BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf ·...

31
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Guru a. Profesi guru Kata profesi idientik dengan kata keahlian. Jarvis via Yamin (2007: 3) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert). Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas. Sardiman (2009: 133) berpendapat secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat. Pengertian profesi menurut Sardiman ini dikuatkan dengan pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI (2005: 897), kata profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Dari beberapa pengertian mengenai istilah profesi menurut Javis, Sardiman, dan KBBI, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus untuk melakukannya. Karena dua kata kunci dalam istilah profesi adalah pekerjaan dan keterampilan khusus, maka guru merupakan suatu profesi. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Uno. Menurut Uno (2008: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Guru

a. Profesi guru

Kata profesi idientik dengan kata keahlian. Jarvis via Yamin (2007: 3)

mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli

(expert). Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni

pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan

intelektualitas.

Sardiman (2009: 133) berpendapat secara umum profesi diartikan sebagai

suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science dan teknologi

yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam

kegiatan yang bermanfaat. Pengertian profesi menurut Sardiman ini dikuatkan

dengan pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut KBBI (2005: 897), kata profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.

Dari beberapa pengertian mengenai istilah profesi menurut Javis,

Sardiman, dan KBBI, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan

yang memerlukan keterampilan khusus untuk melakukannya. Karena dua kata

kunci dalam istilah profesi adalah pekerjaan dan keterampilan khusus, maka guru

merupakan suatu profesi. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Uno. Menurut Uno

(2008: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang kependidikan.

b. Pengertian guru

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.

Lalu, siapakah guru? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:

377), yang dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian guru menurut KBBI di atas,

masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok guru yang

sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru

diperlukan definisi-definisi lain.

Suparlan dalam bukunya yang berjudul ―Menjadi Guru Efektif‖,

mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut Suparlan

(2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan

emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008:

13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang

memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta

untuk mengajar.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

Selain pengertian guru menurut Suparlan, Imran juga menambahkan

rincian pengertian guru dalam desertasinya. Menurut Imran (2010: 23), guru

adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas

utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan menengah.

Pengertian-pengertian mengenai guru di atas sangat mungkin untuk dapat

dirangkum. Jadi, guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan

(SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan

mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan

bangsa dalam semua aspek.

c. Peran guru

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta

didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses

perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki

peserta didik. Tanpa adanya seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat

mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran

manusia sebagai makhluk sosial yang selalu memerlukan bantuan orang lain

untuk mencukupi semua kebutuhannya.

Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran

guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam pembelajaran

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat,

pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong

kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa

cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.

2. Kualifikasi guru

a. Pengertian kualifikasi guru

Menurut Suparlan (2008: 146), guru merupakan salah satu unsur masukan

instrumental yang amat menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

baik, guru harus memiliki standar kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan

yang memadai.

Lalu apa yang dimaksud dengan kualifikasi? Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2005: 603), yang dimaksud dengan kualifikasi adalah (1)

pedidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian; (2) keahlian yang

diperlukan untuk melakukan sesuatu (menduduki jabatan, dsb); (3) tingkatan; (4)

pembatasan atau penyisihan (di olah raga).

Berdasarkan pengertian guru dan kualifikasi yang telah dijabarkan

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan mengenai kualifikasi guru. Kualifikasi

guru adalah keahlian yang diperlukan seseorang untuk menjalankan profesi guru.

Namun, kualifikasi guru ini perlu diperjelas lagi untuk dapat dikaitkan dengan

pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia SMA. Untuk itu, perlu

dijabarkan lebih dalam lagi mengenai kualifikasi guru ini.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

b. Kualifikasi guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMA

Menurut Suparlan (2008: 27), berdasarkan tanggung jawab yang

diembannya, guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) guru

kelas; (2) guru mata pelajaran; (3) guru bimbingan konseling; (4) guru

pustakawan, dan; (5) guru ekstrakulikuler. Dari kelima jenis guru tersebut, guru

yang mengajar di SMA/MA merupakan guru mata pelajaran. Yang dimaksud

dengan guru mata pelajaran adalah jika guru hanya memiliki tugas untuk

mengajarkan satu mata pelajaran saja.

Hal tersebut dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian kesatu, pasal 30, butir

kelima. Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi bahwa pendidik pada SMP/MTS

atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat

terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang

penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan yang sesuai

dengan keperluan.

Kualifikasi guru untuk jenjang pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain

sederajat tercantum dalam Peraturan Pemerintah yang sama dengan di atas, pasal

29, butir keempat. Peraturan Pemerintah itu berbunyi pendidik pada SMA/MA,

atau bentuk lain yang sederajat memiliki: (1) kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); (2) latar belakang pendidikan

tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan; (3) sertifikasi profesi guru untuk SMA/MA.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

Pemerintah memang belum mengatur kualifikasi khusus untuk profesi

guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun, menurut kualifikasi secara umum

tersebut, jelas bahwa guru mata pelajaran bahasa Indonesia harus mempunyai

latar belakang pendidikan tinggi sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Latar

belakang tersebut adalah D-IV atau S1 program studi pendidikan bahasa

Indonesia.

Selain latar belakang pendidikan tinggi D-IV atau S1 program studi

pendidikan bahasa Indonesia, guru mata pelajaran bahasa Indonesia juga harus

tersertifikasi. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji

kompetensi untuk memperoleh sertifikasi pendidik yang dilakukan dalam bentuk

penilaian portofolio.

Penilaian portofolio ini selanjutnya juga dijelaskan dalam Peraturan

Mendiknas. Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang

Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, pasal 2, penilaian portofolio merupakan

pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap

kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:

(1) kualifikasi akademik;

(2) pendidikan dan pelatihan;

(3) pengalaman mengajar;

(4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;

(5) penilaian dari atasan dan pengawas;

(6) prestasi akademik;

(7) karya pengembangan profesi;

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

(8) keikutsertaan dalam forum ilmiah;

(9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial;

(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

c. Kualifikasi guru yang berpengaruh dalam pengelolaan kelas pada

pembelajaran bahasa Indonesia

Secara umum, kualifikasi guru SMA/MA ada tiga yaitu: (1) kualifikasi

akademik; (2) latar belakang pendidikan tinggi; dan (3) sertifikasi profesi.

Namun, berdasarkan deskripsi dalam penilaian portofolio, untuk dapat

menentukan kualifikasi guru yang dapat berhubungan dengan pengelolaan kelas,

perlu diubah dan ditambahkan lagi menjadi kualifikasi guru sebagai berikut.

1) Kualifikasi akademik

Menurut Depdiknas dalam panduan penyusunan portofolio sertifikasi

guru dalam jabatan tahun 2007, yang dimaksud dengan kualifikasi akademik,

yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti

sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun nongelar (D4 atau

Post Graduate diploma), baik dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang

terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma.

Depdiknas juga sudah mengelompokkan dan memberikan nilai dalam

penilaian fortofolio mengenai kualifikasi akademik guru. Berikut merupakan

pedoman penilaian kualifikasi akademik guru dalam Buku III Rubrik Penilaian

Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2007.

Tabel 1. Pedoman Penilaian Kualifikasi Akademik Guru

Ijazah Relevansi Skor

S1 Kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 150

Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel) 150

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

memiliki akta mengajar

Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi

(mapel)

140

Nonkependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 130

Kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan

rumpun bidang studi (mapel)

120

Nonkependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

dan rumpun bidang studi (mapel) memiliki akta

mengajar

120

Nonkependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

dan rumpun bidang studi (mapel)

110

Post

Graduate

Diploma

Sesuai bidang studi 80

Tidak sesuai 50

S2 Kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 175

Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi

(mapel)

160

Nonkependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 160

Kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan

rumpun bidang studi (mapel)

145

Nonkependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

dan rumpun bidang studi (mapel)

130

S3 Kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 200

Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi

(mapel)

180

Nonkependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 180

Kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan

rumpun bidang studi (mapel)

160

Nonkependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

dan rumpun bidang studi (mapel)

140

2) Sertifikasi guru

Menurut Muslih (2009: 2), sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi

dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Mendiknas juga menjelaskan

sertifikasi guru dalam Peraturannya. Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 18

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, pasal 1, yang

dimaksud sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat

pendidik untuk guru dalam jabatan.

Dari dua pernyataan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah

memenuhi persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah

sebelumnya. Guru yang telah tersertifikasi tentu akan lebih diakui

keprofesionalannya daripada guru yang belum tersertifikasi.

3) Pengalaman mengajar

Menurut Depdiknas dalam panduan penyusunan portofolio sertifikasi

guru dalam jabatan tahun 2007, yang dimaksud dengan pengalaman mengajar

yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan

pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang

(dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara

pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan/surat

keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.

Depdiknas juga mengelompokkan dan menemberikan nilai dalam

penilaian fortofolio mengenai masa kerja guru. Berikut merupakan pedoman

penilaian masa kerja guru dalam Buku III Rubrik Penilaian Portofolio Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan Tahun 2007.

Tabel 2. Pedoman Penilaian Masa Kerja Guru

Masa Kerja Guru Skor

>25 tahun 160

23 – 25 tahun 145

20 – 22 tahun 130

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

17 – 19 tahun 115

14 – 16 tahun 100

11 – 13 tahun 85

8 – 10 tahun 70

5 – 7 tahun 55

2 – 4 tahun 40

Keterangan: Tugas belajar diperhitungkan dalam pengalaman mengajar

4) Diklat

Menurut Depdiknas, dalam panduan penyusunan portofolio sertifikasi

guru dalam jabatan tahun 2007, yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan

(diklat) yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan

dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam

melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten

atau kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini

dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga

penyelenggara diklat.

Suhadak (2010: 34) dalam desertasinya juga berpendapat bahwa guru

perlu dikutsertakan sesering mungkin dalam berbagai diklat peningkatan profesi

guru (inservice training) yang dikelola secara profesional dan merujuk pada

kebutuhan guru dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dasar pemikirannya

adalah seiring dengan perkembangan IPTEK, dimungkinkan kebutuhan siswa

dalam belajar akan meningkat, baik kebutuhan informasi, kebutuhan cara

pendekatan, maupun kebutuhan pembimbingan dalam belajar. Kondisi tersebut

jelas menuntut guru untuk selalu mengembangkan diri. Untuk itulah diperlukan

inservice training pengelolaan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk

menghasilkan karakteristik guru yang mampu melakukan baik pengelolaan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

pembelajaran maupun pengelolaan kelas, termasuk di dalamnya berkomunikasi

dengan siswa secara efektif.

Terdapat beberapa macam diklat (inservice training) menurut

Indrafachruni via Suhadak (2010: 35-36). Macam-macam diklat tersebut adalah

sebagai berikut.

a) Up-garding

Up-grading ini merupakan salah satu usaha meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan khusus yang dibutuhkan guru tentang suatu masalah tertentu.

Misalnya, tentang cara-cara pembuatan alat-alat pelajaran dalam

pengembangan kurikulum muatan lokal, pembaharuan metode suatu mata

pelajaran, dan cara-cara pembimbingan calon guru berpraktek pembelajaran.

b) Ceramah-ceramah, rapat, dan seminar

Ceramah-ceramah, rapat, dan seminar umumnya dilakukan dalam bentuk

persentasi tentang suatu masalah yang perlu dipecahkan oleh nara sumber,

kemudian dilakukan tanya jawab atau diskusi untuk menemukan alternatif

solusi dari permasalahan yang timbul dalam presentasi tersebut. Ceramah-

ceramah, rapat, dan seminar yang dimaksud di sini tentu saja bentuk ceramah,

rapat, dan seminar yang ada kaitannya dengan profesi sebagai guru. Jika guru

sering mengikuti seminar tetapi seminar tersebut tidak terkait dengan profesi

gurunya, maka seminar tersebut tidak akan banyak berpengaruh pada kinerja

sebagai guru.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

c) Work-shop

Work-shop umumnya dilakukan dalam beberapa hari pada suatu tempat

dengan agenda utama meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta

yang diundang oleh lembaga yang mempunyai otoritas untuk

menyelenggarakan work-shop tersebut.

d) Study tour

Di lingkungan diklat bagi guru, study tour dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan guru dengan melakukan kunjungan untuk studi

banding ke sekolah yang lebih maju. Study tour kini sering dirasakan lebih

efektif bagi guru karena peserta diklat dapat mengetahui tingkat kemajuan

sekolah yang dikunjungi secara langsung. Mereka juga mempunyai

kebebasan untuk melakukan tanya jawab dengan guru-guru dan staf sekolah

yang dikunjungi.

e) Intervisitation

Intervisitation ini pada prinsipnya sama dengan study tour, hanya saja

sifatnya timbal balik. Masing-masing guru di suatu sekolah saling melakukan

kunjungan untuk sharing pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan guru dan staf sekolah lain.

Selain itu, diklat juga dapat digunakan untuk mengetahui jenjang karier

seorang guru. Berikut merupakan standar pola pembinaan karier guru menurut

Suparlan (2008:186).

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

Tabel 3. Standar Pola Pembinaan Karier Guru

No Jenjang

Karier Persyaratan

Standar

Gaji

1. Pejabat

Pimpinan di

Kantor Dinas

Pendidikan

dan atau

Departemen

Pendidikan

Nasional

Mengikuti diklat internasional

Mengikuti diklat kepemimpinan

tingkat menengah dan tinggi

Standar

IX

2. Pengawas Berpengalaman menjadi kepala

sekolah baik di sekolah negeri

maupun swasta

Mengikuti diklat kepengawasan

dan diklat lain yang menunjang

kompetensinya

Memahami standar kompetensi

pengawas

Standar

VIII

3. Kepala

Sekolah Pernah menjadi wakil kepala

sekolah

Mengikuti diklat kepemimpinan

tingkat tinggi

Memahami standar kompetensi

kepala sekolah

Standar

VII

4. Wakil Kepala

Sekolah Mengikuti diklat kepemimpinan

tingkat menengah

Memahami standar kompetensi

guru

Telah mengikuti diklat

instruktur/pengembangan tingkat

menengah

Standar

VI

5. Guru Utama Mengikuti diklat

instruktur/pengembangan tingkat

menengah

Mengikuti diklat kepemimpinan

tingkat lanjut

Memiliki pengalaman dalam tugas

sebagai wali kelas, dan tugas

sekolah lainnya

Standar

V

6. Guru Dewasa Mengikuti diklat kepemimpinan

tingkat dasar

Mengikuti diklat jenjang tinggi

Mengikuti pendidikan jenjang

Standar

IV

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

degree lebih tinggi dari

sebelumnya

7. Guru Madya Mengikuti diklat jenjang lanjut dan

menengah

Pengalaman mengajar lima tahun

Standar

III

8. Guru Muda Lulus seleksi secara objektif

dengan tes perbuatan

Mengikuti diklat jenjang tingkat

dasar

Standar

II

9. Guru Baru atau

Calon PNS Pengalaman sebagai guru bantu

Mengikuti tes standar kompetensi

guru

Standar I

10. Guru Bantu Lulus seleksi guru bantu

Lulus LPTK program beasiswa

prestasi

Nonstan

dar

Menurut Suparlan (2008: 182), pembinaan profesionalisme guru dapat

dilakukan melalui beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut yaitu: (1) peningkatan

kualifikasi melalui jenjang pendidikan formal; (2) peningkatan kompetensi

melalui pendidikan dan pelatihan; (3) peningkatan kompetensi melalui kegiatan

yang dirancang oleh oraganisasi profesi; (4) belajar mandiri.

Depdiknas juga mengelompokkan dan menemberikan nilai dalam

penilaian fortofolio mengenai pendidikan dan pelatihan guru. Berikut merupakan

pedoman penilaian masa kerja guru dalam Buku III Rubrik Penilaian Portofolio

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2007.

Tabel 4. Pedoman Penilaian Pedidikan dan Pelatihan Guru

Lama

Diklat

(jam

Pelatihan)

Internasional Nasional Provinsi Kab/Kota Kecamatan

R TR R TR R TR R TR R TR

> 640 60 45 50 40 45 35 40 30 35 25

481—640 55 40 45 35 40 30 35 25 30 20

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

161 – 480 45 35 40 30 35 25 30 20 25 15

81 – 160 40 30 35 25 30 20 25 15 20 10

30 – 80 35 25 30 20 25 15 20 10 15 7

8 – 29 30 20 25 15 20 10 15 5 10 3

Keterangan:

R : relevan; materi diklat mendukung pelaksanaan tugas profesional guru

TR : tidak relevan: materi diklat tidak mendukung pelaksanaan tugas

profesional guru

3. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia

a. Pengertian pengelolaan kelas

Sebelum mengetahui pengertian pengelolaan kelas, terlebih dahulu akan

dijabarkan mengenai arti kedua kata tersebut secara terpisah. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005: 534), pengelolaan adalah (1) proses, cara,

perbuatan mengelola; (2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakkan tenaga orang lain; (3) proses yang membantu merumuskan

kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (4) proses yang memberikan pengawasan

pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian

tujuan.

Yamin dan Maisah (2009: 34) mengungkapkan bahwa kata pengelolaan

memiliki arti yang sama dengan management dalam bahasa Inggris. Kata

mangement dalam bahasa Inggris tersebut selanjutnya diserap ke dalam bahasa

Indonesia sehingga menjadi kata manajemen.

Beralih pada kata kelas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:

529-530), kelas adalah (1) tingkat; (2) ruang tempat belajar di sekolah; (3)

kelompok masyarakat berdasarkan pendidikan; (4) golongan atau kumpulan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

(sesuai persamaan berbagai sifat tertentu), dan; (5) bio klasifikasi dalam biologi

sesudah devisi dan sebelum bangsa. Namun, Yamin dan Maisah (2009: 34)

mengungkapkan pengertian kelas sebagai kelompok orang. Jika kedua pendapat

mengenai pengertian kelas tersebut digabungkan, maka akan terbentuklah sebuah

pengertian kelas yang cukup ideal. Kelas adalah ruangan yang dibatasi oleh

empat dinding, tempat sejumlah orang berkumpul untuk mengikuti proses belajar

mengajar.

Gabungan antara kata pengelolaan dan kata kelas adalah kata pengelolaan

kelas. Kata pengelolaan kelas di sini akan memunculkan makna yang berbeda

dengan hanya menggabungkan dua kata yang telah dijelaskan sebelumnya.

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (2005: 708), manajemen kelas

adalah manajemen untuk mencapai tujuan pengajaran di kelas secara efektif dan

efisien.

Manajemen kelas sebenarnya tidak berbeda dengan pengelolaan kelas.

Wragg memiliki pengertian sendiri mengenai pengelolaan kelas. Menurut Wragg

(1996: 8), pengelolaan kelas adalah segala sesuatu yang dilakukan guru agar

anak-anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, bagaimanapun

cara dan bentuknya. Mulyasa mengungkapkan pengertian yang berbeda dengan

Wragg. Menurut Mulyasa (2007: 91), pengelolaan kelas adalah keterampilan

guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan

mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Pujiastuti (2009: 5), memberikan pengertian mengenai mengelola kelas.

Menurutnya, mengelola kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

belajar yang optimal, dan/atau mengembalikan ke kondisi yang optimal dari

gangguan dalam proses belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pengelolaan kelas dari teori-

teori tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah

keterampilan guru yang berupa kegiatan-kegiatan untuk menciptakan kondisi

pembelajaran yang optimal dan kondusif, serta mengendalikannya ketika terjadi

gangguan, sehingga siswa dapat berpatisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan begitu, pengelolaan kelas merupakan kunci penting untuk mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran.

Rohani dan Ahmadi (1995: 116) membedakan antara pengelolaan

pengajaran dan pengelolaan kelas, walaupun keduanya memiliki hubungan yang

sangat erat. Jika pengelolaan pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara

langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran, maka

pengelolaan kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Yamin dan

Maisah (2009: 34) juga mendukung pendapat Rohani dan Ahmadi tersebut.

Menurut mereka, dalam proses pembelajaran di sekolah dapat dibedakan adanya

dua kelompok masalah yaitu masalah pengelolaan kelas dan pengelolaan

pembelajaran.

b. Tujuan pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi

terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (Rohani dan Ahmadi, 1995: 117).

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

Dengan kata lain, kemampuan pengelolaan kelas yang efektif merupakan hal

yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Menurut Wragg (1996: 1), kemampuan pengelolaan kelas sering juga

disebut kemampuan menguasai kelas. Hal ini berarti seorang guru harus mampu

mengontrol atau mengendalikan prilaku muridnya sehingga mereka terlibat

secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Kemampuan pengelolaan kelas ini memiliki beberapa tujuan. Menurut

Hasibuan (via Suwarna, 2006: 82), tujuan keterampilan pengelolaan kelas yaitu:

(1) mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan

pembelajaran; (2) membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang

menyimpang dari tujuan pembelajaran; (3) mengendalikan siswa dan sarana

pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan, untuk mencapai

tujuan pembelajaran, dan; (4) membina hubungan baik antara guru dengan siswa

dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

c. Komponen pengelolaan kelas

Menurut Yamin dan Maisah (2009: 34), terdapat beberapa prinsip yang

harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: (1)

kehangatan dan keantusiasan; (2) tantangan; (3) bervariasi; (4) luwes; (5)

penekanan pada hal-hal positif; (6) penanaman disiplin diri.

Selain prinsip-prinsip pengelolaan kelas, Pujiastuti (2009: 5) juga

mengungkapkan tentang hal yang perlu dihindari dalam pengelolaan kelas. Hal

yang perlu dihindari tersebut adalah (1) campur tangan yang berlebihan; (2)

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

ketidaktepatan waktu kegiatan; (3) bertele-tele; (4) pengulangan penjelasan yang

tidak perlu.

Menurut Mulyasa (2007: 91), terdapat dua komponen keterampilan

mengelola kelas. Komponen keterampilan mengelola kelas tersebut adalah (1)

penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, dan; (2)

keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang

optimal.

Keterampilan penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang

optimal ini terdiri dari enam. Enam hal tersebut adalah (1) menunjukkan sikap

tanggap di kelas; (2) membagi perhatian secara visual dan verbal; (3)

memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam

pembelajaran; (4) memberikan petunjuk yang jelas; (5) memberikan teguran

secara bijaksana, dan; (6) memberi penguatan ketika diperlukan.

Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar

yang optimal menurut Mulyasa (2007: 91-92) terdiri dari tiga hal. Keterampilan

tersebut yaitu: (1) modifikasi perilaku; (2) pengelolaan kelompok dan; (3)

menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah. Masing-masing

keterampilan tersebut kemudian akan dijabarkan lagi dalam kutipan sebagai

berikut.

Modifikasi perilaku terdiri dari tiga hal penting yaitu: (1) mengajarkan

perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan; (2) meningkatkan perilaku

yang baik melalui penguatan dan; (3) mengurangi perilaku buruk dengan

hukuman. Pengelolaan kelompok terdiri dari dua hal penting yaitu: (1)

peningkatan kerjasama dan keterlibatan dan; (2) menangani konflik dan

memperkecil masalah yang timbul. Sedangkan menemukan dan mengatasi

perilaku yang menimbulkan masalah, terdiri dari sembilan hal penting

yaitu: (1) pengabdian yang direncanakan; (2) campur tangan dengan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

isyarat; (3) mengawasi secara ketat; (4) mengakui perasaan negatif peserta

didik; (5) mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya;

(6) menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi; (7)

menyususn kembali program belajar; (8) menghilangkan ketegangan

dengan humor dan; (9) mengekang secara fisik.

Muijs dan Reynold (2008: 117) dalam bukunya yang berjudul Effective

Teaching Teori dan Aplikasi, mengemukakan elemen-elemen manajemen kelas

yang efektif. Menurut mereka, elemen-elemen manajemen kelas yang efektif

adalah (1) memulai pelajaran tepat waktu; (2) penataan tempat duduk yang tepat

di kelas; (3) mengatasi disrupsi atau gangguan yang berasal dari luar kelas; (4)

menetapkan aturan dan prosedur yang jelas sejak awal tahun pembelajaran; (5)

peralihan yang mulus antar segmen pelajaran; (6) menangangi murid yang

berbicara selama pelajaran berlangsung; (7) memberikan pekerjaan rumah; (8)

mempertahankan momentum selama pelajaran; (9) menghindari downtime, dan;

(10) mengakhiri pelajaran.

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 2), pengelolaan kelas yang baik akan

melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun

dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Sayangnya, pengelolaan

kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan. Hal tersebut disebabkan

adanya gangguan yang tidak dikehendaki datang secara tiba-tiba. Suatu gangguan

yang datang secara tiba-tiba dan berada di luar kemampuan guru adalah kendala

spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadirnya kendala spontanitas,

suasana kelas biasanya akan terganggu yang ditandai dengan pecahnya

konsentrasi anak didik. Setelah kejadian itu, tugas terberat guru adalah

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

mengupayakan anak didik untuk kembali belajar dengan mempertahankan tugas

belajar yang diberikan oleh guru.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat ditangkap bahwa terdapat masalah-

masalah yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam pengelolaan kelas. Untuk

lebih mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas, maka

selanjutnya akan dijabarkan mengenai masalah-masalah dalam pengelolaan kelas

tersebut.

d. Masalah dalam pengelolaan kelas

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,

menurut Rohani dan Ahmadi (1995: 117). Masalah pengelolaan kelas tersebut

adalah masalah individual dan masalah kelompok.

Dreikus dan Cassel (via Rohani dan Ahmadi, 1995: 118) membedakan

empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan pada

asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan

pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai

harga diri. Empat kelompok masalah individu tersebut adalah (1) tingkah laku

yang ingin mendapatkan perhatian orang lain; (2) tingkah laku yang ingin

menunjukkan kekuatan; (3)tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain,

dan; (4) peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk tidak mau melakukan

segala sesuatu yang diperintahkan guru karena merasa tidak mampu.

Johnson dan Bany (via Rohani dan Ahmadi, 1995: 119) mengemukakan

enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah

yang dimaksud adalah (1) kelas kurang kohesif; (2) kelas mereaksi negatif

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

terhadap salah seorang anggotanya; (3) membesarkan hati anggota kelas yang

justru melanggar norma kelompok; (4) kelompok cenderung mudah dialihkan

perhatiannya dari tugas yang tengah digarap; (5) semangat kerja rendah; (6) kelas

kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Selain masalah dalam pengelolaan kelas, terdapat juga faktor-faktor yang

menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor-faktor tersebut adalah (1)

faktor guru; (2) faktor peserta didik; (3) faktor fasilitas, dan; (4) faktor keluarga.

Faktor guru yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas adalah (1)

tipe kepemimpinan guru; (2) format belajar yang monoton; (3) kepribadian guru;

(4) pengetahuan guru, dan; (5) pemahaman guru tentang peserta didik.

Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai

anggota suatu kelas juga dapat menjadi faktor utama penyebab masalah

pengelolaan kelas. Sedangkan faktor fasilitas yang menjadi penghambat dalam

pengelolaan kelas adalah (1) jumlah peserta didik dalam kelas; (2) besar ruang

kelas; (3) ketersedian alat. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga

seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, atau

pun terlampau dikekang, juga dapat menjadi latar belakang yang menyebabkan

peserta didik melanggar disiplin di kelas.

e. Tindakan pengelolaan kelas

Masalah-masalah kelas di atas tidak perlu terjadi apabila guru melakukan

tindakan pengelolaan kelas yang baik. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995: 119),

tindakan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua, yaitu tidakan pencegahan dan

tindakan korektif.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

1) Tindakan pencegahan

Tindakan pencegahan seperti yang dimaksud tersebut, dapat dilakukan

dengan mengatur kondisi dan situasi pembelajaran maupun mengatur disiplin dan

tata tertib.

a) Mengatur kondisi dan situasi pembelajaran

Mengatur kondisi dan situasi pembelajaran dapat meliputi tiga aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah (1) mengatur kondisi fisik; (2) mengatur kondisi

sosio-emosional, dan; (3) mengatur kondisi organisasional.

Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal

mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan

mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran (Rohani dan

Ahmadi, 1995: 120-121). Kondisi fisik yang dimaksud adalah (1) ruang

berlangsungnya proses pembelajaran; (2) pengaturan tempat duduk; (3) ventilasi

dan pengaturan cahaya, dan; (4) pengaturan penyimpanan barang-barang.

Ruang tempat berlangsungnya proses belajar harus memungkinkan semua

bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta

didik yang satu dengan yang lain pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya

ruang sangat tergantung pada dua hal yaitu jenis kegiatan dan jumlah peserta

didik. Sedangkan dalam mengatur tempat duduk, yang penting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian perilaku peserta didik

dapat terkontrol dengan baik. Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta

didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panasnya matahari

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

masuk. Barang-barang hendaknya disimpan ditempat khusus yang mudah

dicapai.

Kondisi sosio-emosional dalam kelas juga akan mempunyai pengaruh

yang cukup besar terhadap proses pembelajaran. Menurut Rohani dan Ahmadi

(1995: 123), kondisi sosio-emosional dalam situasi pembelajaran ada tiga, yaitu:

(1) tipe kepemimpinan guru; (2)sikap guru, dan; (3) suara guru.

Tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam

kelas. Tipe kepemimpinan guru yang otoriter tentu akan berbeda pengaruhnya

dengan tipe kepemimpinan guru yang demokratis. Sikap guru dalam menghadapi

peserta didik hendaknya sabar dan bersahabat. Suara guru, walaupun bukan

faktor yang besar, tetapi turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang

melengking tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta

didik secara jelas dari jarak yang agak jauh akan membosankan dan membuat

peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran. Suara macam ini juga akan

mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas

maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas.

Menurut Rohani dan Ahmadi (1995: 125), kegitan tersebut yaitu: (1) pergantian

pelajaran; (2) guru yang berhalangan hadir, dan; (3) masalah peserta didik, seperti

peserta didik yang berkelahi dan lain sebagainya.

b) Disiplin dan tata tertib

Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku

peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

optimal. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995: 128) terdapat dua sumber

pelanggaran disiplin di sekolah. Pertama, pelanggaran disiplin yang bersumber

pada lingkungan sekolah dan kedua, pelanggaran disiplin yang bersifat umum.

Pelanggaran disiplin yang bersumber dari lingkungan sekolah tidak akan

dibahas karena sifatnya yang kompleks. Yang akan di jelaskan adalah masalah

pelanggaran disiplin yang bersifat umum. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995:

129), terdapat tiga sebab pelanggaran disiplin yang bersifat umum, yaitu: (1)

kebosanan dalam kelas; (2) perasaan kecewa dan tertekan karena peserta didik

dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja, dan; (3) tidak

terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.

Ada berbagai cara yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi

pelanggaran disiplin. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995: 129), cara-cara tersebut

adalah (1) pengenalan peserta didik; (2) melakukan tindakan korektif; (3)

melakukan tindakan penyembuhan, dan; (4) tertib ke arah siasat.

2) Tindakan korektif

Tindakan korektif dapat dibagi menjadi dua yaitu, tindakan yang

seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan)

dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang.

a) Dimensi tindakan

Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru

bila terjadi masalah pengelolaan. Guru dituntut untuk berbuat sesuatu dalam

menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan setepat mungkin. Guru harus

segera mengingatkan peserta didik terhadap peraturan tata tertib yang dibuat dan

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

ditetapkan bersama dan konsekuensinya, untuk kemudian melaksanakan sanksi

yang seharusnya berlaku. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektifitas

aturan dan tata tertib.

b) Tindakan penyembuhan

Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peseta didik perlu

ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individu, maupun

secara kelompok. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan

penyembuhan ini meliputi:

(1) mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima

dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari pelanggaran

yang dibuatnya

(2) membuat rencana yang diperkirakan tepat tentang langkah-langkah yang

akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan peserta didik

(3) menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik yang disetujui bersama

bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan

(4) saat bertemu dengan peserta didik, jelaskan maksud pertemuan tersebut,

dan manfaat yang mungkin diperoleh dari pertemuan tersebut

(5) tunjukkan kepada peserta didik bahwa guru pun bukan manusia yang

sempurna dan tidak bebas dari kekurangan

(6) bila pertemuan yang dilakukan ternyata tidak responsip, maka guru dapat

mengajak peserta didik untuk diskusi dilain kesempatan

(7) pertemuan guru dan peserta didik harus sampai pada pemecahan masalah

(8) melakukan kegiatan tindak lanjut.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

f. Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Jamaluddin (2003: 18) juga mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelajaran. Faktor tersebut adalah (1) faktor internal yang

meliputi faktor fisiologis dan psikologis dan; (2) faktor eksternal yang meliputi

faktor sosial dan nonsosial. Guru berada dalam salah satu faktor sosial yang

mempengaruhi pembelajaran.

Jika guru merupakan salah satu faktor sosial yang sangat berpengaruh

dalam proses pembelajaran, maka guru harus memiliki kemampuan dan

keterampilan leadership yang baik dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut

dibutuhkan untuk dapat mengontrol dan mengelola kelas peserta didik dengan

baik.

Arends (via Tumisih, 2003: 37) mengemukakan tree important leadership

functions of teaching are planning, menaging classroom life, and assessing

student progress. Maksudnya, tiga hal penting dalam fungsi kepemimpinan

seorang guru adalah merencanakan, mengelola kelas, dan menilai perkembangan

peserta didik.

Wragg (1996: 8) menambahkan bahwa dalam pembelajaran, kemampuan

menggunakan waktu secara efisien dan menggunakan sarana dan prasarana yang

serba kurang secara efektif merupakan inti kemampuan profesional. Demikian

juga halnya dengan penggunaan waktu dan pengelolaan kelas.

Hal tersebut berlaku untuk semua jenis pembelajaran tidak terkecuali

dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia terkadang

masih sering dipandang sebelah mata oleh peserta didik karena dianggap sebagai

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

pelajaran yang mudah. Dalam prakteknya, saat pembelajaran bahasa Indonesia

tengah berlangsung, ada saja peserta didik yang kurang memperhatikan guru. Jika

keadaannya seperti itu, tugas berat guru mata pelajaran bahasa Indonesia adalah

untuk mengontrol peserta didik dengan keterampilan pengelolaan kelas yang

efektif dan baik untuk pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Hubungan kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam

pembelajaran bahasa Indonesia

Yamin (2007: 2) menyatakan bahwa guru profesional di samping mereka

memiliki kualifikasi, juga dituntut memiliki kompetensi. Dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan

bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

Suparlan (2008: 147) juga melengkapi pernyataan Yamin tersebut. Ia

mengungkapkan bahwa kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru

merupakan tiga aspek yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, ketiganya

harus dapat terpenuhi agar tercapai kompetensi guru yang optimal.

Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal

10 dan Peraturan Pemerintah tentang standar Nasional Pendidikan Pasal 28 (via

Muslich, 2007: 12), terdapat empat kompetensi guru. Kompetensi guru tersebut

meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kometensi dan Sertifikasi

Guru banyak mengulas tentang keempat kompetensi di atas. Menurut Mulyasa

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

(2009: 136), pengelolaan kelas merupakan salah satu kompetensi profesional

yang harus dimiliki oleh guru.

Menurut Wragg (1996: 7), ketidakmampuan mengelola kelas secara

efektif sering merupakan satu-satunya alasan yang paling umum terjadinya

kegagalan mahasiswa praktek mengajar dan kegagalan calon guru dalam masa

percobaan. Pernyataan Wragg ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa untuk

dapat mengelola kelas dengan baik, seorang guru harus memiliki kualifikasi.

Logikanya, semakin tinggi kualifikasi guru, maka semakin banyak pengalaman

yang di dapatkan oleh guru, dan semakin baik pula kemampuan pengelolaan

kelasnya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah tesis berjudul

Hubungan Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, dan Motivasi Dengan Kinerja Guru

SMP Sekecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas, yang dilakukan oleh Suparjo

mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2008.

Populasi dalam penelitian Suparjo ini adalah 58 guru yang selanjutnya digunakan

seluruhnya sebagai sampel. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1)

tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja guru SMP

Sekecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas; (2) adanya hubungan antara masa

kerja dengan kinerja guru SMP Sekecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas; (3)

adanya hubungan antara motivasi dengan kinerja guru SMP Sekecamatan

Purwojati Kabupaten Banyumas, dan; (4) adanya hubungan antara tingkat

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

pendidikan, masa kerja, dan motivasi dengan kinerja guru SMP Sekecamatan

Purwojati Kabupaten Banyumas.

Penelitian yang dilakukan Suparjo relevan dengan penelitian ini karena

dua variabel dari tiga variabel bebas dalam penelitian Suparjo yaitu, tingkat

pendidikan dan masa kerja termasuk dalam dua komponen variabel bebas dalam

penelitian ini yaitu kualifikasi guru. Selain itu, variabel terikat dalam penelitian

Suparjo, kinerja guru juga berhubungan dengan variabel terikat dalam penelitian

ini, pengelolaan kelas. Kedua varibel tersebut saling berhubungan dikarenakan

pengelolaan kelas merupakan salah satu hal penting yang perlu diteliti dalam

pelaksanaan kinerja guru.

C. Kerangka Pikir

Guru yang merupakan salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhi

pembelajaran. Di samping harus memiliki kualifikasi, guru juga dituntut untuk

memiliki kompetensi. Pengelolaan kelas merupakan salah salah satu kompetensi

profesional yang wajib dimiliki guru. Oleh karena itu, kualifikasi dan kompetensi

guru akan mempengaruhi satu sama lain. Jadi, untuk dapat mengelola kelas

dengan baik, seorang guru harus memiliki kualifikasi yang baik. Semakin tinggi

kualifikasi guru, maka semakin banyak pengalaman yang di dapatkan oleh guru,

dan semakin baik pula kemampuan pengelolaan kelasnya.

Dari penjelasan di atas, terdapat hubungan antara kualifikasi guru dengan

pengelolaan kelas. Kualifikasi guru yang meliputi kualifikasi akademis, sertifikasi

profesi, pengalaman mengajar, dan diklat yang pernah diikuti guru akan

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8404/3/BAB 2-07201241005.pdf · yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan

mempengaruhi seorang guru dalam mengelola kelas saat pembelajaran

berlangsung. Dengan adanya hubungan tersebut, akhirnya peneliti memutuskan

untuk meneliti hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri di Kabupaten Sleman.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, dapat disusun suatu hipotesis

yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini. Hipotesis tersebut adalah terdapat

hubungan antara kualifikasi guru dengan pengelolaan kelas dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia SMA di kabupaten Sleman.