IV.3.2. Analisa Tata Ruang Dalam -...
Transcript of IV.3.2. Analisa Tata Ruang Dalam -...
82
IV.3.2. Analisa Tata Ruang Dalam
Terdapat 2 jenis sirkulasi di dalam bangunan, yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi
vertikal
A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan
Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa :
1. Sirkulasi Penghuni, diutamakan dalam pencapaian penghuni dari pintu
gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni
a. Memperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan
b. Sirkulasi yang statis agar penghuni dapat langsung menuju ke kamar
tidurnya
c. Memperhatikan besaran koridor sehingga membuat penghuni nyaman
untuk bergerak
2. Sirkulasi Pengunjung
a. Memperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan
b. Sirkulasi antar ruang yang jelas, sehingga pengunjung tau bagaimana
mencarai kamar yang dituju.
3. Sirkulasi Pengelola
a. Dibuat untuk tidak mengganggu sirkulasi penghuni ketika melakukan
kegiatan sesuai pekerjaannya
b. Memudahkan pengawasan terhadap setiap ruangan terhadap kedua jenis
penghuni.
83
Analisa Sirkulasi Horizontal
Sistem Sirkulasi Kriteria
Sistem linear 1. fleksibel dapat bereaksi dengan bermacam keadan
2. Menunjukkan suatu arah
3. menggambarkan gerak
4.. menghubungkan ruang secara kontinu
Sistem Radial 1. Memiliki titik awal dan akhir pertemuan
2. Merupakan sirkulasi linear yang berkembang dari pusat
3. bersifat ekstrovert dan menuju banyak arah
Sistem Network 1. memperkuat kesan sudut
2. merupakan jalan pintas untuk mempermudah pencapaian
Sistem spiral
1. Bersifat menerus dan tidak berhenti
2. mempunyai titik pusat
3. mempunyai tujuan yang keluar
Sistem grid
1. membutuhkan tingkat pelayanan yang tinggi
Sistem loop (komposisi) gabungan 1. awal dan akhir pergerakan berada di satu titik
2. bersifat menerus
membentuk ruang pusat berbentuk lingkaran
Tabel 4.3.2 Analisa Sirkulasi Horizontal
84
Berdasarkan analisa di atas, pola sirkulasi yang akan dipakai dalam
perancangan asrama ini ini adalah pola radial, karena memang sesuai untuk fungsi
sebuah bangunan asrama dimana di dalamnya terdapat kamar – kamar penghuni
yang semuanya terbagi dengan baik sehingga tercipta sirkulasi yang baik.
Analisa Sirkulasi Vertikal
Terdapat 2 tipe sirkulasi didalam bangunan, yaitu dengan menggunakan Lift dan
Tangga. Kedua sirkulasi tersebut akan digunakan dalam perancangan asrama
mahasiswa ini, berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :
A. Lift
‐ Perkiraan jumlah lantai adalah 6 – 8 lantai
‐ Diperlukan untuk sirkulasi servis yaitu membawa alat – alat kebersihan,
laundry, dan lain lain
‐ Sebagai sirkulasi untuk orang – orang cacat dan memudahkan pencapaian
menuju lantai kamar yang ingin dicapai secara cepat
Lift merupakan sebuah mesin yang bekerja secara vertikal dan bertujuan
sebagai alat penghubung antar lantai dalam sebuah bangunan. Lift biasa
digunakan pada bangunan diatas 5 lantai karena lebih efektif dan efisien
dalam waktu tempuh apabila dibandingkan dengan sirkulasi lain seperti
tangga dan eskalator. Umumnya lift dibedakan menjadi 2 jenis yaitu lift
penumpang dan lift barang. Rencananya lift akan dinyalakan semua pada
85
jam sibuk. Dan hanya satu buah lift per bangunan agar dapat
mengefisiensikan penggunaan energi listrik.
B. Tangga
‐ Sebagai sirkulasi antar lantai, tidak perlu menunggu lift
‐ Sebagai sirkulasi pendukung ketika lift tidak bekerja
‐ Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat)
C. Analisa Sirkulasi Darurat
Pendekatan bagi sistem tangga kebakaran pada dasarnya sama, yaitu memberi
kemudahan bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari
bangunan yang terkena musibah.
Berikut ini adalah persyaratan tangga kebakaran, khususnya yang terkait
dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan
tangga, dan lebar serta ketinggian anak tangga:
Gambar 4.3.2 .1 Persyaratan Tangga Kebakaran
86
Analisa Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Asrama Mahasiswa
Binus University ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem pencahayaan alami
dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem pencahayaan alami
dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem pencahayaan siang hari
dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan perolehan cahaya
matahari atau dengan menggunakan pencahayaan artificial.
1. Sistem pencahayaan alami
Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari
yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan
sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena
mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan
buatan adalah:
- Arah edar matahari
- Arah dan besaran bukaan
- Panjang dan jenis overstek
- Keadaan Awan
Kita dapat memanfaatkan cahaya alami dengan menggunakan 2
metode yaitu Pasif dan Aktif. Cara Pasif yaitu dengan mendesain
bentuk bangunan dan elemen ruangnya agar matahari yang masuk
87
tidak terasa merugikan contohnya dengan mengatur bukaan dan lebar
overstek
. Sedangkan aktif yaitu memanfaatkan sinar matahari yang dating
dengan mengubahnya menjadi energi listrik menggunakan
photovoltaic
Aplikasi Penggunaan Cara Pasif
Sistem Light Shelf
Gambar 4.3.2.2 Penerapan Sistem Pasif dengan light shelf
.
Gambar 4.3.2.3 Variasi Light Shelf
88
Reflektor
Gambar 4.3.2.3 Penerapan Penggunaan Reflektor
2. Sistem pencahayaan buatan
Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang
memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan
lampu dapat menggunakan energi listrik PLN ,dari genset, dan juga
dari proses konversi energi matahari ke energi listrik dengan
menggunakan photo voltaic. Penggunaan lampu dalam gedung
Asrama Mahasiswa ini memilih menggunakan lampu yang hemat
energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energy-
saving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang
menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan
manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus
diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah:
- Jenis lampu
- Jumlah lampu
89
- Jumlah titik lampu
- Life Cycle Lampu (berapa lama lampu tersebut dapat bertahan)
- Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya
IV.3.3. Hubungan Skematik
Hubungan Skematik Program Ruang Secara Umum
MAIN ENTRANCE SIDE ENTRANCE
HALL
KANTOR PENGELOLA
ASRAMA PRIA
ASRAMA WANITA
UNIT SERVICE & PENUNJANG
SIDE ENTRANCE
90
IV.3.4. Zoning dalam bangunan
Zoning terbagi berdasarkan pengelompokan kegiatan di dalam gedung diantaranya :
Private : Terdiri dari ruang yang bersifat privat seperti kamar tidur, kamar mandi.
Semi Private :terdiri dari ruang – ruang bersama namun bersifat lebih tertutup seperti
ruang TV, R.diskusi, dan ruang penunjang lainnya
Publik : Terdiri dari ruang – ruang yang bersifat publik dan terbuka seperti, hall,
ruang tamu, fasilitas olah raga, dan lainnya
Service : terdiri dari ruang – ruang yang bersifat melayani seperti pantry,
R.Administrasi, koperasi, dan lainnya.
Zoning Horizontal
PRIVATE
PRIVATE PUBLIC
SEMI PUBLIC
91
Zoning Vertikal
IV.3.5 Struktur Bangunan
a. Struktur Bawah
Beberapa pertimbangan usulan pondasi untuk bangunan ini adalah
Alternatif
Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan
1. Pondasi dangkal :
1. Pondasi Lajur
2. Pondasi Setempat
- Mudah dipasang
- Tidak membutuhkan peralatan tertentu
- Tidak menimbulkan getaran
- hanya untuk bangunan maksimal 4 lantai
PRIVATE PRIVATE SEMI PUBLI
PUBLI SERVIC
SERVIC
92
2. Pondasi tiang pancang
- Pekerjaannya cepat
- Mampu menahan beban gaya vertikal
- Banyak terjadi sambungan, sehingga berbahaya bila tidak dikerjakan secara teliti
- Bunyi pekerjaan yang bising
- Menimbulkan getaran
Pondasi bored pile - tidak menimbulkan getaran
- diameternya lebih besar sehingga daya dukungnya jauh lebih besar
- cocok untuk segala jenis tanah
- pekerjaannya lama
- biaya lebih besar
- perlu memperhatikan ketinggian air tanah karena berbahaya dalam pengecoran
Pondasi rakit - Memiliki kelebihan dalam menahan gempa
- ruang pada pondasi bisa dibuat sebagai basement
- pelaksanaan tidak bising
- boros dalam pemakaian material
- pelaksanaan sulit
- biaya jauh lebih mahal
Dari perbandingan diatas, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang
pancang, karena kemampuannya menahan gaya vertikal.
b. Struktur Atas
Bangunan asrama mahasiswa Binus University ini merupakan bangunan
majemuk dengan bentuk dinamis dan dalam kategorinya termasuk bangunan
tingkat menengah. Oleh karena itu sistem struktur yang mungkin akan dipakai
93
adalah rangka baja dan diisi dengan rangka kolom dan balok sebagai pemikul
beban plat lantai. Dibeberapa bagian akan dikombinasikan dengan sistem
’frame’ tanga kan disambungkan ke plat atau balok yang kemudian ditutup
dengan kaca, panel surya, dan cladding.
IV.3.6. Material
a. Material Struktur kulit bangunan adalah gabungan antara dinding bata dengan
kaca pintar sehingga dapat mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam
bangunan.
b. Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom dengan plat yang
menggunakan beton bertulang.
IV.3.7. Sistem Utilitas
Sistem utilitas yang dibahas menyangkut masalah penyediaan air bersih dan
air minum, listrik, ataupun gas pada lingkungan bangunan, pembuangan limbah ke
luar bangunan, pendaur-ulangan limbah cair, penangkal petir serta system
penanggulangan kebakaran. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah
kemudahan pemasangan dan pemeliharaan utilitas tersebut.
Penempatan inti bangunan akan berdampak pada penempatan jalur distribusi
jaringan utilitas baik vertical maupun horizontal. Beberapa contoh alternatif jalur
sirkulasi utilitas bangunan :
94
Gambar 4.3.7.1 Sirkulasi Utilitas
1. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang ditampung pada
reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke
ruang-ruang yang membutuhkan.
Gambar 4.3.7.2 Skema Penyediaan Air Bersih
2. Sistem Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor menyangkut air kotor pada dan air kotor cair. Air kotor yang
terbuang akan masuk ke pengolahan limbah dan akan di’recycle’ sehingga dapat
dipakai kembali. Hal ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi penggunaan air
95
dalam bangunan. Air kotor dari air hujan sebisa mungkin juga ditampung agar bisa
dimanfaatkan ke dalam bangunan.
Gambar 4.3.7.2 Skema Pembuangan Air Kotor
3. Sistem instalasi listrik
Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu / ruang trafo
untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi ke panel-panel cabang
dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat aliran listrik utama dari PLN
terputus, maka listrik yang digunakan adalah aliran listrik dari genset. Ruang genset,
dan ruang-ruang panel listrik diletakan berkelompok dalam kelompok ruang
Mechanical dan Engineering (ME) yang diletakan dilantai basement agar
kehadirannya tidak mengganggu kenyamanan ruang –ruang utama.
96
Gambar 4.3.7.3 Skema Sistem Instalasi Listrik
Sistem Instalasi menggunakan Solar Panel :
Gambar 4.3.7.4 Skema Sistem Instalasi Solar Panel
Perhitungan Solar Panel :
Untuk Supply Lampu :
Total Energi : 400 Lampu x 10 Watt X 8 jam = 32000 Watt
Beban Harian : Total Energi / tegangan sistem
32000 / 12v = 2666 Ah
97
Kapasitas Baterai : (Ah)(days of autonomy)/(max.depth of discharge)
2666 x 5 / 0.5 = 26660 Ah
Kapasitas Aktual : kapasitas baterai / efisiensi
26660 / 0.8 = 33325 Ah
Jumlah Baterai : kapasitas aktual / kapasitas 1 baterai
33325 / 80 = 416,6 baterai ~ 417 baterai
Kapasitas efektif Baterai = 417 x 80 = 33360 Ah
Depth of Discharge = beban harian / kapasitas efektif
2666 / 240 = 11,1 %
Karena DOD dibawah 50 % maka dapat digunakan :
Output sel surya = beban harian/kapasitas efektif
2666/0.8 = 33325 Ah
Rata-rata output modul panel surya :
0.95 x 2.92 x 5.5 = 15.3 Ah
Banyak Panel yang dibutuhkan = output / rata-rata output
33325 / 15.3 = 2178 Panel
Luas Panel yang dibutuhkan = Modul panel x Banyak panel
10cm x10cm x 2178 = 217800 cm2 ~ 21.78 m2
4. Sistem pengolahan limbah
Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan dan setelah
itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air hujan diharuskan oleh
Peraturan Pemda untuk disalurkan ke sumur resapan, sehingga pada bangunan juga
98
disediakan sumur resapan. Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi,
wastafel) disalurkan ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan
digunakan untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman.
5. Sistem penangkal petir
Penangkal petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda logam
yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Tiang-tiang dari
logam dan logam lainnya dapat dimanfaatkan sebagai penangkal petir. Penangkal
petir biasanya terdiri dari tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air
termination). Filial adalah penangkap petir batang pendek yang biasa dipasang pada
bangunan atap datar yang menggunakan instalasi penangkal petir sistem kurungan
Faraday.
99
Gambar 4.3.7.5 Sistem Penangkal Petir
Ada dua jenis penangkal petir yang umum digunakan yaitu:
- Penangkal Petir Sistem Thomas
Sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas,
dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.
- Penangkal Petir Sistem Prevectron
Mirip dengan Sistem Thomas, dengan areal perlindungan yang berbentuk
paraboloid.
Dari analisa sistem penangkal petir di atas, yang akan diterapkan pada perancangan
Asrama Mahasiswa ini adalah Sistem Thomas, karena sistem ini memiliki
jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas.
b. Sistem penanggulangan kebakaran
Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi
meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung asrama mahasiswa Binus
University. Dalam hal penaggulangan musibah kebakaran, hal-hal yang
diperhatikan dalam perencanaan asrama mahasiswa Binus University adalah sistem
konstruksi tahan api, sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat,
sistem springkler, dan sistem hidran.
- Sistem konstruksi tahan api
100
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai dan atap
untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dengan demikian,
setiap komponen bangunan, dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap
bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam
keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi penghuni
dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam.
- Sistem deteksi
Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector, flame
detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini mendeteksi ada asap, panas,
ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system dan
mengaktifkan springkler terdekat dengan titik deteksi.
Gambar 4.3.7.6 Jenis jenis Detektor
- Sistem panggil manual
Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi konvensional
(telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem komunikasi cadangan yang
tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil manual ini terletak dekat
dengan tangga-tangga kebakaran.
101
Gambar 4.3.7.7 Sistem Panggil Manual
- Sistem lampu darurat
Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus. Lampu
darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi teraman. Biasanya
lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan dasar fosfor yang mempu menyala
tanpa aliran listrik dalam jangka waktu tertentu.
- Sistem springkler
Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor asap, panas atau
api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masing-masing springkler adalah 25 m2.
102
Gambar 4.3.7.8 Sprinkler
- Sistem Hidran
Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran. Hidran
akan mengalirkan air yang berasal dari menara air / water torrent atau dari sistem
hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam
berbentuk kotak merah sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya.
Air yang digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari menara
air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya menggunakan air yang berasal
dari sistem hidran kota.
Gambar 4.3.7.9 Hidran Dalam
103
Gambar 4.3.7.10 Hidran Luar
5. Analisa Sistem Penghawaan
Terbagi menjadi dua macam sistem penghawaan yaitu alami dan buatan.
Fungsi dari tata udara sendiri adalah untuk mempertahankan suhu dan kelembapan
dalam ruangan dan kemudian terciptanya kenyamanan di dalam bangunan.
Penghawaan atau tata udara alami mengharuskan bangunan banyak
memberikan bukaan sehingga udara dapat mengalir dengan baik, dengan
konsekuensi ruang dalam bangunan cepat kotor akibat debu yang ikut masuk.
Sedangkan penghawaan atau tata udara buatan adalah mempertahankan suhu dan
kelembapan di dalam ruangan dengan cara menyerap panas yang ada di dalam
ruangan tersebut menggantinya dengan udara dengan suhu yang memberikan
kenyamanan.
104
Dua macam sistem penghawaan, yaitu:
No Jenis Penghawaan Keterangan
1 Penghawaan Alami
Pemanfaatan udara alami yang ada di luar. Dengan memberikan bukaan yang cukup sehingga udara luar bisa masuk, maka udara di dalam yang kotor bisa tergantikan secara terus menerus. Dengan sistem void, udara mengalir dari tiap-tiap ruang menuju ke satu sirkulasi utama yang berada di void utama.
2 Penghawaan buatan
bangunan ini tidak bisa sepenuhnya bergantung pada udara alami. Diperlukan penghawaan buatan untuk tetap menjaga tempratur udara di dalam bangunan sehingga tercipta kenyaman bagi pengunjung dan keamanan bagi koleksi karena dengan penghawaan udara yang tepat maka keawetan koleksi akan terjaga dengan baik.
Tabel 4.3.7.1 Skema pertukaran udara
Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa tetap diperlukan ventilasi alami
untuk memasukkan udara segar agar proses penghawaan buatan dapat berjalan
dengan baik.
105
Penghawaan buatan sendiri terdiri dari berbagai jenis, di Indonesia yang
beriklim tropis menggunakan mesin pendingin atau yang biasa disebut Air
conditioner (AC). Saat ini terdapat 3 jenis AC yang umum digunakan di dalam
bangunan, yaitu:
No Jenis AC Keterangan
1 AC Split
Untuk jenis AC Split dengan kapasitas yang besar, unit dalam ruang dapat terdiri lebih dari satu unit (multi split) sedang unit ruang luarnya tetap satu. Unit dalam ruang mempunyai berbagai alternatif pemasangan: di dinding, langit-langit, dan lantai, ada pula yang dipasang pada langit-langit di tengah ruangan.
2 Package Unit
Berbeda dengan AC Split, package unit hanya bisa di letakkan di salah satu sisi atau sudut ruangan yang terkadang dihubungkan dengan saluran udara (duckting). Sistem ini juga terkadang mempunyai dua unit terpisah (seperti model AC Split). Unit luar terdiri dari kondensor, kompresor, dan kipas udara. Sedangkan unit dalam terdiri dari kumparan pendingin (Evaporator), saringan udara, filter dan panel kontrol.
3 AC Central Berbeda dengan kedua sistem di atas yang merupakan sistem tata udara langsung, dalam sistem ini refrigeran yang digunakan bukan freon tetapi air es (chiller) dengan suhu sekitar 5oC. Air es dihasilkan dalam chiller. Sistem ini dikenal sebagai
106
sistem tata udara terpusat (Central Air Conditioner System). Sistem ini biasa digunakan pada bangunan umum seperti kantor dan pusat perbelanjaan. Terdiri dari satu mesin utama yang kemudian disalurkan ke setiap ruangan melalui saluran udara (duckting) dengan tingkat suhu udara yang diatur dari pusat.
Tabel 4.3.7.2 Jenis Penghawaan Buatan
Dan sistem penghawaan yang akan digunakan yaitu gabungan dari kedua sistem
yaitu menggunakan penghawaan alami dan menggunakan AC split yang telah diatur
timer nya. Apabila dengan penghawaan alami dapat tercipta sebuah ruang yang
sejuk maka penghuni diharapkan dapat mengurangi penggunaan AC.
Penggunaan AC dalam perancangan asrama ini hanya sebatas Kamar Tamu
dan Area Pengelola saja.