Hewan, tumbuhan dan peta dilapisi oleh 2 lapisan, yang pertama dari

sterofom kemudian diberi magnet/logam dan dilapisi kain flanel supaya kuat dan

tahan lama. Lapisan ke 1 di desain seperti aquarium mini dengan bentuk

mendatar, tingginya 5cm, di dalam lapisan ini terdapat, air berwarna biru dan

selang gelembung udara. Gelembung udara berfungsi untuk memberikan kesan

gemercikan air, dan diibaratkan sebagai ombak buatan. Karena lapisan ke 1

terbuat dari akrilik sehingga lapisan ke 2 dapat terlihat dari atas.

Penampakan gelembung air yang berada di bawah peta menggambarkan

bentuk wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan di kelilingi

dengan laut. Air yang digunakan diberikan zat pewarna yaitu warna biru, supaya

29

lebih terkesan seperti air laut. Lapisan paling dasar yang tingginya sama yaitu

5cm, di lapisan ini hanya berisi kabel, serta mesin gelembung udara. Gelembung

udara yang digunakan sudah dilengkapi dengan tombol on off yang berada di

samping bagian luar sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

Menggunakan media Rare plant and animal world ini diharapkan siswa

bisa mengetahui langsung hewan-hewan apa saja yang ada dihutan tidak hanya

dengan cara membayangkannya saja. Materi yang ada di dalam media Rare plant

and animal world ini menggunakan pendekatan kontekstuan (Contextual

Teaching and Learning) yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa (Majid, Abdul 2014).

1. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Media RARE PLANT and ANIMAL

WORLD

Tujuan penggunaan media yaitu untuk medorong minat siswa untuk

belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Munadi, 2013: 47). Media Rare

plant and animal world ini diterapkan di kelas 3 dengan tujuan supaya bisa

membantu guru dalam proses menyampaian. Media ini bermanfaat untuk

meningkatkan pemahaman siswa dalam pemebalajaran tematik, khususnya pada

tema perkembangan hewan dan tumbuhan dan sub tema pelestarian hewan dan

tumbuhan.

Adanya media Rare plant and animal world, dapat membuat siswa tidak

hanya membayangkan hewan dan tumbuhan apa saja yang diktegorikan langka

dan tinggal di daerah mana, namun dengan menggunakan media ini, siswa bisa

mengetahui langsung tentang hewan dan tanaman langkan tersebut, dengan

mengetahui daerah mana saja yang terdapat hewan langka, siswa juga bisa

30

mengetahui kultur budaya dari daerah tersebut, khususnya tarian tradisional dari

berbagai daerah. Sehingga dalam proses penerapan pembelajaran yang

menerapkan media Rare plant and animal world akan membuat siswa merasa

senang, dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Prosedur Media RARE PLANT and ANIMAL WORLD

Sebelum media Rare plant and animal world dibuat, berbagai macam

prosedur sudah dilakukan, sehingga peneliti sudah melewati beberapa prosedur

sebelum memulai kegiatan penelitian, antara lain:

a) Tema, sub tema dan materi yang akan dipilih

b) Alat dan bahan dari media yang akan digunakan

c) Menentukan subyek penelitian

Media pembelajaran dapat meningkatkan imajinasi siswa (Munadi,

2013:46). Media pembelajaran yang didesain dengan penuh kreativitas dapat

menarik minat siswa dalam mencari tahu tentang materi apa saja yang terkadung

dalam media tersebut. Karena media merupakan salah satu sumber belajar yang

paling disukai oleh siswa.

H. Penerapan Media Rare plant and animal worlddi SDN Sumbersari 1

Malang

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas haruslah bermakna

bagi siswa. Oleh karena itu, dalam proses pebelajaran di kelas, baik itu

pembelajaran tematik maupun tidak, hendaknya membutuhkan beberapa aspek

pendukung. Diantaranya adalah metode, model, sumber belajar seperti buku dan

yang terpenting adalah media pembelajaran. Salah satu media yang dapat

dilakukan di pembelajaran tematik yaitu media Rare plant and animal world

31

Peneliti memilih SDN Sumbersari I Malang karena merupakan tempat

magang dari mulai magang 1 sampai 3. Sehingga peneliti sudah cukup mengerti

tentang kesulitan, kelebihan, kekurangan, serta kendala yang sering dialami siswa

dalam proses pembelajarannya. SDN Sumbersari I Malang merupakan sekolah

inklusi yang kualitasnya cukup baik, selain itu juga karena lokasinya tidak terlalu

jauh dengan kampus, sehingga pada saat penelitian tidak terlalu membuang waktu

lama dalam menempuh perjalanan.

Media Rare plant and animal world digunakan pada siswa kelas 3

Sekolah Dasar. Media ini di terapkan pada pembelajaran tematik kelas 3 tema

“Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan” dan subtema “Perkembangbiakan

hewan dan tumbuhan langka”. Menggunakan media Rare plant and animal world

yang bertemakan “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan” dan subtema

“Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan langka”, siswa dapat belajar tentang

hewan dan tumbuhan apa saja yang dikatagorikan langka di Indonesia, serta di

daerah mana hewan tersebut hidup, selain itu siswa juga bisa belajar tari

tradisional dari daerah-daerah tersebut.

Media pembelajaran ini digunakan dengan cara pembagian kelompok kecil

yaitu tiap kelompok berisi 4-5 siswa. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah

penggunaan media Rare plant and animal world dalam pembelajaran tematik

kelas 3 tema “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan” dan subtema

“Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan langka” :

a. Guru memerikan pemahaman materi tentang “Perkembangbiakan hewan dan

tumbuhan” dan subtema “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan langka”

b. Siswa memperhatikan penjelasan gurunya.

32

c. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentangmateri yang belum dimengerti

d. Guru menyiapkan media Rare plant and animal world dan mejelaskan cara

penggunaanya.

e. Siswa membentuk kelompok dengan jumlah siswa 4-5 siswa dalam setiap

kelompok.

f. Guru membimbing siswa dengan langkah-langkah penggunaan media Rare

plant and animal world¸yaitu:

1) Siswa membaca buku LKSnya tentang “Perkembangbiakan hewan dan

tumbuhan” dan subtema “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan

langka”.

2) Salah satu siswa dari perwakilan masing-masing kelompok maju

kedepan untuk meletakkan 1 hewan sesuai dengan tempat hidupnya.

3) Siswa yang sudah selesai kemudian memperitahukan kepada anggota

kelompoknya hewan apa yang sudah ia letakkan.

4) Anggota dari kelompok tersebut kemudian mempraktekkan gerakan dari

hewan tersebut.

5) Siswa kemudian kembali ke kelompok masing-masing.

6) Guru menyebutkan hewan apa saja yang sudah ditempelkan oleh

masing-masing perwakilan kelompok.

7) Siswa menghitung jumlah hewan langka yang sudah di tempelkan

g. siswa dan guru sama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran.

I. Kelebihan Media RARE PLANT and ANIMAL WORLD

Media Rare plant and animal world dapat digunakan sebagai alternaif

dalam pembelajran di kelas 3 tema “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan”

33

dan subtema “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan langka”. Menggunakan

media ini, siswa tidak hanya mengetahui hewan dan tumbuhan apa saja langka di

Indonesia dan yang perlu dilestarkan, namun juga siswa bisa mengetahui dari

mana hewan dan tumbuhan tersebut berasal dan siswa bisa melihat miniatur peta

indonesia berserta lautnya. Kelebihan penggunaan media Rare plant and animal

world adalah sebagai berikut:

a. Memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Siswa menjadi tertarik dan aktif serta kreatif dalam belajar.

c. Siswa menjadi tidak bosa dikelas saat belajar, dengan adanya media yang

bersifat baru.

d. Siswa menjadi lebih senang dalam belajar

e. Siswa lebih mudah memperoleh pemahaman dan gambaran tentang konsep

yang diajarkan melalui media Rare plant and animal world.

f. Media Rare plant and animal world dapat menyeimbangkan kemampuan

kognitif, afektif serta psikomotor siswa.

g. Menciptakan inovasi baru dalam mengembangkan media pembelajaran

khususnya pada pembelajaran tematik.

h. Guru lebih mudah dalam mejelaskan materi

Secara khusus kelebihan dari media Rare plant and animal world ini ialah

kuat, tahan lama, dapat digunakan terus menerus, apabila daya dari batrai habis

maka bisa di ganti. Gambar dari peta tidak mudah rusak karena sudah dilapisi

dengan karton, kain flanel serta sterofom jadi sangat kuat. Bahan utama yang

terbuat dari akrilik sehingga tidak berbahaya, tidak mudah pecah. Dapat menarik

perhatian siswa karena merupakan media yang jarang dijumpai karena banyak

34

inovasi yang digunakan dalam pembuatannya. Media ini bisa dikatakan praktis

karena lapisan paling atasnya bisa diangkat atau bisa di lepas, sehingga guru bisa

menambahkan air apabila media ini sudah dibawa ke dalam kelas.

J. Kelemahan Media RARE PLANT and ANIMAL WORLD

Semua alat maupun yang dibuat oleh manusia memang tidak ada yang

sempurna dan selalu memiliki kekurangan, begitupun dengan media Rare plant

and animal world. Media Rare plant and animal world sedikit lebih berat dari

media-media yang biasa digunakan di sekolah. Ukurannya yang panjang serta

lebar mungkin tidak bisa dibawa oleh satu orang, setidaknya dua orang.

Penggunaan media Rare plant and animal world hanya bisa bertahan

beberapa jam, karena alat gelembung udaranya menggunakan daya dari baterai,

sehingga apabila daya dari baterainya habis maka harus diganti. Media Rare plant

and animal world hanya terbatas pada materi “Perkembangbiakan hewan dan

tumbuhan” dan subtema “Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan langka” saja.

K. Kelas III (Tiga) Sekolah Dasar

Menurut Piaget (Majid, Abdul 2014: 8) kematangan bio-psikologis pada

anak memiliki tingkatan. Tingkat perkembangan intelektual memiliki ciri-ciri

tersendiri, antara lain:

a. Tahap Pra Oprasional (2-7 tahun), terdapat tahap-tahap di dalamnya yaitu,

Tahap berpikir pra konseptual (2-4 tahun) ditandai dengan sifat anak yang

sudah mulai beradaptasi dengan simbol, tingkah laku berbahasa aktifitas

imitasi dan permainan. Tahap berpikir intuitif (4-7 tahun). Perkembangan

berpikir siswa pada tahap ini sudah mulai mantap , tetapi masih belum bisa

berpikir deduktif dan induktif (Muhidin, 1995: 67).

35

b. Perkembangan inteketual anak usia sekolah yaitu umur (7-11 tahun) disebut

tahap Oprasional Konkret, dapat dilihat dari kemampuan berpikir yang sudah

lebih rasional dan bersifat konkret serta mendalam. Kemampuan berpikir

anak pada usia ini sudah mantap, serta kemampuan skema asimilasinya

sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antara

skema yang lain (Muhidin, 1995: 67).

Anak usia sekolah dasar berkisar antara (6-12 tahun), dalam usia tersebut

anak sudah dapat mereaksi ragsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas

belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti,

membaca, menulis, dan berhitung (Yusuf, Syamsu 2011:178). Sedangkan

perkembangan sosial pada anak usia dini ialah, anak sudah mulai memiliki

kesanggupan untuk menyesuaikan diri sendiri kepada sikap berkerja sama dan

memperhatikan kepentingan orang lain. Perkembangan emosi anak sudah mulai

menyadari bahwa pengungkapan emosi yang dinilai kasar tidak diterima di

masyarakat (Yusuf, Syamsu 2011:183).

Siswa kelas III berada pada tahap oprasional konkret, dimana siswa pada

tahap ini sudah dapat membentuk sikap yang memungkin anak tersebut bisa ikut

berpartisipasi dalam kelompok, baik itu dalam keluarga, teman sebaya, teman

sekolah, teman bermain, serta masyarakat luas (Mumpuni C, Olivia 2017). Usia

anak‐anak (7 – 12 tahun) memiliki struktur perkembangan kognitif yang berbeda

dengan usia sebelumnya (Frengky, 2015:56). Apabila ditinjau dari sudut pandang

psikologis, siswa kelas III belum mampu berfikir abstrak untuk memenuhi konten

pelajaran yang terpisah-pisah, kecuali siswa kelas VI, V dan VI yang sudah mulai

mampu berfikir abstrak (Majid 2014:50).

36

L. Kajian Penelitian yang Relevan

Penggunaan media papan dunia hewan berbentuk seperti papan magnet

pernah dikembangakan oleh Sakinah bob, dengan judul Pengembangan Media

PANDUAN (Papan Dunia Hewan) Pada Pembelajaran Tematik Tema Benda

Hewan dan Tanaman di Sekitar Untuk Kelas I Sekolah Dasar (oleh Sakinah

Bobsaid S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Muhammadiyah Malang Tahun 2010), dengan hasil penelitian dapat

meningkatkan hasi belajar siswa dengan mengembangkan media papan dunia

hewan untuk kelas I SD tersebut.

Selain itu, pengembangan media yang serupa juga pernah dilakukan oleh

Vina Meykasari dengan judul Pengembangan Media PAKAPIN (Papan Kantong

Pintar) Kelas I SD Dalam Pembelajaran Tematik (oleh Vina Meykasari S1

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah

Malang Tahun 2010), dengan hasil penelitian yang sama yaitu dapat

meningkatkan hasi belajar siswa dengan mengembangkan media papan dunia

hewan untuk kelas I SD tersebut.

37

M. Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan media Rare plant and animal world pada pembelajaran

tematik kelas 3 SDN Sumbersari I Malang akan ditunjukan pada kerangka pikir

sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Media dibutuhkan untuk

menyampaikan materi

Hanya menggunakan media

yang biasa

Keterbatasan media perlu diakomodir dengan

pengembangan produk media

Model Pengembangan ADDIE

a. Analisis (Analyze) Untuk mengetahui kondisi dilapangan bahwa

perlu atau tidaknya penggunaan media

b. Perencangan (Design) Membuat rancangan awaltentang media terkait

tentang siswa, materi danbentu media

c. Pengembangan (Development) Membuat prototype produk media yang akan

dikembangkan

d. Implementasi (Implementation) Hasil pengembangan diterapkan dalam

pembelajaran dikelas

e. Evaluasi (Evaluation) Tahap penilaian keberhasilan media terhadap

pengaruh hasil belajar siswa

Produk akhir Media Rare Plant and Animal World